kab/kota: Paris

  • Israel Bertekad Hentikan Pengiriman Senjata Iran ke Hizbullah

    Israel Bertekad Hentikan Pengiriman Senjata Iran ke Hizbullah

    Tel Aviv

    Angkatan Udara Israel menegaskan akan menghentikan pengiriman senjata apa pun dari Iran kepada kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon. Angkatan Udara Tel Aviv juga mengatakan pihaknya bersiap membantu pasukan dalam operasi darat melawan Hizbullah.

    “Di Lebanon, kami akan mencegah segala kemungkinan pengiriman senjata di Lebanon dari Iran,” tegas Komandan Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Tomer Bar, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (27/9/2024).

    “Kepercayaan diri Nasrallah … bergantung pada pasokan yang datang dari Iran,” sebutnya, merujuk pada pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

    “Kami sedang bersiap bahu-membahu dengan Komando Utara untuk melakukan manuver darat. Telah bersiap, jika diaktifkan. Ini adalah keputusan yang harus dibuat di atas kita,” ujar Bar saat berbicara kepada jajaran tentara Israel, dalam video yang dirilis militer Israel.

    Israel telah bersumpah untuk mengamankan wilayah utaranya dan memulangkan ribuan warganya yang terpaksa mengungsi sejak Hizbullah marak melancarkan serangan lintas perbatasan sejak tahun lalu, sebagai solidaritas terhadap militan Palestina yang bertempur melawan militer Israel di Jalur Gaza.

    Sebuah pesawat tempur Israel menyerang pinggiran ibu kota Beirut, yang menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 15 orang lainnya, termasuk seorang wanita yang kini dalam kondisi kritis.

    Dengan tambahan kematian itu, maka sedikitnya 28 orang tewas dalam rentetan serangan Israel di Lebanon sepanjang Kamis (26/9). Sementara total korban tewas akibat gempuran Israel di Lebanon sejak Senin (23/9) waktu setempat telah mencapai lebih dari 600 orang.

    Kelompok Hizbullah mengakui salah satu komandan unit angkatan udara mereka, Mohammad Surur, tewas dalam serangan Israel tersebut.

    Serangan udara terus dilancarkan, dengan di sisi perbatasan Israel dan Lebanon, pasukan Tel Aviv menggelar latihan simulasi invasi darat. Hal ini dinilai sebagai tahap potensial berikutnya dalam konflik yang terus berkecamuk antara Israel dan Hizbullah.

    Israel Tolak Seruan Gencatan Senjata dengan Hizbullah

    Israel telah menolak seruan global untuk melakukan gencatan senjata dengan Hizbullah. Tel Aviv bahkan menentang sekutu terdekatnya, Amerika Serikat (AS), dengan terus melanjutkan serangan udara yang telah menewaskan ratusan orang di Lebanon.

    Saat tiba di New York sebelum berpidato di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel akan terus menyerang Hizbullah dengan “kekuatan penuh”.

    “Kami tidak akan berhenti hingga kami mencapai semua tujuan kami, yang pertama dan terutama, memulangkan para penduduk wilayah utara ke rumah-rumah mereka dengan selamat,” tegas Netanyahu.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, dalam pernyataan terpisah via media sosial X juga menegaskan hal serupa. “Tidak akan ada gencatan senjata di wilayah utara,” tulisnya.

    Penolakan itu disampaikan setelah AS dan Prancis mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah, yang diungkap pada Rabu (25/9) waktu setempat.

    Terlepas dari sikap Tel Aviv, baik Washington maupun Paris berusaha menjaga prospek gencatan senjata tetap hidup dan menyebut negosiasi terus berlanjut, termasuk di sela-sela pertemuan PBB di New York.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tewas Digempur Israel, Komandan Hizbullah Ibrahim Aqil Diburu AS Sejak Lama

    Tewas Digempur Israel, Komandan Hizbullah Ibrahim Aqil Diburu AS Sejak Lama

    Beirut

    Ibrahim Aqil, komandan top Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut, Lebanon, sudah sejak lama diburu oleh Amerika Serikat (AS) terkait dua serangan bom di Kedutaan Besar AS dan barak Marinir AS tiga dekade lalu. Kepala Aqil bahkan dihargai US$ 7 juta (Rp 106 miliar) oleh Washington.

    Lebih dari 300 orang tewas dalam dua serangan bom truk di Beirut tahun 1983 silam. Demikian seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/9/2024).

    Militer Israel mengklaim Aqil tewas dalam serangannya, bersama 10 komandan senior Hizbullah lainnya. Sumber yang dekat dengan Hizbullah menyebut Aqil sedang menghadiri “rapat dengan para komandan” senior Hizbullah ketika dia terbunuh.

    Hizbullah mengonfirmasi pada Jumat (20/9) tengah malam bahwa Aqil tewas dalam serangan Israel, dan memujinya sebagai “salah satu pemimpin besar mereka”.

    Aqil menjabat sebagai komandan unit elite Radwan, dan merupakan anggota badan militer tertinggi Hizbullah, Dewan Jihad. Dia menjadi anggota kedua Dewan Jihad yang terbunuh dalam serangan Israel, setelah Fuad Shukr yang tewas dalam serangan Tel Aviv pada Juli lalu.

    Selama ini, Aqil kerap menggunakan nama samaran Tahsin dan Abdelqader. Sama seperti Shukr, Aqil juga merupakan anggota veteran Hizbullah, yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada awal tahun 1980-an untuk melawan pasukan Israel yang saat itu menginvasi dan menduduki Lebanon.

    Lahir di sebuah desa di area Lembah Bekaa sekitar tahun 1960, menurut sumber keamanan setempat, Aqil bergabung dengan gerakan politik besar Syiah Lebanon lainnya, Amal, sebelum beralih ke Hizbullah sebagai anggota pendiri kelompok tersebut.

    AS menuduh Aqil berperan dalam serangan bom truk di Kedutaan Amerika di Beirut pada April 1983 silam, yang menewaskan sedikitnya 63 orang, dan pengeboman di sebuah barak Marinir AS enam bulan kemudian yang menewaskan 241 orang, yang semuanya tentara AS.

    Lihat Video: Israel-Lebanon Saling Serang, Ada Korban Tewas!

    Washington kemudian menuduh Aqil mengarahkan penculikan sandera warga AS dan Jerman di Lebanon pada akhir tahun 1980-an dan terlibat dalam pengeboman di Paris tahun 1986 silam.

    AS memasukkan nama Aqil ke dalam daftar Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus (Specially Designated Global Terrorist) tahun 2019 lalu, dan menetapkan imbalan US$ 7 juta untuk penangkapannya.

    Mengacu pada pengeboman barak Marinir AS dan serangan lainnya terhadap kepentingan Barat di Lebanon tahun 1980-an, pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah pernah mengatakan dalam wawancara tahun 2022 bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok kecil yang tidak terkait dengan Hizbullah.

    Namun diketahui bahwa kelompok Aqil turut membantu dalam mengubah Hizbullah dari milisi bayangan menjadi organisasi militer dan politik paling berpengaruh di Lebanon, yang mendorong Israel keluar dari pendudukannya atas wilayah selatan Lebanon tahun 2000 dan berperang melawannya tahun 2006.

    Ketika Shukr tewas pada Juli lalu, hal itu dipandang sebagai pukulan terberat terhadap struktur komando Hizbullah sejak pembunuhan Imam Mughniyeh, yang dikenang oleh Hizbullah sebagai komandan legendaris, tahun 2008 lalu.

    Kematian Aqil yang harga buronannya ditetapkan lebih tinggi oleh AS dibanding Shukr, kemungkinan akan memberikan pukulan serupa kepada Hizbullah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Pengakuan Suami yang Rekrut Banyak Pria untuk Perkosa Istrinya

    Pengakuan Suami yang Rekrut Banyak Pria untuk Perkosa Istrinya

    Jakarta

    Artikel ini mengandung beberapa detail yang mungkin mengganggu Anda.

    Dominique Pelicot, pria 71 tahun yang didakwa membius istrinya hingga tertidur dan merekrut belasan pria untuk melakukan kekerasan seksual terhadap sang istri selama lebih dari 10 tahun, mengakui semua tuduhan terhadapnya.

    Pengakuan ini dibuka dalam kesaksian pertamanya sejak persidangan dibuka pada 2 September lalu.

    Merujuk pada 50 terdakwa lain yang dituduh melakukan perkosaan kepada perempuan yang sekarang menjadi mantan istrinya, Gisle, Pelicot berkata: “Saya adalah seorang pemerkosa, sama seperti pria-pria lain yang ada di ruangan ini.”

    “Mereka semua tahu, mereka tidak bisa mengatakan sebaliknya,” dia berucap.

    Tentang mantan istrinya, dia berkata, “Dia tidak pantas menerima semua ini.”

    “Saya sangat bahagia bersamanya,” kata dia di hadapan pengadilan.

    Meskipun kamera tidak diperbolehkan di dalam ruang sidang, pengadilan ini terbuka untuk umum atas permintaan Gisle Pelicot, yang melepaskan haknya atas anonimitas sejak awal persidangan.

    Tim hukum Gisle mengatakan, persidangan terbuka akan membalikkan “rasa malu” kepada para terdakwa.

    Pelicot, yang merupakan seorang ayah dan kakek, memulai kesaksiannya dengan menceritakan pengalaman traumatis di masa kecilnya, di mana dia dilecehkan oleh seorang perawat pria saat dia berusia sembilan tahun.

    Saat ditanya tentang kehidupan pernikahannya dengan Gisle, Pelicot berkata dia sempat mempertimbangkan melakukan bunuh diri saat dia mendapati istrinya berselingkuh.

    Dia berkata ingin menabrakkan mobilnya ke deretan pohon, tapi kemudian kehilangan keberanian. “Mungkin seharusnya saya melakukan itu,” dia menambahkan.

    Selama menyampaikan kesaksiannya pada Selasa pagi, Pelicot berulang kali meyakinkan pengadilan bahwa dia tidak pernah “membenci” istrinya dan bahwa dia sesungguhnya “sangat tergila-gila [padanya] saya sangat-sangat mencintainya dan saya masih mencintainya.”

    “Saya mencintainya dengan baik selama 40 tahun dan dengan buruk selama 10 tahun,” dia menambahkan, merujuk pada dekade saat dia membius dan melecehkan istrinya.

    Pelicot juga ditanya tentang ribuan video yang diambilnya, berisi para pria melecehkan istrinya yang sedang tak sadarkan diri. Video-video ini ditemukan oleh para penyidik dan sangat krusial dalam mengidentifikasi 50 pria yang sekarang didakwa sebagai pemerkosaan.

    Pelicot mengakui bahwa dia merekam pria-pria tersebut sebagiannya untuk alasan “kesenangan,” tetapi juga “sebagai jaminan, karena hari ini, berkat [video-video itu] kita dapat menemukan orang-orang yang terlibat.”

    Gisle Pelicot dan pengacaranya tiba di pengadilan pidana di Avignon pada Selasa (17/09). (EPA)

    Stephane Babonneau, salah satu pengacara Gisle, kemudian bertanya kepada Pelicot mengapa dia tidak bisa menemukan kemauan untuk berhenti melecehkannya, bahkan ketika istrinya mulai menunjukkan masalah kesehatan yang sebenarnya merupakan efek samping dari obat-obatan yang dia berikan.

    “Saya mencoba berhenti, tetapi kecanduan saya lebih kuat, kebutuhannya semakin besar,” dia menjawab.

    “Saya mencoba meyakinkannya, tetapi saya mengkhianati kepercayaannya. Saya seharusnya berhenti lebih cepat, sebenarnya saya seharusnya tidak pernah memulainya.”

    Pelicot juga dituduh membius dan melecehkan putrinya, Caroline, setelah ditemukan foto-foto setengah telanjang sang putri di laptop milik Pelicot.

    Sebelumnya, Pelicot telah membantah hal ini dan pada hari Selasa dia juga menyatakan bahwa dia tidak pernah melecehkan cucu-cucunya.

    “Saya bisa menatap keluarga saya dan mengatakan bahwa tidak ada hal lain yang terjadi,” katanya.

    Beatrice Zavarro, pengacara Pelicot, mengatakan kepada TV Prancis bahwa dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan orang tentang kliennya, tetapi dia menekankan bahwa kliennya telah “membagikan kebenarannya.”

    Dia menambahkan bahwa Pelicot “sangat terpuruk” dan meskipun dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan istrinya tentang permintaan maafnya, “pengakuan ini sedang berlangsung dan dia akan melanjutkannya.”

    Zavarro berkata, “Kami akan menyelesaikan persidangan ini dan kami akan mengetahui segalanya tentang Dominique Pelicot.”

    Pelicot, yang didiagnosis dengan infeksi ginjal dan batu ginjal, absen dari pengadilan selama hampir seminggu karena sakit. Dia dijadwalkan memberikan kesaksiannya sepanjang hari, meskipun dia akan diizinkan istirahat secara berkala.

    Kesaksian Gisle

    Gisle Pelicot, yang berusia 72 tahun, memberikan kesaksian pada hari ketiga persidangan di Avignon, Prancis tenggara. (AFP)

    Sebelumnya, Gisle Pelicot, menuturkan kengeriannya saat mengetahui bagaimana ia telah dianiaya.

    Gisle, yang berusia 72 tahun, memberikan kesaksian pada hari ketiga persidangan di Avignon, Prancis tenggara. Sidang itu mengadili 51 pria termasuk suaminya yang telah menikah bersamanya selama 50 tahun, Dominique.

    Semua pria dituduh melakukan pemerkosaan.

    Dokumen-dokumen di pengadilan menunjukkan bahwa Dominique Pelicot, 71 tahun, mengaku kepada polisi bahwa ia memperoleh kepuasan dari menonton pria lain berhubungan seks dengan istrinya yang pingsan.

    Banyak terdakwa dalam kasus tersebut menentang tuduhan pemerkosaan terhadap mereka, dengan mengklaim bahwa mereka mengira ikut serta dalam permainan seks atas dasar suka sama suka.

    Namun Gisle Pelicot mengatakan kepada pengadilan bahwa dia “tidak pernah terlibat” dalam tindakan seksual tersebut dan tidak pernah berpura-pura tidur.

    Kasus ini menggemparkan Prancis, terlebih lagi karena persidangannya diadakan secara terbuka.

    Gisle melepaskan hak anonimitasnya untuk memberikan “rasa malu” kepada para terdakwa, kata tim kuasa hukumnya.

    Saat bersaksi pada Kamis (05/09), Gisle mengatakan bahwa dia berbicara mewakili “setiap perempuan yang telah dibius tanpa menyadarinya… sehingga tidak ada perempuan yang harus menderita.”

    Bagaimana kasus ini terungkap?

    Gisle mengenang momen pada November 2020 ketika dia diminta oleh polisi untuk menghadiri sesi wawancara bersama suaminya.

    Suaminya ketika itu tertangkap basah penjaga keamanan merekam bagian bawah rok tiga perempuan di sebuah pusat perbelanjaan.

    Aksi Dominique memotret rok perempuan di supermarket membuat polisi bisa menyelidikinya dan menemukan ratusan foto dan video istrinya di komputernya. Dalam video tersebut, sang istri tampak tak sadarkan diri.

    Polisi mengatakan mereka memiliki bukti sekitar 200 pemerkosaan terhadap istrinya yang dilakukan antara 2011 dan 2020. Aksi pemerkosaan awalnya dilakukan di rumah mereka di luar Paris, tetapi sebagian besar di Mazan, tempat mereka pindah pada 2013.

    Gisle mengatakan kepada pengadilan bahwa kala itu dia yakin pertemuan dengan polisi hanyalah formalitas terkait aksi suaminya memotret di bawah rok perempuan.

    “Petugas polisi itu bertanya kepada saya tentang kehidupan seks saya,” katanya kepada pengadilan. “Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak pernah melakukan tukar pasangan atau seks bertiga. Saya bilang saya perempuan yang hanya berhubungan dengan satu orang. Saya tidak tahan digerayangi pria mana pun selain suami saya.”

    “Tetapi setelah satu jam petugas itu berkata, ‘Saya akan menunjukkan beberapa hal yang tidak akan Anda sukai’. Dia membuka sebuah map dan menunjukkan sebuah foto kepada saya.”

    “Saya tidak mengenali pria atau perempuan yang sedang tidur di tempat tidur. Petugas itu bertanya: ‘Nyonya, apakah ini tempat tidur dan meja samping tempat tidur Anda?’”

    “Sulit untuk mengenali diri saya sendiri yang berpakaian dengan cara yang tidak biasa. Kemudian dia menunjukkan kepada saya foto kedua dan ketiga.”

    “Saya memintanya untuk berhenti. Itu tak tertahankan. Saya tidak berdaya, di tempat tidur, dan seorang pria memperkosa saya. Dunia saya hancur berantakan.”

    Gisle mengatakan kepada pengadilan bahwa aksi suaminya terungkap setelah sang suami tertangkap basah mengambil foto di bawah rok perempuan di sebuah supermarket. (AFP)

    Gisle mengatakan bahwa hingga saat itu pernikahan mereka pada umumnya bahagia, dan ia dan suaminya telah mengatasi sejumlah kesulitan keuangan dan kesehatan. Ia mengatakan bahwa ia telah memaafkan tindakan suaminya yang memotret bawah rok perempuan setelah suaminya berjanji bahwa itu hanya insiden yang terjadi sekali saja.

    “Semua yang telah kami bangun bersama telah sirna. Tiga anak kami, tujuh cucu. Kami dulunya adalah pasangan yang ideal.”

    “Saya hanya ingin menghilang. Namun, saya harus memberi tahu anak-anak saya bahwa ayah mereka ditahan. Saya meminta menantu laki-laki saya untuk tetap berada di samping putri saya ketika saya memberi tahu dia bahwa ayahnya telah memperkosa saya, dan menyuruh orang lain memperkosa saya.”

    “Putri saya menjerit, yang suaranya masih terukir di benak saya.”

    Bagaimana sang suami merekrut pria lain untuk memperkosa istrinya sendiri?

    Dalam beberapa hari mendatang, pengadilan akan mendengarkan lebih banyak bukti dari penyelidikan, tentang bagaimana Dominique diduga menghubungi pria melalui situs web obrolan seks dan mengundang mereka ke rumahnya di pinggiran kota Mazan, sebuah kota di timur laut Avignon.

    Polisi mengeklaim bahwa para pria tersebut diberi instruksi ketat. Mereka harus memarkir mobil agak jauh dari rumah agar tidak menarik perhatian, dan menunggu hingga satu jam agar obat tidur yang diberikannya kepada Gisle dapat bekerja.

    Polisi selanjutnya mengeklaim bahwa, begitu berada di rumah, para pria tersebut disuruh membuka pakaian di dapur, lalu menghangatkan tangan mereka dengan air panas atau di radiator. Mereka tidak boleh merokok dan memakai parfum karena bisa membangunkan Gisle. Mereka juga tidak perlu memakai kondom.

    Tidak ada uang yang berpindah tangan dari para pria itu ke Dominique.

    Menurut penyelidikan, Dominique menyaksikan dan memfilmkan proses pemerkosaan terhadap istrinya. Dia juga membuat berkas hard-drive berisi sekitar 4.000 foto dan video pemerkosaan.

    Baca juga:

    Penyidik menduga bahwa lebih dari setengah dari seluruh rangkaian aksi pemerkosaan dilakukan oleh suaminya. Sisanya dilakukan sejumlah pria yang tinggal hanya beberapa kilometer dari rumah pasutri tersebut.

    Ketika ditanya oleh hakim pada Kamis (05/09) apakah dia mengenal salah satu terdakwa, Gisle mengatakan dia hanya mengenali satu orang.

    “Dia tetangga kami. Dia datang untuk memeriksa sepeda kami. Saya biasa melihatnya di toko roti. Dia selalu sopan. Saya tidak tahu dia akan datang untuk memperkosa saya.”

    Gisle kemudian diingatkan oleh hakim bahwa untuk menghormati praduga tak bersalah. Sebab telah disepakati di pengadilan untuk tidak menggunakan kata pemerkosaan tetapi “adegan seks”.

    Dia menjawab: “Saya hanya berpikir mereka harus mengakui faktanya. Ketika saya memikirkan apa yang telah mereka lakukan, saya diliputi rasa jijik. Mereka setidaknya harus memiliki tanggung jawab untuk mengakui apa yang mereka lakukan.”

    Apa dampak terhadap sang istri?

    Setelah aksi pemerkosaan terungkap, Gisle mendapati dirinya mengidap empat penyakit menular seksual.

    “Saya tidak pernah mendapat simpati dari salah satu terdakwa. Seorang yang positif HIV datang enam kali. Tidak sekali pun suami saya menyatakan kekhawatiran tentang kesehatan saya,” katanya.

    Saat ini, ia sedang dalam proses perceraian.

    Setelah berbicara selama dua jam di hadapan Dominique dan terdakwa lainnya, ia berkata: “Di dalam diri saya, ada kehancuran. Mungkin dari luar tampak kokoh… tetapi di baliknya…”

    Kasus pemerkosaan yang melibatkan puluhan orang ini mengejutkan Prancis (Getty Images)

    Kepolisian Prancis mengidentifikasi sedikitnya 92 kasus pemerkosaan terhadap Gisle yang dilakukan oleh 72 pria. Sebanyak 50 orang telah diidentifikasi serta diadili bersama sang suami.

    Kasus ini menggemparkan Prancis karena skala kejahatan berat tersebut yang begitu besar.

    Diperkosa berkali-kali selama satu dekade

    Terdakwa, Dominique P yang berusia 71 tahun, dituduh merekrut sejumlah pria secara daring untuk datang ke rumahnya dan melakukan kekerasan seksual terhadap korban, istrinya selama lebih dari satu dekade.

    Perempuan itu dibius hingga tak sadarkan diri sampai tidak menyadari bahwa pemerkosaan telah berulang kali terjadi, klaim pengacaranya.

    Korban, yang kini berusia 72 tahun, baru mengetahui penganiayaan tersebut pada tahun 2020 setelah diberitahu polisi.

    Persidangan ini akan menjadi “cobaan yang mengerikan” baginya, kata pengacara korban, Antoine Camus.

    Sebab, ini akan menjadi kali pertama baginya melihat bukti video atas pemerkosaan yang dilakukan terhadapnya.

    “Untuk pertama kalinya, dia harus menyaksikan pemerkosaan yang dialaminya selama lebih dari 10 tahun,” katanya kepada kantor berita AFP.

    Persidangan ini akan menjadi “cobaan yang mengerikan” baginya, kata pengacara korban, Antoine Camus. (Reuters)

    Dia mengaku kepada penyidik bahwa dia memberi istrinya obat penenang yang kuat termasuk obat untuk mengurangi kecemasan yang kemudian membuat istrinya tak sadarkan diri.

    Dia dituding turut serta dalam pemerkosaan, merekamnya, dan mendorong orang lain menggunakan bahasa yang merendahkan martabat, menurut jaksa.

    Namun demikian, jaksa menemukan aksi ini tidak melibatkan uang. Tidak ada uang yang berpindah tangan.

    Para terdakwa pemerkosa berusia antara 26 dan 74 tahun berasal dari semua lapisan masyarakat dan meskipun sebagian besar berpartisipasi satu kali, beberapa lainnya berpartisipasi hingga enam kali, menurut jaksa.

    Pembelaan mereka adalah bahwa mereka membantu pasangan tersebut mewujudkan fantasi mereka, tetapi Dominique P mengatakan kepada para penyelidik bahwa semua orang tahu bahwa istrinya telah diberi obat bius tanpa sepengetahuannya.

    Pengacara terdakwa, Beatrice Zavarro. (Reuters)

    Seorang pakar mengatakan kondisinya “lebih mendekati koma daripada tertidur”.

    Dominique P, yang mengatakan dia diperkosa saat berusia sembilan tahun, siap menghadapi “keluarganya dan istrinya”, kata pengacaranya Beatrice Zavarro kepada kantor berita AFP.

    Dia pernah didakwa atas tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan pada 1991yang dibantahnya serta tuduhan percobaan pemerkosaan pada 1999, yang diakuinya setelah pengujian DNA.

    Sidang yang diadakan di Parc des Expositions di Avignon, Prancis selatan, akan berlangsung hingga 20 Desember mendatang.

    Dalam sidang perdana yang digelar pada Senin (02/09), korban muncul di pengadilan didampingi oleh ketiga anaknya, menurut kantor berita AFP.

    Pengacara perempuan tersebut, Antoine Camus, mengatakan bahwa dia bisa saja memilih persidangan secara tertutup, tetapi “itulah yang diinginkan para penyerangnya”.

    Namun Camus menambahkan bahwa korban menghendaki sidang ini digelar secara terbuka demi meningkatkan kesadaran publik akan kekerasan seksual dan pembiusan hingga tak sadarkan diri.

    (ita/ita)

  • Pilu Pelari Maraton Uganda Dibakar Terungkap dari Kesaksian Tetangga

    Pilu Pelari Maraton Uganda Dibakar Terungkap dari Kesaksian Tetangga

    Jakarta

    Kisah pilu pelari maraton Olimpiade Uganda Rebecca Cheptegei meninggal usai dibakar pacarnya di Kenya terungkap dari kesaksian tetangga. Saksi sempat melihat Rebecca, 33 tahun, berlari sambil berteriak meminta tolong.

    Dilansir ABC Australia, Rebecca yang baru saja bertanding di Olimpiade Paris lalu, mengalami luka bakar lebih dari 75 persen tubuhnya. Rebecca merupakan atlet perempuan terkemuka ketiga yang tewas di Kenya sejak Oktober 2021.

    “Semoga jiwanya beristirahat dengan tenang dan kami mengutuk keras kekerasan terhadap perempuan,” demikian unggahan Donald Rukare, presiden Komite Olimpiade Uganda di X.

    Sementara itu, dikutip dari BBC, Minggu (9/8/2024), seorang tetangga bernama Agnes Barabara mengungkap detik-detik Rebecca dibakar oleh pacarnya di Kenya. Sambil menangis, Agnes menceritakan bahwa dirinya melihat Rebecca berlari dengan kondisi terbakar.

    “Saya berada di dalam rumah dan mendengar orang-orang berteriak, ‘kebakaran’. Ketika saya keluar, saya melihat Rebecca berlari ke arah rumah saya yang terbakar, sambil berteriak ‘tolong saya’,” kata Agnes.

    Agnes mengatakan saat dia pergi mengambil air, lalu korban kembali disiram bensin oleh pelaku. Pelaku juga sempat terbakar dan pergi ke arah taman untuk memadamkan api.

    “Saat saya pergi mencari air dan mulai berteriak minta tolong, penyerangnya muncul lagi dan menyiramnya dengan lebih banyak bensin, tetapi kemudian dia juga terbakar dan dia berlari ke arah taman untuk mencoba memadamkannya. Kami kemudian pergi untuk membantu Rebecca,” ungkap Agnes.

    Agnes mengatakan Rebecca merupakan sosok yang baik dan suka berbagi.

    “Dia tetangga yang sangat baik dan baru-baru ini dia berbagi jagung yang telah dipanennya dengan saya,” ujar Agnes.

    Polisi menangani kasus kematian itu sebagai pembunuhan oleh mantan pasangannya yang ditetapkan oleh polisi sebagai tersangka utama. Pemerintah daerah mengatakan keduanya berselisih tentang sebidang tanah kecil tempat tinggal Cheptegei, dan kasusnya masih menunggu penyelesaian.

    Pelaku akan didakwa di pengadilan atas tuduhan tersebut setelah keluar dari rumah sakit. Pelaku kini memulihkan diri dari cedera yang dideritanya selama insiden itu.

    “Kami telah membuka berkas, penyelidikan sudah pada tahap lanjut,” kata petugas investigasi kriminal divisi Kennedy Apindi kepada BBC.

    Lihat juga Video ‘Polwan yang Bakar Suami Sempat Bawa Korban ke RS Lalu Minta Maaf’:

    (knv/knv)

  • Sri Mulyani Ungkap Ancaman yang Bisa Bikin Negara Gonjang-ganjing

    Sri Mulyani Ungkap Ancaman yang Bisa Bikin Negara Gonjang-ganjing

    Jakarta

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan betapa pentingnya menangani perubahan iklim. Pasalnya, perubahan iklim jika tidak ditangani serius bisa berdampak pada ekonomi dan sosial politik di tengah masyarakat.

    Terutama mereka yang masuk kategori miskin paling merasakan dampaknya.

    “Biasanya masyarakat miskin atau yang paling miskin akan lebih banyak menanggung akibatnya dan hal tersebut dapat menciptakan kesenjangan sosial dan menciptakan lebih banyak ketegangan politik. Jadi kami memahami bahwa perubahan iklim perlu diatasi,” ujar Sri Mulyani dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (6/9/2024).

    Sri Mulyani menyebut skenario terburuk dari perubahan iklim yakni bisa menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 10% secara global di 2025.

    “Sebuah studi menunjukkan bahwa skenario terburuk dari perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan PDB hingga 10% pada 2025. Angka ini cukup besar,” kata Sri Mulyani.

    Ancaman itu menghantui saat pemerintah sedang berusaha untuk meningkatkan PDB sebesar 3% pada 2024 dan 2025.

    “Jadi menghilangkan atau mengurangi 10% dari PDB tentu saja merupakan konsekuensi yang sangat besar tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi terutama pada perjuangan kita melawan kemiskinan dan juga menciptakan lapangan kerja, terutama bagi generasi muda,” tuturnya.

    Dalam perjanjian Paris, para kepala negara berkomitmen untuk memitigasi pemanasan global hingga 1,5 derajat. Nyatanya, kata Sri Mulyani, saat ini dunia sudah berada di 1,45 derajat lebih hangat dari tingkat pra industri.

    “Jadi ada konsekuensi dari pemanasan iklim ini. Jika kita gagal menahan kenaikan suhu global ini, maka akan menimbulkan konsekuensi ekonomi yang sistemik dan juga bencana,” ucapnya.

    (aid/hns)

  • Penahanan Bos Telegram Picu Debat Soal Kebebasan di Medsos

    Penahanan Bos Telegram Picu Debat Soal Kebebasan di Medsos

    Paris

    Apa yang harus dilakukan terhadap platform media sosial yang tidak mematuhi pihak berwenang dalam memerangi konten berbahaya? Pertanyaan itu menjadi inti perdebatan yang dipicu oleh penangkapan dan penyelidikan CEO Telegram Pavel Durov di Prancis.

    “Ini tentang apa yang dilakukan negara-negara anggota Uni Eropa dan UE, atau negara-negara demokrasi lainnya, terhadap platform yang tidak mematuhi aturan dan menolak memberikan informasi kepada pihak berwenang,” kata Julian Jaursch, seorang pakar regulasi platform di lembaga think tank Interface yang berbasis di Berlin, kepada DW.

    Durov ditahan pada 24 Agustus di bandara Le Bourget, Paris, setelah tiba dengan jet pribadinya dari Azerbaijan.

    Setelah lebih dari 80 jam dalam tahanan polisi, dia dibebaskan dan secara resmi diselidiki karena membiarkan konten berbahaya menyebar di jaringannya.

    Sejak penangkapannya, para pendukung Durov, termasuk multimiliarder Elon Musk, mengutuk tindakan otoritas Prancis sebagai langkah penyensoran. Pemerintah di Paris telah membantah tuduhan ini, dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis di X bahwa penangkapan itu “sama sekali bukan keputusan politik.”

    Namun, para pendukung hak digital mengatakan kepada DW bahwa tindakan otoritas Prancis itu terasa meresahkan, dan memperingatkan bahwa kasus tersebut dapat menjadi preseden bagi negara-negara lain untuk memaksa jejaring sosial mematuhi permintaan politik atau bahkan melanggar hukum.

    “Hal itu juga dapat menyebabkan media sosial dan platform komunikasi lain mengadopsi langkah-langkah moderasi konten yang lebih ketat yang dapat mengarah pada penyensoran,” Natalia Krapiva, penasihat hukum-teknologi senior di kelompok hak digital Access Now, mengatakan kepada DW.

    Alat pro-demokrasi dan surga kriminal

    Telegram, berbeda dengan raksasa media sosial lainnya, dikenal karena tidak ikut campur memoderasi konten. Kebebasan ini menjadikan Telegram sebagai instrumen utama bagi para aktivis pro-demokrasi dari Iran hingga Hong Kong untuk mengorganisir protes.

    Namun, Telegram juga menjadi tempat berlindung bagi para ekstremis dan penganut teori konspirasi, serta kelompok kriminal di dunia maya. Pihak berwenang Prancis mulai menyelidiki Telegram setelah perusahaan tersebut mengabaikan sebagian besar permintaan untuk bekerja sama dalam menuntut kejahatan yang dilakukan via Telegram, tulis kantor kejaksaan Paris menjelaskan dalam sebuah pernyataan pers.

    Ketika pihak berwenang Prancis membebaskan Durov dari tahanan, mereka mengumumkan bahwa dia diselidiki atas serangkaian kejahatan. Kejahatan tersebut termasuk dugaan keterlibatan dalam menjalankan platform daring yang memfasilitasi transaksi ilegal, menyebarkan materi yang menggambarkan kekerasan seksual terhadap anak-anak, meningkatkan perdagangan narkoba, penipuan, dan menyediakan layanan pesan terenkripsi tanpa lisensi.

    Menanggapi hal tersebut, salah satu pengacara Durov mengatakan kepada wartawan bahwa “sangat tidak masuk akal untuk berpikir bahwa pemilik jejaring sosial dapat terlibat dalam tindakan kriminal yang tidak menyangkut dirinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.”

    Langkah lanjutan di Prancis dan Uni Eropa

    Dalam sistem peradilan Prancis, penyelidikan formal merupakan prasyarat agar suatu kasus dapat dibawa ke pengadilan, tetapi tidak menjamin bahwa persidangan akan berlangsung. Jika pihak berwenang memutuskan bahwa tidak ada cukup bukti, kasus tersebut dapat dibatalkan sebelum persidangan.

    Untuk sementara waktu, Durov tidak diizinkan meninggalkan Prancis. Dia harus melapor ke polisi dua kali seminggu, menurut pernyataan jaksa penuntut.

    Seiring dengan semakin gencarnya investigasi di Prancis, perhatian juga beralih ke Uni Eropa, yang memimpin upaya untuk mengatur platform daring di 27 negara anggota.

    Pada akhir tahun 2022, Uni Eropa mengesahkan Undang-Undang Layanan Digital, DSA, kerangka regulasi menyeluruh yang dirancang untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan media sosial atas apa yang terjadi di platform mereka.

    Jan Penfrat, penasihat kebijakan senior di organisasi hak digital EDRi yang berbasis di Brussels, menekankan perlunya Uni Eropa untuk menegakkan DSA dan menangani peran Telegram.

    “Dengan semua mata tertuju pada Telegram dan situasi di Prancis, otoritas Uni Eropa perlu bertindak sekarang,” kata Penfrat kepada DW. “Jika tidak, orang-orang akan mulai melihat DSA sebagai macan kertas.”

    Pertanyaan utama berkisar pada jumlah orang yang menggunakan Telegram di Uni Eropa. Di bawah DSA, platform dengan lebih dari 45 juta pengguna aktif dianggap sebagai “platform yang sangat besar” dan harus mematuhi peraturan yang lebih ketat. Pada bulan Februari, Telegram melaporkan bahwa mereka memiliki 41 juta pengguna di Uni Eropa.

    Uni Eropa kini tengah menyelidiki apakah Telegram memberikan angka pengguna yang tidak akurat. Jika pihak berwenang menemukan bahwa perusahaan tersebut telah mengecilkan keberadaannya, Telegram dapat menghadapi berbagai tindakan dan hukuman.

    “DSA masih baru dan banyak alatnya yang belum diuji, tetapi DSA mencakup beberapa tindakan untuk memaksa Telegram agar bekerja sama lebih baik dengan pihak berwenang,” kata Penfrat kepada DW. “Telegram akan menguji DSA dalam salah satu ujian besar pertamanya.”

    (rzn/hp)

    (nvc/nvc)

  • Geger Kakek di Prancis 10 Tahun Bius Istri Agar Diperkosa Puluhan Pria

    Geger Kakek di Prancis 10 Tahun Bius Istri Agar Diperkosa Puluhan Pria

    Paris

    Seorang kakek berusia 71 tahun di Prancis diadili atas dakwaan mendalangi rentetan pemerkosaan terhadap istrinya, yang dilakukan tak hanya oleh dirinya tapi juga oleh puluhan pria lainnya. Selama kurun waktu 10 tahun, kakek ini membius istrinya dan merekrut puluhan pria untuk memperkosanya.

    Seperti dilansir AFP dan CNN, Kamis (5/9/2024), Dominique P yang merupakan pensiunan berusia 71 tahun ini didakwa menganiaya istrinya, Gisele (72), antara tahun 2011 hingga tahun 2020, membiusnya dengan obat tidur dan kemudian merekrut puluhan pria asing untuk memperkosa sang istri yang tidak sadarkan diri.

    Dominique mendokumentasikan tindak penganiayaan dan pemerkosaan terhadap istrinya sendiri selama satu dekade dengan sangat teliti, sehingga Kepolisian Prancis bisa melacak lebih dari 50 pria, dari total 72 pria, yang diduga memperkosa korban di rumahnya saat dia dibius.

    Persidangan kasus ini dimulai pada Senin (2/9) di pengadilan Avignon, Prancis, dengan korban hadir langsung didampingi ketiga anaknya. Selama empat bulan ke depan, korban akan mendengarkan tindakan bejat suaminya terhadap dirinya dan menghadapi para tersangka yang memperkosanya, yang sebagian besar adalah orang asing bagi dirinya.

    Jaksa penuntut kasus ini menyebut Dominique merekrut pria-pria asing secara online untuk memperkosa istrinya, setelah membiusnya dengan obat tidur dan obat anticemas. Obat-obatan ini memiliki efek samping yang kini dirasakan korban, yakni memory loss dan kelelahan ekstrem.

    Pada Jumat (30/8) lalu sebelum sidang dimulai, salah satu pengacara korban, Antoine Arebalo-Camus, mengatakan kepada wartawan bahwa kliennya sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan suaminya terhadap dirinya selama satu dekade.

    “Dia tidak mengetahui apa yang menimpa dirinya, jadi dia tidak memiliki ingatan soal pemerkosaan yang dideritanya selama 10 tahun,” ucapnya.

    Korban bisa saja meminta persidangan kasus ini digelar secara tertutup, namun pengacaranya yang lain, Stephane Babonneau, mengatakan kepada CNN bahwa korban “ingin persidangan digelar secara publik agar semua orang bisa mendengar dan mendapatkan gambaran tentang alasan yang diberikan oleh laki-laki dalam situasi seperti itu”.

    Dominique dijerat sembilan dakwaan sekaligus, termasuk beberapa dakwaan pemerkosaan dengan keadaan yang memberatkan, pemberian obat-obatan kepada korban untuk melakukan pemerkosaan, dan membagikan gambar-gambar terkait tindak pemerkosaan itu.

    Jaksa bisa menyusun dakwaan kasus ini karena Dominique mendokumentasikan sejumlah dugaan pemerkosaan itu di depan kamera, yang kemudian disimpan di dalam hard-drive dengan folder berlabel “penganiayaan”.

    Dominique yang telah ditahan sejak tahun 2020 lalu, dihadirkan dalam persidangan dengan mengenakan kaos hitam dan duduk menghadap istrinya yang menjadi korban tindakan bejatnya.

    “Dia mengakui bahwa dia telah melakukan apa yang telah dia lakukan. Tidak ada sedikitpun bantahan selama keseluruhan penyelidikan,” ucap pengacara Dominique, Beatrice Zavarro, kepada wartawan setempat di pengadilan setempat.

    Di sisi ruang sidang lainnya, para pria yang dituduh memperkosa korban hanya bisa duduk dengan kepala tertunduk.

    Menurut dokumen persidangan, Kepolisian Prancis mengidentifikasi setidaknya 92 penyerangan seksual dilakukan oleh 72 pria, dengan usia berkisar antara 26 tahun hingga 74 tahun. Sebanyak 50 pria di antaranya telah teridentifikasi, dan sebagian besar didakwa atas pemerkosaan berat atau percobaan pemerkosaan, dan akan diadili bersama suami korban.

    Para tersangka itu, menurut laporan New York Times, berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pemadam kebakaran, sipir penjara, perawat hingga jurnalis. Beberapa di antara tersangka itu masih bujangan, namun ada juga yang sudah menikah atau bercerai.

    Sebagian besar tersangka disebut berpartisipasi dalam pemerkosaan itu hanya satu kali, namun ada beberapa tersangka yang melakukannya setidaknya enam kali. Mereka yang terbukti bersalah atas dakwaan itu terancam hukuman maksimum 20 tahun penjara.

    Kasus ini terungkap ke publik setelah Dominique kedapatan merekam bagian bawah rok seorang wanita di sebuah pusat perbelanjaan pada September 2020.

    Setelah polisi menyita ponsel dan komputernya, mereka menemukan bukti tindakan pemerkosaan tersebut. Penyelidikan pun diluncurkan dan sang istri diberitahu soal tindak penyerangan seksual yang dialaminya selama 10 tahun, tanpa dia menyadarinya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Pavel Durov Ditangkap Karena Telegram Terlalu Bebas

    Pavel Durov Ditangkap Karena Telegram Terlalu Bebas

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov angka bicara soal penangkapan bos Telegram Pavel Durov, yang menurutnya ditangkap karena ia terlalu bebas dalam menjalankan Telegram.

    Durov seperti diketahui adalah seorang warga negara Rusia yang juga memegang paspor Uni Emirat Arab, Karibia, Prancis, dan tentunya Rusia. Ia tangkap di Prancis dan kemudian diselidiki atas keterlibatannya membolehkan berbagai aksi kriminalitas di Telegram, dari mulai penyebaran pornografi anak, obat-obatan terlarang, sampai software peretasan.

    Pengacara Durov menyebut penangkapan ini adalah hal yang tidak masuk akal, terutama karena Durov ditangkap karena dianggap bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi di Telegram, yang saat ini penggunanya hampir mencapai 1 miliar.

    Saat berbicara di Universitas MGIMO yang dijalankan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, Lavrov kembali menegaskan posisi pemerintahan Rusia dalam penangkapan Durov, yang mereka anggap sebagai bagian dari taktik politik negara Barat untuk menggunakan kekuatannya atas Rusia.

    “Pavel Durov terlalu bebas. Ia tidak mendengarkan saran Barat untuk memoderasi gagasannya,” kata Durov.

    Rusia pun sebenarnya sudah menekan Durov sejak lama, dan bahkan sampai memblokir Telegram di negara tersebut. Namun setelah Durov ditangkap di Prancis, posisinya Rusia berubah menjadi mendukung pria yang kekayaannya mencapai USD 15,5 miliar atau sekitar Rp 239 triliun tersebut.

    Sebelumnya juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga menegaskan tidak ada negosiasi antara Kremlin dan Durov, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Selasa (3/9/2024).

    “Hal yang paling penting adalah apa yang terjadi di Prancis tidak berubah menjadi persekusi politik,” kata Peskov.

    “Kami tahu presiden Prancis sudah menepis tudingan hubungan kasus ini dengan politik, namun di sisi lain, beberapa tuduhan sudah dilemparkan,” tambahnya.

    Namun yang jelas menurut Lavrov, penangkapan Durov membuat hubungan Moskow dan Paris jatuh ke titik terendah.

    (asj/asj)

  • Partai Kiri Garis Keras Prancis Cari Dukungan untuk Pemakzulan Macron

    Partai Kiri Garis Keras Prancis Cari Dukungan untuk Pemakzulan Macron

    Paris

    Partai sayap kiri garis keras, France Unbowed, meminta kelompok politik lain untuk mendukung upayanya yang sebenarnya hampir tidak mungkin untuk memakzulkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Mereka menuding Macron melakukan ‘kegagalan serius’ dalam tugas konstitusionalnya.

    Dilansir AFP, Minggu (1/9/2024), Macron telah berselisih dengan France Unbowed (LFI) dan sekutu-sekutunya dari Partai Hijau, Sosialis, dan Komunis atas penolakannya untuk menunjuk kandidat mereka, Lucie Castets, sebagai Perdana Menteri setelah pemilihan parlemen bulan Juli yang tidak menghasilkan suara mayoritas.

    Aliansi NFP memenangkan kursi terbanyak, namun tidak ada satu blok pun yang memiliki mayoritas di majelis yang sebagian besar terbagi antara sayap kiri, kaum sentris Macron, dan National Rally (RN) sayap kanan garis keras.

    “Majelis Nasional (majelis rendah) dan Senat dapat dan harus membela demokrasi terhadap kecenderungan otoriter presiden” tulis anggota parlemen LFI dalam rancangan resolusi pemakzulan.

    Pemimpin parlemen mereka Mathilde Panot mengatakan mereka telah mengirim dokumen tersebut ke anggota parlemen lain untuk mengumpulkan tanda tangan.

    Setiap upaya untuk menggulingkan Macron melalui proses pemakzulan yang diuraikan dalam Pasal 68 konstitusi Prancis menghadapi rintangan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan. Pada akhirnya, upaya pemakzulan Presiden Prancis membutuhkan persetujuan dari dua pertiga anggota Majelis dan Senat.

    LFI berpendapat bahwa bukan tugas Presiden untuk ‘berdagang politik’, dengan mengacu pada upaya Macron sejak Juli untuk menemukan Perdana Menteri yang tidak akan langsung digulingkan dalam mosi tidak percaya.

    Macron telah membenarkan penolakannya untuk menunjuk Castets sebagai kepala pemerintahan dengan mengatakan bahwa merupakan tugasnya untuk memastikan ‘stabilitas kelembagaan’.

    Simak video ‘Presiden Prancis Tegaskan Tak Ada Muatan Politik dalam Penangkapan Pavel Durov’:

    (haf/imk)

  • Pendiri Telegram Dibebaskan dari Tahanan, Bayar Jaminan Rp 86 Miliar

    Pendiri Telegram Dibebaskan dari Tahanan, Bayar Jaminan Rp 86 Miliar

    Jakarta

    Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov resmi didakwa oleh jaksa penuntut Prancis sebagai bagian dari investigasi kriminal. Durov sudah dibebaskan dari tahanan namun dilarang meninggalkan Prancis.

    Dalam keterangan resminya, otoritas Prancis mengatakan Durov didakwa atas semua tuduhan yang diungkap belum lama ini, termasuk keterlibatan dalam administrasi platform online yang mengizinkan transaksi terlarang di dalam geng terorganisir.

    Tuduhan lainnya termasuk menolak berkomunikasi dan memberikan informasi atau dokumen yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penyadapan yang diizinkan oleh hukum atas permintaan dari otoritas yang berwenang, serta mengizinkan penyebaran pornografi anak, perdagangan narkoba, dan penipuan.

    Durov sudah ditahan oleh kepolisian Prancis sejak Sabtu (24/8) kemarin dan menghadapi pertanyaan dari penyelidik selama beberapa hari terakkhir. Ia ditangkap saat keluar dari pesawat pribadi yang mendarat di bandar udara Le Bourget tidak jauh dari Paris.

    Pria berusia 39 tahun ini dibebaskan dari tahanan setelah membayar jaminan sebesar 5 juta Euro atau sekitar Rp 86 miliar. Ia harus tetap tinggal di Prancis di bawah pengawasan pengadilan dan melapor ke kantor polisi dua kali seminggu selama penyelidikan berlangsung, yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, seperti dikutip dari Engadget, Kamis (29/8/2024).

    Artinya, Durov yang memegang banyak kewarganegaraan dan biasa bekerja dari negara lain akan terjebak di Prancis hingga beberapa waktu kde depan kecuali tuduhan terhadapnya dibatalkan.

    Telegram belum menanggapi dakwaan yang dijatuhkan terhadap Durov. Sebelumnya, platform perpesanan ini mengatakan Durov tidak menyembunyikan apapun dan klaim bahwa platform harus bertanggung jawab atas penyalahgunaan yang dilakukan pengguna sebagai sesuatu yang aneh.

    (vmp/afr)