kab/kota: Moskow

  • Video: Drone Ukraina Serang Kilang Minyak & Pangkalan Militer Rusia

    Video: Drone Ukraina Serang Kilang Minyak & Pangkalan Militer Rusia

    Jakarta, CNBC Indonesia- Sebuah video dirilis pada Sabtu (2 Agustus) yang menunjukkan ledakan di dekat fasilitas minyak Rusia di Novokuibyshevsk, Rusia.

    Militer Ukraina mengatakan bahwa mereka telah menyerang fasilitas minyak di Rusia, termasuk kilang besar serta lapangan terbang militer untuk drone dan pabrik elektronik yang berada di Ryazan, sekitar 180 kilometer tenggara Moskow.

    Selain itu juga terlihat rekaman video sebuah drone yang terbang di atas Penza, Rusia dan menyerang sebuah pabrik di yang disebut-sebut memasok peralatan elektronik untuk kompleks industri militer Rusia.

    Serang drone dari pasukan Sistem Nirawak Ukraina (Unmanned Systems Forces/USF) tersebut memicu kebakaran di area fasilitas tersebut.

    Meski tidak merinci secara teknis metode serangan, USF dikenal mengandalkan armada drone, termasuk drone kamikaze jarak jauh yang mampu membawa hulu ledak eksplosif hingga ratusan kilometer. 

  • India Kabarnya Nggak Takut Ancaman Trump, Tetap Beli Minyak Rusia

    India Kabarnya Nggak Takut Ancaman Trump, Tetap Beli Minyak Rusia

    Jakarta

    Pemerintah India kabarnya tidak takut terhadap ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal beli minyak dari Rusia. Kabarnya, India tetap membeli minyak mentah dari Rusia, tidak peduli ancaman sanksi dari Trump.

    Menurut laporan Reuters yang mengutip New York Times, Sabtu (2/8/2025), dalam sebuah unggahan di Truth Social, Trump sebelumnya menyampaikan bahwa India akan menghadapi hukuman tambahan atas pembelian senjata dan minyak Rusia.

    Dalam hal ini Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% kepada negara-negara yang membeli minyak Rusia kecuali Moskow mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina.

    Padahal Rusia adalah pemasok utama minyak India, yang bertanggung jawab atas sekitar 35% dari total pasokan minyak India. Namun, tidak lama setelah itu Trump kemudian mengatakan bahwa dirinya tidak peduli terkait apa pun yang dilakukan India dengan Rusia.

    Hingga Jumat (1/8) kemarin, Trump kembali mengatakan kepada wartawan bahwa ia mendengar India tidak akan lagi membeli minyak dari Rusia. Mengindikasikan ancamannya kepada India berhasil meski ia sudah tidak perduli lagi.

    Menanggapi pernyataan itu, dua pejabat senior India mengatakan tidak ada perubahan kebijakan terkait importasi minyak mentah negaranya. Menunjukkan bagaimana India akan tetap membeli minyak dari Negeri Beruang Merah itu.

    “Pemerintah tidak memberikan arahan apa pun kepada perusahaan minyak untuk mengurangi impor dari Rusia,” kata seorang pejabat India kepada New York Times, dikutip dari Reuters, Sabtu (2/8/2025).

    Meski begitu, Reuters belum memverifikasi laporan tersebut. Sebab baik Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri India, dan Kementerian Perminyakan dan Gas Alam tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Getok Tarif 25% & Ancam Hukum India

    Sebelumnya pada Kamis (31/7) kemarin Trump juga sudah menggetok tarif 25% untuk semua barang-barang dari India ke AS, berlaku mulai 1 Agustus 2025.

    Tarif 25% tersebut berlaku mulai 1 Agustus 2025. Tarif yang dijatuhkan Trump kepada India, salah satu mitra dagang utama AS, sedikit lebih rendah dari sebelumya sebesar 26%.

    Bukan cuma tarif 25%, Trump juga akan menjatuhkan penalti alias hukuman kepada India. Alasannya, pertama, Trump menilai India menerapkan kebijakan perdagangan yang tidak adil terhadap AS.

    Kedua, karena India membeli peralatan militer dan energi dari Rusia. Namun, Trump tidak menegaskan hukuman seperti apa yang akan dijatuhkan kepada India.

    “Selain itu, mereka selalu membeli sebagian besar peralatan militer mereka dari Rusia, dan merupakan pembeli energi terbesar Rusia, bersama China, di saat semua orang ingin Rusia menghentikan pembunuhan di Ukraina – semuanya tidak naik!” tegas Trump, dikuti dari CNBC.

    (igo/hns)

  • AS Siap Hadapi Perang Nuklir

    AS Siap Hadapi Perang Nuklir

    GELORA.CO – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia tidak bisa menganggap enteng pembicaraan tentang senjata nuklir dan bahwa AS harus selalu “siap sepenuhnya” menghadapi potensi konfrontasi apa pun, termasuk perang dengan senjata pemusnah massal tersebut. Hal ini disampaikan Trump sebagai tanggapan atas apa yang ia sebut sebagai “ancaman” yang tidak pantas dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev.

    Berbicara kepada para wartawan di Gedung Putih, Trump menjelaskan perintahnya untuk menempatkan dua kapal selam nuklir lebih dekat ke perairan Rusia, dengan mengatakan bahwa langkah itu diperlukan demi menjamin keamanan nasional.

    “Ya, kami harus melakukannya. Kami harus berhati-hati. Sebuah ancaman telah dilontarkan, dan kami pikir itu tidak pantas,” kata Trump, sebagaimana dilansir RT. “Jadi, saya mengambil langkah itu demi keselamatan rakyat kami. Ancaman telah dilontarkan oleh mantan presiden Rusia, dan kami akan melindungi rakyat kami.”

    “Nah, Anda tinggal baca saja apa yang dia (Medvedev) katakan. Dia bicara soal nuklir. Kalau bicara nuklir, kita harus siap. Dan kita sudah benar-benar siap.”

    Sebelumnya, pada Jumat, Trump mengumumkan melalui sebuah unggahan di Truth Social bahwa ia telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir AS ke apa yang disebutnya sebagai “wilayah yang tepat,” sebagai tanggapan atas pernyataan Medvedev di media sosial. Trump mengecam retorika mantan pemimpin Rusia itu sebagai “bodoh dan provokatif,” serta memperingatkan bahwa “kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan.”

    Perselisihan memanas setelah Trump menyebut Medvedev sebagai pemimpin yang “gagal” dan memperingatkannya untuk “berhati-hati dalam berbicara.” Medvedev, yang kini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, menanggapi dengan pesan keras yang memperingatkan agar tidak memprovokasi Moskow terlalu jauh, merujuk pada sistem pembalasan nuklir otomatis ‘Perimetr’ yang legendaris—yang berasal dari era Soviet dan diperkirakan masih ada di Rusia.

    “Dan tentang ‘ekonomi mati’ India dan Rusia, serta ‘memasuki wilayah yang sangat berbahaya’—ya, biarkan dia mengingat film-film favoritnya tentang ‘orang mati berjalan’, dan betapa berbahayanya ‘Dead Hand’ yang legendaris itu,” tulis Medvedev.

    Meskipun Rusia belum pernah secara resmi mengonfirmasi keberadaan sistem ‘Dead Hand’, para analis Barat secara luas meyakini bahwa sistem ini berfungsi sebagai pencegah terakhir jika terjadi serangan yang memutus rantai kepemimpinan Rusia.

    Sistem ini memastikan Rusia tetap dapat melancarkan serangan nuklir balasan sekalipun kepemimpinannya telah musnah.

    Gedung Putih dan Pentagon belum memberikan komentar lebih lanjut, dan klaim Trump tentang penempatan ulang kapal selam tersebut tidak dapat diverifikasi, mengingat lokasi pasti dan area patroli kapal selam nuklir AS merupakan rahasia militer yang sangat dijaga.

  • Kala Trump dan Eks Presiden Rusia Saling Ancam Kerahkan Nuklir

    Kala Trump dan Eks Presiden Rusia Saling Ancam Kerahkan Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan perintah pengerahan dua kapal selam nuklir pada Jumat (1/8) waktu setempat. Trump menyebut langkah ini sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya “pernyataan yang sangat provokatif” dari eks presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev.

    Trump mengumumkan pengerahan kapal selam nuklir itu dalam sebuah unggahan pada Jumat (1/8) di platform Truth Social miliknya. Ia tidak merinci secara spesifik ke mana kapal selam tersebut akan ditempatkan atau kemampuan apa yang dimiliki kapal selam tersebut.

    “Berdasarkan pernyataan yang sangat provokatif dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, saya telah memerintahkan dua Kapal Selam Nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang sesuai, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh dan provokatif ini lebih dari sekadar itu,” tulis Trump.

    “Kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan, saya harap ini tidak akan menjadi salah satunya,” tambahnya, dilansir ABC News, Sabtu (2/8/2025).

    Awal Mula

    Trump dan Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, telah berseteru di media sosial selama beberapa hari terakhir. Namun, ribut-ribut itu memanas setelah Medvedev mengatakan agar Trump mengingat bahwa Rusia memiliki kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir.

    Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev. Dia kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusi (Foto: Sputnik/Valentin Yegorshin/Pool via REUTERS)

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (2/8/2025), hal ini disampaikan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin itu setelah Trump meminta Medvedev untuk “berhati-hati dengan ucapannya.”

    Trump, dalam sebuah unggahan di media sosial Truth miliknya, mengkritik tajam Medvedev. Ini disampaikan Trump setelah Medvedev mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menjatuhkan tarif hukuman kepada Rusia dan para pembeli minyaknya adalah “permainan ultimatum”, dan selangkah lebih dekat menuju perang antara Rusia dan Amerika Serikat.

    “Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, yang merasa dirinya masih Presiden, untuk berhati-hati dengan ucapannya. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya!” tulis Trump, dalam peringatannya kepada Medvedev, dilansir kantor berita Reuters.

    Sebelumnya pada 29 Juli, Trump mengatakan Rusia memiliki “10 hari dari hari ini” untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina atau akan dikenakan tarif, bersama dengan para pembeli minyaknya. Moskow, yang telah menetapkan persyaratan perdamaiannya sendiri, sejauh ini belum mengindikasikan akan mematuhi tenggat waktu Trump.

    Pernyataan Trump itu ditanggapi keras oleh Medvedev. “Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia: 50 hari atau 10 hari… Dia harus ingat 2 hal: 1. Rusia bukanlah Israel atau bahkan Iran. 2. Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya sendiri,” tulis Medvedev di media sosial X awal pekan lalu.

    Kemudian dalam postingannya pada hari Kamis (31/7) waktu AS, Trump mengatakan ia tidak peduli apa yang dilakukan India — salah satu pembeli minyak terbesar Rusia bersama China — terhadap Rusia.

    “Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang mati, terserah saya. Kita hanya berbisnis sedikit dengan India, tarif mereka terlalu tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia. Demikian pula, Rusia dan AS hampir tidak berbisnis bersama. Mari kita pertahankan seperti itu,” ujarnya.

    Medvedev pun merespons dengan mengatakan bahwa pernyataan Trump tersebut menunjukkan bahwa Rusia harus melanjutkan kebijakannya saat ini.

    “Jika beberapa kata dari mantan presiden Rusia memicu reaksi gugup seperti itu dari presiden Amerika Serikat yang berwibawa, maka Rusia melakukan segalanya dengan benar dan akan terus berjalan di jalurnya sendiri,” kata Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram.

    Trump seharusnya ingat, katanya, “betapa berbahayanya ‘Tangan Mati’ yang legendaris itu,” sebuah referensi terhadap sistem komando semi-otomatis rahasia Rusia yang dirancang untuk meluncurkan rudal nuklir Moskow, jika kepemimpinannya telah dilumpuhkan dalam serangan pemenggalan kepala oleh musuh.

    Menanggapi pernyataan Medvedev, Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke “wilayah yang sesuai”. Trump menyebut langkah ini sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya “pernyataan yang sangat provokatif” dari Medvedev.

    Halaman 2 dari 2

    (kny/idh)

  • Rusia Ancam Lenyapkan AS dengan Nuklir, Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Siaga

    Rusia Ancam Lenyapkan AS dengan Nuklir, Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Siaga

    GELORA.CO – Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Kamis malam bahwa ia telah memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir AS di wilayah yang tepat, menanggapi pernyataan terbaru mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang digambarkan Trump sebagai sangat provokatif.

    Dalam sebuah postingan di Social Truth, Trump menulis:

    Berdasarkan pernyataan yang sangat provokatif dari Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, saya telah memerintahkan penempatan dua Kapal Selam Nuklir di wilayah yang tepat, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh dan provokatif ini lebih dari sekadar itu. 

    Kata-kata sangatlah penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan, saya harap ini tidak termasuk salah satunya. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!

    Postingan Trump tidak menjelaskan secara spesifik mengenai perintah militernya, atau apakah perintah tersebut dikoordinasikan dengan Departemen Pertahanan. 

    Namun, langkah tersebut tampaknya merupakan unjuk rasa pencegahan di depan publik menyusul ancaman nuklir yang dilancarkan Medvedev.

    Awal pekan ini, Medvedev memperingatkan bahwa dukungan AS yang berkelanjutan untuk Ukraina — khususnya dalam bentuk sistem senjata jarak jauh dan dukungan politik — dapat memicu konflik global. 

    Dalam sebuah postingan di Telegram, Medvedev menulis:

    Jika Amerika Serikat melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Rusia, dan jika pasukan NATO dikerahkan di Ukraina atau fasilitas strategis ditargetkan di tanah Rusia, responsnya akan segera dan menghancurkan. Rusia adalah kekuatan nuklir, dan mereka yang membuat keputusan di Washington tidak boleh melupakan hal ini.

    Ia menambahkan dengan nada mengancam, “Akibatnya, kota-kota Anda sendiri mungkin akan lenyap.”

    Komentar Medvedev merupakan yang terbaru dari serangkaian peringatan nuklir yang meningkat dari para pejabat senior Rusia seiring berlanjutnya perang di Ukraina. 

    Sejak dimulainya invasi pada Februari 2022, Kremlin telah berulang kali menggunakan persenjataan nuklirnya untuk mencegah keterlibatan Barat. 

    Baru-baru ini, Rusia menggelar latihan senjata nuklir taktis di dekat perbatasannya dengan negara-negara NATO, termasuk Polandia dan Negara-negara Baltik.

    Pernyataan Trump muncul di tengah gelombang ketegangan geopolitik yang lebih luas seputar penggunaan — atau ancaman — senjata nuklir. 

    Meskipun Putin belum mengomentari unggahan Trump atau pernyataan terbaru Medvedev, para pejabat AS telah berulang kali memperingatkan Moskow agar tidak menggunakan ancaman nuklir, dengan menyebut ancaman tersebut sembrono dan mengganggu stabilitas.

    Masih belum jelas apakah kapal selam yang dirujuk Trump telah dikerahkan atau apakah Pentagon telah diajak berkonsultasi dengan cara apa pun.(*)

  • Panas! Sekutu Putin Ingatkan Trump Soal Kemampuan Serangan Nuklir Rusia

    Panas! Sekutu Putin Ingatkan Trump Soal Kemampuan Serangan Nuklir Rusia

    Jakarta

    Panas! Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan agar Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengingat bahwa Rusia memiliki kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir. Hal ini disampaikan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin itu setelah Trump meminta Medvedev untuk “berhati-hati dengan ucapannya.”

    Trump, dalam sebuah unggahan di media sosial Truth miliknya, mengkritik tajam Medvedev, yang merupakan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia. Ini disampaikan Trump setelah Medvedev mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menjatuhkan tarif hukuman kepada Rusia dan para pembeli minyaknya adalah “permainan ultimatum”, dan selangkah lebih dekat menuju perang antara Rusia dan Amerika Serikat.

    “Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, yang merasa dirinya masih Presiden, untuk berhati-hati dengan ucapannya. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya!” tulis Trump, dalam peringatannya kepada Medvedev, dilansir kantor berita Reuters, Jumat (1/8/2025).

    Sebelumnya pada 29 Juli, Trump mengatakan Rusia memiliki “10 hari dari hari ini” untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina atau akan dikenakan tarif, bersama dengan para pembeli minyaknya. Moskow, yang telah menetapkan persyaratan perdamaiannya sendiri, sejauh ini belum mengindikasikan akan mematuhi tenggat waktu Trump.

    Dalam postingannya pada hari Kamis (31/7) waktu AS, Trump mengatakan ia tidak peduli apa yang dilakukan India — salah satu pembeli minyak terbesar Rusia bersama China — terhadap Rusia.

    “Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang mati, terserah saya. Kita hanya berbisnis sedikit dengan India, tarif mereka terlalu tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia. Demikian pula, Rusia dan AS hampir tidak berbisnis bersama. Mari kita pertahankan seperti itu,” ujarnya.

    Medvedev mengatakan bahwa pernyataan Trump menunjukkan bahwa Rusia harus melanjutkan kebijakannya saat ini.

    “Jika beberapa kata dari mantan presiden Rusia memicu reaksi gugup seperti itu dari presiden Amerika Serikat yang berwibawa, maka Rusia melakukan segalanya dengan benar dan akan terus berjalan di jalurnya sendiri,” kata Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram.

    Trump seharusnya ingat, katanya, “betapa berbahayanya ‘Tangan Mati’ yang legendaris itu,” sebuah referensi terhadap sistem komando semi-otomatis rahasia Rusia yang dirancang untuk meluncurkan rudal nuklir Moskow, jika kepemimpinannya telah dilumpuhkan dalam serangan pemenggalan kepala oleh musuh.

    Medvedev telah muncul sebagai salah satu tokoh garis keras anti-Barat Rusia yang paling vokal sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun 2022. Para kritikus Kremlin mencemoohnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun beberapa diplomat Barat mengatakan pernyataannya memberikan gambaran pemikiran di kalangan pembuat kebijakan senior Kremlin.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kala Trump dan Eks Presiden Rusia Saling Ancam Kerahkan Nuklir

    Trump Geram Serangan Rusia di Ukraina Tewaskan 16 Orang, Ancam Sanksi Baru

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, geram usai serangan militer Rusia di Ukraina tidak surut di tengah upaya gencatan senjata. Trump menyebut serangan terbaru Rusia di wilayah Zaprizhzhia yang menewaskan 16 orang sebagai tindakan menjijikkan.

    “Rusia — menurut saya menjijikkan apa yang mereka lakukan. Saya pikir itu menjijikkan,” kata Trump dilansir AFP, Jumat (1/8/2025).

    Trump mengatakan segera mengirimkan utusan khususnya, Steve Witkoff, ke Rusia. Witkoff saat ini masih berada di Israel membahas gencatan senjata di Gaza.

    Washington telah memberi Moskow waktu hingga akhir pekan depan untuk menghentikan permusuhan di Ukraina. Trump bahkan telah berjanji akan memberikan sanksi ekonomi berat kepada Rusia jika tidak menghentikan serangan.

    “Kami akan menjatuhkan sanksi. Saya tidak tahu apakah sanksi itu mengganggunya,” kata Trump, merujuk pada Putin.

    Trump sebelumnya mengancam bahwa langkah-langkah baru tersebut dapat berarti “tarif sekunder” yang menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa, seperti Tiongkok dan India. Hal ini akan semakin menekan Rusia, tetapi berisiko menimbulkan gangguan internasional yang signifikan.

    Diberitakan sebelumnya, Rusia terus melancarkan serangan ke Ukraina. Setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 40 orang terluka dalam serangan terbaru Rusia ke sejumlah lokasi di Ukraina.

    Kepala administrasi militer wilayah Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, mengatakan bahwa Rusia melancarkan delapan serangan di wilayah Zaporizhzhia pada Senin (28/7), menghantam sebuah penjara.

    “16 orang tewas, 35 orang terluka,” tulisnya di Telegram, seraya menambahkan bahwa gedung penjara tersebut hancur dan rumah-rumah di sekitarnya rusak.

    Sejumlah orang juga tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan di wilayah Dnipropetrovsk, menurut pejabat pemerintah daerah, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (29/7).

    (ygs/ygs)

  • Pesawat Mata-Mata Rusia Mendekat, Sekutu AS Kerahkan Jet Tempur

    Pesawat Mata-Mata Rusia Mendekat, Sekutu AS Kerahkan Jet Tempur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Jepang mengerahkan jet tempur setelah pesawat pengintai Rusia terdeteksi mendekati wilayah udaranya pada Selasa (29/7/2025), memicu kekhawatiran baru atas aktivitas militer Moskow di sekitar negara sekutu utama Amerika Serikat di Asia Timur.

    Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan pesawat patroli maritim Rusia jenis Ilyushin Il-38 terdeteksi melintasi Laut Jepang dalam pola penerbangan mencurigakan yang dianggap menimbulkan “risiko pelanggaran wilayah udara.” Jet tempur dari Komando Udara Pusat Pasukan Bela Diri Udara Jepang langsung dikerahkan untuk mengawal pesawat tersebut.

    Peta jalur penerbangan yang dirilis menunjukkan pesawat Rusia itu terbang memutar di sepanjang pantai barat Jepang di dalam zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ), sebuah wilayah di mana Jepang mewajibkan pesawat asing untuk mengidentifikasi diri.

    Il-38 merupakan pesawat era Perang Dingin yang setara dengan P-3 Orion milik AS. Meskipun dirancang untuk perang anti-kapal selam, pesawat ini juga kerap digunakan dalam misi intelijen, pencarian dan penyelamatan, serta penyebaran ranjau.

    Pada Rabu (30/7/2025), Staf Gabungan Jepang juga mengungkap keberadaan kapal penyelamat selam kelas Dakai milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China yang melintasi Selat Tsushima, sekitar 320 kilometer dari Kepulauan Goto di barat daya Jepang. Ini adalah kali pertama kapal sekelas itu terlihat di area tersebut.

    “Militer Rusia terus melanjutkan aktivitas militer aktif di sekitar Jepang dan wilayah sekitarnya, menunjukkan kecenderungannya untuk mengerahkan peralatan militer terbaru di Timur Jauh,” tulis Kementerian Pertahanan Jepang dalam Buku Putih Pertahanan 2025 yang dirilis awal bulan ini, seperti dikutip Newsweek.

    “Aktivitas militer Rusia di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Jepang, ditambah dengan kemitraan strategisnya dengan China, menimbulkan kekhawatiran keamanan yang kuat,” lanjut dokumen tersebut.

    Sebagai bagian penting dari Rantai Pulau Pertama, strategi pertahanan AS yang mencakup Jepang, Taiwan, dan Filipina, Jepang menampung lebih dari 52.000 tentara AS di lebih dari 100 pangkalan. Pergerakan Rusia dan China di sekitar wilayah ini semakin menambah ketegangan di tengah rivalitas strategis mereka dengan aliansi yang dipimpin Washington.

    Staf Gabungan Jepang menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kedaulatan negara. “Kami akan terus melakukan segala upaya untuk merespons 24 jam sehari, 365 hari setahun, guna melindungi wilayah Jepang dan kehidupan damai rakyatnya,” demikian pernyataan resmi mereka.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Zelensky Desak Dunia Dorong Perubahan Rezim di Rusia

    Zelensky Desak Dunia Dorong Perubahan Rezim di Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa dunia harus mendorong “perubahan rezim” di Rusia. Menurutnya, jika itu tidak dilakukan, Presiden Vladimir Putin akan terus mengganggu stabilitas negara-negara tetangga Rusia.

    Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Finlandia, bertepatan dengan peringatan 50 tahun penandatanganan “Undang-Undang Final Helsinki”, sebuah dokumen yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara musuh-musuh Perang Dingin.

    “Saya yakin Rusia dapat didorong untuk menghentikan perang ini. Rusia memulainya, dan Rusia dapat dipaksa untuk mengakhirinya,” ujar Zelensky dalam pidato daring di konferensi tersebut, dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/7/2025).

    “Tetapi jika dunia tidak bertujuan untuk mengubah rezim di Rusia, itu berarti bahkan setelah perang berakhir, Moskow akan tetap mencoba mengganggu stabilitas negara-negara tetangga,” tambahnya.

    Kepala negara Ukraina itu juga mengatakan sudah waktunya untuk menggunakan aset-aset Rusia yang dibekukan untuk melawan Rusia.

    “Kita perlu sepenuhnya memblokir mesin perang Rusia … mengerahkan seluruh aset Rusia yang dibekukan, termasuk kekayaan hasil korupsi yang dicuri, untuk mempertahankan diri dari agresi Rusia,” kata Zelensky.

    “Sudah waktunya untuk menyita aset-aset Rusia, bukan hanya membekukannya, menyitanya, dan menggunakannya untuk perdamaian, bukan perang,” tambahnya.

    Zelensky telah diundang untuk menghadiri konferensi di Helsinki, ibu kota Finlandia tersebut secara langsung, tetapi dia menyampaikan pidatonya secara daring.

    Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan pekan lalu bahwa Rusia akan berpartisipasi dalam konferensi itu, tetapi tidak akan mengirimkan perwakilan tingkat tinggi ke pertemuan tersebut.

    Diketahui bahwa pada 1 Agustus 1975, blok Timur dan Barat menandatangani Undang-Undang Final Helsinki di ibu kota Finlandia tersebut.

    Perjanjian bersejarah antara 35 negara tersebut, termasuk Uni Soviet dan Amerika Serikat, menghasilkan pembentukan OSCE, yang saat ini beranggotakan 57 negara.

    Di antara prinsip-prinsip utama yang tercantum dalam perjanjian tersebut adalah kedaulatan negara, tidak menggunakan kekuatan, dan yang terpenting, kekebalan batas negara.

    “Negara-negara peserta menganggap semua batas negara satu sama lain serta batas negara-negara di Eropa tidak dapat diganggu gugat, dan oleh karena itu mereka akan menahan diri, baik sekarang maupun di masa mendatang, untuk tidak menyerang batas-batas ini,” demikian bunyi teks perjanjian tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Rusia Umumkan Keadaan Darurat di Pulau Kuril yang Dihantam Tsunami

    Rusia Umumkan Keadaan Darurat di Pulau Kuril yang Dihantam Tsunami

    Moskow

    Otoritas wilayah Sakhalin di Timur Jauh Rusia mengumumkan keadaan darurat di area Kepulauan Kuril bagian utara, yang diterjang gelombang tsunami menyusul gempa dahsyat. Terjangan gelombang tsunami di area tersebut dilaporkan merusak bangunan dan menyebabkan banjir.

    “Keadaan darurat telah diumumkan di Distrik Kuril Utara, tempat gempa bumi dan tsunami terjadi hari ini,” demikian pernyataan pemerintah Sakhalin, seperti dilansir AFP, Rabu (30/7/2025).

    Gempa dahsyat berkekuatan Magnitudo (M) 8,7 itu mengguncang area lepas pantai timur jauh Rusia, tepatnya di titik yang berjarak 136 kilometer sebelah tenggara Petropavlovsk-Kamchatsky. Gempa ini memicu kerusakan pada bangunan tempat tinggal dan sekolah setempat.

    Kepulauan Kuril menjadi salah satu wilayah yang terdampak gelombang tsunami menyusul gempa dahsyat itu. Gelombang pertama, menurut laporan Gubernur Wilayah Sakhalin, Valery Limarenko, menghantam pesisir Severo-Kurilsk — ada di bagian utara Kuril — tak lama usai gempa mengguncang di dekat Semenanjung Kamchatka.

    Otoritas setempat telah memerintahkan evakuasi penduduk kota tersebut, yang diperkirakan jumlah lebih dari 2.500 jiwa, ke daerah-daerah yang lebih tinggi dan jauh dari area pantai.

    Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa akibat gempa dan tsunami tersebut.

    Wali Kota distrik Kepulauan Kuril, Alexander Ovsyannikov, dalam rapat membahas krisis dengan jajaran pejabat setempat mengatakan bahwa “semua orang” di wilayah tersebut telah dievakuasi ke tempat aman.

    “Semua orang telah dievakuasi. Ada cukup waktu, satu jam penuh. Jadi semua orang telah dievakuasi, semua orang berada di zona aman tsunami,” ucapnya.

    Beberapa rekaman video yang dirilis media lokal dan pejabat setempat menunjukkan momen ketika gelombang tsunami menerjang area pesisir, dan momen ketika warga bergerak ke dataran lebih tinggi ketika sirene peringatan tsunami meraung-raung.

    Sebuah pabrik pengolahan ikan Alaid yang ada di area di Severo-Kurilsk terendam banjir usai tsunami menerjang. Untungnya, seluruh karyawan pabrik itu telah dievakuasi dari fasilitas tersebut sebelumnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)