Warga Pasang Spanduk Tolak Pejaten Shelter
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
— Penolakan warga terhadap keberadaan
Pejaten Shelter
di RW 08,
Pejaten Barat
,
Pasar Minggu
,
Jakarta Selatan
, kembali mencuat.
Sejumlah spanduk penolakan dipasang warga di berbagai titik lingkungan sejak Kamis (3/7/2025) malam.
Spanduk-spanduk itu berisi berbagai keluhan warga yang menuntut pemindahan lokasi penampungan hewan tersebut.
Warna dan desain spanduk bervariasi, namun semua membawa pesan serupa yakni warga merasa terganggu oleh aktivitas shelter.
“Pindahkan shelter hewan dari RW 08. Hewan aman, warga nyaman,” demikian tulisan pada salah satu spanduk berwarna kuning dengan huruf hitam.
Ada pula spanduk merah bertuliskan putih yang menyuarakan keluhan soal bau dan kebisingan yang ditimbulkan oleh penampungan hewan itu.
“Lingkungan kami bau dan bising akibat Pejaten Shelter,” tulis salah satu spanduk yang terpasang di antara tiang pinggir jalan kawasan Pejaten Barat.
Bahkan, sindiran keras muncul lewat spanduk lain bertuliskan “Cuma di RW 08 Pejaten Barat, warga biasa, artis, dan pejabat negara hidup bersama dengan penampungan hewan dalam satu lingkungan.”
Perwakilan warga RW 08, Herry Kurniawan, membenarkan bahwa spanduk-spanduk penolakan telah dipasang di berbagai lokasi sekitar lingkungan.
“(Spanduk) semalam. Tersebar di RW08, ada di depan shelter, dalam Jalan Pejaten Barat 2, Jalan Belimbing, lampu merah arah Ampera,” kata Herry saat dikonfirmasi, Jumat.
Hingga kini, menurut Herry, belum ada kejelasan soal penyelesaian persoalan antara warga dan pengelola shelter.
“Jangankan solusi, yang janji mau dibahas aja belum ada hilalnya,” ujarnya.
Karena belum ada tindak lanjut, warga membuka kemungkinan untuk menggelar aksi unjuk rasa dalam waktu dekat.
“Besar kemungkinan ini sih,” ujar Herry singkat.
Ketegangan antara warga dan pengelola Pejaten Shelter telah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir, namun belum juga menemui titik terang.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan menengahi konflik tersebut.
Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
“Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata Herry.
Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
“Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Pasar Minggu
-
/data/photo/2025/07/04/686736a12bd3e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Pasang Spanduk Tolak Pejaten Shelter Megapolitan 4 Juli 2025
-

Jaksel tinjau Pejaten Shelter tiga bulan sekali untuk cari solusi
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) meninjau tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter setiap tiga bulan sekali untuk mencari solusi demi kenyamanan lingkungan sekitar.
“Per tiga bulan, kami akan peninjauan mencarikan solusi seperti apa, kendala itu antara lain masalah biaya operasional,” kata Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Jakarta Selatan, Tomy Fudihartono kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Tomy menambahkan nantinya dari Pejaten Shelter juga diminta membuat laporan setiap bulan terkait jumlah hewan yang diterima maupun keluar untuk diadopsi.
Dia berharap adanya laporan maupun monitoring dari pemerintah untuk mengetahui perkembangan serta membantu pengelolaan shelter sebagai solusi, termasuk rencana pemindahan.
“Berarti kita lihat laporan bulanan seperti apa, makanya nanti per tiga bulan, tim tingkat kota bersama SKPD terkait peninjauan ke lapangan,” ucapnya.
Selain itu, juga diharapkan pemilik shelter untuk segera memiliki izin tempat penampungan hewan ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
“Tadi disampaikan dari PTSP karena dari pemerintah pusat ini juga kelihatannya belum keluar izin shelter itu,” tambahnya.
Sebelumnya, Pemkot Jaksel meminta tempat penampungan hewan liar, Pejaten Shelter untuk menambah tangki septik imbas keluhan warga karena terganggu dengan bau tempat itu.
Kemudian, pihaknya mengimbau Pejaten Shelter untuk memiliki izin dan membatasi daya tampung hewan liar agar populasinya terkontrol sehingga tidak mengganggu kawasan sekitar.
Tempat penampungan hewan, “Pejaten Shelter” menjalin mitra dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan untuk menampung hewan liar.
Pengelola tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter di Pejaten (Jakarta Selatan) memastikan akan mensterilkan babi yang kabur untuk mencegah berkembangbiak dan tidak meresahkan warga sekitar.
Sebelumnya, video viral di Instagram @wargajakarta.id yang memperlihatkan seekor babi yang dikejar warga di kawasan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/6).
Kemudian, kejadian babi lepas dari shelter itu kembali terjadi pada Rabu (25/6).
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Pejaten Shelter diminta tambah tangki septik imbas keluhan warga
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) meminta tempat penampungan hewan liar, Pejaten Shelter untuk menambah tangki septik imbas keluhan warga karena terganggu dengan bau tempat itu.
“Tangki septik itu layaknya memang harus ada 50 tangki, tapi yang baru dibuat dia itu baru delapan,” kata Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Jakarta Selatan, Tomy Fudihartono kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Tomy mengatakan pembuatan tangki septik ini memang terkendala dalam biaya operasional karena keterbatasan anggaran.
Terlebih, biaya yang dimiliki shelter juga dialihkan untuk hal lainnya seperti pengobatan hewan yang sakit.
“Sadar kalau itu kurang, terus kalau ada anjing sakit harus dibawa ke klinik hewan. Itu makanya juga kadang-kadang biaya donasinya dari donatur-donatur yang peduli,” ujarnya.
Dia menyoroti sebagai contoh untuk memotong pita suara anjing (debarking) diperlukan Rp1,5 juta per hewan.
Tindakan operasi itu bertujuan untuk mengurangi volume suara pada anjing guna menjaga kenyamanan lingkungan sekitar.
“Satu contoh kayak anjing menggonggong itu, biaya memotong pita suaranya per hewan itu Rp1,5 juta. Informasi menyebut, dia ada sekitar 600 hewan,” ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya mengimbau Pejaten Shelter untuk memiliki izin dan membatasi daya tampung hewan liar agar populasinya terkontrol sehingga tidak mengganggu kawasan sekitar.
Tempat penampungan hewan, “Pejaten Shelter” menjalin mitra dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan untuk menampung hewan liar.
Pengelola tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter di Pejaten (Jakarta Selatan) memastikan akan mensterilkan babi yang kabur ril untuk mencegah berkembangbiak dan tidak meresahkan warga sekitar.
Sebelumnya, video viral di Instagram @wargajakarta.id yang memperlihatkan seekor babi yang dikejar warga di kawasan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/6).
Kemudian, kejadian babi lepas dari shelter itu kembali terjadi pada Rabu (25/6).
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Warga Jaksel diingatkan tak buang hewan peliharaan
Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kota Administrasi Jakarta Selatan (Sudin KPKP Jaksel) mengingatkan warga setempat untuk tidak membuang hewan peliharaan agar tidak membahayakan bagi lingkungan, khususnya terkait dengan rabies.
“Jadi, masyarakat harus bertanggung jawab pada hewan peliharaa untuk tidak membuangnya jika sudah kewalahan dan menjadi banyak,” kata Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Hewan Sudin KPKP Jaksel, Irawati Harry Artharini di Jakarta, Rabu.
Irawati mengimbau masyarakat untuk bertanggung jawab kepada hewan peliharaannya dengan cara divaksinasi rabies dan disterilisasi agar tidak berkembang biak semakin banyak.
Maka untuk mengendalikan populasi, katanya, sterilisasi merupakan salah satu program dari Sudin KPKP Jakarta Selatan, untuk pengendalian penyakit rabies dan populasi kucing liar di Jakarta Selatan.
“Harapannya adalah semakin banyak nanti titik untuk kegiatan vaksinasi dan sterilisasi kucing liar, untuk mencegah populasi kucing liar,” ucapnya.
Menurutnya, hingga kini para pemilik kucing sangat antusias dalam mendukung program ini sebagai bentuk kolaborasi nyata untuk menjaga populasi kucing tetap terkendali.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi, termasuk pemilik hewan, tenaga medis dan relawan. Semoga kegiatan ini membawa manfaat nyata bagi lingkungan, kesehatan hewan dan kesejahteraan bersama,” ungkapnya.
Di Cilandak Timur, hewan yang vaksinasi rabies total enam kucing betina dan yang disterilisasi 30 kucing yang terdiri dari 23 kucing jantan dan tujuh kucing betina.
Kemudian, pihaknya juga melakukan sterilisasi sebanyak 96 ekor kucing jantan berpemilik di Agro Edukasi Wisata (AEW) Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu.
Sterilisasi dilakukan dengan melibatkan dokter hewan atau tim medis dari Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan (Pusyankeswannak) DKI Jakarta.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/06/28/685fd214d1e7f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu Megapolitan 2 Juli 2025
Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pemilik
Pejaten Animal Shelter
, Susana Somali mengatakan, akan menambahkan pohon bambu untuk meredam suara hewan yang dikeluhkan warga sekitar.
“Saya harus nanam banyak pohon bambu, jadi enggak ke penduduk suaranya,” kata Susana saat ditemui di Kantor Walikota Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2025).
Susana menjelaskan, pohon bambu yang dipilih adalah bambu buana yang memiliki ukuran batang lebih tebal.
Sehingga, suara gonggongan anjing yang datang dari shelter tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.
“Bambunya bambu buana, yang gede-gede,” kata dia.
Ia juga akan melakukan sosialisasi pada warga agar mereka lebih mengerti dengan situasi saat ini.
Menurut dia, warga berpikir bahwa aktivitas yang dilakukan
Pejaten Shelter
ini membawa keuntungan.
Padahal, Susana justru kekurangan dana untuk terus membantu hewan terlantar.
“Untuk masyarakat belakang akan kami coba sosialisasikan, mereka juga enggak ngerti, kan. Disangkanya kegiatan yang mendatangkan banyak uang, padahal kan kegiatan yang kurang uang sebetulnya,” ucap dia.
Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
“Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
“Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/26/685d290b8e5fb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies Megapolitan 29 Juni 2025
Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) menyebut
Pejaten Animal Shelter
memiliki kontribusi penting dalam menekan penyebaran rabies di wilayah ibu kota.
Shelter hewan yang terletak di kawasan Pejaten Barat,
Jakarta
Selatan itu selama ini membantu menampung hewan-hewan rentan rabies seperti anjing liar.
“Secara tidak langsung,
Pejaten Shelter
membantu pemda mempertahankan status bebas rabies karena mereka menampung hewan-hewan rentan rabies, terutama anjing liar. Sementara, kapasitas shelter milik Pemda juga terbatas,” kata Kepala Dinas KPKP Jakarta Hasudungan Sidabalok saat dikonfirmasi Minggu (29/6/2025).
Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) milik Pemprov Jakarta hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
Dalam kondisi terbatas itu, Pejaten Shelter selama ini kerap menjadi rujukan saat jumlah hewan yang perlu ditangani melebihi kapasitas fasilitas milik pemerintah.
“Kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas, maksimal 150 ekor,” kata Hasudungan.
Meski begitu, Pemprov Jakarta masih mempertimbangkan rencana penutupan shelter tersebut
Keputusan belum diambil dan akan dibahas lebih lanjut melalui rapat internal.
“Akan dirapatkan,” ujar dia.
Sebelumnya, warga RT 02/RW 08 Pejaten Barat mendesak agar Pejaten Animal Shelter ditutup setelah insiden lepasnya seekor babi hutan yang masuk ke permukiman pada Rabu (25/6/2025).
Mereka menilai keberadaan shelter di tengah lingkungan padat penduduk menimbulkan keresahan.
“Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat, kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, menyatakan tidak keberatan jika tempat penampungan hewannya ditutup.
Namun ia mengingatkan potensi dampak dari keputusan tersebut terhadap penanganan hewan di Jakarta.
“Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/26/685d290b8e5fb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pejaten Animal Shelter Kerap Diandalkan Saat Puskewan Jakarta Kewalahan Megapolitan 29 Juni 2025
Pejaten Animal Shelter Kerap Diandalkan Saat Puskewan Jakarta Kewalahan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI
Jakarta
mengakui bahwa kapasitas penampungan hewan milik pemerintah, yakni Pusat Kesehatan Hewan (
Puskeswan
), sangat terbatas.
Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok menyatakan, dua Puskeswan yang dimiliki Pemprov hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
“Iya betul (
puskeswan
kewalahan). Kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas, maksimal 150 ekor,” ujar Hasudungan saat dikonfirmasi, Minggu (29/6/2025).
Untuk itu, keterbatasan ini membuat pemerintah kerap mengandalkan bantuan dari shelter swasta seperti
Pejaten Animal Shelter
dalam menangani hewan telantar, terutama anjing liar.
Namun, warga sekitar sempat sempat mendesak shelter tersebut ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat pada Rabu (25/6/2025).
Hasudungan mengatakan, keputusan untuk menutup shelter tidak bisa diambil secara tergesa-gesa.
“Jadi memang harus benar-benar dipertimbangkan semua aspeknya,” ujar Hasudungan.
Apalagi Pejaten Animal Shelter selama ini justru berkontribusi membantu Pemprov dalam penanganan hewan rentan rabies, seperti anjing liar.
Hal ini dinilai mendukung upaya pemerintah dalam mempertahankan status Jakarta sebagai wilayah bebas rabies.
“Karena secara tidak langsung
Pejaten Shelter
membantu pemda untuk mempertahankan status bebas rabies karena mereka membantu menampung hewan rentan rabies seperti anjing terutama anjing-anjing liar,,” kata dia.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa segala hal terkait hewan yang berkeliaran menjadi tanggung jawab pemilik shelter.
“Sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemilik shelter kami hanya fokus vaksinasi rabies,” kata dia.
Sebelumnya, warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang meminta Pejaten Animal Shelter ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga pada Rabu (25/6/2025).
“Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, menyatakan dirinya tidak keberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
“Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/26/685d290b8e5fb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Soal Desakan Tutup Pejaten Shelter Usai Babi Lepas, Ini Langkah Pemprov Jakarta Megapolitan 29 Juni 2025
Soal Desakan Tutup Pejaten Shelter Usai Babi Lepas, Ini Langkah Pemprov Jakarta
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
Jakarta
melalui Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) masih mempertimbangkan rencana penutupan Pejaten Animal Shelter, Jakarta Selatan.
Warga sekitar sempat mendesak shelter tersebut ditutup usai insiden
babi hutan
lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat pada Rabu (25/6/2025).
Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok mengatakan, keputusan untuk menutup shelter tidak bisa diambil secara tergesa-gesa.
“Jadi memang harus benar-benar dipertimbangkan semua aspeknya,” ujar Hasudungan saat dikonfirmasi, Minggu (29/6/2025).
Menurut Hasudungan, Pejaten Animal Shelter selama ini justru berkontribusi membantu Pemprov dalam penanganan hewan rentan rabies, seperti anjing liar.
Hal ini dinilai mendukung upaya pemerintah dalam mempertahankan status Jakarta sebagai wilayah bebas rabies.
“Karena secara tidak langsung
Pejaten Shelter
membantu pemda untuk mempertahankan status bebas rabies karena mereka membantu menampung hewan rentan rabies seperti anjing terutama anjing-anjing liar. Sementara kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas,” kata dia.
Hasudungan menambahkan, shelter milik Pemprov melalui Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
Akibatnya, ketika Puskeswan kewalahan, Pejaten Shelter kerap menjadi rujukan alternatif.
“Betul (Puskeswan kewalahan). Maksimal 150 ekor,” kata dia.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa segala hal terkait hewan yang berkeliaran menjadi tanggung jawab pemilik shelter.
“Sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemilik shelter kami hanya fokus vaksinasi rabies,” kata dia.
Soal solusi ke depan, Hasudungan mengatakan akan dibahas lebih lanjut dalam rapat internal.
“Akan dirapatkan” ujar dia.
Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
“Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
“Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/28/685fd214d1e7f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pejaten Shelter Selalu Bantu Puskeswan untuk Tampung Hewan Megapolitan 28 Juni 2025
Pejaten Shelter Selalu Bantu Puskeswan untuk Tampung Hewan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kuasa hukum
Pejaten Animal Shelter
,
Stein Siahaan
, mengeklaim bahwa sejumlah puskesmas hewan (
puskeswan
) di Jakarta kerap meminta bantuan kepada kliennya karena kelebihan kapasitas.
Hal ini dia ungkapkan menyusul desakan warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang menuntut Pejaten Animal Shelter segera ditutup.
Ia menyebut, satu puskeswan di Jakarta hanya mampu menangani 60 hewan.
“Kalau penuh, puskeswan menghubungi
Pejaten Shelter
, ‘tolong dong, kami kepenuhan’,” ungkap Stein saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Bukan hanya itu, puskeswan di Jakarta juga kerap meminta bantuan kepada Pejaten Animal Shelter untuk mengirimkan makanan hewan meski tidak mempunyai anggaran.
“Bukan cuma kepenuhan doang, mereka makanan habis saja itu ngomong ke kami. Padahal, punya anggaran,” ujar Stein dalam kesempatan yang sama.
“Ya enggak apa-apa kalau mau ditutup. Tapi, per hari ini juga, semua hewan yang ada di Pejaten Shelter kami keluarkan. Karena itu sebenarnya bukan tanggung jawab kami, tanggung jawab Pemprov,” tambah dia.
Pemilik Pejaten Animal Shelter, Susana Somali, menyatakan tidak keberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup.
“Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana.
Susana pun menyinggung soal wacana Gubernur Jakarta Pramono Anung yang ingin menambah puskesmas hewan (puskeswan) di Jakarta.
“Disaat itulah kami akan tertolong. Itu sejalan dengan itu. Kan pernyataan Mas Pram pengin buka. Jadi tunggu sampai pejabat-pejabat DKI tambah puskeswan, itu akan terselesaikan,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, warga RT 02 RW 08 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan mendesak agar Pejaten Shelter segera ditutup.
Desakan ini mencuat setelah terjadi kembali insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman pada Rabu (25/6/2025).
“Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
Upaya penutupan shelter sudah dalam proses dan tengah menunggu pembahasan di tingkat kota. Sebelumnya disebut dilakukan peninjauan lapangan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta.
Adapun babi hutan yang berkeliaran ke halaman warga itu merupakan milik Pejaten Shelter.
“Iya (milik Pejaten Shelter). Ada dari karyawan atau petugas dari Pejaten Shelter keluar ke rumah warga untuk menangkap babi itu,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/28/685fd214d1e7f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pejaten Shelter Akui Tak Punya Izin Karena Belum Ada Aturannya Megapolitan 28 Juni 2025
Pejaten Shelter Akui Tak Punya Izin Karena Belum Ada Aturannya
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kuasa hukum
Pejaten Animal Shelter
, Stein Siahaan, mengakui bahwa tempat penampungan hewan telantar itu tidak mempunyai izin.
Kendati demikian, ketiadaan izin Pejaten Animal Shelter disebabkan oleh belum adanya regulasi yang mewajibkan penampungan hewan untuk memiliki izin.
“Kemarin kan sempat ada dibilang, ‘mana izinnya shelter?’ Saya balikin lagi, ‘Mana aturannya? Kita mau mengurus ke mana?’,” ujar Stein saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
“Bukan kami enggak mau urus sama sekali. Cuma memang belum ada aturan sampai sekarang. Kami mau urus, kami datang ke dinas, dinasnya bingung. ‘Ini saya mau keluarkan izin apa?’ Karena memang belum ada aturannya,” tambah dia.
Kuasa hukum Pejaten Animal Shelter lainnya, Santy Rahmi, menolak kliennya disebut tidak mempunyai izin.
“Bahasanya dibalik ya, maksudnya bukan izinnya yang tidak ada, tapi karena aturan yang tidak ada, makanya jadinya izinnya tidak ada. Jadi bukan karena izin kami tidak ada, aturannya yang tidak ada,” tegas Santy dalam kesempatan yang sama.
Santy menekankan, kalaupun aturan tentang perizinan tempat penampungan hewan telantar sudah ada, Pejaten Animal Shelter akan mengurusnya.
Diberitakan sebelumnya, warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, resah dengan keberadaan Pejaten Animal Shelter.
Bukan karena hewan yang mereka tampung, tapi lokasinya berdampingan langsung dengan permukiman warga.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, gerbang utama Pejaten Animal Shelter memang terbilang jauh dari penduduk.
Tempatnya tidak langsung terlihat dari sisi kiri Jalan Pejaten Barat karena posisinya sedikit masuk ke dalam, seperti berada di ceruk.
Namun, area belakang Pejaten Animal Shelter berdampingan dengan permukiman.
Pembatas hanyalah tembok setinggi dua meter dan sebuah kali yang di bagian dalam tempat penampungan ditutup dengan kawat besi.
Resahnya warga RT 02/RW 08 Kelurahan Pejaten Barat dengan Pejaten Animal Shelter memuncak karena dalam bulan Juni ini saja sudah ada dua babi yang lepas dari tempat penampungan.
Padahal usai kejadian pertama lepasnya babi pada Sabtu (14/6/2025), hewan itu disebut akan segera dipindahkan ke Bandung, Jawa Barat.
Namun, setelah satu hari pemangku wilayah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Selatan, babi serupa pun lepas dan mengacak-acak permukiman warga pada Rabu (25/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.