kab/kota: Moskow

  • Rusia Balas Serang Ukraina, 6 Orang Tewas Termasuk Anak-anak

    Rusia Balas Serang Ukraina, 6 Orang Tewas Termasuk Anak-anak

    Jakarta

    Rusia melancarkan serangan ke Kota Donetsk, wilayah Ukraina Timur. Sebanyak enam orang tewas dalam serangan tersebut, termasuk dua orang anak-anak.

    “Dua bersaudara berusia 11 dan 13 tahun terbunuh,” tulis Gubernur wilayah Donetsk, Vadym Filashkin dilansir AFP, Rabu (12/3/2025).

    Vadym menambahkan empat orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan yang terjadi.

    Sebelumnya, serangan drone terbesar yang diluncurkan Ukraina terhadap Moskow, ibu kota Rusia pada Selasa (11/3) menewaskan sedikitnya tiga orang. Belasan orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut, yang juga memaksa penutupan sementara terhadap empat bandara di Moskow.

    Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilansir Reuters, Selasa (11/3/2025), mengklaim total 337 drone telah ditembak jatuh di atas wilayah Rusia, termasuk 91 drone di antaranya di wilayah Moskow dan 126 drone lainnya di atas wilayah Kursk, yang sempat diserbu pasukan militer Ukraina yang kini telah ditarik mundur.

    Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, menyebut serangan drone besar-besaran itu merupakan serangan drone Ukraina terbesar terhadap Moskow, yang bersama dengan wilayah sekitarnya memiliki populasi sedikitnya 21 juta jiwa dan merupakan salah satu wilayah metropolitan terbesar di Eropa.

    Menurut sejumlah pejabat Rusia, sekitar 18 orang lainnya, termasuk anak-anak, mengalami luka-luka, karena gedung permukiman juga terkena dampak serangan.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mengapa Arab Saudi Menjadi Pihak Penting dalam Perundingan Damai Ukraina? – Halaman all

    Mengapa Arab Saudi Menjadi Pihak Penting dalam Perundingan Damai Ukraina? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Upaya Ukraina untuk mengakhiri perang dengan Rusia semakin tidak menentu setelah perdebatan sengit antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval pada 28 Februari lalu.

    Kini, bukan lagi Amerika Serikat, melainkan Arab Saudi yang menjadi pihak penting dalam pembicaraan damai.

    Zelensky tiba di Jeddah pada Senin (10/3/2025) dan bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), penguasa de facto Arab Saudi.

    Delegasi Ukraina dan AS dijadwalkan menggelar perundingan damai pada Selasa (11/3/2025).

    Saat berita ini ditulis, pembicaraan damai baru saja dimulai.

    Pembicaraan ini mempertemukan delegasi Ukraina yang mencakup Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiha, Kepala Staf Zelensky Andriy Yermak, dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga hadir di Jeddah.

    Selain bertemu mitra dari Ukraina, Departemen Luar Negeri AS menyatakan, Rubio juga dijadwalkan bertemu putra mahkota Saudi.

    Dalam pernyataannya sebelum kunjungan tersebut, Zelensky menegaskan, upaya diplomatik akan menjadi fokus utama, dengan mengatakan bahwa timnya terus berkomunikasi dengan pemerintahan Trump di berbagai tingkatan.

    “Topiknya jelas: perdamaian sesegera mungkin dan keamanan yang semaksimal mungkin,” ujar Zelensky.

    “Ukraina berkomitmen penuh pada pendekatan yang konstruktif.”

    Menurut analisis dari RFE/RL, pernyataan ini menunjukkan upaya mendamaikan setelah pertemuan di Ruang Oval, yang sebelumnya menempatkan diplomasi Ukraina dalam posisi sulit.

    Setelah pertemuan tersebut, pemerintahan Trump sempat menghukum Ukraina dengan menghentikan aliran informasi intelijen yang penting serta menangguhkan sementara bantuan militer AS.

    Namun, Trump kemudian menunjukkan sikap lebih optimistis terhadap prospek perundingan damai.

    “Saya pikir pada akhirnya, meskipun mungkin tidak dalam waktu dekat, kita akan melihat hasil yang cukup baik dari Arab Saudi minggu ini,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One.

    Hubungan Dekat Arab Saudi dengan Trump

    Peran Arab Saudi dalam perundingan perdamaian mulai tampak sejak Februari, ketika pejabat diplomatik AS dan Rusia mengadakan putaran pertama perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Hasil dari perundingan itu adalah komitmen untuk sedikit melonggarkan hubungan antara Washington dan Moskow, termasuk kesepakatan awal untuk mulai memulihkan hubungan diplomatik.

    Namun, Ukraina tidak diundang dalam perundingan tersebut, menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan ibu kota Eropa bahwa AS dan Rusia mungkin merundingkan kesepakatan tanpa melibatkan Ukraina.

    Perdebatan sengit di Ruang Oval menunjukkan bahwa bernegosiasi dengan Trump bukan hanya persoalan diplomasi formal, tetapi juga bersifat sangat pribadi.

    Putra mahkota Saudi memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Trump.

    Salah satu contohnya adalah MBS menjadi pemimpin asing pertama yang dihubungi Trump setelah dilantik pada Januari lalu.

    Dalam komunikasi tersebut, MBS menyampaikan rencananya untuk menginvestasikan 600 miliar dolar AS di Amerika Serikat dalam empat tahun ke depan.

    Selain itu, Trump juga telah mengumumkan rencana kunjungannya ke Arab Saudi dalam beberapa minggu mendatang.

    Di sisi lain, MBS juga memiliki hubungan erat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Selama beberapa tahun terakhir, Rusia dan Arab Saudi telah menjalin kemitraan strategis, khususnya dalam kesepakatan produksi minyak OPEC+.

    MBS bahkan pernah menjadi tamu kehormatan Putin, terutama saat diterima dalam pembukaan Piala Dunia 2018.

    Dengan latar belakang ini, peran Arab Saudi dalam perundingan damai Ukraina dapat dipahami sebagai langkah strategis yang cermat dari MBS.

    Sebagai negara dengan pengaruh diplomatik yang besar, Arab Saudi dapat menyediakan forum negosiasi yang lebih tertutup dari sorotan media internasional.

    Pada akhirnya, keterlibatan Arab Saudi dalam perundingan ini dapat semakin memperkuat posisi MBS sebagai salah satu pialang kekuasaan utama di dunia internasional.

    Meski resolusi akhir dari konflik Ukraina-Rusia masih belum terlihat, pertemuan ini menegaskan betapa pentingnya peran Arab Saudi dalam dinamika geopolitik global.

    Ukraina Siap Melakukan Segalanya Demi Perdamaian

    Mengutip The Telegraph, Ukraina siap melakukan apa pun demi perdamaian, ujar negosiator utama utusan Volodymyr Zelensky menjelang perundingan dengan AS di Arab Saudi.

    “Tidak ada yang lebih menginginkan perdamaian selain rakyat Ukraina,” kata Andriy Yermak, Kepala Staf Volodymyr Zelensky, kepada wartawan.

    “Ukraina siap untuk mencapai tujuan ini, karena itulah yang paling diinginkan rakyat Ukraina setelah lebih dari tiga tahun menghadapi invasi besar-besaran Rusia.”

    Serangan Drone Besar-Besaran di Rusia

    Sementara itu, beberapa jam sebelum perundingan damai ini, Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak terbesarnya terhadap Rusia pada Selasa (11/3/2025) dini hari.

    Sekitar 337 pesawat nirawak diluncurkan oleh Ukraina ke berbagai wilayah di Rusia, termasuk hampir 100 ke Moskow.

    Serangan tersebut, menewaskan sedikitnya dua pekerja dan melukai 18 orang lainnya di sebuah gudang daging di ibu kota, menurut pejabat setempat.

    Serangan berskala besar ini juga menyebabkan penutupan sementara empat bandara utama di Moskow.

    Ukraina tidak secara langsung mengonfirmasi serangan itu, meskipun Rusia mengeklaim bahwa serangan ini menunjukkan Ukraina mulai terdesak di medan perang.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Serangan Drone Terbesar Ukraina Hantam Moskow, 3 Orang Tewas

    Serangan Drone Terbesar Ukraina Hantam Moskow, 3 Orang Tewas

    Moskow

    Serangan drone terbesar yang diluncurkan Ukraina terhadap Moskow, ibu kota Rusia pada Selasa (11/3) menewaskan sedikitnya tiga orang. Belasan orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut, yang juga memaksa penutupan sementara terhadap empat bandara di Moskow.

    Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilansir Reuters, Selasa (11/3/2025), mengklaim total 337 drone telah ditembak jatuh di atas wilayah Rusia, termasuk 91 drone di antaranya di wilayah Moskow dan 126 drone lainnya di atas wilayah Kursk, yang sempat diserbu pasukan militer Ukraina yang kini telah ditarik mundur.

    Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, menyebut serangan drone besar-besaran itu merupakan serangan drone Ukraina terbesar terhadap Moskow, yang bersama dengan wilayah sekitarnya memiliki populasi sedikitnya 21 juta jiwa dan merupakan salah satu wilayah metropolitan terbesar di Eropa.

    “Saya baru saja diberi tahu bahwa pria ketiga juga tewas,” tulis Yevgenia Khrustalyeva, kepala distrik Domodedovo di pinggiran Moskow, dalam postingan di media sosial.

    Menurut sejumlah pejabat Rusia, sekitar 18 orang lainnya, termasuk anak-anak, mengalami luka-luka, karena gedung permukiman juga terkena dampak serangan.

    Gubernur wilayah Moskow, Andrei Vorobyov, mengunggah foto apartemen yang hancur dengan kaca jendelanya pecah akibat serangan drone tersebut.

    Otoritas pengawas penerbangan Rusia mengatakan penerbangan sempat ditangguhkan di sebanyak empat bandara di area Moskow setelah serangan drone itu, sebelum akhirnya dilanjutkan kembali. Beberapa penerbangan dialihkan ke kota-kota lainnya.

    Serangan drone Ukraina itu terjadi ketika delegasi Kyiv akan melakukan pertemuan dengan para pejabat Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi untuk membahas cara mengakhiri perang dengan Rusia yang berkecamuk selama tiga tahun terakhir.

    Kyiv sendiri juga dilanda serangan massal berulang kali dari Rusia selama perang berlangsung. Dalam pernyataan terbaru, otoritas Ukraina melaporkan wilayahnya menjadi target serangan rudal balistik dan 126 drone sepanjang Selasa (11/3) waktu setempat.

    Ukraina berusaha membalas gempuran Rusia dengan melancarkan serangan drone yang menargetkan kilang minyak, lapangan udara, dan bahkan stasiun radar peringatan dini.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Negosiator AS-Ukraina Kembali Berunding, Kali Ini di Arab Saudi

    Negosiator AS-Ukraina Kembali Berunding, Kali Ini di Arab Saudi

    Jakarta

    Para pejabat tinggi Ukraina dan AS mulai berunding di Jeddah, Arab Saudi pada hari Selasa (11/3) dalam upaya untuk menghentikan perang Rusia terhadap Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak akan hadir dalam negosiasi, meskipun ia berada di negara Teluk tersebut pada hari Senin (10/3) untuk bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

    Sebagai gantinya, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, Menteri Pertahanan Rustem Umerov, kepala kantor kepresidenan Andrii Yermak dan wakilnya Pavlo Pallisa akan mewakili Ukraina, kata Zelensky. Dari pihak AS, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz dan utusan khusus Steve Witkoff, yang baru-baru ini menangani negosiasi Gaza-Israel, diharapkan hadir.

    Ukraina baru-baru ini mendukung inisiatif Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengusulkan gencatan senjata sebagian, atas serangan udara dan serangan dari laut, yang ditolak Rusia minggu lalu. Kiev juga menginginkan pertukaran semua tahanan dengan Rusia sebagai langkah pertama. Di sisi lain, Washington menginginkan gencatan senjata yang cepat dan menyeluruh yang diikuti oleh pemilihan umum di Kiev.

    Ukraina telah mempertahankan diri terhadap invasi Rusia berskala penuh selama lebih dari tiga tahun dengan dukungan Barat. Menyusul pertemuan yang penuh pertikaian di Ruang Oval pada tanggal 28 Februari, di mana Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance mengecam Zelensky dan menyebutnya tidak tahu berterima kasih, Washington sudah menghentikan pengiriman senjata ke Ukraina dan akses ke informasi intelijen utama.

    Zelensky usulkan pertukaran tahanan

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengusulkan pembebasan tahanan dan pengembalian anak-anak Ukraina ke tanah air mereka.

    “Hal ini dapat menjadi langkah kunci dalam membangun kepercayaan dalam upaya diplomatik,” tulis Zelensky di platform X setelah pertemuan dengan putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. “Bagian penting dari diskusi didedikasikan untuk format jaminan keamanan,” imbuh Zelensky.

    Pemerintah Ukraina menuduh Rusia telah menculik ribuan anak sejak Moskow sejak memulai perang habis-habisan melawan Ukraina pada Februari 2022.

    Rusia laporkan serangan 337 pesawat nirawak oleh Ukraina

    Rusia mengatakan Ukraina melakukan serangan besar-besaran dengan pesawat nirawak alias drone di sejumlah lokasi, termasuk ke ibukota Moskow. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan telah menembak jatuh 337 pesawat nirawak. Rusia menyalahkan Ukraina atas serangan tersebut, yang belum dikomentari oleh Kyiv.

    Wali kota Moskow, Sergei Sobyanin, mengatakan ini adalah serangan pesawat nirawak Ukraina terbesar ke ibu kota Rusia hingga saat ini.

    Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan 91 pesawat nirawak ditembak jatuh di Moskow dan 126 lainnya ditembak jatuh di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina masih menguasai sebagian wilayah Rusia.

    Pesawat nirawak juga dilaporkan terbang di wilayah Bryansk, Belgorod, Ryazan, Kaluga, Lipetsk, Orel, Voronezh, dan Nizhny Novgorod. Laporan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

    hp/as (reuters, afp, dpa)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pengganti Starlink Makin Ramai Diburu, Elon Musk Minggir!

    Pengganti Starlink Makin Ramai Diburu, Elon Musk Minggir!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bisnis internet berbasis satelit kian kompetitif. China memiliki SpaceSail yang berambisi mengerahkan 15.000 satelit orbit rendah Bumi (LEO) pada 2030 mendatang.

    Sementara itu, Eutelsat dari Prancis digadang-gadang akan segera menggantikan dominasi Starlink milik Elon Musk.

    CNBC International melaporkan saham Eutelsat meroket hampir 390% pada pekan lalu. Eutelsat memanfaatkan roket dari SpaceX milik Musk dan firma lainnya untuk mengirim satelit ke LEO atau orbit atas Bumi (GEO).

    Pada 2023, Eutelsat mengombinasikan operasinya dengan firma satelit asal Inggris OneWeb. Hal ini menjadikan Eutelsat sebagai operator satelit terbesar ketiga di dunia dari segi pendapatan.

    Pekan lalu, Eutelsat dikabarkan berpotensi menggantikan internet Starlink di Ukraina. Selama bertahun-tahun, Starlink melayani konektivitas di negara konflik tersebut sebagai upaya membantu perang melawan Rusia.

    Namun, hubungan antara AS dan Ukraina kian memanas pasca Biden digantikan Donald Trump. Musk sendiri berperan penting dalam pemerintahan Trump dengan mengepalai Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Trump telah menangguhkan semua bantuan militer ke Ukraina pasca bersitegang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Kongrontasi tersebut terjadi setelah Trump mengubah kebijakan AS terhadap Ukraina dan Rusia dan membuka peluang berdiskusi dengan Moskow.

    Pada Februari, laporan menyebut negosiator AS membuka kemungkinan untuk memutus akses Ukraina ke internet Starlink, jika kedua negara gagal menyepakati masalah mineral tanah jarang milik Ukraina.

    Pada awal Maret ini, Eutelsat mengatakan pihaknya telah berbicara dengan Uni Eropa untuk menyuplai akses internet tambahan ke Ukraina. Sejak saat itu, saham Eutelsat terus melonjak karena kemungkinan menggantikan Starlink di masa depan.

    “Semua orang bertanya kepada kami apakah kami akan menggantikan jumlah terminal Starlink yang sangat banyak di Ukraina. Kami akan mengupayakannya,” kata CEO Eutelsat Eva Berneke kepada Bloomberg, dikutip dari CNBC International, Selasa (11/3/2025).

    Eutelsat mengatakan saat ini memiliki 35 satelit GEO, ditambah konstelasi LEO sebanyak lebih dari 600 satelit.

    Pekan lalu, Musk mengatakan Ukraina akan lumpuh total jika beralih dari Starlink. Sebagai respons, Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski menegaskan negaranya telah membayar Starlink untuk melayani akses internet di Ukraina.

    Polandia dikenal sebagai salah satu negara yang mendukung Ukraina mati-matian untuk melawan invasi Rusia sejak 2022. Sikorski mengatakan Polandia kemungkinan akan mencari alternatif penyuplai lain jika Starlink tidak bisa diandalkan.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio membantah klaim Sikorski. “Tidak ada yang mengancam akan memutus hubungan Ukraina dengan Starlink,” kata dia.

    Sementara itu, Musk menjuluki Sikorski sebagai ‘orang keci’. Pada pekan ini, Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk membela Menteri Luar Negerinya. Ia mengatakan “Sikorski secara tenang menjelaskan posisi Polandia ke pejabat dari negara lain”.

    (fab/fab)

  • Ubah Citra, Arab Saudi Muncul sebagai Mediator Krisis Global

    Ubah Citra, Arab Saudi Muncul sebagai Mediator Krisis Global

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, semakin sibuk menerima kunjungan para pemimpin negara yang datang untuk membahas konflik global yang mendesak.

    Pada Senin (10/03) ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu dengan Putra Mahkota Saudi untuk membahas perang Rusia di Ukraina. Pertemuan ini dilakukan menjelang pertemuan pada Selasa (11/03) antara delegasi Ukraina dan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan untuk merundingkan kemungkinan akhir perang agresi Rusia, serta kesepakatan keamanan yang mencakup akses AS ke cadangan mineral dan logam berharga di Ukraina.

    Ini akan menjadi pertama kalinya delegasi Ukraina dan AS berbicara secara langsung setelah perselisihan publik antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Zelenskyy di Gedung Putih pada akhir Februari lalu.

    Fakta bahwa kedua negara memilih Arab Saudi sebagai lokasi pertemuan—bukan di Eropa, misalnya—menyoroti posisi strategis kerajaan kaya minyak ini di Timur Tengah.

    “Arab Saudi memang telah membangun dirinya sebagai platform dialog dalam dua hingga tiga tahun terakhir,” kata Sebastian Sons, peneliti senior di think tank Jerman CARPO, kepada DW.

    “Dalam strategi kebijakan luar negeri Arab Saudi, saat ini sangat penting untuk berbicara dengan semua pihak,” tambahnya.

    Memposisikan diri sebagai mediator netral

    Arab Saudi tampaknya berusaha mempertahankan posisi netral agar dapat menjaga jalur komunikasi terbuka dengan semua pihak yang terlibat dalam konflik yang sedang dimediasi.

    “Negara ini menahan diri untuk tidak bergabung dalam kritik dan sanksi Barat terhadap Rusia, tetapi juga menjalin kontak reguler dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy serta memberikan paket bantuan kemanusiaan dan medis senilai jutaan dolar untuk Ukraina,” jelas Kawas. Pada 2024, Riyadh membantu memfasilitasi pertukaran tahanan bersejarah antara Rusia dan AS. Dan pada pertengahan Februari, negara ini menjadi tuan rumah pembicaraan antara AS dan Rusia, di mana pejabat tinggi Washington dan Moskow bertemu untuk membahas normalisasi hubungan serta mengakhiri perang di Ukraina.

    Tampaknya juga ada kemungkinan bahwa Riyadh akan menjadi tempat pertemuan langsung antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang pertama sejak Trump kembali menjabat awal tahun ini.

    Selain memfasilitasi pembicaraan tentang akhir perang Rusia di Ukraina, Riyadh juga menjadi lokasi pertemuan Liga Arab untuk membahas konflik di Sudan serta masa depan Palestina di Gaza.

    “Kita melihat peran mediasi ini antara AS dan Rusia, antara AS dan Ukraina, serta menjadi pemain penting di Timur Tengah, terutama terkait dengan Palestina, Suriah, dan Lebanon,” kata Neil Quilliam, spesialis urusan luar negeri di think tank Chatham House yang berbasis di London, kepada DW.

    Kawas menggemakan pandangan ini: “Terkait dengan Timur Tengah, semua negosiasi di kawasan ini melewati Riyadh.”

    Kepentingan Saudi di mata internasional

    Peralihan fokus untuk membangun citra sebagai pusat komunikasi yang netral dan terpercaya ini dinilai sebagai tanda perubahan dari isolasi internasional Arab Saudi yang mencapai titik terendah setelah pembunuhan jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, pada 2018. Ini juga bisa membantu mengalihkan perhatian dari catatan buruk rezim di Arab Saudi dalam isu hak asasi manusia.

    Alih-alih membela kebijakan domestik, posisi internasional baru negara ini memungkinkan Putra Mahkota Saudi untuk memanfaatkan pengaruhnya dalam berbagai konflik, menurut para pengamat.

    “Arab Saudi tentu akan menggunakan kesempatan untuk menengahi konflik Ukraina guna menampilkan diri sebagai mitra yang dapat diandalkan, karena negara ini menginginkan konsesi dari Trump, terutama terkait Gaza dan negara Palestina di masa depan bersama Israel,” kata Sebastian Sons kepada DW.

    Trump, yang dikenal sebagai pendukung kuat Israel, ingin melihat Israel dan Arab Saudi menormalisasi hubungan.

    Namun, serangan yang dipimpin Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023 dan perang yang terjadi di Gaza telah memperlambat proses ini.

    Awal tahun ini, Arab Saudi menolak rencana Trump untuk Gaza, di mana ia mengusulkan untuk mengubah Jalur Gaza yang hancur akibat perang menjadi “Riviera Timur Tengah” di bawah kepemilikan AS serta memindahkan sekitar 2,3 juta warga Palestina ke negara-negara Arab lainnya seperti Mesir dan Yordania. Para pakar hak asasi manusia mengkritik rencana ini sebagai bentuk pembersihan etnis.

    Sejak itu, Arab Saudi menegaskan kembali pendiriannya bahwa mereka tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum solusi dua negara, yang akan menjamin negara Palestina berdampingan dengan Israel, terlaksana.

    Mendorong investasi bagi Arab Saudi

    Ketika Trump kembali menjabat untuk masa jabatan keduanya awal tahun ini, Putra Mahkota Saudi menjadi pemimpin asing pertama yang mengucapkan selamat kepadanya. Tak lama setelah itu, Trump memuji Putra Mahkota Salman sebagai “orang yang luar biasa” dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia di Davos.

    Pada 2017, kunjungan luar negeri pertama Trump sebagai presiden adalah ke Arab Saudi. Langkah ini dianggap kontroversial, terutama karena bertepatan dengan pengakuan Trump bahwa ia memilih Arab Saudi sebagai tujuan pertama karena janji investasi senilai lebih dari $350 miliar (Rp5,74 kuadriliun) dalam ekonomi AS.

    Pekan lalu, Trump mengumumkan bahwa kunjungan kenegaraan pertamanya kali ini juga akan membawanya ke Arab Saudi. Kali ini, ia menambahkan, Riyadh berencana untuk berinvestasi setidaknya $600 miliar (Rp9,8 kuadriliun), termasuk pembelian peralatan militer AS dalam jumlah besar.

    Hal ini sejalan dengan model ekonomi Arab Saudi yang sedang bergeser, berupaya mengurangi ketergantungan pada minyak dan meningkatkan investasi asing serta modal eksternal, seperti dijelaskan oleh spesialis Timur Tengah, Sons. “Prioritas Riyadh adalah mengamankan model bisnisnya sendiri, dan untuk itu mereka membutuhkan AS,” jelasnya.

    Namun, ini juga berarti bahwa kerajaan tidak mungkin mengambil peran aktif dalam menyelesaikan konflik yang para pihaknya mereka fasilitasi. “Itu bukan tujuan Arab Saudi,” katanya,seraya menambahkan, “mereka lebih ingin membuka jalan untuk berbisnis dengan AS.”

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    Lihat juga Video: Zelensky Tiba di Arab Saudi Jelang Perundingan dengan AS

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Panas! Ukraina Luncurkan Puluhan Drone ke Moskow

    Panas! Ukraina Luncurkan Puluhan Drone ke Moskow

    Moskow

    Ukraina menargetkan Moskow, ibu kota Rusia, dengan drone-drone dalam serangan “besar-besaran” semalam. Otoritas Rusia mengklaim puluhan drone Ukraina berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan mereka.

    “Pertahanan udara dari Kementerian Pertahanan terus menangkis serangan besar-besaran drone musuh terhadap Moskow,” kata Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, dalam pernyataan via Telegram, seperti dilansir AFP, Selasa (11/3/2025).

    “Sampai saat ini, pasukan pertahanan udara Kementerian Pertahanan telah menembak jatuh 69 drone musuh yang mengudara menuju ke Moskow,” sebutnya.

    Menurut Gubernur wilayah Moskow, Andrei Vorobyov, sedikitnya satu orang tewas dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka di pinggiran selatan Moskow.

    Dia menambahkan bahwa puing-puing drone yang ditembak jatuh memicu kerusakan terhadap sedikitnya tujuh unit tempat tinggal di bangunan permukiman yang ada di pinggiran tenggara ibu kota Rusia tersebut.

    Serangan terhadap Moskow, yang berjarak ratusan kilometer dari perbatasan Ukraina, terjadi menjelang pertemuan antara para pejabat tinggi Kyiv dan Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi pada Selasa (11/3) waktu setempat.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Ukraina diperkirakan akan mengajukan rencana gencatan senjata parsial dengan Rusia, dengan harapan dapat memulihkan dukungan dari donatur utama Kyiv, AS yang di bawah Presiden Donald Trump telah menuntut konsesi untuk mengakhiri perang yang berkecamuk selama tiga tahun terakhir.

    Pembicaraan di Saudi akan menjadi pembicaraan dengan level paling senior sejak adu mulut terjadi di Gedung Putih bulan lalu, ketika Trump mengomeli Presiden Volodymyr Zelensky karena dianggap tidak tahu berterima kasih.

    Sejak cekcok itu, Washington telah menangguhkan bantuan militer ke Ukraina dan menghentikan aktivitas berbagi informasi intelijen serta akses ke citra satelit dengan Kyiv dalam upaya memaksa negara itu ke meja perundingan.

    Lihat juga Video: Rudal-Drone Rusia Hantam Dobropillia, 11 Orang Tewas-30 Terluka

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Dituding Mata-mata, Dua Diplomat Kedubes Inggris di Moskow Diusir Rusia – Halaman all

    Dituding Mata-mata, Dua Diplomat Kedubes Inggris di Moskow Diusir Rusia – Halaman all

    TRIBUNEWS.COM – Pada  Senin waktu setempat (10/3/2025), Rusia mengumumkan akan mengusir dua diplomat asal Inggris dari negara Beruang Merah tersebut.

    Kedua diplomat yang selama ini bertugas di Kedutaan Besar Inggris di Moskow terrsebut diusir atas tuduhan melakukan kegiatan spionase.

    Kabar tersebut disampaikan oleh Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB), dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Rusia RIA Novosti.

    FSB menyatakan, kedua diplomat tersebut telah memberikan data pribadi palsu saat meminta izin untuk masuk ke negara itu.

    Keduanya juga dituduh terlibat dalam aktivitas intelijen dan subversi yang diduga mengancam keamanan Rusia.

    Namun demikian, FSB tidak memberikan secara rinci bukti-bukti apa saja yang mendukung klaim tersebut.

    Menurut laporan RIA Novosti, FSB telah memutuskan untuk mencabut akreditasi kedua diplomat tersebut, dan mereka diperintahkan untuk meninggalkan Rusia dalam waktu dua minggu.

    Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam pernyataan terpisah menyebutkan, mereka telah memanggil seorang pejabat dari Kedutaan Besar Inggris terkait kejadian tersebut.

    “Moskow tidak akan menoleransi aktivitas petugas intelijen Inggris yang tidak dideklarasikan di wilayah Rusia,” bunyi pernyataan tersebut.

    Menanggapi kabar deportasi tersebut, pemerintah Inggris menyebut apa yang dilakukan pihak Rusia adalah “tuduhan jahat dan tanpa dasar.”

    Kecaman tersebut secara publik disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Inggris di London.

    “Ini bukan pertama kalinya Rusia membuat tuduhan jahat dan tanpa dasar terhadap staf kami,”  demikian pernyataan pihak Kemenlu Inggris menanggapi peristiwa tersebut.

    Pihak Kemenlu Inggris tidak memberikan langkah lebih lanjut terkait kebijakan atau respons yang akan dilakukan terkait pengusiran dari Rusia tersebut dalam rilisnya.

    Rusia dan Inggris Saling Usir Diplomat

    Pengusiran diplomat antara Inggris dari Rusia bukanlah peristiwa pertama yang terjadi di Kremlin.

    Pada tahun lalu, FSB juga mengusir tujuh diplomat Inggris dengan tuduhan serupa yakni melakukan aktivitas spionase di Rusia. 

    Enam pengusiran diumumkan pada bulan September, dan satu lagi pada bulan November tahun lalu. 

    Inggris sempat melakukan “pembalasan” pada bulan Februari lalu dengan mencabut kredensial seorang atase di Kedutaan Besar Rusia di London.

    Pemerintah Inggris kala itu menyebut kebijakan pencabutan kredensial yang dilakukan adalah tanggapan atas pengusiran serupa yang dilakukan Rusia pada bulan November.

    Selain itu, Pemerintah Inggris juga membatasi kegiatan diplomatik Moskow di London.

    Sebelumnya pada Mei 2024, Inggris juga sempat mengusir atase pertahanan Rusia di London dengan tuduhan bahwa ia adalah seorang petugas intelijen yang tidak dideklarasikan.

    Inggris juga menutup beberapa properti diplomatik Rusia di negara itu yang menurut mereka digunakan untuk kegiatan spionase.

    Beberapa hari kemudian, Rusia membalas dengan mengusir atase pertahanan Inggris.

    Pengusiran diplomat baik utusan Barat yang bekerja di Rusia maupun diplomat Rusia di negara-negara Barat pun semakin sering terjadi sejak Moskow meluncurkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022.

    Pada 2023, outlet berita Rusia, RBC, melaporkan bahwa negara-negara Barat dan Jepang telah mengusir total 670 diplomat Rusia antara awal tahun 2022 hingga Oktober 2023.

    Sementara itu, Moskow merespons dengan mengusir 346 diplomat.

    Menurut RBC, jumlah ini lebih banyak dibandingkan gabungan pengusiran selama 20 tahun sebelumnya.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Diancam AS Soal Nuklir, Komandan AD Iran: Jari Kami di Pelatuk, Siap Hantam Agresor, Apa Kata Rusia? – Halaman all

    Diancam AS Soal Nuklir, Komandan AD Iran: Jari Kami di Pelatuk, Siap Hantam Agresor, Apa Kata Rusia? – Halaman all

    Tak Terima Iran Diancam AS Soal Nuklir, Komandan AD Iran: Jari Kami di Pelatuk, Siap Hantam Agresor, Apa Kata Rusia?

    TRIBUNNEWS.COM – Komandan Angkatan Darat Militer Iran, Brigadir Jenderal Kiumars Heidari mengatakan pasukannya sepenuhnya siap untuk memberikan respons tegas terhadap setiap kemungkinan tindakan agresi terhadap negara tersebut. 

    Berbicara kepada wartawan pada Senin (10/3/2025), Heidari mengatakan Angkatan Bersenjata Iran ‘tanpa henti’ mengikuti arahan Pemimpin Revolusi Iran,  Ayatollah Seyyed Ali Khamenei.

    “Jari Angkatan Bersenjata Iran sudah di pelatuk dan mereka dalam keadaan siap sepenuhnya,” tambahnya.

    Ia mencatat kalau Angkatan Bersenjata Iran telah melakukan semua persiapan yang diperlukan dan memiliki semua sumber daya untuk melawan ancaman apa pun dan akan mengalahkan apa yang dia indentifikasikan sebagai ‘para agresor.’

    LEPAS LANDAS – Tangkap layar dari Al Arabiya, Rabu (5/3/2025) menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari kapal induk mereka. AS mengerahkan kembali kapal Induk USS Harry S Truman ke perairan Timur Tengah, khususnya Laut Merah, sehari setelah menerapkan gerakan Houthi sebagai organisasi teroris, Selasa (4/3/2025). (tangkap layar/al arabiya)

    AS Siap Main Cara Halus atau Kasar ke Iran

    Pernyataan komandan AD Iran ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap Iran dalam seminggu terakhir soal nuklir.

    Trump mengklaim kalau Teheran ‘dapat ditangani’ baik melalui cara militer atau dengan mencapai kesepakatan atas program nuklirnya. 

    Namun, Ayatollah Khamenei pada Sabtu mengatakan kalau desakan AS untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah.

     Khamenei menekankan kalau Iran tidak akan pernah memenuhi keinginan dan desakan dari ‘negara-negara penindas’.

    Hal itu mengindikasikan kalau Iran bersikap untuk enggan bernegosiasi dengan AS di bawah tekanan. 

    Belum Ada Surat Trump yang Masuk

    Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Republik Iran belum menerima surat dari Presiden AS Trump.

    Berbicara dalam konferensi pers mingguannya pada Senin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei berbicara tentang perkembangan terakhir di Iran dan kawasan itu.

    Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh wartawan tentang surat Trump kepada Iran, dia berkata, “Kami tidak menerima surat.”

    Ditanya tentang posisi Iran mengenai negosiasi, diplomat senior Iran itu mengatakan, “Kebijakan politisi Amerika adalah intimidasi. Republik Iran tidak pernah menolak untuk bernegosiasi. (Namun) Republik Iran tidak akan pernah menerima negosiasi di bawah tekanan.

    Mengutuk sanksi kejam Barat terhadap Iran, Baghaei mencatat, “Sanksi sepihak AS terhadap bangsa Iran tidak memiliki pembenaran atau dasar hukum dan benar-benar ilegal.”

    Dia juga mendesak negara-negara di kawasan itu untuk membuat keputusan berdasarkan kepentingan dan kekhawatiran nasional mereka, dan hubungan baik dengan Republik Iran, dan tidak membiarkan tekanan ilegal dan intimidasi Amerika Serikat untuk secara negatif mempengaruhi hubungan mereka dengan bangsa Iran dan menciptakan hasutan dan perpecahan di negara-negara di kawasan itu.

    PELURU ARTILERI – Angkatan bersenjata Iran melontarkan peluru artileri dalam sebuah latihan militer. Angkatan Darat Iran menyatakan siap merespons setiap ancaman yang datang seiring datangnya tekanan dari Amerika Serikat (AS) yang mendesak Iran untuk mau berunding soal program nuklirnya. (mna/tangkap layar)

    Rusia: Iran Negara Berdaulat

    Terkait situasi tersebut, Rusia menegaskan sikapnya yang memandang kalau Iran memiliki kedaulatan untuk menerima atau tidak menerima negosiasi dari negara mana pun tanpa ada tekanan dan desakan.

    Kremlin, yang ditanya pada Senin apakah Rusia telah mengadakan konsultasi dengan Iran sebelum atau setelah Teheran menanggapi surat dari Presiden AS Donald Trump yang mendesak negara itu untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir, menyatakan kalau Iran merumuskan posisi kebijakannya sendiri.

    Ditanya apakah Moskow telah berkonsultasi dengan Teheran sebelum atau sesudah surat Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan:

    “Tidak. Iran adalah negara berdaulat dan secara independen merumuskan posisinya tentang isu-isu kebijakan luar negeri utama. Jelas bahwa kontak yang sangat tegang ada di depan.”

    Trump sebelumnya mengatakan dia akan menerapkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran.

    Tekanan maksimum ini bertujuan mencegah negara itu membangun senjata nuklir, bahkan ketika dia telah mengisyaratkan keterbukaan terhadap perjanjian nuklir baru dengan Teheran.

    Rusia dan Iran telah mendekat sejak awal perang di Ukraina, dengan Teheran menyediakan drone bagi Moskow.

    Mengenai kemungkinan pembicaraan tentang program nuklir Teheran, Peskov mengatakan: “Jelas bahwa Iran sedang mencari negosiasi berdasarkan saling menghormati, negosiasi yang konstruktif.”

    “Kami, tentu saja, untuk bagian kami, akan terus melakukan segala sesuatu yang tergantung pada kami, segala sesuatu yang mungkin, untuk membawa proses ini menyelesaikan berkas nuklir Iran ke arah yang damai.”

     

    (oln/mna/alarbya/*)

     

  • Geng Musuh AS Terjunkan Militer dekat Arab Jelang Nego Damai Ukraina

    Geng Musuh AS Terjunkan Militer dekat Arab Jelang Nego Damai Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan geopolitik makin meningkat dengan diumumkannya latihan militer gabungan antara Rusia, China, dan Iran di lepas pantai Iran. Di saat yang bersamaan, delegasi Ukraina bersiap menggelar perundingan dengan perwakilan Amerika Serikat di Arab Saudi untuk membahas solusi damai bagi perang yang terus berlangsung dengan Rusia.

    Dilansir Newsweek, Kementerian Pertahanan China mengumumkan pada Minggu (9/3/2025) bahwa latihan militer gabungan bertajuk “Security Belt 2025” akan berlangsung bulan ini di dekat Pelabuhan Chabahar, Iran Tenggara, yang berbatasan langsung dengan Laut Oman. Latihan ini melibatkan armada dari ketiga negara, termasuk setidaknya satu kapal perusak dan kapal pendukung dari China.

    Kantor berita Iran juga melaporkan bahwa latihan ini akan diawasi oleh sejumlah negara, termasuk Azerbaijan, Afrika Selatan, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Latihan serupa telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada Maret 2024 dan Maret 2023, sebagai bentuk peningkatan kerja sama militer antara ketiga negara.

    Kerja sama ini makin memperkuat aliansi strategis antara Rusia, China, dan Iran, yang oleh banyak pengamat sering disebut sebagai bagian dari “Axis of Evil”, istilah yang digunakan untuk menggambarkan negara-negara yang berseberangan dengan kepentingan AS dan sekutunya.

    Ketiga negara ini memiliki kepentingan bersama dalam menentang dominasi AS di berbagai wilayah, termasuk Timur Tengah dan Eropa Timur.

    Perundingan Perdamaian

    Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan pada Sabtu bahwa ia akan bertemu dengan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dalam beberapa hari mendatang. Setelah pertemuan itu, pejabat tinggi Ukraina akan tetap berada di Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan dengan perwakilan AS pada Selasa.

    Delegasi Ukraina mencakup Kepala Kantor Presiden Ukraina Andriy Yermak, Wakil Kepala Kantor Presiden Pavlo Palisa, serta Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Ukraina, Andriy Sybiha dan Rustem Umerov.

    “Di pihak kami, kami berkomitmen penuh untuk dialog konstruktif, dan kami berharap dapat mendiskusikan serta menyepakati langkah-langkah dan keputusan yang diperlukan,” ujar Zelensky.

    Ia juga menambahkan bahwa terdapat “usulan realistis” yang akan diajukan dalam perundingan tersebut.

    Utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengonfirmasi bahwa pihaknya tengah mengatur pertemuan dengan Ukraina, kemungkinan di Riyadh atau Jeddah. Namun, perubahan kebijakan Washington terhadap Kyiv belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu Eropa Ukraina.

    Salah satu momen paling kontroversial adalah ketika Zelensky mendapatkan teguran keras dari Trump dan Wakil Presiden JD Vance dalam kunjungannya ke Gedung Putih baru-baru ini. Hal ini semakin menegaskan potensi pergeseran sikap AS terhadap konflik Ukraina-Rusia.

    Trump bahkan menghentikan seluruh bantuan militer AS yang sedang dalam perjalanan ke Ukraina, termasuk pasokan yang hanya berjarak beberapa mil dari perbatasan Ukraina. Selain itu, ia juga menangguhkan sebagian berbagi intelijen AS dengan Kyiv.

    Keith Kellogg, utusan Trump untuk Ukraina dan Rusia, menyatakan bahwa Kyiv “membawa masalah ini kepada diri mereka sendiri.” Sementara itu, Trump sendiri mengatakan pada Jumat bahwa AS “berjalan baik dengan Rusia” dan menambahkan bahwa lebih mudah baginya untuk bekerja sama dengan Moskow dibandingkan dengan Kyiv.

    Dampak Latihan Militer

    Latihan militer gabungan Rusia, China, dan Iran dipandang sebagai unjuk kekuatan terhadap AS dan sekutunya. Kehadiran kapal perang dari tiga negara besar ini di perairan strategis seperti Laut Oman juga dapat meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Barat.

    Sementara itu, hasil perundingan Ukraina-AS masih belum pasti. Beberapa analis menilai bahwa dengan menurunnya dukungan AS terhadap Ukraina, posisi Kyiv dalam negosiasi dengan Rusia bisa semakin lemah.

    Sejumlah pihak juga khawatir bahwa pendekatan Trump yang lebih lunak terhadap Moskow dapat mengarah pada kesepakatan damai yang tidak sepenuhnya menguntungkan bagi Ukraina.

    Andriy Yermak mengungkapkan bahwa ia telah berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz dan “menyepakati pertemuan tim kami dalam waktu dekat.” Namun, masih belum jelas bagaimana AS akan menyeimbangkan kebijakannya dalam perang ini.

    (luc/luc)