kab/kota: Moskow

  • Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah melonjak 1 persen pada Jumat, 14 Maret 2025. Harga minyak mengakhir pekan ini cenderung stagnan seiring investor mempertimbangkan prospek yang semakin menipis dan berakhirnya perang Ukraina yang dapat kembali membawa lebih banyak pasokan energi Rusia ke pasar Barat.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), harga minyak Brent ditutup 70 sen atau 1 persen lebih tinggi menjadi USD 70,58 per barel. Harga minyak sempat turun 1,5 persen pada sesi sebelumnya. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 63 sen atau 1 persen ke posisi USD 67,18 per barel. Kenaikan harga minyak WTI terjadi setelah melemah 1,7 persen.

    Kedua patokan tersebut mengakhiri minggu ini dengan sedikit perubahan dari Jumat lalu, ketika Brent ditutup pada USD 70,36 dan WTI pada usd 67,04.

    “Minyak Brent telah bertahan di sekitar angka USD 70 selama dua minggu terakhir. Apakah akan tetap pada level ini dalam minggu mendatang tergantung pada situasi berita politik,” kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis, Moskow mendukung usulan AS untuk gencatan senjata di Ukraina pada prinsipnya, tetapi meminta sejumlah klarifikasi dan syarat yang tampaknya mengesampingkan kemungkinan berakhirnya pertempuran dengan cepat.

    “Jika prospek gencatan senjata terus berlanjut di masa mendatang, pasar akan memperkirakan minyak Rusia akan berada di bawah sanksi untuk jangka waktu yang lama,” kata Presiden Lipow Oil Associates yang berpusat di Houston, Andrew Lipow.

    Pada Jumat, Donald Trump kembali mendesak Rusia untuk menyetujui usulan gencatan senjata, dengan mengatakan di platform media sosial pribadinya ia akan mengeluarkan AS dari apa yang disebutnya “kekacauan nyata” dengan Rusia”.

    Pemerintahan Trump mengatakan lisensi yang mengizinkan transaksi energi dengan lembaga keuangan Rusia telah berakhir minggu ini. Perusahaan-perusahaan negara Tiongkok juga mengekang impor minyak Rusia karena risiko sanksi, kata sumber kepada Reuters.

    Di sisi lain, Northvolt, pembuat sel baterai Swedia untuk kendaraan listrik, mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah mengajukan kebangkrutan.

     

     

  • Mengapa Trump Minta Putin Tak Habisi Pasukan Ukraina di Kursk? Ini Analisis Eks Pejabat CIA – Halaman all

    Mengapa Trump Minta Putin Tak Habisi Pasukan Ukraina di Kursk? Ini Analisis Eks Pejabat CIA – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah meminta Presiden Rusia Vladimir Putin agar menyelamatkan ribuan tentara Ukraina yang terkepung di Kursk, Rusia.

    Adanya permintaan itu disampaikan Trump di akun media sosial Truth Social hari Kamis, (14/3/2025).

    Trump mengatakan saat ini ada ribuan tentara Ukraina yang dikepung pasukan Rusia dan berada dalam situasi amat buruk.

    “Saya meminta Presiden Putin agar nyawa mereka diselamatkan. Ini bisa menjadi pembantaian mengerikan yang belum pernah dilihat orang sejak Perang Dunia Kedua. Tuhan memberkati mereka semua,” kata Trump.

    Di sisi lain, Putin juga sudah mengaku mendapat permintaan dari Trump perihal penyelamatan nyawa tentara Ukraina.

    “Kami sudah meninjau pernyataan dari Presiden Trump hari ini. Kami menekankan bahwa tentara Ukraina telah melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil di zona serbuan,” kata Putin di televisi, dikutip dari The Moscow Times.

    “Saya ingin menekankan bahwa jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, nyawa mereka dijamin selamat, dan mereka akan diperlakukan terhormat sesuai dengan hukum internasional dan hukum di Federasi Rusia.”

    Putin menegaskan pasukan Ukraina hanya punya dua pilihan, yakni menyerah atau tewas.

    RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)

    Kyiv Independent melaporkan permintaan Trump itu keluar setelah utusan Trump, Steve Witkoff, tiba di Moskow tanggal 13 Maret kemarin dan bertemu dengan Putin.

    Sementara itu, sehari sebelum Pangliman Tertinggi Ukraina Oleksandr Syrskyi mengakui bahwa situasi pasukan Ukraina di Kursk sangat buruk.

    Meski demikian, Syrskyi mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha menjaga pertahanan di sana “sepanjang masuk akal dan memungkinkan”.

    Dia sempat pula mengklaim tidak ada pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.

    Alasan di balik permintaan Trump

    Larry Johnson, seorang mantan analis badan intelijen AS (CIA), mengungkapkan pendapatnya mengenai alasan Trump meminta Putin agar menyelamatkan nyawa tentara Rusia.

    Awalnya dia menyebut serbuan tentara Ukraina sebagai serbuan yang gagal.

    “Invasi ke Kursk adalah operasi yang didukung dan diarahkan Barat. Saya pikir invasi itu direncanakan demi mencoba membuat semacam daya tawar bagi Barat untuk menekan Rusia agar menyerah. Dan invasi itu gagal,” kata Johnson dikutip dari Sputnik.

    “Invasi itu tak hanya gagal, tetapi gagal total karena melenyapkan satuan-satuan militer penting Ukraina dan peralatannya.”

    Menurut Johnson, alasan di balik permintaan Trump kepada Putin adalah Trump berupaya melakukan “penyelamatan dari situasi buruk” atau “bencana”.

    Johnson mengklaim saat ini masih banyak warga AS yang meyakini “Rusia sedang kalah”. Mereka merasa bahwa yang diperlukan saat ini adalah terus menekan Rusia.

    Dia menyebut harus ada kekalahan militer besar yang diderita Ukraina demi melawan keyakinan itu.

    “Diperlukan kekalahan militer yang melenyapkan pasukan Ukraina agar Barat sadar dan paham bahwa Rusia tidak berbohong.”

    KOTA SUDZHA DIBEBASKAN – Tangkapan layar video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram tanggal 13 Maret 2025 memperlihatkan situasi Kota Sudzha di Kursk, Rusia, setelah dibebaskan pasukan Rusia dari tentara Ukraina. (Kementerian Pertahanan Rusia)

    Pasukan Ukraina didesak menyerah agar tak hancur

    Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev meminta pasukan Ukraina di wilayah Kursk segera menyerah.

    Medvedev memperingatkan bahwa pasukan Ukraina bakal dihancurkan tanpa ampun jika menolak meletakkan senjata.

    “Ini pendekatan yang sangat manusiawi oleh negara kami, tetapi bagi Nazi Ukraina, ada sisi lainnya, jika mereka menolak meletakkan senjata, mereka akan dihancurkan secara sistematis dan tanpa ampun,” kata Medvedev yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Jumat, (14/3/2025), dikutip dari kantor berita TASS.

    Medvedev jam-jam berikutnya akan menjadi waktu krusial Ukraina. Ukraina harus mengambil keputusan untuk menyelamatkan tentara atau terpaksa meninggalkan mereka.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyrz Zelensky sudah mengakui bahwa pasukannya di Kursk kini mendapat tekanan dari tentara Rusia.

    (*)

  • Trump: Saya Minta Putin Selamatkan Nyawa Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk – Halaman all

    Trump: Saya Minta Putin Selamatkan Nyawa Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyelamatkan nyawa pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk, Rusia barat.

    Mereka terkepung setelah pasukan Rusia melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayahnya yang diduduki Ukraina sejak mereka memasuki Rusia pada Agustus tahun lalu.

    Menurut Institut Studi Perang (ISW), Rusia telah merebut kembali 655 km persegi wilayah Kursk, lebih dari separuh wilayah yang diduduki Ukraina.

    Trump, yang sebelumnya bertekad menengahi perdamaian Rusia-Ukraina, mengatakan ia meminta Putin untuk melindungi pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.

    Presiden AS mengatakan militer Rusia telah mengepung sepenuhnya ribuan tentara Ukraina di Kursk yang berada dalam posisi yang sangat buruk dan rentan.

    “Saya mendesak Presiden Putin untuk menyelamatkan nyawa mereka,” kata Trump pada Jumat (14/3/2025).

    “Jika tidak, ini akan menjadi pembantaian yang belum pernah disaksikan dunia sejak Perang Dunia II. Tuhan memberkati mereka semua!” lanjutnya.

    Sebelumnya, Trump mengunggah unggahan di media sosial setelah utusannya, Steve Witkoff, yang bertemu dengan Putin di Moskow pada hari Kamis (13/3/2025) malam.

    Trump menggambarkan pertemuan itu sebagai pertemuan yang sangat bagus dan produktif.

    “Ada kemungkinan besar bahwa perang yang mengerikan dan berdarah ini akhirnya akan berakhir,” kata Trump, seperti diberitakan Reuters.

    Presiden AS juga mengisyaratkan usulan gencatan senjata AS yang diterima Ukraina minggu ini sedang dipertimbangkan oleh Rusia.

    Putin: Pasukan Ukraina Sebaiknya Menyerah

    Untuk menanggapi permintaan Trump, Putin mengatakan pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk akan dijamin keamanannya jika mereka menyerahkan diri.

    “Pada saat yang sama, kami memahami seruan Presiden Trump untuk berpedoman pada pertimbangan kemanusiaan terkait para prajurit ini,” kata Putin dalam pidatonya, Jumat.

    “Jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, pasukan Ukraina di wilayah Kursk akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak,” tambahnya.

    Wakil ketua dewan keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengunggah di media sosial dan mengatakan jika pasukan Ukraina menolak meletakkan senjata, mereka semua akan dihancurkan secara sistematis dan tanpa ampun.

    Namun, militer Ukraina mengatakan tidak ada ancaman pengepungan, dan pasukannya mundur ke posisi yang lebih baik.

    Sehari sebelumnya pada Kamis (13/3/2025), Putin mempertanyakan usulan AS yang menyarankan Rusia dan Ukraina melakukan gencatan senjata selama 30 hari.

    Putin menyoroti pelaksanaan teknis usulan tersebut, termasuk apakah pasukan Ukraina yang berada di Kursk harus dibebaskan setelah mereka melakukan kejahatan terhadap warga sipil.

    “Haruskah kita membebaskan mereka setelah mereka melakukan kejahatan serius terhadap warga sipil?” kata Putin setelah sebelumnya mengatakan tentara musuh yang ditangkap di Kursk akan dianggap teroris, seperti diberitakan RBC.

    Selain itu, Putin juga menolak upaya apapun untuk menempatkan pasukan perjaga perdamaian dari Eropa di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Putin: Pasukan Ukraina di Kursk Sebaiknya Serahkan Diri, Rusia Jamin Mereka Hidup – Halaman all

    Putin: Pasukan Ukraina di Kursk Sebaiknya Serahkan Diri, Rusia Jamin Mereka Hidup – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk, perbatasan Rusia barat, untuk menyerahkan diri.

    Putin mengatakan Rusia akan menjamin mereka tetap hidup dan dalam keadaan baik jika mau menyerahkan diri.

    Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui pasukan mereka berada di bawah tekanan yang meningkat setelah Rusia melancarkan operasi khusus di Kursk.

    Rusia telah melancarkan serangan balasan sejak minggu lalu dan berhasil merebut kembali Kursk, wilayah perbatasan Rusia barat dan Ukraina timur.

    “Kami bersimpati dengan seruan Presiden (Donald) Trump,” kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi, Jumat (14/3/2025).

    “Jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, pasukan Ukraina di wilayah Kursk akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak sesuai dengan norma hukum internasional dan hukum Federasi Rusia,” lanjutnya memperingatkan pasukan Ukraina di Kursk.

    Ia juga meminta para pemimpin Ukraina untuk memerintahkan pasukan mereka agar menyerah.

    Putin menekankan tentara Ukraina melakukan banyak kejahatan terhadap warga sipil di wilayah Kursk.

    Namun, ia menanggapi permintaan Donald Trump untuk melindungi pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.

    “Pada saat yang sama, kami menanggapi seruan Presiden Trump mengenai tentara-tentara ini karena alasan kemanusiaan,” katanya, seperti diberitakan The Moscow Times.

    Sebelumnya, Putin mengunjungi komando Rusia di Kursk pada hari Rabu (12/3/2025) dan menyatakan kemajuan pasukan Rusia hingga dapat memukul mundur pasukan Ukraina.

    Beberapa menit kemudian setelah pengumuman tersebut, Panglima Tertinggi Angkatan Darat Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrski, mengisyaratkan pasukannya ditarik mundur untuk meminimalkan kerugian.

    “Dalam situasi yang paling sulit, prioritas saya adalah menyelamatkan nyawa tentara Ukraina. Untuk tujuan ini, unit-unit pasukan pertahanan, jika perlu, akan bermanuver ke posisi yang lebih menguntungkan,” tulis Syrski, Rabu.

    Sebelumnya, Ukraina menduduki sebagian wilayah Kursk setelah melancarkan serangan kejutan pada Agustus tahun 2024.

    Zelensky: Putin Merusak Diplomasi

    Sebelumnya, Putin menyampaikan pendapatnya mengenai usulan gencatan senjata selama 30 hari yang disampaikan oleh Amerika Serikat (AS) untuk Rusia dan Ukraina.

    Putin memberikan banyak pertanyaan penting terkait pelaksaan teknis usulan tersebut dan khawatir bahwa durasi tersebut digunakan untuk memobilisasi pasukan atau mengirim pasokan senjata kepada pasukan Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Putin merusak diplomasi setelah Rusia menyatakan keberatannya.

    “Putin tidak bisa keluar dari perang ini karena dia tidak punya apa-apa lagi, jadi dia melakukan segala yang bisa dia lakukan untuk melemahkan diplomasi dengan menetapkan persyaratan yang sangat sulit dan tidak dapat diterima sejak awal, bahkan sebelum gencatan senjata,” kata Zelensky di akun media sosial X, Jumat.

    Pada hari yang sama, utusan AS Steve Witkoff berada di Moskow untuk menyampaikan usulan AS kepada Rusia, setelah perwakilan AS bertemu perwakilan Ukraina di Jeddah Arab Saudi pada 11 Maret lalu.

    Menanggapi kabar itu, Zelensky memperingatkan bahwa Putin berusaha menyeret semua orang ke dalam diskusi tanpa akhir.

    “Saya sangat mendesak semua pihak yang dapat memengaruhi Rusia, terutama Amerika Serikat, untuk mengambil tindakan tegas,” kata Zelensky, seperti diberitakan Al Araby.

    “Putin tidak akan mengakhiri perang ini sendirian. Namun, kekuatan Amerika cukup untuk mencapainya,” tambahnya.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan tekadnya untuk menengahi perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Trump juga meminta Zelensky untuk menandatangani perjanjian mineral sebagai imbalan Ukraina atas bantuan yang diberikan AS selama perang melawan Rusia.

    Perjanjian tersebut akan memungkinkan perusahaan-perusahaan AS untuk mendapat akses terhadap mineral penting di Ukraina termasuk logam tanah jarang.

    Perwakilan Donald Trump terlebih dahulu bertemu dengan perwakilan Rusia di Riyadh, Arab Saudi pada 18 Februari lalu setelah Trump menelepon Putin beberapa hari sebelumnya.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Utusan Khusus Trump Temui Putin, Rusia Sampaikan ‘Sinyal Tambahan’ soal Gencatan Senjata di Ukraina – Halaman all

    Utusan Khusus Trump Temui Putin, Rusia Sampaikan ‘Sinyal Tambahan’ soal Gencatan Senjata di Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan pada hari Jumat (14/3/2025) bahwa Presiden Vladimir Putin telah mengirim sinyal “tambahan” kepada mitranya Donald Trump.

    “Rusia telah mengirimkan ‘sinyal tambahan’ kepada Presiden AS Donald Trump mengenai usulan gencatan senjata melalui utusan khusus Steve Witkoff,” kata Peskov, dikutip dari Kyiv Independent.

    Putin menyampaikan ‘sinyal tambahan’ ini kepada Trump melalui utusan AS Steve Witkoff saat bertemu dengannya pada Kamis (13/3/2025), malam.

    Peskov mengatakan bahwa Witkoff menemui Putin di Moskow pada larut malam.

    Kunjungan Witkoff ke Moskow adalah untuk menyampaikan rincian rencana gabungan AS-Ukraina terkait gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina.

    Tidak hanya itu, dalam pertemuan tersebut, keduanya juga membahas tanggal-tanggal potensial untuk panggilan telepon antara Trump dan Putin.

    Kedatangan Witkoff ke Moskow tepat merupakan salah satu upaya AS untuk mendapatkan persetujuan Rusia soal gencatan senjata di Ukraina.

    Hal ini menyusul kesepakatan antara AS-Ukraina untuk gencatan senjata di Ukraina selama 30 hari.

    Keduanya menyepakati hal tersebut saat dalam pembicaraan di Jeddah pada 11 Maret 2025.

    Dari pembicaraan tersebut, Ukraina menyetujui usulan gencatan senjata sementara selama 30 hari.

    Hal tersebut diungkapkan oleh kedua pihak melalui pernyataan bersama.

    Trump juga berharap Rusia menyetujui kesepakatan ini.

    Setelah AS-Ukraina sepakat menyetujui gencatan senjata 30 hari, Rusia kemudian membuat pernyataan.

    Putin mengatakan bahwa Rusia siap menerima gencatan senjata.

    “Idenya benar dan kami mendukungnya, tetapi ada beberapa pertanyaan yang perlu kita bahas,” katanya, dikutip dari BBC.

    Namun Rusia memberikan sejumlah persaratan.

    Di antaranya, menghentikan mobilisasi, pelatihan militer, dan pengiriman bantuan asing selama gencatan senjata.

    Pernyataan Putin mendapat sambutan positif dari Trump.

    Menurut Trump, pernyataan Putin sangat menjanjikan.

    Akan tetapi, Trump menjelaskan bahwa pernyataan tersebut ‘belum lengkap’.

    “Dia mengeluarkan pernyataan yang sangat menjanjikan tetapi belum lengkap,” kata Trump, yang sedang bertemu dengan kepala NATO Mark Rutte di Gedung Putih, dikutip dari Al-Arabiya.

    Trump menggarisbawahi bahwa kesepakatan gencatan senjata ini harus harus segera terealisasikan.

    “Saya ingin sekali bertemu atau berbicara dengannya. Namun, kita harus segera menyelesaikannya (kesepakatan gencatan senjata),” jelasnya.

    Menurut Trump, apabila Rusia tidak menyetujui kesepatan ini, maka banyak akan kecewa dengan keputusannya.

    “Banyak rincian kesepakatan akhir yang sebenarnya telah dibahas. Sekarang kita akan melihat apakah Rusia ada di sana dan, jika tidak, ini akan menjadi momen yang sangat mengecewakan bagi dunia,” katanya.

    Sementara presiden Volodymyr Zelensky menolak tanggapan Putin.

    Zelenksy menyebut Putin sangat manipulatif.

    “Kini kita semua telah mendengar kata-kata yang sangat mudah ditebak dan sangat manipulatif dari Putin dalam menanggapi gagasan bungkam di garis depan, Dia pada kenyataannya, tengah bersiap untuk menolaknya mulai sekarang,” kata Zelensky.

    Zelensky menuduh Putin tidak menginginkan perang berakhir.

    “Putin takut untuk mengatakan secara langsung kepada Presiden Trump bahwa ia ingin melanjutkan perang ini,” tuding Zelensky, dikutip dari The Guardian.

    Setelah pernyataan Putin dan tanggapan Zelensky, terlihat ketidaksamaan tujuan dari kesepakatan ini.

    Keduanya sama-sama mempertahankan prinsip dan tujuan mereka masing-masing dalam gencatan senjata di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump, Vladimir Putin dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Bukan AS, Negara Ini Kini Jadi Musuh Nomor Satu Rusia

    Bukan AS, Negara Ini Kini Jadi Musuh Nomor Satu Rusia

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Moskow dan London kembali bersitegang setelah Rusia mengusir dua diplomat Inggris dalam eskalasi ketegangan terbaru antara kedua negara.

    Pengusiran ini menyusul tuduhan spionase dan tudingan Rusia terhadap Inggris sebagai provokator perang di Ukraina, sementara Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump berusaha menengahi konflik antara Rusia dan Ukraina.

    Ketegangan antara Rusia dan Inggris bukanlah hal baru. Dalam sejarah, keduanya telah beberapa kali bersitegang, terutama selama dua abad terakhir. Namun, dengan perang yang masih berkecamuk di Ukraina sejak 2022, hubungan kedua negara memburuk secara signifikan.

    “London hari ini, seperti pada malam sebelum Perang Dunia, kembali menjadi ancaman utama bagi Rusia,” kata SVR, badan intelijen luar negeri Rusia, dilansir Reuters, Jumat (14/3/2025).

    Salah satu pejabat Rusia bahkan menyebut bahwa Inggris telah menjadi kekuatan penghasut utama di antara negara-negara Barat dalam menentang Rusia. Seorang lainnya menyatakan bahwa “Inggris memicu kekacauan dan perang” di Ukraina.

    Tak hanya itu, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, dituduh memimpin langkah-langkah agresif terhadap Moskow, terutama setelah berulang kali menyerukan dukungan penuh kepada Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung.

    Sementara itu, Presiden Trump berusaha memperbaiki hubungan dengan Rusia dan mencari jalan damai bagi konflik Rusia-Ukraina, tetapi langkah-langkah London dinilai sebagai penghambat perdamaian.

    Perseteruan Panjang Inggris-Rusia

    Rusia telah lama memiliki hubungan yang bergejolak dengan Inggris, yang kini dipandang sebagai musuh utama oleh Moskow. Menurut pernyataan SVR, Inggris memiliki sejarah panjang dalam memprovokasi dan memperkeruh situasi di kawasan Eropa.

    “London hari ini, seperti pada malam sebelum Perang Dunia, kembali menjadi provokator utama perang dan kekacauan,” ujar pihak SVR.

    Mereka menuding Inggris telah berperan dalam menggagalkan berbagai upaya Trump untuk menengahi konflik Rusia-Ukraina.

    Namun, SVR tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai bagaimana Inggris bertindak sebelum pecahnya dua perang dunia. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022, konflik ini menjadi yang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

    Di tengah upaya Rusia dan Amerika Serikat di bawah Trump untuk mencari jalan damai, London tetap menjadi suara paling keras dalam mendesak sanksi terhadap Rusia. Banyak pengamat di Rusia menganggap Inggris sebagai penggerak utama sikap keras Barat terhadap Moskow.

    Hubungan yang Makin Memburuk

    Situasi politik yang semakin panas terlihat jelas dalam langkah-langkah terbaru yang diambil kedua negara. Inggris telah mengusir sedikitnya 10 diplomat Rusia sejak awal perang, sementara Rusia menuduh seorang diplomat Inggris terlibat dalam tindakan “permusuhan” yang bertujuan untuk merusak hubungan kedua negara.

    “Tindakan Inggris benar-benar tidak bisa diterima,” kata seorang pejabat senior Rusia. “Mereka bertingkah seolah-olah bisa mengatur segalanya dan hanya menambah bahan bakar ke dalam api konflik ini.”

    Perdana Menteri Keir Starmer juga dikritik oleh tokoh politik Rusia karena dianggap mencoba menghalangi upaya rekonsiliasi yang diinisiasi oleh Donald Trump. Rusia menilai bahwa Inggris memainkan peran sebagai “musuh nomor satu” dengan mempengaruhi kebijakan negara-negara Barat dalam mengambil sikap terhadap Moskow.

    Sanksi dan Ancaman Balasan dari Rusia

    Selain saling mengusir diplomat, ketegangan semakin meningkat setelah keputusan Uni Eropa untuk membekukan aset Rusia.

    Ketua parlemen Rusia dan sekutu dekat Putin, Vyacheslav Volodin, menyinggung perlunya Rusia untuk menarik kembali uangnya dari Inggris.

    “Inggris sudah meraup banyak keuntungan dari Rusia selama bertahun-tahun. Kini saatnya kita mengambil kembali yang menjadi hak kita,” ujar Volodin.

    Sementara itu, perdagangan antara kedua negara juga menurun drastis akibat konflik geopolitik yang berkepanjangan. Data terbaru menunjukkan bahwa personel kedutaan Inggris di Rusia telah berkurang setidaknya 10 orang sejak awal perang, sebagai akibat dari kebijakan tit-for-tat yang saling diambil kedua negara.

    Di tengah perseteruan ini, beberapa perusahaan besar Inggris, termasuk perusahaan farmasi seperti AstraZeneca dan GlaxoSmithKline, masih beroperasi di Rusia, meskipun semakin banyak suara yang mendesak pembatasan bisnis dengan perusahaan asing yang berasal dari negara-negara yang dianggap bermusuhan oleh Moskow.

    Masa Depan Hubungan Inggris-Rusia

    Dengan meningkatnya sentimen anti-Inggris di Rusia, banyak pengamat yang mulai bertanya-tanya apakah hubungan antara kedua negara dapat diperbaiki. Retorika yang muncul di televisi negara Rusia belakangan ini semakin menunjukkan bahwa Inggris dianggap sebagai ancaman.

    Beberapa komentator bahkan menghidupkan kembali ungkapan lama: “The Englishwoman relieves herself on Russia” yang mencerminkan ketidakpercayaan mendalam terhadap niat London terhadap Moskow.

    Sementara itu, ketegangan antara AS dan Uni Eropa juga meningkat setelah pengenaan tarif 25% pada impor baja dan aluminium oleh Washington, yang memicu ancaman “tindakan balasan” dari Uni Eropa terhadap barang impor AS senilai 26 miliar euro.

    Seorang pejabat Uni Eropa menyatakan bahwa negosiasi dengan AS di tahap ini akan sia-sia.

    “Ini tidak akan menjadi diskusi yang produktif,” ujar pejabat tersebut, menyamakan negosiasi ini dengan “meletakkan ikan busuk di atas meja”.

    (luc/luc)

  • Angka Harapan Hidup di Rusia Terjun Bebas, Ini Biang Keroknya

    Angka Harapan Hidup di Rusia Terjun Bebas, Ini Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Angka harapan hidup di Rusia telah menurun dalam hampir 7 bulan terakhir. Alexey Raksha, demografer Rusia khusus statistik fertilitas dan mortalitas, mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh dua hal, yakni perang dan alkohol.

    “Tidak ada alasan untuk penurunan tersebut, kecuali perang dan alkohol yang kuat,” kata Raksha, seperti dikutip Newsweek pada Jumat (14/3/2025). “Bahkan lebih rendah dari yang saya kira.”

    Menurut data awal dari Rosstat, tahun lalu, harapan hidup Rusia turun hampir tujuh bulan dari 73,41 tahun pada tahun 2023 menjadi 72,84 tahun.

    Ia berpendapat bahwa konsumsi alkohol telah meningkat selama tahun-tahun perang, tetapi ia menganggap masalah tersebut “lebih disebabkan” oleh “peraturan pemerintah yang merugikan”. Raksha tidak yakin ada cukup peraturan tentang alkohol yang kuat.

    Di sisi lain, jika penurunan angka harapan hidup di Rusia memang disebabkan oleh perang, setidaknya hal itu mengungkap salah satu dari banyak dampak perang yang mematikan tersebut.

    Tahun lalu, pasukan Rusia yang berperang melawan Ukraina menderita jumlah korban tertinggi sepanjang tahun sejak dimulainya invasi skala penuh Vladimir Putin, menurut Kyiv.

    Terakhir kali terjadi penurunan yang lebih signifikan adalah pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda. Antara tahun 2020 dan 2021, harapan hidup turun dari 73,34 tahun menjadi 70,06 tahun.

    Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menjabat untuk kelima kalinya pada Mei 2024, ia mengatakan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan harapan hidup di Rusia menjadi 78 tahun pada tahun 2030.

    Moskow telah memberlakukan beberapa pembatasan pada alkohol tetapi para pemimpin sebelumnya, termasuk pemimpin Soviet, telah mencoba mengubah kebiasaan minum alkohol di Rusia dengan keberhasilan yang terbatas.

    Sementara itu, dalam konteks perang, Putin mengatakan pada Kamis bahwa Rusia pada prinsipnya setuju dengan usulan gencatan senjata Amerika Serikat, tetapi beberapa ketentuan utama masih perlu dinegosiasikan. Ia menekankan bahwa setiap kesepakatan harus mengarah pada perdamaian abadi dan mengatasi akar penyebab konflik.

    (luc/luc)

  • Drone Ukraina Hantam Fasilitas Energi-Penyimpanan Rudal di Rusia

    Drone Ukraina Hantam Fasilitas Energi-Penyimpanan Rudal di Rusia

    Jakarta

    Drone-drone Ukraina menghantam fasilitas-fasilitas energi dan sebuah fasilitas penyimpanan rudal di Rusia. Demikian dilaporkan sumber keamanan di Ukraina pada hari Jumat (14/3), sementara serangan udara Rusia melukai beberapa orang di Ukraina.

    Sumber di Ukraina tersebut mengatakan bahwa drone-drone yang dikirim oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah menyerang sistem kompresor gas di wilayah Rusia barat, Tambov dan Saratov.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/3/2025), sumber tersebut menambahkan bahwa drone-drone Ukraina juga menyerang gudang penyimpanan rudal yang digunakan untuk sistem pertahanan udara Rusia, S-300 dan S-400.

    “SBU melakukan operasi khusus yang berhasil di wilayah musuh, yang menyebabkan kerugian besar bagi anggaran Rusia, mengurangi kemampuannya untuk membiayai perang melawan Ukraina dan potensi militer tentara Rusia,” kata sumber tersebut dalam komentar tertulis.

    Sementara itu, wali kota Moskow mengatakan sistem pertahanan udara Rusia telah menembak jatuh empat drone Ukraina yang menuju ibu kota Rusia tersebut.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Ukraina telah meluncurkan 28 drone pada Kamis (13/3) malam, dibandingkan lebih dari 300 drone pada dini hari Selasa lalu, ketika tiga orang tewas.

    Gubernur wilayah Krasnodar, Rusia selatan mengatakan sebuah serangan Ukraina telah memicu kebakaran di kilang minyak di kota resor Laut Hitam, Tuapse.

    Sebuah tangki bahan bakar yang berisi hingga 20.000 ton produk minyak terbakar di kilang tersebut, kata para pejabat.

    Otoritas Ukraina mengatakan Rusia telah menyerang Ukraina dengan 27 drone semalam, sebagian kecil dari jumlah drone yang biasanya dikirim, dengan beberapa serangan baru-baru ini melibatkan lebih dari 100 drone.

    Otoritas di wilayah Kharkiv, Ukraina timur mengatakan delapan orang terluka akibat serangan Rusia semalam.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Teleponan Bahas Ukraina

    Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Teleponan Bahas Ukraina

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara via telepon dengan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Percakapan telepon keduanya membahas kemungkinan penyelesaian perang Ukraina.

    Pembicaraan via telepon antara Putin dan MBS itu, seperti dilansir AFP, Jumat (14/3/2025), dilakukan tak lama setelah Putin mengatakan mendukung usulan Amerika Serikat (AS) soal gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina, namun menyatakan dirinya memiliki “pertanyaan serius”.

    Putin juga mengatakan bahwa Moskow siap untuk membahas lebih lanjut usulan gencatan senjata itu dengan Presiden AS Donald Trump.

    Trump, dalam tanggapannya, menyebut pernyataan Putin sebagai “pernyataan yang sangat menjanjikan” namun dia menilainya “belum tuntas”.

    Kremlin, dalam pernyataannya, menyebut dalam percakapan telepon pada Kamis (13/3) waktu setempat itu, Putin mengatakan kepada MBS bahwa dirinya “sangat menghargai upaya mediasi Arab Saudi”, yang menjadi tuan rumah pembicaraan antara para pejabat Rusia dan AS pada 18 Februari lalu.

    Disebutkan oleh Kremlin bahwa MBS “menekankan pentingnya menyelesaikan krisis Ukraina dan menyatakan kesiapan untuk terus berkontribusi dengan segala cara yang dimungkinkan untuk normalisasi hubungan Rusia-Amerika”.

    AS mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Usulan itu telah diterima oleh Kyiv dalam pertemuan dengan pejabat Washington di Saudi pekan ini.

    Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang tiba di Moskow pada Kamis (13/3) waktu setempat akan secara resmi menyampaikan usulan gencatan senjata itu kepada pihak Rusia.

    Putin dan MBS, sebut Kremlin dalam pernyataannya, juga membahas kerja sama bilateral dan “pentingnya” kerja sama itu bagi “stabilitas pasar minyak global”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putin Dukung Gencatan Senjata Ukraina, Trump Bilang Gini

    Putin Dukung Gencatan Senjata Ukraina, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menanggapi komentar yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap usulan gencatan senjata Ukraina yang digagas Washington. Trump menyebut komentar Putin sebagai “pernyataan yang sangat menjanjikan” namun dia menilainya “belum tuntas”.

    Putin, dalam tanggapannya, mengatakan dirinya mendukung gagasan gencatan senjata selama 30 hari antara Moskow dan Kyiv. Namun dia memiliki pertanyaan-pertanyaan serius tentang gagasan itu yang ingin dia bahas langsung dengan Trump.

    “Dia (Putin-red) menyampaikan pernyataan yang sangat menjanjikan, tetapi itu belum tuntas,” kata Trump kepada wartawan ketika ditanya soal komentar Putin, seperti dilansir AFP, Jumat (14/3/2025).

    “Saya ingin sekali bertemu dengannya atau berbicara dengannya. Tetapi kita harus mewujudkannya (kesepakatan gencatan senjata) dengan cepat,” ucapnya.

    Trump menambahkan bahwa akan menjadi “momen yang sangat mengecewakan bagi dunia” jika Rusia menolak rencana perdamaian itu. Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, tiba di Moskow pada Kamis (13/3) untuk berunding mengenai Ukraina.

    “Banyak rincian dari kesepakatan akhir sebenarnya telah dibahas. Sekarang kita akan melihat apakah Rusia ada di sana dan, jika tidak, itu akan menjadi momen yang sangat mengecewakan bagi dunia,” kata Trump.

    Dalam pernyataannya, Trump juga memberikan gambaran sekilas mengenai perundingan untuk perdamaian jangka panjang setelah gencatan senjata, termasuk wilayah mana yang harus diserahkan Ukraina kepada Rusia. Diketahui bahwa Moskow melancarkan invasi militer skala penuh terhadap Kyiv sejak Februari 2022.

    Dia menambahkan bahwa ada juga “pembangkit listrik yang sangat besar yang terlibat — siapa yang akan mendapatkan pembangkit listrik itu?”.

    Tidak disebutkan secara spesifik nama pembangkit listrik itu atau rinciannya. Namun diketahui bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang saat ini dikuasai Rusia, berada di garis depan pertempuran. PLTN itu merupakan pembangkit nuklir terbesar di kawasan Eropa.

    Disebutkan oleh Trump bahwa perundingan berlangsung rumit karena secara efektif “menciptakan batas negara”.

    Ukraina sebelumnya menyatakan setuju dengan usulan AS soal gencatan senjata selama 30 hari dalam perundingan yang digelar di Arab Saudi pekan ini.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu