kab/kota: Moskow

  • Pertemuan Putin dan Zelensky Mulai Direncanakan, Tempatnya Masih Rahasia

    Pertemuan Putin dan Zelensky Mulai Direncanakan, Tempatnya Masih Rahasia

    Jakarta

    Gedung Putih mengatakan saat ini tengah direncanakan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mengakhiri perang. Tempat pertemuan keduanya masih dirahasiakan.

    Dilansir kantor berita CNN, Rabu (20/8/2025), tiga pejabat Gedung Putih kepada CNN mengatakan sejumlah lokasi tengah dipertimbangkan untuk pertemuan Zelensky dan Putin. Tak hanya itu, katanya, saat ini juga tengah direncanakan pertemuan Putin, Zelensky dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Masih dari sumber pejabat di Gedung Putih, sejumlah lokasi tengah dipertimbangkan untuk menjadi tempat pertemuan Putin dan Zelensky. Lokasi itu di antaranya adalah Budapest dan Swiss.

    Seorang pejabat mengatakan bahwa Trump sendiri telah membahas kemungkinan Budapest dalam percakapan telepon baru-baru ini dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban. Pejabat mengatakan kepada CNN bahwa perencanaan seputar pertemuan tersebut telah ditunda kemarin setelah Trump mengumumkan bahwa akan ada pertemuan pertama hanya dengan Putin dan Zelensky.

    Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, enggan menjawab perihal lokasi pertemuan Putin dan Zelensky. Dia hanya menyebut AS akan membantu mewujudkan pertemuan Putin dan Zelensky.

    “Kedua pemimpin telah menyatakan kesediaan untuk duduk bersama, sehingga tim keamanan nasional kami akan membantu kedua negara mewujudkannya,” ujar Leavitt kepada wartawan di pengarahan Gedung Putih.

    Zelensky Siap Bertemu Putin

    Sebelumnya, Zelensky mengatakan dirinya bersedia bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang.

    Berbicara kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump dan beberapa pemimpin Eropa di Gedung Putih pada Senin (18/8) waktu setempat, Zelensky mengatakan ia siap untuk pertemuan tatap muka pertamanya dengan Putin sejak invasi Moskow hampir tiga setengah tahun yang lalu.

    “Saya mengonfirmasi — dan semua pemimpin Eropa mendukung saya — bahwa kami siap untuk pertemuan bilateral dengan Putin,” kata Zelensky setelah pertemuan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Selasa (19/8).

    Halaman 2 dari 2

    (whn/zap)

  • Wilayah-wilayah Mana yang Dipertaruhkan dalam Perang Rusia-Ukraina?

    Wilayah-wilayah Mana yang Dipertaruhkan dalam Perang Rusia-Ukraina?

    Jakarta

    Ukraina memiliki luas daratan sekitar 600.000 kilometer persegi. Namun bagi Moskow luas wilayah Ukraina 20% lebih kecil dari itu, dan menganggap sebagian besar wilayah di timur Ukraina adalah wilayah Rusia.

    Sebelum pertemuan Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Alaska, Trump mengatakan, ia ingin mengatur “pertukaran wilayah” antara Rusia dan Ukraina.

    Namun Trump menggunakan istilah yang keliru, karena Ukraina tidak mengontrol wilayah Rusia mana pun yang dapat ditukar. Serangan balasan Ukraina ke wilayah Kursk Rusia, yang dimulai pada Agustus 2024, sebagian besar telah berakhir. Hal ini membuat Ukraina memiliki posisi tawar yang lemah dalam pertukaran wilayah. Ukraina dan sekutunya khawatir, Trump akan semkin menekan agar Ukraina menyerahkan wilayahnya yang sudah dianeksasi kepada Rusia.

    Pada hari Senin(18/8) malam, Trump menerima Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan beberapa pemimpin Eropa terkemuka di Washington untuk membahas lebih lanjut masalah tersebut.

    Sehari sebelum pertemuan di Alaska, Trump menegaskan pada platform Truth Social bahwa ia hanya mendukung sebagian posisi Kyiv. “Presiden Zelenskyy dapat mengakhiri perang dengan Rusia dengan sangat cepat jika ia mau, atau ia dapat melanjutkan perang,” tulisnya seraya menambahkan “Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO. […] Beberapa hal tidak pernah berubah!!!”

    Dengan demikian, kembalinya wilayah Krimea yang dianeksasi Rusia ke Ukraina, bagi Trump adalah hal yang tidak mungkin terjadi, sama halnya dengan Ukraina bergabung dengan NATO.

    Menurut berbagai media internasional, Trump dan Putin diyakini telah sepakat dalam pertemuan mereka di Alaska bahwa Ukraina harus menyerahkan wilayah Donetsk dan Luhansk secara keseluruhan kepada Rusia. Zelenskyy menolak hasil tersebut.

    Wilayah Ukraina yang berada di bawah kendali Rusia

    Pasukan Rusia kemudian mendestabilisasi Donetsk dan Luhansk, dua wilayah timur Ukraina. Kedua wilayah ini membentuk Donbas, lembah Sungai Donets, yang mengalir ke Sungai Don di Rusia.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Pada 21 Februari 2022, Rusia mengakui dua “Republik Rakyat” pro-Rusia di Ukraina yang mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka. Tiga hari setelahnya, Moskow menggencarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Ukraina berhasil menahan pasukan Rusia yang menyerang dari utara selama bulan-bulan awal perang. Namun, Rusia berhasil menaklukkan wilayah Ukraina di timur dengan kekuatan militer yang besar.

    Selain menguasai sekitar dua pertiga wilayah Donetsk dan hampir seluruh wilayah Luhansk, Rusia juga menguasai bagian besar wilayah Zaporizhzhia dan Kherson di tenggara Ukraina, meskipun tidak sepenuhnya mengendalikan wilayah tersebut.

    Pada September 2022, Rusia mengadakan referendum palsu di keempat wilayah tersebut, menunjukkan keinginan penduduk setempat untuk bergabung dengan Federasi Rusia.

    Namun, laporan terbaru Dewan Eropa menyatakan, warga sipil di wilayah-wilayah tersebut menghadapi kekerasan dan paksaan. Laporan tersebut menyebutkan, mereka yang menolak menjadi warga negara Rusia tidak dapat mengakses layanan sosial, pendidikan, dan perawatan kesehatan.

    Mengapa wilayah Donbas begitu penting?

    Wilayah-wilayah ini penting bagi geopolitik Rusia. Donbas memiliki cadangan batu bara dan bijih besi yang penting bagi industri baja dan kimia. Cadangan logam tanah jarang juga diyakini tersimpan di sini – logam yang berperan penting dalam produksi teknologi pintar dan energi terbarukan di masa depan. Dengan menguasai wilayah timur yang merupakan jembatan darat ke Krimea, Rusia telah menutup akses Ukraina ke Laut Azov.

    Wilayah Donbas, yang telah menjadi medan pertempuran sejak 2014, menjadi benteng pertahanan utama Ukraina melawan pasukan Rusia. Meskipun Rusia menguasai sebagian besar Donbas, mereka belum berhasil menembus pertahanan ini.

    Dalam pembahasan konsesi teritorial terakhir bersama AS, Rusia menuntut kendali penuh atas Donetsk dan Luhansk sebagai syarat pengembalian wilayah Kherson dan Zaporizhzhia.

    Namun analisis Institut Studi Perang AS memperingatkan bahwa jika Ukraina menyerahkan Donetsk, mereka harus meninggalkan benteng pertahanan utama tanpa jaminan pertempuran akan berakhir.

    Apa kata konstitusi?

    Setelah mengadakan referendum palsu, Rusia merevisi konstitusinya – menyatakan wilayah Ukraina yang dianeksasi sebagai bagian dari Rusia. Membatalkan revisi tersebut berarti menghadapi hambatan hukum dan politik dan kemungkinan besar masyarakat Rusia akan menganggapnya sebagai suatu kekalahan.

    Pemerintah Ukraina, di sisi lain, tidak menyetujui penyerahan wilayah Ukraina. Presiden Volodymyr Zelenskyy telah berulang kali mengutip Pasal 133 Konstitusi Ukraina, yang secara eksplisit mencantumkan semua wilayah , termasuk wilayah di timur dan selatan yang saat ini diduduki oleh Rusia adalah kawasan kedaulatan mereka. Konstitusi mengatur Krimea dalam bagian khusus, Krimea adalah bagian dari Ukraina yang memiliki otonomi khusus.

    Pasal 2 konstitusi melarang pengalihan wilayah, menyebut “wilayah Ukraina dalam batasnya saat ini adalah tak terbagi dan tak dapat diganggu gugat.” Perubahan wilayah hanya dapat disetujui melalui referendum nasional, yang dapat dilakukan setelah Ukraina menghentikan status darurat militer.

    Konstitusi Rusia dan Ukraina, bertentangan satu sama lain terkait wilayah timur Ukraina. Namun, menurut hukum internasional, para ahli hukum sepakat bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan semua referendum palsu adalah hal yang ilegal.

    Apa peran NATO?

    Sekjen NATO, Mark Rutte, sempat memicu kontroversi, setelah mengatakan kepada salah satu stasiun TV AS, di masa depan negara-negara mungkin harus mengakui secara praktis (de facto) bahwa Rusia menguasai sebagian wilayah Ukraina, namun juga menegaskan, negara-negara Barat tidak akan pernah mengakui pendudukan Rusia tersebut secara hukum (de Jure).

    Rutte mencontohkan posisi AS selama pendudukan Soviet atas negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, Lithuania) di tahun 1940 dan 1991. Saat itu AS mengakui kendali Soviet secara praktis, tetapi tidak mengakui aneksasi tersebut sah secara hukum, AS pun terus mendukung kedaulatan negara-negara Baltik tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Agus Setiwan

    (haf/haf)

  • Putin Bombardir Ukraina Usai Temui Trump, NATO Kerahkan Jet Tempur

    Putin Bombardir Ukraina Usai Temui Trump, NATO Kerahkan Jet Tempur

    Jakarta, CNBC Indonesia – NATO mengerahkan jet tempur, termasuk dari Polandia dan Swedia, setelah Rusia melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Ukraina pada Senin malam (18/8/2025) waktu setempat. Serangan itu menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai empat lainnya, termasuk dua anak-anak.

    “Untuk memastikan keamanan wilayah udara Polandia, Komando Operasional Angkatan Bersenjata Polandia telah mengaktifkan semua prosedur yang diperlukan,” kata militer Polandia dalam pernyataannya, seperti dikutip Newsweek pada Selasa (19/8/2025).

    “Pesawat Polandia dan sekutu telah memulai operasi, dan sistem pertahanan udara berbasis darat serta pengintaian radar telah mencapai tingkat kesiapan tertinggi,” tambahnya.

    Angkatan Udara Swedia juga menurunkan jet tempur Gripen yang ditempatkan di Polandia untuk membantu patroli udara.

    “Kami berterima kasih atas dukungan Komando Udara NATO dan angkatan udara Swedia,” tulis militer Polandia di X.

    Menurut Angkatan Udara Ukraina, Rusia meluncurkan 280 serangan udara dalam semalam, termasuk 270 drone Shahed, lima rudal balistik Iskander-M, dan lima rudal jelajah Kh-101. Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh 230 drone, dua rudal balistik, dan empat rudal jelajah. Serangan tercatat di 16 lokasi.

    Di wilayah Chernihiv, seorang pria berusia 45 tahun tewas akibat serangan drone di kota Nizhyn. Sementara di Kharkiv, dua orang dewasa dan dua anak terluka akibat serangan rudal yang menghantam rumah penduduk. Serangan juga merusak infrastruktur energi di Poltava, membuat 1.500 warga kehilangan listrik.

    Wali Kota Kremenchuk, Vitalii Maletskyi, mengecam langkah Moskow. “Tepat saat Putin meyakinkan Trump melalui telepon bahwa ia menginginkan perdamaian, pasukan Putin justru melancarkan serangan besar-besaran. Dunia kembali melihat bahwa Putin tidak menginginkan perdamaian,” katanya melalui Telegram.

    Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pemimpin Eropa lain di Gedung Putih. Trump mengatakan telah mulai mengatur pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Zelensky.

    “Di akhir pertemuan, saya menelepon Presiden Putin dan mulai mengatur pertemuan dengan Zelensky di lokasi yang akan ditentukan,” tulis Trump di Truth Social. “Setelah itu, akan ada pertemuan trilateral bersama saya.”

    Militer Polandia menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran wilayah udara negaranya, dan operasi udara dihentikan setelah ancaman dinyatakan mereda.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perang 2 Tetangga Asia Usai di Tangan Trump, Iran “Panas” Lakukan Ini

    Perang 2 Tetangga Asia Usai di Tangan Trump, Iran “Panas” Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Iran Masoud Pezeshkian melakukan kunjungan resmi ke Yerevan, Armenia, pada Senin (18/8/2025) untuk membahas proyek koridor transportasi Azerbaijan yang didukung Amerika Serikat (AS).

    Melansir Al Jazeera, langkah ini menegaskan penolakan Teheran terhadap rencana pembangunan jalur darat tersebut yang dinilai dapat mengancam kepentingan geopolitiknya.

    Koridor yang dikenal sebagai Rute Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional (TRIPP) merupakan bagian dari perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan yang ditandatangani di Washington awal Agustus.

    Presiden AS Donald Trump bahkan menyebut kesepakatan itu memberi Washington hak eksklusif untuk mengembangkan jalur tersebut, sekaligus membuka kerja sama baru di bidang energi, perdagangan, dan teknologi.

    Namun, Teheran menilai kehadiran perusahaan maupun pasukan asing di kawasan akan mengganggu stabilitas. “Kami akan membahasnya dengan pejabat Armenia dan menyampaikan kekhawatiran kami,” kata Pezeshkian kepada televisi pemerintah sebelum keberangkatan ke Yerevan.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan koridor itu menyangkut isu geopolitik sensitif.

    “Kekhawatiran utama kami adalah rute ini bisa menyebabkan perubahan geopolitik di kawasan,” ujarnya kepada kantor berita IRNA.

    Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, bahkan menyebut proyek itu sebagai bentuk “hegemoni AS di Kaukasus.” Ia menegaskan Teheran akan memblokir inisiatif tersebut “dengan atau tanpa Rusia.”

    Koridor Zangezur, nama lain rute yang diusulkan, akan menghubungkan Azerbaijan dengan eksklave Nakhchivan melewati dekat perbatasan Iran. Teheran menilai proyek ini berpotensi memisahkan Iran dari Armenia dan Kaukasus, sekaligus menempatkan pasukan asing di wilayah sensitif.

    Sementara itu, Rusia menyambut hati-hati kesepakatan tersebut. Moskow menilai proyek itu bisa mendukung stabilitas, tetapi tetap memperingatkan terhadap intervensi asing.

    Armenia dan Azerbaijan memiliki sejarah panjang konflik, termasuk perebutan Nagorno-Karabakh sejak akhir 1980-an. Baku berhasil merebut wilayah itu lewat operasi militer pada 2023, memicu eksodus besar-besaran etnis Armenia. Tahun lalu, Armenia juga mengembalikan beberapa desa ke Azerbaijan, yang digambarkan Baku sebagai langkah “bersejarah.”

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pesawat Pengebom Nuklir Rusia Terbang di Atas Laut Jepang, Ada Apa?

    Pesawat Pengebom Nuklir Rusia Terbang di Atas Laut Jepang, Ada Apa?

    Moskow

    Sebuah pesawat pengebom strategis berkemampuan nuklir Tu-95MS milik Rusia mengudara di atas perairan netral di Laut Jepang. Moskow menyebut penerbangan pesawat pengebomnya ini sebagai penerbangan yang terjadwal.

    Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters dan kantor berita Rusia, TASS News Agency, Selasa (19/8/2025), menyebut penerbangan itu berlangsung lebih dari enam jam.

    Pesawat pengebom Rusia itu dikawal oleh sejumlah jet tempur Su-35S dan Su-30SM dalam penerbangan tersebut.

    “Pesawat pengebom strategis jarak jauh Tu-95MS melakukan penerbangan terjadwal di atas perairan netral Laut Jepang. Penerbangan tersebut berlangsung lebih dari enam jam,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

    “Awak pesawat Su-35S dan Su-30SM dari Angkatan Udara Rusia memberikan dukungan tempur untuk penerbangan tersebut,” imbuh pernyataan tersebut.

    Awak pesawat jarak jauh Rusia, sebut Kementerian Pertahanan Moskow, secara rutin melakukan penerbangan di atas perairan netral di kawasan Arktik, Atlantik Utara, Samudra Pasifik, Laut Hitam, dan Laut Baltik.

    Ditegaskan oleh Kementerian Pertahanan Rusia bahwa pesawat-pesawat dari Angkatan Udara mereka melakukan semua penerbangan dengan mematuhi secara ketat aturan internasional tentang penggunaan wilayah udara.

    Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari pemerintah dan militer Jepang terkait aktivitas pesawat militer Rusia tersebut.

    Situasi serupa terjadi pada Januari lalu, ketika militer Jepang mendeteksi keberadaan pesawat pengebom Rusia yang mengudara di atas perairan internasional di Laut Okhotsk dan Laut Jepang. Tokyo mengerahkan sejumlah jet tempurnya sebagai respons pada saat itu.

    Otoritas Tokyo sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya telah mengangkat masalah ini dengan Moskow di masa lalu melalui jalur diplomatik, termasuk mengenai “penyusupan” jet tempur Rusia ke dalam wilayah udara teritorial Jepang pada September tahun lalu, yang telah dibantah oleh Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Zelensky Siap Bertemu Putin untuk Akhiri Perang

    Zelensky Siap Bertemu Putin untuk Akhiri Perang

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dirinya bersedia bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang.

    Berbicara kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump dan beberapa pemimpin Eropa di Gedung Putih pada Senin (18/8) waktu setempat, Zelensky mengatakan ia siap untuk pertemuan tatap muka pertamanya dengan Putin sejak invasi Moskow hampir tiga setengah tahun yang lalu.

    “Saya mengonfirmasi — dan semua pemimpin Eropa mendukung saya — bahwa kami siap untuk pertemuan bilateral dengan Putin,” kata Zelensky setelah pertemuan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Selasa (19/8/2025).

    Zelensky saat ini berada di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk menyerahkan wilayahnya guna mengakhiri perang.

    Sebelum pertemuan di Gedung Putih, Trump telah mendesak Ukraina untuk melupakan soal pengembalian Crimea yang dicaplok Rusia. Trump juga menegaskan bahwa Ukraina tak akan bergabung dengan NATO, sesuai tuntutan Putin.

    Namun, Zelensky menekankan bahwa ia telah mampu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang garis pertempuran kepada Trump, yang ditemuinya dalam pertemuan empat mata di Ruang Oval.

    “Ini adalah pertemuan terbaik kami,” kata Zelensky, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya. “Saya dapat menunjukkan banyak hal, bahkan di peta, kepada semua rekan Amerika mengenai situasi di medan perang,” ujarnya usai pertemuan di Gedung Putih.

    Alih-alih konsesi dari Ukraina, pertemuan tersebut berfokus pada pengaturan jaminan keamanan jika terjadi kesepakatan damai, ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada wartawan setelah pertemuan itu.

    Trump mengatakan jaminan tersebut “akan diberikan oleh berbagai Negara Eropa (dalam) koordinasi dengan Amerika Serikat.”

    Zelensky menambahkan bahwa “penting bagi Amerika Serikat untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa mereka akan menjadi salah satu negara yang akan membantu, berkoordinasi, dan juga menjadi peserta dalam jaminan keamanan untuk Ukraina.”

    Zelensky mengatakan rencana tersebut akan “diformalkan dalam beberapa cara dalam pekan depan atau sepuluh hari ke depan.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Rupiah Loyo Hari Ini 19 Agustus 2025 Usai Libur HUT RI – Page 3

    Rupiah Loyo Hari Ini 19 Agustus 2025 Usai Libur HUT RI – Page 3

    Berdasarkan laporan FedWatch CME, ada kemungkinan sebesar 83 persen The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September 2025, namun sikap hawkish bank sentral AS menjadi langkah antisipasif pelaku pasar saat ini.

    Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan pada Jumat (15/08), yang tidak menghasilkan kesepakatan gencatan senjata atau kesepakatan formal untuk mengakhiri perang Ukraina.

    Sebelumnya, pada Rabu (13/8/2025), Trump mengancam akan memberikan “konsekuensi berat” apabila Putin tidak menyetujui perdamaian, mengingat Trump telah mengancam tarif tinggi terhadap pembeli utama minyak Rusia, yaitu India dan China.

    Para analis mengatakan pembatasan yang lebih ketat terhadap ekspor energi dari Moskow dapat memperburuk kendala pasokan yang ada, terutama di Eropa, dan sebagian Asia yang masih sangat bergantung pada minyak mentah dan produk olahan Rusia.

    Dari kawasan Asia, perekonomian China melambat di hampir semua sektor pada Juli 2025, yang mana aktivitas pabrik, investasi, dan penjualan ritel mengecewakan ekspektasi, dipengaruhi pengetatan Beijing terhadap perang harga serta dampak lanjutan tarif impor dari Trump.

     

     

     

     

     

     

  • Tak Gabung NATO, Tak Dapat Crimea

    Tak Gabung NATO, Tak Dapat Crimea

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbicara mengenai nasib Ukraina yang saat ini berperang dengan Rusia. Trump mengatakan Ukraina tidak akan bergabung dengan kelompok NATo dan tidak akan mengambil kembali Crimea yang dianeksasi Rusia.

    Dilansir BBC, Senin (18/8/2025), hal tersebut disampaikan Trump beberapa jam sebelum ia dijadwalkan menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih. Trump juga mengatakan tidak akan ada pengembalian semenanjung Crimea, yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014, delapan tahun sebelum melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.

    Pernyataan Trump ini menyusul pertemuan puncaknya dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin di Alaska, yang mengakibatkan presiden AS tersebut membatalkan tuntutan gencatan senjata, dan menyerukan kesepakatan damai permanen.

    Dalam unggahan di platform Truth Social miliknya pada Minggu (17/8) malam waktu setempat, Trump menuliskan: “Presiden Zelensky dari Ukraina dapat segera mengakhiri perang dengan Rusia, jika ia mau, atau ia dapat terus berjuang.”

    “Ingat bagaimana semuanya bermula. Tidak ada pengembalian Crimea yang diberikan oleh Obama dan TIDAK ADA UKRAINA MASUK NATO. Beberapa hal tidak pernah berubah!!!” tambah Trump.

    Sebelum Trump kembali berkuasa pada bulan Januari lalu, negara-negara NATO menyepakati “jalur yang tidak dapat diubah” bagi Kyiv untuk menjadi anggota aliansi tersebut.

    Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, bersama para pemimpin Eropa termasuk Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, akan bergabung dengan Zelensky di Washington, AS untuk membahas masa depan Ukraina pada hari Senin (18/8).

    Trump kemudian menambahkan: “Besok adalah hari besar di Gedung Putih. Tidak pernah ada begitu banyak pemimpin Eropa sekaligus. Kehormatan besar bagi saya untuk menjamu mereka!!!”

    Zelensky mengunggah postingan di media sosial yang mengatakan bahwa ia “bersyukur” atas undangan Trump. “Kita semua memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri perang ini dengan cepat dan andal”.

    Ia juga menegaskan kembali perlunya jaminan keamanan yang efektif dari sekutu, “tidak seperti bertahun-tahun yang lalu… ketika Ukraina diberi apa yang disebut ‘jaminan keamanan’ pada tahun 1994 tetapi tidak berhasil”.

    “Tentu saja, Krimea seharusnya tidak diserahkan saat itu,” tambahnya. “Sama seperti Ukraina yang tidak menyerahkan Kyiv, Odesa, atau Kharkiv setelah tahun 2022”.

    Putin Ungkap Ada ‘Kesepahaman’ dengan Trump Soal Ukraina

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ada “kesepahaman” yang dicapai dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah keduanya melakukan pertemuan di Alaska. Putin menyebut bahwa “kesepahaman” itu dapat membawa perdamaian di Ukraina.

    Putin dan Trump melakukan pertemuan yang sangat dinantikan di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat, yang dimaksudkan untuk membahas perang di Ukraina dan langkah-langkah menuju perdamaian.

    Namun kedua pemimpin mengakhiri pertemuan tanpa ada kesepakatan apa pun soal Ukraina, setelah melakukan pembicaraan selama tiga jam di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska. Kendati demikian, Putin menyebut ada “kesepahaman” antara dirinya dan Trump mengenai Ukraina dalam pertemuan itu.

    “Kami berharap kesepahaman yang telah kami capai akan… membuka jalan bagi perdamaian di Ukraina,” kata Putin dalam konferensi pers bersama dengan Trump setelah pembicaraan keduanya, seperti dilansir AFP, Sabtu (16/8/2025).

    Putin tidak menjelaskan lebih lanjut soal “kesepahaman” yang dimaksudnya tersebut.

    Dalam konferensi pers yang digelar singkat dengan backdrop sederhana bertuliskan “Pursuing Peace” tersebut, Putin mengatakan bahwa Rusia berharap agar “Kyiv dan ibu kota Eropa akan memandang semua ini secara konstruktif dan tidak akan menciptakan hambatan apa pun”.

    Putin juga memperingatkan terhadap “upaya-upaya untuk mengganggu kemajuan yang telah muncul melalui provokasi atau intrik di-balik-layar”.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

  • Prosedur Aneh, Tim Keamanan Rusia Disebut Bawa ‘Koper Kotoran’ Putin

    Prosedur Aneh, Tim Keamanan Rusia Disebut Bawa ‘Koper Kotoran’ Putin

    GELORA.CO – Media internasional kembali menyoroti langkah keamanan tidak lazim Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurut laporan The Express US, para pengawal Putin diduga membawa “koper kotoran” setiap kali ia melakukan perjalanan ke luar negeri, termasuk saat pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump di Alaska.

    Tujuan dari prosedur ini bukanlah hal biasa. Disebut-sebut pihak intelijen Rusia melakukannya untuk mencegah pihak asing memperoleh informasi medis tentang Putin melalui sampel biologisnya.

    Bagaimana Prosedurnya?

    Mengutip investigasi Regis Gente dan Mikhail Rubin yang pernah diterbitkan di majalah Prancis Paris Match, disebutkan bahwa anggota Badan Perlindungan Federal Rusia (FPS) memiliki tugas khusus: mengumpulkan limbah tubuh Putin, menyimpannya dalam kantong steril, lalu membawanya kembali ke Moskow menggunakan tas khusus.

    Langkah ini dilaporkan sudah berlangsung bertahun-tahun. Misalnya, ketika Putin berkunjung ke Prancis pada Mei 2017 maupun saat kunjungan ke Wina. Bahkan, menurut jurnalis Farida Rustamova, Putin pernah menggunakan toilet portabel khusus untuk memastikan tidak ada jejak yang tertinggal.

    Mengapa Hal Ini Dilakukan?

    Menurut sejumlah analis, sampel biologis seperti kotoran manusia dapat mengungkap kondisi kesehatan seseorang. Dengan mengontrol jejak biologisnya, Rusia diyakini berusaha mencegah kemungkinan negara lain mengumpulkan informasi medis rahasia tentang sang presiden.

    Spekulasi ini semakin menarik perhatian karena usia Putin kini sudah 72 tahun, dan rumor soal kesehatannya terus beredar.

    Spekulasi Kesehatan Putin

    Selama beberapa tahun terakhir, kesehatan Putin menjadi bahan perbincangan global. Pada November 2024, ia terekam kamera tampak menghentakkan kaki saat konferensi pers di Astana, Kazakhstan — sebuah gerakan yang oleh sebagian dokter dianggap bisa mengindikasikan masalah neurologis seperti Parkinson.

    Pada 2023, Putin juga terlihat gelisah di kursinya saat bertemu Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko. Bahkan pada 2022, Kremlin sampai harus membantah rumor yang tersebar di Telegram, yang menyebut Putin sempat terjatuh dan mengalami insiden memalukan.

    Meski Kremlin berulang kali membantah kabar soal kesehatan presiden, isu ini tidak pernah benar-benar surut. Prosedur keamanan yang unik seperti “koper kotoran Putin” justru menambah bahan spekulasi baru di mata publik internasional.

    Dengan latar ketegangan geopolitik Rusia di berbagai kawasan, setiap detail tentang kesehatan Vladimir Putin kini dianggap punya dampak besar terhadap masa depan politik global.

  • Pabrik Mesiu Meledak, 20 Tewas & 134 Orang Terluka

    Pabrik Mesiu Meledak, 20 Tewas & 134 Orang Terluka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kejadian memilukan terjadi dekat ibu kota Rusia yakni Moskow, di mana ada ledakan di di pabrik mesiu dekat Moskow. Jumlah korban tewas akibat ledakan ini pun bertambah menjadi 20 orang.

    Sebanyak 100 orang lebih juga dilaporkan terluka. Penyelidikan menyatakan kemungkinan ada pelanggaran keselamatan industri di kejadian itu.

    Mengutip AFP, sebelumnya 11 orang awalnya dilaporkan tewas setelah ledakan terjadi Jumat lalu di Ryazan, sekitar 200 kilometer tenggara Moskow. “Dua puluh orang telah meninggal akibat kecelakaan tersebut, 134 orang terluka, 31 di antaranya dirawat di rumah sakit,” kata administrasi lokal pada pembaruan Senin (18/8/2025).

    Namun, pihak berwenang tidak secara resmi menyebutkan nama pabrik itu, meskipun menetapkan Senin sebagai hari berkabung di wilayah tersebut. Menurut kanal Telegram 112, yang memiliki banyak sumber di penegak hukum, ledakan itu diduga dipicu oleh detonasi peluru yang bermasalah karena pabrik tersebut sebelumnya telah menerima beberapa peringatan dari pihak berwenang terkait keselamatan kerja.

    Gambar yang dibagikan oleh kementerian darurat menunjukkan salah satu aula pabrik hancur menjadi puing-puing. Pejabat menyatakan operasi pencarian serta penyelamatan masih berlangsung.

    Badan investigasi utama Rusia telah membuka kasus pidana terkait pelanggaran aturan keselamatan industri. Ini mengindikasikan bahwa ledakan itu kecil kemungkinan disebabkan oleh serangan Ukraina.

    Sejak Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada 2022, Kyiv telah melakukan serangkaian serangan sabotase terhadap industri dan infrastruktur Rusia. Namun kecelakaan fatal di pabrik bukanlah hal yang jarang terjadi di Rusia, karena pelanggaran keselamatan kronis akibat tidak dijalankannya standar operasional dengan benar.

    Pada 2021, ledakan mematikan lainnya menewaskan 17 orang di pabrik yang sama. Itu menyebabkan beberapa manajemennya dijatuhi hukuman penjara.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]