kab/kota: Moskow

  • Presiden Putin Bertemu Pejabat Senior Korea Utara, Apresiasi Dukungan ke Moskow

    Presiden Putin Bertemu Pejabat Senior Korea Utara, Apresiasi Dukungan ke Moskow

    JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan seorang pejabat senior Korea Utara di Moskow pada Kamis.

    Putin bertemu di Kremlin dengan Ri Hi-yong, anggota Politbiro Komite Sentral Partai Pekerja Korea Utara dan sekretaris Komite Sentral partai tersebut, dilansir Reuters, Sabtu, 1 Maret.

    Putin menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan aktif Korea Utara terhadap Rusia, lapor KCNA, yang menunjukkan penguatan kerja sama antara kedua negara.

    Korea Utara telah mengerahkan ribuan tentara untuk mendukung pasukan Rusia yang berperang di Ukraina, menurut penilaian Ukraina, AS, dan Korea Selatan.

  • Politisi Demokrat Tuding Trump Serang Zelensky-Memihak Putin

    Politisi Demokrat Tuding Trump Serang Zelensky-Memihak Putin

    Washington DC

    Para politisi Partai Demokrat menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance memihak Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah mereka terlibat adu mulut dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Gedung Putih.

    Zelensky, pada Jumat (28/2), terlibat adu mulut dengan Trump dan Vance. Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, serta menuduh Presiden Ukraina itu “sangat tidak menghormati negara ini”. Sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    Pemimpin minoritas Senat AS, Chuck Schumer, dari Partai Demokrat, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), menuduh Trump dan Vance melakukan “pekerjaan kotor” Putin setelah keduanya mencaci-maki Zelensky di depan banyak wartawan.

    “Trump dan Vance melakukan pekerjaan kotor Putin. Senat Demokrat tidak akan pernah berhenti memperjuangkan kebebasan dan demokrasi,” ucap Schumer dalam pernyataan via media sosial.

    Senator Maryland Chris Ven Holen dari Partai Demokrat dalam pernyataannya menyebut cekcok antara Trump dan Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih “sungguh memalukan”.

    “Apa yang kita lihat di Ruang Oval hari ini sungguh memalukan. Trump dan Vance mencaci-maki Zelensky — dengan menunjukkan kebohongan dan informasi keliru yang akan membuat Putin tersipu — adalah hal yang memalukan bagi Amerika dan pengkhianatan terhadap sekutu-sekutu kita,” kecamnya.

    Kecaman serupa disampaikan pemimpin minoritas DPR AS, Hakeem Jeffries, dari Partai Demokrat. “Presiden Trump dan pemerintahannya terus mempermalukan Amerika di panggung dunia,” sebutnya.

    “Pertemuan di Gedung Putih hari ini dengan Presiden Ukraina sangat mengerikan, dan hanya akan semakin menguatkan Vladimir Putin, seorang diktator brutal,” ucap Jeffries.

    Whip Minoritas Senat AS, Dick Durbin, dari Partai Demokrat yang juga salah satu Ketua Kaukus Ukraina menyampaikan permintaan maaf kepada Zelensky atas cekcok yang terjadi dengan Trump.

    “Kita tidak bisa membiarkan Presiden Trump menulis ulang sejarah atau mengubah kemitraan yang sudah terbukti dengan dukungan bipartisan selama puluhan tahun. Saya menyampaikan permintaan maaf yang tulus kepada Presiden Zelensky dan sekali lagi menegaskan kembali dukungan saya untuk teman-teman kita di Ukraina,” ucapnya.

    Politisi Partai Republik Memuji Trump

    Pujian dilontarkan para politisi Partai Republik kepada Trump yang terlibat cekcok dengan Zelensky. Partai Republik menilai Trump sudah benar jika menuduh Zelensky kurang berterima kasih terhadap dukungan AS selama perang berkecamuk melawan Rusia.

    “Terima kasih kepada Presiden Trump — hari-hari di mana Amerika dimanfaatkan dan tidak dihormati telah BERAKHIR… Apa yang kita saksikan di Ruang Oval hari ini adalah Presiden Amerika yang mengutamakan Amerika,” sebut Ketua DPR AS Mike Johnson dari Partai Republik.

    “Zelensky harus melakukan perubahan mendasar atau hengkang. Saya tidak percaya kebanyakan orang Amerika, setelah apa yang mereka lihat hari ini, ingin bermitra dengan Zelensky,” kata Senator South Carolina Lindsey Graham.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Adu Mulut Trump-Zelensky Kejutkan Pemimpin Dunia

    Adu Mulut Trump-Zelensky Kejutkan Pemimpin Dunia

    Brussels

    Pemimpin dunia dikejutkan oleh adu mulut yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih. Pemimpin negara-negara Eropa kompak memberikan dukungan kepada Zelensky.

    Zelensky, pada Jumat (28/2), terlibat adu mulut dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance. Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, serta menuduh Presiden Ukraina itu “sangat tidak menghormati negara ini”. Sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    Negara-negara Eropa dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), ramai-ramai memberikan dukungan kepada Zelensky. Kecuali Hungaria, yang merupakan sekutu Rusia, yang melontarkan pujian untuk Trump.

    Sementara Rusia tampak senang dengan cekcok yang terjadi.

    Berikut tanggapan yang diberikan pemimpin berbagai negara terhadap cekcok antara Trump dan Zelensky:

    Uni Eropa

    “Jadilah kuat, berani, jangan takut. Kami akan terus bekerja sama dengan Anda demi perdamaian yang adil dan abadi,” demikian pernyataan bersama dari Ketua Komisi dan Ketua Dewan Eropa tersebut.

    Prancis

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Rusia-lah yang menjadi “agresor” dalam perang Ukraina. Dia menegaskan Paris akan terus membantu Kyiv dalam perang melawan Rusia.

    “Ada agresor yaitu Rusia. Ada masyarakat yang menjadi target agresi yaitu Ukraina. Kita semua benar dengan membantu Ukraina dan memberikan sanksi kepada Rusia tiga tahun lalu dan terus melakukan hal yang sama,” ucap Macron kepada wartawan.

    “Jika ada yang bermain-main dalam Perang Dunia III, itu adalah Vladimir Putin,” sebut Macron merujuk pada tuduhan yang dilontarkan Trump kepada Zelensky saat cekcok.

    Jerman

    Calon Kanselir terbaru Jerman, Friedrich Merz, memastikan dukungan negara untuk Zelensky dalam komentar yang disampaikan usai cekcok terjadi di Gedung Putih.

    “Kita tidak seharusnya bingung antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini,” ujarnya dalam pernyataan via media sosial X.

    Dukungan untuk Zelensky juga disampaikan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, yang mengatakan bahwa “perjuangan Kyiv untuk perdamaian dan keamanan adalah milik kita”.

    Inggris

    Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer menyatakan dirinya berdiri bersama pemimpin Eropa lainnya dalam mendukung Ukraina. Kantor PM Inggris menyebut Starmer “melakukan semua hal yang dia bisa untuk menemukan jalan menuju perdamaian abadi berdasarkan kedaulatan dan keamanan Ukraina”.

    Italia

    PM Italia Giorgia Meloni menyerukan AS, Eropa dan sekutu-sekutunya untuk berkumpul membahas perang Ukraina “tanpa penundaan”.

    “Perlu diadakan pertemuan puncak tanpa penundaan… untuk membicarakan secara jujur mengenai bagaimana kita berniat mengatasi tantangan-tantangan besar saat ini, dimulai dari Ukraina, yang bersama-sama telah kita bela dalam beberapa tahun terakhir,” cetusnya.

    Belanda

    PM Belanda Dick Schoof menegaskan dukungan untuk Ukraina usai Zelensky cekcok dengan Trump di Gedung Putih.

    “Dukungan Belanda terhadap Ukraina masih belum berkuang. Apalagi saat ini. Kami menginginkan perdamaian abadi dan diakhirinya perang agresi yang telah dimulai oleh Rusia,” tegasnya.

    Polandia

    Polandia yang merupakan sekutu setia Ukraina, menegaskan dukungan untuk rakyat Ukraina usai cekcok di Gedung Putih.

    “Teman-teman Ukraina yang terkasih, Anda tidak sendirian,” tegas PM Polandia Donald Trusk dalam pernyataan via media sosial X yang ditujukan kepada Zelensky.

    Spanyol

    PM Spanyol Pedro Sanchez mengatakan negaranya akan mendukung Ukraina usai cekcok terjadi antara Zelensky dan Trump.

    “Ukraina, Spanyol mendukung Anda,” tulis Sanchez dalam pernyataan via media sosial X.

    Hungaria

    PM Hungaria Viktor Orban, yang merupakan mitra terdekat Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, justru berterima kasih kepada sang Presiden AS karena “secara berani memperjuangkan perdamaian”.

    “Orang kuat membuat perdamaian, orang lemah membuat perang,” tulisnya via X.

    Australia

    PM Australia Anthony Albanese mengatakan negaranya akan “terus mendukung Ukraina” selama mungkin yang diperlukan.

    “Kami akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan karena ini adalah perjuangan negara demokratis melawan rezim otoriter yang dipimpin oleh Vladimir Putin, yang jelas-jelas memiliki rancangan imperialistik tidak hanya terhadap Ukraina, tapi juga terhadap seluruh kawasan,” ucap Albanese kepada wartawan.

    Kanada

    PM Kanada Justin Trudeau menegaskan negaranya akan mendukung Ukraina. Dia menyebut perjuangan Ukraina melawan Rusia sebagai pertahanan untuk demokrasi yang “penting bagi kita semua”.

    “Kanada akan terus mendukung Ukraina,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih, Rusia Bilang Begini

    Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih, Rusia Bilang Begini

    Moskow

    Rusia mengomentari cekcok yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih. Moskow yang tampak senang dengan cekcok itu, menyebut Zelensky telah “menggigit tangan yang memberinya makan”.

    Dalam cekcok pada Jumat (28/2) waktu setempat, Zelensky terlibat adu mulut dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance. Trump menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    “Saya pikir kebohongan terbesar Zelensky dari semua kebohongannya adalah pernyataannya di Gedung Putih bahwa rezim Kyiv pada tahun 2022 sendirian, tanpa dukungan,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataan via Telegram, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (1/3/2025).

    Zakharova menyebut Trump dan Vance mampu “menahan diri” dengan tidak memukul Zelensky dalam cekcok di Ruang Oval yang disaksikan banyak wartawan dan terekam kamera tersebut.

    “Bagaimana Trump dan Vance menahan diri untuk tidak memukuli b******n itu adalah sebuah keajaiban dalam menahan diri,” sebutnya.

    Zakharova menyebut Zelensky “tidak menyenangkan dengan semua orang” dan Presiden Ukraina itu telah “menggigit tangan yang memberinya makan”.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Komentar juga disampaikan oleh Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, yang juga mantan Presiden Rusia. Medvedev menyebut Zelensky telah menerima “tamparan keras yang pantas” dari Trump di Ruang Oval.

    “Teguran keras yang brutal di Ruang Oval,” sebut Medvedev dalam komentarnya via Telegram.

    Medvedev dalam postingannya menghina Zelensky dan mengatakan Presiden Ukraina itu akhirnya diberitahu kebenaran secara langsung. “Rezim Kyiv bermain-main dengan Perang Dunia III,” katanya.

    Dia menyerukan agar bantuan militer untuk Ukraina dihentikan — hal yang sejak lama didesak oleh Moskow.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Cekcok di Gedung Putih, Trump Sebut Zelensky Tak Siap untuk Perdamaian

    Cekcok di Gedung Putih, Trump Sebut Zelensky Tak Siap untuk Perdamaian

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky “tidak siap untuk perdamaian” setelah keduanya cekcok dalam pertemuan di Gedung Putih. Trump menuduh Zelensky tidak menghormati AS dalam pertemuan tersebut.

    Pertemuan antara Trump dan Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat (28/2) waktu setempat awalnya berjalan baik, sebelum situasi memanas dan adu mulut terjadi antara kedua kepala negara. Wakil Presiden AS JD Vance, yang hadir dalam pertemuan itu, juga terlibat dalam cekcok tersebut.

    Dalam cekcok itu, seperti dilansir Associated Press, Sabtu (1/3/2025), Trump menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” juga “bertaruh dengan Perang Dunia III”. Dia bahkan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Zelensky “sangat tidak menghormati negara ini”.

    “Kami melakukan pertemuan yang sangat berarti di Gedung Putih hari ini. Banyak hal yang dipelajari yang tidak akan pernah dipahami tanpa percakapan di bawah tekanan seperti itu. Sungguh menakjubkan apa yang keluar melalui emosi,” tulis Trump dalam pernyataan via media sosial, usai cekcok dengan Zelensky.

    Trump menyebut Zelensky tidak siap untuk perdamaian, dengan adanya keterlibatan AS dalam upaya mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

    “Saya telah menetapkan bahwa Presiden Zelensky tidak siap untuk perdamaian jika Amerika terlibat, karena dia merasa keterlibatan kita memberinya keuntungan besar dalam negosiasi. Saya tidak menginginkan keuntungan, saya menginginkan PERDAMAIAN,” tegas Trump dalam pernyataannya.

    “Dia tidak menghormati Amerika Serikat di Ruang Oval yang sangat berharga. Dia bisa kembali ketika dia siap untuk perdamaian,” ujar Trump.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Dalam pernyataan kepada wartawan sebelum terbang resort mewah Mar-a-Lago miliknya di Florida, Trump menegaskan dirinya menginginkan “gencatan senjata segera” antara Rusia dan Ukraina. Namun Trump mengakui ragu jika Zelensky siap untuk berdamai.

    “Saya menginginkan gencatan senjata sekarang,” ujarnya kepada wartawan, seperti dilansir AFP.

    Dalam cekcok di Gedung Putih, Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang berulang kali dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Vance kemudian menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih” terhadap dukungan AS, dan menyebutnya “kurang ajar”.

    Trump, dalam adu mulut yang disaksikan banyak wartawan itu, menyatakan dirinya “berada di tengah-tengah” dan tidak memihak Ukraina atau pun Rusia. Dia menuduh Zelensky menolak berdamai dengan Rusia, dan mencemooh “kebencian” Zelensky terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penghalang menuju perdamaian.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Zelensky Bilang Hormati Trump Usai Cekcok di Gedung Putih

    Zelensky Bilang Hormati Trump Usai Cekcok di Gedung Putih

    Washington DC

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dirinya menghormati Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan rakyat Amerika setelah cekcok terjadi dalam pertemuan di Gedung Putih. Zelensky meyakini bahwa hubungan dengan AS masih bisa diselamatkan meskipun cekcok terjadi.

    “Saya menghormati Presiden (Trump) dan saya menghormati rakyat Amerika,” kata Zelensky dalam wawancara dengan media terkemuka AS, Fox News, seperti dilansir AFP dan BBC, Sabtu (1/3/2025).

    Ketika ditanya apakah hubungan dengan Trump bisa diselamatkan usai cekcok terjadi, Zelensky menjawab: “Iya, tentu saja.”

    “Karena hubungan ini adalah lebih dari dua presiden,” katanya.

    Dia menekankan bahwa hal ini berkaitan dengan “hubungan historis” antara kedua negara, serta “hubungan kuat antara kedua bangsa”.

    “Itulah sebabnya saya mulai berterima kasih kepada rakyat Anda dari rakyat kami. Rakyat Anda telah membantu menyelamatkan rakyat kami,” ucapnya.

    Zelensky mengatakan dalam wawancara itu bahwa Ukraina dan Amerika “harus berada pada pihak yang sama” dalam melawan Rusia. menambahkan bahwa Ukraina sangat membutuhkan bantuan AS dalam perang melawan militer Rusia, yang memiliki lebih banyak pasukan dan persenjataan lebih baik.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Wawancara dengan Fox News ini dilakukan pada Jumat (28/2) malam, atau setelah Zelensky dan Trump terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih.

    Zelensky menyebut perselisihan publik antara dirinya dan Trump, juga Wakil Presiden AS JD Vance, “tidak baik bagi kedua belah pihak”. Namun dia juga mengatakan bahwa Trump perlu memahami bahwa Ukraina tidak dapat mengubah sikapnya terhadap Rusia secara tiba-tiba.

    “Cekcok seperti ini tidak baik bagi kedua belah pihak. Saya sangat terbuka, tapi saya tidak bisa mengubah sikap Ukraina terhadap Rusia. Mereka adalah pembunuh,” kata Zelensky.

    Trump bersikeras mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin siap mengakhiri perang yang berlangsung selama tiga tahun terakhir. Tetapi, Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak akan melakukan perundingan damai dengan Moskow hingga Kyiv memiliki jaminan keamanan terhadap serangan berikutnya.

    “Ini sangat sensitif bagi rakyat kami. Hanya gencatan senjata tanpa jaminan keamanan, hal ini sensitif bagi rakyat kami. Dan mereka hanya ingin mendengar bahwa Amerika berada di pihak kami, bahwa Amerika akan tetap bersama kami. Bukan dengan Rusia, tetapi dengan kami, Itu saja” sebut Zelensky.

    Pada akhir wawancara, Zelensky mengatakan: “Kami berterima kasih, dan menyesal atas hal ini,” Dia menambahkan bahwa Ukraina hanya ingin memiliki hubungan yang kuat dengan AS.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Perang Kata dengan Trump, Zelensky ‘Diusir’ dari Gedung Putih, Hubungan AS-Ukraina Makin Hancur – Halaman all

    Perang Kata dengan Trump, Zelensky ‘Diusir’ dari Gedung Putih, Hubungan AS-Ukraina Makin Hancur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang kata tak terelakkan saat Presiden AS Donald Trump menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih, Jumat (28/2/2025).

    Donald Trump dan Volodymyr Zelensky terlibat adu mulut yang hebat ketika Presiden AS bersama wapresnya, JD Vance, menanyakan apakah Ukraina telah menunjukkan rasa terima kasih yang cukup.

    Baik Trump maupun Vance menuduh Zelensky menghalangi perjanjian damai dengan Rusia.

    “Saat ini, Anda tidak dalam posisi yang baik. Anda telah membiarkan diri Anda berada dalam posisi yang sangat buruk,” kata Trump kepada Zelensky, dikutip dari CNN.

    “Saat ini, Anda tidak memiliki kartu. Bersama kami, Anda mulai memiliki kartu,” ungkap Trump.

    “Saya tidak bermain kartu,” jawab Zelensky.

    Perdebatan itu semakin panas ketika Trump meninggikan suaranya dan mengatakan bahwa Ukraina telah bertaruh dengan Perang Dunia III.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” kata Trump sambil meninggikan suaranya.

    Pada satu titik, Vance menuduh Zelensky bersikap “tidak sopan” terhadap tuan rumahnya yang berasal dari Amerika.

    “Apakah Anda pernah mengucapkan ‘terima kasih’ sekali?” Vance bertanya kepada Zelensky.

    Setelah berdebat panas, Trump pun akhirnya berkumpul dengan para penasihat utamanya di dalam Ruang Oval untuk menilai situasi.

    Saat itulah Trump akhirnya ‘mengusir’ Zelensky dan mengatakan bahwa Presiden Ukraina “tidak dalam posisi untuk bernegosiasi”.

    Trump memerintahkan Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan penasihat keamanan nasional Mike Waltz untuk menyampaikan pesan: sudah saatnya bagi Zelensky untuk pergi.

    Zelensky pun pergi dari Ruang Oval dengan SUV hitamnya tanpa menandatangani perjanjian yang direncanakan untuk menyediakan akses AS ke mineral tanah jarang Ukraina.

    Salah seorang pejabat AS mengatakan, hubungan antara Trump dan Zelensky “tampaknya tidak dapat diperbaiki” setelah perdebatan panas itu.

    “Ini bencana,” kata pejabat tersebut.

    “Tidak jelas bagaimana hubungan bilateral akan berlanjut selama Zelensky masih berkuasa, kecuali dia dapat menemukan cara untuk memperbaikinya dengan Trump,” lanjutnya.

    Secara terpisah, Senator Lindsey Graham, yang merupakan bagian dari kelompok senator bipartisan yang bertemu dengan Zelensky sebelumnya, memperingatkan bahwa Zelensky “harus berubah secara mendasar atau pergi”.

    Tanggapan Rusia

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan Trump menunjukkan “pengekangan” dengan tidak memukul Zelensky selama adu mulut mereka di Gedung Putih.

    “Saya pikir kebohongan terbesar Zelensky dari semua kebohongannya adalah pernyataannya di Gedung Putih bahwa rezim Kyiv pada tahun 2022 sendirian, tanpa dukungan,” katanya, dikutip dari The Moscow Times.

    “Cara Trump dan Vance menahan diri untuk tidak memukul pria itu adalah sebuah keajaiban pengendalian diri,” tegasnya.

    Sementara itu, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menjuluki Zelensky sebagai “babi kurang ajar” yang telah menerima “tamparan keras di Ruang Oval”.

    Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia, menyebut konfrontasi sengit antara Trump dan Zelensky sebagai “bersejarah”.

    Dmitriev adalah salah satu negosiator Moskow dalam pembicaraan Rusia-Amerika yang diadakan pada 18 Februari 2025 di Arab Saudi.

    (*)

  • Prediksi Kamala Harris tentang Donald Trump Menjadi Kenyataan? – Halaman all

    Prediksi Kamala Harris tentang Donald Trump Menjadi Kenyataan? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Donald Trump tampaknya memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan mantan Wakil Presiden AS, Kamala Harris, mungkin telah menyadarinya sejak lama.

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump kerap memuji kemungkinan aliansi antara Rusia dan Amerika Serikat, berharap keduanya dapat bersatu sebagai kekuatan adikuasa.

    Kekagumannya terhadap Putin juga tampak jelas dan sering disampaikan secara terbuka.

    Namun, perbincangan mengenai hubungan ini sedikit terlupakan di empat tahun masa kepemimpinan Joe Biden.

    Menurut laporan dari Inquisitr, dalam debat presiden 2024, Kamala Harris mengingatkan kembali mengenai hubungan Trump dan Putin. 

    Harris dengan tegas menyatakan bahwa Trump berpotensi menjalin hubungan dekat dengan Presiden Rusia tersebut.

    Harris bahkan meramalkan bahwa hubungan ini akan berkembang menjadi persahabatan, dengan Putin memegang kendali atas politik Amerika Serikat.

    Ungkapan lama, “Putin would eat Trump for lunch” (Putin akan mengalahkan Trump dengan mudah), kembali ramai dibahas di media sosial.

    TRUMP DAN PUTIN – Tangkap layar X yang diambil pada 28 Februari 2025, memperlihatkan postingan pengguna media sosial tentang prediksi Kamala Harris tentang hubungan Donald Trump dan Vladimir Putin. Saat kampanye presiden 2024, Kamala Harris memprediksi hubungan antara Donald Trump dan Vladimir Putin, apakah sekarang terbukti? (Tangkap layar X)

    Video klip dari momen ini viral setelah Moskow mengonfirmasi pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin.

    Sejak menjabat di Ruang Oval, Trump telah menunjukkan tanda-tanda hubungan yang lebih erat antara Washington dan Moskow.

    Ia bahkan menolak menyebut Putin sebagai seorang diktator dan justru menyalahkan Ukraina atas konflik Rusia-Ukraina.

    Dalam konferensi pers di Mar-a-Lago baru-baru ini, Trump menyalahkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, atas pecahnya perang dan menyebut Zelensky sebagai seorang diktator.

    Trump mengatakan bahwa Zelensky telah menjabat selama tiga tahun dan bisa menghentikan perang jika ia menginginkannya.

    Ia juga mengecam Zelensky karena tidak mengadakan pemilu di Ukraina.

    Pada Selasa (25/2/2025), dalam jumpa pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, Trump kembali menolak untuk mengkritik Putin atas perang tersebut.

    Ketika ditanya apakah ia masih menyebut Zelensky sebagai diktator, Trump menegaskan bahwa ia tidak menggunakan istilah “diktator” dengan sembarangan.

    Trump juga menyatakan keyakinannya bahwa Amerika Serikat mampu menyelesaikan konflik antarnegara ini.

    Namun, sikap Trump yang terkesan tunduk kepada Rusia tidak mendapat respons positif dari masyarakat Amerika.

    Warga Amerika menggunakan media sosial untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka.

    Banyak pengguna media sosial membagikan video Kamala Harris yang menegur Trump, yang kemudian menjadi tren meme.

    Pengguna X, platform media sosial populer, membagikan klip viral tersebut sambil menambahkan komentar, “Dia (Harris) sudah memperingatkan kita.”

    Anggota Kongres: Amerika Serikat Menuju Perang Dunia III karena Trump Ingin Berteman dengan Putin

    Amerika Serikat mungkin sedang berada di ambang Perang Dunia Ketiga karena Donald Trump ingin menjalin hubungan dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Hal ini disampaikan oleh seorang anggota parlemen AS, sebagaimana dilaporkan oleh Mirror.

    Hubungan antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dan Trump semakin memburuk minggu lalu setelah Zelenskyy menyatakan bahwa Trump hidup dalam ruang disinformasi yang diciptakan oleh Rusia.

    Menanggapi pernyataan tersebut, Trump menyebut Zelenskyy sebagai “diktator tanpa pemilu.”

    Dalam sebuah pidato yang disampaikan pada sidang Komite Pengawasan DPR baru-baru ini, Anggota DPR Jasmine Crockett (D-TX) memberikan peringatan keras:

    “Fakta penting. Ini berpotensi menempatkan kita dalam krisis internasional.”

    “Kita mungkin sedang menuju perang dunia berikutnya karena kita memiliki seorang mantan Presiden yang ingin berteman dengan Putin dan akan melakukan apa saja untuk membuatnya senang, termasuk berbohong tentang siapa yang sebenarnya menjadi agresor.”

    Selama masa jabatan mantan Presiden Joe Biden, Amerika Serikat berperan aktif dalam mendukung Ukraina dengan menyediakan peralatan militer yang diperlukan untuk melawan invasi Rusia.

    Selain itu, Biden juga menggunakan pengaruh politik AS untuk memperjuangkan Ukraina dan mengisolasi Rusia di panggung internasional.

    Namun, di bawah pemerintahan Trump, Amerika Serikat mengubah arah kebijakannya.

    Trump menjalin lebih banyak kontak dengan Rusia dan mendorong negosiasi damai yang, menurut beberapa pihak, mungkin akan lebih menguntungkan Rusia daripada pihak-pihak lain yang terlibat.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Pemerintah Negara Ini Terancam karena Pangkas Anggaran

    Pemerintah Negara Ini Terancam karena Pangkas Anggaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rumania, salah satu negara Eropa, telah melakukan pemangkasan biaya pemerintah untuk mengekang defisit anggaran dan mencegah penurunan peringkat ekonomi. Namun situasi ini menyebabkan reaksi sosial.

    Bahkan hal ini membahayakan pemerintah. Langkah tersebut berisiko meningkatkan dukungan ke oposisi, kandidat sayap kanan pro-Moskow, dalam pemilihan presiden ulang bulan Mei mendatang.

    Melansir Reuters Jumat (28/2/2025), beberapa pekerja yang terkena dampak pemotongan anggaran pemerintah, yang mencakup pembekuan gaji dan pensiun sektor publik, mengatakan eksekutif sebenarnya tak melakukan apapun. Tindakan efisiensi yang dilakukan hanya “mengulang” hal yang sama.

    “Semua tindakan ini diambil terhadap kami. Selalu begitu,” kata Maxim Liceanu (49), seorang pegawai di perusahaan kereta api negara CFR Calatori, yang menghentikan sekitar 240 layanan pada Januari, termasuk banyak jalur komuter ke ibu kota Bukares.

    Subsidi perjalanan untuk pelajar juga dibatasi. Sementara pemotongan upah lembur yang lebih tinggi telah memangkas pendapatan bulanan mekanik kereta api Danut Stoica sekitar seperlima.

    Di tempat lain pekerja jaringan listrik mengancam akan mogok. Ini akan mereka lakukan Maret karena pemotongan gaji.

    “Kami lebih baik tinggal di rumah daripada memenuhi jadwal kami,” kata warga Stoica (54) di Bukares.

    Sebenarnya, lembaga pemeringkat Fitch menggarisbawahi akan ada pertumbuhan yang lebih lemah di Rumania. Ini akan diikuti guncangan politik dalam negeri.

    Beberapa investor pun memberikan kritik soal pembatalan pemilu yang membuat risiko. Perlu diketahui, kemenangan Calin Georgescu dalam pemilihan umum bulan Desember dibatalkan karena dugaan campur tangan Rusia, meski ia mengungguli semua kandidat di negeri anggota Uni Eropa dan NATO itu.

    Georgescu memperoleh 22,94% suara, mengalahkan kandidat sayap kiri liberal Elena Lasconi, yang memperoleh 19,18%. Namun pengadilan menganulir kemenangan Georgescu menjelang pemungutan suara putaran kedua, dengan mengutip klausul dalam undang-undang negara yang menekankan perlunya memastikan kebenaran dan legalitas pemilihan umum, dengan peradilan mengumumkan bahwa pemilihan umum akan dilakukan kembali di kemudian hari.

    Georgescu sendiri sempat mengklaim bahwa NATO menggunakan Rumania sebagai “pintu untuk perang,” yang bertujuan untuk melancarkan serangan besar ke Rusia. Ia telah menyuarakan kekhawatirannya atas penumpukan militer di Pangkalan Udara Mihail Kogalniceanu (MK), fasilitas NATO terbesar di dekat Laut Hitam.

    Perekonomian Rumania melambat tajam tahun lalu meskipun terjadi lonjakan belanja pra-pemilu. Tarif AS terhadap Eropa dapat semakin menghambat pertumbuhan, menantang asumsi pemerintah sebesar 2,5% yang mendukung upaya pengurangan defisitnya.

    (sef/sef)

  • Rusia Gagalkan Rencana Ukraina Bunuh Uskup yang Dekat dengan Putin

    Rusia Gagalkan Rencana Ukraina Bunuh Uskup yang Dekat dengan Putin

    Moskow

    Dinas keamanan Rusia, FSB, menggagalkan rencana pembunuhan terhadap uskup senior di Gereja Ortodoks Rusia, Tikhon Shevkunov, yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin. Moskow menyebut rencana pembunuhan itu diperintahkan oleh Ukraina.

    Shevkunov, seperti dilansir AFP, Jumat (28/2/2025), sering digambarkan dalam laporan media sebagai “confessor-nya Putin”, atau pastur yang mendengarkan pengakuan dosa dari sang Presiden Rusia tersebut.

    Dia juga merupakan anggota dewan penasihat Putin untuk bidang kebudayaan dan seni. Dilaporkan bahwa Shevkunov telah menjalin pertemanan dengan Putin sejak tahun 1990-an.

    Shevkunov yang berusia 66 tahun itu juga diangkat menjadi Metropolitan Crimea — gelar untuk uskup senior — setelah pencaplokan semenanjung itu oleh Rusia dari Ukraina tahun 2014 lalu.

    Sosok Shevkunov sering terlihat di depan umum bersama PUtin dan disebut-sebut sebagai penerus Patriark Kirill, tokoh paling senior di Gereja Ortodoks Rusia.

    FSB dalam laporannya menyatakan mereka telah menangkap seorang pria Ukraina dan seorang pria Rusia di Moskow, yang diduga merencanakan serangan tersebut. Kedua orang itu, sebut FSB, telah “direkrut oleh dinas intelijen Ukraina GUR melalui Telegram”.

    Kantor berita TASS mengidentifikasi para tersangka sebagai asisten Shevkunov, yakni Denis Popovich, dan sesama rohaniwan gereja bernama Nikita Ivankovich.

    Disebutkan oleh FSB dalam pernyataannya bahwa kedua tersangka diberi peledak rakitan pada Desember lalu “untuk melenyapkan Metropolitan Tikhon secara fisik” dan kemudian meninggalkan Moskow dengan paspor palsu.

    Laporan TASS menyebut kedua tersangka berencana meninggalkan peledak itu di area “tempat tinggal” yang ada di Biara Sretensky Moskow saat Shekunov sedang berkunjung.

    Sejumlah video yang diposting oleh outlet berita Rusia, Zvezda, menunjukkan pasukan keamanan secara diam-diam menahan salah satu tersangka dan membawanya ke dalam van. Satu video lainnya menunjukkan seorang tersangka terlungkup dengan tangannya diborgol.

    Media lokal Rusia itu juga merilis video yang disebut menunjukkan para tersangka mengakui tindak kejahatannya.

    Ukraina belum memberikan komentar secara langsung atas tuduhan Rusia tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu