kab/kota: Pacitan

  • Kecelakaan Turun 32%, Operasi Ketupat 2025 di Jatim Catat Perbaikan Signifikan Lalu Lintas

    Kecelakaan Turun 32%, Operasi Ketupat 2025 di Jatim Catat Perbaikan Signifikan Lalu Lintas

    Surabaya (beritajatim.com) – Operasi Ketupat 2025 yang digelar selama 16 hari mulai 24 Maret hingga 9 April 2025 oleh Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jawa Timur mencatat hasil positif. Selama periode ini terjadi 514 kecelakaan lalu lintas, menurun 32 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 758 kasus.

    “Setelah ditutup operasi pada tadi malam kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan operasi tercatat 514 kasus kecelakaan menurun 32 persen dibanding dengan tahun lalu ada 758 kasus kecelakaan,“ ujar Dirlantas Polda Jatim Kombes Komaruddin, Rabu (9/4/2025).

    Komaruddin mengungkapkan, selain kecelakaan lalu lintas, pihaknya juga mencatat adanya penurunan kasus gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) selama Operasi Ketupat berlangsung. Tahun ini terdapat 1.835 kasus gangguan Kamtibmas, turun 17,12 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 2.214 kasus.

    “Kejahatan konvensional turun 21,79 persen tercatat 1.486 kasus dibanding tahun lalu 1.900 kasus. Sedangkan untuk bencana tetap, tahun lalu ada 6 kejadian dan tahun ini juga ada 6 kejadian,“ tambah dia.

    Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan volume mobilitas tertinggi kedua setelah Jawa Tengah, baik sebagai daerah asal maupun tujuan pemudik. Data dari traffic counting menunjukkan bahwa aktivitas kendaraan melalui jalur arteri meningkat signifikan.

    “Tercatat mobilitas kendaraan dari jalur arteri yang masuk ke Jatim dari Jateng meningkat 43 persen, yang keluar dari Jatim melalui jalur arteri peningkatan 33 persen, termasuk jalur tengah jalur arteri Ngawi peningkatan 80 persen ada pergerakan 159.325 kendaraan,“ jelas Komaruddin.

    Dibandingkan tahun 2024 yang hanya mencatat 88 ribu kendaraan di jalur tengah, peningkatan tersebut cukup mencolok. Untuk jalur selatan seperti Pacitan, terjadi penurunan aktivitas, yakni 42 persen untuk kendaraan masuk dan 31 persen kendaraan keluar.

    Sementara itu, jalur tol juga menunjukkan tren kenaikan. Kendaraan masuk ke Jatim melalui jalan tol meningkat 18 persen dengan total 105.049 kendaraan, sedangkan kendaraan keluar naik 14 persen menjadi 105.224 kendaraan.

    “Secara umum pergerakan jalur tol mulai tol Ngawi, Malang dan Probolinggo ada peningkatan 7 persen dibanding tahun lalu, 2.543.164 pergerakan dibanding tahun lalu yang tercatat 2.300.000 lebih kendaraan,“ ungkapnya.

    Komaruddin menyebut Ditlantas Polda Jatim memetakan berbagai potensi hambatan lalu lintas dan mencatat adanya penurunan pelanggaran lalu lintas terekam E-TLE sebesar 15 persen, dari 14 ribu menjadi 12.011 pelanggaran. Sementara teguran kepada pengguna jalan meningkat 42 persen, sebagai bentuk pendekatan humanis selama Operasi Ketupat berlangsung.

    Pelanggaran yang paling banyak mendapat sanksi adalah melawan arus serta penggunaan knalpot tidak sesuai spesifikasi.

    Tingkat fatalitas korban juga menurun drastis. Selama operasi, tercatat 10 korban meninggal dunia, turun 78 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 45 orang. Jumlah korban luka berat menurun 2 persen menjadi 44 orang, dan korban luka ringan menurun 27 persen. [uci/beq]

  • Terima Pesanan Fiktif Mengatasnamakan Puskesmas, Warung Makan di Pacitan Rugi Jutaan

    Terima Pesanan Fiktif Mengatasnamakan Puskesmas, Warung Makan di Pacitan Rugi Jutaan

    Pacitan (beritajatim.com) – Modus penipuan dengan cara mengatasnamakan instansi resmi kembali memakan korban di Pacitan. Kali ini, sejumlah warung makan di Kecamatan Ngadirojo tertipu pesanan fiktif yang mengaku berasal dari Puskesmas Ngadirojo, dengan kerugian mencapai jutaan rupiah.

    Salah satu korban, Yuni, pemilik warung makan, mengaku menerima pesan WhatsApp dari seseorang yang memperkenalkan diri sebagai Alfian, staf Puskesmas Ngadirojo. Pelaku memesan 45 nasi kotak dan meminta agar dikirim ke puskesmas pada pukul 12.00 WIB, dengan iming-iming pembayaran dilakukan secara tunai di tempat.

    “Penipu itu WA ke warung makan pihak ketiga, seolah petugas puskesmas kami. Salah satunya bahkan ada ibu-ibu tua yang mengantarkan makanan tadi siang ke sini,” ungkap Kepala Puskesmas Ngadirojo, dr. Rini Endrawati, Rabu (9/4/2025).

    dr. Rini memastikan bahwa tidak ada staf puskesmas bernama Alfian. Ia telah melakukan pengecekan internal dan mengonfirmasi bahwa nama tersebut tidak pernah terdaftar sebagai pegawai.

    Sedikitnya tiga warung makan menerima pesanan dengan modus yang sama. Salah satunya berhasil menggagalkan pengiriman setelah merasa curiga, namun satu warung terlanjur mengirim 45 nasi kotak ke puskesmas. Karena merasa iba, para pegawai puskesmas akhirnya patungan untuk membayar pesanan tersebut.

    “Mau tidak mau, nasi kotak itu akhirnya dibeli oleh pegawai kami secara patungan. Totalnya Rp1.350.000,” jelas Rini.

    Kasus ini sudah dilaporkan ke Polsek Ngadirojo. Kapolsek AKP Makhmuddi Kurnianto mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap permintaan mencurigakan yang mengatasnamakan instansi resmi.

    “Tidak mudah percaya terhadap order yang belum jelas atau order tanpa alamat, agar tidak terulang lagi di semua instansi atau di puskesmas lainnya,” tegasnya. [tri/beq]

  • Puluhan Balon Udara Hiasi Langit Pacitan, Beberapa Jatuh di Permukiman Warga

    Puluhan Balon Udara Hiasi Langit Pacitan, Beberapa Jatuh di Permukiman Warga

    Pacitan (beritajatim.com) – Langit Pacitan dalam beberapa hari terakhir dihiasi pemandangan tak biasa. Puluhan balon udara tanpa awak terlihat beterbangan di sejumlah wilayah, bahkan beberapa di antaranya dilaporkan jatuh di permukiman warga. Kejadian ini menimbulkan keresahan masyarakat, terutama terkait potensi bahaya yang ditimbulkan.

    Balon-balon berukuran bervariasi itu terlihat melintas di berbagai kawasan. Sejumlah warga melaporkan jatuhnya balon udara di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, serta Desa Gawang, Kecamatan Kebonagung. Meski tradisi menerbangkan balon udara kerap dilakukan masyarakat dari daerah sekitar seperti Ponorogo dan Tulungagung, warga Pacitan mengaku khawatir dengan dampaknya.

    “Kami takut kalau balon itu jatuh dan menimbulkan kebakaran, apalagi kalau pakai petasan,” ungkap salah satu warga.

    Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Balon udara yang menggunakan bahan peledak seperti petasan dinilai sangat berisiko, baik terhadap keselamatan jiwa maupun potensi gangguan penerbangan.

    Kapolres Pacitan, AKBP Agung Nugroho, turut angkat bicara mengenai fenomena ini. Ia mengimbau warga untuk tidak menerbangkan balon udara, terutama yang menggunakan bahan berbahaya.

    “Kami minta masyarakat tidak menerbangkan balon udara karena sangat berbahaya. Selain bisa memicu kebakaran, juga dapat mengganggu jalur penerbangan dan melukai orang lain,” tegasnya, Rabu (9/4/2025).

    Kapolres menegaskan bahwa penggunaan bahan peledak tanpa izin dalam balon udara merupakan tindakan yang melanggar hukum. Pihak kepolisian akan menindak tegas pelaku yang terbukti melanggar.

    “Bisa dijatuhi pasal dan sanksi hukum sesuai peraturan yang berlaku,” tandasnya.

    Pihak kepolisian berharap kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban tetap terjaga, termasuk tidak ikut-ikutan dalam tradisi yang berpotensi membahayakan tersebut. (tri/but)

  • Madiun Cerah, Tapi Pacitan Berkabut! Begini Prakiraan Cuaca 9 April 2025

    Madiun Cerah, Tapi Pacitan Berkabut! Begini Prakiraan Cuaca 9 April 2025

    Madiun (beritajatim.com) – Cuaca di wilayah Madiun dan sekitarnya pada Rabu, 9 April 2025, diprediksi mengalami pergerakan yang cukup dinamis. Berdasarkan informasi dari prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., pagi hari akan diawali dengan cuaca cerah di sebagian besar wilayah, namun kondisi ini akan berubah menjadi berawan hingga malam hari. Bahkan di wilayah Pacitan, kabut diperkirakan akan muncul menjelang malam.

    Kota Madiun diperkirakan menikmati pagi yang cerah dan terang sejak pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB. Setelah itu, cuaca akan berangsur menjadi berawan dan berlangsung hingga sore hari.

    “Kondisi cuaca di Kota Madiun relatif tenang, namun tetap perlu waspada terhadap potensi perubahan mendadak,” ujar Oky pada Selasa (8/4).

    Pada pukul 18.00 WIB, langit sempat kembali cerah, namun tak bertahan lama karena kembali berawan saat malam tiba. Suhu udara di kota ini cukup hangat dengan kisaran 24 hingga 31 derajat Celcius, disertai kelembaban udara yang tinggi antara 65 hingga 96 persen.

    Sementara itu, Kabupaten Madiun juga mencatatkan pola cuaca yang serupa. Pagi hari diprediksi cerah, namun saat siang, awan mulai menggantung di langit dan terus menebal hingga malam.

    Khusus pada pukul 15.00 WIB hingga 21.00 WIB, cuaca diperkirakan akan sepenuhnya berawan. Suhu udara berkisar antara 24 hingga 30 derajat Celcius, dengan kecepatan angin yang sedikit lebih tinggi dari Kota Madiun, yakni 10,2 km/jam dari arah Tenggara.

    Pacitan menunjukkan karakter cuaca yang sedikit berbeda. Pagi hari dimulai dengan kondisi cerah berawan, namun langit menjadi lebih tertutup pada siang hingga sore hari. Menjelang malam, tepatnya pukul 18.00 WIB, wilayah ini diperkirakan akan diselimuti kabut.

    Bahkan, pada pukul 21.00 WIB, kabut berubah menjadi udara kabur yang bisa mengganggu jarak pandang. Suhu di Pacitan cenderung lebih sejuk, berkisar antara 22 hingga 28 derajat Celcius.

    “Warga Pacitan sebaiknya berhati-hati, terutama yang berkendara malam hari. Kabut dan udara kabur bisa menurunkan visibilitas secara signifikan,” jelas Oky.

    Dengan kondisi yang cenderung lembab dan berawan, masyarakat diimbau untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan waspada terhadap perubahan cuaca. Oky juga menyarankan untuk memantau terus pembaruan informasi cuaca dari BMKG, karena tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan mendadak. (mnd/ian)

  • Mau Beraktivitas Hari Ini? Simak Prakiraan Cuaca Madiun dan Pacitan, 8 April 2025

    Mau Beraktivitas Hari Ini? Simak Prakiraan Cuaca Madiun dan Pacitan, 8 April 2025

    Madiun (beritajatim.com) – Cuaca di wilayah Madiun dan Pacitan pada Selasa, 8 April 2025, diprediksi akan didominasi oleh langit berawan sejak pagi hingga sore hari. Berdasarkan laporan prakiraan cuaca dari BMKG Juanda, kondisi atmosfer di tiga wilayah yakni Kota Madiun, Kabupaten Madiun, dan Pacitan terpantau cukup stabil meskipun mengalami variasi suhu dan tingkat kelembaban yang berbeda-beda.

    Di Kota Madiun, langit berawan akan terlihat sejak pukul 06.00 WIB hingga 15.00 WIB. Setelah itu, cuaca diperkirakan mulai membaik menjelang malam.

    “Kondisi cuaca akan berangsur cerah pada pukul 18.00 WIB dan menjadi cerah total pada pukul 21.00 WIB,” ujar Oky Sukma Hakim, S.Tr., prakirawan BMKG Juanda.

    Suhu di wilayah ini berkisar antara 23 hingga 31 derajat Celcius, dengan kelembaban mencapai 60 hingga 96 persen. Angin bertiup dari arah Tenggara dengan kecepatan sekitar 14,7 km/jam.

    Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Madiun. Langit berawan akan menyelimuti kawasan tersebut pada jam yang sama, namun suhu di wilayah ini sedikit lebih sejuk dibandingkan Kota Madiun.

    “Kabupaten Madiun memiliki suhu antara 23 hingga 30 derajat Celcius, dan angin datang dari arah Barat dengan kecepatan 13,3 km/jam,” jelas Oky. Kelembaban udara di kabupaten ini tercatat antara 64 hingga 95 persen, yang masih tergolong tinggi.

    Sementara itu, Pacitan mengalami pola cuaca yang sedikit berbeda. Meski langit berawan juga diperkirakan terjadi dari pagi hingga pukul 15.00 WIB, namun pada sore hingga malam hari wilayah ini justru akan diliputi udara kabur, yakni mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Warga pun diharapkan berhati-hati, terutama saat berkendara.

    Suhu udara di Pacitan cenderung lebih rendah dibandingkan dua wilayah lainnya, yakni antara 21 hingga 29 derajat Celcius. Angin berhembus dari arah Utara dengan kecepatan 7,9 km/jam dan kelembapan udara cukup tinggi, yakni berkisar antara 74 hingga 98 persen.

    BMKG Juanda mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan memperhatikan perkembangan cuaca terkini, terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan atau berkendara saat sore hingga malam hari.

    “Meski tidak ada indikasi hujan, kondisi langit berawan dan udara kabur tetap patut diwaspadai untuk keselamatan dan kenyamanan bersama,” pungkas Oky. (mnd/ian)

  • Bahayakan Wisatawan, Muara Pantai Soge Pacitan Dilarang untuk Aktivitas Renang

    Bahayakan Wisatawan, Muara Pantai Soge Pacitan Dilarang untuk Aktivitas Renang

    Pacitan (beritajatim.com) – Muara Pantai Soge di Kecamatan Ngadirojo, Pacitan kembali memakan korban jiwa saat libur Lebaran 2025. Tiga wisatawan asal Ponorogo ditemukan tewas tenggelam. Hal ini mendorong aparat kepolisian mengeluarkan larangan keras bagi masyarakat untuk berenang di kawasan tersebut.

    Kepolisian Resor Pacitan mengeluarkan imbauan tegas agar wisatawan tidak melakukan aktivitas berenang di muara Pantai Soge, Desa Sidomulyo, menyusul insiden tragis yang merenggut nyawa tiga pemuda dari Ponorogo.

    Kapolres Pacitan, AKBP Agung Nugroho, menyebut arus bawah di sekitar muara sangat kuat dan berbahaya. “Ini bukan peringatan sembarangan. Lokasi tersebut telah menelan terlalu banyak korban jiwa,” tegasnya, Senin (07/04/2025).

    Ketiga korban yang tewas dalam insiden terbaru tersebut adalah Agus Widodo (31), Ahmad Fahrudin (26), dan Zainal Muttaqin (22). Mereka datang berlibur saat momentum Lebaran namun justru kehilangan nyawa di lokasi wisata tersebut.

    Tragedi ini menambah daftar panjang insiden serupa yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Tercatat, dua korban lainnya adalah Syahrul Yulian (14) pada 2019 dan Apriliyanto Dwicahyanto (31) pada 2022.

    Tak hanya soal faktor alam, sejumlah warga setempat juga mengaitkan kawasan muara itu dengan hal-hal mistis. Kepala Desa Sidomulyo, Agus Sugiyanto, mengatakan banyak cerita turun-temurun soal keangkeran tempat tersebut.

    “Dari dulu sudah sering kejadian. Warga percaya ada penunggunya,” tuturnya.

    Meski belum terbukti secara ilmiah, keyakinan masyarakat terhadap aura mistis itu membuat aparat kian serius dalam mengedukasi pengunjung dan memperketat pengawasan. Kapolres menyebut akan ada pemasangan rambu-rambu larangan dan patroli rutin di lokasi.

    “Keselamatan adalah yang utama. Kami harap masyarakat dan wisatawan mematuhi imbauan petugas, apalagi saat musim libur panjang seperti Lebaran,” pungkasnya. [tri/aje]

  • Kronologi 3 Wisatawan di Pantai Pacitan Tewas Tenggelam, Bermula Berenang di Muara

    Kronologi 3 Wisatawan di Pantai Pacitan Tewas Tenggelam, Bermula Berenang di Muara

    TRIBUNJATENG.COM – Kronologi tiga wisatawan tewas tenggelam di muara sungai dekat pantai di Pacitan Jawa Timur diungkap aparat kepolisian.

    Tiga wisatawan asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilaporkan tewas tenggelam pada Minggu (6/4/2025). 

    Ketiga korban ditemukan setelah pencarian lebih dari dua jam yang dilakukan oleh tim gabungan dari TNI, Polri, relawan, dan unsur pemerintah daerah.

    Kapolres Pacitan, AKBP Agung Nugroho, menjelaskan bahwa peristiwa ini berawal dari laporan warga yang melaporkan kejadian tersebut.

    “Awalnya ada laporan dari warga tentang kejadian ini. Tim langsung bergerak melakukan pencarian dan berhasil menemukan seluruh korban,” kata Agung Nugroho, saat meninjau lokasi kejadian.

    Korban yang tewas adalah Agus Widodo (33), Ahmad Fahrudin (26), dan Zainal Mutaqin (22), yang semuanya berasal dari RT 02 RW 03 Dusun Plandon, Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo.

    Peristiwa tragis ini terjadi saat rombongan wisatawan asal Ponorogo berkunjung ke Pantai Soge.

    Karena kondisi gelombang laut yang cukup tinggi, tiga wisatawan memutuskan untuk berenang di muara sungai yang tampak lebih tenang.

    Tanpa diketahui oleh anggota rombongan lainnya, mereka berenang hingga mencapai bagian tengah muara dan terseret arus deras.

    Jenazah para korban kemudian dibawa ke Puskesmas Ngadirojo untuk pemeriksaan visum dan selanjutnya diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

    Kapolres Pacitan mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk lebih berhati-hati saat berwisata, terutama di kawasan perairan yang berisiko tinggi.

    “Kami turut berduka cita atas musibah ini dan mengingatkan agar keselamatan menjadi prioritas selama masa libur Lebaran,” ujar Agung Nugroho.

    Dengan meningkatkan kewaspadaan dan menjaga keselamatan saat berlibur, diharapkan peristiwa serupa dapat dihindari. (*)

  • Wisata Berujung Duka, Tiga Warga Ponorogo Tewas Tenggelam di Muara Sungai Soge Pacitan, Begini Kronologinya.

    Wisata Berujung Duka, Tiga Warga Ponorogo Tewas Tenggelam di Muara Sungai Soge Pacitan, Begini Kronologinya.

    Pacitan (beritajatim.com) – Liburan akhir pekan berubah menjadi tragedi bagi tiga pemuda asal Kabupaten Ponorogo. Mereka ditemukan tak bernyawa usai berenang di muara Sungai Dung Glondang, Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, pada Sabtu siang (5/4/2025).

    Ketiganya yakni Agus Widodo (33), Ahmad Fahrudin (26), dan Zainal Mutaqin (22), diketahui merupakan warga Dusun Plandon, Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo. Mereka datang ke lokasi bersama sejumlah kerabat untuk berwisata, namun tanpa sepengetahuan yang lain, ketiganya nekat berenang di muara sungai sekitar pukul 13.30 WIB.

    Teriakan pengunjung lain yang melihat peristiwa nahas itu membuat suasana panik. Salah satu rekan korban, Sudarmanto (35), langsung melaporkan kejadian tersebut ke Pos Pengamanan Soge.

    Tim gabungan dari petugas keamanan, relawan, dan masyarakat setempat segera melakukan pencarian hingga akhirnya ketiganya berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia.

    Jenazah korban kemudian dibawa ke Puskesmas Ngadirojo untuk proses visum. Kapolres Pacitan AKBP Agung Nugroho yang datang ke lokasi bersama jajaran Forkopimda menyampaikan duka cita mendalam dan mengingatkan masyarakat untuk tidak berenang di muara sungai yang dikenal memiliki arus tak terduga.

    “Kami imbau masyarakat lebih waspada dan menghindari aktivitas renang di area ini tanpa pengawasan atau alat keselamatan,” tegasnya.

    Hingga kini, aparat masih menunggu hasil pemeriksaan medis guna memastikan penyebab kematian, sementara pihak keluarga korban telah mendapatkan pendampingan dari aparat setempat. (tri/kun)

  • Tiga Wisatawan Asal Ngrayun Ponorogo Tewas Tenggelam di Sungai Soge Pacitan

    Tiga Wisatawan Asal Ngrayun Ponorogo Tewas Tenggelam di Sungai Soge Pacitan

    Pacitan (beritajatim.com) – Tragedi menimpa rombongan wisatawan asal Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo. Tiga orang di antaranya dilaporkan tewas tenggelam saat bermain air di Sungai Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, Sabtu (5/4/2025) siang.

    Sekretaris Desa Sidomulyo, Ruslianto, membenarkan kejadian nahas yang terjadi sekitar pukul 13.00 WIB tersebut. Ia menyebut, para korban yang tergabung dalam satu rombongan diduga tidak bisa berenang. Mereka tenggelam saat bermain air di sungai.

    “Relawan desa langsung bergerak melakukan pencarian. Setelah sekitar satu jam, ketiganya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, berjarak sekitar 10 meter dari titik awal mereka bermain,” jelas Ruslianto.

    Ia menambahkan, meski jarak penemuan tidak jauh, namun diduga korban kesulitan menyelamatkan diri karena faktor ketidaktahuan medan dan kemampuan berenang. “Arus sungainya tidak deras, tapi kalau tidak bisa berenang tetap berbahaya,” katanya.

    Saat ditemukan, ketiga korban masih mengenakan pakaian lengkap. Hingga berita ini ditulis, identitas para korban belum diketahui. Aparat desa dan relawan masih mengumpulkan data dan berkoordinasi dengan pihak terkait.

    “Mungkin mereka tidak berniat berenang, hanya bermain air. Tapi tetap harus hati-hati,” pungkas Ruslianto. (tri/ian)

  • Gempa Guncang Cilacap Berkekuatan M 4,9, Ini Analisis BMKG – Halaman all

    Gempa Guncang Cilacap Berkekuatan M 4,9, Ini Analisis BMKG – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,9 mengguncang wilayah Cilacap, Jawa Tengah, hari ini, Jumat (4/4/2025) pukul 13.59 WIB.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi, gempa Cilacap hari ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

    Menurut Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, pusat gempa berada di laut, sekitar 75 kilometer tenggara Cilacap, pada kedalaman 64 kilometer.

    “Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia,” ujar Daryono dalam keterangan resminya.

    Berdasarkan analisis mekanisme sumber, gempa ini memiliki mekanisme pergerakan sesar turun dengan kombinasi mendatar atau dikenal dengan istilah oblique normal fault.

    Dampak Guncangan

    Guncangan akibat gempa ini dirasakan di beberapa wilayah dengan intensitas yang berbeda:

    Cilacap, Kebumen, dan Bantul: Skala III MMI (getaran terasa di dalam rumah, seperti truk besar yang melintas).
    Pacitan: Skala II-III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda ringan bergoyang, terasa seperti truk berlalu).

    Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai kerusakan akibat gempa tersebut.

    Tidak Ada Gempa Susulan

    Hasil pemantauan BMKG hingga pukul 14.15 WIB menunjukkan belum adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).

    Imbauan BMKG

    BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

    Warga juga diminta untuk memeriksa kondisi bangunan sebelum kembali masuk ke dalam rumah, terutama jika terdapat retakan atau kerusakan akibat gempa.

    “Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah,” ungkap Daryono.

    (Tribunnews.com)