kab/kota: Palopo

  • Pengeroyokan di Kafe Kota Palopo, Polisi Telusuri Dugaan Anggota Brimob Terlibat

    Pengeroyokan di Kafe Kota Palopo, Polisi Telusuri Dugaan Anggota Brimob Terlibat

    Liputan6.com, Jakarta Dua pemuda dikeroyok di Cafe Up Street, Jalan K.H. Moh. Kasim, Kelurahan Tompotikka, Kecamatan Wara, Kota Palopo, Sabtu (18/10/2025) malam. Polisi langsung membentuk tim untuk mengusut dugaan adanya keterlibatan oknum anggota Brimob. 

    Kasus tersebut dilaporkan ke Polres Palopo pada Minggu dini hari (19/10/2025) sekitar pukul 02.00 Wita. Dua korban masing-masing adalah Muh. Sukran Marjun (24), seorang mahasiswa asal Kecamatan Bara, dan Muh. Kautzar (20), karyawan swasta dari kecamatan yang sama.

    Peristiwa bermula ketika para korban bersama tiga rekannya duduk di meja nomor 4, dekat kamar kecil, sambil menikmati live music dan menenggak minuman keras merek API. 

    Sekitar pukul 00.15 Wita, seorang perempuan yang tak dikenal menghampiri Sukran dan mengaku sebagai teman pacarnya. Tak lama berselang, datang seorang pria yang langsung mencengkeram baju Sukran hingga robek.

    Cekcok tak terelakkan. Saat Kautzar berusaha melerai, dia justru ikut dipukul di bagian kepala sebelah kiri. Pegawai kafe kemudian menenangkan situasi dan meminta Sukran menyelesaikan persoalan di luar kafe. 

    Namun di luar, Sukran justru kembali diserang oleh beberapa orang tak dikenal. Dia dipukul menggunakan benda menyerupai ikat pinggang, ditendang di bagian pinggang, dan didorong hingga tersandar di pintu kios dekat kafe.

    Akibatnya, Sukran mengalami luka robek di kepala bagian kiri, bengkak di lengan dan pipi, serta lecet di tengkuk dan pundak kanan. Dia  dilarikan ke RS Palemmai Tandi Palopo untuk menjalani perawatan medis.

    Korban mengaku tidak mengenali para pelaku. Namun, menurut keterangan Kautzar, salah satu pengunjung sempat menyebut bahwa salah satu pelaku diduga merupakan anggota Brimob. Dugaan ini kemudian menjadi fokus penyelidikan aparat.

  • Nasib Polisi yang Picu Betrok Dua Desa di Luwu, Gara-gara Anaknya yang Dipukul

    Nasib Polisi yang Picu Betrok Dua Desa di Luwu, Gara-gara Anaknya yang Dipukul

    Sebelumnya, insiden dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berujung pada bentrokan antarwarga dua desa hingga satu unit motor dibakar massa. Peristiwa itu terjadi di wilayah Desa Padang Kalua, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari 11–12 Oktober 2025.

    Kejadian bermula pada Sabtu (11/10/2025) sekitar pukul 20.00 Wita. Saat itu, seorang pelajar bernama Lutfi (16), yang merupakan warga Desa Tanarigella, Kecamatan Bua, diduga menjadi korban penganiayaan oleh orang tak dikenal di Dusun Baru Tongkon, Desa Padang Kalua. Belakangan diketahui Lutfi ternyata anak anggota Sat Sabhara Polres Palopo, Bripka Ramadhan.

    Mengetahui anaknya dianiaya, ayah korban langsung mendatangi lokasi kejadian. Ia kemudian menjumpai sejumlah remaja yang tengah nongkrong di warung Leamo, dan menanyakan siapa orang yang memukul anaknya.

    Namun, para remaja tersebut mengaku tidak mengetahui pelaku. Saat itulah, Bripka Ramadhan diduga memukul Enal (19), warga Desa Padang Kalua.

    “Namun anak-anak tersebut menjawab tidak tahu sehingga Bripka Ramadhan langsung memukul EN,” kata Kasi Humas Polres Luwu Iptu Yakobus Rimpung dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Minggu (12/10/2025).

    Tak lama kemudian, situasi pun memanas. Sekitar pukul 23.55 Wita, sekelompok pemuda dari Desa Tanarigella mendatangi Desa Padang Kalua untuk melakukan aksi balasan. Mereka menyerang dengan melempar batu ke arah rumah Kepala Desa Padang Kalua, sambil berteriak-teriak.

    Warga Padang Kalua yang mendengar keributan pun keluar dari rumah dan melakukan aksi balasan. Akibatnya, bentrokan dan saling lempar batu pun tak terhindarkan. Arus lalu lintas di jalur trans Palopo–Makassar sempat macet total akibat kejadian itu.

    Sekitar pukul 24.00 Wita, personel Polsek Bua yang dipimpin Kapolsek IPTU Anwar Syamsuddin, tiba di lokasi untuk menenangkan warga. Namun, aksi massa sulit dikendalikan. Salah satu lemparan batu bahkan mengenai kaca depan mobil patroli polisi hingga pecah.

    Kericuhan kemudian berlanjut hingga Minggu (12/10) dini hari pukul 00.20 Wita, ketika seorang remaja bernama Muh. Antas (16), warga Desa Barowa, melintas di lokasi tawuran saat hendak pulang dari rumah temannya di Kota Palopo.

    Karena terjebak di tengah bentrokan, Antas meninggalkan sepeda motor Yamaha Mio M3 DP 3046 US miliknya dan berlari menyelamatkan diri.

    Warga Padang Kalua yang mengira motor tersebut milik kelompok penyerang, kemudian membakar kendaraan itu. “Motor miliknya dibakar warga Padang Kalua karena dikira milik pemuda dari Desa Tanarigella,” terang Iptu Yakobus.

    Sekitar pukul 00.55 Wita, aparat gabungan dari Polres Luwu yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Jody Dharma, akhirnya tiba di lokasi. Polisi langsung membubarkan massa dan menenangkan situasi hingga kondisi kembali kondusif serta arus lalu lintas normal.

    Menurut Kasi Humas Polres Luwu, pihak kepolisian kini masih melakukan penyelidikan terhadap penyebab utama bentrokan, termasuk dugaan pemukulan yang dilakukan oleh oknum polisi.

    “Kronologinya begitu dari Polsek Bua, tawuran dipicu oleh dugaan pemukulan oleh oknum polisi,” ungkap Yakobus.

    Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Luwu AKP Jody Dharma mengatakan, Bripka Ramadhan telah diperiksa untuk dimintai keterangan. Dari hasil pemeriksaan awal, Ramadhan membantah telah memukul korban.

    “Menurut Ramadhan, ia hanya menepis kaki EN satu kali menggunakan helm karena dianggap bersikap kurang sopan saat ditanya. Namun kami masih melakukan pendalaman untuk memastikan kebenarannya,” terang Jody. 

  • Kronologi Oknum Polisi Diduga Pukul Warga hingga Picu Tawuran 2 Desa di Sulsel

    Kronologi Oknum Polisi Diduga Pukul Warga hingga Picu Tawuran 2 Desa di Sulsel

    Liputan6.com, Jakarta – Insiden dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berujung pada bentrokan antarwarga dua desa hingga satu unit motor dibakar massa. Peristiwa itu terjadi di wilayah Desa Padang Kalua, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari (11–12 Oktober 2025).

    Kejadian bermula pada Sabtu (11/10/2025) sekitar pukul 20.00 WITA. Saat itu, seorang pelajar bernama Lutfi (16), yang merupakan warga Desa Tanarigella, Kecamatan Bua, diduga menjadi korban penganiayaan oleh orang tak dikenal di Dusun Baru Tongkon, Desa Padang Kalua. Belakangan diketahu Lutfi ternyata anak anggota Sat Sabhara Polres Palopo, Bripka Ramadhan.

    Mengetahui anaknya dianiaya, ayah korban langsung mendatangi lokasi kejadian. Ia kemudian menjumpai sejumlah remaja yang tengah nongkrong di warung Leamo, dan menanyakan siapa orang yang memukul anaknya.

    Namun, para remaja tersebut mengaku tidak mengetahui pelaku. Saat itulah, Bripka Ramadhan diduga memukul Enal (19), warga Desa Padang Kalua.

    “Namun anak-anak tersebut menjawab tidak tahu sehingga Bripka Ramadhan langsung memukul EN,” kata Kasi Humas Polres Luwu Iptu Yakobus Rimpung dalam keterangannya kepada Liputan6.com, Minggu (12/10/2025).

    Tak lama kemudian, situasi pun memanas. Sekitar pukul 23.55 Wita, sekelompok pemuda dari Desa Tanarigella mendatangi Desa Padang Kalua untuk melakukan aksi balasan. Mereka menyerang dengan melempar batu ke arah rumah Kepala Desa Padang Kalua, sambil berteriak-teriak.

    Warga Padang Kalua yang mendengar keributan pun keluar dari rumah dan melakukan aksi balasan. Akibatnya, bentrokan dan saling lempar batu pun tak terhindarkan. Arus lalu lintas di jalur trans Palopo–Makassar sempat macet total akibat kejadian itu.

    Sekitar pukul 24.00 Wita, personel Polsek Bua yang dipimpin Kapolsek IPTU Anwar Syamsuddin, tiba di lokasi untuk menenangkan warga. Namun, aksi massa sulit dikendalikan. Salah satu lemparan batu bahkan mengenai kaca depan mobil patroli polisi hingga pecah.

    Kericuhan kemudian berlanjut hingga Minggu (12/10) dini hari pukul 00.20 Wita, ketika seorang remaja bernama Muh. Antas (16), warga Desa Barowa, melintas di lokasi tawuran saat hendak pulang dari rumah temannya di Kota Palopo. Karena terjebak di tengah bentrokan, Antas meninggalkan sepeda motor Yamaha Mio M3 DP 3046 US miliknya dan berlari menyelamatkan diri.

    Warga Padang Kalua yang mengira motor tersebut milik kelompok penyerang, kemudian membakar kendaraan itu.

    “Motor miliknya dibakar warga Padang Kalua karena dikira milik pemuda dari Desa Tanarigella,” terang Iptu Yakobus.

    Sekitar pukul 00.55 Wita, aparat gabungan dari Polres Luwu yang dipimpin Kasat Reskrim AKP Jody Dharma, akhirnya tiba di lokasi. Polisi langsung membubarkan massa dan menenangkan situasi hingga kondisi kembali kondusif serta arus lalu lintas normal.

     

  • Kejari Palopo Selidiki Dugaan Korupsi Pembangunan Gedung DPRD, Libatkan Tim Ahli UNM
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 Oktober 2025

    Kejari Palopo Selidiki Dugaan Korupsi Pembangunan Gedung DPRD, Libatkan Tim Ahli UNM Regional 11 Oktober 2025

    Kejari Palopo Selidiki Dugaan Korupsi Pembangunan Gedung DPRD, Libatkan Tim Ahli UNM
    Tim Redaksi
    PALOPO, KOMPAS.com
    – Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Palopo, Sulawesi Selatan, menyelidiki dugaan tindak pidana korupsi dalam pembangunan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palopo.
    Penyelidikan dilakukan setelah ditemukan dugaan ketidaksesuaian antara kondisi fisik bangunan dengan dokumen perencanaan proyek yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).
    “Kami menurunkan tim ahli konstruksi dari UNM Makassar. Tujuannya untuk mencocokkan kondisi fisik bangunan dengan RAB, apakah ada indikasi kerugian negara atau tidak,” kata Kasi Pidsus Kejari Palopo, Yoga, saat ditemui di lokasi, Sabtu (11/10/2025).
    Menurut Yoga, langkah tersebut merupakan bagian dari proses penyelidikan awal guna memastikan transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran pembangunan gedung DPRD yang disebut menelan dana miliaran rupiah.
    Dalam proses penyelidikan ini, penyidik telah meminta keterangan dari berbagai pihak yang terlibat dalam proyek, termasuk rekanan pelaksana, konsultan perencana, dan pejabat pembuat komitmen (PPK).
    “Yang sudah kami mintai keterangan itu yakni rekanan satu orang, kemudian konsultan perencana dan PPK,” ucap Yoga.
    Meski belum membeberkan nilai proyek maupun tahun anggaran secara rinci, Yoga menegaskan bahwa penyelidikan ini merupakan bentuk komitmen kejaksaan dalam mengawal pengelolaan keuangan daerah agar tepat sasaran dan bebas dari penyimpangan.
    Yoga menyebutkan, hasil pemeriksaan tim ahli konstruksi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) akan menjadi dasar bagi kejaksaan untuk menentukan langkah hukum berikutnya.
    “Kita masih menunggu hasil pemeriksaan teknis dari tim ahli. Kalau nanti ditemukan adanya perbedaan signifikan atau potensi kerugian negara, tentu akan kami tindaklanjuti ke tahap penyidikan,” tegasnya.
    Kejari Palopo juga berkomitmen menjalankan proses hukum secara profesional dan transparan agar tidak menimbulkan spekulasi publik.
    “Kami pastikan prosesnya berjalan objektif. Semua temuan akan kami sampaikan sesuai hasil pemeriksaan resmi,” ujar Yoga.
    Sebelumnya, Kejari Palopo telah mengonfirmasi dimulainya penyelidikan kasus ini pada Kamis (18/9/2025).
    Proyek pembangunan gedung DPRD Palopo diketahui rampung pada tahun 2022 dengan nilai kontrak sekitar Rp 21 miliar.
    “Dugaan korupsinya berawal dari kerusakan gedung itu dan adanya aduan masyarakat. Dari situ, kami menerbitkan sprinlidik untuk menindaklanjuti,” ujar Yoga saat dikonfirmasi pada 18 September 2025.
    Kasus ini mencuat setelah muncul laporan masyarakat yang menyoroti sejumlah kerusakan bangunan dan dugaan tidak sesuai spesifikasi perencanaan, menyusul aksi unjuk rasa mahasiswa di halaman kantor DPRD Palopo pada 1 September 2025 yang sempat berujung ricuh.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Buntut Bullying Viral di SMP 13 Kambo Palopo Sulsel, 3 Siswa Cuma Diskorsing

    Buntut Bullying Viral di SMP 13 Kambo Palopo Sulsel, 3 Siswa Cuma Diskorsing

    Sebelumnya, kasus perundungan atau bullying di SMP Negeri 3 Kambo, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, menjadi viral usai videonya diunggah ke media sosial.

    Kasat Reskrim Polres Palopo, Iptu Sahrir membenarkan hal tersebut. Dia menjelaskan bahwa korban telah melapor ke polisi pada Rabu (8/10/2025) malam dan akan segera memanggil para siswa yang melakukan perundungan.

    “Tadi malam sudah melapor resmi. Besok para pihak (terlapor) akan diundang ke polres,” kata Sahrir kepada Liputan6.com, Kamis (9/10/2025).

    Dari data yang diterima, korban perundungan dalam insiden tersebut adalah RL (13), sementara para pelaku yang terlibat dalam kejadian itu ada lima orang siswa, yakni MA (13), MT (13), AR (13), A (13), dan R (13).

    Sementara itu, Kapolres Palopo, AKBP Dedi Surya Dharma, turut angkat bicara terkait kasus perundungan dan pengeroyokan siswa SMP Negeri 13 Kambo, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, yang sempat viral di media sosial.

    Dedi menegaskan, karena para pelaku masih berstatus anak di bawah umur, maka penyelesaian kasus tersebut lebih dulu diupayakan melalui jalur mediasi.

    “Iya, kalau untuk kasus anak-anak diupayakan mediasi dahulu,” kata AKBP Dedi melalui pesan singkat, Kamis (9/10/2025).

    Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa penanganan perkara pidana dengan pelaku anak berbeda dengan orang dewasa. Ada mekanisme hukum khusus yang disebut diversi, yakni pengalihan penyelesaian perkara dari jalur peradilan pidana ke luar pengadilan.

    “Kalau kasus anak sebagai pelaku nanti ada beberapa kali diversi, mulai sebelum penyidikan, saat penyidikan, penuntutan, hingga persidangan,” jelasnya.

    Menurut Dedi, tujuan dari diversi adalah mengedepankan pembinaan dan pemulihan, bukan semata-mata menghukum anak. Karena itu, setiap tahapan proses hukum tetap membuka ruang mediasi antara pelaku, korban, serta pihak keluarga.

    “Jadi dilihat bagaimana perkembangan nanti ya,” tambahnya.

     

  • Buntut Bullying Viral di SMP 13 Kambo Palopo Sulsel, 3 Siswa Cuma Diskorsing

    Ortu Menolak Damai, Polisi Periksa 5 Siswa SMP yang Bully Temannya Sendiri di Palopo Sulsel

    Sebelumnya, sebuah video pendek yang memperlihatkan aksi perundungan dan pengeroyokan sejumlah siswa SMP terhadap seorang temannya viral di berbagai platform media sosial. Video tersebut langsung menuai kecaman publik.

    Dalam rekaman yang beredar, tampak seorang siswa berseragam celana biru dan batik biru-putih memukul korban yang sudah tergeletak di tanah. Tak berhenti di situ, pelaku menarik baju korban sambil mengejeknya. Setelah korban bangun, pelaku menyandarkannya ke dinding sekolah dan melontarkan kata-kata kasar.

    Tidak hanya satu orang, seorang siswa lain yang mengenakan tas hitam-putih juga ikut menganiaya. Ia terlihat menendang punggung korban dengan brutal.

    Belakangan diketahui, peristiwa itu terjadi di SMP Negeri 13 Kambo, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, pada Selasa (7/10/2025) sekitar pukul 14.30 Wita. Korban berinisial RL (13), sementara pelaku pengeroyokan tercatat ada lima orang, masing-masing berinisial MA (13), MT (13), AR (13), A (13), dan R (13).

    Fina, ibu kandung korban, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan pihak keluarga telah melaporkan kasus itu secara resmi ke kepolisian.

    “Saya di Samarinda sekarang. Tadi malam sudah melapor ke Polres, diantar sama neneknya,” kata Fina kepada Liputan6.com, Kamis (9/10/2025).

    Menurut Fina, pengeroyokan itu bermula ketika anaknya menolak menuruti perintah para pelaku. Penolakan itu memicu kemarahan hingga berujung pada pemukulan.

    “Anak saya lagi makan nasi kuning, tiba-tiba ditarik lalu dipukul, diajak duel sama ini anak jagoan,” jelasnya.

    Fina mengaku sangat kesal dengan insiden yang menimpa buah hatinya tersebut. Ia menegaskan para pelaku harus mendapat sanksi yang setimpal.”

    “Kalau informasi yang saya dapat, pelaku sudah dinonaktifkan dari sekolah. Tapi saya akan pantau apakah betul sudah dikeluarkan atau tidak. Kalau tidak, saya akan tuntut sekolah,” ucapnya dengan nada kesal.

    Ia juga menyebut video yang beredar hanya merekam sebagian kecil dari kejadian. Sebelum video dibuat, anaknya sudah dianiaya terlebih dahulu.

    “Video ini cuma sepotong. Anak saya sudah dipukuli lama sebelum kejadian itu direkam. Bahkan ini bukan pertama kalinya, sudah sering anak saya dipukul sama itu anak jagoan,” ungkapnya.

    Kapolres Palopo, AKBP Dedi Surya Dharma, membenarkan laporan tersebut. Ia menyebut kasus ini kini ditangani Satreskrim Polres Palopo.

    “Sudah dilaporkan. Sempat kita upayakan mediasi dulu, tapi gagal,” ujarnya.

     

  • Mahasiswa Geruduk PN Palopo, Desak Keadilan untuk Fangki dan Anugerah yang Jadi Tersangka Aksi Ricuh DPRD
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        7 Oktober 2025

    Mahasiswa Geruduk PN Palopo, Desak Keadilan untuk Fangki dan Anugerah yang Jadi Tersangka Aksi Ricuh DPRD Makassar 7 Oktober 2025

    Mahasiswa Geruduk PN Palopo, Desak Keadilan untuk Fangki dan Anugerah yang Jadi Tersangka Aksi Ricuh DPRD
    Tim Redaksi
    PALOPO, KOMPAS.com –
    Puluhan mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat Palopo menggelar aksi unjuk rasa di depan Pengadilan Negeri (PN) Palopo, Sulawesi Selatan, Senin (6/10/2025).
    Aksi ini merupakan bentuk dukungan dan tuntutan keadilan bagi dua rekan mereka, Fangki dan Anugrah, yang ditetapkan sebagai tersangka setelah demonstrasi ricuh sebulan lalu.
    Dalam aksi ini, massa membentangkan sejumlah spanduk bertuliskan “Keadilan untuk Fangki dan Anugrah” dan “Selamatkan Demokrasi di Kota Palopo”.
    Mereka juga membakar ban sebagai bentuk kekecewaan atas proses hukum yang dinilai tidak transparan.
    Dalam orasinya di depan PN Palopo, Juand, jenderal lapangan aksi menilai, langkah aparat kepolisian menangani kasus tersebut sebagai tindakan yang tidak mencerminkan keadilan.
    “Proses hukum terhadap Fangki dan Anugrah cacat formil dan administratif. Ini bentuk arogansi aparat yang tidak menghormati prinsip hukum yang berlaku,” kata Juand saat dikonfirmasi, Senin (6/10/2025).
    Ia meminta Pengadilan Negeri Palopo untuk menjadi benteng terakhir dalam penegakan hukum yang berkeadilan, bukan sekadar memperkuat tindakan aparat yang dinilai sewenang-wenang.
    “Pengadilan harus memutus berdasarkan hati nurani, bukan tekanan atau kepentingan tertentu,” ucapnya.
    Sementara itu, Armin, wakil jenderal lapangan aksi, memaparkan sejumlah pelanggaran prosedur. Menurutnya, penangkapan terhadap Anugrah pada 1 September dilakukan tanpa membawa surat penangkapan atau surat perintah resmi.
    “Tidak ada surat penangkapan yang diperlihatkan saat Anugrah dibawa. Bahkan hingga keesokan harinya, polisi belum juga mengeluarkan surat penetapan tersangka terhadap Fangki maupun Anugrah,” ujar Armin.
    Armin menambahkan, pihak keluarga dan kuasa hukum tidak pernah menerima pemberitahuan resmi mengenai proses penyidikan maupun penetapan status hukum keduanya.
    “Ini sudah menyalahi prosedur. Kami minta penegak hukum menghormati hak-hak warga negara, terutama dalam konteks kebebasan berekspresi,” tuturnya.
    Aksi yang berlangsung selama sekitar satu jam itu berjalan tertib meski diwarnai pembakaran ban dan orasi keras. Massa aksi secara bergantian menyampaikan aspirasi untuk menuntut keadilan bagi Fangki dan Anugrah.
    Namun hingga aksi berakhir, tidak satu pun perwakilan dari Pengadilan Negeri Palopo yang menemui pengunjuk rasa.
    “Kami kecewa karena pihak pengadilan tidak mau menemui kami. Padahal yang kami tuntut adalah keadilan, bukan kekerasan,” ujar salah satu peserta aksi
    Usai aksi di PN Palopo, massa menyatakan akan terus mengawal jalannya proses hukum terhadap Fangki dan Anugrah hingga ada putusan yang berkekuatan hukum tetap.
    Mereka menegaskan, perjuangan menuntut keadilan tidak akan berhenti di depan pengadilan, melainkan akan terus berlanjut melalui jalur hukum dan aksi solidaritas berikutnya.
    “Ini bukan hanya soal dua orang kawan kami. Ini soal ruang demokrasi di Palopo yang mulai dibungkam,” imbuh Juand.
    Kericuhan yang menyeret nama Fangki dan Anugrah terjadi saat ratusan mahasiswa berunjuk rasa di Gedung DPRD Kota Palopo pada Senin (1/9/2025).
    Aksi kala itu digelar untuk menolak kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat, namun berujung ricuh dan menyebabkan kerusakan pada gedung dewan.
    Bagian depan kantor DPRD yang mayoritas berupa kaca pecah. Selain itu, sejumlah fasilitas di dalam gedung juga mengalami kerusakan.
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi Tetapkan Prof S Tersangka Kasus Kekerasan Anak di Pondok Pesantren Palopo
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 September 2025

    Polisi Tetapkan Prof S Tersangka Kasus Kekerasan Anak di Pondok Pesantren Palopo Regional 28 September 2025

    Polisi Tetapkan Prof S Tersangka Kasus Kekerasan Anak di Pondok Pesantren Palopo
    Tim Redaksi
     
    PALOPO, KOMPAS.com
    – Kepolisian Resor (Polres) Palopo, Sulawesi Selatan, menetapkan seorang pimpinan pesantren berinisial Prof S sebagai tersangka dalam kasus dugaan kekerasan terhadap anak di salah satu pondok pesantren di Kota Palopo.
    Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Palopo, Iptu Sahrir menyatakan penetapan status tersangka itu dilakukan setelah penyidik melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap pelapor, korban, dan dua orang saksi lain.
    “Statusnya sudah tersangka. Saat ini kami masih menyusun berkas perkara untuk selanjutnya dilimpahkan ke kejaksaan,” kata Sahrir, saat dikonfirmasi, Minggu (28/9/2025).
    Meski telah ditetapkan sebagai tersangka, polisi belum melakukan penahanan terhadap Prof S. Menurut Sahrir, hal itu berkaitan dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan.
    “Belum dilakukan penahanan karena alasan kesehatan. Namun proses hukum tetap berjalan sesuai ketentuan,” tambahnya.
    Kasus dugaan kekerasan terhadap anak di lingkungan pesantren ini sebelumnya dilaporkan oleh keluarga korban ke Polres Palopo.
    Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan intensif hingga akhirnya polisi menetapkan Prof S sebagai tersangka.
    Polisi memastikan penanganan perkara ini dilakukan secara profesional dan transparan.
    “Kami berkomitmen mengusut kasus ini secara tuntas,” tegas Sahrir.
    Sebelumnya, sebuah video memperlihatkan tindakan kekerasan terhadap santri di salah satu pondok pesantren di Palopo, Sulawesi Selatan, viral di media sosial.
    Dalam video itu, seorang pria yang disebut-sebut sebagai pembina pesantren berinisial Prof S terlihat menampar santri.
    Tak hanya santri, seorang qori berusia 14 tahun juga menjadi korban. Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat (12/9/2025) malam dan baru dilaporkan pihak keluarga ke Polres Palopo keesokan harinya.
    Menurut keterangan keluarga, Musdalipa Arif, tante korban, keponakannya ditampar saat hendak bersalaman dengan Prof S.
    “Ponakan saya itu bukan santri di situ, dia hanya datang karena diundang jadi qori. Waktu mau bersalaman, dia langsung ditampar. Setelah ditampar, penglihatannya langsung gelap, telinganya berdengung, bahkan sempat sempoyongan,” ujarnya.
    Pimpinan Pondok Pesantren Modern Datok Sulaiman (PMDS) Putra Palopo, Sudarwin Tuo, sebelumnya buka suara terkait video viral itu.
    Ia mengakui peristiwa tersebut dan menyampaikan permohonan maaf atas tindakan kekerasan yang disebutnya sebagai “teguran yang keliru”.
    “Kami akui peristiwa itu terjadi, namun perlu dipahami, kejadian bermula saat kegiatan rutin belajar Al-Qur’an. Setelah itu ada teguran yang disampaikan oleh pengurus pesantren kepada salah satu santri. Sayangnya teguran tersebut dilakukan dengan cara yang keliru, yakni menampar,” kata Sudarwin kepada Kompas.com, Selasa (16/9/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menteri Pariwisata berdialog dengan mahasiswa soal pemajuan pariwisata

    Menteri Pariwisata berdialog dengan mahasiswa soal pemajuan pariwisata

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana berdialog dengan mahasiswa Politeknik Pariwisata Makassar mengenai upaya pengembangan dan pemajuan pariwisata, terutama yang berkenaan dengan peningkatan kapasitas dan daya saing sumber daya manusia.

    Dia berharap bisa mengidentifikasi tantangan serta menerima ide-ide segar mengenai upaya pengembangan pariwisata dalam acara Ngobrol Bareng Mahasiswa Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar yang dilaksanakan di Kampus Poltekpar Makassar pada Sabtu (20/9).

    “Saya datang ke sini untuk mendengar langsung keluhan maupun ide dari mahasiswa. Anak muda selalu punya gagasan inovatif yang bisa membantu kami di pemerintahan,” katanya sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian yang dikonfirmasi pada Senin.

    Dalam acara Ngobrol Bareng Mahasiswa Poltekpar Makassar, mahasiswa dari Program Studi Usaha Perencanaan Wisata Voli Feda Pratiwi menyampaikan perlunya peningkatan promosi kapal pinisi sebagai ikon Sulawesi di Bulukumba.

    Mahasiswa dari program studi yang sama, Rahma Dini Saputri, mengemukakan perlunya mempromosikan Kota Palopo sebagai daerah tujuan wisata bahari, budaya, dan sejarah.

    Menteri Pariwisata menyampaikan bahwa promosi kapal pinisi bisa dilakukan melalui upaya kolaborasi dan dapat dimasukkan dalam cakupan program pengembangan wisata yang dijalankan oleh kementerian.

    Program Wisata Naik Kelas Kementerian Pariwisata dirancang untuk meningkatkan kualitas pariwisata dari segala sisi, mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia, produk wisata, hingga promosi melalui pendekatan wisata minat khusus.

    “Indonesia memiliki potensi besar dengan 17 ribu pulau. Wisata bahari bisa menjadi industri kuat, namun regulasi pelayaran masih perlu diperkuat. Itu pekerjaan rumah besar yang harus kita benahi,” kata Menteri Pariwisata.

    Dia menyampaikan rencana berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan pemangku kepentingan terkait lain untuk mengoptimalkan regulasi pelayaran wisata.

    Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Martini Mohamad Paham mengatakan, pemerintah pusat tidak bisa bekerja sendiri dalam mempromosikan pariwisata.

    Menurut dia, para mahasiswa bisa membantu mempromosikan daerah tujuan wisata dalam negeri dengan mengunggah konten-konten wisata di platform media sosial.

    “Hal sederhana yang bisa dilakukan teman-teman adalah membuat konten positif tentang destinasi Indonesia. Ayo bersama-sama promosikan keunggulan pariwisata kita, mulai dari makanan, tenun, suvenir, hingga karya kreatif mahasiswa,” katanya.

    Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
    Editor: Maryati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Cinta Ibu dalam Setiap Gram Emas: Dari Rp 15.000, Lily Bangun Masa Depan Anak-anaknya
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        20 September 2025

    Cinta Ibu dalam Setiap Gram Emas: Dari Rp 15.000, Lily Bangun Masa Depan Anak-anaknya Makassar 20 September 2025

    Cinta Ibu dalam Setiap Gram Emas: Dari Rp 15.000, Lily Bangun Masa Depan Anak-anaknya
    Tim Redaksi
    PALOPO, KOMPAS.com
    – Suasana sebuah toko peralatan rumah tangga di Kelurahan Balandai, Kota Palopo, Sulawesi Selatan, tampak ramai.
    Deretan piring, gelas kaca, ember plastik, timba, hingga rak berisi aneka perabot dapur tertata rapi.
    Di balik meja kasir, seorang perempuan berwajah teduh dengan senyum hangat sibuk melayani pembeli.
    Sesekali ia menunduk menghitung uang, lalu menulis sesuatu di buku catatan sederhana.
    Perempuan itu adalah Lily Ocmelia (36).
    Ibu tiga anak asal Medan ini kini dikenal sebagai pedagang sukses.
    Namun, di balik kerapian toko dan ramainya pelanggan, ada kisah panjang tentang perjuangan, ketekunan, dan keberanian mengambil keputusan kecil yang berdampak besar: menabung emas di Pegadaian.
    Lily merantau ke Palopo, Sulawesi Selatan, dua dekade lalu.
    Seperti banyak perantau lainnya, ia datang dengan harapan sederhana: ingin hidup lebih baik.
    Modalnya terbatas, pekerjaannya pun serabutan.
    Ia sering kali mendapati uang hasil kerja cepat habis.
    Ada kebutuhan sehari-hari, ada pula godaan untuk membeli hal-hal kecil yang membuat uang tak tersisa.
    Pada 2004, sejak masih SMP, ia mendengar kabar dari seorang teman bahwa Pegadaian membuka layanan Tabungan Emas, sebuah produk yang memungkinkan siapa pun menabung mulai dari Rp10.000 atau Rp15.000.
    “Awalnya saya ragu. Masa iya bisa nabung Rp15.000 diubah jadi emas? Tapi saya coba saja. Ternyata betul, dan nilainya terasa lebih besar dari sekadar tabungan biasa,” kenang Lily, Sabtu (20/9/2025).
    Sejak hari itu, kebiasaannya berubah.
    Ia mulai rajin menyisihkan uang kecil setiap kali ada rezeki.
    Dari Rp15.000, Rp30.000, hingga ratusan ribu.
    Hasil tabungan emas itu tidak hanya bertambah, tetapi juga memberi kejutan.
    Dalam setahun, ia menghitung selisih keuntungan yang cukup besar.
    “Kalau deposito biasa, paling dapat Rp22 juta. Tapi kalau emas, bisa jadi Rp28 juta lebih. Saya kaget juga, ternyata naiknya lumayan besar,” kata Lily.
    Perlahan, ia mulai memanfaatkan emas itu untuk sesuatu yang lebih produktif: membuka usaha kecil menjual barang pecah belah.
    Awalnya, barang dagangannya sederhana, seperti piring, gelas, beberapa ember plastik, timba, sapu, dan sebagainya.
    Pelanggannya pun hanya tetangga sekitar.
    Namun, ketika butuh tambahan modal untuk mendatangkan barang dari Jawa, emas kembali jadi penyelamat.
    “Kalau modal kurang, saya gadaikan dulu emasnya. Nanti setelah barang laku, ditebus lagi. Itu yang bikin usaha saya tidak pernah terhenti,” ucapnya.
    Kini, usaha Lily berkembang pesat.
    Tokonya berubah menjadi grosir peralatan rumah tangga.
    Pembeli datang bukan hanya dari sekitar rumah, tetapi juga dari beberapa daerah.
    Di dalam toko, deretan rak penuh barang menjadi bukti kerja keras dan konsistensinya.
    Dari emas yang awalnya hanya seberat beberapa gram, kini lahir sebuah usaha yang menopang hidup keluarga.
    “Kalau bukan karena emas, mungkin saya sudah berhenti dagang. Uang gampang habis, tapi kalau emas, bisa jadi modal kapan saja,” ujar Lily sambil tersenyum.
    Selain untuk usaha, Lily memandang emas sebagai warisan masa depan anak-anaknya.
    Putra sulungnya kini sekolah di pondok pesantren kelas 7, sementara dua anak lainnya masih di sekolah dasar.
    Sebagai ibu, ia ingin memastikan pendidikan mereka tidak terputus.
    “Saya selalu bilang ke anak-anak, emas ini untuk masa depan kalian. Bahkan mereka sudah saya buatkan tabungan emas sendiri dari uang jajan. Jadi mereka belajar menabung sejak kecil,” tuturnya.
    Di sela kesibukannya berdagang, Lily sering membayangkan saat anak-anaknya nanti kuliah.
    Tabungan emas yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit akan jadi bekal untuk mereka meraih cita-cita.
    Selain tabungan, Lily juga mencoba program Cicil Emas.
    Baru-baru ini, ia berhasil menebus logam mulia 25 gram hasil cicilannya.
    “Rasanya bahagia sekali bisa pegang emas batangan. Padahal nyicilnya kecil-kecil, tapi akhirnya bisa lunas. Itu bikin saya tambah yakin untuk terus menabung,” imbuhnya.
    Ia kini bermimpi bisa mengumpulkan emas hingga ratusan gram.
    Baginya, emas bukan hanya investasi, tetapi juga bentuk ketekunan dan doa yang diwujudkan dalam wujud nyata.
    Meski sudah menikmati hasil, Lily menyimpan satu penyesalan: ia merasa terlambat memulai.
    “Kalau tahu dari dulu, mungkin sekarang emas saya sudah lebih banyak. Dulu saya nabung di deposito, hasilnya kecil. Kalau emas, dalam setahun saja bisa naik jauh,” katanya.
    Ia berharap lebih banyak ibu rumah tangga yang berani mencoba.
    “Jangan tunggu punya uang banyak dulu. Mulai dari kecil, Rp10 ribu sehari pun bisa. Lama-lama jadi besar. Saya sudah buktikan, usaha bisa jalan, anak-anak bisa sekolah, semua karena emas,” tuturnya.
    Kepala Cabang Pegadaian Palopo, Erik, mengatakan kisah Lily adalah bukti nyata bagaimana produk emas Pegadaian memberdayakan masyarakat.
    “Tabungan Emas bisa dimulai dari Rp10.000. Jadi semua kalangan bisa menabung. Dari yang awalnya kecil, lama-lama terkumpul dan bisa jadi modal usaha atau jaminan pendidikan, seperti yang dialami Ibu Lily,” jelas Erik.
    Menurut Erik, dalam lima tahun terakhir, minat masyarakat Palopo terhadap emas meningkat signifikan.
    Digitalisasi layanan juga memudahkan masyarakat mengakses produk tanpa harus datang ke kantor.
    “Sekarang semua bisa lewat aplikasi. Masyarakat bisa menabung, membeli, atau menggadai emas dengan cepat. Itu membuat mereka lebih percaya diri untuk berinvestasi,” terangnya.
    Kisah Lily bukan sekadar cerita bisnis.
    Di dalamnya ada sisi humanis yang kuat: seorang ibu yang ingin anak-anaknya bersekolah tinggi, seorang perempuan yang tidak menyerah pada keterbatasan, dan seorang pedagang yang berani mengambil langkah kecil untuk mewujudkan mimpi besar.
    Pegadaian, lewat produk emasnya, menjadi jembatan harapan: mengemaskan Indonesia.
    Dari setoran kecil Rp15.000, kini berdiri sebuah toko grosir yang menopang kehidupan keluarga.
    Dan di balik meja kasir, setiap gram emas yang Lily tabung adalah simbol cinta seorang ibu kepada masa depan anak-anaknya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.