kab/kota: New York

  • Kami Tak Akan Berhenti Serang Iran!

    Kami Tak Akan Berhenti Serang Iran!

    New York

    Di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Duta Besar Israel Danny Danon bersumpah negaranya tidak akan menghentikan serangannya terhadap Iran sampai ancaman nuklir Teheran dihilangkan. Iran pun menegaskan akan terus membela diri terhadap serangan-serangan Tel Aviv.

    Penegasan Israel dan Iran itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (21/6/2025), disampaikan dalam sesi Dewan Keamanan PBB yang digelar pada Jumat (20/6) waktu setempat.

    “Kami tidak akan berhenti,” tegas Danon saat berbicara di hadapan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB.

    “Tidak sampai ancaman nuklir Iran dimusnahkan, tidak sampai mesin perangnya dilucuti, tidak sampai rakyat kami dan rakyat Anda aman,” ujarnya.

    Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeeid Iravani, dalam pernyataannya dalam forum yang sama menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan.

    “Israel tampaknya menyatakan bahwa mereka akan melanjutkan serangan ini sebanyak mungkin hari yang diperlukan. Kami khawatir dengan laporan kredibel soal Amerika Serikat… mungkin akan bergabung dalam perang ini,” kata Iravani.

    Pada Jumat (20/6), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Iran memiliki “waktu maksimum” dua minggu untuk menghindari kemungkinan serangan udara AS. Pernyataan ini mengindikasikan Trump dapat mengambil keputusan sebelum batas waktu dua minggu, yang dia tetapkan sebelumnya, berakhir.

    “Kita telah memulai operasi yang paling rumit dalam sejarah kita untuk menyingkirkan ancaman sebesar itu, terhadap musuh semacam itu. Kita harus siap untuk operasi yang berkepanjangan,” ucap Zamir dalam pernyataan video yang ditujukan kepada warga Israel.

    Lihat juga Video Netanyahu Murka RS Dirudal Iran Tapi Lupa soal Gaza, Standar Ganda?

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Zamir mengatakan militer Israel telah mempersiapkan diri selama “bertahun-tahun” untuk operasi melawan Iran, bahkan ketika pasukan Israel melanjutkan operasi militer terhadap kelompok Hamas di Jalur Gaza.

    Konflik terbaru antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni, atau sepekan lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Iran Sebut Serangan Israel Khianati Upaya Diplomatik dengan AS

    Menlu Iran Abbas Araghchi Foto: AFP/YASSER AL-ZAYYAT

    Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut serangan Israel terhadap Iran sebagai “pengkhianatan” terhadap upaya diplomatik antara Teheran dan Amerika Serikat (AS). Araghchi mengatakan Iran dan AS seharusnya menyusun “perjanjian yang menjanjikan” mengenai program nuklir Teheran.

    “Kami diserang di tengah proses diplomatik yang sedang berlangsung,” ucap Araghchi saat berbicara di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.

    Araghchi seharusnya bertemu Utusan Khusus AS Steve Witkoff pada 15 Juni lalu, namun pertemuan itu dibatalkan setelah Israel menyerang Iran beberapa hari sebelumnya.

    “Kami seharusnya bertemu dengan Amerika pada 15 Juni untuk menyusun perjanjian yang sangat menjanjikan untuk penyelesaian damai atas masalah yang dibuat-buat mengenai program nuklir damai kami,” kata Araghchi.

    “Itu merupakan pengkhianatan terhadap diplomasi dan pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap dasar-dasar hukum internasional,” sebutnya.

    Lihat juga Video Netanyahu Murka RS Dirudal Iran Tapi Lupa soal Gaza, Standar Ganda?

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Irak Tuduh 50 Pesawat Tempur Israel Langgar Wilayah Udaranya

    Irak Tuduh 50 Pesawat Tempur Israel Langgar Wilayah Udaranya

    New York

    Irak menuduh sebanyak 50 pesawat tempur Israel telah melanggar wilayah udaranya, saat pertempuran sengit terus berlanjut antara Tel Aviv dan Iran selama sepekan terakhir.

    Tuduhan itu, seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/6/2025), disampaikan oleh perwakilan Irak untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau charge d’affaires misi Irak di PBB, Abbas Kadhom Obaid Al-Fatlawi, saat berbicara sebelum konflik Iran-Israel dibahas dalam pertemuan PBB pada Jumat (20/6).

    Dia menyebut bahwa puluhan pesawat tempur Israel itu datang dari area perbatasan Suriah-Yordania.

    “Diawali oleh sekitar 20 pesawat terbang, kemudian diikuti oleh 30 pesawat terbang yang mengudara ke wilayah selatan Irak, dan pesawat-pesawat itu terbang di atas kota Basra, Najaf, dan Karbala,” sebut Al-Fatlawi dalam pernyataannya.

    “Pelanggaran-pelanggaran ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB,” tuduhnya.

    “Pelanggaran ini juga merupakan ancaman terhadap tempat-tempat suci dan kawasan yang mungkin menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, mengingat pentingnya tempat-tempat suci ini bagi rakyat kami,” ucap Al-Fatlawi.

    Pernyataan tersebut disampaikan saat Israel dan Iran terus saling melancarkan serangan udara selama sepekan terakhir, atau sejak 13 Juni lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Lihat juga Video: Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Area-area permukiman di kedua negara turut terdampak perang udara yang berlangsung sengit tersebut, dengan Tel Aviv dan Teheran saling menuding menargetkan warga sipil.

    Menurut laporan Human Rights Activists News Agency, sedikitnya 639 orang tewas di berbagai wilayah Iran akibat serangkaian serangan udara Israel. Mereka yang tewas termasuk pejabat eselon atas militer dan para ilmuwan nuklir Iran, serta para warga sipil.

    Sementara otoritas Tel Aviv melaporkan sedikitnya 25 orang tewas akibat serangan-serangan rudal Iran.

    Lihat juga Video: Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Misteri Suara Robot Saat Telepon ke Iran: Perang AI Dimulai?

    Misteri Suara Robot Saat Telepon ke Iran: Perang AI Dimulai?

    Jakarta

    Pascaserangan Israel ke Iran seminggu lalu, dunia digemparkan tak hanya oleh gejolak geopolitik, tetapi juga oleh fenomena aneh yang menimpa warga Iran di diaspora. Mereka melaporkan pengalaman ganjil saat mencoba menghubungi keluarga di Teheran dan kota-kota lain: suara robot misterius yang menjawab panggilan, memicu spekulasi apakah ini merupakan permulaan dari perang kecerdasan buatan (AI).

    Salah satunya adalah Ellie, seorang warga Inggris-Iran berusia 44 tahun yang tinggal di Inggris. Ketika ia menelepon ibunya di Teheran, suara robot perempuan menjawab, “Alo? Alo? Siapa yang menelepon?” dalam bahasa Inggris yang kurang sempurna.

    Suara yang mengaku bernama “Alyssia” itu melanjutkan, “Saya tidak bisa mendengar Anda. Anda ingin bicara dengan siapa? Saya rasa saya tidak tahu siapa Anda.”

    Ellie bukan satu-satunya. Setidaknya sembilan warga Iran di diaspora, termasuk di Inggris dan Amerika Serikat, melaporkan pengalaman serupa kepada The Associated Press. Mereka memilih untuk merahasiakan identitas atau hanya menggunakan nama depan karena kekhawatiran akan keselamatan keluarga di Iran.

    Fenomena ini muncul berbarengan dengan serangan Israel yang menargetkan situs nuklir dan militer Iran, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan ratusan rudal dan drone. Pemerintah Iran juga memberlakukan pemblokiran internet besar-besaran, yang diklaim untuk melindungi negara, namun justru mengisolasi warga Iran dari dunia luar.

    Suara Robot: AI, Chatbot, atau Rekaman?

    Lima ahli yang menganalisis rekaman suara tersebut untuk AP menduga itu bisa berupa kecerdasan buatan berteknologi rendah, chatbot, atau pesan rekaman yang mengalihkan panggilan dari luar negeri. Namun, siapa dalang di baliknya masih menjadi misteri besar. Empat ahli menduga pemerintah Iran sebagai pelaku, sementara satu ahli menunjuk Israel sebagai pihak yang lebih mungkin.

    Amir Rashidi, pakar keamanan siber Iran yang berbasis di AS, menyebut suara itu sebagai bagian dari pola pemerintah Iran dalam menangani situasi darurat, seperti pesan suara dan teks massal yang dikirimkan untuk menyebarkan kepanikan selama dua hari pertama serangan Israel. “Ini mirip dengan taktik yang digunakan selama perang Iran-Irak pada 1980-an,” ujar Rashidi, direktur Miaan, sebuah kelompok yang memantau hak digital di Timur Tengah.

    Namun, Marwa Fatafta dari Access Now, sebuah organisasi hak digital di Berlin, berpendapat bahwa ini bisa menjadi bentuk perang psikologis oleh Israel. Ia melihat kemiripan dengan pesan langsung yang pernah dikirimkan ke warga Lebanon dan Palestina selama konflik di Gaza dan melawan Hizbullah. “Pesan ini seolah dirancang untuk menyiksa warga Iran di diaspora yang sudah cemas,” katanya.

    Dampak Emosional pada Diaspora Iran

    Foto: Getty Images/miniseries

    Bagi warga Iran di luar negeri, pengalaman ini sangat mengganggu. Seorang wanita berusia 30 tahun di New York menyebutnya sebagai “perang psikologis.” “Menelepon ibumu, berharap mendengar suaranya, tapi malah mendengar suara AI adalah salah satu hal paling menakutkan,” ujarnya.

    Pesan-pesan yang sering muncul pun aneh, seperti satu rekaman yang mengucapkan, “Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mendengarkan. Hidup ini penuh dengan kejutan yang tak terduga…” atau bahkan meminta penelepon membayangkan “berjalan di hutan yang tenang” atau “di tepi pantai.”

    Ellie, yang ibunya menderita diabetes dan kekurangan insulin di pinggiran Teheran, merasa putus asa karena tak bisa menyampaikan pesan untuk mengungsi. “Saya tidak tahu mengapa mereka melakukan ini,” katanya. Ia akhirnya berhasil berkomunikasi melalui seseorang di perbatasan Iran-Turki yang memiliki dua kartu SIM, memungkinkan panggilan domestik di Iran disambungkan ke luar negeri.

    Upaya Menembus Blokade Komunikasi

    Pemblokiran internet oleh pemerintah Iran telah mempersulit komunikasi. Banyak panggilan hanya berdering tanpa jawaban atau diarahkan ke pesan robot. Beberapa warga Iran terpaksa menggunakan antena parabola ilegal untuk mengakses berita internasional. Di sisi lain, Elon Musk mengklaim telah mengaktifkan Starlink di Iran, meskipun penggunaannya dianggap ilegal dan diawasi ketat oleh otoritas setempat.

    Bagi sebagian diaspora, seperti M., seorang wanita di Inggris, pengalaman ini meninggalkan rasa tak berdaya. Ia gagal menghubungi ibu mertuanya, yang kini dirawat di ICU di Teheran akibat masalah pernapasan setelah serangan Israel. “Ketika saya menelepon, saya hanya mendengar pesan aneh tentang hutan dan ombak. Itu hanya membuat saya merasa semakin tidak berdaya,” katanya.

    Siapa di Balik Suara Robot?

    Hingga kini, belum ada kejelasan tentang tujuan atau pelaku di balik suara robot ini. Colin Crowell, mantan wakil presiden Twitter, menduga perusahaan telekomunikasi Iran mengalihkan panggilan ke sistem pesan default. Sementara itu, Mehdi Yahyanejad, aktivis kebebasan internet, menyebut sistem telekomunikasi Iran yang diawasi ketat oleh Kementerian Informasi dan Teknologi Komunikasi membuat peretasan oleh pihak luar, termasuk Israel, menjadi sulit.

    Baik misi Iran di PBB maupun militer Israel tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait fenomena ini. Yang jelas, fenomena suara robot ini telah memperdalam kecemasan dan isolasi warga Iran, baik di dalam negeri maupun di diaspora, di tengah ketegangan geopolitik yang terus memanas.

    Apakah ini pertanda awal dari perang AI yang semakin canggih, ataukah hanya taktik psikologis di tengah konflik yang memanas? Misteri ini masih menunggu jawaban.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Iran Usai Diserang AS: Kami Akan Konsultasi dengan Putin”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Kapal Induk AS ‘Menghilang’ di Dekat Aceh, Teori Konspirasi soal Perang Iran Bermunculan

    Kapal Induk AS ‘Menghilang’ di Dekat Aceh, Teori Konspirasi soal Perang Iran Bermunculan

    GELORA.CO –  Kapal induk AS USS Nimitz (CVN-68), yang diyakini tengah menuju ke kawasan Timur Tengah, mematikan transporder dan berhenti mengirimkan data tentang lokasinya, menurut data dari pelacak kapal Marine Vessel Traffic.

    Kapal induk AS tersebut disebut bergerak ke Timteng untuk memperkuat postur pertahanan AS di tengah eskalasi antara Iran dan Israel.

    Menurut koordinat terbaru, kapal tersebut berada di perairan antara Malaysia dan Indonesia, mengikuti jalur 313 derajat dengan kecepatan 19 knot. Sinyal terakhir dari kapal tersebut terekam pada 17 Juni pukul 02:03 GMT (pukul 09:03 WIB).

    Tujuan kapal induk tersebut tidak disebutkan dalam sistem Marine Vessel Traffic, tetapi dilihat dari arah pergerakannya, kelompok penyerang kapal induk Nimitz mungkin sedang menuju Teluk Persia.

    Seorang pejabat pertahanan AS pada Selasa (17/6) mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Menteri Pertahanan Pete Hegseth telah mengarahkan untuk memindahkan kelompok penyerang kapal induk Nimitz guna mempertahankan postur pertahanan dan menjaga personel Amerika di Timur Tengah.

    “Angkatan Laut AS terus melakukan operasi di Mediterania Timur untuk mendukung tujuan keamanan nasional,” kata pejabat Pentagon tersebut.

    Pergerakan kapal perang bertenaga nuklir tersebut telah memicu munculnya berbagai teori konspirasi di media sosial.

    Salah satunya menyebutkan bahwa USS Nimitz akan ditumbalkan untuk memfitnah Iran sebagai upaya menarik keterlibatan langsung militer AS dalam konflik di Timur Tengah.

    “USS Nimitz dikirim ke wilayah tersebut agar Israel menenggelamkannya, sehingga politisi AS menyalahkan Iran, dan kemudian melancarkan perang langsung terhadap Iran. Anda TIDAK PERNAH mengirim target besar seperti kapal induk ke perairan saat musuh Anda memiliki rudal yang dapat dengan mudah menargetkan aset yang mahal,”  tulis Sharmine Narwani, kolumnis untuk The Cradle Media, di media sosial seperti diberitakan The National Intrest.

    Jurnalis independen dan pembuat film dokumenter James Li menyampaikan sentimen serupa. Dia pun menyinggung insiden tenggelamnya kapal USS Liberty di Semenanjung Sinai pada semasa Perang Enam Hari.

    “Banyak yang tahu Israel “tidak sengaja” menyerang USS Liberty pada tahun 1967. Hanya sedikit yang tahu bahwa itu mungkin merupakan bagian dari operasi bendera palsu CIA-Mossad yang disebut ‘Proyek Sianida’ untuk memicu perubahan rezim di Mesir. Dengan USS Nimitz menuju Iran, Anda harus bertanya-tanya: apakah sejarah terulang kembali?” tulisnya.

    Namun, pakar dan praktisi menilai gagasan bahwa Angkatan Laut AS akan membiarkan salah satu kapal induknya ditenggelamkan, sangat tidak masuk akal.

    Selain hilangnya nyawa lebih dari 3.000 pelaut, penerbang, dan marinir, kapal tersebut membawa aset yang jauh melebihi biaya untuk mendaur ulang kapal tersebut.

    “Saya tidak tahu bagaimana orang-orang bisa sampai pada kesimpulan tersebut,” kata analis industri teknologi Roger Entner dari Recon Analytics.

    “Sejarah penuh dengan peramal yang sangat pandai melihat masa depan, dan peramal yang mengatakan bahwa langit akan runtuh, dan mereka umumnya salah,” kata Entner, yang secara teratur melacak tren di media sosial, kepada The National Interest.

    Pakar pemasaran dan hubungan masyarakat di Universitas New York Angeli Gianchandaniserta mengatakan kepada The National Interest bahwa media sosial kini bertindak sebagai pengeras suara sekaligus manipulator, terutama selama krisis geopolitik.

    Ia memperingatkan bahwa berbagai platform memungkinkan klaim yang tidak diverifikasi, termasuk yang didukung oleh gambar yang dibuat AI dan berasal dari anonim, menjadi viral sebelum pemeriksa fakta dapat menentukan apakah informasi tersebut benar.

    Pada saat yang sama, algoritme pada platform ini menghargai keterlibatan, bukan informasi. Dengan demikian, unggahan yang memicu ketakutan atau kemarahan terkait identitas kesukuan terbukti menyebar lebih cepat daripada berita sebenarnya.

    “Satu cuitan atau video berisi spekulasi tentang operasi bendera palsu yang melibatkan USS Nimitz dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan jam, karena platform tersebut dirancang untuk menghargai hal-hal yang keterlaluan, bukan hal-hal yang akurat,” ujar dia.

  • Sekjen PBB Sebut Tewasnya Ratusan Warga Gaza saat Mencari Makanan Tidak Dapat Diterima

    Sekjen PBB Sebut Tewasnya Ratusan Warga Gaza saat Mencari Makanan Tidak Dapat Diterima

    JAKARTA – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan tewasnya warga Jalur Gaza, Palestina saat mencari makanan tidak dapat diterima, menyerukan dilakukannya penyelidikan.

    Lebih dari 300 orang tewas dan 2.00 lainnya luka-luka saat mencoba memeroleh bantuan yang disalurkan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang memulai operasinya dengan dukungan Amerika Serikat dan Israel pada 28 Mei lalu, meski mendapatkan penentangan dari PBB dan kelompok bantuan internasional.

    Peristiwa kekerasan di lokasi distribusi bantuan terus berulang. Terbaru, 30 warga Gaza tewas karena tembakan tentara Israel di lokasi distribusi di barat laut Gaza pada Selasa malam, dikutip dari WAFA 18 Juni.

    “Sekretaris Jenderal mengutuk hilangnya nyawa dan cedera warga sipil di Gaza, di mana sekali lagi ditembaki saat mencari makanan,” kata wakil juru bicara Sekjen PBB Farhan Haq di markas besar PBB New York, Amerika Serikat, dikutip dari Al Jazeera.

    “Ini tidak dapat diterima,” tambah Farhan Haq.

    “Hingga kemarin, 338 orang telah tewas dan lebih dari 2.800 orang terluka saat mencoba mengakses makanan, makanan di dekat lokasi distribusi,” tandasnya.

    GHF beroperasi seiring dengan pencabutan blokade total selama hampir tiga bulan terhadap obat-obatan, pangan dan barang penting ainnya yang menyebabkan kekhawatiran krisis kelaparan dan kesehatan penduduk di wilayah kantong Palestina itu.

    PBB dan kelompok bantuan menolak bekerja sama dengan GHF, khawatir lembaga itu memprioritaskan sasaran militer Israel daripada kebutuhan kemanusiaan.

    Militer Israel mengatakan, penembakan dilepaskan sebagai peringatan kepada apa yang disebutnya sebagai tersangka yang mendekati posisi mereka.

    Hingga kemarin, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik baru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 55.493 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan, sementara korban luka-luka mencapai 129.320 orang.

  • Lagi Tren, Kini Blackberry Ramai Jadi Incaran Gen Z

    Lagi Tren, Kini Blackberry Ramai Jadi Incaran Gen Z

    Bisnis.com, JAKARTA – Blackberry tiba-tiba menjadi ponsel incaran para anak muda kelahiran 1997-2012 alias Gen Z.

    Tren penggunaan Blackberry pun semakin meluas, di mana banyak anak muda mulai memamerkan ponsel lawas tersebut di akun sosial media mereka seperti TikTok.

    Melansir New York Post, Blackberry banyak diincar Gen Z sebagai ponsel jadul yang aesthetic dan mampu memberikan kesan vintage.

    Kemudian muncul juga pergerakan “Social Media Detox” yang membuat para anak muda rehat sejenak dari iPhone mereka ke Blackberry.

    Apabila melakukan pencarian cepat di TikTok dengan kata kunci “Blackberry”, akan menampilkan ribuan video Gen Z yang membeli ponsel Blackberry yang sudah tidak terpakai di eBay.

    Selain itu, mereka juga memamerkan Blackberry bekas pemakaian orang tuanya.

    Dalam salah satu video, seorang gen Z memamerkan menghias ponsel lawasnya itu dan menunjukkan keyboard yang berbunyi klik dan layak untuk direkam dengan suara ASMR.

    Namun tak hanya Blackberry, para anak muda kini memang sedang ramai mengincar gawai lawas seperti iPod, kamera pocket, hingga Walkman.

    China Rebranding Blackberry

    Makin diincar oleh anak-anak muda, perusahaan asal China, Zinwa Technologies, pun melihat potensi cemerlang.

    Zinwa Technologies siap membawa kembali BlackBerry seri Classic Q20 dengan perombakan internal agar bisa digunakan oleh masyarakat modern.

    BlackBerry Classic Q20 hasil modifikasi akan diberi nama Zinwa Q25 yang akan dirilis pada pada Agustus 2025 mendatang, dikutip dari TechRadar.

    Ponsel ini akan dilengkapi perangkat keras baru dengan tetap mempertahankan banyak komponen ikonik asli termasuk layar sentuh 720×720, keyboard fisik, lampu notifikasi LED, dan rangka luar.

    Proyek ini bertujuan untuk memadukan bentuk BlackBerry yang nostalgia dengan kemampuan telepon pintar modern.

    Spesifikasi ponsel ini yakni kurang lebih akan mempunyai chipset MediaTek Helio G99, RAM LPDDR4x 12 GB, dan penyimpanan UFS 2.x 256 GB.

    Baterainya ditingkatkan menjadi 3.000 mAh dan sistem kameranya mencakup sensor belakang 50MP dan kamera depan 8MP.

    Q25 akan menjalankan Android 13, tetapi tidak ada rencana untuk meningkatkan ke Android 14 atau yang lebih baru.

    Meskipun begitu, Zinwa berencana untuk menyediakan pembaruan rutin untuk mengatasi bug dan menambahkan fitur-fitur kecil.

    Perusahaan akan mengirimkan Q25 dengan NFC, USB-C, jack headphone, dukungan kartu MicroSD, dan satu slot SIM. Modem di motherboard baru mendukung semua pita 4G LTE global, sehingga ponsel ini kompatibel dengan sebagian besar jaringan di seluruh dunia.

  • Fenomena Ledakan Gempa Langit Terdengar di Banyak Negara

    Fenomena Ledakan Gempa Langit Terdengar di Banyak Negara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Suara misterius dari langit kembali menjadi sorotan ilmuwan dunia. Suara-suara aneh ini terdengar di berbagai wilayah dan membuat warga terkejut.

    Fenomena ini sering kali dikira akibat gempa bumi, namun tak semuanya berkaitan dengan aktivitas seismik. Kejadian seperti ini bahkan telah dilaporkan sejak dua abad lalu.

    Misalnya suara-suara itu terdengar selama gempa bumi New Madrid 1811-1812, serta Januari 2020. Suara dentuman yang menggetarkan jendela serta pintu juga dilaporkan terjadi dekat Danau Seneca, Finger Lake, New York.

    Para peneliti berusaha mencari tahu asal muasal suara gempa langit itu. Pada 2020, ilmuwan menggunakan data seismik dari EarthScope Transportable Array (ESTA) untuk menjelaskan suara yang ada di sekitar Amerika Serikat (AS), dan membandingkan dengan yang terjadi pada 2023.

    Sementara itu, tim peneliti dari University of North Carolina meneliti suara dengan meneliti dari laporan berita di daerah tersebut. Mereka melakukan verifikasi suara dengan data seismo akuisitik dari ESTA.

    Dari hasil penelitiannya, mereka menyimpulkan suara-suara itu tidak terkait gempa bumi sehingga tidak mungkin jadi penyebabnya.

    “Secara umum kami percaya ini merupakan fenomena atmosfer, tidak berpikir dari aktivitas seismik,” jelas peneliti Eli Bird dikutip dari IFL Science, Selasa (17/6/2025).

    “Asumsi kami, suara itu menyebar lewat atmosfer bukan melalui tanah,” imbuhnya.

    Para peneliti berfokus pada data infrasonik. Ini merupakan suara frekuensi rendah yang tidak bisa didengar manusia.

    Laporan Live Science mengatakan mereka menangkap sinyal berdurasi 1-10 detik yang terkait laporan suara-suara ledakan itu.

    IFL Science menuliskan belum ada penjelasan lebih baik terkait asal muasal suara tersebut. Salah satu kemungkinannya adalah ledakan pesawat sonik.

    Kemungkinan lainnya adalah bolide di atmosfer bagian atas. Yakni meteorit yang tidak terlihat hingga mendengar suara yang dikumpulkan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hari Paling Mematikan di Lokasi Bantuan, Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    Hari Paling Mematikan di Lokasi Bantuan, Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    PIKIRAN RAKYAT – Gaza kembali berduka. Pada hari Selasa 12 Juni 2025, pasukan Israel penjajah menembaki kerumunan warga Palestina yang sedang mengantre bantuan makanan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.

    Sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan tersebut, menjadikannya hari paling mematikan sejak pusat distribusi bantuan didirikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Serangan itu juga melukai lebih dari 200 orang, sebagian besar dalam kondisi kritis.

    Hujan Peluru di Tengah Kelaparan

    Menurut laporan saksi mata dan pernyataan dari petugas medis, pasukan Israel penjajah melepaskan tembakan dengan senapan mesin berat, peluru tank, dan drone tempur ke arah kerumunan warga yang sedang menunggu tepung dan makanan.

    “Drone Israel menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank Israel menembakkan beberapa peluru ke warga, yang menyebabkan sejumlah besar martir dan terluka,” tutur Mahmud Bassal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza.

    Serangan tersebut terjadi di sepanjang jalan timur utama kota Khan Younis, tempat warga berkumpul untuk mengakses distribusi makanan dari GHF. Para penyintas menggambarkan suasana mencekam saat suara tembakan dan ledakan menghantam kerumunan yang tidak bersenjata.

    “Saya selamat dengan keajaiban,” ucap Mohammed Abu Qeshfa, seorang warga yang lolos dari maut.

    “Tembakan berat dan penembakan tank menyasar kami tanpa henti,” ujarnya menambahkan.

    Yousef Nofal, salah satu saksi lainnya, menyebut peristiwa itu sebagai “pembantaian” dan mengaku melihat banyak tubuh berserakan tak bernyawa.

    “Prajurit menembaki orang-orang saat mereka mencoba melarikan diri,” katanya.

    Korban Terus Bertambah

    Petugas medis di Rumah Sakit Nasser melaporkan bahwa banyak korban datang dalam keadaan “hancur berkeping-keping” dan tidak bisa diidentifikasi karena luka-luka parah yang diderita. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk anak-anak.

    “Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas, dan tidak ada yang bisa membantu atau menyelamatkan nyawa,” tutur Saeed Abu Liba, warga Gaza yang menyaksikan kejadian.

    Menurut laporan Al Jazeera, lebih dari 300 orang telah tewas dan 2.800 lebih luka-luka sejak GHF memulai operasi bantuan pada 26 Mei lalu.

    PBB: “Ini Tidak Dapat Diterima”

    Insiden ini mendapat kecaman keras dari komunitas internasional. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres melalui juru bicaranya, Farhan Haq, menyatakan kemarahan atas jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar saat mereka hanya mencoba mencari makanan.

    “Sekretaris Jenderal mengutuk hilangnya nyawa dan cedera pada warga sipil di Gaza, di mana sekali lagi mereka ditembak saat mencari makanan. Ini tidak dapat diterima,” tutur Haq dalam pernyataan di Markas Besar PBB di New York.

    PBB juga menyebut angka resmi yang mengerikan: hingga 12 Juni, 338 orang tewas dan lebih dari 2.800 orang terluka saat mencoba mengakses bantuan pangan dari GHF.

    Blokade dan Tuduhan Terhadap GHF

    GHF, yang didukung oleh Israel penjajah dan Amerika Serikat, mulai mendistribusikan bantuan pangan setelah Israel penjajah mencabut sebagian blokade ketat terhadap makanan dan obat-obatan yang telah berlangsung selama hampir tiga bulan.

    Namun, organisasi-organisasi kemanusiaan internasional menolak bekerja sama dengan GHF karena dinilai tidak netral dan memprioritaskan kepentingan militer.

    Meski Israel penjajah mengklaim telah melakukan “tembakan peringatan” kepada individu yang dianggap mencurigakan, mereka tidak menyebutkan apakah tembakan tersebut mengenai warga sipil.

    Dalam praktiknya, hampir setiap hari terjadi insiden penembakan di sekitar lokasi distribusi bantuan.

    Sistem Kesehatan Gaza Runtuh

    Kondisi rumah sakit di Gaza juga semakin mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa krisis bahan bakar telah menyebabkan sebagian besar rumah sakit tidak dapat beroperasi.

    “Selama lebih dari 100 hari, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza dan upaya untuk mengambil persediaan dari zona evakuasi telah ditolak,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

    Saat ini, hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi secara minimal, dengan total kapasitas sekitar 1.500 tempat tidur, turun lebih dari 45 persen dari kapasitas sebelum perang.***

  • Heboh Tes Urin Elon Musk Usai Dituduh Pakai Narkoba

    Heboh Tes Urin Elon Musk Usai Dituduh Pakai Narkoba

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk agaknya masih terganggu dengan laporan yang menyebutnya sebagai pengidap narkoba. Musk dituduh secara rutin menggunakan ekstasi dan ketamin.

    Orang terkaya di dunia tersebut sampai membagikan hasil tes urinnya ke akun X personalnya. Hasilnya, Musk dinyatakan negatif untuk penggunaan berbagai obat-obatan terlarang.

    Musk dinyatakan tidak mengonsumsi kokain, metamfetamin, ketamin, ganja, dan ekstasi. Bersamaan dengan hasil tes urin tersebut, Musk menuliskan caption ‘lol’ yang merupakan ekspresi tertawa terbahak-bahak dalam slang Inggris.

    Kendati demikian, hasil tes urin tersebut tampak tidak terverifikasi, menurut laporan Complex, dikutip Rabu (18/6/2025).

    Sebagai informasi, pada awal bulan ini, The New York Times melaporkan dugaan penyalahgunaan obat-obat terlarang oleh Musk yang sempat mengepalai Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) dalam pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

    Dalam laporan yang berdasarkan informasi orang dekat Musk, pemilik Tesla dan SpaceX itu disebut menggunakan ketamin, ekstasi, dan mushroom, selama masa kampanye Trump di Pilpres 2024.

    Musk buru-buru membantah laporan itu dan menuduh The New York Times berbohong.

    “Untuk lebih jelasnya, saya TIDAK mengonsumsi obat-obatan! The New York Times berbohong,” tulis Musk, beberapa saat lalu, merespons laporan media asal AS tersebut.

    “Saya mencoba ketamin *dengan resep* beberapa tahun lalu dan mengatakannya pada X, jadi ini bahkan bukan berita baru. [Ketamin] membantu saya untuk keluar dari lubang mental yang gelap, tetapi saya belum meminumnya lagi sejak saat itu,” ia menambahkan.

    The New York Times mengutip lebih dari puluhan sumber yang dekat dengan Musk yang mengklaim bahwa sang miliarder menggunakan ketamin lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya, selain ekstasi dan jamur.

    Media tersebut menyatakan bahwa mereka melakukan penyelidikan melalui wawancara, pesan pribadi, catatan hukum, dan foto, dalam proses pembuatan laporan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Iran Bisa Pasang Ranjau di Selat Hormuz Jika AS Gabung Serangan Israel

    Iran Bisa Pasang Ranjau di Selat Hormuz Jika AS Gabung Serangan Israel

    Washington DC

    Iran diperkirakan akan memasang ranjau laut di perairan strategis Selat Hormuz jika Amerika Serikat (AS) bergabung dalam serangan Israel. Pemasangan ranjau laut di Selat Hormuz berpotensi membuat kapal-kapal perang AS yang ada di perairan Teluk Persia terjebak.

    Situasi itu, jika memang terjadi, sangat mungkin memicu konfrontasi regional, bahkan berpotensi mengobarkan perang langsung antara AS dan Iran.

    Hal tersebut, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Rabu (18/6/2025), disampaikan para pejabat AS dalam laporan intelijen yang ditinjau oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump, saat Washington mempertimbangkan langkah menghadapi konflik sengit antara Israel dan Iran.

    Sejumlah spekulasi yang beredar menyebut Trump dimungkinkan untuk memerintahkan serangan AS terhadap Iran untuk mendukung Israel, sekutu dekatnya. Namun perintah semacam itu memiliki konsekuensi yang sangat besar, tidak hanya bagi kawasan Timur Tengah, tapi juga secara global.

    “Para pejabat mengatakan jika terjadi serangan (oleh AS), Iran dapat mulai memasang ranjau di Selat Hormuz, sebuah taktik yang dimaksudkan untuk menjebak kapal-kapal perang Amerika di Teluk Persia,” demikian disampaikan dalam laporan intelijen yang ditinjau oleh pemerintahan Trump, seperti dilaporkan media terkemuka AS, New York Times (NYT), pada Selasa (17/6).

    Ancaman tersebut menyoroti kekhawatiran yang berkembang bahwa konflik yang sudah tidak stabil dapat berubah menjadi perang yang lebih luas, yang mungkin melibatkan bentrokan langsung antara AS dan Iran.

    Peringatan itu muncul di tengah laporan yang menyebut Iran telah menyiapkan rudal balistik dan persenjataan lainnya untuk menyerang pangkalan AS di seluruh Timur Tengah jika Washington mendukung serangan Israel, khususnya kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir bawah tanah Fordo milik Iran.

    Dilaporkan oleh sumber Pentagon bahwa senjata rudal Teheran sudah diposisikan untuk menyerang pasukan AS yang ada di Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab, sehingga tidak memerlukan persiapan tambahan.

    Para komandan militer AS merespons dengan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di kawasan tersebut, termasuk di Uni Emirat Arab, Yordania dan Arab Saudi, dalam keadaan siaga tinggi.

    Iran Akan Respons Tegas AS Jika Ikut Serangan Israel

    Otoritas Iran mengatakan telah menyampaikan kepada Washington, bahwa mereka akan merespons dengan tegas, jika AS terlibat langsung dalam serangan Israel.

    Hal itu disampaikan Duta Besar Iran untuk PBB, Ali Bahreini, yang juga menyebut AS sebagai “kaki tangan dalam apa yang dilakukan Israel.”

    “Kami akan merespons dengan tegas dan menghentikan agresi dari pihak mana pun, baik Israel maupun Amerika Serikat,” kata Ali Bahreini.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini