kab/kota: Moskow

  • Korut Tahan 3 Orang Terkait Kecelakaan Peluncuran Kapal Perang

    Korut Tahan 3 Orang Terkait Kecelakaan Peluncuran Kapal Perang

    Pyongyang

    Korea Utara menahan tiga orang terkait kecelakaan yang terjadi saat peluncuran kapal perang. Pihak yang ditahan salah satunya kepala teknisi kapal.

    Dilansir AFP, Minggu (25/5/2025), Pyongyang mengatakan bahwa ‘kecelakaan serius terjadi’ pada upacara peluncuran, Rabu (21/5) di kota pelabuhan timur Chongjin untuk kapal perusak angkatan laut seberat 5.000 ton yang baru dibangun. Pada insiden itu, bagian dasar kapal hancur.

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut kecelakaan itu sebagai “tindakan kriminal yang disebabkan oleh kecerobohan mutlak”.

    Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) melaporkan mereka yang ditahan adalah kepala teknisi di galangan kapal Chongjin Kang Jong Chol, kepala bengkel konstruksi lambung kapal Han Kyong Hak dan wakil manajer urusan administrasi, Kim Yong Hak.

    Laporan KCNA mengatakan ketiganya “bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut”.

    Pada hari Jumat, KCNA melaporkan bahwa manajer galangan kapal Hong Kil Ho telah dipanggil oleh penegak hukum.

    Militer Korea Selatan mengatakan bahwa otoritas intelijen AS dan Seoul menilai bahwa “upaya peluncuran samping” kapal oleh Korea Utara gagal, dan kapal tersebut dibiarkan miring di air.

    Berdasarkan ukuran dan skalanya, militer Korea Selatan mengatakan kapal perang yang baru dibangun tersebut diyakini memiliki perlengkapan yang sama dengan kapal kelas perusak seberat 5.000 ton Choe Hyon, yang diluncurkan Korea Utara bulan lalu.

    Pyongyang mengatakan Choe Hyon dilengkapi dengan “senjata paling kuat”, dan akan “mulai beroperasi awal tahun depan”.

    Militer Seoul mengatakan Choe Hyon dapat dikembangkan dengan bantuan Rusia. Dia menduga ini sebagai imbalan atas pengerahan ribuan pasukan Pyongyang untuk membantu Moskow memerangi Ukraina.

    Analis mengatakan kapal perang yang terlibat dalam kecelakaan hari Rabu mungkin juga dibangun dengan bantuan Rusia.

    Tonton juga “Kapal Perang Korut yang Terbalik Kini Ditutupi Terpal” di sini:

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Gempur Ibu Kota Ukraina Saat Pertukaran Tahanan, 15 Orang Luka

    Rusia Gempur Ibu Kota Ukraina Saat Pertukaran Tahanan, 15 Orang Luka

    Kyiv

    Serangan udara besar-besaran Rusia menggunakan drone dan rudal menghantam wilayah Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, pada Sabtu (24/5). Sedikitnya 15 orang mengalami luka-luka akibat gempuran di Kyiv, yang terjadi ketika kedua negara sedang dalam proses pertukaran tahanan besar-besaran.

    Angkatan Udara Ukraina, seperti dilansir AFP, Sabtu (24/5/2025), melaporkan Rusia meluncurkan 14 rudal balistik dan 250 drone secara total dalam serangan pada dini hari. Disebutkan oleh Angkatan Udara Ukraina bahwa Kyiv menjadi “target utama serangan musuh”.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina, Andriy Sybiga, menyebut rentetan serangan udara itu adalah “bukti nyata bahwa tekanan sanksi yang lebih besar terhadap Moskow diperlukan untuk mempercepat proses perdamaian”.

    Para pejabat Kyiv melaporkan puing-puing terjatuh di beberapa bagian ibu kota Ukraina, dengan beberapa memicu kebakaran. Sejumlah wartawan AFP melaporkan suara ledakan terdengar semalam.

    Kepolisian setempat melaporkan sedikitnya 15 orang mengalami luka-luka di area Kyiv dan dua orang lainnya luka-luka di area sekitarnya.

    Ajudan kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, secara terpisah menyebut Rusia “melakukan segala cara yang dapat dilakukan untuk mencegah gencatan senjata dan melanjutkan perang”.

    Sementara itu, militer Rusia melaporkan Ukraina menargetkan wilayahnya dengan 788 drone dan rudal sejak Selasa (20/5) waktu setempat.

    Kedua negara, pada tahap pertama, menerima masing-masing 390 tahanan, dan nantinya diharapkan akan melakukan pertukaran 1.000 tahanan secara total.

    Rusia telah mengisyaratkan akan mengirimkan persyaratan penyelesaian perdamaian kepada Ukraina setelah pertukaran tahanan, yang akan dilanjutkan selama akhir pekan ini — tanpa menyebutkan persyaratan apa saja yang akan diberikan.

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang gencar mengupayakan perdamaian Rusia-Ukraina, menyampaikan selamat untuk kedua negara atas pertukaran tahanan yang terjadi.

    “Ini bisa mengarah ke sesuatu yang besar???” tulis Trump via media sosial Truth Social.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin tawarkan Ukraina lanjut perundingan perdamaian tanpa prasyarat

    Putin tawarkan Ukraina lanjut perundingan perdamaian tanpa prasyarat

    ANTARA – Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam konferensi pers yang digelar di Moskow, Minggu (11/05), menawarkan Ukraina untuk melanjutkan perundingan perdamaian tanpa prasyarat pada 15 Mei mendatang di Istanbul, Turki. (XINHUA/Feny Aprianti/Andi Bagasela/Suwanti)

  • Rusia Perluas Pabrik Senjata di Siberia untuk Produksi Bom Kuat: Jauh dari Jangkauan Serang Ukraina – Halaman all

    Rusia Perluas Pabrik Senjata di Siberia untuk Produksi Bom Kuat: Jauh dari Jangkauan Serang Ukraina – Halaman all

    Rusia Perluas Pabrik Senjata di Siberia untuk Produksi Bom Dahsyat: Jauh dari Jangkauan Serang Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah pabrik bahan peledak Rusia di Siberia dilaporkan sedang menjalani perluasan skala besar untuk memproduksi bahan peledak berkekuatan tinggi RDX, Reuters melaporkan, Kamis (8/5/2025).

    Mengutip catatan pengadaan dan sumber yang dekat dengan proyek tersebut, pabrik tersebut adalah Pabrik Biysk Oleum (BOZ).

    BOZ dilaporkan tengah membangun jalur produksi baru senilai 15,5 miliar rubel (189 juta dolar AS), dengan penyelesaian awalnya dijadwalkan pada akhir tahun 2025.

    Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa jadwal tersebut “tidak realistis” dan telah ditunda.

    Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia Denis Manturov, yang mengunjungi lokasi tersebut pada bulan Agustus 2023 saat menjabat sebagai menteri industri dan perdagangan, menyebutkan angka serupa sebesar 15 miliar rubel untuk “reorganisasi menyeluruh” pabrik tersebut.

    Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu juga dilaporkan membahas penundaan konstruksi dalam sebuah pertemuan dengan direktur pabrik awal tahun ini.

    SULIT DIJANGKAU MUSUH – Pabrik Oleum Biysk (BOZ) milik Rusia di wilayah Siberia. Terletak sekitar 3.000 kilometer (1.860 mil) di timur Moskow, BOZ jauh dari jangkauan serangan pesawat tak berawak Ukraina yang semakin menargetkan sektor industri militer Rusia sejak dimulainya invasi skala penuh.

    Jauh dari Jangkauan Ukraina

    Terletak sekitar 3.000 kilometer (1.860 mil) di timur Moskow, BOZ jauh dari jangkauan serangan pesawat tak berawak Ukraina yang semakin menargetkan sektor industri militer Rusia sejak dimulainya invasi skala penuh.

    Fasilitas tersebut dimiliki oleh pabrik Ya.M. Sverdlov, yang berada di bawah sanksi Uni Eropa sebagai “satu-satunya produsen Rusia” bahan peledak berkekuatan tinggi RDX dan HMX.

    RDX merupakan komponen utama dalam peluru artileri, mortir, rudal, dan bom udara.

    Para ahli mengatakan bahwa RDX disukai karena stabilitas dan efektivitasnya, serta tidak mudah meledak secara tidak sengaja. 

    RDX merupakan zat kristal putih keras yang banyak digunakan dalam Perang Dunia II. RDX juga digunakan dalam tutup peledak untuk aplikasi sipil.

    Reuters memperkirakan fasilitas baru itu dapat memproduksi 6.000 metrik ton RDX setiap tahunnya — cukup untuk mengisi sekitar 1,28 juta peluru artileri 152 mm.

    Intelijen militer Ukraina memperkirakan kalau Rusia memproduksi sekitar 2 juta peluru artileri 122 mm dan 152 mm tahun lalu, sementara mengimpor tambahan 2,7 juta dari Korea Utara.

    Para ahli bahan peledak mengatakan kepada Reuters bahwa produksi di BOZ dapat dimulai dalam waktu enam hingga 10 minggu setelah menyelesaikan pekerjaan konstruksi.

     

    (oln/tmt/*)

  • Gencatan Senjata Rusia Dimulai, Ukraina Tegaskan Tidak Sepakat

    Gencatan Senjata Rusia Dimulai, Ukraina Tegaskan Tidak Sepakat

    Jakarta

    Pada hari Kamis pagi (08/05), gencatan senjata sementara selama 72 jam yang diumumkan oleh Rusia mulai berlaku, bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan Perang Dunia II yang digelar di Moskow. Gencatan senjata yang dimulai pada tengah malam waktu Moskow ini memberikan ketenangan sementara di langit Ukraina, yang sebelumnya terus diguncang serangan udara Rusia.

    Gencatan senjata ini dijadwalkan akan berlangsung hingga Sabtu tengah malam. Meski demikian, belum dapat dipastikan gencatan senjata ini juga berlaku untuk pertempuran di garis depan antara pasukan Rusia dan Ukraina.

    Angkatan Udara Ukraina melaporkan, setelah gencatan senjata sepihak yang diumumkan Kremlin dimulai, pesawat tempur Rusia melakukan dua kali serangan bom ke wilayah Sumy, yang terletak di Ukraina bagian utara. Namun, tidak ada informasi resmi tentang kerusakan yang terjadi dan belum dapat dipastikan kebenaran serangan tersebut secara independen.

    Ukraina belum sepakati gencatan senjata

    Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelenskyy menyatakan, Ukraina belum berkomitmen untuk sepakat dengan gencatan senjata yang diajukan oleh Rusia. Ia menyebutnya sebagai strategi Putin untuk menciptakan ilusi perdamaian.

    Dalam pidato video yang dirilis pada Rabu (07/05), Zelenskyy menegaskan kembali dukungannya terhadap proposal gencatan senjata selama 30 hari yang didorong oleh Amerika Serikat. Menurutnya gencatan senjata itu dapat memberi peluang bagi diplomasi.

    Presiden AS Donald Trump mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari pada bulan Maret dan Ukraina setuju. Rusia menyebutkan, langkah tersebut hanya bisa diterapkan setelah ada mekanisme untuk menegakkan dan memastikan pelaksanaannya.

    Pekan ini, Ukraina melancarkan serangan drone berturut-turut ke Moskow, yang memaksa penutupan bandara-bandara di ibu kota Rusia dan pengalihan penerbangan. Seperti dilaporkan Reuters, Zelenskyy tampaknya mengakui serangan-serangan drone untuk menargetkan sejumlah sasaran di Rusia, termasuk ibu kota Moskow. “Sangat adil bahwa langit Rusia, langit dari negara agresor, juga tidak tenang hari ini,” kata Zelenskyy pada hari Rabu (07/05).

    Drone Ukraina serang Moskow sebelum kedatangan Presiden Cina

    Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin melaporkan, setidaknya 14 drone Ukraina berhasil dihancurkan oleh pertahanan udara Rusia. Bandara-bandara utama Moskow terus meningkatkan keamanan, terutama di tengah persiapan parade militer besar untuk memperingati 80 tahun kekalahan Nazi Jerman pada 9 Mei yang akan dihadiri sejumlah pemimpin negara.

    Salah satu bandara utama di Moskow terpaksa menghentikan operasionalnya sementara kurang dari tiga jam sebelum kedatangan presiden Cina Xi Jinping ke Moskow. Kunjungan Xi menjadi sorotan utama mengingat hubungan strategis yang semakin erat antara Cina dan Rusia, terutama dalam sektor energi dan diplomasi.

    Xi Jinping mendarat di Moskow Rabu (7/5) dan kan melakukan kunjungan di Rusia selama 4 hari.

    Dalam pertemuan antara Xi dan Putin agenda pembahasan utama adalah pembangunan jalur gas kedua ke Cina dan isu global, seperti perang di Ukraina dan perundingan antara AS dan Rusia.

    Kedua pemimpin negara itu diperkirakan akan menyepakati front bersama melawan dominasi global AS, dan mendorong tatanan dunia yang multipolar.

    Sejumlah kesepakatan antara Rusia dan Cina juga akan ditandatangani selama kunjungan Xi tersebut.

    Juru bicara kementerian luar negeri Cina konferensi pers sebelumnya, menyatakan “prioritas utama” kunjungan Xi k Rusia adalah menghindari eskalasi ketegangan.

    Sementara itu, Kremlin menyatakan, serangan Ukraina ke ibu kota Moskow menunjukkan kecenderungan Kyiv untuk melakukan “aksi terorisme”, dan layanan intelijen serta militer Rusia sedang melakukan segala langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan acara peringatan berakhirnya Perang Dunia Kedua di Moskow itu.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Tezar Aditya

    Editor: Agus Setiawan

    Lihat Video ‘Trump Bicara soal Potensi Gencatan Senjata di Gaza’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin dan Modi Bahas Penguatan Kerja Sama Anti Teror dan Kesiapan KTT Tahunan – Halaman all

    Putin dan Modi Bahas Penguatan Kerja Sama Anti Teror dan Kesiapan KTT Tahunan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin telah menelepon Perdana Menteri (PM) Narendra Modi pada Senin (5/5/2025), dan ia mengutuk keras serangan teror di Pahalgam, Kashmir bagian India, yang telah menewaskan 26 orang.

    Selama percakapan tersebut, PM Modi mengucapkan terima kasih atas sikap Putin dan mengundangnya untuk mengunjungi India dalam rangka konferensi tingkat tinggi (KTT) tahunan ke-23 India-Rusia yang diselenggarakan akhir tahun ini.

    Modi juga menyampaikan ucapan selamatnya kepada Rusia atas peringatan 80 tahun Hari Kemenangan.

     

    Peringatan itu dirayakan di Moskow pada 9 Mei 2025.

    Presiden Putin merupakan salah satu pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan teror mematikan di Pahalgam pada 22 April 2025. Serangan itu menewaskan 26 orang dan melukai puluhan orang. Kepada Modi, Putin berupaya untuk memperdalam kerja sama antiteror antara Rusia dan India.

    “Presiden Putin menelepon PM Modi dan mengutuk keras serangan teror di Pahalgam, India. Ia menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas hilangnya nyawa tak berdosa dan menyatakan dukungan penuh kepada India dalam perang melawan terorisme.”

    Ia menekankan bahwa para pelaku serangan keji dan para pendukungnya harus diadili,” kata Juru Bicara Resmi Randhir Jaiswal dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari media The Hindu, Kamis (8/5/2025).

    Sebuah pernyataan dari pihak Rusia mengumumkan bahwa Presiden Putin menggambarkan serangan teror itu sebagai aksi ‘biadab’ dengan kedua belah pihak menyerukan ‘perang tanpa kompromi melawan terorisme dalam semua manifestasinya’.

    “Selama percakapan itu, sifat strategis hubungan Rusia-India sebagai kemitraan istimewa yang istimewa ditekankan. Hubungan ini tidak tunduk pada pengaruh eksternal dan terus berkembang secara dinamis di semua bidang,” demikian pernyataan dari Kremlin tentang percakapan Putin-Modi.

    Presiden Putin merupakan salah satu pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan teror mematikan pada 22 April dan Rusia telah mengomunikasikan bahwa kedua pihak harus mengintensifkan kerja sama dalam penanggulangan teror untuk mencegah serangan semacam itu di masa mendatang.

    “Saya ingin menegaskan kembali komitmen kami untuk lebih meningkatkan kerja sama dengan mitra India dalam memerangi terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya,” kata Presiden Putin dalam sebuah pesan kepada PM Modi pada 22 April. 

    “Kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk lebih memperdalam Kemitraan Strategis Khusus dan Istimewa. PM menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Putin atas perayaan ulang tahun ke-80 Hari Kemenangan dan mengundangnya untuk menghadiri KTT Tahunan yang akan diadakan di India akhir tahun ini,” kata Tn. Jaiswal dalam pernyataannya tentang diskusi telepon pada hari Senin.

    Rusia telah mengundang Perdana Menteri Modi untuk berpartisipasi dalam parade Hari Kemenangan, tetapi India kemudian menunjuk Menteri Pertahanan Rajnath Singh untuk mewakili India di parade yang akan dihadiri oleh beberapa kepala negara dan pemerintahan, termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping. Namun, pernyataan dari pihak Rusia menginformasikan bahwa upacara pada tanggal 9 Mei di Moskow akan dihadiri oleh “perwakilan India.”

    Modi yang telah membatasi kunjungan ke Arab Saudi setelah serangan teror di Pahalgam akan melakukan lawatan ke tiga negara yang meliputi Kroasia, Belanda, dan Norwegia selama tanggal 13 hingga 17 Mei. 

    Pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri S. Jaishankar dan mendesak “penyelesaian perselisihan antara New Delhi dan Islamabad melalui cara politik dan diplomatik secara bilateral sesuai dengan ketentuan Perjanjian Simla tahun 1972 dan Deklarasi Lahore tahun 1999.”

    Sementara Pada 27 Maret 2025, Tn. Lavrov telah mengumumkan Presiden Putin akan mengunjungi India tahun ini. Kunjungan terkait partisipasi dalam pertemuan puncak tahunan India-Rusia.

    Tn. Lavrov telah menyatakan kepuasannya atas “posisi seimbang India terkait krisis Ukraina”. Presiden Putin sebelumnya telah mengunjungi India pada 6 Desember 2021 saat ia melakukan kunjungan selama sehari ke New Delhi. ‘Operasi militer khusus’ Rusia terhadap Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022.

    ​Perdana Menteri Modi telah mengunjungi Moskow selama 8-9 Juli 2024 saat kedua belah pihak mengadakan Pertemuan Puncak Tahunan India-Rusia ke-22. Tn. Modi kemudian juga mengunjungi Kazan, Rusia untuk berpartisipasi dalam pertemuan BRICS ke-16 pada 22-23 Oktober 2024.

    SUMBER

  • Perintah Putin untuk Gencatan Senjata 3 Hari Rusia-Ukraina Dimulai

    Perintah Putin untuk Gencatan Senjata 3 Hari Rusia-Ukraina Dimulai

    Jakarta

    Perintah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk gencatan senjata selama tiga hari dengan Ukraina mulai berlaku pada hari Kamis (8/5). Ini merupakan langkah yang menurut Rusia akan menguji kesiapan Ukraina untuk perdamaian, tetapi Ukraina telah mengecamnya sebagai sandiwara.

    Tidak jelas apakah kedua belah pihak mematuhi gencatan senjata tersebut. Dilansir kantor berita AFP, Kamis (8/5/2025), situasi relatif tenang semalam, meskipun militer Ukraina mengatakan pada Kamis pagi waktu setempat, bahwa pasukan Rusia telah melancarkan serangan udara di wilayah Sumy, Ukraina timur. Kyiv tidak melaporkan adanya kerusakan atau korban.

    Putin telah secara sepihak memerintahkan gencatan senjata sementara bertepatan dengan parade Hari Kemenangan Moskow pada hari Jumat (9/5) besok.

    Ukraina tidak pernah menyetujui usulan tersebut, telah menolaknya sebagai sandiwara, dan sebaliknya menyerukan gencatan senjata selama 30 hari.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berupaya mengakhiri serangan militer tiga tahun Moskow terhadap Ukraina sejak pelantikannya pada bulan Januari lalu. Namun, sejauh ini dia gagal meredakan permusuhan antara kedua musuh tersebut.

    Beberapa jam sebelum perintah gencatan senjata Putin dijadwalkan mulai berlaku, Moskow dan Kyiv melancarkan serangan udara, yang memicu penutupan bandara-bandara di Rusia dan menewaskan sedikitnya dua orang di Ukraina.

    Bandara Nizhny Novgorod di Rusia ditutup selama sekitar satu setengah jam pada Kamis pagi waktu setempat “untuk memastikan keselamatan penerbangan pesawat sipil”, menurut juru bicara Badan Transportasi Udara Federal.

    Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menyerukan untuk gencatan senjata selama 30 hari.

    “Kami tidak menarik usulan ini, yang dapat memberi kesempatan pada diplomasi. Tetapi dunia tidak melihat tanggapan apa pun dari Rusia,” katanya dalam pidato malamnya pada hari Rabu (7/5).

    Putin telah mengumumkan gencatan senjata bulan lalu, menyebutnya sebagai isyarat “kemanusiaan”. Ini disampaikan setelah tekanan dari Amerika Serikat untuk menghentikan serangan Rusia ke Ukraina.

    Putin menolak usulan bersama AS-Ukraina untuk gencatan senjata tanpa syarat pada bulan Maret lalu.

    Adapun Ukraina mengatakan tidak yakin Rusia akan mematuhi gencatan senjata. Ukraina menuduh Moskow melakukan ratusan pelanggaran selama gencatan senjata 30 jam sebelumnya, yang diperintahkan Putin untuk Hari Paskah lalu.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ada Perubahan Pola Aliran Senjata, India Pakai Senjata AS & Barat, Pakistan Pakai Senjata dari China – Halaman all

    Ada Perubahan Pola Aliran Senjata, India Pakai Senjata AS & Barat, Pakistan Pakai Senjata dari China – Halaman all

    Perbandingan India vs Pakistan Sama dengan Perbandingan AS vs China dalam Hal Penjualan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM- Meningkatnya dukungan militer Barat terhadap India, dan dukungan Cina terhadap Pakistan, menandakan adanya pergeseran dalam keberpihakan global — dan titik api potensial lainnya bagi ketegangan internasional.

    Terakhir kali India dan Pakistan berhadapan dalam konfrontasi militer, pada tahun 2019, pejabat AS mendeteksi cukup banyak pergerakan dalam persenjataan nuklir kedua negara sehingga mereka merasa khawatir. 

    Menteri Luar Negeri Mike Pompeo terbangun di tengah malam. Ia menelepon “untuk meyakinkan masing-masing pihak bahwa pihak lain tidak sedang mempersiapkan perang nuklir,” tulisnya dalam memoarnya.

    Bentrokan itu dengan cepat mereda setelah pertikaian awal. 

    Namun enam tahun kemudian, kedua negara Asia Selatan yang bermusuhan itu kembali terlibat dalam konflik militer setelah serangan mematikan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikuasai India. 

     

     

     

     

     

     

    Dan kali ini ada unsur ketidakpastian baru karena aliansi militer terpenting di kawasan itu telah dibentuk ulang.

    Perubahan pola dalam aliran senjata menggambarkan penyelarasan baru di sudut Asia yang sangat tidak stabil ini, di mana tiga kekuatan nuklir — India, Pakistan, dan Cina — berdiri dalam jarak yang tidak nyaman.

    India, negara yang secara tradisional tidak memihak dan telah menyingkirkan sejarah keraguannya terhadap Amerika Serikat, telah membeli peralatan senilai miliaran dolar dari Amerika Serikat dan pemasok Barat lainnya. 
    Pada saat yang sama, India telah secara drastis mengurangi pembelian senjata berbiaya rendah dari Rusia, sekutunya di era Perang Dingin.

    Pakistan, yang relevansinya dengan Amerika Serikat telah memudar sejak berakhirnya perang di Afghanistan, tidak lagi membeli peralatan Amerika yang dulu didorong oleh Amerika Serikat untuk dibeli. 

    Pakistan kemudian beralih ke China untuk sebagian besar pembelian militernya.

    Hubungan-hubungan ini telah menyuntikkan politik negara adidaya ke dalam konflik terpanjang dan paling sulit diatasi di Asia Selatan.

    Amerika Serikat telah menjadikan India sebagai mitra dalam melawan China, sementara Beijing telah memperdalam investasinya dalam advokasi dan perlindungannya terhadap Pakistan seiring dengan semakin dekatnya India dengan Amerika Serikat.

    Pada saat yang sama, hubungan antara India dan Cina telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena klaim teritorial yang saling bersaing, dengan bentrokan yang terjadi antara kedua militer pada waktu-waktu tertentu. 

    Dan hubungan antara dua kekuatan terbesar dunia, Amerika Serikat dan Cina, telah mencapai titik terendah karena Presiden Trump telah melancarkan perang dagang terhadap Beijing.

    Campuran yang mudah meledak ini menunjukkan betapa rumit dan berantakannya aliansi seiring dengan retaknya tatanan global pasca-Perang Dunia II. 

    Ketidakstabilan ini diperparah oleh sejarah Asia Selatan yang sering terjadi konfrontasi militer, dengan angkatan bersenjata di kedua belah pihak yang rentan melakukan kesalahan, sehingga meningkatkan risiko eskalasi yang bisa menjadi tidak terkendali.

    “AS sekarang menjadi pusat kepentingan keamanan India, sementara China semakin memainkan peran yang sebanding di Pakistan,” kata Ashley Tellis, mantan diplomat yang merupakan peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace.

    Ketika India mengambil tindakan militer terhadap Pakistan, Amerika Serikat telah berada di pihaknya dengan lebih kuat daripada sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.

    Perdana Menteri India Narendra Modi berbicara dengan Tn. Trump dan Wakil Presiden JD Vance pada hari-hari awal setelah serangan teroris pada tanggal 22 April di Kashmir. 

    Dukungan kuat yang disuarakan oleh pejabat pemerintahan Trump dipandang oleh banyak pejabat di New Delhi sebagai lampu hijau bagi rencana India untuk membalas Pakistan, meskipun pejabat AS mendesak agar menahan diri.

    Indikasi perubahan dinamika tersebut adalah ketidakhadiran Presiden Vladimir V. Putin dari Rusia saat Tn. Modi menerima telepon dari lebih dari selusin pemimpin dunia beberapa hari setelah serangan. 

    Menteri luar negeri Rusia berbicara dengan mitranya dari India seminggu setelah serangan, dan Tn. Modi dan Tn. Putin akhirnya berbicara minggu ini, kata para pejabat.

    Sementara itu, Tiongkok telah memimpin dukungan publik bagi Pakistan, dengan menggambarkannya sebagai “sahabat karib dan mitra kerja sama strategis dalam kondisi apa pun.”

    Tren ini semakin dapat tercermin dalam konflik militer.

    “Jika Anda memikirkan seperti apa konflik masa depan antara India dan Pakistan, konflik itu akan semakin terlihat seperti India yang berperang dengan platform AS dan Eropa dan Pakistan yang berperang dengan platform China,” kata Lyndsey Ford, mantan pejabat senior pertahanan AS yang saat ini menjadi peneliti senior di Observer Research Foundation America. “Mitra keamanan dekat kedua negara telah berkembang secara signifikan dalam dekade terakhir.”

    Hingga beberapa tahun terakhir, perhitungan Perang Dingin telah membentuk aliansi di Asia Selatan.

    India, meskipun memainkan peran utama dalam gerakan nonblok, semakin dekat dengan Uni Soviet. Senjata dan amunisi dari Moskow mencakup hampir dua pertiga peralatan militer India.

    Di sisi lain, Pakistan bersekutu erat dengan Amerika Serikat, menjadi mitra garis depan dalam membantu mengalahkan Soviet di Afghanistan. 

    Pada tahun 1980-an, militer Pakistan memanfaatkan hubungan itu untuk memperkuat persenjataannya, termasuk memperoleh puluhan pesawat tempur F-16 yang didambakan, yang membantu mengikis dominasi udara yang dinikmati India.

    Setelah Perang Dingin, kedua negara menghadapi sanksi Amerika karena menguji senjata nuklir pada tahun 1990-an. Selama lebih dari satu dekade, Pakistan ditolak pengiriman puluhan F-16 yang telah dibayarnya.

    Namun, nasib negara itu berubah lagi setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Pentagon, karena sekali lagi menjadi mitra garis depan Amerika Serikat, kali ini dalam perang melawan terorisme.

    Bahkan ketika Pakistan dituduh melakukan permainan ganda, melindungi para pemimpin Taliban di wilayahnya sambil membantu kehadiran militer Amerika di Afghanistan, militer AS menggelontorkan puluhan miliar dolar dalam bentuk bantuan militer. Amerika Serikat menjadi pemasok senjata utama Pakistan, sementara China tetap berada di posisi kedua.

    Ketika pentingnya Pakistan bagi Amerika Serikat telah menurun, Pakistan kemudian beralih ke China, yang telah lama menawarkan pelukan terbuka.

    Beijing, yang hanya menjadi sumber 38 persen senjata Pakistan pada pertengahan tahun 2000-an, telah menyediakan sekitar 80 persen selama empat tahun terakhir, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, yang mempelajari secara dekat aliran senjata global.

    Pada saat yang sama, India telah memangkas ketergantungannya pada senjata Rusia hingga lebih dari setengahnya. 

    Antara tahun 2006 dan 2010, sekitar 80 persen senjata utama India berasal dari Rusia. 

    Selama empat tahun terakhir, angka tersebut telah turun menjadi sekitar 38 persen, dengan lebih dari setengah impor India berasal dari Amerika Serikat dan sekutu seperti Prancis dan Israel.

    Satu-satunya pengecualian untuk hubungan Pakistan dengan Amerika Serikat adalah program F-16. Pakistan telah memperluas persenjataan F-16-nya selama dua dekade terakhir, dan pemerintahan Biden mendorong kontrak senilai hampir $400 juta untuk layanan dan pemeliharaan jet tempur tersebut.

    Pada tahun 2019, Pakistan menggunakan F-16 untuk menjatuhkan jet India buatan Rusia. 

    New Delhi memprotes bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran perjanjian penjualan AS dengan Pakistan, dengan alasan bahwa perjanjian tersebut hanya mengizinkan misi kontraterorisme.

    Beberapa pejabat Amerika tampaknya mencoba menenangkan India dengan mengatakan bahwa mereka telah menegur Pakistan. 

    Namun, kabel diplomatik AS telah lama menjelaskan bahwa mereka mengetahui niat Pakistan dalam membangun angkatan udaranya: untuk penggunaan potensial dalam konflik dengan India.

    Bentrokan tahun 2019 — di mana salah satu helikopter milik India juga ditembak jatuh, menewaskan setengah lusin personel — mengungkap masalah militernya . 

    Pada tahun-tahun berikutnya, India telah menggelontorkan miliaran dolar untuk memodernisasi pasukannya. Saat India kini berhadapan dengan Pakistan, ancaman yang lebih besar, Tiongkok, tidak hanya mengawasi tetapi juga membantu musuhnya.

    Bagi banyak pejabat Amerika yang mengamati perkembangan tahun 2019 dengan saksama, kesalahan manusia memperjelas bagaimana situasi dapat meningkat di luar kendali.

    Para pejabat AS khawatir bahwa dengan hiper-nasionalisme di India dan Pakistan, di mana dua militer yang dipersenjatai dengan baik beroperasi di koridor udara yang sempit dan di tengah kecurigaan bersama, bahkan kesalahan terkecil atau pelampauan perintah dapat menyebabkan eskalasi bencana.

    “Krisis yang melibatkan serangan udara lintas batas dan pertempuran udara, seperti yang kita lihat pada tahun 2019, membawa risiko eskalasi yang signifikan,” kata Ibu Ford, mantan pejabat pertahanan AS. “Dan itu semakin bermasalah jika melibatkan dua negara tetangga yang bersenjata nuklir.”

     

     

    SUMBER: THE NEW YORK TIMES

  • Korea Utara Tembakkan Rudal Jarak Pendek ke Arah Laut

    Korea Utara Tembakkan Rudal Jarak Pendek ke Arah Laut

    Jakarta

    Korea Utara menembakkan beberapa rudal jarak pendek di lepas pantai timur. Militer Korea Selatan terus memantau peluncuran rudal jarak pendek tersebut.

    Dilansir Reuters Kamis (8/5/2025), proyektil tersebut diluncurkan dari Wonsan, kota pesisir timur Korea Utara, sekitar pukul 8:10 pagi (2310 GMT Rabu).

    Berdasarkan pernyataan Militer Korea Selatan, pihaknya terus berkomunikasi dengan AS dan Jepang untuk berbagi informasi tentang peluncuran tersebut.

    Program rudal balistik Korea Utara yang bersenjata nuklir dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi dalam beberapa tahun terakhir Pyongyang telah maju dalam mengembangkan rudal dari semua jangkauan.

    Pada bulan Maret, Korea Utara menembakkan beberapa rudal balistik, sambil menyalahkan militer Korea Selatan dan AS karena melakukan latihan yang disebutnya berbahaya dan provokatif.

    Korea Utara juga telah mengekspor rudal balistik jarak pendek –di antara senjata lainnya– ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina. Hal itu berdasarkan pernyataan badan intelijen AS dan sekutu serta peneliti independen.

    Pyongyang dan Moskow telah membantah perdagangan senjata tersebut, meskipun pasukan Korea Utara telah dikerahkan untuk bertempur di garis depan di wilayah Kursk Rusia.

    Lihat juga Video: Kim Jong Un Luncurkan ‘Kapal Perusak Serbaguna’ Seberat 5.000 Ton

    (yld/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Xi Jinping Tetap ke Moskow Meski Rusia-Ukraina Terus Saling Serang

    Xi Jinping Tetap ke Moskow Meski Rusia-Ukraina Terus Saling Serang

    JAKARTA – Presiden China Xi Jinping tetap bertolak ke Moskow untuk menghadiri parade peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II sekaligus kemenangan Uni Soviet atas Nazi, meski Rusia dan Ukraina masih saling serang.

    Dalam laman Kementerian Luar Negeri China disebutkan pada Rabu, 7 Mei sore, Presiden Xi Jinping telah meninggalkan Beijing dengan pesawat khusus menuju Moskow.

    Lawatan Xi jinping ke Rusia itu adalah untuk melakukan kunjungan kenegaraan dan menghadiri peringatan 80 tahun Kemenangan Perang Patriotik Raya. Ia didampingi oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Kepala Staf Komite Sentral Partai Komunis China Cai Qi.

    Keberangkatannya ke Moskow hanya berselang sehari dari serangan Ukraina ke Moskow menggunakan pesawat nirawak pada Selasa (6/5) sehingga mengakibatkan empat bandara utama Moskow ditutup selama beberapa jam.

    Wali kota Moskow melaporkan 19 pesawat nirawak Ukraina telah dicegat dari berbagai arah, wilayah lain seperti Penza dan Voronezh juga menjadi sasaran. Tidak ada korban jiwa dilaporkan dari serangan itu.

    “Posisi China terhadap masalah krisis Ukraina konsisten dan jelas. Kami selama ini berkomitmen untuk mendorong perundingan demi perdamaian dan mengakhiri konflik,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu.

    Sebagian besar negara di komunitas internasional, ucap Lin Jian, juga memainkan peran konstruktif dengan cara mereka sendiri untuk penyelesaian politik krisis Ukraina.

    “Prioritas yang mendesak adalah menghindari eskalasi ketegangan, dan pihak-pihak terkait perlu membangun konsensus dan menciptakan kondisi untuk ini,” tambah Lin Jian.

    Parade besar tersebut rencananya akan berlangsung pada 9 Mei 2025 untuk menandai kemenangan Uni Soviet dan sekutunya atas Nazi Jerman. Tahun ini adalah peringatan 80 tahun berakhirnya PD II dan akan dihadiri oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden China Xi Jinping.

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Vietnam To Lam dan pemimpin Belarusia Aleksandr Lukashenko termasuk di antara 20 kepala negara yang diharapkan hadir.

    Selain itu, pasukan dari 13 negara akan ambil bagian dalam parade tersebut termasuk dari Azerbaijan, Vietnam, China dan Mesir.

    “Rakyat China dan rakyat dari semua kelompok etnis di negara bekas Uni Soviet telah memberikan pengorbanan yang sangat besar dan kontribusi bersejarah yang tak terlupakan untuk mengamankan kemenangan,” papar Lin Jian.

    Kehadiran China menunjukkan kami menghormati dan mengingat sejarah serta bertekad kuat untuk mempertahankan hasil kemenangan Perang Dunia II,” lanjutnya.

    Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyerukan gencatan senjata selama tiga hari mulai 8 Mei, tapi tidak ditanggapi Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak rencana gencatan senjata Rusia sebagai “sandiwara”, tapi ia mendorong gencatan senjata setidaknya selama 30 hari yang akan menghentikan serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap sasaran sipil.

    Ia juga dilaporkan mengatakan Ukraina tidak dapat menjamin keselamatan siapa pun yang bepergian ke Moskow pada pekan ini.

    Kementerian luar negeri Ukraina bahkan menyerukan agar “Semua negara asing dapat menahan diri untuk berpartisipasi sebagai personel militer dalam parade di Moskow”.

    Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (6/5), dikatakan bahwa keikutsertaan dalam acara tersebut akan “dianggap oleh Ukraina sebagai penghinaan terhadap kenangan kemenangan atas Nazisme dan jutaan tentara garis depan Ukraina yang membebaskan negara kita dan seluruh Eropa dari Nazisme delapan dekade lalu”.

    Sementara, pesawat nirawak Rusia pada Selasa (6/5) dilaporkan menyerang kota Sumy, Kharkiv, dan Odesa, menewaskan empat orang dan melukai sedikitnya 24 lainnya, menurut pejabat setempat. Ukraina melaporkan telah menjatuhkan 54 pesawat nirawak Rusia.