kab/kota: Moskow

  • Tanggapan Plin-plan Trump soal Niat Putin Berdamai dengan Ukraina, Awal Meragukan, Kini Menjamin – Halaman all

    Tanggapan Plin-plan Trump soal Niat Putin Berdamai dengan Ukraina, Awal Meragukan, Kini Menjamin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS, Donald Trump, kembali mengeluarkan sikap yang plin-plan terkait perang antara Rusia dengan Ukraina.

    Pada 26 April 2025 lalu, setelah menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Donald Trump sempat meragukan niat Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mengakhiri perang Ukraina.

    Keraguan itu muncul setelah Donald Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bertemu di Vatikan.

    Saat itu, Trump merasa marah setelah Zelensky “ngadu” soal tindakan Putin yang menembakkan rudal ke wilayah sipil Ukraina.

    Bahkan, Trump menyebut Putin tak memiliki niat untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota dan desa-desa di Ukraina,” tulis Trump di Truth Social miliknya, dikutip dari Axios.

    “Hal itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda,” ungkap Trump pada saat itu.

    Akan tetapi, sikap Trump kini berubah dengan menyebut Putin ingin sekali mencapai perjanjian damai dengan Ukraina.

    Pernyataan itu Trump sampaikan ketika koresponden ABC News, Terry Moran, menanyakan ungkapannya di Truth Social beberapa waktu lalu.

    “Saya rasa dia melakukannya, ya,” kata Presiden AS itu, dikutip dari The Moscow Times.

    “Saya rasa… mimpinya adalah menguasai seluruh negeri. Saya rasa karena saya, dia tidak akan melakukan itu,” ujarnya.

    Trump sebelumnya berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina “dalam waktu 24 jam” setelah menjabat, tetapi upaya perdamaiannya sejauh ini belum membuahkan hasil.

    Selanjutnya, Trump berjanji akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina dalam 100 hari pertama masa jabatannya.

    Janji itu pun kembali berbenturan dengan kenyataan yang tak terelakkan.

    Di perayaan 100 hari masa jabatan Trump pada Selasa (29/4/2025), serangan Rusia meningkat dan mengakibatkan jumlah korban sipil.

    Tak hanya itu, kesepakatan damai antara Rusia dengan Ukraina masih jauh dari kata tercapai.

    Dikutip dari Kyiv Independent, pada bulan Maret 2025, bulan kedua penuh masa jabatan Trump, 164 warga sipil tewas dan 910 terluka akibat serangan Rusia.

    Hampir semua kerugian terjadi di wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina, dan sebagian besar disebabkan oleh rudal jarak jauh atau amunisi yang melayang.

    Angka serupa diperkirakan terjadi pada bulan April 2025, yang juga menyaksikan serangan tunggal paling mematikan bagi anak-anak Ukraina sejak invasi skala penuh dimulai pada tahun 2022.

    Pada tanggal 14 April 2025, 18 orang tewas setelah rudal balistik meledak di taman bermain. Di antara mereka terdapat sembilan anak-anak.

    Serangan besar baru-baru ini di Sumy dan Kyiv juga menjadi berita utama internasional, sementara serangan yang lebih kecil kurang menarik perhatian di luar negeri tetapi terus meningkat.

    Minggu lalu, kepala Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina (HRMU), Danielle Bell, menyerukan “tren yang sangat mengganggu — warga sipil menanggung beban serangan yang semakin intens dan sering terjadi.”

    “Serangan pesawat tak berawak jarak jauh yang terjadi hampir setiap hari telah menewaskan dan melukai banyak warga sipil di seluruh negeri bulan lalu, dan mengganggu kehidupan jutaan orang lainnya,” kata Bell.

    Di garis depan juga, tanda-tanda perdamaian tidak ada, kata Emil Kastehelmi, seorang analis militer Finlandia dari kolektif intelijen sumber terbuka Black Bird Group.

    Alih-alih mundur atau melambat, serangan Rusia malah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, meskipun hal ini belum menghasilkan terobosan teritorial.

    “Saya menduga perang akan terus berlanjut hingga akhir,” ungkap Kastehelmi.

    “Tentu saja, ada banyak diplomasi yang berlangsung di balik pintu tertutup.”

    “Namun, jika kita melihat perkembangan di lapangan, tidak ada tanda-tanda jelas yang menunjukkan adanya terobosan diplomatik dalam beberapa minggu mendatang,” tukasnya.

    AS Ancam Mundur sebagai Mediator

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengancam akan mundur menjadi mediator jika tidak ada proposal konkret dari Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang.

    Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, diplomat AS John Kelley menyalahkan Rusia atas pertumpahan darah yang terus terjadi.

    Kelley mengatakan bahwa Rusia “sangat disesalkan” telah melakukan serangan besar-besaran yang “menyebabkan hilangnya nyawa yang tidak perlu, termasuk warga sipil yang tidak bersalah”.

    “Saat ini, Rusia memiliki peluang besar untuk mencapai perdamaian abadi,” kata Kelley, dikutip dari Reuters.

    Saat ini, tambah Kelly, beban untuk mengakhiri perang ada di tangan Rusia dan Ukraina.

    “Terserah kepada para pemimpin kedua negara untuk memutuskan apakah perdamaian mungkin terjadi.”

    “Jika kedua pihak siap mengakhiri perang, Amerika Serikat akan sepenuhnya mendukung jalan mereka menuju perdamaian abadi,” katanya.

    Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce mengutip pernyataan Rubio, waktunya telah tiba saat “proposal konkret perlu disampaikan oleh kedua pihak tentang cara mengakhiri konflik ini”.

    “Bagaimana kita melanjutkan dari sini adalah keputusan yang sekarang menjadi milik Presiden.”

    “Jika tidak ada kemajuan, kami akan mundur sebagai mediator dalam proses ini,” kata Bruce dalam jumpa pers rutin.

    Baik Kyiv maupun Moskow berupaya menunjukkan kepada Trump, mereka membuat kemajuan menuju sasarannya untuk mencapai kesepakatan damai yang cepat setelah AS berulang kali mengancam akan menghentikan dorongan perdamaiannya.

    Tetapi di PBB, keduanya saling menyalahkan karena melanjutkan perang.

    Saat ini, Putin telah mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari dari 8-10 Mei 2025 untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya dalam Perang Dunia Kedua.

    Ukraina mempertanyakan mengapa Moskow tidak menyetujui seruan Kyiv untuk gencatan senjata yang berlangsung setidaknya 30 hari dan dimulai segera.

    (*)

  • Rusia kepada ICJ: Tindakan Israel di Gaza Merusak Hukum dan Kemanusiaan, Kemanusiaan di Gaza Runtuh – Halaman all

    Rusia kepada ICJ: Tindakan Israel di Gaza Merusak Hukum dan Kemanusiaan, Kemanusiaan di Gaza Runtuh – Halaman all

    Rusia kepada ICJ: Tindakan Israel di Gaza Merusak Hukum dan Kemanusiaan, Kemanusiaan di Gaza Runtuh

    TRIBUNNEWS.COM- Rusia pada hari Rabu mengatakan kepada Mahkamah Internasional (ICJ) bahwa tindakan Israel di wilayah Palestina yang diduduki (OPT) menyebabkan “krisis legalitas dan kemanusiaan,” saat sidang publik tentang kewajiban Israel berlanjut untuk hari ketiga.

    “Hari ini, kita menghadapi krisis legalitas dan kemanusiaan mengingat adanya pelemahan sistematis Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) oleh Israel dan kelalaiannya terhadap keseluruhan kewajiban berdasarkan hukum internasional, termasuk kewajiban yang bersumber dari status Israel sebagai kekuatan pendudukan,” kata Maksim Musikhin, yang berbicara atas nama Moskow.

    “Urgensi masalah ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Gaza berada di ambang kelaparan. Rumah sakit hancur.”

    Musikhin memperingatkan bahwa dengan blokade total Israel sejak 2 Maret dan dimulainya kembali operasi militer, Gaza terus mengalami kehancuran yang dahsyat dan “bencana kemanusiaan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

    Ia juga menyuarakan kekhawatirannya atas operasi militer Israel yang kembali dilancarkan di Tepi Barat pada 21 Januari, dengan peringatan bahwa hal itu “berisiko mengulangi skenario mengerikan di Gaza.”

    Rusia menegaskan kembali dukungannya terhadap UNRWA, dengan menyebut peran lembaga tersebut “penting” dan mengatakan “pekerjaannya didukung kuat oleh sebagian besar masyarakat internasional.”

    “Tanpa UNRWA, sistem kemanusiaan Gaza akan runtuh,” ia memperingatkan.

    Rusia berpendapat bahwa “Israel sebagai kekuatan pendudukan terikat oleh (hukum humaniter internasional) IHL, termasuk Konvensi Jenewa Keempat dan peraturan Den Haag.”

    “Semua itu tidak terjadi hari ini,” kata Rusia kepada pengadilan, menuduh Israel gagal memenuhi kewajibannya untuk memastikan dan memelihara layanan makanan, kesehatan, dan kebersihan.

    “Undang-undang Israel yang melarang kegiatan UNRWA melanggar norma dan prinsip yang sebenarnya,” kata Musikhin, seraya mendesak pengadilan untuk menjadikan pendapatnya “sebagai mercusuar harapan” dan penegasan kembali hukum internasional.

    AS juga menyampaikan pidato di hadapan pengadilan selama sesi pagi, menyatakan dukungannya terhadap dimulainya kembali aliran bantuan kemanusiaan.

    “Yang jelas, Amerika Serikat mendukung aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan jaminan untuk memastikan bantuan tersebut tidak dijarah atau disalahgunakan oleh kelompok teroris,” kata Joshua Simmons.

    “Kami mendorong masyarakat internasional untuk fokus pada upaya mencapai gencatan senjata dan memikirkan kembali masa depan yang lebih baik bagi warga Israel dan Palestina.”

    Tentara Israel memperbarui serangannya di Gaza pada tanggal 18 Maret, menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada tanggal 19 Januari dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas.

    Hampir 52.400 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

     

     

    SUMBER: ANADOLU AJANSI

  • Putin Serukan Gencatan 3 Hari, Zelensky Tuding Manipulasi

    Putin Serukan Gencatan 3 Hari, Zelensky Tuding Manipulasi

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari di Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merespons pengumuman gencatan senjata tiga hari sebagai upaya manipulasi.

    Rusia mengumumkan gencatan senjata itu pada Senin (28/4) kemarin. Dikutip AFP, gencatan senjata dilakukan selama tiga hari mulai 8 hingga 10 Mei 2025 yang bertepatan peringatan Hari Kemenangan Perang Dunia II di Moskow.

    “Pihak Rusia mengumumkan gencatan senjata selama peringatan 80 Hari Kemenangan mulai tengah malam pada 7-8 Mei hingga tengah malam 10-11 Mei,” ujar Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia.

    Selama gencatan senjata 3 hari itu seluruh operasi tempur akan ditangguhkan. Rusia meyakini pihak Ukraina akan mencontoh langkahnya.

    “Jika terjadi pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Ukraina, angkatan bersenjata Rusia akan memberikan respons yang memadai dan efektif,” imbuhnya.

    Ukraina Ingin Gencatan Senjata 30 Hari

    Mobil-mobil hangus terbakar di dekat gedung apartemen di Dnipro, Ukraina. (Foto: Press service of the State Emergency Service of Ukraine/Handout via REUTERS Purchase Licensing Rights)

    Merespons itu, Ukraina menginginkan gencatan senjata paling tidak 30 hari. Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga menulis di X, mempertanyakan mengapa Rusia harus menunggu bulan Mei untuk gencatan senjata.

    “Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus segera menghentikan tembakan. Mengapa harus menunggu hingga 8 Mei?” Sybiga menulis di X.

    Seperti diketahui, pada bulan lalu Putin menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama 30 hari yang telah diterima pihak Ukraina.

    Kiev dan para pendukungnya di Eropa menuding Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah selama 30 jam sebagai latihan dan tidak menginginkan perdamaian.

    Rusia sebelumnya mengaku siap untuk bernegosiasi dengan Ukraina. Namun pengakuan atas klaim lima wilayah Ukraina termasuk Krimea dinilai penting untuk penyelesaian konflik.

    Ukraina merespons keras. Ukraina menilai aneksasi sebagai perampasan tanah ilegal dan tidak pernah akan mengakuinya.

    Zelensky Tuding Manipulasi

    Foto: REUTERS/Thomas Peter Purchase Licensing Rights

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding gencatan senjata itu sebagai upaya manipulasi. Dia menunggu yang terjadi pada 8 Mei mendatang.

    “Sekarang ada upaya manipulasi baru: untuk beberapa alasan, semua orang harus menunggu hingga 8 Mei,” kata Zelensky dalam pidato hariannya dilansir AFP, Selasa (29/4/2025).

    Pengumuman gencatan senjata oleh Rusia bukan baru kali disampaikan. Putin sempat mengumumkan gencatan senjata Paskah secara singkat.

    Putin mengatakan ‘semua permusuhan’ akan terhenti antara pukul 6 sore waktu Moskow pada Sabtu (11 pagi ET) dan tengah malam pada Senin (5 sore Minggu ET). Namun, pada saat itu pihak Ukraina mengklaim wilayahnya masih diserang pascagencatan senjata itu.

    AS Ingin Perang Diakhiri

    Menlu AS Marco Rubio dan PM Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: Ohad Zwigenberg/Pool via REUTERS Purchase Licensing Rights)

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memberi tahu mitranya dari Rusia Sergei Lavrov bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk berupaya mengakhiri perang di Ukraina. Dia menyebut perang Rusia dan Ukraina sudah tidak masuk akal.

    “Amerika Serikat serius dalam memfasilitasi diakhirinya perang yang tidak masuk akal ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce dalam pernyataan panggilan hari Minggu, yang telah diumumkan oleh Rusia, dilansir AFP, Selasa (29/4/2025).

    Dia mengatakan Rubio berbicara kepada Lavrov tentang langkah selanjutnya dalam perundingan damai Rusia-Ukraina dan perlunya mengakhiri perang sekarang. Panggilan telepon itu dilakukan sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin menawarkan gencatan senjata tiga hari yang bertepatan dengan peringatan berakhirnya Perang Dunia II di Moskow.

    Rubio mengatakan pada hari Minggu bahwa pekan ini akan menjadi sangat penting dalam menilai upaya untuk mengakhiri perang, yang telah dijanjikan oleh Presiden AS Donald Trump untuk dihentikan pada hari pertama masa jabatannya.

    Dalam wawancara hari Minggu dengan “Meet the Press” dari NBC News, Rubio mengatakan bahwa ada “alasan untuk optimis, tetapi ada juga alasan untuk bersikap realistis,” dan bahwa Amerika Serikat dapat memutuskan untuk fokus pada prioritas lain.

    Halaman 2 dari 4

    (idn/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hasil Riset: Kenyataan Menyedihkan, Prancis Negara Adikuasa Eropa Cuma Bertahan 3 Hari Lawan Rusia – Halaman all

    Hasil Riset: Kenyataan Menyedihkan, Prancis Negara Adikuasa Eropa Cuma Bertahan 3 Hari Lawan Rusia – Halaman all

    Hasil Riset: Kenyataan Menyedihkan, Negara Adikuasa Eropa Cuma Bertahan 3 Hari Lawan Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Lembaga penelitian militer dan keamanan, Institut Hubungan Internasional Prancis (IFRI) mengeluarkan hasil riset terbaru mereka yang terbilang mengejutkan seputar kekuatan tempur Angkatan Udara Prancis dalam konteks ancaman keamanan dari Rusia.

    Situs militer DSA, menyebut, laporan IFRI itu mengungkapkan kenyataan yang mengkhawatirkan mengenai kemampuan kekuatan tempur udara Prancis.

    Prancis dianggap sebagai satu di antara kekuatan utama NATO, aliansi keamanan negara-negara Atlantik Utara yang tengah cemas pada agresi Rusia ke Ukraina yang berlarut-larut sehingga mengancam negara-negara lain di sekitarnya.

    Studi yang disusun oleh para ahli militer, termasuk mantan perwira senior Angkatan Udara Prancis , menggambarkan gambaran suram tentang “negara adikuasa Eropa” tersebut yang sekarang kepayahan untuk bersaing dalam lanskap peperangan udara modern yang berkembang pesat.

    “Di tengah krisis ini adalah armada pesawat tempur Prancis , yang masih bergantung pada teknologi generasi keempat, sementara pesaing utama mereka maju dengan pengembangan pesawat tempur generasi kelima,” kata ulasan tersebut.

    Pesawat Dassault Rafale , yang telah lama dianggap sebagai tulang punggung kekuatan udara Prancis dan kebanggaan teknik negara, kini semakin kurang kemampuannya di era peperangan yang didominasi oleh teknologi siluman dan peperangan elektronik.

    Meskipun Rafale sering dipuji sebagai salah satu pesawat tempur multiperan terbaik di kelasnya, pesawat ini tidak pernah dirancang dengan fitur siluman, sebuah kekurangan kritis dalam lingkungan pertempuran udara modern yang semakin kompleks.

    Kelemahan ini berasal dari keputusan strategis Prancis di awal tahun 2000-an, ketika negara itu memilih untuk meningkatkan pesawat tempur yang ada daripada mengembangkan pesawat siluman sepenuhnya.

    BUATAN PRANCIS – Jet tempur pabrikan Dassault Rafale M dari Prancis. India menjadi satu di antara negara yang mengandalkan jet tempur ini untuk menjaga keamanan negaranya. (DSA/Tangkap Layar)

    Saat itu, Amerika Serikat (AS) telah mengambil langkah maju yang besar dengan memperkenalkan F-22 Raptor dan kemudian F-35 Lightning II , yang sepenuhnya mengubah lanskap dominasi udara global.

    Meskipun Rafale telah menerima berbagai peningkatan yang menempatkannya dalam kategori pesawat tempur generasi 4,5 , ia masih kekurangan ” teknologi yang dapat diamati secara rendah”  yang diperlukan untuk menghindari deteksi oleh radar canggih dan sistem pertahanan udara modern.

    “Di era di mana negara pesaing seperti Rusia dan China semakin memperkuat sistem pertahanan anti-akses/penolakan area (A2/AD) mereka, pilot Prancis mungkin menemukan diri mereka terjebak dalam zona bahaya , terpapar sistem rudal permukaan-ke-udara berkinerja tinggi dan generasi baru pesawat tempur yang jauh lebih canggih,” kata ulasan tersebut menjelaskan kekuarangan dari jet Rafale yang selama ini jadi andalan Prancis. 

    “Situasinya memburuk karena Moskow dan Beijing terus agresif memperluas kemampuan militer mereka,” tambah ulasan tersebut.

    TEMBAKKAN RUDAL UDARA – Jet tempur Rafale Prancis meluncurkan rudal udara-ke-udara BVR, Meteor. Prancis dianggap tertinggal dari segi peralatan tempur dalam konteks munculnya ancaman keamanan regional dari Rusia.

    Hanya Bertahan Tiga Hari Lawan Rusia

    Rusia kini memiliki berbagai sistem persenjataan termasuk rudal hipersonik, pesawat tempur tak berawak canggih, dan sistem perang elektronik , sementara China semakin dekat untuk mengejar kemampuan Barat dengan jet tempur J-20.

    “Dominasi udara Barat , yang telah menjadi pilar keamanan global sejak Perang Dunia II, kini berada dalam kondisi krisis,” tulis laporan DSA.

    Karena sangat tergantungan pada Rafale, Prancis sekarang berada dalam posisi yang semakin terbelakang dalam perlombaan teknologi militer udara.

    Meskipun jet tempur ini masih efektif dalam berbagai misi tempur, jet Rafale tidak memiliki daya tahan dan kemampuan bertahan yang dibutuhkan dalam konflik intensitas tinggi, sehingga menjadikannya kerugian yang signifikan dalam konfrontasi dengan musuh yang setara.

    “Laporan IFRI menyoroti kebenaran yang sulit: kesenjangan teknologi antara Prancis dan para pesaingnya makin melebar, dan sejauh ini belum ada solusi langsung yang mampu menutup kesenjangan tersebut,”.

    Selain kelemahan teknologi, Prancis sekarang menghadapi krisis kritis lainnya — kekurangan rudal dan amunisi berpemandu presisi .

    “Jika terjadi perang berskala besar, Angkatan Udara Prancis hanya akan mampu bertahan selama tiga hari —kenyataan yang mengejutkan bagi negara bertenaga nuklir dengan ambisi militer global,” kata laporan itu.

    Rudal-rudal utama Prancis, termasuk rudal udara-ke-udara jarak jauh METEOR , saat ini berada pada tingkat stok yang mengkhawatirkan.

    Situasi ini diperburuk oleh bantuan militer Prancis ke Ukraina , yang telah secara drastis mengurangi persediaan rudal SCALP dan sistem pencegat udara Aster 30 .

    “Saat sekutu Barat berupaya memperkuat pertahanan Ukraina, Prancis kini menghadapi kekurangan senjata yang serius , tidak mampu mengganti senjata usangnya dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan peperangan modern,” kata laporan tersebut.

    Hal yang semakin memperumit masalah, keputusan Prancis untuk melarang penggunaan amunisi tandan — sejalan dengan perjanjian pelucutan senjata internasional – mengakibatkan angkatan udara Prancis kehilangan salah satu aset paling efektifnya dalam mengalahkan pasukan lawan yang menduduki wilayah yang luas .

    “Meskipun keputusan ini dilihat sebagai langkah moral yang berprinsip, keputusan ini membawa implikasi strategis yang besar, memaksa Paris untuk bergantung pada sistem persenjataan yang lebih mahal dan terbatas , sehingga semakin membebani sumber daya militernya yang semakin menipis,” ulas laporan hasil riset IFRI.

    Riset itu menyatakan kalau Prancis sekarang berada di persimpangan jalan yang krusial, harus berinvestasi besar-besaran dalam memodernisasi angkatan udaranya atau mengambil risiko menjadi tidak relevan di medan perang modern.

    Faktor-faktor seperti tidak adanya pesawat tempur generasi kelima, krisis pasokan senjata berpemandu presisi, dan fakta bahwa dominasi udara Barat semakin terkikis, semuanya merupakan krisis besar yang dapat melemahkan kemampuan Prancis untuk mempertahankan kepentingannya dalam konflik skala besar.

    “Dengan semakin majunya pesaing dalam pengembangan teknologi militer , pertanyaan utamanya bukan lagi apakah Prancis harus bertindak, tetapi apakah masih punya waktu sebelum terlambat?” kata laporan tersebut.

     

    (oln/dsa/*)

     

  • 8 Update Rusia-Ukraina, Penyelamatan Trump-Gencatan Senjata Sepihak

    8 Update Rusia-Ukraina, Penyelamatan Trump-Gencatan Senjata Sepihak

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.160 pada Selasa (29/4/2025). Berikut ini adalah peristiwa penting yang terjadi antara kedua negara tetangga yang masih berperang, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Trump Sebut Mau Menyelamatkan Ukraina

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia yakin ia “menyelamatkan” Ukraina dan memberikan “jasa besar” bagi negara tersebut. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan The Atlantic, yang diterbitkan Selasa.

    “Saya pikir saya menyelamatkan negara itu. Saya pikir negara itu akan segera hancur. Negara itu adalah mesin perang yang besar. Mari kita hadapi,” katanya Trump.

    “Perdana menteri Norwegia – orang yang sangat dihormati – mengatakan bahwa jika Presiden Trump tidak terlibat, perang ini tidak akan pernah berakhir. Saya pikir saya memberikan jasa besar bagi Ukraina. Saya percaya itu,” tambahnya.

    Ketika ditanya apakah ada hal yang dapat dilakukan Vladimir Putin yang akan membuatnya mengatakan bahwa ia berada di “pihak Zelenskyy”, Trump menjawab: “Tidak harus di pihak Zelenskyy, tetapi di pihak Ukraina, ya. Tetapi tidak harus di pihak Zelenskyy. Saya mengalami kesulitan dengan Zelenskyy.”

    Merenungkan pertikaian Ruang Oval yang sekarang terkenal, yang membuat Trump dan Wakil Presiden JD Vance terlibat dalam pertengkaran sengit dengan Zelenskyy di hadapan dunia, Trump berkata: “Yang harus ia [Zelenskyy] lakukan hanyalah diam, Anda tahu? Ia memenangkan argumennya.

    “Tetapi alih-alih mengatakan ‘oke’ ketika saya membuat pernyataan itu, saya berkata, ‘Baiklah, kami sedang berupaya menyelesaikannya. Kami mencoba membantu’. Dia berkata, ‘Tidak, tidak, kami juga butuh keamanan.’”

    Trump melanjutkan dengan mengatakan Zelenskyy diizinkan untuk membela negaranya tetapi mereka perlu menyelesaikan perang terlebih dahulu. “Kita harus melihat apa yang terjadi selama periode berikutnya yang berlangsung sekitar seminggu. Kita sudah sampai pada tahap akhir,” tambahnya.

    Serangan Pesawat Nirawak Tewaskan 2 Orang di Belgorod

    Dua orang tewas di wilayah Belgorod, Rusia, setelah pesawat nirawak atau drone Ukraina menghantam sebuah mobil di jalan raya. Hal ini disampaikan oleh gubernur setempat, Vyacheslav Gladkov.

    Namun insiden ini belum dapat diverifikasi secara independen.

    Wilayah Belgorod telah sering menjadi sasaran serangan pesawat nirawak dan penembakan dari Ukraina selama perang. Bulan ini, Zelensky secara terbuka mengakui untuk pertama kalinya bahwa pasukannya aktif di wilayah Rusia.

    Pengakuan tersebut muncul setelah militer Rusia melaporkan upaya Ukraina untuk menyeberang ke wilayah Belgorod.

    Rusia Luncurkan 166 Pesawat Nirawak ke Ukraina

    Angkatan udara Ukraina mengatakan Rusia meluncurkan 166 pesawat nirawak atau drone ke negara itu selama dua hari berturut-turut.

    Dalam sebuah posting di Telegram, disebutkan wilayah Sumy utara dan wilayah Cherkasy tengah merupakan target utama serangan udara Rusia.

    Dari pesawat nirawak yang diluncurkan, Ukraina mengatakan 40 ditembak jatuh oleh pertahanan udaranya dan 74 lainnya hilang di lokasi, merujuk pada penggunaan peperangan elektronik untuk mengelabui pesawat nirawak.

    Rusia Tunggu Ukraina untuk Perundingan Langsung

    Juru bicara Dmitry Peskov mengatakan Ukraina belum menanggapi banyak tawaran dari Vladimir Putin untuk memulai perundingan perdamaian langsung, dan bahwa memulai proses ini adalah fokus utama Moskow.

    “Presiden Putin yang berulang kali mengatakan bahwa Rusia siap, tanpa prasyarat apa pun, untuk memulai proses perundingan,” katanya. “Kami belum mendengar tanggapan dari rezim Kyiv sejauh ini.”

    Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, Rusia telah mengumumkan rencananya untuk menghentikan pertempuran di Ukraina selama tiga hari bulan depan.

    Putin sebelumnya mengumumkan gencatan senjata selama 30 jam di Ukraina selama akhir pekan Paskah, meskipun Volodymyr Zelenskyy mengatakan pasukan Rusia telah melanggar gencatan senjata hampir 3.000 kali.

    Zelenskyy telah menyampaikan kekhawatirannya terhadap usulan terbaru Rusia dan mengatakan negara itu mencoba untuk “memanipulasi dunia”. Ia malah menyerukan gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama setidaknya 30 hari.

    Pada awal April, Moskow juga menggambarkan usulan perdamaian AS terbaru sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.

    Rusia Umumkan Gencatan Senjata Sepihak

    Presiden Putin kemudian mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari dalam perangnya melawan Ukraina, dari 8 Mei hingga 10 Mei, untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya dalam Perang Dunia II.

    Namun Zelensky mengatakan dunia tidak ingin menunggu hingga 8 Mei untuk gencatan senjata, dan menyerukan “gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama setidaknya 30 hari” untuk menyediakan “dasar bagi diplomasi yang sesungguhnya”.

    Sementara ritu Gedung Putih mengatakan Trump menginginkan gencatan senjata permanen antara Rusia dan Ukraina dan bahwa Putin dan Zelenskyy perlu datang ke meja perundingan untuk mengakhiri perang.

    95% Drone Ukraina Kini Dibuat Dalam Negeri

    Hampir semua drone yang digunakan oleh pasukan Ukraina di garis depan kini dibuat di dalam negeri, kata wakil menteri pertahanan Kyiv.

    “Kami telah membuat terobosan di sektor sistem nirawak. Lebih dari 95% UAV yang saat ini digunakan di garis depan adalah buatan Ukraina,” kata Valerii Churkin.

    Baik Ukraina maupun Rusia semakin bergantung pada perang drone sejak dimulainya invasi 2022, menggunakan UAV (kendaraan udara nirawak) berbasis udara, laut, dan darat untuk misi pengintaian dan pertempuran.

    Kyiv sebelumnya lebih bergantung pada negara-negara seperti China untuk membeli komponen drone seperti chip elektronik, tetapi, dengan perang yang kini memasuki tahun keempat, Ukraina kini lebih siap untuk menjaga produksi di dalam negeri.

    Membangun drone di Ukraina memiliki beberapa manfaat, termasuk dapat mengendalikan semua aspek proses teknologi, yang berarti Kyiv dapat meningkatkan dan mengadaptasi drone untuk kebutuhan militer spesifiknya.

    Update Kesepakatan Mineral Ukraina-AS

    Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pihaknya masih bekerja sama dengan AS untuk mengamankan kesepakatan mineral antara kedua negara.

    Heorhii Tykhyi, juru bicara kementerian, mengatakan kesepakatan itu masih “maju” meskipun kedua negara bertujuan untuk menyelesaikan diskusi pada Sabtu lalu.

    “Ukraina tertarik untuk memiliki kesepakatan ini,” kata Tykhyi selama sesi tanya jawab langsung di X. “Kami pikir tim Ukraina dan AS yang mengerjakan ini sedang dalam kemajuan yang baik.

    “Kami maju. Setiap hari, pekerjaan terus berlanjut. Itulah yang saya dengar dari rekan-rekan kami yang mengerjakan kesepakatan itu. Kami ingin melihatnya dirampungkan secepatnya.”

    Trump sebelumnya telah mendorong kesepakatan yang akan memungkinkan AS untuk berbagi keuntungan dari sumber daya alam dan mineral penting Ukraina, sesuatu yang ia anggap sebagai pembayaran kembali atas bantuan militer yang diberikan oleh Washington kepada Kyiv sejak 2022.

    Kesepakatan itu sebelumnya tampak hampir tercapai tetapi gagal total setelah pertemuan yang membawa bencana antara Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih.

    Kim Jong Un Konfirmasi Kirim Pasukan ke Rusia

    Korea Utara telah mengonfirmasi bahwa mereka mengirim pasukan ke Rusia untuk mendukung operasi guna mengusir serangan Ukraina. Pernyataan tersebut dirilis beberapa hari setelah Moskow mengakui peran pasukan negara pimpinan Kim Jong Un itu dalam pembebasan Wilayah Kursk.

    Dalam sebuah laporan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin minggu lalu, Kepala Staf Umum Valery Gerasimov memuji kontribusi yang diberikan oleh prajurit Korea Utara dalam membantu membebaskan Wilayah Kursk dari pasukan Ukraina.

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un secara pribadi memerintahkan militer negaranya untuk bertempur bersama pasukan Rusia “untuk memusnahkan penjajah neo-Nazi Ukraina dan membebaskan wilayah Kursk,” media pemerintah negara itu melaporkan pada hari Senin.

    “Operasi pembebasan wilayah Kursk untuk mengusir invasi berani ke Federasi Rusia oleh otoritas Ukraina telah berakhir dengan kemenangan,” Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan, mengutip pernyataan resmi oleh Komisi Militer Pusat negara itu.

    Putin pun menyampaikan rasa terima kasih pribadinya kepada Korea Utara dan Kim Jong Un. Ia menyebut juga akan siap membantu negara itu jika dibutuhkan.

    “Kami akan selalu menghormati para pahlawan Korea yang telah mengorbankan nyawa mereka demi Rusia, demi kebebasan kita bersama, atas dasar yang sama dengan saudara-saudara seperjuangan mereka di Rusia,” tambahnya.

    (tfa/tfa)

  • Tak Lagi Malu-malu, Kementerian Pertahanan Rusia Pamer Video Pelatihan Tempur Tentara Korut di Rusia – Halaman all

    Tak Lagi Malu-malu, Kementerian Pertahanan Rusia Pamer Video Pelatihan Tempur Tentara Korut di Rusia – Halaman all

    Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin (28/4/2025) merilis sebuah video yang memperlihatkan tentara Korut menjalani pelatihan tempur di Rusia.

    Tayang: Selasa, 29 April 2025 20:49 WIB

    TASS/TMT

    LATIHAN TEMPUR – Instruktur militer dari Pasukan Rusia memberi pelatihan ke personel tentara Korea Utara dalam video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia, Senin (28/4/2025). Rusia mengakui kalau pasukan Korut membantu mereka berperang melawan Ukraina di Kurks. 

    Tak Lagi Malu-malu, Kementerian Pertahanan Rusia Pamer Video Pelatihan Tempur Tentara Korut di Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia tampaknya tak lagi sungkan untuk menunjukkan bantuan yang diberikan Korea Utara (Korut) dalam perangnya melawan Ukraina.

    Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin (28/4/2025) merilis sebuah video yang memperlihatkan tentara Korut menjalani pelatihan tempur di Rusia.

    Pamer video ini terjadi tak lama setelah Moskow dan Pyongyang mengonfirmasi laporan keterlibatan Korea Utara dalam perang tersebut.

    Video yang dibagikan oleh media pemerintah itu memperlihatkan instruktur Rusia mengajari tentara Korea Utara cara menggunakan senapan serbu Kalashnikov, peluncur granat, dan senapan laras pendek untuk melawan pesawat tanpa awak.

    Rekaman itu juga memperlihatkan latihan granat tangan dan teknik tempur di area terbuka dan parit.

    Pihak militer Rusia tidak mengatakan kapan video itu direkam.

    Rekaman itu dirilis beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin mengucapkan terima kasih kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un karena mengirim pasukan untuk membantu pasukan Rusia dalam merebut kembali wilayah dari pasukan Ukraina di wilayah Kursk barat daya.

    PUTIN KUNJUNGI DPRK – Foto diambil dari publikasi Kantor Presiden Rusia, Selasa (29/4/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) di Pyongyang pada 18 Juni 2024. Pada 28 April 2025, Putin berterimakasih kepada Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) dan Kim Jong Un atas bantuan tentara Korea Utara untuk membantu pasukan Rusia merebut kembali wilayah Kursk yang sebagian diduduki oleh Ukraina. (Kremlin)

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Senin kalau Moskow  “benar-benar” siap untuk mengirim pasukan Rusia ke Korea Utara sebagai imbalan atas bantuan Pyongyang.

    Kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA sebelumnya melaporkan kalau tentaranya bertempur di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus.

    Kim mengatakan pengerahan pasukan itu dilakukan berdasarkan perjanjian pertahanan bersama Rusia dan Korea Utara, menurut KCNA.

     

     

    (oln/TMT/*)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Rusia-Ukraina Saling Kirim Ratusan Drone, Dua Tewas Saat UAV Kiev Hantam Mobil di Belgorod – Halaman all

    Rusia-Ukraina Saling Kirim Ratusan Drone, Dua Tewas Saat UAV Kiev Hantam Mobil di Belgorod – Halaman all

    Rusia-Ukraina Saling Kirim Ratusan Drone, Dua Tewas Saat UAV Kiev Hantam Mobil di Belgorod

    TRIBUNNEWS.COM – Wilayah perbatasan Rusia dilaporkan masih dihujani serangan besar-besaran ratusan drone alias unmanned aerial vehicle (UAV) Pasukan Ukraina.

    Terbaru, dua orang tewas dan tiga lainnya terluka ketika pesawat tak berawak Ukraina menyerang sebuah mobil di wilayah Belgorod, Rusia barat daya, kata pihak berwenang setempat, Selasa (29/4/2025).

    Gubernur wilayah Belgorod, Vyacheslav Gladkov mengatakan kendaraan yang membawa lima orang itu sedang melaju di jalan yang membentang di sepanjang perbatasan dengan wilayah Sumy di timur laut Ukraina ketika diserang.

    Gladkov menyatakan, serangan itu sebagai aksi ‘teror’ yang dilakukan pasukan Ukraina.

    “Akibat serangan lain teror oleh Angkatan Bersenjata Ukraina, dua warga sipil tewas dan tiga lainnya luka-luka,” tulis Gladkov di Telegram dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

    Tiga orang lainnya dirawat di rumah sakit dengan luka di kepala dan pecahan peluru, tetapi dalam kondisi stabil, tambahnya.

    Serangan dini hari itu terjadi setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem pertahanan udaranya menghancurkan atau mencegat 91 pesawat tak berawak Ukraina di delapan wilayah semalam, termasuk Belgorod, serta Krimea dan Laut Hitam yang dianeksasi.

    DIHANTAM SERANGAN DRONE – Satu di antara lokasi serangan drone Ukraina di Belgorod, Rusia Barat, pada Selasa (29/4/2025). Rusia juga melancarkan serangan ratusan drone dengan sasaran wilayah Sumy Ukraina. (tangkap layar/tmt)

    Dua pesawat tak berawak (drone) ditembak jatuh di wilayah Moskow.

    Sebaliknya, Rusia juga melakukan serangan ratusan drone ke wilayah Ukraina.

    Layanan darurat Ukraina mengatakan seorang gadis berusia 12 tahun tewas dalam serangan pesawat tak berawak Rusia di wilayah Dnipropetrovsk tengah, dan seorang gadis berusia lima tahun terluka.

    Angkatan Udara Ukraina melaporkan kalau Rusia meluncurkan 100 pesawat nirawak, termasuk 47 pesawat pengecoh, di atas wilayah Dnipropetrovsk, Kharkiv, Donetsk, dan Kiev pada malam hari. 

    Dikatakan bahwa 37 pesawat nirawak Rusia berhasil ditembak jatuh.

    Sebuah gardu listrik di wilayah Bryansk Rusia tampak terbakar pada Sabtu (30/9/2023). Serangan terhadap gardu tersebut membuat teritorial Rusia di wilayah tersebut padam total. (tangkap layar)

    Bryansk Juga Diserbu Drone Ukraina

    Serangan di Belgorod ini merupakan bagian dari gelombang serangan Ukraina di beberapa kota perbatasan.

    Serangan sebelumnya juga menyasar wilayah Bryansk, Rusia barat, sehari sebelumnya.

    Sorang pria tewas dan seorang wanita terluka dalam serangan pesawat tak berawak Ukraina pada malam hari, kata pihak berwenang setempat, Senin.

    “Seorang warga sipil tewas dan seorang warga [perempuan] lainnya terluka akibat serangan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Ukraina terhadap kota Bryansk,” tulis Gubernur daerah Alexander Bogomaz di Telegram.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem pertahanan udaranya mencegat dan menghancurkan 102 pesawat tak berawak Ukraina di wilayah Bryansk semalam, dengan 13 lainnya jatuh di wilayah barat lainnya dan Krimea yang dianeksasi.

    Bogomaz menyebutnya sebagai serangan yang “sangat dahsyat” terhadap wilayahnya, dan mengatakan serangan pesawat tanpa awak tersebut membakar satu rumah dan tujuh kendaraan serta merusak beberapa properti perumahan dan komersial lainnya, serta fasilitas energi.

    Bryansk berbatasan dengan wilayah Sumy dan Chernihiv di Ukraina timur laut.

    Wilayah ini telah berada dalam status siaga tinggi sejak serangan mendadak Ukraina ke wilayah tetangga Kursk pada awal Agustus, yang menurut militer Rusia berhasil dipukul mundur sepenuhnya pada akhir pekan.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan mengatakan pasukan pertahanan udaranya mencegat dan menghancurkan dua pesawat tak berawak Ukraina di atas wilayah barat laut Leningrad dan dua lainnya di atas wilayah tetangga Novgorod pada Senin pagi.

    Bandara Pulkovo di St. Petersburg menghentikan sementara penerbangan selama peringatan dini udara di wilayah sekitarnya. Pemerintah setempat tidak melaporkan adanya korban jiwa atau kerusakan. 

     

    (oln/tmt/*)

  • Jenderal Rusia Tewas Dibom, Zelensky Puji Intelijen Ukraina

    Jenderal Rusia Tewas Dibom, Zelensky Puji Intelijen Ukraina

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melontarkan pujian terhadap dinas intelijen asing Ukraina atas pembunuhan sejumlah pejabat militer Rusia sejak perang dimulai tahun 2022 lalu. Komentar Zelensky ini disampaikan setelah kematian seorang jenderal senior Rusia akibat ledakan bom mobil di pinggiran Moskow, ibu kota Rusia.

    Namun dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Selasa (29/4/2025), Zelensky tidak secara langsung menyebut soal ledakan bom mobil yang menewaskan sang jenderal Rusia tersebut.

    Kremlin menyalahkan Ukraina atas ledakan bom mobil pada Jumat (25/4) pekan lalu di pinggiran Moskow yang menewaskan Jenderal Yaroslav Moskalik (59), yang menjabat sebagai wakil kepala Direktorat Operasional Utama pada Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia.

    Sejak ledakan itu terjadi, otoritas Kyiv belum memberikan komentar langsung. Namun ledakan itu menjadi serangan terbaru terhadap deretan pejabat militer Rusia dan tokoh pro-perang yang terbunuh sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

    Pernyataan terbaru Zelensky yang disampaikan via aplikasi pesan Telegram pada Senin (28/4) itu, tidak menyebut secara langsung pada kejadian spesifik soal terbunuhnya para pejabat militer Rusia.

    “Kepala intelijen luar negeri Ukraina melaporkan pemusnahan sejumlah orang dari komando tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia. Keadilan pasti ditegakkan,” ucap Zelensky dalam pernyataannya, merujuk pada kepala dinas intelijen asing Ukraina, Oleg Ivashchenko.

    “Pimpinan telah melaporkan langkah-langkah lanjutan untuk melawan jaringan agen Rusia di Ukraina dan para pelaku sabotase. Hasilnya bagus. Terima kasih atas kerja keras Anda,” ujar Zelensky memberikan pujian.

    ‘Lihat juga Video: Detik-detik Ledakan Bom yang Menewaskan Jenderal Rusia di Moskow’

    Dinas intelijen Ukraina, SBU, sebelumnya mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Letnan Jenderal Igor Kirillov, yang merupakan jenderal top Rusia yang dituduh oleh Kyiv sebagai sosok yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia terhadap pasukan Ukraina. Kirillov tewas di Moskow pada Desember lalu.

    Pengadilan Moskow, pada akhir pekan lalu, memerintahkan penahanan terhadap seorang warga negara Ukraina yang dijerat dakwaan terorisme terkait ledakan bom yang menewaskan Moskalik.

    Orbituari Moskalik yang diterbitkan oleh surat kabar resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Krasnaya Zvezda, pada Selasa (29/4), dan ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Andre Belousov, para deputinya dan sejumlah komandan top militer Rusia, menggambarkan Moskalik sebagai “putra loyal” Rusia.

    Disebutkan bahwa sejak dimulainya perang, Moskalik mengawasi pekerjaan kelompok kontrol tempur Staf Umum militer Rusia. Orbituari tersebut tidak memberikan rincian tentang tugas dari jabatan tersebut.

    Menurut orbituari itu, dari tahun 2015 hingga tahun 2021, Moskalik terlibat dalam delegasi internasional Kementerian Pertahanan Rusia yang mengurusi berbagai isu berkaitan dengan wilayah Ukraina bagian tenggara. Disebutkan bahwa dia “bertanggung jawab untuk menyiapkan materi bagi Presiden Rusia mengenai situasi di Ukraina bagian tenggara”.

    ‘Lihat juga Video: Detik-detik Ledakan Bom yang Menewaskan Jenderal Rusia di Moskow’

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa Risikonya Jika Ukraina ‘Memberikan’ Krimea pada Rusia?

    Apa Risikonya Jika Ukraina ‘Memberikan’ Krimea pada Rusia?

    Jakarta

    Amerika Serikat dilaporkan telah mengirimkan sebuah dokumen rahasia kepada sekutu-sekutu Eropanya, berisi proposal gencatan senjata untuk mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina.

    Salah satu tuntutan utamanya adalah mengakui kendali Rusia atas semenanjung Krimea, Ukraina, yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh kantor berita Bloomberg, saluran berita AS CNN, harian AS The Washington Post, dan surat kabar bisnis dan keuangan The Wall Street Journal.

    AS dilaporkan menunggu respon dari Ukraina hingga 23 April. Sebelum tanggal tersebut, pertemuan terkait perundingan perdamaian Ukraina dengan Jerman,Inggris, Perancis,dan AS yang rencananya dilakukan di London, Inggris, ditunda, setelah perwakilan negara-negara tersebut membatalkan keikutsertaan mereka.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dikabarkan turut mengundurkan diri dari pertemuan tersebut. Hingga saat ini, Presiden AS Donald Trump tidak mengkonfirmasi atau menyangkal laporan bahwa salah satu tuntutan utama adalah pengakuan Krimea sebagai wilayah Rusia.

    Zelenskyy menyatakan Kyiv tidak akan menerima aneksasi Krimea

    Masalah Krimea terus muncul di media sejak ‘pencaplokan’ semenanjung tersebut oleh Rusia secara ilegal di tahun 2014. Kyiv awalnya tidak terburu-buru untuk memberikan komentar atas laporan tersebut.

    Reaksi pertama datang dari Refat Chubarov, pemimpin gerakan Tatar Krimea di Ukraina. Chubarov mengatakan kepada lembaga penyiaran luar negeri AS, Radio Free Europe/Radio Liberty, bahwa pemerintahan Trump sedang menguji kepemimpinan Ukraina dengan pesan-pesan penyerahan teritorial, yang mana tanpa penyerahan tersebut perang tidak akan berakhir, dan tidak ada perdamaian yang dapat dicapai.

    Baru setelahnya, kantor presiden Ukraina memberikan respon. Penasihat presiden Serhiy Leshchenko mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa Kyiv- AS tidak membahas pengakuan Krimea sebagai bagian dari Rusia.

    “Tidak ada yang perlu dibicarakan di sini,” jelas Zelenskyy, memperjelas bahwa semenanjung itu adalah wilayah Ukraina. Presiden AS Donald Trump mengatakan di platform Truth Social bahwa pernyataan presiden Ukraina telah merusak negosiasi damai dengan Rusia. Trump mengatakan jika Ukraina menginginkan Krimea, “mengapa tidak memperjuangkannya 11 tahun yang lalu ketika Krimea diduduki Rusia tanpa ada satu tembakan pun yang dilepaskan?”

    Mengakui aneksasi akan ‘mengguncang’ kebijakan luar negeri AS

    Dalam sebuah studi yang menganalisis implikasi proposal yang diajukan AS, lembaga nirlaba Robert Lansing Institute for Global Threats and Democracies Studies (RLI) menguraikan beberapa risiko dan konsekuensi pengakuan aneksasi Krimea dari sudut pandang hukum internasional. Menurut analisisnya, hal itu berarti “mengguncang” kebijakan luar negeri AS dan menghentikan prinsip-prinsip hukum yang telah mempertahankan integritas teritorial selama puluhan tahun.”

    Pertama, mengakui aneksasi Krimea akan menjadi pukulan strategis terhadap norma-norma internasional yang akan merusak prinsip integritas teritorial yang diabadikan dalam hukum internasional dan melemahkan tatanan hukum pasca-Perang Dunia II. Hal ini akan mendorong negara-negara otoriter lainnya, seperti Cina atau Turki, untuk mengejar perubahan teritorial.

    Kedua, hal ini turut “mengasingkan para sekutu.” Ukraina akan melihat pengakuan tersebut sebagai pengkhianatan mitra pentingnya, sekutu NATO dan Uni Eropa. Terutama Eropa Timur kemungkinan besar akan menyerah menghadapi agresi Rusia.

    Ketiga, hal tersebut menyebabkan kejatuhan politik internal dan kedua belah pihak akan mempertanyakan motivasi Trump, terutama hubungan AS dengan Moskow.

    RLI menyimpulkan bahwa secara resmi mengakui aneksasi Krimea akan sangat merusak kredibilitas dukungan AS terhadap demokrasi dan supremasi hukum secara global, terutama di antara negara-negara yang rentan terhadap tekanan otoriter.

    Preseden yang sangat berbahaya

    Ilmuwan politik Ukraina, Volodymyr Fesenko, membagikan pandangannya. Ketua Penta Center for Political Studies di Kyiv tersebut mengatakan kepada DW bahwa Krimea adalah “garis merah” dan kehilangan Krimea benar-benar tidak dapat ditolerir oleh Ukraina. Ia mengatakan bahwa pengakuan hukum atas aneksasi Krimea akan menjadi “preseden yang sangat berbahaya,” tidak hanya bagi Ukraina tapi juga bagi seluruh dunia, mengingat klaim Cina atas Taiwan, misalnya. Fesenko berspekulasi bahwa pembatalan pertemuan para diplomat tinggi di London berarti proposal AS tersebut telah ditolak.

    Andras Racz dari Lembaga Riset Kebijakan Polugri Jerman (DGAP) tidak berekspektasi akan terobosan diplomatik. “Tidak mengherankan jika pihak Ukraina menolak proposal AS,” ujarnya, mengingat Kyiv harus mengakui aneksasi Krimea secara resmi, dan sebagai akibatnya, melepaskan wilayah Ukraina yang saat ini telah diduduki Rusia.

    Pertanyaannya sekarang adalah, langkah apa yang akan diambil oleh Washington? Pada tanggal 23 April, Wakil Presiden AS JD Vance menyatakan bahwa baik Ukraina maupun Rusia harus menyerahkan wilayahnya. Ia mengatakan bahwa AS telah membuat proposal yang sangat eksplisit untuk perdamaian kedua negara dan sudah waktunya bagi Ukraina dan Rusia untuk menyetujuinya atau Amerika Serikat akan meninggalkan proses perdamaian ini.

    Artikel ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Rusia.

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tanggapan Plin-plan Trump soal Niat Putin Berdamai dengan Ukraina, Awal Meragukan, Kini Menjamin – Halaman all

    Gencatan Senjata 3 Hari Putin Dikecam AS-Ukraina, Tuding Usulan Putin Hanya Manipulasi Belaka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan usulan gencatan senjata sementara dalam perang di Ukraina selama tiga hari tepatnya pada 8 hingga 10 Mei.

    “Gencatan senjata selama tiga hari ini akan dimulai pada 8 Mei dan berakhir pada tengah malam 10 Mei,” demikian disampaikan Kremlin melalui saluran Telegram resminya.

    Usulan ini diajukan Putin dalam rangka memperingati 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya dalam Perang Dunia II.

    Meski begitu Putin menegaskan bahwa gencatan senjata “berdasarkan pertimbangan kemanusiaan”.

    Adapun selama gencatan senjata berlangsung, nantinya seluruh aksi militer Rusia akan dihentikan sementara pada tanggal tersebut. 

    “Semua permusuhan akan dihentikan selama periode ini, namun jika terjadi pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Ukraina, angkatan bersenjata Rusia akan memberikan respons yang memadai dan efektif,” tegas pernyataan Kremlin.

    Peringatan ini disebut penting bagi Rusia karena menegaskan nilai perjuangan melawan fasisme dan menjaga ingatan sejarah.

    Oleh karenanya Rusia mendesak pihak Ukraina harus mengikuti contoh ini.

    AS Frustrasi Hadapi Perang Rusia VS Ukraina

    Menanggapi usulan yang dirilis Putin, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump langsung memberi kecaman keras.

    Melalui juru bicara Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa pihaknya sangat frusrtasi terhadap perang yang berlarut-larut.

    AS menilai gencatan senjata ini lebih sebagai langkah simbolis dan propaganda menjelang perayaan Victory Day Rusia (8–10 Mei), bukan niat tulus untuk meredakan konflik.

    Sementara banyak analis Barat melihat ini sebagai cara Putin memperbaiki citra internasional Rusia tanpa menghentikan agresi militer secara nyata.

    “Meskipun Presiden Trump menyambut baik keinginan Vladimir Putin untuk menghentikan konflik, presiden telah sangat jelas menginginkan gencatan senjata permanen dan membawa konflik ini ke resolusi damai,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes.

    Ukraina Tuding Usulan Putin Hanya Manipulasi

    Senada dengan Trump, Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha turut melontarkan kecaman kepada Putin di media sosial X

    Ia bahkan mempertanyakan waktu pengumuman tersebut, menegaskan bahwa jika perdamaian yang diinginkan, permusuhan harus dihentikan segera.

    “Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, mereka harus menghentikan serangan segera,” kata Sybiha dikutip Al Jazeera.

    “Kenapa harus menunggu hingga 8 Mei jika kita bisa berhenti bertempur sekarang atau sejak kapan pun, dan setidaknya selama 30 hari, sehingga ini (gencatan senjata) menjadi hal yang nyata, bukan hanya parade,” katanya.

    Perlu diketahui sebelum Rusia merilis usulan tersebut, Ukraina dan AS telah lebih dulu mengajukan rencana.

    Namun usulan itu ditolak oleh Rusia, Moskow melihat gencatan senjata sementara sebagai risiko strategis yang dapat melemahkan posisi militernya di medan perang.

    Beberapa pejabat Rusia menyatakan bahwa penghentian sementara dapat memberi kesempatan bagi Ukraina untuk melakukan reorganisasi dan memperkuat pertahanan mereka, yang berpotensi merugikan Rusia dalam jangka panjang.

    Sebaliknya, Rusia menginginkan pembicaraan perdamaian yang lebih mendalam dan komprehensif, dengan hasil yang menguntungkan bagi kepentingan nasionalnya.

    (Tribunnews.com / Namira)