kab/kota: Moskow

  • Putin Telepon Kim Jong Un Sebelum Bertemu Trump, Bahas Apa?

    Putin Telepon Kim Jong Un Sebelum Bertemu Trump, Bahas Apa?

    Moskow

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, melakukan percakapan telepon dengan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, sebelum pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, digelar di Alaska pada Jumat (15/8) mendatang. Apa yang dibahas keduanya?

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia, seperti dilansir Reuters, Rabu (13/8/2025), mengungkapkan bahwa Putin memberikan informasi terbaru mengenai rencana pembicaraan antara dirinya dan Trump pekan ini.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), juga melaporkan soal percakapan telepon kedua pemimpin itu, namun tanpa menyebutkan soal rencana pertemuan Putin-Trump.

    Kim Jong Un dan Putin, menurut laporan KCNA, membahas perkembangan hubungan kedua negara di bawah perjanjian kemitraan strategis yang ditandatangani tahun lalu.

    Disebutkan oleh KCNA dalam laporannya bahwa kedua pemimpin “menegaskan tekad mereka untuk memperkuat kerja sama di masa depan”.

    Putin, sebut laporan KCNA, menyampaikan apresiasinya atas bantuan Korut dalam “membebaskan” wilayah Kursk di Rusia bagian barat dalam perang melawan Ukraina.

    Disebutkan juga bahwa Putin juga mengapresiasi “keberanian, kepahlawanan, dan semangat pengorbanan diri yang ditunjukkan oleh para personel Tentara Rakyat Korea” — nama resmi militer Korut.

    Berdasarkan laporan intelijen Korea Selatan (Korsel), Korut telah mengirimkan lebih dari 10.000 tentaranya untuk mendukung operasi militer Rusia di bagian barat wilayahnya dalam konflik dengan Ukraina.

    Laporan intelijen Seoul menambahkan bahwa Pyongyang diyakini sedang merencanakan pengerahan pasukan lainnya ke Rusia.

    Sementara itu, pertemuan puncak antara Trump dan Putin yang dijadwalkan pada Jumat (15/8) di Alaska akan membahas perang Ukraina yang berkecamuk sejak Februari 2022, yang dipicu oleh invasi skala besar oleh Moskow. Pertemuan itu menjadi bagian dari upaya Trump untuk mengakhiri perang tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Jakarta

    Vladimir Putin dan Donald Trump akan melakukan pertemuan pada 15 Agustus di Alaska. Hal ini diumumkan jelang akhir dari Ultimatum-Perang-Ukraina yang diajukan Presiden AS kepada pemimpin Rusia. Meski para pakar tidak melihat adanya terobosan baru dari pertemuan ini, namun beberapa hal dapat mendesak Putin untuk melakukan gencatan senjata.

    Siapa yang diuntungkan dari pertemuan yang ini?

    Pertemuan mendatang antara Putin dan Trump adalah pertemuan langsung pertama sejak Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS. Pada pertengahan Juli, Trump menyatakan kekecewaannya kepada Putin, setelah melancarkan serangan udara terhadap Kyiv, dan menegaskan AS tidak diam atas tindakan Rusia.

    Setelah utusan khusus AS, Steve Witkoff, mengunjungi Putin di Kremlin pada 6 Agustus lalu, Gedung Putih mengumumkan saksi sekunder terhadap Rusia masih akan diberlakukan, dan juga memberikan sanksi tambahan terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia.

    Apa yang akan dibahas secara spesifik dalam pertemuan di Alaska masih belum jelas. Namun, pertemuan tersebut dipastikan akan membahas Ukraina, yang tidak hadir di sana. Baik Washington dan Moskow tidak berencana mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Para pengamat yang diwawancarai oleh DW meyakini, pertemuan tersebut akan menguntungkan Rusia. “Putin selalu berupaya agar dia dan Presiden AS – siapa pun yang menjabat posisi tersebut – menentukan nasib dunia. Citra ini diharapkan dapat menyebar ke seluruh dunia,” kata Mikhail Kasyanov, mantan Perdana Menteri Rusia tahun 2000 hingga 2004.

    Politikus oposisi Rusia Dmitry Gudkov, yang kini hidup sebagai eksil mengatakan, pertemuan di Alaska juga akan menjadi kesempatan langka bagi Putin untuk dapat berjabat tangan dengan salah satu pemimpin dunia Barat. Putin tidak ingin melewatkan kesempatan itu.

    “Bagi Putin, kesempatan untuk bertemu Trump sudah merupakan keuntungan besar. Trump pada dasarnya melegitimasi seorang penjahat perang dan memberinya hak untuk bernegosiasi dengan negara barat,” kata Gudkov. Jika Trump tidak ada, tambahnya, tidak akan ada yang bernegosiasi dengan Putin.

    Apa yang membuat Putin ingin menemui Trump?

    Kirill Rogov, ilmuwan politik dan juga pendiri media daring berbahasa Rusia “Re: Russia” yang menerbitkan analisis para ilmuwan Rusia, menyorot kian memburuknya kondisi ekonomi Rusia, melambatnya pergerakan pasukan Rusia di Ukraina, dan sanksi sekunder AS yang berpotensi membahayakan Rusia. Mengingat hal tersebut, Putin memiliki kepentingan untuk mengupayakan akhir dari perang.

    “Putin juga berharap, dapat menjual persetujuannya dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada yang ia peroleh nantinya. Sebab hingga akhir tahun, posisi Putin akan makin memburuk jika serangan tidak berdampak dan tidak berubahnya situasi di medan perang,” kata Rogov. Pada saat yang sama, Rusia akan kehilangan India sebagai pembeli minyak mentah akibat sanksi lanjutan AS, dan terpaksa mempersiapkan serangan ofensif untuk tahun ketiga secara berturut-turut.

    Siapa diuntungkan gencatan senjata di ruang udara?

    Kremlin menyadari, kunjungan Steve Witkoff adalah kesempatan terakhir yang menghantarnya untuk bernegosiasi dengan Trump, menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg. Untuk hal tersebut, Putin mungkin memilih untuk ‘mengorbankan’ gencatan senjata di ruang udara.

    Menurut Dmitry Gudkow, langkah yang dikoordinasikan dengan administrasi Trump ini menguntungkan Moskow, bukan Kyiv. Pasalnya, Ukraina telah melakukan serangan balasan yang “efektif”, yang dalam beberapa waktu terakhir sering mengakibatkan penutupan bandara-bandara Rusia.

    Selain itu, gudang senjata, peralatan militer, dan kilang minyak di Rusia juga menjadi sasaran. Hal ini penting dari sudut pandang psikologis membuat warga Rusia menyadari bahwa perang juga terjadi di sekitar mereka, bukan hanya di televisi, kata Gudkov. “Jika serangan udara ini berhenti, Putin akan dengan tenang melanjutkan serangannya melalui darat, di mana Rusia memiliki keunggulan,” kata politisi oposisi tersebut.

    “Sikap Istimewa Trump Terhadap Putin”

    “Bahkan jika Trump dan Putin tidak mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembicaraan mereka, Presiden Rusia mungkin dapat terhindar dari konsekuensi serius,” kata ilmuwan politik, Rogov.

    “Sikap Trump terhadap Putin selalu istimewa, hal ini lah yang diandalkan Putin. Trump selalu menghindari situasi yang menekan Putin secara langsung. Dan saat tekanan tidak terhindarkan, Trump memberikan peluang baru untuk mencapai kesepakatan, sehingga tekanan tidak benar benar diberikan,” jelas Rogov. Contohnya saja negosiasi antara kedua pemimpin negara yang dilakukan lewat dari tenggat waktu ultimatum.

    Apa yang dapat menekan Kremlin?

    Dmitrij Gudkow berpendapat, tidak ada lagi cara nyata yang efektif untuk menekan Rusia. Meskipun ada sanksi, ratusan tanker masih mengangkut minyak Rusia melintasi lautan dunia.

    Gudkow mengaitkan harapan akan gencatan senjata cepat, lebih dengan faktor internal daripada eksternal yang dapat menekan Kremlin.

    Semakin lama perang berlangsung, kata Gudkow, semakin sulit bagi Putin menjual perang dengan ‘kemenangan Rusia’. “Pada akhirnya, orang Rusia tidak akan peduli apakah Ukraina bergabung dengan NATO atau bagaimana perang ini berakhir – yang penting perang ini dapat berakhir,” kata politisi tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor Agus Setiawan

    Tonton juga video “Trump Ambil Alih Kendali Polisi Washington-Kerahkan Garda Nasional” di sini:

    (ita/ita)

  • Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Jakarta

    Vladimir Putin dan Donald Trump akan melakukan pertemuan pada 15 Agustus di Alaska. Hal ini diumumkan jelang akhir dari Ultimatum-Perang-Ukraina yang diajukan Presiden AS kepada pemimpin Rusia. Meski para pakar tidak melihat adanya terobosan baru dari pertemuan ini, namun beberapa hal dapat mendesak Putin untuk melakukan gencatan senjata.

    Siapa yang diuntungkan dari pertemuan yang ini?

    Pertemuan mendatang antara Putin dan Trump adalah pertemuan langsung pertama sejak Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS. Pada pertengahan Juli, Trump menyatakan kekecewaannya kepada Putin, setelah melancarkan serangan udara terhadap Kyiv, dan menegaskan AS tidak diam atas tindakan Rusia.

    Setelah utusan khusus AS, Steve Witkoff, mengunjungi Putin di Kremlin pada 6 Agustus lalu, Gedung Putih mengumumkan saksi sekunder terhadap Rusia masih akan diberlakukan, dan juga memberikan sanksi tambahan terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia.

    Apa yang akan dibahas secara spesifik dalam pertemuan di Alaska masih belum jelas. Namun, pertemuan tersebut dipastikan akan membahas Ukraina, yang tidak hadir di sana. Baik Washington dan Moskow tidak berencana mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Para pengamat yang diwawancarai oleh DW meyakini, pertemuan tersebut akan menguntungkan Rusia. “Putin selalu berupaya agar dia dan Presiden AS – siapa pun yang menjabat posisi tersebut – menentukan nasib dunia. Citra ini diharapkan dapat menyebar ke seluruh dunia,” kata Mikhail Kasyanov, mantan Perdana Menteri Rusia tahun 2000 hingga 2004.

    Politikus oposisi Rusia Dmitry Gudkov, yang kini hidup sebagai eksil mengatakan, pertemuan di Alaska juga akan menjadi kesempatan langka bagi Putin untuk dapat berjabat tangan dengan salah satu pemimpin dunia Barat. Putin tidak ingin melewatkan kesempatan itu.

    “Bagi Putin, kesempatan untuk bertemu Trump sudah merupakan keuntungan besar. Trump pada dasarnya melegitimasi seorang penjahat perang dan memberinya hak untuk bernegosiasi dengan negara barat,” kata Gudkov. Jika Trump tidak ada, tambahnya, tidak akan ada yang bernegosiasi dengan Putin.

    Apa yang membuat Putin ingin menemui Trump?

    Kirill Rogov, ilmuwan politik dan juga pendiri media daring berbahasa Rusia “Re: Russia” yang menerbitkan analisis para ilmuwan Rusia, menyorot kian memburuknya kondisi ekonomi Rusia, melambatnya pergerakan pasukan Rusia di Ukraina, dan sanksi sekunder AS yang berpotensi membahayakan Rusia. Mengingat hal tersebut, Putin memiliki kepentingan untuk mengupayakan akhir dari perang.

    “Putin juga berharap, dapat menjual persetujuannya dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada yang ia peroleh nantinya. Sebab hingga akhir tahun, posisi Putin akan makin memburuk jika serangan tidak berdampak dan tidak berubahnya situasi di medan perang,” kata Rogov. Pada saat yang sama, Rusia akan kehilangan India sebagai pembeli minyak mentah akibat sanksi lanjutan AS, dan terpaksa mempersiapkan serangan ofensif untuk tahun ketiga secara berturut-turut.

    Siapa diuntungkan gencatan senjata di ruang udara?

    Kremlin menyadari, kunjungan Steve Witkoff adalah kesempatan terakhir yang menghantarnya untuk bernegosiasi dengan Trump, menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg. Untuk hal tersebut, Putin mungkin memilih untuk ‘mengorbankan’ gencatan senjata di ruang udara.

    Menurut Dmitry Gudkow, langkah yang dikoordinasikan dengan administrasi Trump ini menguntungkan Moskow, bukan Kyiv. Pasalnya, Ukraina telah melakukan serangan balasan yang “efektif”, yang dalam beberapa waktu terakhir sering mengakibatkan penutupan bandara-bandara Rusia.

    Selain itu, gudang senjata, peralatan militer, dan kilang minyak di Rusia juga menjadi sasaran. Hal ini penting dari sudut pandang psikologis membuat warga Rusia menyadari bahwa perang juga terjadi di sekitar mereka, bukan hanya di televisi, kata Gudkov. “Jika serangan udara ini berhenti, Putin akan dengan tenang melanjutkan serangannya melalui darat, di mana Rusia memiliki keunggulan,” kata politisi oposisi tersebut.

    “Sikap Istimewa Trump Terhadap Putin”

    “Bahkan jika Trump dan Putin tidak mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembicaraan mereka, Presiden Rusia mungkin dapat terhindar dari konsekuensi serius,” kata ilmuwan politik, Rogov.

    “Sikap Trump terhadap Putin selalu istimewa, hal ini lah yang diandalkan Putin. Trump selalu menghindari situasi yang menekan Putin secara langsung. Dan saat tekanan tidak terhindarkan, Trump memberikan peluang baru untuk mencapai kesepakatan, sehingga tekanan tidak benar benar diberikan,” jelas Rogov. Contohnya saja negosiasi antara kedua pemimpin negara yang dilakukan lewat dari tenggat waktu ultimatum.

    Apa yang dapat menekan Kremlin?

    Dmitrij Gudkow berpendapat, tidak ada lagi cara nyata yang efektif untuk menekan Rusia. Meskipun ada sanksi, ratusan tanker masih mengangkut minyak Rusia melintasi lautan dunia.

    Gudkow mengaitkan harapan akan gencatan senjata cepat, lebih dengan faktor internal daripada eksternal yang dapat menekan Kremlin.

    Semakin lama perang berlangsung, kata Gudkow, semakin sulit bagi Putin menjual perang dengan ‘kemenangan Rusia’. “Pada akhirnya, orang Rusia tidak akan peduli apakah Ukraina bergabung dengan NATO atau bagaimana perang ini berakhir – yang penting perang ini dapat berakhir,” kata politisi tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor Agus Setiawan

    Tonton juga video “Trump Ambil Alih Kendali Polisi Washington-Kerahkan Garda Nasional” di sini:

    (ita/ita)

  • Rusia Terus Mengembangkan Rudal Selama Moratorium, Bukan Cuma Punya Oreshnik

    Rusia Terus Mengembangkan Rudal Selama Moratorium, Bukan Cuma Punya Oreshnik

    JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan negara terus mengembangkan rudal selama masa berlakunya Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty, dengan Moskow memiliki senjata canggih lainnya selain Oreshnik.

    “Ketika moratorium diumumkan, kami menegaskan moratorium tersebut hanya berlaku untuk penempatan, dan tidak menyebutkan penghentian kegiatan (riset dan pengembangan),” kantor berita RIA mengutip Ryabkov dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi pemerintah Rossiya-1, seperti melansir Reuters 11 Agustus.

    “Jadi, waktu ini digunakan untuk mengembangkan sistem yang tepat dan membangun persenjataan yang cukup besar di area ini. Sejauh yang saya pahami, kami sekarang memilikinya,” ujar Ryabkov seperti dikutip RIA.

    Ditanya mengenai senjata canggih selain Oreshnik, Wamenlu Ryabkov mengatakan Rusia memiliki senjata canggih lainnya.

    “Oreshnik, ya, tetapi kami memiliki (senjata) lain. Kami tidak membuang waktu,” ujarnya dikutip dari TASS.

    “Saya tidak bisa membahas apa yang tidak seharusnya saya bahas, tetapi kami memiliki senjata semacam itu,” tambahnya ketika diminta untuk memberikan detail.

    Awal bulan ini, Rusia menyatakan akan mencabut apa yang disebutnya moratorium sepihak atas penempatan rudal jarak menengah, INF Treaty, dengan mengatakan hal ini merupakan respons yang dipaksakan terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

    Diketahui, perjanjian INF yang ditandatangani pada tahun 1987 oleh pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan, menghapuskan seluruh kelas senjata rudal yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer (311 hingga 3.418 mil).

    Pada saat itu, perjanjian tersebut dipandang sebagai tanda meredanya ketegangan antara kedua negara adidaya yang bertikai. Namun seiring waktu, perjanjian tersebut terurai seiring memburuknya hubungan.

    Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2019 di masa kepresidenan pertama Donald Trump, dengan alasan dugaan pelanggaran yang dibantah Rusia.

    November tahun lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan Rusia telah menembakan Rusia menembakan rudal balistik ke Dnipro, menghantam target militer Ukraina pada Hari Kamis, usai Amerika Serikat dan Inggris mengizinkan Ukraina menyerang Rusia dengan senjata Barat.

    Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pidato yang disiarkan di televisi, mengatakan Moskow menyerang fasilitas militer Ukraina dengan rudal balistik hipersonik jarak menengah baru yang dikenal sebagai “Oreshnik”, memperingatkan lebih banyak lagi yang akan menyusul.

    “Rusia menghantam sebuah pabrik kedirgantaraan Ukraina bernama Yuzhmash dengan rudal balistik hipersonik yang membawa hulu ledak non-nuklir,” kata Presiden Putin.

    Presiden Putin mengatakan, rudal baru yang diluncurkan Rusia ke Ukraina memiliki kecepatan hingga Mach 10, sesuatu yang dinilainya mustahil untuk dicegat oleh sistem pertahanan Amerika Serikat di Eropa.

    “Tidak ada cara untuk melawan rudal itu pada saat ini,” klaim Presiden Putin.

    “Oreshnik menyerang target dengan kecepatan Mach 10, atau 2,5 hingga 3 kilometer per detik,” ungkap Presiden Putin.

    “Sistem pertahanan udara modern dan sistem pertahanan rudal yang dikerahkan oleh Amerika di Eropa tidak dapat mencegat rudal semacam itu. Itu mustahil,” tandasnya.

    Pemimpin Kremlin menegaskan rudal balistik hipersonik baru yang ditembakan ke Ukraina pekan ini, Oreshnik, merupakan inovasi Rusia, bukan modernisasi peninggalan Soviet dan segera diproduksi massal.

  • Trump-Putin Bertemu Pekan Ini, Rusia-Ukraina Masih Saling Serang

    Trump-Putin Bertemu Pekan Ini, Rusia-Ukraina Masih Saling Serang

    JAKARTA – Militer Rusia dan militer Ukraina masih saling serang jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua pemimpin negara bertemu di Alaska pada Jumat pekan ini membahas upaya perdamaian Kyiv-Moskow.

    Dilansir Reuters, Senin, 11 Agustus, sistem pertahanan udara Rusia menembak jatuh tujuh pesawat nirawak (drone) Ukraina yang sedang menuju ibu kota Rusia pada Minggu malam dan Senin, 11 Agustus pagi, kata Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin.

    Sementara itu, serangan udara Rusia melukai 12 orang di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina.

    Rusia menyerang Zaporizhzhia dengan bom udara berpemandu, menghantam permukiman, terminal bus, dan klinik.

    “Setidaknya 12 orang terluka, salah satunya diselamatkan oleh petugas darurat dari bawah reruntuhan bangunan yang hancur,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan para petugas

    gabungan memberikan pertolongan setelah serangan bom Rusia di Zaporizhzhia.

    “Sayangnya, ada korban jiwa,” kata Zelenskyy.

    “Itulah mengapa sanksi dan tekanan diperlukan. Kekuatan dibutuhkan – dari Amerika Serikat, Eropa, dan semua negara di dunia yang menginginkan perdamaian dan stabilitas dalam hubungan internasional,” sambung Zelenskyy.

    Zaporizhzhia berada di garis depan perang yang dilancarkan Rusia terhadap tetangganya yang lebih kecil pada Februari 2022.

  • Harga Minyak Turun Lagi, Kini Dijual US$ 66 Per Barel

    Harga Minyak Turun Lagi, Kini Dijual US$ 66 Per Barel

    London, Beritasatu.com – Harga minyak mentah anjlok pada awal minggu, melanjutkan penurunan lebih dari 4% pekan lalu akibat tarif Trump.

    Kenaikan produksi OPEC, dan ekspektasi bahwa Amerika Serikat (AS) dan Rusia semakin mendekati pakta gencatan senjata Ukraina, membebani harga minyak.

    Harga minyak mentah Brent turun 52 sen, atau 0,78% menjadi US$ 66,07 per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 58 sen menjadi US$ 63,30.

    Ekspektasi terhadap potensi berakhirnya sanksi, yang membatasi pasokan minyak Rusia ke pasar internasional, meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus 2025 di Alaska untuk merundingkan akhir perang di Ukraina.

    Berita ini muncul seiring AS meningkatkan tekanan terhadap Rusia, meningkatkan kemungkinan sanksi terhadap Moskow juga akan diperketat jika kesepakatan damai tidak tercapai. 

    Selain perundingan AS-Rusia, data inflasi AS juga menjadi pendorong harga utama lainnya minggu ini.

    “Data IHK yang lebih lemah dari perkiraan akan meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang lebih awal dan lebih dalam, yang kemungkinan akan merangsang aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak mentah,” ujar analis pasar IG, Tony Sycamore, seperti dilansir Reuters, Senin (11/8/2025).

    “Sebaliknya, data yang lebih tinggi akan memicu kekhawatiran stagflasi dan mendorong kembali ekspektasi penurunan suku bunga The Fed,” tambah dia.

    Tarif impor yang lebih tinggi yang diberlakukan Trump terhadap puluhan negara diperkirakan akan membebani aktivitas ekonomi karena memaksa pengalihan rantai pasokan dan inflasi yang lebih tinggi.

  • India Setop Beli Rudal-Pesawat Tempur AS, Marah ke Trump Gegara Ini

    India Setop Beli Rudal-Pesawat Tempur AS, Marah ke Trump Gegara Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – India telah menunda rencananya untuk membeli sejumlah alutsista dari Amerika Serikat, termasuk kendaraan tempur Stryker, rudal anti tank Javelin, serta enam pesawat pengintai Boeing P8I beserta sistem pendukungnya US$3,6 miliar.

    Melansir Reuters, penundaan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 25% terhadap barang-barang impor asal India pada 6 Agustus 2025, meningkatkan total bea masuk atas ekspor India menjadi 50% salah satu yang tertinggi di antara semua mitra dagang AS.

    Trump menyebut tarif tersebut sebagai hukuman atas pembelian minyak Rusia oleh India yang dianggap ikut mendanai invasi ke Ukraina. India telah berencana untuk mengirim Menteri Pertahanan Rajnath Singh ke Washington dalam beberapa minggu mendatang untuk mengumumkan beberapa pembelian, tetapi perjalanan tersebut telah dibatalkan.

    Delhi, yang telah menjalin kemitraan erat dengan Amerika dalam beberapa tahun terakhir, menyatakan bahwa mereka menjadi sasaran yang tidak adil dan bahwa Washington serta sekutu-sekutunya di Eropa terus berdagang dengan Moskow ketika hal itu menguntungkan mereka.

    Hubungan India dengan Rusia

    Hubungan keamanan India yang semakin erat dengan AS, yang didorong oleh persaingan strategis bersama mereka dengan China, digembar-gemborkan oleh banyak analis AS sebagai salah satu bidang utama kemajuan kebijakan luar negeri dalam pemerintahan Trump yang pertama.

    Delhi adalah importir senjata terbesar kedua di dunia dan Rusia secara tradisional merupakan pemasok utamanya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, India telah beralih mengimpor dari kekuatan Barat seperti Prancis, Israel, dan AS, menurut lembaga pemikir Stockholm International Peace Research Institute.

    Pergeseran pemasok ini sebagian didorong oleh kendala pada kemampuan Rusia untuk mengekspor senjata, yang banyak dimanfaatkannya dalam invasi ke Ukraina. Beberapa senjata Rusia juga berkinerja buruk di medan perang, menurut analis Barat.

    Kemitraan pertahanan AS-India yang lebih luas, yang mencakup pembagian intelijen dan latihan militer gabungan, berlanjut tanpa hambatan, kata salah satu pejabat India.

    India juga tetap terbuka untuk mengurangi impor minyak dari Rusia dan terbuka untuk membuat kesepakatan di tempat lain, termasuk AS, jika bisa mendapatkan harga yang sama, menurut dua sumber India lainnya.

    “Ancaman Trump dan meningkatnya nasionalisme anti-AS di India telah mempersulit Modi secara politis untuk beralih dari Rusia ke AS,” kata salah satu sumber tersebut. Meskipun demikian, diskon biaya pendaratan minyak Rusia telah menyusut ke level terendah sejak 2022.

    Foto: REUTERS/Adnan Abidi
    Members of the Indonesian military band march during India’s Republic Day parade in New Delhi, India, January 26, 2025. REUTERS/Adnan Abidi

    Kementerian Perminyakan India tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Meskipun putusnya hubungan AS-India terjadi secara tiba-tiba, terdapat ketegangan dalam hubungan tersebut. Delhi telah berulang kali membantah klaim Trump bahwa AS menjadi penengah gencatan senjata antara India dan Pakistan setelah empat hari pertempuran antara kedua negara tetangga yang bersenjata nuklir tersebut pada bulan Mei.

    Trump juga menjamu panglima militer Pakistan di Gedung Putih beberapa minggu setelah konflik. Dalam beberapa bulan terakhir, Moskow secara aktif mendesak Delhi untuk membeli teknologi pertahanan baru seperti sistem rudal darat-ke-udara S-500, menurut salah satu pejabat India, serta sumber Rusia yang mengetahui pembicaraan tersebut.

    India saat ini tidak melihat perlunya pembelian senjata baru dari Moskow, kata dua pejabat India.

    Namun, Delhi kemungkinan besar tidak akan sepenuhnya menghentikan penggunaan senjata Rusia karena kemitraan yang telah berlangsung puluhan tahun antara kedua negara tersebut berarti sistem militer India akan terus membutuhkan dukungan Moskow, kata salah satu pejabat. Kedutaan Besar Rusia di Delhi tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    (wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus Pekan Depan

    Trump Bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus Pekan Depan

    JAKARTA – Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merundingkan akhir perang di Ukraina pada Jumat, 15 Agustus di Alaska.

    Trump membuat pengumuman tersebut di media sosial setelah mengatakan kedua belah pihak, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat menyelesaikan konflik tiga setengah tahun tersebut, yang dapat mengharuskan Ukraina menyerahkan sebagian besar wilayahnya.

    Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat, 8 Agustus, Trump mengisyaratkan kesepakatan akan melibatkan pertukaran wilayah.

    “Akan ada pertukaran wilayah untuk kebaikan keduanya,” kata presiden dari Partai Republik tersebut dilansir Reuters.

    Dalam pidato malamnya kepada rakyat, Zelenskyy mengatakan gencatan senjata dapat dicapai selama tekanan yang memadai diberikan kepada Rusia.

    Presiden Ukraina mengatakan telah melakukan lebih dari belasan percakapan dengan para pemimpin berbagai negara dan timnya terus berkomunikasi dengan Amerika Serikat.

    Sementara Putin mengklaim empat wilayah Ukraina – Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson – serta semenanjung Laut Hitam Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014. Pasukannya tidak sepenuhnya menguasai seluruh wilayah di keempat wilayah tersebut.

    Sebelumnya, Bloomberg News melaporkan para pejabat AS dan Rusia sedang mengupayakan kesepakatan yang akan mengunci pendudukan Moskow atas wilayah yang direbut selama invasi militernya.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan berita Bloomberg tersebut hanyalah spekulasi. Seorang juru bicara Kremlin tidak menanggapi permintaan komentar.

    Ukraina sebelumnya telah mengisyaratkan kesediaan untuk bersikap fleksibel dalam upaya mengakhiri perang yang telah menghancurkan kota-kotanya dan menewaskan banyak tentara dan warganya.

    Namun, menerima hilangnya sekitar seperlima wilayah Ukraina akan menyakitkan dan menantang secara politis bagi Zelenskiy dan pemerintahannya.

    Tyson Barker, mantan wakil khusus Departemen Luar Negeri AS untuk pemulihan ekonomi Ukraina, mengatakan proposal perdamaian sebagaimana diuraikan dalam laporan Bloomberg akan segera ditolak oleh Ukraina.

    “Yang terbaik yang bisa dilakukan Ukraina adalah tetap teguh pada keberatan dan persyaratan mereka untuk penyelesaian yang dinegosiasikan, sambil menunjukkan rasa terima kasih mereka atas dukungan Amerika,” kata Barker, seorang peneliti senior di Atlantic Council.

    Berdasarkan kesepakatan yang diusulkan, menurut Bloomberg, Rusia akan menghentikan serangannya di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia di sepanjang garis pertempuran saat ini.

  • 6 Fakta Petemuan Trump dan Putin, Nasib Ukraina Bakal Ditentukan

    6 Fakta Petemuan Trump dan Putin, Nasib Ukraina Bakal Ditentukan

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggelar pertemuan puncak di Alaska pada 15 Agustus. KTT ini diharapkan menjadi langkah besar menuju penghentian perang Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.

    Trump sebelumnya telah menghabiskan bulan-bulan pertamanya menjabat untuk mencoba menengahi perdamaian, setelah sesumbar bahwa ia dapat mengakhiri perang dalam 24 jam. Namun beberapa putaran perundingan damai, panggilan telepon, dan kunjungan diplomatik gagal menghasilkan terobosan.

    Berikut fakta-fakta terkait rencana pertemuan kedua kepala negara tersebut:

    Lokasi Pertemuan

    Trump mengumumkan KTT akan digelar di Alaska pada 15 Agustus melalui Truth Social, yang kemudian dikonfirmasi Kremlin.

    “Mereka ingin bertemu dengan saya, saya akan melakukan apa pun untuk menghentikan pembunuhan itu,” kata Trump.

    Ia juga menyebut akan ada “pertukaran wilayah untuk kebaikan” Ukraina dan Rusia, namun tanpa merinci lebih lanjut. Kremlin menilai lokasi ini “cukup logis” untuk pertemuan kedua pemimpin.

    Mengapa Alaska?

    Alaska adalah wilayah yang dibeli AS dari Rusia pada 1867 dan terletak dekat dengan Rusia, hanya dipisahkan oleh Selat Bering. Ajudan Kremlin Yuri Ushakov mengatakan wilayah ini memiliki potensi kerja sama ekonomi besar.

    “Namun, tentu saja, para presiden akan fokus membahas opsi penyelesaian damai jangka panjang atas krisis Ukraina,” ujarnya. Ushakov menambahkan, Putin berharap pertemuan berikutnya dapat digelar di Rusia.

    Hambatan Lokasi

    Rencana KTT ini dibatasi oleh surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Putin, yang membuatnya sulit bepergian ke negara anggota ICC. Sebelumnya, muncul kandidat lokasi lain seperti Uni Emirat Arab, Turki, China, atau India, namun akhirnya Alaska dipilih.

    Keterlibatan Zelensky

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendorong agar KTT ini menjadi pertemuan tiga pihak. Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, mengusulkan format tersebut saat bertemu Putin pekan ini, namun Moskow menolak.

    Dalam perundingan di Istanbul pada Juni lalu, Rusia menegaskan pertemuan Putin-Zelensky hanya bisa dilakukan pada tahap akhir negosiasi setelah ada kesepakatan prinsip perdamaian.

    Sejarah Pertemuan Putin-Trump

    Trump dan Putin terakhir kali bertemu pada KTT G20 di Jepang pada 2019. Pertemuan sebelumnya di Helsinki pada 2018 menuai kritik karena Trump dinilai membela Putin terkait temuan intelijen AS mengenai campur tangan Rusia dalam Pemilu AS.

    Terakhir kali Putin bertemu presiden AS di wilayah AS adalah saat berunding dengan Barack Obama pada Sidang Umum PBB 2015.

    Posisi Negosiasi Saat Ini

    Rusia menuntut Ukraina menarik pasukan dari empat wilayah yang dianeksasi, bersikap netral, tidak bergabung dengan NATO, dan menolak bantuan militer Barat. Sementara Ukraina menegaskan tidak akan mengakui klaim Rusia atas wilayahnya, namun siap mengembalikan wilayah tersebut melalui diplomasi. Kyiv uga meminta jaminan keamanan dari Barat, termasuk pengerahan pasukan penjaga perdamaian.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fix! Trump-Putin Akan Ketemuan di Alaska Bahas Ukraina

    Fix! Trump-Putin Akan Ketemuan di Alaska Bahas Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan bahwa ia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, AS. Trump mengisyaratkan bahwa kesepakatan antara Moskow dan Kyiv untuk mengakhiri perang di Ukraina dapat melibatkan pertukaran wilayah.

    Kremlin kemudian mengonfirmasi pertemuan puncak tersebut, menyebut lokasi tersebut “cukup logis.”

    “Para presiden sendiri pasti akan fokus membahas opsi-opsi untuk mencapai penyelesaian damai jangka panjang atas krisis Ukraina,” kata pejabat Kremlin, Yuri Ushakov, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Telegram pada Jumat (8/8) waktu setempat, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025).

    Puluhan ribu orang telah tewas sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, dengan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

    “Pertemuan yang sangat dinantikan antara saya, sebagai Presiden Amerika Serikat, dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, akan berlangsung Jumat depan, 15 Agustus 2025, di Negara Bagian Alaska,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    Sebelumnya, ia mengatakan di Gedung Putih bahwa “akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan” Ukraina dan Rusia, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    “Pertemuan yang sangat dinantikan antara saya, sebagai Presiden Amerika Serikat, dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, akan berlangsung Jumat depan, 15 Agustus 2025, di Negara Bagian Alaska,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    Sebelumnya, ia mengatakan di Gedung Putih bahwa “akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan” Ukraina dan Rusia, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Putin mengadakan konsultasi pada hari Jumat (8/8) waktu setempat dengan para pemimpin China dan India menjelang pertemuan puncak dengan Trump.

    Sebelumnya, tiga putaran negosiasi antara Rusia dan Ukraina gagal membuahkan hasil, dan masih belum jelas apakah pertemuan puncak akan membawa perdamaian lebih dekat.

    Putin telah menolak berbagai seruan dari Amerika Serikat, Eropa, dan Ukraina untuk gencatan senjata.

    Ia juga mengesampingkan kemungkinan mengadakan perundingan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada tahap ini, sebuah pertemuan yang menurut Zelensky diperlukan untuk mencapai kemajuan dalam kesepakatan.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)