kab/kota: New Delhi

  • Pengadilan India Tolak Gugatan X soal Penghapusan Konten, Elon Musk Siap Banding

    Pengadilan India Tolak Gugatan X soal Penghapusan Konten, Elon Musk Siap Banding

    Bisnis.com, JAKARTA – Platform media sosial X menyatakan keprihatinan mendalam atas putusan pengadilan India yang membatalkan gugatan mereka terhadap mekanisme penghapusan konten pemerintah New Delhi.

    Mengutip Reuters, pihak X membuat pernyataan tersebut pada Senin (29/9/2025). Platform milik Elon Musk itu akan mengajukan banding dalam rangka membela kebebasan berekspresi di negara tersebut.

    “X menghormati dan mematuhi hukum India. Namun, kami dengan hormat tidak sependapat dengan pandangan bahwa kami tidak berhak menyampaikan keprihatinan ini hanya karena perusahaan kami didirikan di luar negeri,” tulis X dikutip dari Reuters, Senin (29/9/2025).

    Sebagai informasi, X telah berselisih dengan otoritas India selama berbulan-bulan terkait dengan sistem baru penghapusan konten, yang mereka samakan dengan sensor.

    Di sisi lain, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi berargumen sistem baru itu menangani maraknya konten ilegal dan memastikan akuntabilitas di ranah daring.

    Sejak 2023, pemerintahan Modi meningkatkan upaya untuk mengawasi internet dengan memperbolehkan lebih banyak pejabat mengajukan perintah penghapusan dan menyampaikannya langsung kepada perusahaan teknologi melalui sebuah situs web yang diluncurkan pada Oktober.

    Adapun, pihak X memandang mekanisme baru tersebut tidak memiliki dasar hukum, melanggar putusan pengadilan tertinggi negara itu, serta merampas hak dasar masyarakat India atas kebebasan berbicara dan berekspresi.

    Sekadar informasi, Musk telah beberapa kali bentrok dengan otoritas di berbagai negara terkait kepatuhan dan permintaan penghapusan konten.

    Namun, gugatan perusahaan di India secara khusus menargetkan dasar dari regulasi internet yang diperketat di negara dengan populasi terbesar di dunia tersebut.

    Jumlah Pengguna Turun

    Dalam perkembangan lain, aplikasi X milik Elon Musk mengalami penurunan jumlah penginstalan pada perangkat Android. Hal tersebut turut memukul pendapatan perusahaan.

    Menurut data dari penyedia intelijen aplikasi, Appfigures, pada Juli 2025, jumlah penginstalan X di Google Play turun 44% year-on-year di seluruh dunia, berbanding terbalik dengan unduhan di iOS yang justru meningkat 15%.

    Penurunan tajam dalam jumlah penginstalan itu menurunkan rata-rata keseluruhan aplikasi X, yang menyebabkan penurunan total unduhan seluler sebesar 26% dari tahun ke tahun hingga Juli.

    Angka tersebut masih sedikit lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya, ketika total unduhan turun 35%, berkat penurunan tajam lainnya dalam unduhan Android, yang kemudian turun hampir setengahnya (49%) dari tahun ke tahun.

    Perusahaan tidak berspekulasi terkait penyebab penurunan pada perangkat Android selain menyatakan bahwa aplikasi X di Android memang dikenal sebagai sumber masalah bagi mereka.

    Kepala produk X yang baru direkrut, Nikita Bier telah mengisyaratkan X sedang berupaya mengatasi masalah pada aplikasinya di Android, yang terkenal bermasalah dan sering macet.

  • Arab Saudi Ratifikasi Pakta Pertahanan dengan Adidaya Nuklir Pakistan

    Arab Saudi Ratifikasi Pakta Pertahanan dengan Adidaya Nuklir Pakistan

    Riyadh

    Pakta pertahanan antara Arab Saudi dan Pakistan menggariskan, bahwa setiap serangan terhadap salah satu negara mewajibkan dukungan militer demi menjamin keutuhan teritorial. Langkah ini diambil menyusul serangan Israel ke Qatar awal bulan ini.

    Kerajaan Saudi sejak lama memiliki ikatan ekonomi, religius, dan keamanan yang erat dengan Pakistan—termasuk, seperti yang ramai dilaporkan, memberikan dukungan finansial bagi program senjata nuklir Islamabad.

    Selama bertahun-tahun, analis maupun sejumlah diplomat Pakistan menyebut kemungkinan Arab Saudi berlindung di bawah “payung nuklir” Islamabad, terlebih saat ketegangan meningkat terkait program atom Iran.

    Pesan kepada Israel?

    Momentum penandatanganan pakta juga dipahami sebagai isyarat langsung kepada Israel, yang lama dicurigai sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah, dan kini tengah menjalankan operasi militer luas sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Operasi yang dilancarkan Israel menjalar ke Iran, Lebanon, wilayah lain Palestina, Qatar, Suriah, hingga Yaman.

    Pemerintah di Tel Aviv sejauh ini belum menanggapi perjanjian tersebut. Amerika Serikat—selama ini penjamin keamanan tradisional negara-negara Teluk—juga belum memberikan komentar.

    Putra Mahkota Saudi yang berkuasa, Mohammed bin Salman, menandatangani pakta pertahanan dengan Pakistan pada Rabu (17/) bersama Perdana Menteri Shehbaz Sharif.

    Perjanjian itu tidak menyebut senjata nuklir secara spesifik, tetapi menegaskan: “Setiap agresi terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai agresi terhadap keduanya,” menurut pernyataan bersama Kementerian Luar Negeri Pakistan dan Kantor Berita Saudi.

    “Perjanjian ini bertujuan mengembangkan aspek kerja sama pertahanan kedua negara dan memperkuat daya tangkal bersama terhadap setiap agresi,” demikian isi pernyataan itu.

    Sejarah panjang ikatan militer

    Komitmen Pakistan bagi pertahanan Arab Saudi sudah tertanam sejak puluhan tahun, terutama untuk melindungi kedua kota suci Mekkah dan Madinah. Pasukan Pakistan pertama kali dikirim ke Saudi pada akhir 1960-an, saat muncul kekhawatiran atas perang Mesir di Yaman.

    Pertalian itu makin erat setelah Revolusi Islam Iran 1979, yang meluapkan ketakutan dinasti al-Saud terhadap rejim Syiah di Teheran.

    Pakistan sendiri mengembangkan senjata nuklir untuk menandingi India. Kedua negara bertetangga itu telah berulang kali bentrok, termasuk saling serang setelah serangan pembunuhan terhadap turis di Kashmir India pada April lalu. Menurut Bulletin of Atomic Scientists, India diperkirakan memiliki 172 hulu ledak nuklir, sementara Pakistan punya 170.

    Pada Kamis(18/9), Kementerian Luar Negeri India menyebutkan, pihaknya terus memantau pertalian baru Saudi-Pakistan. New Delhi menyatakan akan “mempelajari implikasi perkembangan ini bagi keamanan nasional serta stabilitas regional dan global.” Saudi sendiri juga memiliki hubungan dekat dengan India.

    Dukungan pada program Pakistan

    Dalam bukunya Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, pensiunan Brigadir Jenderal Feroz Hassan Khan menulis betapa Saudi sejak awal telah memberikan “dukungan finansial besar” untuk program nuklir Pakistan.

    Sebuah kabel diplomatik AS tahun 2007 yang dipublikasikan WikiLeaks menyebut diplomat Pakistan di Riyadh sempat mengusulkan kemungkinan keterlibatan kerajaan Saudi dalam program pengembangan senjata nuklir.

    “Menurut para pejabat ini, mereka memahami bahwa Arab Saudi ingin melindungi diri maupun kawasan. Karena beberapa negara lain—khususnya Mesir—tak mampu mengembangkan sistem senjata nuklir akibat kendala finansial, maka logis jika Saudi mengambil peran sebagai ‘pelindung fisik’, sama seperti perannya kian besar sebagai mediator perdamaian di berbagai konflik kawasan,” demikian isi kabel diplomatik tersebut.

    Baik Pakistan maupun Saudi tidak menjawab pertanyaan Associated Press yang diajukan Kamis (18/9), soal apakah pakta ini mencakup arsenal nuklir Islamabad.

    Benang merah menuju Teheran

    Arab Saudi sebelumnya sempat meminta bantuan AS untuk mengembangkan program nuklir sipil, sebagian melalui rencana normalisasi diplomatik dengan Israel sebelum serangan Hamas 2023. Program itu bisa membuka peluang Saudi memperkaya uranium di dalam negeri—hal yang membuat gusar pakar nonproliferasi, karena pengayaan uranium juga bisa mengarah ke pengembangan senjata nuklir.

    Putra Mahkota MBS pernah berkata, kerajaan akan berusaha mengembangkan senjata nuklir jika Iran dibiarkan memiliki bom atom. Saat ini Saudi diyakini sudah memiliki program rudal balistik domestik, yang berpotensi menjadi sistem pengantar hulu ledak nuklir.

    Meski begitu, Saudi masih menjadi anggota Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT) dan belum diketahui mengambil langkah untuk mengembangkan bom sendiri.

    Sebelum pakta pertahanan diteken, Iran sempat mengirim Ali Larijani untuk berkunjung ke Riyadh. Dia adalah tokoh senior sekaligus sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi. Boleh jadi langkah itu membuka kesempatan bagi kerajaan untuk menjelaskan kepada Teheran, yang sejak 2023 menjalin komunikasi melalui mediasi China.

    Editor: Agus Setiawan

    Lihat juga Video: India Minta IAEA Awasi Ketat Senjata Nuklir Pakistan

    (nvc/nvc)

  • Debindo Perluas Kehadiran Indonesia di Pameran Internasional

    Debindo Perluas Kehadiran Indonesia di Pameran Internasional

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Debindomulti Adhiswasti menjalin kemitraan dengan ITE Group, penyelenggara pameran internasional yang berbasis di Rusia, Dubai, Beijing, dan New Delhi. Melalui Nota Kesepahaman (MoU) ini, PT Debindomulti Adhiswasti resmi menjadi mitra ITE Group di Indonesia untuk mempromosikan pameran ITE kepada pasar domestik sekaligus membawa peserta pameran asal Indonesia ke ajang internasional yang diselenggarakan ITE di kota Moskow, Rusia.

    Direktur Utama PT Debindomulti Adhiswasti Vibiadhi Swasti Pradana, mengatakan kolaborasi ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya dalam mendorong industrialisasi, peningkatan daya saing global, serta memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. Dengan hadir di berbagai pameran berskala global, pelaku usaha nasional tidak hanya memperluas akses pasar, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan ekspor, hilirisasi produk, serta penciptaan peluang kerja dan investasi yang lebih luas.

    “Ini bukan sekadar kemitraan, melainkan sebuah langkah maju dalam misi kami untuk tumbuh, terhubung, dan memimpin di industri pameran dan pengembangan bisnis. Kami ingin agar dunia semakin mengenal kekuatan industri Indonesia,” ujar dia dikutip Rabu (17/9/2025).

    Pameran ITE menawarkan platform internasional bagi pelaku bisnis Indonesia untuk menampilkan produk, layanan, dan inovasi terbaru di ajang bergengsi, seperti MosBuild, WorldFood Moscow, Printech, dan RosUpack. Keikutsertaan dalam event ini mendukung agenda pemerintah dalam kedaulatan pangan, industrialisasi, dan digitalisasi sekaligus membuka peluang investasi yang berorientasi pada pertumbuhan inklusif.

    Sebagai exhibitor, pelaku bisnis Indonesia akan memperoleh manfaat berupa akses langsung kepada para pengambil keputusan di Rusia di berbagai sektor industri mulai dari packaging, agri-tech, industrial printing, hingga teknologi pangan dan farmasi. Dukungan digital melalui ITE Connect juga memungkinkan networking virtual, showcase produk, dan negosiasi bisnis lebih efisien, selaras dengan agenda transformasi digital nasional.

    “Kemitraan ini menjadi langkah penting untuk menembus pasar global, memperluas jejaring B2B lintas negara, serta memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia. Sebagai mitra resmi ITE Group di Indonesia, Debindo mengundang perusahaan-perusahaan nasional untuk memanfaatkan kesempatan ini dan mengoptimalkan jangkauan promosi di pasar internasional,” terang Adhiswasti.

    “Berbagai pameran mendatang di Moskow, Rusia, seperti MosBuild, Pharmtech, Dairytech, dan RosUpack, dapat menjadi ajang strategis untuk memperkuat jejaring bisnis global sekaligus mewujudkan visi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia,” pungkas dia.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tekan Rusia, Trump Desak Uni Eropa Kenakan Tarif 100% terhadap India dan China

    Tekan Rusia, Trump Desak Uni Eropa Kenakan Tarif 100% terhadap India dan China

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Uni Eropa (UE) menjatuhkan tarif hingga 100% terhadap India dan China sebagai bagian dari upaya bersama menekan Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina.

    Menurut tiga pejabat yang mengetahui persoalan ini dilansir dari Financial Times pada Rabu (10/9/2025), permintaan itu disampaikan Trump saat dirinya mengikuti rapat virtual pada Selasa (9/9/2025) waktu setempat bersama pejabat senior AS dan UE di Washington. 

    Pertemuan tersebut membahas langkah untuk meningkatkan beban ekonomi bagi Moskow.

    “Kami siap melangkah, siap saat ini juga, tetapi hanya akan melakukan ini jika mitra Eropa bersedia bergerak bersama kami,” ujar seorang pejabat AS.

    Pejabat lainnya menambahkan bahwa Washington siap mengikuti tarif yang dijatuhkan Uni Eropa terhadap China dan India. Hal ini berpotensi memicu kenaikan lebih lanjut atas bea impor kedua negara ke AS.

    Usulan Trump ini muncul di tengah kesulitan AS mencapai kesepakatan damai dan meningkatnya serangan udara Rusia terhadap Ukraina.

    “Pandangan presiden jelas: mari kita kenakan tarif besar-besaran dan terus pertahankan tarif itu sampai China setuju berhenti membeli minyak Rusia. Tidak banyak opsi lain bagi minyak tersebut,” kata seorang pejabat AS.

    Langkah Trump tersebut diumumkan setelah Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India Narendra Modi mempererat hubungan dalam KTT pekan lalu.

    Bulan lalu, AS telah menaikkan tarif impor India hingga 50% akibat pembelian minyak Rusia, memicu ketegangan dengan negara Asia Selatan itu. Namun, pada Selasa malam Trump menulis di Truth Social bahwa negosiasi dagang dengan India tetap berjalan dan mengisyaratkan akan berakhir sukses.

    “India dan Amerika Serikat tengah melanjutkan perundingan untuk mengatasi hambatan perdagangan antara kedua negara. Saya menantikan pembicaraan dengan sahabat baik saya, Perdana Menteri Modi, dalam beberapa minggu mendatang,” tulis Trump.

    Adapun China belum secara khusus menjadi target tarif akibat pembelian minyak Rusia. Pada April lalu, Trump sempat menaikkan tarif impor China secara tajam, namun kemudian dikurangi pada Mei setelah terjadi gejolak pasar yang signifikan.

    Dalam diskusi di Washington, pejabat UE yang dipimpin Kepala Sanksi David O’Sullivan berdialog dengan pejabat senior Departemen Keuangan AS. Menurut sumber, ibu kota-ibu kota Eropa tengah membahas kemungkinan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap China dan India karena membeli minyak serta gas Rusia. 

    Namun, banyak pihak masih berhati-hati mengingat hubungan dagang erat UE dengan Beijing dan New Delhi.

    Diplomat AS di Eropa juga menegaskan bahwa pemerintahan Trump tidak akan menjatuhkan sanksi berat kepada pembeli energi Rusia tanpa partisipasi UE. Terlebih, sejumlah negara Eropa sendiri masih mengimpor produk energi dari Rusia.

    “Pertanyaannya, apakah Eropa punya kemauan politik untuk mengakhiri perang ini?. Setiap langkah tentu akan mahal, dan agar presiden melakukannya, kami membutuhkan mitra Eropa, idealnya seluruh mitra internasional. Kita akan berbagi beban bersama,” ujar seorang pejabat.

  • AS Resmi Beri Tarif 50% ke India, Trump: Tak Perlu Khawatir

    AS Resmi Beri Tarif 50% ke India, Trump: Tak Perlu Khawatir

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden AS Donald Trump mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hubungannya dengan India, meskipun AS telah memberlakukan tarif 50% untuk banyak barang dari negara tersebut sebagai hukuman atas pembelian energi Rusia oleh New Delhi.

    Trump mengatakan dia akan selalu menjadi teman dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, tetapi dia tidak suka dengan apa yang India lakukan saat ini soal pembelian minyak dari Rusia. 

    “India dan AS memiliki hubungan khusus. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita hanya kadang-kadang mengalami momen-momen tertentu,” kata Trump, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Sabtu (6/9/2025). 

    Komentar relatif positif Trump tentang India datang meskipun negosiasi formal antara Washington dan New Delhi mengenai perjanjian perdagangan untuk menurunkan tingkat tarif telah mandek, dan Presiden AS pekan ini mengekspresikan kemarahan terhadap Modi karena menghadiri KTT di China bersama Vladimir Putin dari Rusia dan Xi Jinping dari China. 

    Trump pekan ini mengatakan India telah menawarkan untuk menurunkan tarifnya atas barang-barang AS menjadi nol, tetapi dia menyiratkan bahwa konsesinya mungkin datang terlalu terlambat dalam pembicaraan. 

    Pada Jumat pagi, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada Bloomberg Television bahwa “konyol” jika India terus membeli minyak dari Rusia meskipun ada konflik yang sedang berlangsung dengan Ukraina, dan bahwa negara tersebut perlu memilih pihak.

    “Baiklah, dukung dolar, dukung Amerika Serikat, dukung klien terbesar Anda, yaitu konsumen Amerika, atau, saya kira Anda akan dikenakan tarif 50%,” kata Lutnick.

    Sebelumnya, Trump menilai hubungan dagang kedua negara selama ini tidak seimbang akibat tingginya tarif impor yang diberlakukan New Delhi.

    “India selama bertahun-tahun menerapkan tarif yang sangat tinggi, mungkin yang tertinggi di dunia,” katanya.

    Kebijakan tarif AS tersebut mengejutkan pejabat India, meski kedua negara telah menjalani negosiasi berbulan-bulan. Menurut pejabat perdagangan, tarif tinggi dan kebijakan proteksionis India kerap membuat frustrasi tim negosiator Washington.

    Trump awalnya menetapkan bea masuk 25% untuk produk ekspor India, sebelum menggandakannya menjadi 50% pekan lalu. Langkah ini berdampak pada lebih dari 55% barang yang dikirim ke AS, pasar ekspor terbesar bagi India.

    AS keberatan atas keputusan India melanjutkan pembelian energi dari Rusia, yang menurut New Delhi diperlukan untuk menjaga harga minyak domestik tetap rendah.

    Para pengkritik menilai pembelian energi oleh India dan China justru membantu menopang ekonomi Rusia dan melemahkan efektivitas sanksi Barat yang ditujukan untuk menghentikan perang di Ukraina.

  • Telan Tutup Pulpen di Usia 7 Tahun, Baru Sadar ‘Nyangkut’ di Paru Saat Usia 33

    Telan Tutup Pulpen di Usia 7 Tahun, Baru Sadar ‘Nyangkut’ di Paru Saat Usia 33

    Jakarta

    Sebuah kejadian langka dialami oleh seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun di New Delhi, India. Dokter menemukan sebuah tutup pulpen plastik tersangkut di paru-paru pasien tersebut.

    Belakangan diketahui tutup pulpen itu sudah berada di paru-paru sejak 26 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah mengalami masalah apapun sampai akhirnya mengeluhkan gejala batuk terus-menerus.

    “Pasien laki-laki berusia 33 tahun itu secara tidak sengaja menelan tutup pulpen saat berusia 7 tahun ketika sedang bermain,” ujar pihak Sir Ganga Ram Hospital, dikutip dari ANI News, Kamis (4/9/2025).

    “Sejak saat itu, ia tidak mengalami masalah kesehatan besar hingga baru-baru ini, ketika ia datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk terus-menerus dan adanya bercak darah pada dahaknya,” sambungnya.

    Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan termasuk rontgen, tim bedah torak rumah sakit tersebut memutuskan untuk melakukan operasi. Awalnya, dokter tidak mengetahui benda asing apa yang ada di paru pasien, sampai akhirnya mereka terkejut melihat tutup pulpen di dalamnya secara langsung.

    Konsultan departemen bedah toraks di rumah sakit tersebut, Dr Roman Dutta menyebut ini kasus yang sangat langka. Kondisi yang dialami pasien yang tidak disebutkan namanya itu sangat unik, karena tidak memunculkan komplikasi selama 20 tahun lebih.

    “Keberadaan benda asing di paru-paru dalam jangka waktu selama itu tanpa menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa sangatlah tidak biasa. Namun, hal ini juga menunjukkan betapa berbahayanya situasi seperti ini seiring waktu, karena dapat menyebabkan infeksi, perdarahan, atau risiko kesehatan serius lainnya,” kata Dutta.

    Pasien pada saat ini dilaporkan dalam kondisi stabil dan proses pemulihan berjalan baik.

    (avk/kna)

  • Trump Ogah Turunkan Tarif Impor 50% untuk India

    Trump Ogah Turunkan Tarif Impor 50% untuk India

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan tidak akan menurunkan tarif impor India setelah menggandakan bea menjadi 50% sebagai hukuman atas pembelian minyak Rusia.

    Saat ditanya apakah akan memangkas sebagian tarif yang telah dijatuhkan, Trump menjawab singkat, “tidak”.

    “Kami berhubungan baik dengan India,” ujar Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/9/2025). 

    Namun, dia menilai hubungan dagang kedua negara selama ini tidak seimbang akibat tingginya tarif impor yang diberlakukan New Delhi.

    “India selama bertahun-tahun menerapkan tarif yang sangat tinggi, mungkin yang tertinggi di dunia,” katanya.

    Kebijakan tarif AS tersebut mengejutkan pejabat India, meski kedua negara telah menjalani negosiasi berbulan-bulan. Menurut pejabat perdagangan, tarif tinggi dan kebijakan proteksionis India kerap membuat frustrasi tim negosiator Washington.

    Trump awalnya menetapkan bea masuk 25% untuk produk ekspor India, sebelum menggandakannya menjadi 50% pekan lalu. Langkah ini berdampak pada lebih dari 55% barang yang dikirim ke AS, pasar ekspor terbesar bagi India.

    AS keberatan atas keputusan India melanjutkan pembelian energi dari Rusia, yang menurut New Delhi diperlukan untuk menjaga harga minyak domestik tetap rendah. 

    Para pengkritik menilai pembelian energi oleh India dan China justru membantu menopang ekonomi Rusia dan melemahkan efektivitas sanksi Barat yang ditujukan untuk menghentikan perang di Ukraina.

    Trump mengatakan dirinya memantau secara ketat langkah Presiden Rusia Vladimir Putin terkait upaya pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, serta mengisyaratkan adanya kemungkinan langkah tambahan jika negosiasi tidak berkembang.

    Sementara itu, Trump sempat menulis di media sosial pada Senin bahwa India menawarkan memangkas tarifnya hingga nol. Namun, dia tidak menjelaskan kapan tawaran itu disampaikan atau apakah Gedung Putih berencana membuka kembali perundingan dagang dengan New Delhi.

    “Mereka seharusnya melakukan itu sejak lama. Sekarang sudah terlambat,” ucap Trump.

  • Pembuat ChatGPT Mau Bikin Data Center AI di India

    Pembuat ChatGPT Mau Bikin Data Center AI di India

    Jakarta

    OpenAI, dikabarkan tengah menjajaki rencana pembangunan data center AI berskala raksasa di India.

    Langkah ini menjadi bagian dari proyek global mereka bernama Stargate, yang menargetkan investasi hingga USD 500 miliar untuk infrastruktur kecerdasan buatan di seluruh dunia.

    Proyek Stargate merupakan kolaborasi antara OpenAI, SoftBank, Oracle, dan MGX. Diluncurkan pada awal 2025, tujuannya adalah membangun jaringan data center AI raksasa secara global, dimulai dari AS dengan beberapa fasilitas multi-gigawatt, termasuk kolaborasi dengan Oracle senilai 4,5 GW kapasitas.

    Saat ini OpenAI sedang melakukan negosiasi dengan mitra lokal di India untuk membangun data center dengan kapasitas setidaknya 1 gigawatt yang terbilang besar untuk standar infrastruktur AI.

    Lokasi dan jadwal pembangunan belum ditetapkan. Namun, CEO Sam Altman diperkirakan akan mengungkap detail lebih lanjut saat kunjungan resminya ke India akhir bulan ini, demikian dikutip detikINET dari Times of India, Selasa (2/9/2025).

    Saat ini OpenAI sudah resmi mendaftarkan perusahaannya di India dan mulai merekrut pegawai untuk tim lokalnya. Pada Agustus lalu, mereka mengungkap rencananya untuk membuka kantor pertamanya di India, tepatnya di New Delhi, pada tahun 2025 ini.

    India dipilih karena merupakan pengguna ChatGPT terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Selain itu, India mempunyai infrastruktur teknologi yang kuat, ketersediaan energi terbarukan, dan iklim regulasi yang mendukung membuat India pilihan strategis untuk investasi jangka panjang.

    Selain itu, rencana tersebut sejalan dengan IndiaAI Mission, proyek senilai USD 1,2 miliar, yang mendukung pengembangan AI lokal melalui infrastruktur. Dengan fasilitas lokal, OpenAI bisa menghadirkan layanan dengan latency rendah dan mempermudah kepatuhan terhadap regulasi terkait data lokal.

    (asj/asj)

  • Chip Pertama Buatan India Diluncurkan, Tegaskan Bukan Negara Pasar

    Chip Pertama Buatan India Diluncurkan, Tegaskan Bukan Negara Pasar

    Jakarta, CNBC Indonesia – India resmi memiliki chip semikonduktor pertama buatan dalam negeri. Perdana Menteri Narendra Modi menerima prosesor Vikram 32-bit dalam peresmian Semicon India 2025 di New Delhi, Selasa (2/9/2025) waktu setempat.

    Chip tersebut dikembangkan oleh Laboratorium Semikonduktor ISRO dan difabrikasi di Semiconductor Hub Mohali, Punjab. Menteri TI Ashwini Vaishnaw menyerahkan langsung chip Vikram serta empat chip uji dari proyek yang telah disetujui.

    Vaishnaw menyebut pencapaian ini sebagai bukti keberhasilan India Semiconductor Mission yang diluncurkan pada 2021.

    “Hanya beberapa tahun lalu, kita bertemu untuk pertama kali guna memulai langkah baru berkat visi jauh ke depan Perdana Menteri. Dalam waktu singkat, yakni 3,5 tahun, kini dunia memandang India dengan penuh percaya diri,” ujar Vaishnaw, dikutip dari Times of India Selasa (2/9/2025).

    “Saat ini pembangunan lima unit semikonduktor sedang berlangsung dengan cepat. Hari ini kami baru saja menyerahkan chip ‘Made-in-India’ pertama kepada PM Modi,” imbuhnya.

    Ia menambahkan bahwa meski terjadi gejolak kebijakan global, India mampu tampil sebagai mercusuar stabilitas dan pertumbuhan.

    Prosesor Vikram 32-bit merupakan mikroprosesor pertama yang sepenuhnya dikembangkan di India. Chip ini telah lolos kualifikasi untuk digunakan dalam kondisi ekstrem pada kendaraan peluncur satelit.

    Ke depan, perusahaan semikonduktor CG-Semi akan memproduksi chip buatan India pertama dari fasilitas OSAT (Outsourced Semiconductor Assembly and Test) di Sanand, Gujarat. Selain itu, melalui skema Design Linked Incentive (DLI), 23 proyek desain chip telah disetujui untuk mendukung startup dan inovator.

    Hingga kini, pemerintah India telah mengesahkan 10 proyek manufaktur semikonduktor dengan investasi lebih dari ₹1,60 lakh crore di enam negara bagian.

    Langkah ini menandai transisi India dari negara konsumen menjadi pencipta teknologi, dengan semikonduktor sebagai pilar penting bagi kesehatan, transportasi, komunikasi, pertahanan, hingga antariksa.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • OpenAI Berencana Bangun Pusat Data di India dengan Kapasitas Minimal 1 Gigawatt

    OpenAI Berencana Bangun Pusat Data di India dengan Kapasitas Minimal 1 Gigawatt

    Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan pengembang ChatGPT, OpenAI, dikabarkan tengah menjajaki kerja sama dengan mitra lokal untuk membangun pusat data di India dengan kapasitas minimal 1 gigawatt. 

    Kabar tersebut menurut laporan Bloomberg pada Senin, (1/9/2025) Namun demikian, melansir laman Reuters pada Selasa (2/9/2025) OpenAI belum memberikan tanggapan resmi atas informasi ini. 

    OpenAI, yang didukung oleh Microsoft (MSFT.O), telah resmi mendaftarkan badan hukumnya di India dan mulai membentuk tim lokal. 

    Pada Agustus lalu, perusahaan mengumumkan rencana membuka kantor pertamanya di New Delhi pada akhir tahun ini, memperluas kehadirannya di pasar terbesar kedua berdasarkan jumlah pengguna.

    Rencana pembangunan pusat data berskala besar ini disebut sebagai langkah signifikan bagi ekspansi OpenAI di Asia, sekaligus menjadi bagian dari dorongan infrastruktur kecerdasan buatan dengan merek Stargate. 

    Namun, lokasi pasti dan jadwal pembangunan pusat data tersebut masih belum ditentukan. Bloomberg juga melaporkan, kemungkinan CEO OpenAI Sam Altman akan mengumumkan proyek ini secara resmi saat kunjungannya ke India pada September mendatang.

    Sebagai catatan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Januari lalu mengumumkan inisiatif Stargate, yaitu investasi sektor swasta hingga US$500 miliar atau sekitar Rp8,21 kuadriliun untuk pengembangan infrastruktur AI. Proyek besar ini didukung oleh SoftBank, OpenAI, dan Oracle (ORCL.N).

    Sebelumnya, OpenAI lebih agresif dalam mengembang teknologi kecerdasan buatan di tengah persaiangan mereka dengan Meta. 

    CEO OpenAI, Sam Altman dalam proses mendirikan perusahaan startup antarmuka brain-to-computer baru bernama Merge Labs. Sam membutuhkan dana sebesar Rp13,8 triliun untuk membangun perusahaan rintisan pesain Neuralink.

    Untuk menyukseskan usaha tersebut, Altman menggalang dana dengan modal yang kemungkinan besar berasal dari tim ventura OpenAI. 

    Merge Labs diperkirakan akan bernilai US$850 juta atau sekitar Rp13,8 triliun (Kurs: Rp16.233), tetapi pembicaraan masih dalam tahap awal dan OpenAI belum berkomitmen untuk berpartisipasi, sehingga persyaratan dapat berubah.

    Dilansir TechCrunch, Rabu (13/8/25), Selain OpenAI, perusahaan startup tersebut juga dilaporkan akan bekerja sama dengan Alex Blania, yang menjalankan Tools for Humanity (sebuah proyek ID digital pemindai mata milik Sam Altman, yang memungkinkan siapapun memverifikasi kemanusiaan mereka).

    Merge Labs nantinya akan bersaing dengan Neuralink milik Elon Musk, yang sedang mengembangkan chip antarmuka komputer dan dirancang untuk ditanamkan ke dalam otak.

    Musk sendiri sudah mendirikan Neuralink pada 2016, meski keberadaannya baru diketahui pada 2017, dan hingga kini, mereka telah membuat kemajuan signifikan.

    Saat ini, Neuralink sedang diujicobakan pada penderita kelumpuhan parah. Tujuannya agar mereka dapat mengendalikan perangkat dengan pikiran mereka. Untuk tujuan itu, Neuralink telah meraih pendanaan Seri E sebesar US$600 juta atau Rp9,7 triliun dengan valuasi US$9 miliar atau Rp146,1 triliun (Kurs: Rp16.233) pada Juni.