kab/kota: Moskow

  • Setelan Kalem Putin Meski Diancam Tarif Trump

    Setelan Kalem Putin Meski Diancam Tarif Trump

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberikan sanksi lebih berat termasuk ancaman tarif 100 persen, jika Moskow gagal mencapai kesepakatan damai untuk mengakhiri perang Ukraina. Ternyata, ancaman itu tak berpengaruh terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.

    Putin berniat untuk terus berperang di Ukraina. Sementara, Trump diketahui memberi batas waktu 50 hari terkait kesepakatan damai itu.

    Dilansir Reuters, Rabu (16/7/2025), niat Putin untuk berperang di Ukraina sampai Barat memenuhi persyaratan perdamaian yang dituntut Rusia. Sikap Putin tersebut diungkapkan oleh tiga sumber yang dekat dengan Kremlin yang dikutip oleh Reuters dalam laporannya.

    Tiga sumber itu mengungkapkan, Putin menyakini bahwa perekonomian dan militer Rusia cukup kuat untuk menghadapi tindakan tambahan dari Barat.

    Trump, pada Senin (14/7), menyatakan rasa frustrasi dengan penolakan Putin untuk menyetujui gencatan senjata dan mengumumkan gelombang pasokan senjata ke Ukraina, termasuk sistem rudal darat-ke-udara Patriot.

    Putin Tak Akan Hentikan Perang

    Putin dan Trump pada 2020. (BBC World)

    Putin disebut tidak akan menghentikan perang di bawah tekanan Barat. Setelan santai putin itu diungkap tiga sumber Rusia itu, yang memahami pemikiran tingkat tinggi Kremlin.

    Disebutkan juga bahwa Putin meyakini Rusia dapat bertahan menghadapi kesulitan ekonomi lebih lanjut, termasuk ancaman tarif AS menargetkan pembeli minyak Moskow.

    Selama perang berkecamuk di Rusia tiga tahun terakhir, Rusia diketahui berhasil menghadapi sanksi-sanksi terberat yang dijatuhkan negara-negara Barat.

    “Putin meyakini tidak ada yang serius membahas detail perdamaian di Ukraina dengan dirinya — termasuk Amerika — jadi dia akan terus melanjutkannya sampai mendapatkan apa yang diinginkannya,” kata salah satu sumber yang dikutip Reuters tersebut.

    Meskipun sudah beberapa kali melakukan percakapan telepon dengan Trump, dan adanya kunjungan Utusan Khusus AS Steve Witkoff ke Moskow beberapa waktu lalu, menurut ketiga sumber itu, Putin meyakini belum ada diskusi terperinci tentang dasar rencana perdamaian.

    Persyaratan perdamaian yang diajukan Putin mencakup janji mengikat secara hukum bahwa aliansi NATO tidak akan melakukan ekspansi ke timur Eropa, netralitas Ukraina serta pembatasan Angkatan Bersenjatanya, perlindungan bagi orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina, dan penerimaan atas perolehan teritorial Rusia.

    Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan negaranya tidak akan pernah mengakui kedaulatan Rusia atas wilayah-wilayah yang kini diduduki pasukan Moskow. Zelensky juga menegaskan Kyiv tetap memiliki hak kedaulatan untuk memutuskan apakah akan bergabung NATO atau tidak.

    Lebih lanjut, salah satu sumber yang mengetahui pemikiran Kremlin menegaskan bahwa Putin menganggap tujuan Rusia jauh lebih penting daripada potensi kerugian ekonomi akibat tekanan Barat, dan sang pemimpin Rusia itu tidak khawatir dengan ancaman AS untuk mengenakan tarif kepada China dan India karena membeli minyak Rusia.

    Halaman 2 dari 2

    (dek/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Horor 2 Pesawat Maskapai China Nyaris Tabrakan di Rusia

    Horor 2 Pesawat Maskapai China Nyaris Tabrakan di Rusia

    Moskow

    Dua pesawat maskapai China nyaris bertabrakan di udara saat sama-sama mengudara di wilayah udara Rusia. Insiden yang terjadi awal bulan ini melibatkan sebuah pesawat penumpang dari maskapai Air China dan sebuah pesawat kargo dari maskapai SF Airlines.

    Insiden nyaris tabrakan di udara itu, seperti dilansir The Independent, Rabu (16/7/2025), terjadi setelah pesawat Air China mengubah ketinggian secara tidak sah yang membuat pesawat penumpang itu berada di ketinggian yang sama dengan pesawat kargo SF Airlines, dan hampir memicu konvergensi berbahaya.

    Pesawat Air China dengan nomor penerbangan CA967, menurut laporan South China Morning Post, tiba-tiba menaikkan ketinggian dari 34.100 kaki (10.393 meter) menjadi 36.000 kaki (10.972 meter) tanpa instruksi dari operator kontrol lalu lintas udara (ATC) Rusia pada 6 Juli lalu.

    Pesawat penumpang Air China itu, yang tidak disebutkan jenisnya, sedang dalam perjalanan dari Shanghai, China menuju ke Milan, Italia.

    Manuver itu membawa pesawat Air China dalam jarak hanya sekitar 300 kaki (91 meter) hingga 400 kaki (121 meter) dari pesawat kargo SF Airlines dengan nomor penerbangan CSS128 — pesawat kargo jenis Boeing 767 yang terbang dari Budapest, Hungria menuju ke Ezhou, China.

    Protokol keselamatan penerbangan internasional mewajibkan jarak vertikal minimal 1.000 kaki (304 meter) antar pesawat pada ketinggian jelajah.

    Insiden nyaris tabrakan di udara itu terjadi di atas wilayah Tuva, area pergunungan terpencil di Siberia bagian selatan yang berbatasan dengan Mongolia, dan terekam data pelacakan langsung dari Flightradar24.

    Kenaikan ketinggian tanpa izin semacam itu akan memicu alarm di dalam pesawat yang dikenal sebagai Traffic Collision Avoidance System (TCAS) pada kedua pesawat tersebut, yang mendorong tindakan penghindaran darurat.

    Lihat juga Video: 4 Orang Tewas Akibat Pesawat Jatuh di Bandara London Southend

    Rekaman audio yang beredar di media sosial China sejak akhir pekan menunjukkan bahwa operator ATC Rusia sedang menangani empat pesawat secara bersamaan dan mungkin telah mengeluarkan instruksi yang tidak jelas.

    Sumber rekaman yang bocor masih belum diketahui dan keasliannya belum dapat diverifikasi secara independen.

    Maskapai Air China, SF Airlines dan otoritas penerbangan sipil China belum memberikan komentar resmi atas insiden tersebut.

    Dalam rekaman komunikasi berbahasa Inggris, operator ATC Rusia terdengar bertanya: “Apakah Anda menaikkan ketinggian dengan instruksi atau tanpa instruksi? Mohon konfirmasi.”

    Pilot Air China kemudian menjawab: “Tidak. Terima kasih.”

    Masih belum jelas mengapa awak pesawat Air China mengubah ketinggian, namun menurut laporan media Belgia Aviation24.be, miskomunikasi perintah yang dimaksudkan untuk pesawat lainnya sedang dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebabnya.

    Respons lengkap sang pilot tidak terdengar dalam rekaman audio itu karena transmisi radio yang tumpang tindih.

    Lihat juga Video: 4 Orang Tewas Akibat Pesawat Jatuh di Bandara London Southend

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Diancam Trump, Rusia Kembali Serang Ukraina

    Diancam Trump, Rusia Kembali Serang Ukraina

    Kyiv

    Serangan udara Rusia kembali menghantam berbagai wilayah Ukraina pada Rabu (16/7) dini hari waktu setempat. Sedikitnya 12 orang mengalami luka-luka akibat rentetan serangan terbaru Moskow tersebut.

    Serangan Rusia itu dilancarkan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan waktu 50 hari kepada Moskow untuk mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina. Jika kesepakatan tidak dicapai sesuai batas waktu, Trump mengancam Rusia dengan tarif sebesar 100 persen.

    Otoritas militer regional Ukraina dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (16/7/2025), melaporkan bahwa sedikitnya delapan orang mengalami luka-luka akibat serangan udara yang menghantam area Vinnytsia, wilayah Ukraina bagian tengah.

    Tiga orang lainnya, menurut Gubernur Regional Kharkiv Oleg Synegubov dalam pernyataan via Telegram, mengalami luka-luka dalam serangan udara yang menghantam kota Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.

    Satu orang lainnya, seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun, mengalami luka parah dan sedang berjuang untuk hidupnya setelah serangan rudal dan drone Rusia menghancurkan sebuah bangunan industri di area Kryvyi Rig — yang merupakan kampung halaman Presiden Volodymyr Zelensky.

    “Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah rudal balistik dan 28 drone Shahed secara bersamaan,” sebut Wali Kota Kryvyi Rig, Oleksandr Vilkul, dalam pernyataan via Telegram.

    Dia mengonfirmasi bahwa seorang remaja laki-laki mengalami luka-luka pada bagian perut dan sedang menjalani perawatan medis di rumah sakit setempat.

    Sementara itu, menurut otoritas setempat, sedikitnya tiga orang tewas akibat serangan lainnya yang menghantam wilayah Ukraina bagian timur pada Selasa (15/7).

    Rusia semakin meningkatkan serangan militernya di tengah kebuntuan perundingan gencatan senjata yang dimediasi AS. Moskow juga mengklaim lebih banyak wilayah di Ukraina bagian timur, sembari menggempur negara itu dengan serangan gabungan yang melibatkan drone, artileri dan rudal.

    Pekan ini, Trump mengatakan dirinya mencapai kesepakatan dengan NATO soal pasokan sistem pertahanan udara dan persenjataan AS ke Ukraina. Dia juga mengancam Rusia dengan sanksi dan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap pembeli ekspor Moskow, yang sebagian besarnya adalah minyak mentah.

    Tarif sekunder itu menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa — yang tampaknya menjadi upaya melumpuhkan kemampuan Moskow bertahan dari sanksi Barat yang sudah sangat berat.

    Semua langkah keras AS itu diumumkan saat Trump semakin frustrasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menolak gencatan senjata dan justru semakin mengintensifkan serangan ke Ukraina.

    Dalam tanggapannya, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan Kremlin “tidak peduli” dengan ancaman Trump yang disebutnya sebagai “ultimatum teatrikal” itu. Sedangkan Putin tak terpengaruh ancaman Trump dan bertekad terus berperang di Ukraina hingga Barat memenuhi persyaratan perdamaian yang dituntut Rusia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Ancam Tarif 100% Jika Rusia Tak Setop Perang, Putin Gak Ngefek!

    Trump Ancam Tarif 100% Jika Rusia Tak Setop Perang, Putin Gak Ngefek!

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin tak terpengaruh ancaman terbaru yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal sanksi lebih berat, termasuk ancaman tarif 100 persen, jika Moskow gagal mencapai kesepakatan damai untuk mengakhiri perang Ukraina dalam batas waktu 50 hari.

    Putin, seperti dilansir Reuters, Rabu (16/7/2025), berniat untuk terus berperang di Ukraina hingga Barat memenuhi persyaratan perdamaian yang dituntut Rusia. Sikap Putin tersebut diungkapkan oleh tiga sumber yang dekat dengan Kremlin yang dikutip oleh Reuters dalam laporannya.

    Menurut ketiga sumber tersebut, Putin menyakini bahwa perekonomian dan militer Rusia cukup kuat untuk menghadapi tindakan tambahan dari Barat.

    Trump, pada Senin (14/7), menyatakan rasa frustrasi dengan penolakan Putin untuk menyetujui gencatan senjata dan mengumumkan gelombang pasokan senjata ke Ukraina, termasuk sistem rudal darat-ke-udara Patriot.

    Trump juga mengancam sanksi lebih lanjut terhadap Rusia kecuali kesepakatan damai dicapai dalam waktu 50 hari.

    Tiga sumber Rusia itu, yang memahami pemikiran tingkat tinggi Kremlin, mengatakan Putin tidak akan menghentikan perang di bawah tekanan Barat. Disebutkan juga bahwa Putin meyakini Rusia dapat bertahan menghadapi kesulitan ekonomi lebih lanjut, termasuk ancaman tarif AS menargetkan pembeli minyak Moskow.

    Selama perang berkecamuk di Rusia tiga tahun terakhir, Rusia diketahui berhasil menghadapi sanksi-sanksi terberat yang dijatuhkan negara-negara Barat.

    “Putin meyakini tidak ada yang serius membahas detail perdamaian di Ukraina dengan dirinya — termasuk Amerika — jadi dia akan terus melanjutkannya sampai mendapatkan apa yang diinginkannya,” kata salah satu sumber yang dikutip Reuters tersebut.

    Meskipun sudah beberapa kali melakukan percakapan telepon dengan Trump, dan adanya kunjungan Utusan Khusus AS Steve Witkoff ke Moskow beberapa waktu lalu, menurut ketiga sumber itu, Putin meyakini belum ada diskusi terperinci tentang dasar rencana perdamaian.

    Persyaratan perdamaian yang diajukan Putin mencakup janji mengikat secara hukum bahwa aliansi NATO tidak akan melakukan ekspansi ke timur Eropa, netralitas Ukraina serta pembatasan Angkatan Bersenjatanya, perlindungan bagi orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina, dan penerimaan atas perolehan teritorial Rusia.

    Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan negaranya tidak akan pernah mengakui kedaulatan Rusia atas wilayah-wilayah yang kini diduduki pasukan Moskow. Zelensky juga menegaskan Kyiv tetap memiliki hak kedaulatan untuk memutuskan apakah akan bergabung NATO atau tidak.

    Lebih lanjut, salah satu sumber yang mengetahui pemikiran Kremlin menegaskan bahwa Putin menganggap tujuan Rusia jauh lebih penting daripada potensi kerugian ekonomi akibat tekanan Barat, dan sang pemimpin Rusia itu tidak khawatir dengan ancaman AS untuk mengenakan tarif kepada China dan India karena membeli minyak Rusia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rupiah melemah seiring ancaman tarif Trump 100 persen ke Rusia

    Rupiah melemah seiring ancaman tarif Trump 100 persen ke Rusia

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah melemah seiring ancaman tarif Trump 100 persen ke Rusia
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 15 Juli 2025 – 17:39 WIB

    Elshinta.com – Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap Rusia.

    “Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap Rusia, jika Presiden Vladimir Putin tidak mencapai kesepakatan dalam 50 hari untuk mengakhiri perang di Ukraina,” kata Ibrahin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Mengutip Sputnik, Senator AS Lindsey Graham dan Richard Blumenthal mengajukan rancangan undang-undang (RUU) bipartisan yang bertujuan menjatuhkan sanksi primer dan sekunder terhadap Rusia jika Moskow gagal terlibat dalam negosiasi “iktikad baik” atas perdamaian di Ukraina pada April 2025.

    Sanksi itu akan mencakup tarif 500 persen atas barang impor dari negara-negara yang membeli minyak, gas, uranium, dan produk-produk Rusia lainnya.

    Pekan lalu, Trump kembali menyuarakan ketertarikannya terhadap RUU sanksi yang diusulkan Graham, menyatakan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan undang-undang tersebut “dengan sangat matang”.

    Namun, ia menekankan keputusan untuk melanjutkan UU tersebut sepenuhnya berada di tangan Presiden. Salah seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa presiden bersedia menandatangani RUU tersebut, asalkan ia memegang kendali penuh atas implementasi sanksi.

    “Meskipun ancaman tarif baru-baru ini tidak berdampak besar pada pergerakan pasar secara keseluruhan, para pedagang mempertimbangkan apakah AS benar-benar akan mengenakan tarif tinggi pada negara-negara yang terus berdagang dengan Rusia, serta menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar di tengah ketidakpastian,” kata Ibrahim pula.

    Selain itu, sentimen lain berasal dari perkiraan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell terkait angka inflasi AS lebih tinggi, sehingga membuat bank sentral menunda kebijakan pemangkasan suku bunga.

    Inflasi AS diprediksi naik 0,3 persen dibanding bulan lalu yang membawa inflasi year on year (YoY) meningkat 2,4 persen menjadi 2,7 persen.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.267 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.250 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini, juga melemah ke level Rp16.281 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.247 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Trump Ancam Tarif 100% Jika Tak Setop Perang Ukraina, Rusia Tak Peduli!

    Trump Ancam Tarif 100% Jika Tak Setop Perang Ukraina, Rusia Tak Peduli!

    Moskow

    Rusia memberikan reaksi santai terhadap ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal penerapan tarif sebesar 100 persen terhadap Moskow, jika tidak ada kesepakatan damai untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 50 hari.

    Trump juga mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap para pembeli ekspor Rusia, yang dimaksudkan untuk melumpuhkan kemampuan Moskow bertahan dari sanksi Barat yang sudah sangat berat.

    Respons terhadap ancaman Trump itu, seperti dilansir Reuters, Selasa (15/7/2025), disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, yang juga mantan presiden Rusia dan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin.

    Medvedev menyebut ancaman Trump sebagai “ultimatum teatrikal” dan mengatakan Moskow tidak mempedulikannya.

    “Trump mengeluarkan ultimatum teatrikal kepada Kremlin. Dunia bergidik, mengantisipasi konsekuensinya. Eropa yang agresif kecewa. Rusia tidak peduli,” tulis Medvedev dalam pernyataan berbahasa Inggris yang diposting ke media sosial X.

    Ini menjadi reaksi resmi pertama Rusia terhadap ancaman terbaru Trump, meskipun Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia sejauh ini belum memberikan tanggapan langsung.

    Trump, dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte duduk disampingnya usai pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih pada Senin (14/7), mengumumkan pasokan senjata baru untuk Ukraina dan mengancam tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap pembeli ekspor Rusia, yang sebagian besarnya adalah minyak mentah.

    Trump memberikan batas waktu 50 hari bagi Rusia untuk mencapai kesepakatan damai guna mengakhiri perang di Ukraina. Jika Moskow gagal mencapai kesepakatan, maka tarif itu menanti.

    Tarif sekunder itu menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa — yang tampaknya menjadi upaya melumpuhkan kemampuan Moskow bertahan dari sanksi Barat yang sudah sangat berat.

    Dalam momen itu, Trump juga mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap Putin. Dia mengatakan dirinya tidak ingin menyebut pemimpin Rusia itu “seorang pembunuh, tetapi dia adalah pria yang tangguh”, yang tampaknya merujuk pada komentar mantan Presiden Joe Biden yang menyebut Putin “seorang pembunuh” dalam wawancara tahun 2021 lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rupiah melemah seiring ancaman tarif Trump 100 persen terhadap Rusia

    Rupiah melemah seiring ancaman tarif Trump 100 persen terhadap Rusia

    Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap Rusia…

    Jakarta (ANTARA) – Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap Rusia.

    “Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap Rusia, jika Presiden Vladimir Putin tidak mencapai kesepakatan dalam 50 hari untuk mengakhiri perang di Ukraina,” kata Ibrahin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Mengutip Sputnik, Senator AS Lindsey Graham dan Richard Blumenthal mengajukan rancangan undang-undang (RUU) bipartisan yang bertujuan menjatuhkan sanksi primer dan sekunder terhadap Rusia jika Moskow gagal terlibat dalam negosiasi “iktikad baik” atas perdamaian di Ukraina pada April 2025.

    Sanksi itu akan mencakup tarif 500 persen atas barang impor dari negara-negara yang membeli minyak, gas, uranium, dan produk-produk Rusia lainnya.

    Pekan lalu, Trump kembali menyuarakan ketertarikannya terhadap RUU sanksi yang diusulkan Graham, menyatakan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan undang-undang tersebut “dengan sangat matang”.

    Namun, ia menekankan keputusan untuk melanjutkan UU tersebut sepenuhnya berada di tangan Presiden. Salah seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa presiden bersedia menandatangani RUU tersebut, asalkan ia memegang kendali penuh atas implementasi sanksi.

    “Meskipun ancaman tarif baru-baru ini tidak berdampak besar pada pergerakan pasar secara keseluruhan, para pedagang mempertimbangkan apakah AS benar-benar akan mengenakan tarif tinggi pada negara-negara yang terus berdagang dengan Rusia, serta menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar di tengah ketidakpastian,” kata Ibrahim pula.

    Selain itu, sentimen lain berasal dari perkiraan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell terkait angka inflasi AS lebih tinggi, sehingga membuat bank sentral menunda kebijakan pemangkasan suku bunga.

    Inflasi AS diprediksi naik 0,3 persen dibanding bulan lalu yang membawa inflasi year on year (YoY) meningkat 2,4 persen menjadi 2,7 persen.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.267 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.250 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini, juga melemah ke level Rp16.281 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.247 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pulau Bornholm Denmark Jadi Pos Terdepan NATO Hadang Rusia di Baltik

    Pulau Bornholm Denmark Jadi Pos Terdepan NATO Hadang Rusia di Baltik

    JAKARTA – Pulau Bornholm di Denmark semakin sering digunakan sebagai pos terdepan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di kawasan Baltik untuk menghadapi Rusia.

    Militerisasi pulau tersebut dilakukan dengan dalih adanya ancaman dari Rusia, meskipun Moskow tidak pernah memiliki, apalagi menunjukkan, niat agresif terhadap Denmark, kata Duta Besar Rusia untuk Kopenhagen, Vladimir Barbin, dalam wawancara dengan RIA Novosti.

     “Militerisasi Bornholm dilakukan saat ini dengan alasan palsu, yaitu untuk melindungi pulau tersebut dari ‘ancaman Rusia’, padahal Rusia tidak pernah memiliki niat agresif terhadap Denmark. Bornholm kini semakin digunakan sebagai pos terdepan NATO di Baltik melawan Rusia,” ujar Barbin.

    Barbin menambahkan, bahkan pada masa Perang Dingin sekalipun, Bornholm tidak pernah dijadikan tempat persiapan militer, dan justru turut berkontribusi terhadap stabilitas kawasan Laut Baltik.

    Namun pada saat ini, menurut Barbin, pesawat-pesawat aliansi kerap dikerahkan untuk berpatroli di wilayah udara Bornholm.

    “Pesawat pengebom strategis AS yang terbang menuju St. Petersburg dan Kaliningrad sempat bersembunyi di wilayah udara pulau ini agar tidak terdeteksi dan dicegat oleh jet tempur Rusia,” jelas Barbin.

    Ia juga menyoroti bahwa latihan militer bersama dengan Amerika Serikat secara rutin digelar di Bornholm, termasuk di antaranya penggelaran peluncur HIMARS.

    Dalam latihan militer tahun 2023 dan 2024, turut dilatih pengangkutan udara serta penempatan peluncur kontainer Mk.70 dari sistem rudal mobile Typhon.

    Barbin menegaskan, peluncur tersebut dapat digunakan untuk menembakkan berbagai jenis rudal, termasuk rudal jelajah Tomahawk berbasis darat yang dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.

    “Denmark telah menyediakan wilayah Bornholm untuk aksi-aksi militer provokatif seperti ini, padahal Rusia telah menetapkan moratorium atas penempatan rudal jarak menengah di Eropa,” tegas Barbin dilansir ANTARA dari Sputnik, Senin, 14 Juli.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia mencatat aktivitas NATO yang meningkat secara luar biasa di dekat perbatasan baratnya. Aliansi tersebut terus memperluas inisiatifnya dengan mengatasnamakan “penahanan agresi Rusia.”

    Moskow secara berulang kali menyuarakan kekhawatirannya terhadap pengerahan kekuatan militer NATO di Eropa.

    Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan bahwa Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan NATO, namun harus didasarkan pada prinsip kesetaraan.

    Barat juga diminta untuk menghentikan arah kebijakan militerisasi kawasan Eropa.

  • Trump Beri Waktu Rusia 50 Hari Akhiri Perang dengan Ukraina

    Trump Beri Waktu Rusia 50 Hari Akhiri Perang dengan Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Rusia untuk segera mengakhiri perang dengan Ukraina. Trump memberi waktu Rusia dalam 50 hari.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/7/2025), Trump meminta Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 50 hari. Trump mewanti-wanti akan ada sanksi tarif yang besar untuk Rusia jika tidak mengakhiri perang.

    Trump mengatakan dia ‘sangat tidak senang’ dengan Presiden Rusia Vladimir Putin karena menolak mengakhiri perang dengan Ukraina. Kesabaran Trump akhirnya habis.

    “Kami akan menerapkan tarif yang sangat ketat jika tidak ada kesepakatan dalam 50 hari, tarif sekitar 100 persen,” kata Trump dalam pertemuan di Ruang Oval dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.

    Pria berusia 79 tahun itu menambahkan bahwa tarif tersebut akan menjadi “tarif sekunder” yang menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa — dengan demikian berusaha melumpuhkan kemampuan Moskow untuk bertahan dari sanksi Barat yang sudah luas.

    Trump dan Rutte juga mengungkap kesepakatan di mana aliansi militer NATO akan membeli senjata dari Amerika Serikat — termasuk baterai antirudal Patriot — dan kemudian mengirimkannya ke Ukraina untuk membantunya memerangi invasi Rusia.

    “Ini adalah peralatan militer senilai miliaran dolar yang akan dibeli dari Amerika Serikat, untuk NATO… dan itu akan segera didistribusikan ke medan perang,” kata Trump.

    “Lima puluh hari adalah waktu yang sangat lama jika kita melihat mereka membunuh warga sipil yang tidak bersalah setiap hari,” kata Kallas.

    Lihat juga Video ‘Trump Harap Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza Selesai Pekan Depan’:

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Sudah Muak dengan Putin, Akhirnya Mau Kirim Rudal Ini ke Ukraina

    Trump Sudah Muak dengan Putin, Akhirnya Mau Kirim Rudal Ini ke Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan akan mengirim sistem pertahanan udara canggih Patriot ke Ukraina. Keputusan ini datang di tengah meningkatnya frustrasi Trump terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menurutnya terus menggagalkan upaya negosiasi gencatan senjata.

    Trump menyampaikan pernyataan tersebut kepada wartawan di Pangkalan Udara Gabungan Andrews di luar Washington, dengan menyebut bahwa sistem rudal Patriot sangat dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri dari serangan udara harian yang terus dilancarkan Rusia.

    “Kami akan kirimkan Patriot kepada mereka, karena mereka sangat membutuhkannya,” ujar Trump, Minggu (13/7/2025), dilansir Reuters.

    “Putin benar-benar mengejutkan banyak orang. Ia berbicara dengan manis, tapi lalu membombardir semua orang di malam hari. Saya tidak suka itu.”

    Meski tidak merinci jumlah sistem Patriot yang akan dikirim, Trump menegaskan bahwa pengiriman tersebut akan dibiayai sepenuhnya oleh Uni Eropa.

    “Kami pada dasarnya akan mengirimkan berbagai perangkat militer yang sangat canggih kepada mereka. Mereka akan membayar 100% kepada kami dan itu memang cara yang kami inginkan,” kata Trump dengan nada tegas.

    Trump secara terbuka menunjukkan rasa kecewanya terhadap Putin, terutama karena pemimpin Rusia itu dinilai menolak semua inisiatif yang telah ditempuh Amerika Serikat untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung lebih dari 21 bulan tersebut. Meskipun awalnya Trump cenderung berhati-hati dalam menyampaikan kritik terhadap Putin, kini nada bicaranya berubah lebih keras.

    Langkah ini juga terjadi setelah upaya diplomatik Trump sebelumnya, termasuk dalam pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan negosiator Rusia, gagal membuahkan hasil yang konkret. Kini, Trump tampak mengalihkan fokusnya untuk memperkuat kemampuan pertahanan Ukraina secara langsung.

    Adapun Zelensky selama beberapa bulan terakhir terus menyerukan kepada mitra barat, khususnya AS dan NATO, untuk meningkatkan pengiriman sistem pertahanan udara. Ukraina menghadapi serangan rudal dan drone hampir setiap hari, yang menurut Kyiv menargetkan infrastruktur penting dan wilayah sipil.

    Sistem rudal Patriot yang dikembangkan AS dinilai sebagai salah satu solusi paling efektif untuk menahan serangan balistik dan udara skala besar, termasuk rudal jelajah dan drone kamikaze yang kerap digunakan Rusia.

    Sistem ini juga menjadi satu-satunya opsi Ukraina untuk menahan rudal balistik hipersonik seperti Kinzhal, yang telah digunakan Moskow dalam beberapa pekan terakhir.

    Pengiriman Patriot ini diprediksi akan sangat membantu memperkuat pertahanan udara di wilayah kritis seperti Kyiv, Dnipro, dan Kharkiv yang kerap menjadi target utama serangan.

    Trump juga menyampaikan bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, dalam pekan ini. Pertemuan tersebut akan membahas situasi di Ukraina serta sejumlah isu strategis lainnya yang berkaitan dengan keamanan transatlantik.

    Langkah Trump untuk memperkuat aliansi pertahanan melalui NATO dan memberikan dukungan tambahan ke Ukraina menandai pergeseran dari sikap skeptisnya terhadap organisasi itu di masa lalu, ketika ia sempat mempertanyakan kontribusi negara-negara anggota terhadap pembiayaan kolektif.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]