kab/kota: Ngasem

  • Penyakit Chikungunya Kembali Merebak di Kediri, Kecamatan Ngasem Jadi Zona Merah
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        17 April 2025

    Penyakit Chikungunya Kembali Merebak di Kediri, Kecamatan Ngasem Jadi Zona Merah Surabaya 17 April 2025

    Penyakit Chikungunya Kembali Merebak di Kediri, Kecamatan Ngasem Jadi Zona Merah
    Editor
    KEDIRI, KOMPAS.com

    Kasus chikungunya
    kembali merebak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim) dan menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.
    Hingga pertengahan April 2025, tercatat ada 15 kasus baru dan mendekati jumlah kasus pada Maret, yang mencapai 17 kasus.
    Wilayah Kecamatan Ngasem menjadi zona merah
    kasus chikungunya
    , dengan jumlah penderita terbanyak.
    Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Kediri, dr Bambang Triyono Putro, menyebutkan bahwa meski sempat mengalami penurunan, tren kasus chikungunya kini menunjukkan kenaikan kembali.
    Dia mencatat, puncak kasus terjadi pada Januari dengan 56 kasus, lalu turun drastis menjadi 20 kasus di Februari, dan kembali menurun menjadi 17 kasus di Maret.
    “Kondisi ini harus diwaspadai, apalagi bulan ini sudah tercatat 15 kasus hingga pertengahan April,” kata dr Bambang, Kamis, (17/4/2025).
    Pusat penyebaran terbanyak tercatat di Kecamatan Ngasem. Sejak Maret hingga April, kawasan ini mencatat 10 kasus dan membuat Dinkes menetapkan tindakan intensif di wilayah tersebut.
    Kepala UPTD Puskesmas Ngasem, dr Ria Rohmatul Karimah, menjelaskan bahwa meski jumlah kasus meningkat, tidak ditemukan komplikasi berat pada pasien.
    “Hampir seluruh penderita mengalami gejala ringan, dan bisa pulih dengan cepat setelah mendapatkan perawatan,” ujarnya.
    Sebagai langkah preventif, Puskesmas Ngasem bersama lintas sektor telah melaksanakan berbagai program pencegahan sejak awal tahun.
    Salah satunya dengan mengaktifkan kembali program 3M Plus yakni menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, serta menambahkan upaya lain seperti fogging dan edukasi masyarakat.
    Tidak hanya itu, tim gabungan melakukan kegiatan fogging atau pengasapan nyamuk di wilayah Kecamatan Ngasem.
    Fogging dilakukan di titik-titik yang telah teridentifikasi sebagai lokasi penyebaran kasus. Kegiatan ini didukung penuh oleh warga, kader kesehatan dan aparat desa.
    “Sejak awal April, kami sudah beberapa kali melakukan fogging. Tapi kami juga ingatkan bahwa fogging tidak cukup, harus diiringi dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara menyeluruh,” tegas dr Ria.
    Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
    Tren Kasus Chikungunya di Kabupaten Kediri Naik Lagi, Kecamatan Ngasem Zona Merah
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Halalbihalal Bareng Warga Sukorejo Kediri, Mas Dhito Terbukti Ramah

    Halalbihalal Bareng Warga Sukorejo Kediri, Mas Dhito Terbukti Ramah

    Kediri (beritajatim.com) – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana atau yang akrab disapa Mas Dhito mengikuti acara Halal Bihalal di lingkungan rumahnya di Dusun Tepus, Desa Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Dalam kegiatan yang digelar pada Minggu (13/5/2025) tersebut, Mas Dhito hadir bersama sang istri, Eriani Annisa Hanindhito.

    Keduanya tampak serasi mengenakan busana bernuansa putih. Sesampainya di lokasi, Mas Dhito langsung menyapa warga RT 02 RW 13 satu per satu dengan ramah.

    “Mohon maaf lahir dan batin nggih,” kata Mas Dhito dan istri, sembari berjabat tangan dengan warga yang hadir.

    Kehadiran Mas Dhito dalam halal bihalal tersebut mendapat apresiasi dari warga setempat. Ketua RT 02 RW 03 Desa Tepus, Bambang Dwi, menyebut bahwa kehadiran Mas Dhito bukan hanya sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan lingkungan, tetapi juga menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat.

    Menurut Bambang, Mas Dhito kerap kali berjalan kaki mengelilingi lingkungan sekitar rumah atau berkendara vespa sekadar menyapa tetangga.

    “Kadang-kadang manasi vespanya, tiap ada tetangga depan rumah dia (Mas Dhito) juga menyapa,” terang RT Bambang.

    Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana atau yang akrab disapa Mas Dhito mengikuti acara Halal Bihalal di lingkungan rumahnya di Dusun Tepus, Desa Sukorejo

    Ia juga menambahkan bahwa Mas Dhito selalu hadir dalam acara halal bihalal di lingkungan tempat tinggalnya. “Mas Dhito selalu (hadir halal bihalal), ndak pernah absen,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan tersebut, Mas Dhito menyampaikan pentingnya menjaga tradisi halal bihalal sebagai ajang mempererat hubungan sosial antartetangga.

    “Momen (halal bihalal) ini selalu menjadi momen menarik sekaligus penting untuk bersilaturahmi dan menjalin kebersamaan bareng tetangga,” kata Mas Dhito.

    Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB itu juga diisi dengan tausiah oleh Djunaidi Anwar yang membahas makna Idul Fitri serta pentingnya budaya saling memaafkan dalam kehidupan bermasyarakat. [ADV PKP/nm/but]

  • Pasar Ngasem Yogyakarta, Surganya Pecinta Jajanan Tradisional

    Pasar Ngasem Yogyakarta, Surganya Pecinta Jajanan Tradisional

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Saat berkunjung ke Yogyakarta, para wisatawan tak hanya menikmati destinasi wisatanya, tetapi juga memanfaatkan waktu untuk berburu kuliner tradisional khas daerah. Salah satu lokasi favorit yang menjadi primadona para pencinta kuliner adalah Pasar Ngasem.

    Pasar Ngasem adalah pasar tradisional yang terletak di jantung Kota Yogyakarta. Lokasinya strategis di dekat kawasan wisata Tamansari dan Alun-alun Selatan. 

    Setiap pagi, pasar ini selalu dipadati pengunjung yang datang untuk menikmati beragam menu sarapan khas tempo dahulu. Aktivitas jual beli di pasar ini mulai ramai sejak pukul 07.00 WIB hingga 10.00 WIB.

    Salah satu menu sarapan yang paling populer dan selalu menjadi incaran adalah wingko Ngasem. Kelezatan jajanan ini membuat antrean pembeli mengular, bahkan penjual kerap menggunakan nomor antrean untuk mengatur keramaian.

    Penjual jenang campur di Pasar Ngasem, Yogyakarta. – (Beritasatu.com/Olena Wibisana)

    “Penasaran saja, katanya di Pasar Ngasem ini legendaris untuk jajanan tradisional khas Yogyakarta. Ternyata memang enak,” ujar Lukman, wisatawan asal Surabaya kepada Beritasatu.com, Sabtu (12/4/2025).

    Tak hanya wingko, menu tradisional lain yang tak kalah diburu adalah aneka jenang khas Yogyakarta. Beberapa jenis jenang langka, seperti jenang sumsum, ketan hitam, tepung ketan, candil, hingga jenang lobe-lobe masih bisa ditemukan di sini. 

    Semua jenis jenang tersebut diolah dengan bahan pangan lokal, seperti tepung beras, ketan, ubi, santan kelapa, dan tambahan potongan buah nangka yang memberi cita rasa khas.

    “Ini pertama kali saya ke sini, katanya ada jenang yang ramai dan enak. Akhirnya kami coba membeli jenang campur,” ujar Titik, pengunjung asal Jakarta.

    Kehadiran beragam kuliner tradisional inilah yang menjadikan Pasar Ngasem selalu dipenuhi pengunjung, apalagi saat musim liburan. Jumlah pembeli maupun omzet penjualan para pedagang bisa meningkat hingga lima kali lipat dibandingkan hari biasa.

    Pasar Ngasem Yogyakarta – (Beritasatu.com/Olena Wibisana)

    “Kalau musim liburan, omzet bisa naik lima kali lipat. Rata-rata pembeli memilih jenang campur karena ingin mencicipi semua rasa. Harganya mulai dari Rp 6.000 hingga Rp 11.000 per porsi,” ungkap Fajar Suryati, salah satu penjual jenang.

    Tak hanya untuk kulineran, banyak pengunjung yang datang ke Pasar Ngasem juga ingin menikmati suasana khas tempo dahulu, dengan latar belakang bangunan bersejarah, seperti Pulo Cemeti yang membuat pengalaman berbelanja semakin berkesan.

  • Kronologi Truk Tabrak Gapura di Magetan, 2 Orang Terjepit dan Meninggal

    Kronologi Truk Tabrak Gapura di Magetan, 2 Orang Terjepit dan Meninggal

    Magetan (beritajatim.com) – Kecelakaan lalu lintas kembali terjadi di wilayah Kabupaten Magetan. Sebuah truk bermuatan bata ringan mengalami kecelakaan tunggal dan menabrak gapura batas kabupaten di Jalan Parang-Ponorogo, tepatnya di Desa Sayutan, Kecamatan Parang, Magetan, Kamis (10/4/2025). Akibat insiden tersebut, dua orang meninggal dunia di lokasi kejadian.

    Korban diketahui adalah sopir truk bernama Abdul Manaf (52), warga Desa Trenggulunan, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, serta kernetnya, Ahmad Dahlan (34), warga Desa Ngadiluweh, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.

    Keduanya tewas di tempat akibat terjepit bodi depan kendaraan yang rusak berat setelah menabrak gapura perbatasan wilayah Magetan dan Ponorogo.

    Berdasarkan keterangan warga setempat, Riyadi, truk terlihat melaju sangat kencang dari arah atas sebelum terdengar suara keras. “Ya, dari atas sudah kencang sekali truk ini, dan shdab oleng begitu katanya dari sana kan terdengar suara dor gitu,” ungkapnya.

    Ia juga menyebut bahwa suara keras diduga berasal dari ban yang lepas sebelum kendaraan menabrak gapura.
    Keterangan serupa juga disampaikan oleh Anggarayuda, warga lainnya di lokasi.

    “Kelihatannya dari atas itu sudah remnya bling dan di itu juga bannya meletus satu, jadi meluncur dari atas langsung menabrak ke tugu perbatasan,” ujarnya.

    Menurutnya, kedua korban tewas seketika di dalam kabin setelah truk menghantam bagian atas gapura dengan keras.

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Magetan, Iptu Sulanjar, membenarkan kejadian tersebut dan mengatakan pihaknya telah menerima laporan dan langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP).

    “Kami menerima laporan ada kecelakaan laka tunggal di Desa Perbatasan Desa Sayutan antara Magetan dengan Ponorogo. Kendaraan truk bermuatan batu ringan. Jalannya menurun sehingga terjadi laka tunggal menabrak gapura perbatasan,” jelasnya.

    Iptu Sulanjar menambahkan, saat ini olah TKP dan pendalaman masih dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan. Namun dugaan awal adalah rem blong dan pecah ban yang menyebabkan sopir kehilangan kendali di jalan menurun.

    Berkat kesigapan petugas bersama warga sekitar, proses evakuasi korban berhasil dilakukan kurang lebih dalam waktu satu jam, dan korban langsung dilarikan ke rumah sakit.

    Truk yang mengalami kecelakaan diketahui berasal dari Bojonegoro dan membawa muatan bata ringan ke sebuah toko bangunan di wilayah Ponorogo.

    Peristiwa tragis ini kembali mengingatkan pentingnya pemeriksaan rutin kendaraan, terutama yang melewati jalur menurun dengan muatan berat. Pihak kepolisian mengimbau agar pengemudi lebih berhati-hati dan memastikan kendaraan dalam kondisi prima sebelum digunakan. [fiq/but]

  • Pria di Kediri Terluka Disabet Mandau saat Pesta Miras

    Pria di Kediri Terluka Disabet Mandau saat Pesta Miras

    Kediri (beritajatim.com) – Sugeng Wibowo (45), warga Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, mengalami luka serius setelah terkena sabetan senjata tajam jenis mandau. Peristiwa tersebut terjadi saat dirinya tengah berpesta minuman keras bersama sejumlah orang.

    Kanit Reskrim Polsek Ngasem, Polres Kediri, Aipda Oni Rudi menjelaskan bahwa aksi kekerasan tersebut berlangsung di pinggir jalan Dusun Balong, Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, pada Minggu petang (6/4/2025).

    Kronologi kejadian bermula ketika korban bersama pelaku dan sembilan orang lainnya sedang menenggak minuman keras jenis kuntul di sebuah warung. Di tengah suasana mabuk, terjadi cekcok antara Sugeng dan pelaku yang diketahui berinisial MA (44), warga Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.

    Menurut keterangan polisi, MA sempat meminta bantuan seseorang untuk mengantarnya pulang ke rumah guna mengambil senjata tajam jenis mandau. Senjata tersebut kemudian diselipkan ke dalam baju hodie abu-abu yang dikenakannya, dengan posisi pegangan di atas dan ujung mandau masuk ke celana.

    “Pelaku keluar rumah dengan mengendarai sepeda motor dengan maksud mencari korban kemudian pelaku bertemu korban di perempatan jalan dan terjadi perkelahian dan pelaku mengeluarkan sebilah parang atau mandau tersebut dan disabetkan ke arah korban,” katanya.

    Sabetan senjata itu mengenai telinga kiri korban hingga bagian belakang telinga, menyebabkan luka robek dan berdarah di daun telinga kiri serta kepala bagian kiri.

    Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain sebilah mandau, satu unit sepeda motor Honda Astrea Grand nomor polisi AG-2121-VW, dan satu buah kaos oblong warna biru muda yang terdapat bercak darah korban. [nm/beq]

  • 6
                    
                        Kronologi Pengeroyokan yang Tewaskan Pemuda 17 Tahun di Kediri
                        Surabaya

    6 Kronologi Pengeroyokan yang Tewaskan Pemuda 17 Tahun di Kediri Surabaya

    Kronologi Pengeroyokan yang Tewaskan Pemuda 17 Tahun di Kediri
    Tim Redaksi
    KEDIRI, KOMPAS.com
    – Kepolisian Resor (Polres) Kediri, Jawa Timur, mengungkap kronologi pengeroyokan yang melibatkan 14 pemuda, mengakibatkan dua korban luka-luka dan satu korban tewas.
    Pengeroyokan ini diduga berakar dari sentimen oknum perguruan silat dan terjadi di Jalan Raya Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri pada Senin (24/3/2025) dini hari.
    Peristiwa tersebut menimpa pemuda berinisial MHR (17) yang mengalami luka berat dan meninggal dunia sehari setelah kejadian.
    Dua rekannya, ZA (17) dan HR (18), juga mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.
    Kepala
    Polres Kediri
    , Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bimo Ariyanto, menjelaskan bahwa kejadian bermula saat para korban berkendara sepeda motor melintas dari kawasan Simpang Lima Gumul dalam perjalanan pulang ke Kecamatan Pare.
    “Korban lalu berpapasan dengan kelompok sepeda motor pelaku,” ujar Bimo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (29/3/2025).
    Sekitar enam motor pelaku kemudian mengejar korban hingga sampai di Jalan Raya Menang, Kecamatan Pagu.
    Di lokasi tersebut, pelaku menendang motor yang ditumpangi korban hingga oleng dan terjatuh, menyebabkan luka-luka pada korban.
    “Setelah para pelaku pergi, korban menyelamatkan diri, meminta pertolongan, lalu melaporkan kejadian ini ke Polsek Pagu,” tambah Kapolres.
    Setelah peristiwa tersebut, pihak kepolisian mengerahkan anggotanya, didukung oleh Polda Jawa Timur, untuk melakukan penyelidikan.
    Pada Sabtu (29/3/2025), pihak kepolisian berhasil menangkap para terduga pelaku.
    Total, 14 pemuda berusia belasan tahun diamankan, dengan lima di antaranya diduga sebagai pelaku utama.
    Mereka yang ditangkap adalah HGP (13), RAS (15), FAF (12) warga Kecamatan Pagu, serta MAFI (16) dan ESP (13) warga Kecamatan Ngasem.
    Beberapa terduga pelaku sempat melarikan diri dan bersembunyi di wilayah Kabupaten Tulungagung.
    Saat ini, seluruh pemuda yang ditangkap masih menjalani pemeriksaan di markas Polres Kediri untuk mengungkap motif di balik tindakan kekerasan tersebut.
    “Para terduga pelaku dan barang bukti diamankan ke Polres Kediri guna proses lebih lanjut,” ungkap Kapolres.
    Mereka akan dikenakan Pasal 80 ayat (3) jo Pasal 76 C Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan atau Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang kekerasan.
    Sebelumnya, diberitakan bahwa seorang pemuda tewas dan dua lainnya luka-luka akibat pengeroyokan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda di Jalan Raya Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (24/3/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Diwarnai Bakar Ban dan Penutupan Jalan, Mahasiswa di Kediri Gelar Demo Tolak Efisiensi Anggaran

    Diwarnai Bakar Ban dan Penutupan Jalan, Mahasiswa di Kediri Gelar Demo Tolak Efisiensi Anggaran

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori 

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam aksi bertajuk ‘Indonesia Gelap’ menggelar demonstrasi di depan Gedung DPRD Kabupaten Kediri, Jumat (21/2/2025) sore.

    Aksi ini diwarnai dengan pembakaran ban dan penutupan jalan selama tiga jam di dua arah Jalan Soekarno-Hatta, Doko, Ngasem.  

    Sekitar 200 mahasiswa tiba di lokasi dengan mengendarai sepeda motor.

    Sesampainya di depan gedung DPRD, mereka langsung membentangkan berbagai spanduk dan poster berisi kritik terhadap kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.

    Beberapa di antaranya bertuliskan “Dulu Sok Cinta Rakyat, Kini Cinta Duit Rakyat” serta “Efisiensi Anggaran Ndasmu.”

    Bahkan, ada poster bergambar Presiden RI Prabowo Subianto dengan mata tertutup bertuliskan “Efisienshit.”

    Mahasiswa menolak kebijakan efisiensi anggaran yang dinilai membawa dampak buruk di berbagai sektor, terutama bagi masyarakat kecil.

    Dalam orasinya, salah satu mahasiswa, Syaiful Amin, menegaskan, kebijakan tersebut lebih merugikan rakyat kecil dibandingkan kelompok masyarakat atas. 

    “Saudara semua, aturan baru ini sangat merugikan kami, terutama rakyat kecil,” seru Syaiful dalam orasinya.

    Menurutnya, efisiensi anggaran berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan berkurangnya layanan publik.

    Sementara itu, kelompok masyarakat ekonomi atas tidak terlalu terdampak karena kebutuhan mereka tetap terpenuhi.  

    Aksi semakin memanas ketika seorang orator memanjat gerbang DPRD dan menyuarakan tuntutannya.

    Mahasiswa menuntut perwakilan dewan untuk menemui mereka dan menyampaikan aspirasi terkait Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang menjadi polemik.  

    Setelah beberapa saat, Ketua Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Kediri, Yuli Marwantoko, bersama perwakilan sekretariat dewan akhirnya keluar menemui massa.

    Namun, mereka menjelaskan bahwa seluruh anggota DPRD Kabupaten Kediri sedang melakukan kunjungan kerja ke Jakarta, sehingga tidak ada yang bisa menerima audiensi saat itu.  

    Kecewa dengan jawaban tersebut, mahasiswa berupaya masuk ke gedung DPRD, tetapi berhasil dihalau oleh aparat kepolisian dan satpol PP yang berjaga.  

    Koordinator aksi, Shelfin Bima Prakosa, menegaskan, kebijakan efisiensi anggaran perlu dikaji ulang karena berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.

    Ia menyoroti pemangkasan anggaran pendidikan dan kesehatan, yang menurutnya seharusnya lebih diutamakan dibandingkan program makan bergizi gratis.  

    “Di wilayah Kediri bagian barat, terutama di Kecamatan Semen, masih banyak infrastruktur yang kurang layak, kesejahteraan guru juga belum stabil. Seharusnya hal ini lebih diperhatikan dari pada memangkas anggaran,” ujarnya.  

    Sementara itu, Yuli Marwantoko menyampaikan, setelah berkomunikasi melalui video call dengan Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Murdi Hantoro, dipastikan akan ada pertemuan lanjutan pada Senin (24/2/2025) untuk membahas tuntutan mahasiswa.  

    “Tadi disampaikan kalau akan ada pertemuan lanjutan hari Senin pagi,” kata Yuli.  

    Meski belum mendapatkan jawaban langsung dari anggota DPRD, mahasiswa berjanji akan terus mengawal kebijakan ini dan kembali turun ke jalan jika tuntutan mereka tidak diakomodasi.

    Massa aksi kemudian membubarkan diri dengan menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka” di sela hujan yang mulai turun sekitar pukul 18.00 WIB. 

  • Gula Semut Kediri Tembus Pasar Internasional di Jepang dan Malaysia

    Gula Semut Kediri Tembus Pasar Internasional di Jepang dan Malaysia

    Kediri, Beritasatu.com – Gula semut produksi Kabupaten Kediri, Jawa Timur, kini semakin diminati pasar, baik di dalam negeri maupun mancanegara, seperti Jepang dan Malaysia. Produk berbahan dasar tebu ini diproduksi pasangan suami istri (pasutri) Guncono dan Sri Wahyuni, warga Desa Nambaan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.

    “Kami memulai usaha sejak 2014 dengan membuat gula merah berbentuk balok, bumbung, dan koin. Namun, pada 2018, kami melihat peluang bisnis gula semut karena masyarakat lebih menyukai produk yang praktis,” ujar Sri Wahyuni saat ditemui Beritasatu.com, Minggu (16/2/2025).

    Menurut Sri Wahyuni, gula semut lebih praktis digunakan dibandingkan gula merah berbentuk balok. Dengan kemasan bubuk, konsumen cukup menggunakan sendok takar saat memasak atau membuat minuman.

    Apalagi, Kabupaten Kediri memiliki banyak petani tebu dan perajin gula merah sehingga bahan baku melimpah. Untuk meningkatkan kualitas produksi gula semut Kediri, Guncono dan Sri Wahyuni bahkan rela belajar langsung ke Yogyakarta selama lima hari dengan biaya sendiri.

    Usaha ini pun berbuah manis. Kini, gula semut produksi mereka tidak hanya diminati di Kediri, tetapi juga merambah pasar Tulungagung, Blitar, Nganjuk, Jombang, Manado, Bandung, Papua, hingga ke luar negeri, seperti Jepang dan Malaysia.

    “Kami pernah mengirim 10 pieces ke Jepang dan 1 ton ke Malaysia. Sebenarnya ada permintaan 7 ton per pekan, tetapi karena keterbatasan alat produksi, kami belum bisa memenuhinya,” jelasnya.

    Saat ini, produksi gula semut masih dilakukan secara manual, dengan kapasitas harian hanya 200 kilogram (kg). Kendala lainnya adalah cuaca, terutama pada musim hujan karena pengeringan masih mengandalkan sinar matahari.

    Dari segi harga, gula semut Kediri dijual secara curah seharga Rp 25.000 per kg, sedangkan untuk kemasan 250 gram dijual Rp 20.000 per kg. “Kami butuh alat dengan kapasitas lebih besar agar bisa memenuhi permintaan ekspor dalam jumlah besar,” pungkas Sri Wahyuni.

  • Angin Kencang di Kabupaten Semarang Memakan Korban, Lansia Bernama Saliyem

    Angin Kencang di Kabupaten Semarang Memakan Korban, Lansia Bernama Saliyem

    TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN – Angin kencang yang melanda Kabupaten Semarang menimbulkan dampak, satu di antaranya pohon tumbang menimpa rumah di Dusun Ngasem, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan pada Kamis (6/2/2025) pagi.

    Bagian atap rumah yang tertimpa pohon kelengkeng tersebut hancur dan roboh mengenai penghuninya.

    Seorang warga setempat, Supardi (50) mengatakan bahwa saat itu korban yang tertimpa reruntuhan atap rumah bernama Saliyem (80).

    “Posisi (korban) sedang tidur itu, (pohon) langsung ngebruki (menimpa korban).

    Luka di kepala, dibawa ke RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo Ambarawa mendapatkan 10 jahitan,” kata Supardi.

    Seluruh atap bagian kamar rumah tersebut runtuh hingga ke seluruh ruangan.

    Atap berupa genteng serta rangka berbahan kayu turut jatuh ke tanah.

    Warga setempat bergotong-royong membantu pembersihan puing-puing reruntuhan serta mengevakuasi batang pohon yang tumbang.

    Menurut keterangan warga sekitar, pohon kelengkeng tersebut terbilang sudah tua sehingga rapuh saat dilanda angin kencang. (*)

  • Mas Dhito Sebut Kabupaten Kediri Tumbuh Menjadi Daerah Sub Urban

    Mas Dhito Sebut Kabupaten Kediri Tumbuh Menjadi Daerah Sub Urban

    Kediri (beritajatim.com) – Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menyebut Kabupaten Kediri kini berkembang menjadi daerah sub urban. Seiring dengan pertumbuhan tersebut, ia melihat potensi peningkatan tipe instansi hukum di wilayahnya.

    “Hari ini Kabupaten Kediri sudah mulai tumbuh menjadi daerah sub urban. Kejaksaan Negeri kemungkinan akan naik (dari tipe B) menjadi tipe A,” kata Mas Dhito usai mendampingi Kapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto dalam peresmian revitalisasi gedung dan fasilitas Polres Kediri pada Selasa (4/2/2025).

    Menurutnya, selain Kejaksaan Negeri, kenaikan tipe juga berpotensi terjadi pada Polres Kediri. Dengan revitalisasi gedung dan fasilitas yang baru diresmikan, diharapkan dapat memenuhi salah satu syarat untuk peningkatan tipe Polres Kediri.

    “Polres Pare bisa juga naik menjadi tipe A, maka salah satu persyaratannya adalah fasos fasumnya, bangunannya, gedungnya apakah itu memadai untuk persyaratan naik tipe atau tidak,” ungkapnya.

    Revitalisasi Gedung dan Fasilitas Polres Kediri

    Revitalisasi gedung dan fasilitas Polres Kediri yang diresmikan di Kecamatan Pare meliputi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), lapangan badminton, tempat gym, serta kolam renang.

    Dalam kesempatan tersebut, Mas Dhito juga menyerahkan sertifikat tanah hibah dari Pemkab Kediri kepada Polres Kediri yang diterima langsung oleh Kapolres AKBP Bimo Ariyanto. Hibah tersebut diberikan untuk Polsek Ngasem dan Polsek Ringinrejo.

    “Satu, naik tipe. Yang kedua yang tidak kalah penting harapannya adalah (peningkatan) pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Kediri,” tambah Mas Dhito.

    Dukungan Kapolda Jatim untuk Program Pemerintah Pusat

    Di hadapan jajaran kepolisian Polres Kediri dan Forkopimda, Kapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto mengingatkan untuk tetap fokus dalam mensukseskan program-program dari pemerintah pusat.

    “Bapak Kapolda tadi menyampaikan bahwa fokus terhadap program-program pemerintah pusat. Ini saya juga menunggu petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknik makan bergizi gratis,” pungkasnya. [ADV PKP/nm]