kab/kota: New Delhi

  • Pakistan Tembak Jatuh Drone Mata-mata India di Kashmir

    Pakistan Tembak Jatuh Drone Mata-mata India di Kashmir

    Islamabad

    Militer Pakistan mengatakan pasukannya telah menembak jatuh sebuah drone mata-mata India di sepanjang perbatasan yang menjadi sengketa di wilayah Kashmir. Aktivitas ini dilakukan saat ketegangan meningkat menyusul serangan militan yang menewaskan sedikitnya 26 orang di Kashmir pekan lalu.

    Laporan televisi milik pemerintah Pakistan, yang mengutip personel keamanan yang tidak disebut namanya, seperti dilansir Bloomberg dan Al Arabiya, Selasa (29/4/2025), menyebut sebuah drone asing melanggar apa yang disebut sebagai Garis Kontrol di area Kashmir, wilayah utara yang diklaim oleh Pakistan dan India.

    Kedua negara telah saling menembak jatuh beberapa drone berukuran kecil di masa lalu karena drone semacam itu seringkali digunakan untuk pengintaian di sekitar wilayah perbatasan.

    Laporan itu muncul saat hubungan antara kedua negara bersenjata nuklir itu memburuk dengan cepat.

    Beberapa jam sebelumnya, seorang pejabat tinggi pertahanan Pakistan memperingatkan kemungkinan perang dengan India, namun juga mengatakan hal semacam itu dapat dihindari, dengan beberapa hari ke depan menjadi momen yang krusial.

    “Jika sesuatu harus terjadi, hal itu akan terjadi dalam dua hari atau tiga hari,” ucap Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, saat berbicara kepada media lokal Geo News. “Ada ancaman langsung,” sebutnya.

    Asif juga mengatakan bahwa China, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk lainnya sedang berupaya mencegah konflik perang terjadi.

    Sebelumnya pada hari yang sama, Selasa (29/4), militer India menuduh pasukan Pakistan telah melepaskan tembakan melintasi Garis Kontrol di Kashmir selama lima hari berturut-turut. Disebutkan bahwa pasukan New Delhi merespons dengan cara yang “terukur” tapi “efektif” terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai “tembakan senjata ringan yang tidak beralasan”.

    Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani oleh kedua negara tahun 2003 lalu telah sering dilanggar hingga tahun 2021, ketika Pakistan dan India memperbarui komitmen mereka untuk menegakkan gencatan senjata. Tembakan lintas perbatasan sebagian besar telah dihentikan selama tiga tahun terakhir.

    Situasi panas di perbatasan ini semakin menambah ketegangan setelah New Delhi menuduh Islamabad terlibat dalam serangan bersenjata di Kashmir yang merenggut 26 nyawa, yang sebagian besar wisatawan. Otoritas India mengambil sejumlah tindakan hukuman, termasuk menurunkan hubungan diplomatik dan menangguhkan perjanjian berbagi air yang penting.

    Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi menegaskan negaranya akan menghukum pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pembantaian di Kashmir.

    Pakistan telah membantah terlibat dalam serangan bersenjata di Kashmir itu, dan membalas New Delhi dengan mengusir para diplomat India dari wilayahnya, menutup wilayah udara untuk maskapai penerbangan India, dan menangguhkan perbatasan antara kedua negara.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Petaka Abadi di Kashmir di Tengah Ketegangan India-Pakistan

    Petaka Abadi di Kashmir di Tengah Ketegangan India-Pakistan

    Jakarta

    Hanya sedikit wilayah di dunia yang memiliki kepadatan militer dan gejolak yang begitu konstan seperti Kashmir.

    Terletak di pelukan Himalaya, dan berbatasan dengan tiga negara berkekuatan nuklir – India, Pakistan, dan Cina – wilayah yang diperebutkan ini telah lama menjadi medan pertempuran bagi rivalitas regional yang tajam dan ambisi teritorial yang seolah tak terpecahkan.

    Gejolak itu kembali mencuat dengan kekuatan mematikan baru-baru ini.

    Pada hari Selasa (22/04), sekelompok militan menyerang para wisatawan di Kashmir, di bagian di bawah administratif India, menewaskan sedikitnya 26 orang dan melukai puluhan lainnya dalam serangan paling mematikan terhadap warga sipil di wilayah itu dalam bertahun-tahun. India menyebut serangan ini sebagai aksi terorisme.

    Beberapa hari sebelumnya, tiga militan dan seorang tentara India terbunuh dalam serangkaian baku tembak di seluruh wilayah, menandakan bahwa ketegangan di kawasan itu tetap berada di titik yang sangat berbahaya.

    Mengapa Kashmir penting?

    Mencakup luas sekitar 222.200 kilometer persegi, wilayah Kashmir terbagi antara India, Pakistan, dan Cina – namun diklaim sepenuhnya oleh India dan Pakistan.

    Wilayah ini dihuni sekitar 20 juta jiwa, dengan sekitar 14,5 juta warga di wilayah yang dikelola India, sekitar enam juta orang di wilayah yang dikelola Pakistan, dan hanya beberapa ribu di wilayah yang dikelola Cina – sebuah daerah yang terletak pada titik pertemuan kepentingan strategis, ekonomi, dan agama yang sangat krusial.

    Apa yang kini dikenal sebagai wilayah persatuan India Jammu dan Kashmir- bagian dari wilayah Kashmir yang lebih luas – pada masa itu dipimpin oleh Maharaja Hindu Hari Singh, yang pada awalnya menolak untuk bergabung dengan kedua negara tersebut.

    Namun, keadaan berubah setelah pejuang gerilya Pakistan mencoba merebut wilayah tersebut dan menggulingkan kekuasaan di sana.

    Akibatnya, terjadi perang India-Pakistan yang pertama, ketika Maharaja memohon bantuan India untuk mengusir para penyerang dan sebagai imbalannya, ia menyetujui untuk mengalihkan wilayah negara bagian utamanya kepada New Delhi – memperkuat pembagian de facto Kashmir yang hingga kini masih ada.

    Kini, India menguasai bagian paling padat penduduk di wilayah tersebut, yang mencakup Lembah Kashmir, Jammu, dan Ladakh.

    Pakistan menguasai sebagian Kashmir utara, termasuk Azad Jammu dan Kashmir (AJK) serta Gilgit-Baltistan.

    Sementara itu, Cina mengelola wilayah Aksai Chin yang jarang penduduknya di bagian timur laut, yang juga diklaim India, serta Lembah Shaksgam, di mana India tidak mengakui kekuasaan Cina.

    Klaim Pakistan terhadap Kashmir berakar pada keyakinan bahwa wilayah yang mayoritas penduduknya muslim ini seharusnya menjadi bagian dari Pakistan sejak saat pemisahan negara.

    India, di sisi lain, bersikeras bahwa Instrumen Akses 1947 yang ditandatangani oleh Hari Singh menjadikan klaim India atas wilayah tersebut sah dan final.

    Namun, para ahli hukum mempertanyakan keabsahan dokumen yang ditandatangani di bawah tekanan tersebut.

    Perbedaan ini telah memicu berbagai perang, pemberontakan, dan dekade-dekade ketegangan diplomatik.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Klaim ketiga: Cina

    Meskipun India dan Pakistan mendominasi narasi Kashmir, Cina juga memegang peran strategis yang tidak kalah penting.

    Di bagian timur laut wilayah tersebut, Lembah Shaksgam dan Aksai Chin dikelola oleh Cina, namun diklaim oleh India.

    Meskipun Lembah Shaksgam hampir tidak berpenghuni karena kondisi alamnya yang keras, Aksai Chin memiliki kepentingan vital bagi Cina dalam hal konektivitas darat antara Tibet dan Xinjiang.

    Cina mengambil alih Aksai Chin pada tahun 1950-an dengan membangun jalan strategis yang menghubungkan Xinjiang dan Tibet, sebuah rute yang melewati wilayah yang diklaim oleh India.

    India menentang kehadiran Cina di kawasan tersebut, yang akhirnya memicu perang singkat namun sengit antara Cina dan India pada 1962.

    Setelah konflik yang berlangsung singkat itu, Cina tetap menguasai Aksai Chin dan terus mengelolanya hingga kini.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah memperluas kehadiran militernya sepanjang Garis Pengendalian Aktual (LAC) yang memisahkan perbatasan Cina dan India, menyebabkan sering terjadinya ketegangan antara pasukan kedua belah pihak.

    Pentingnya wilayah ini bagi Cina bukan hanya dari segi strategis, namun juga ekonomi.

    Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC), yang merupakan salah satu pilar Inisiatif Sabuk dan Jalan Beijing, melintasi Gilgit-Baltistan yang dikelola Pakistan.

    Hal ini menjadikan stabilitas Kashmir sebagai isu yang tidak hanya terkait dengan geopolitik, tetapi juga finansial bagi Beijing.

    Lanskap yang terbentengi kuat

    India diperkirakan memiliki lebih dari 750.000 tentara yang ditempatkan di seluruh Jammu dan Kashmir, sebagian besar terkonsentrasi di Lembah Kashmir yang mayoritas muslim.

    Pakistan, di sisi lain, menempatkan hingga 120.000 personel keamanan di sepanjang Garis Kontrol (LoC) yang memisahkan wilayah yang dikelola Pakistan dengan India, termasuk pasukan khusus seperti Mujahid Force, serta 230.000 tentara di wilayah tersebut.

    Kedua belah pihak saling menuduh pihak lawan melebih-lebihkan jumlah pasukan yang mereka tempatkan, dan tidak ada yang memublikasikan angka yang tepat.

    Namun, para analis sepakat bahwa kepadatan militer di wilayah ini, terutama jika dibandingkan dengan jumlah penduduk sipilnya, sejajar atau bahkan melampaui kepadatan yang ada di Semenanjung Korea.

    Kelompok pemberontak menambah lapisan kompleksitas lainnya

    Pemberontakan bersenjata di Kashmir yang dikelola India, yang dimulai pada akhir 1980-an, dipicu oleh campuran ketidakpuasan lokal dan dukungan eksternal.

    India menuduh Pakistan menyokong kelompok militan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Islamabad.

    Selama beberapa dekade, kelompok-kelompok seperti Hizbul Mujahideen, Jaish-e-Mohammed, dan Lashkar-e-Taiba telah melancarkan serangan di wilayah ini.

    Apakah ini akan memicu krisis baru?

    Sebagai respons atas serangan terhadap wisatawan tersebut, India telah mengambil sejumlah langkah terhadap Pakistan, termasuk merendahkan hubungan diplomatik, menutup perbatasan darat dan udara, serta menangguhkan Perjanjian Indus Waters 1960 yang mengatur pembagian air dari sistem Sungai Indus.

    Pakistan sebelumnya telah memperingatkan bahwa setiap gangguan terhadap perjanjian tersebut akan dianggap sebagai “aksi perang.”

    Kini, spekulasi tentang potensi eskalasi militer semakin mengemuka, mengingat ketegangan serupa yang terjadi pada 2019, ketika serangan bom bunuh diri di Pulwama menewaskan 40 tentara paramiliter India.

    India membalas dengan serangan udara ke Pakistan, mendorong kedua negara tersebut hampir ke ambang perang.

    Tahun yang sama, India mencabut Pasal 370 dari konstitusinya, yakni otonomi khusus Jammu dan Kashmir.

    Langkah ini, yang dikutuk oleh Pakistan, memicu kerusuhan di wilayah tersebut. Sejak itu, ketegangan terus meningkat, meskipun perhatian global mulai memudar. Di wilayah yang penuh gejolak ini, di mana berbagai konflik telah berlangsung, risiko terjadinya perang lain tetap sangat nyata.

    *Artikel ini diperbarui pada 25 April 2025, dengan angka terbaru mengenai wilayah dan populasi yang membentuk kawasan Kashmir yang lebih luas, jumlah pasukan yang dikerahkan, dan kontroversi mengenai perjanjian akses 1947 yang masih dipertanyakan.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kemendag dorong optimalisasi ekspor produk UMKM ke India

    Kemendag dorong optimalisasi ekspor produk UMKM ke India

    Peresmian kantor baru Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chennai di India, Sabtu (26/4/2025). (ANTARA/HO-ITPC Chennai)

    Kemendag dorong optimalisasi ekspor produk UMKM ke India
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 28 April 2025 – 17:39 WIB

    Elshinta.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) berkomitmen dalam optimalisasi ekspor Indonesia di wilayah India Selatan, salah satunya melalui peresmian kantor baru Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chennai di India.

    Budi menyebut kantor baru ini dapat meningkatkan keterlibatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia dalam perdagangan dengan India.

    “Kota Chennai merupakan pusat industri dan perdagangan di India Selatan yang memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan dagang antara Indonesia dan India. Kantor baru ITPC Chennai merupakan komitmen kami dalam mengembangkan dan mengoptimalkan ekspor Indonesia di pasar India,” ujar Budi dalam keterangan di Jakarta, Senin.

    India merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia. Budi berharap, kantor baru ITPC Chennai dapat menjadi pusat informasi yang memfasilitasi pertumbuhan ekspor berkelanjutan dan perluasan pasar ke India.

    Chennai merupakan ibu kota Tamil Nadu, sebuah negara bagian dengan ekonomi terbesar kedua di India setelah Maharashtra. Kepindahan kantor ITPC Chennai ke lokasi baru ke Express Avenue Estate dari sebelumnya di Ispahani Center akan semakin menguntungkan upaya promosi produk-produk Indonesia.

    Hal ini karena Express Avenue Estate merupakan area strategis yang terintegrasi dengan kawasan pusat belanja, perkantoran, dan hotel. Budi berharap, para pelaku usaha India dan Indonesia akan lebih banyak interaksi dan membawa hasil nyata di kantor baru.

    Menurut Budi, kantor baru tersebut akan memainkan peran strategis dalam memperkenalkan produk Indonesia ke pasar India, memfasilitasi kerja sama antara pengusaha kedua negara, menyediakan informasi pasar yang akurat dan terkini, serta menjembatani pelaku bisnis melalui berbagai kegiatan pitching dan business matching untuk mendukung program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor.

    Lebih lanjut, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk selalu kompetitif di tengah ketidakpastian dan semakin ketatnya persaingan global. Ia pun berharap, strategi ekspor ke India akan semakin kuat melalui sinergi Atase Perdagangan New Delhi dan ITPC Chennai. Terlebih, ITPC Chennai saat ini memiliki kantor baru dengan posisi lebih strategis.

    “Kami harap Atase Perdagangan New Delhi dan ITPC Chennai dapat saling melengkapi, memperkuat penetrasi pasar, serta membuka lebih banyak peluang kerja sama dagang melalui berbagai kegiatan,” imbuh Budi.

    Sementara itu, Kepala ITPC Chennai Nugroho Priyo Pratomo mengatakan bahwa India menjadi negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. India juga penyumbang surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia pada 2024.

    “Khusus UMKM, perdagangan nonmigas Indonesia ke India diproyeksi terjadi untuk beberapa jenis komoditas, antara lain, rempah-rempah, furnitur dan dekorasi rumah, produk makanan olahan, dan getah alami (natural gum),” kata Nugroho.

    Kemendag mencatat, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke India periode Januari-Februari 2025 adalah sebesar 2,87 miliar dolar AS. India pada triwulan I-2025 merupakan negara penyumbang surplus perdagangan Indonesia terbesar kedua setelah AS, dengan nilai lebih dari 3 miliar dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Kirim Pesan ke Pakistan, Kapal Perang India Luncurkan Rudal MR-SAM Hasil Kerja Sama dengan Israel – Halaman all

    Kirim Pesan ke Pakistan, Kapal Perang India Luncurkan Rudal MR-SAM Hasil Kerja Sama dengan Israel – Halaman all

    Kirim Pesan ke Pakistan, Kapal Perang India Luncurkan Rudal MR-SAM Hasil Kerja Sama dengan Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Laut India dilaporkan telah menguji coba Rudal Permukaan-ke-Udara (Surface to Air) Jarak Menengah (MR-SAM) di tengah meningkatnya konflik negara tersebut dengan Pakistan dalam beberapa waktu belakangan.

    Ketengangan India-Pakistan bahkan kini mengarah ke perang terbuka menyusul apa yang terjadi di Pahalgam di Jammu dan Kashmir beberapa hari yang lalu.

    Uji coba peluncuran rudal India ini dinilai sebagai pesan tegas terhadap Pakistan saat pertikaian antara dua kekuatan nuklir tersebut kembali terjadi.

    “Dalam uji peluncuran rudal pertahanan udara yang diadakan di Laut Arab, kapal perusak rudal berpemandu Angkatan Laut India, INS Surat, melakukan uji peluncuran MR-SAM yang dikembangkan bersama dengan Israel,” tulis ulasan situs web militer dan pertahanan DAS, Senin (28/4/2025).

    Rudal pertahanan udara MR-SAM yang memiliki jangkauan efektif 70 km hingga 100 km itu berhasil menghancurkan targetnya, menunjukkan sangat efektif dalam menghadapi ancaman rudal dan pesawat tempur musuh.

    “Kapal-kapal Angkatan Laut India telah berhasil melakukan beberapa uji peluncuran rudal yang membuktikan kesiapan platform, awak, dan asetnya untuk melakukan serangan jarak jauh,” kata Angkatan Laut India dalam sebuah pernyataan di platform media sosialnya X.

    Uji coba peluncuran rudal oleh kapal perang Angkatan Laut India di Laut Arab terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara negara itu dan Pakistan setelah tewasnya 26 orang, sebagian besar turis, di Pahalgam di Jammu dan Kashmir beberapa hari lalu.

    New Delhi menuduh Pakistan dan kelompok bersenjata yang disponsorinya berada di balik insiden di Pahalgam, yang terletak di wilayah Jammu dan Kashmir.
     
    Seorang pejabat pemerintah yang dikutip oleh media lokal negara itu menyatakan bahwa, “Uji coba penembakan rudal antikapal terbaru ini menunjukkan kemampuan kapal untuk mengubah peran dari mode damai ke mode tempur, saat masih di laut tanpa harus kembali ke pangkalan.”

    LUNCURKAN RUDAL – Kapal perang India, INS Surat melakukan uji coba peluncurkan rudal surface to air Jarak Menengah (MR-SAM). Uji coba peluncuran rudal ini terjadi di tengah ketegangan negara itu dengan Pakistan.

    Dikembangkan Bersama Israel

    Rudal Permukaan-ke-Udara Jarak Menengah (MR-SAM) adalah sistem pertahanan udara canggih yang dikembangkan bersama oleh perusahaan pertahanan Israel, Israel Aerospace Industries (IAI), dan Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO).

    Sistem MR-SAM dirancang khusus untuk mencegat berbagai ancaman udara termasuk jet tempur, helikopter, drone, rudal jelajah, dan rudal antiradiasi pada jarak menengah antara 70 hingga 100 kilometer.

    Menggunakan teknologi radar AESA (Active Electronically Scanned Array) yang sangat sensitif dan multifungsi, MR-SAM mampu mendeteksi, mengidentifikasi, melacak, dan kemudian menghancurkan target dengan akurasi tinggi dalam berbagai kondisi cuaca dan lingkungan peperangan elektronik.

    Rudal MR-SAM dilengkapi dengan hulu ledak fragmentasi berkekuatan tinggi yang mampu meledak di dekat target (proximity fuze) untuk memastikan kehancuran maksimum.
    Salah satu fitur utama MR-SAM adalah kecepatannya yang tinggi melebihi Mach 2, yang memungkinkannya merespons dengan cepat ancaman udara yang bergerak cepat.

    Sistem ini juga memiliki kemampuan “tembak dan lupakan”, yang berarti rudal akan terus mengarahkan dirinya ke target setelah peluncuran tanpa memerlukan intervensi berkelanjutan dari operator radar.

    MR-SAM juga memiliki kemampuan untuk beroperasi secara terpadu dengan sistem pertahanan udara lainnya seperti radar peringatan dini dan sistem pertahanan udara jarak jauh seperti Barak-8, menjadikannya aset strategis dalam jaringan pertahanan udara berlapis.

    Dengan kemampuan mobilitasnya yang tinggi, MR-SAM dapat dengan cepat dikerahkan ke lokasi-lokasi kritis, membuatnya ideal untuk melindungi aset vital seperti pangkalan militer, infrastruktur kritis, dan area strategis dari serangan udara musuh.

    MR-SAM sekarang menjadi salah satu sistem pertahanan udara utama yang digunakan oleh militer India, Israel, Azerbaijan dan beberapa negara lain, sehingga memperkuat pertahanan wilayah udara mereka di tengah ancaman rudal dan serangan udara yang semakin kompleks.

    LUNCURKAN RUDAL – Kapal perang India, INS Surat melakukan uji coba peluncurkan rudal surface to air Jarak Menengah (MR-SAM). Uji coba peluncuran rudal ini terjadi di tengah ketegangan negara itu dengan Pakistan.

    Profil Kapal Destroyer INS Surat

    Kapal perusak peluru kendali INS Surat (D69) adalah kapal perang modern kelas Visakhapatnam milik Angkatan Laut India, yang dirancang khusus untuk menjalankan misi pertahanan udara, perang antikapal selam, perang antipermukaan, dan pertahanan strategis maritim.

    Dibangun oleh Mazagon Dock Shipbuilders Limited (MDL) yang berpusat di Mumbai, INS Surat secara resmi diluncurkan pada 17 Mei 2022 dan merupakan kapal perusak kelas Visakhapatnam keempat dari empat yang dikembangkan di bawah Proyek -15B .

    Sebagai kapal perusak generasi baru, INS Surat memiliki kemampuan tempur dan kemampuan bertahan hidup yang tinggi, dilengkapi dengan sistem persenjataan paling canggih termasuk rudal antikapal supersonik BrahMos, sistem pertahanan udara MR-SAM, rudal antikapal selam, dan torpedo berat.

    Dari segi elektronik, kapal ini dilengkapi dengan radar AESA MF-STAR buatan Israel yang mampu mendeteksi, melacak, dan mencegat berbagai ancaman udara dan rudal dari jarak jauh dengan akurasi tinggi, menjadikannya salah satu kapal perang tercanggih di kawasan Indo-Pasifik.

    INS Surat juga dilengkapi dengan sistem peperangan elektronik canggih, sonar canggih seperti sonar aktif-pasif HUMSA-NG, dan helikopter tempur untuk melakukan tugas anti-kapal selam, sehingga memberikan perlindungan komprehensif terhadap ancaman bawah permukaan.

    Dengan bobot sekitar 7.400 ton dan panjang sekitar 163 meter, kapal ini mampu mencapai kecepatan maksimum hingga 30 knot, selain memiliki jangkauan operasi lebih dari 7.000 kilometer tanpa perlu pengisian bahan bakar.

    INS Surat diambil dari nama kota pelabuhan Surat di Gujarat, yang memiliki nilai sejarah penting dalam perdagangan maritim kuno India, yang mencerminkan peran strategisnya dalam menjaga kepentingan maritim negara tersebut di Samudra Hindia.

    Kehadiran kapal ini di armada Angkatan Laut India secara langsung memperkuat kemampuan strategis negara itu dalam menghadapi tantangan keamanan maritim yang semakin meningkat, terutama dalam konteks persaingan militer yang semakin menegangkan dengan China di Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan.

     

    (oln/dsa/*)

  • Menteri Pakistan Beri Warning, Sejengkal Lagi Tembak Nuklir ke India

    Menteri Pakistan Beri Warning, Sejengkal Lagi Tembak Nuklir ke India

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perkeretaapian Pakistan Hanif Abbasi telah mengancam India dengan serangan nuklir. Hal ini menyusul serangan teroris di wilayah Kashmir yang dikelola India yang menewaskan 26 wisatawan pada Selasa, 22 April lalu.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu (27/4/2025), Abbasi mengingatkan India bahwa Pakistan memiliki banyak rudal dan 130 hulu ledak nuklir, yang “tidak untuk dipamerkan.”

    “Tidak seorang pun tahu di mana kami telah menempatkan senjata nuklir kami di seluruh negeri. Saya katakan lagi, rudal balistik ini, semuanya ditujukan kepada Anda,” kata pejabat itu, seperti dikutip RT pada Senin (28/4/2025).

    Mengomentari keputusan New Delhi pada Rabu untuk secara sepihak menangguhkan Perjanjian Perairan Indus yang menjadi kunci pembagian air, Abbasi menuduh bahwa “jika mereka menghentikan pasokan air kepada kami, maka mereka harus siap berperang.”

    India menegaskan awal minggu ini bahwa penangguhan akan tetap berlaku “sampai Pakistan secara kredibel dan tidak dapat ditarik kembali menolak dukungannya terhadap terorisme lintas batas.”

    Sejauh ini New Delhi belum pernah menangguhkan perjanjian tersebut, yang mengatur sistem sungai yang berdampak pada jutaan jiwa di kedua negara.

    Hubungan yang sudah sengit antara kedua negara berkekuatan nuklir itu semakin memburuk pada hari Selasa, ketika beberapa orang bersenjata menewaskan 25 wisatawan India dan satu warga negara Nepal di Lembah Baisaran, tujuan wisata populer di wilayah Kashmir.

    India dengan cepat menuduh tetangganya membantu infiltrasi militan di Kashmir – tuduhan yang kemudian dibantah keras oleh Pakistan.

    Front Perlawanan, kelompok militan yang diduga terkait dengan Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan, dilaporkan telah mengaku bertanggung jawab atas serangan teroris tersebut. Polisi India mengatakan bahwa dua tersangka adalah warga negara Pakistan.

    Pada Rabu, New Delhi menurunkan hubungan diplomatik, mengusir diplomat Pakistan, dan menutup perbatasan darat dengan tetangganya. Islamabad menanggapi dengan cara yang sama, dengan mengulangi tuduhannya bahwa India menindas penduduk Kashmir yang mayoritas Muslim.

    Menurut NDTV, pasukan India dan Pakistan telah saling tembak melintasi Garis Kontrol (LoC) di Kashmir untuk malam ketiga. LoC adalah batas de facto antara kedua negara. Pasukan keamanan India juga dilaporkan melakukan penggerebekan antiteroris di sisi perbatasan mereka.

    (tfa/tfa)

  • Panas! Tentara India-Pakistan Kembali Baku Tembak di Kashmir

    Panas! Tentara India-Pakistan Kembali Baku Tembak di Kashmir

    Jakarta

    Tentara India dan Pakistan kembali terlibat saling tembak di wilayah Kashmir yang disengketakan untuk malam keempat berturut-turut. Ini merupakan kekerasan terbaru saat hubungan antara kedua negara berkekuatan nuklir itu memanas.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (28/4/2025), tidak ada korban yang dilaporkan dalam insiden baku tembak terbaru pada Senin (28/4) tersebut.

    India sebelumnya menuduh Pakistan mendukung “terorisme lintas batas” setelah orang-orang bersenjata menewaskan 26 orang minggu lalu di Pahalgam, Kashmir. Itu merupakan serangan terburuk selama seperempat abad terhadap warga sipil di Kashmir yang mayoritas Muslim.

    Islamabad telah membantah terlibat, menyebut upaya untuk mengaitkan Pakistan dengan serangan itu sebagai tidak masuk akal, dan bersumpah untuk membalas tindakan India.

    “Pada malam tanggal 27-28 April… pos-pos Angkatan Darat Pakistan memulai tembakan senjata ringan tanpa alasan melintasi Garis Kontrol”, kata Angkatan Darat India dalam sebuah pernyataan, mengacu pada perbatasan de facto di Kashmir yang disengketakan.

    “Pasukan India merespons dengan cepat dan efektif,” tambahnya.

    Pasukan keamanan India telah bergerak secara besar-besaran untuk memburu pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan 26 orang di tempat wisata populer di Pahalgam pada 22 April lalu. Polisi menyebut di antara orang-orang bersenjata yang buron, terdapat dua warga negara Pakistan.

    Lihat Video ‘Wisatawan Kembali Datangi Kashmir India Seusai Serangan Mematikan’:

    Setelah serangan 22 April tersebut, New Delhi menurunkan hubungan diplomatik, mencabut visa bagi warga Pakistan, menangguhkan perjanjian pembagian air, dan mengumumkan penutupan perbatasan darat utama dengan Pakistan.

    Sebagai tanggapan, Islamabad memerintahkan pengusiran diplomat dan penasihat militer India, membatalkan visa bagi warga negara India, dan melarang wilayah udaranya untuk pesawat India.

    Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak musuh bebuyutan itu untuk menunjukkan “pengendalian diri maksimum” sehingga masalah dapat “diselesaikan secara damai melalui keterlibatan bersama yang bermakna”.

    Lihat Video ‘Wisatawan Kembali Datangi Kashmir India Seusai Serangan Mematikan’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Taruna Ikrar Beri Kuliah di Jamia Hamdard University India, Dorong Kolaborasi Global

    Taruna Ikrar Beri Kuliah di Jamia Hamdard University India, Dorong Kolaborasi Global

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM), Prof Taruna Ikrar mendapat kehormatan untuk memberikan kuliah umum dan motivasi di salah satu universitas ternama di India, Jamia Hamdard, yang terletak di ibu kota negara, New Delhi, India, pada Sabtu, 26 April 2025.

    India, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, telah menjadi pusat penting bagi pendidikan dan pengembangan riset global. Dalam forum ini, Prof Ikrar menyampaikan orasi ilmiah, serta motivasi di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen lintas fakultas.

    Kehadirannya menjadi momen inspiratif bagi generasi muda India untuk membangun semangat keilmuan bertaraf global. Acara bergengsi ini turut dihadiri oleh Prof M Afshar Alam, Wakil Rektor Universitas Jamia Hamdard, serta Prof Farhan J Ahmad, Dekan Fakultas Pharmaceutical Education and Research Center.

    Kehadiran para pimpinan universitas ini menunjukkan betapa pentingnya forum ilmiah tersebut bagi pengembangan akademik dan riset di Jamia Hamdard.

    Diskusi ilmiah yang berlangsung juga dipandu dengan apik oleh Vinod Srinivas, yang dikenal aktif membangun kolaborasi internasional di bidang kesehatan dan farmasi india dengan indonesia.

    Dalam paparannya, Prof Ikrar menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi internasional, serta integritas ilmiah. Ia juga memperkenalkan pendekatan kolaboratif ABG (Akademisi, Bisnis, dan Government) sebagai model strategis dalam membangun ekosistem riset yang berkelanjutan.

    Menurutnya, sinergi antara tiga pilar tersebut sangat penting dalam mendorong lahirnya inovasi yang tidak hanya berdampak ilmiah, tetapi juga aplikatif dan berkontribusi nyata untuk kesejahteraan masyarakat.

    “Kolaborasi antara akademisi yang berpikir, dunia bisnis yang mengembangkan, serta pemerintah yang mengatur dan melindungi, adalah fondasi kuat untuk menghasilkan solusi riset yang relevan dan berdaya saing global,” ujar Prof Ikrar.

    Di sisi lain, Prof Ikrar dikenal sebagai salah satu ilmuwan Indonesia paling berpengaruh di dunia. Ia telah memublikasikan lebih dari 200 artikel ilmiah yang terindeks di basis data bereputasi seperti Scopus, PubMed, dan Google Scholar.

    Yang paling membanggakan, lima di antaranya telah diterbitkan di jurnal ilmiah paling bergengsi di dunia, Nature-sebuah pencapaian luar biasa yang menegaskan pengakuan dunia atas kualitas dan kontribusi ilmiahnya.

    Bidang keahliannya mencakup neurofarmakologi, terapi epilepsi, serta riset pengembangan obat untuk penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

    Capaian-capaian ilmiahnya menjadikan Prof Ikrar sebagai salah satu peneliti Asia dengan h-index tinggi, indikator penting dari pengaruh dan konsistensi kontribusinya di dunia ilmiah.

    Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Program Ilmiah di American Society of Neuroscience dan menjadi profesor tamu di berbagai universitas bergengsi di Amerika Serikat dan Eropa.

    Kehadiran dan pesan inspiratif dari Ikrar di Jamia Hamdard disambut antusias oleh seluruh civitas akademika. Pihak universitas berharap momen ini menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan antara India dan Indonesia dalam bidang pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, serta pengawasan obat dan makanan.

    (suc/suc)

  • Memanas! Tentara India-Pakistan Kembali Baku Tembak di Kashmir

    Memanas! Tentara India-Pakistan Kembali Baku Tembak di Kashmir

    New Delhi

    Ketegangan antara India dan Pakistan semakin meningkat menyusul pembantaian yang menewaskan 26 orang di area Kashmir beberapa hari lalu. Baku tembak kembali terjadi antara tentara-tentara India dan Pakistan di wilayah Kashmir yang disengketakan.

    Ini berarti sudah dua hari berturut-turut pasukan militer kedua negara terlibat baku tembak di Kashmir, menyusul penyerangan mematikan di wilayah itu yang menurut New Delhi didalangi oleh Islamabad, yang merupakan musuh bebuyutannya.

    Hubungan India-Pakistan jatuh ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir, dengan New Delhi menuduh Islamabad mendukung “terorisme lintas batas” setelah orang-orang bersenjata melancarkan serangan terburuk terhadap warga sipil di Kashmir, yang berpenduduk mayoritas Muslim, dalam seperempat abad.

    Pakistan membantah terlibat dalam serangan itu, dan menyebut upaya untuk menghubungkan negaranya dengan serangan di Pahalgam, Kashmir, sebagai hal yang “konyol”.

    Militer India dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/4/2025), menyebut penembakan senjata ringan “tanpa alasan” dilakukan oleh “beberapa” pos tentara Pakistan yang ada di “sepanjang Garis Kontrol di Kashmir” semalam, mulai dari Jumat (25/4) hingga Sabtu (26/4).

    “Tentara India merespons dengan pantas menggunakan senjata ringan,” sebut militer India dalam pernyataannya.

    “Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Sejauh ini belum ada konfirmasi langsung dari Pakistan. Namun kedua negara telah mengonfirmasi adanya baku tembak antara pasukan mereka dalam semalam sebelumnya.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak kedua negara, yang telah berperang beberapa kali di masa lalu, untuk menunjukkan “sikap menahan diri semaksimal mungkin”.

    Kashmir terbagi antara sisi India dan sisi Pakistan sejak kemerdekaan mereka pada tahun 1947. Kedua negara sama-sama mengklaim wilayah itu secara penuh, namun memerintah bagian-bagiannya secara terpisah.

    Kelompok-kelompok pemberontak telah melancarkan pemberontakan di bagian wilayah Kashmir yang dikuasai India sejak tahun 1989 silam, menuntut kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan.

    Serangan bersenjata yang menewaskan 26 orang di area tujuan wisata Pahalgam, Kashmir, pada Selasa (22/4) telah mendorong pasukan keamanan India meluncurkan perburuan besar-besaran terhadap para pelaku. Kepolisian New Delhi menyebut ada dua warga negara Pakistan di antara mereka yang diburu.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir – Halaman all

    Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir – Halaman all

    Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir

    TRIBUNNEWS.COM- Pada tanggal 24 April, Pakistan memerintahkan penutupan wilayah udaranya untuk semua maskapai penerbangan milik atau yang dioperasikan India dan penangguhan perdagangan segera menyusul penurunan hubungan diplomatik New Delhi dengan Islamabad dan penangguhan perjanjian mengenai penggunaan perairan sistem Sungai Indus.

    “Pakistan dengan tegas menolak pengumuman India untuk menangguhkan Perjanjian Perairan Indus … Setiap upaya untuk menghentikan atau mengalihkan aliran air milik Pakistan sesuai dengan Perjanjian Perairan Indus … akan dianggap sebagai Tindakan Perang dan akan ditanggapi dengan kekuatan penuh,” kata kantor Perdana Menteri Pakistan Muhammad Shehbaz Sharif dalam sebuah pernyataan.

    Islamabad juga menangguhkan perjanjian bilateral utama dan hubungan lintas batas. 

    Pihak berwenang menambahkan bahwa semua visa yang dikeluarkan untuk warga negara India berdasarkan Skema Pengecualian Visa SAARC (SVES) telah ditangguhkan dan memerintahkan semua warga negara India yang saat ini berada di Pakistan berdasarkan SVES, kecuali peziarah Sikh, untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam.

    Tindakan tersebut dilaksanakan sebagai tanggapan atas perintah New Delhi pada Rabu malam yang mengharuskan semua warga Pakistan yang tinggal di negara itu meninggalkan negara itu paling lambat tanggal 29 April.

    Pengumuman ini menyusul penangguhan perjanjian pembagian air dengan Pakistan, penutupan perbatasan darat utama, dan penurunan hubungan diplomatik, hanya lebih dari 24 jam setelah orang-orang bersenjata menewaskan 26 orang di Kashmir yang dikelola India.

    Serangan pada Selasa sore dilaporkan diklaim oleh Front Perlawanan, kelompok militan yang diyakini terkait dengan Lashkar-e-Taiba yang bermarkas di Pakistan.

    Kashmir, wilayah yang tegang di perbatasan India-Pakistan, telah lama menjadi titik api, dengan kedua negara mengklaimnya. 

    New Delhi menuduh Islamabad mendukung terorisme lintas batas, sementara Islamabad menuduh India melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap penduduk mayoritas Muslim.

    New Delhi mengatakan tindakannya akan tetap berlaku “hingga Pakistan secara kredibel dan tidak dapat ditarik kembali mencabut dukungannya terhadap terorisme lintas batas.” 

    Perdana Menteri India Narendra Modi juga berjanji pada hari Kamis untuk menghukum semua yang bertanggung jawab “sampai ke ujung bumi.”

    Pakistan dengan keras membantah klaim tetangganya dan mengadakan pertemuan keamanan nasional yang langka pada hari Kamis.

    “Dengan tidak adanya investigasi yang kredibel dan bukti yang dapat diverifikasi, upaya untuk menghubungkan serangan Pahalgam dengan Pakistan adalah hal yang sembrono, tidak rasional, dan mengalahkan logika,” kata kantor perdana menteri. 

    Ditambahkannya bahwa India “harus menahan godaan untuk mengeksploitasi insiden tragis tersebut demi keuntungannya sendiri dan bertanggung jawab penuh atas kegagalannya dalam memberikan keamanan kepada rakyat.”

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Hubungan Pakistan-India Memanas Imbas Serangan di Kashmir

    Hubungan Pakistan-India Memanas Imbas Serangan di Kashmir

    Jakarta

    Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir setelah serangan mematikan terhadap para turis di Kashmir yang dikuasai India pada Selasa lalu (22/04). New Delhi menyalahkan kelompok militan yang disebutnya mendapat dukungan Pakistan.

    Sejak Rabu (23/04) India telah menurunkan hubungan diplomatik dengan Pakistan, menutup salah satu perbatasan utama kedua negara, dan menyatakan akan menangguhkan perjanjian pembagian air hingga “Pakistan secara kredibel dan permanen menghentikan dukungannya terhadap terorisme lintas batas.”

    Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, pada Kamis (24/04) menantang India untuk membuktikan keterlibatan Pakistan dalam serangan yang menewaskan 26 orang di dekat kota Pahalgam.

    “India terus-menerus aksi permainan saling menyalahkan. Jika ada bukti keterlibatan Pakistan dalam insiden Pahalgam, kami mendesak mereka untuk memberikannya kepada kami dan komunitas internasional,” ungkap Dar.

    Sementara, Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidatonya pada Kamis mengatakan bahwa India akan “mengidentifikasi, melacak, dan menghukum setiap teroris serta para pendukungnya.”

    Serangan ini mengejutkan India karena menyasar wisatawan sipil, dan menjadi sebuah eskalasi dari serangan-serangan sebelumnya di Kashmir yang dikuasai India yang sebagian besar menargetkan pasukan keamanan.

    Menurut laporan media lokal India, terdapat lima hingga enam penyerang yang menembakkan senjata selama sekitar 10 menit di tiga titik di padang rumput Baisaran, Pahalgam. Mereka muncul dari hutan pinus terdekat dengan membawa senapan.

    India dan Pakistan sama-sama mengklaim seluruh wilayah Kashmir di utara yang mayoritas penduduknya Muslim. Tapi kenyataannya, masing-masing negara hanya menguasai sebagian wilayah itu. Inilah yang membuat Kashmir jadi daerah yang rawan konflik. Selama puluhan tahun, kelompok pemberontak terus melakukan perlawanan di wilayah Kashmir yang dikuasai India. India menuduh kelompok-kelompok ini didukung oleh Pakistan, tapi Pakistan membantah tuduhan itu.

    Pakistan: Pemblokiran air adalah ‘tindakan perang’

    Setelah pertemuan keamanan tingkat tinggi pada Kamis (24/04), Pakistan mengumumkan serangkaian tindakan balasan terhadap India. Kantor Perdana Menteri Shehbaz Sharif menyatakan bahwa setiap upaya India untuk mengalihkan aliran Sungai Indus, maka hal itu akan dianggap sebagai “tindakan perang.”

    Perjanjian Air Indus ditengahi oleh Bank Dunia dan ditandatangani oleh India dan Pakistan pada 1960. Sejak itu, perjanjian ini tidak pernah ditangguhkan meskipun terjadi beberapa kali perang dan bentrokan antara kedua negara.

    Dalam perjanjian tersebut mengatur pembagian air dari Sungai Indus dan anak sungainya. Pakistan sangat bergantung pada aliran air dari Kashmir yang dikuasai India. Selama bertahun-tahun, Pakistan juga khawatir bendungan yang dibangun India bisa mengurangi aliran air ke wilayahnya.

    Menurut kantor berita Reuters, penangguhan perjanjian ini tidak akan berdampak langsung terhadap aliran air ke Pakistan karena India tidak memiliki kapasitas penyimpanan air yang cukup untuk menahan aliran sungai. Namun, penangguhan ini bisa mempengaruhi pertukaran informasi terkait kondisi air.

    “Perjanjian Air Indus mungkin memang merupakan warisan masa lalu yang perlu dimodifikasi secara signifikan, terutama karena perubahan iklim,” kata Osama Malik, pakar hukum internasional yang berbasis di Pakistan kepada DW.

    “Namun, dalam bentuknya saat ini, perjanjian ini tetap efektif bahkan di saat perang. Pasal 12 dalam perjanjian hanya mengizinkan penarikan secara bilateral dari perjanjian, tidak ada ketentuan untuk penangguhan sepihak.” Ungkapnya.

    “Tahun ini curah hujan dan salju di Pakistan sangat rendah, dan jika India, secara sepihak dan ilegal menangguhkan perjanjian ini dan memutuskan untuk mengurangi aliran air, maka akan terjadi situasi kekeringan yang dahsyat dan krisis pangan,” tambah Malik.

    Selain itu, pejabat India yang juga menyebut kemungkinan serangan militer yang menyebabkan kekhawatiran di Pakistan semakin meningkat. Siaran televisi di sana banyak diisi oleh pengamat militer yang mengingatkan soal dampak tak terduga jika ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir ini makin memanas.

    Setelah serangan pada 2019 terhadap pasukan keamanan di Kashmir yang dikuasai India—yang diklaim dilakukan oleh kelompok militan Islamis berbasis di Pakistan—India melakukan serangan udara ke wilayah Pakistan, yang nyaris memicu perang terbuka antara kedua negara.

    Maria Sultan, analis pertahanan yang berbasis di Islamabad, mengatakan kepada DW bahwa penangguhan perjanjian air oleh India adalah bentuk “Strategi yang berbahaya.”

    “Air adalah hal yang krusial, dan pelanggaran terhadap Perjanjian Air Indus atau upaya apa pun untuk mengurangi pasokan air ke Pakistan akan dianggap sebagai tindakan perang,” ujarnya.

    Mungkinkah ketegangan India-Pakistan mereda?

    Warga dari kedua negara yang berbicara kepada DW menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan konflik bersenjata.

    Rahul Sharma, warga India di Delhi, mengatakan bahwa perang antara India dan Pakistan bisa membuat kedua negara mundur secara ekonomi selama puluhan tahun.

    “Apa yang sudah dilakukan pemerintah India saat ini sudah cukup tegas, tak perlu melangkah lebih jauh,” kata Sharma.

    Saad Ali, warga Pakistan dari Islamabad, mengatakan bahwa “kami tidak mampu menghadapi perang dan mempertaruhkan nyawa masyarakat. Kedua pihak seharusnya menahan diri dan membiarkan masyarakat hidup damai serta menyelesaikan masalah melalui dialog.”

    Soulat Pasha, warga Pakistan dari Provinsi Sindh, sedang mengunjungi Negara Bagian Uttar Pradesh di India bersama istrinya untuk menemui kerabat setelah 20 tahun tidak bertemu. Ia mengatakan khawatir dengan situasi yang semakin memanas antara kedua negara. Mereka berharap bisa segera kembali ke Pakistan.

    Maleeha Lodhi, analis hubungan internasional dan mantan duta besar Pakistan untuk AS, PBB, dan Inggris, mengatakan kepada DW bahwa per Kamis (24/04) bahwa kedua pihak sudah menyampaikan sikap masing-masing.

    “Yang dibutuhkan sekarang adalah menghindari eskalasi lebih lanjut dan segera membentuk jalur komunikasi belakang untuk menurunkan ketegangan. Namun, jika India mengambil tindakan militer, maka semua akan berubah dan hal itu berisiko memicu krisis besar karena Pakistan pasti akan membalas,” ujarnya.

    Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan bahwa India sedang “melakukan perang intensitas rendah terhadap kami, dan jika mereka meningkatkan intensitasnya, maka kami siap. Untuk melindungi tanah kami, kami tidak akan tunduk pada tekanan internasional mana pun.”

    Madiha Afzal, peneliti dari Brookings Institution di Washington, mengatakan kepada DW bahwa situasi saat ini “berpotensi menjadi sangat berbahaya.”

    “Tindakan-tindakan punitif yang diambil India, terutama penangguhan Perjanjian Air Indus, sangat signifikan. Ini menunjukkan betapa rapuhnya hubungan antara kedua negara selama bertahun-tahun. Sehingga, hanya satu serangan saja bisa memicu eskalasi besar,” ungkap Afzal.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Tezar Aditya Rahman

    Editor: Rahka Susanto

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini