kab/kota: Moskow

  • Update Rusia: Putin Marah Besar-Ukraina Siap Hentikan Perang

    Update Rusia: Putin Marah Besar-Ukraina Siap Hentikan Perang

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peperangan Rusia-Ukraina masih terus terjadi. Meski kedua negara sudah dalam koridor pembicaraan perdamaian yang diinisiasi Amerika Serikat (AS), pertempuran masih sengit antara dua negara eks Soviet itu.

    Berikut sejumlah perkembangan terbarunya dikutip berbagai sumber dalam beberapa jam terakhir per Jumat (22/8/2025):

    1. NATO Arahkan Jet Tempur Mendekat Ukraina.

    Ketegangan di perbatasan timur NATO kembali meningkat setelah Polandia mengumumkan pengerahan jet tempur dan peningkatan kesiapan pertahanan udara menyusul serangan rudal jarak jauh Rusia ke wilayah Ukraina yang berdekatan dengan perbatasannya.

    Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi risiko meluasnya serangan lintas batas yang berulang kali mengkhawatirkan negara-negara anggota aliansi.

    “Sehubungan dengan aktivitas penerbangan jarak jauh Federasi Rusia yang melancarkan serangan ke wilayah Ukraina, termasuk dengan penggunaan rudal hipersonik, pesawat Angkatan Udara Polandia dan penerbangan sekutu beroperasi di wilayah udara Polandia,” tulis militer Polandia di platform X, Kamis (21/8/2025).

    Komando Operasional Angkatan Bersenjata Polandia menegaskan bahwa seluruh kekuatan dan aset yang tersedia telah diaktifkan sesuai prosedur. “Pasangan jet tempur siaga telah dikerahkan, sementara sistem pertahanan udara dan radar pengintaian mencapai tingkat kesiapan tertinggi,” ungkap pernyataan itu.

    Militer Polandia menambahkan tindakan tersebut diambil untuk “memastikan keamanan wilayah Republik Polandia dan warganya,” khususnya di kawasan yang berbatasan langsung dengan Ukraina dan terdampak operasi militer Rusia.

    Langkah Polandia muncul setelah Rusia melancarkan serangan udara semalam ke kota Lviv, Ukraina barat, yang hanya berjarak puluhan kilometer dari perbatasan Polandia. Wali Kota Lviv, Andriy Sadovyi, mengatakan kota itu kembali mengalami malam mencekam akibat serangan kombinasi drone Shahed buatan Iran dan rudal Rusia.

    “Lviv mengalami malam yang bising. Musuh melancarkan serangan gabungan dengan drone Shahed dan rudal. Mereka kembali menghantam Jalan Olena Stepanivna, sama seperti sebulan lalu. Laporan awal menunjukkan adanya korban jiwa,” tulis Sadovyi di Telegram.

    “Satu orang meninggal dunia dan dua lainnya terluka akibat serangan ini. Semua layanan darurat telah bekerja di lokasi. Informasi mengenai kebakaran di beberapa lokasi lain juga sudah diterima dan sedang diperiksa. Komisi tanggap darurat sedang dibentuk,” imbuhnya.

    2. Rusia Tembak 574 Drone ke Ukraina

    Pemerintah Ukraina mengumumkan bahwa Rusia melancarkan salah satu serangan udara terbesar tahun ini. Menurut Angkatan Udara Ukraina, serangan semalam yang terjadi pada hari Kamis (21/8/2025) melibatkan total 574 drone dan 40 rudal balistik serta jelajah. Sebagai respons, sistem pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh 546 drone dan 31 rudal.

    Fokus utama serangan ini adalah wilayah barat Ukraina, area yang selama ini relatif aman dan diyakini menjadi lokasi penyimpanan sebagian besar bantuan militer dari sekutu Barat. Serangan tersebut juga secara spesifik menghantam sebuah pabrik elektronik milik Amerika Serikat yang berlokasi di dekat perbatasan Hungaria. Presiden American Chamber of Commerce di Ukraina, Andy Hunder, mengatakan bahwa serangan itu merupakan pukulan langsung terhadap investasi AS di negara tersebut.

    Menurut keterangan resmi, setidaknya satu orang tewas dan 15 lainnya terluka akibat serangan tersebut. Pada saat serangan terjadi, dilaporkan ada sekitar 600 pekerja shift malam di dalam pabrik elektronik yang diserang. Meskipun sebagian besar berhasil selamat, enam orang di antaranya mengalami luka-luka.

    Serangan ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang kembali digencarkan oleh Amerika Serikat untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk serangan tersebut dan menyatakan bahwa tindakan Rusia ini membuktikan bahwa Moskow tidak memiliki niat tulus untuk berdamai. 

    Menanggapi tuduhan tersebut, Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan bahwa serangan mereka menargetkan “perusahaan kompleks industri militer Ukraina,” termasuk pabrik drone, depot penyimpanan, lokasi peluncuran rudal, dan area di mana pasukan Ukraina berkumpul. Rusia membantah tuduhan menargetkan warga sipil. 

    3. Bos Nuklir Rusia Buka-bukaan Ada Ancaman Kolosal

    Kepala Badan Energi Atom Rusia (Rosatom) Alexey Likhachev memperingatkan bahwa Rusia menghadapi “ancaman kolosal” sehingga harus terus memperkuat persenjataan nuklirnya.

    “Dalam situasi geopolitik saat ini, ini adalah masa ancaman kolosal terhadap eksistensi negara kita,” ujar Likhachev pada Kamis (21/8/2025), dikutip kantor berita RIA Novosti.

    Menurutnya, senjata nuklir menjadi benteng terakhir kedaulatan Rusia.

    “Perisai nuklir, yang juga merupakan pedang, adalah jaminan kedaulatan kita. Hari ini kita memahami bahwa perisai nuklir di tahun-tahun mendatang harus terus ditingkatkan,” tegasnya.

    Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan nuklir antara Rusia dan aliansi pertahanan NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS), sejak Moskow menginvasi Ukraina.

    Rusia diketahui memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dan dalam beberapa tahun terakhir gencar memodernisasi armadanya, termasuk dengan rudal hipersonik yang diklaim mampu menembus sistem pertahanan Barat.

    4. Ukraina: Perlu Bekukan Permusuhan di Medan Perang.

    Salah satu skenario untuk mengakhiri konflik Ukraina-Rusia adalah Kyiv menerima pembekuan permusuhan di sepanjang garis pertempuran saat ini. Hal ini disampaikan penasihat senior untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak.

    Berbicara kepada surat kabar Italia La Repubblica dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Kamis, ajudan senior itu mengomentari potensi konsesi yang bisa diberikan Kyiv untuk kesepakatan damai.

    “Posisi awal Ukraina adalah sebagai berikut: kami memahami bahwa salah satu skenario dasar untuk keluar dari perang ini adalah membekukan konflik di sepanjang garis depan,” kata Podolyak. Beberapa wilayah akan tetap menjadi wilayah Rusia secara “de facto,” tambahnya.

    “Secara de jure, tidak ada yang akan mengakui wilayah-wilayah itu sebagai wilayah Rusia, dan upaya besar perlu dikerahkan melalui “alat ekonomi, diplomatik, dan lainnya untuk mendapatkannya kembali,” kata Podolyak.

    Dalam skenario seperti itu, Kyiv juga harus dimasukkan ke dalam aliansi, tambah Podolyak. “Bukan NATO, tetapi aliansi tetap,” katanya. Menurut Podolyak, pengerahan kontingen militer ke Ukraina dari “berbagai negara” sedang dalam diskusi dengan sekitar sepuluh negara, terutama Prancis.

    5. Moskow Beri Syarat Pertemuan Putin-Zelensky.

    Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menguraikan syarat untuk pertemuan Putin-Zelensky. Hal ini disampaikannya pada hari Kamis (21/8/2025).

    Dalam pernyataannya, Lavrov mengatakan bahwa Presiden Rusia berulang kali menyatakan bahwa dia siap untuk bertemu, termasuk dengan Zelensky, jika ada pemahaman bahwa semua masalah yang memerlukan pertimbangan di tingkat tertinggi telah dibahas secara menyeluruh oleh para ahli dan menteri.

    “Pemimpin Ukraina mendesak pertemuan cepat dengan Putin karena dia ingin tetap menjadi sorotan dan khawatir bahwa perhatian komunitas internasional terhadapnya menurun,” kata Lavrov.

    Diplomat tinggi itu mencatat bahwa Zelensky sebelumnya menolak setiap pembicaraan dengan Putin dan bahkan menandatangani dekret pada tahun 2022 yang melarang negosiasi semacam itu, yang hingga kini belum dia batalkan.

    “Jelas, aktivitasnya terkait dengan penyelenggaraan pertemuan puncak dengan pemimpin Rusia juga memiliki tujuan untuk menampilkan fokusnya yang konon konstruktif pada proses penyelesaian, tetapi pada kenyataannya, ini hanyalah tentang mengganti kerja serius, keras, dan sulit dalam menyepakati prinsip-prinsip resolusi krisis yang berkelanjutan… dengan efek khusus dan trik dalam gaya KVN dan Kvartal 95,” katanya, merujuk pada acara-acara di mana Zelensky muncul selama masanya sebagai seorang komedian.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Berulah Lagi Lewat Operasi Caplok Kota Gaza

    Israel Berulah Lagi Lewat Operasi Caplok Kota Gaza

    Jakarta

    Israel kembali berulah dengan memulai operasi mengambil alih Kota Gaza. Militer Israel mengklaim sudah menguasai pinggiran Kota Gaza.

    Militer Israel sejak Rabu (20/8) telah mengerahkan puluhan ribu pasukan cadangan untuk menyiapkan serangan. Kabinet keamanan Israel, yang diketuai Netanyahu, menyetujui rencana bulan ini untuk memperluas kampanye di Gaza dengan tujuan merebut Kota Gaza. Sebanyak 60.000 prajurit cadangan dikerahkan melakukan operasi tersebut.

    Dilansir Reuters, Kamis (21/8/2025), Juru Bicara Militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin mengatakan operasi tahap awal yakni dengan melakukan serangan ke Kota Gaza.

    Defrin mengatakan pasukan sudah beroperasi di pinggiran Kota Gaza. Dia mengklaim Hamas telah ‘babak belur’.

    “Kami telah memulai operasi awal dan tahap pertama serangan terhadap Kota Gaza, dan saat ini pasukan IDF telah menguasai pinggiran Kota Gaza,” ujar Defrin.

    Hamas, dalam sebuah pernyataan di Telegram, menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan gencatan senjata demi melanjutkan ‘perang brutal terhadap warga sipil tak berdosa di Kota Gaza’.

    “Pengabaian Netanyahu terhadap proposal para mediator… membuktikan bahwa dialah yang sebenarnya menghalangi kesepakatan apa pun,” kata Hamas.

    Hamas Beri Peringatan

    Kelompok Hamas bereaksi keras terhadap pengumuman militer Israel yang memulai operasi mencaplok Gaza. Hamas menuduh Israel mengabaikan upaya mediasi menghentikan pertempuran dan pembebasan sandera.

    “Pengumuman hari ini oleh tentara pendudukan teroris tentang dimulainya operasi terhadap Kota Gaza dan hampir satu juta penduduk serta pengungsi di sana…menunjukkan…pengabaian secara terang-terangan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh para mediator,” kata Hamas dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Kamis (21/8/2025).

    Hamas juga mengkritik kurangnya tanggapan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan para mediator. Hamas telah memberikan persetujuan untuk proposal terbaru yang diajukan Qatar dan Mesir sebagai mediator.

    Hamas menuduh Netanyahu sebagai ‘penghalang nyata bagi kesepakatan apa pun’. Hamas juga menuding Netanyahu tidak peduli dengan nyawa para sandera Israel.

    Israel Dikecam

    Langkah Israel mencaplok Gaza menuai kecaman dunia. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut langkah Tel Aviv itu hanya akan semakin memicu ‘bencana’ dan membawa wilayah itu ke “perang permanen”.

    Macron mengatakan bahwa serangan militer Israel untuk menaklukkan Kota Gaza hanya akan menyebabkan bencana total bagi kedua bangsa. Macron menyebut rencana Israel itu “akan menyeret kawasan tersebut ke dalam perang permanen”. Dia juga menegaskan kembali seruannya untuk “misi stabilisasi internasional”.

    Pernyataan Macron itu disampaikan setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyetujui rencana militer untuk menaklukkan Kota Gaza. Dia mengizinkan pemanggilan sekitar 60.000 tentara cadangan Israel.

    Kecaman juga disampaikan oleh Jerman, yang menyatakan ‘penolakan eskalasi’ dari operasi militer Israel di Kota Gaza. Juru bicara pemerintah Berlin Steffen Meyer mengatakan kepada wartawan bahwa Jerman merasa “semakin sulit untuk memahami bagaimana tindakan ini akan mengarah pada pembebasan semua sandera, atau gencatan senjata” di Jalur Gaza.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania, Ayman Safadi, mengatakan dalam kunjungan ke Moskow bahwa operasi militer Israel yang semakin meluas di Jalur Gaza telah “membunuh semua prospek” perdamaian di Timur Tengah. Dia juga menyebut serangan Tel Aviv menyebabkan “pembantaian dan kelaparan” di Jalur Gaza.

    Safadi mengatakan dirinya berharap dapat membahas “upaya untuk mengakhiri agresi di Gaza, serta pembantaian dan kelaparan yang ditimbulkannya”. Dia menyebut hal itu semakin menambah “tindakan ilegal yang terus merusak solusi dua negara dan mematikan semua prospek perdamaian di kawasan”.

    “Kami menghargai posisi Anda yang jelas terhadap perang dan tuntutan Anda untuk mencapai gencatan senjata permanen,” ujar Safadi.

    Reaksi keras lainnya disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza setelah Israel mengumumkan dimulainya langkah pertama operasi untuk merebut Kota Gaza.

    “Sangat penting untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza,” tegasnya, sembari mengingatkan bahwa gencatan senjata diperlukan “untuk menghindari kematian dan kehancuran yang tidak terelakkan akibat operasi militer terhadap Kota Gaza”.

    Israel Ajak Hamas Berunding

    Netanyahu telah memerintahkan negosiasi segera untuk membebaskan sandera Israel yang tersisa di Gaza. Hal itu diumukan usai dimulainya operasi merebut Kota Gaza.

    “Saya datang untuk menyetujui rencana IDF (militer) untuk menguasai Kota Gaza dan mengalahkan Hamas,” kata Netanyahu dilansir AFP, Jumat (22/8/2025).

    “Pada saat yang sama, saya telah menginstruksikan untuk segera memulai negosiasi untuk pembebasan semua sandera kami dan mengakhiri perang dalam kondisi yang dapat diterima oleh Israel,” imbuhnya.

    Para mediator telah menunggu berhari-hari terkait gencatan senjata kedua pihak.

    “Saya sangat menghargai komitmen tentara cadangan, dan tentu saja tentara reguler, untuk misi vital ini,” kata Netanyahu.

    “Kedua hal ini -mengalahkan Hamas dan membebaskan semua sandera kami- berjalan beriringan,” sambungnya.

    Lihat Video ‘Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza Mencapai 62.192 Jiwa’:

    Halaman 2 dari 4

    (idn/idn)

  • Jaringan Kripto Disanksi terkait Rusia, Presiden Kirgistan Ajukan Banding ke Trump-Starmer

    Jaringan Kripto Disanksi terkait Rusia, Presiden Kirgistan Ajukan Banding ke Trump-Starmer

    JAKARTA – Presiden Kirgistan Sadyr Japarov mengajukan banding kepada Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Kamis setelah London menjatuhkan sanksi terhadap jaringan kripto Kirgistan yang menurut mereka digunakan oleh Rusia untuk menghindari sanksi terhadap Moskow.

    “Saya akan mengajukan banding kepada para pemimpin tertinggi negara-negara ini, kepada (Presiden AS) Donald Trump dan (Perdana Menteri Inggris) Keir Starmer,” ujar Japarov kepada kantor berita pemerintah Kirgistan, Kabar, dilansir Reuters, Kamis, 21 Agustus.

    “Tidak perlu mempolitisasi ekonomi,” sambungnya.

    London pada Rabu memberlakukan sanksi yang menargetkan infrastruktur di balik A7A5, stablecoin yang dipatok rubel yang diluncurkan di Kirgistan.

    Inggris mengklaim telah memindahkan $9,3 miliar dalam empat bulan.

    Perusahaan yang berbasis di Luksemburg dan empat entitas Kirgistan, termasuk Grinex LLC dan Old Vector LLC, yang terkait dengan infrastruktur di balik A7A5, menjadi sasaran sanksi.

    AS menjatuhkan sanksi kepada Grinex dan Old Vector minggu lalu, dengan mengatakan mereka terlibat dalam memfasilitasi penghindaran sanksi dan mendukung aktivitas kripto ilegal.

    Japarov membantah salah satu dari 21 bank di Kirgistan terlibat dalam upaya menghindari sanksi.

    “Untuk mencegah mereka terkena sanksi, kami telah memutuskan bahwa hanya Bank Keremet milik negara yang akan bekerja dengan rubel Rusia. Semua operasi dikendalikan oleh negara, dan keuntungannya masuk ke anggaran negara,” kata Japarov.

    Washington menjatuhkan sanksi kepada Bank Keremet pada Januari, dengan alasan bahwa bank menengah tersebut menciptakan pusat pembayaran perdagangan dan membantu Moskow menghindari pembatasan. Keremet menyatakan akan menentang keputusan tersebut.

    “Kami siap untuk mematuhi kewajiban internasional,” kata Japarov.

    “Tetapi saya tidak akan membiarkan kepentingan warga negara kami dan perdagangan serta pembangunan ekonomi negara ditiadakan,” imbuh dia.

  • Bos Nuklir Rusia Buka-bukaan Ada Ancaman Kolosal, Perang Baru Dimulai?

    Bos Nuklir Rusia Buka-bukaan Ada Ancaman Kolosal, Perang Baru Dimulai?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Badan Energi Atom Rusia (Rosatom) Alexey Likhachev memperingatkan bahwa Rusia menghadapi “ancaman kolosal” sehingga harus terus memperkuat persenjataan nuklirnya.

    “Dalam situasi geopolitik saat ini, ini adalah masa ancaman kolosal terhadap eksistensi negara kita,” ujar Likhachev pada Kamis (21/8/2025), dikutip kantor berita RIA Novosti.

    Menurutnya, senjata nuklir menjadi benteng terakhir kedaulatan Rusia.

    “Perisai nuklir, yang juga merupakan pedang, adalah jaminan kedaulatan kita. Hari ini kita memahami bahwa perisai nuklir di tahun-tahun mendatang harus terus ditingkatkan,” tegasnya.

    Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan nuklir antara Rusia dan aliansi pertahanan NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS), sejak Moskow menginvasi Ukraina.

    Rusia diketahui memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dan dalam beberapa tahun terakhir gencar memodernisasi armadanya, termasuk dengan rudal hipersonik yang diklaim mampu menembus sistem pertahanan Barat.

    Di sisi lain, Washington juga memperkuat sistem pertahanan rudalnya. AS tengah mengembangkan perisai pertahanan berbasis ruang angkasa, yang oleh mantan Presiden Donald Trump dijuluki “Kubah Emas”.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Amerika Dalam Bahaya Besar, FBI Kasih Peringatan Serius

    Amerika Dalam Bahaya Besar, FBI Kasih Peringatan Serius

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bahaya besar sedang mengintai Amerika Serikat (AS). Negara kekuasaan Donald Trump tersebut kembali menghadapi serangan siber besar-besaran dari kelompok hacker yang terasosiasi dengan beberapa unit mata-mata kawakan asal Rusia.

    Hal ini diungkap FBI dan Cisco dalam pernyataan resmi masing-masing. Kelompok hacker terdeteksi telah melancarkan serangan pada akhir tahun lalu.

    Mereka memanfaatkan kerentanan pada software Cisco lawas untuk menargetkan ribuan perangkat jaringan yang terkait dengan sistem TI infrastruktur penting.

    Para hacker yang bekerja di unit Center 16 milik Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) disebut mengekstraksi informasi konfigurasi perangkat secara massal.

    “[Informasi itu] nantinya dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan berdasarkan tujuan dan kepentingan strategis pemerintah Rusia saat itu,” kata peneliti Cisco Talos, Sara McBroom dan Brandon Write, dalam artikel yang dipublikasikan di blog Cisco, dikutip dari Reuters, Kamis (21/8/2025).

    Terpisah, FBI mengatakan pada tahun lalu pihaknya sudah mendeteksi kelompok hacker yang mengumpulkan file konfigurasi untuk ribuan perangkat jaringan di beberapa entitas krusial AS lintas sektor.

    Dalam beberapa kasus, file konfigurasi dimodifikasi untuk memungkinkan akses jangka panjang bagi hacker. Dengan begitu, hacker bisa melakukan pengintaian dalam jaringan yang ditargetkan, dengan minat khusus pada sistem kontrol industri.

    Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak merespons permintaan komentar. Moskow membantah telah melancarkan operasi mata-mata siber.

    Para hacker mengeksploitasi kerentanan yang sudah ada sejak 7 tahun lalu dalam software Cisco IOS. Mereka menargetkan perangkat jaringan yang belum ditambal dan yang sudah habis masa pakainya, menurut artikel terpisah yang dipublikasikan pada Rabu (20/8) oleh Cisco Talos, unit penelitian intelijen ancaman Cisco.

    Hacker lain yang didukung negara kemungkinan melakukan operasi pembobolan serupa yang menargetkan perangkat-perangkat tersebut, tulis para peneliti Cisco Talos.

    Organisasi-organisasi di sektor telekomunikasi, pendidikan tinggi, dan manufaktur di Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa, dikatakan menjadi target paling banyak.

    “Korban dipilih berdasarkan kepentingan strategis mereka terhadap pemerintah Rusia,” kata para peneliti.

    Unit hacker yang terkait dengan aktivitas ini telah beroperasi setidaknya selama satu dekade, menurut para peneliti, dan kemungkinan merupakan subkelompok dalam Center 16 FSB.

    Pada Maret 2022, Departemen Kehakiman AS (DoJ) mendakwa empat warga negara Rusia dalam kelompok yang secara ilegal menargetkan sektor energi global antara tahun 2012 dan 2018.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kecaman Hujani Israel yang Mulai Operasi Caplok Kota Gaza

    Kecaman Hujani Israel yang Mulai Operasi Caplok Kota Gaza

    Paris

    Kecaman menghujani Israel yang baru saja mengumumkan dimulainya operasi militer untuk mengambil alih kendali Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut langkah Tel Aviv itu hanya akan semakin memicu “bencana” dan membawa wilayah itu ke “perang permanen”.

    Macron dalam pernyataannya via media sosial, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (21/8/2025), mengatakan bahwa “serangan militer” Israel untuk menaklukkan Kota Gaza “hanya akan menyebabkan bencana total bagi kedua bangsa”.

    Disebutkan oleh Macron bahwa rencana Israel itu “akan menyeret kawasan tersebut ke dalam perang permanen”. Dia juga menegaskan kembali seruannya untuk “misi stabilisasi internasional”.

    Pernyataan Macron itu disampaikan setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (20/8) menyetujui rencana militer untuk menaklukkan Kota Gaza. Dia mengizinkan pemanggilan sekitar 60.000 tentara cadangan Israel.

    Setelah mendapatkan persetujuan Katz tersebut, militer Israel mengumumkan bahwa langkah pertama operasi untuk merebut Kota Gaza telah dimulai. Tel Aviv mengklaim saat ini pasukannya telah menguasai pinggiran Kota Gaza, dengan para petempur Hamas disebut telah menjadi pasukan gerilya yang “babak belur”.

    Namun di sisi lain, operasi militer Israel terhadap Kota Gaza itu memaksa ribuan orang mengungsi.

    Kecaman juga disampaikan oleh Jerman, yang menyatakan “penolakan eskalasi” dari operasi militer Israel di Kota Gaza.

    Juru bicara pemerintah Berlin Steffen Meyer mengatakan kepada wartawan bahwa Jerman merasa “semakin sulit untuk memahami bagaimana tindakan ini akan mengarah pada pembebasan semua sandera, atau gencatan senjata” di Jalur Gaza.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania, Ayman Safadi, mengatakan dalam kunjungan ke Moskow bahwa operasi militer Israel yang semakin meluas di Jalur Gaza telah “mematikan semua prospek” perdamaian di Timur Tengah. Dia juga menyebut serangan Tel Aviv menyebabkan “pembantaian dan kelaparan” di Jalur Gaza.

    Berbicara kepada Menlu Rusia Sergei Lavrov dalam kunjungan itu, Safadi mengatakan dirinya berharap dapat membahas “upaya untuk mengakhiri agresi di Gaza, serta pembantaian dan kelaparan yang ditimbulkannya”.

    Dia menyebut hal itu semakin menambah “tindakan ilegal yang terus merusak solusi dua negara dan mematikan semua prospek perdamaian di kawasan”.

    “Kami menghargai posisi Anda yang jelas terhadap perang dan tuntutan Anda untuk mencapai gencatan senjata permanen,” ujar Safadi.

    Reaksi keras lainnya disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza setelah Israel mengumumkan dimulainya langkah pertama operasi untuk merebut Kota Gaza.

    “Sangat penting untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza,” tegasnya, sembari mengingatkan bahwa gencatan senjata diperlukan “untuk menghindari kematian dan kehancuran yang tidak terelakkan akibat operasi militer terhadap Kota Gaza”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 614 Drone-Rudal Rusia Hujani Ukraina, 1 Orang Tewas-Belasan Luka

    614 Drone-Rudal Rusia Hujani Ukraina, 1 Orang Tewas-Belasan Luka

    Kyiv

    Ratusan drone dan rudal Rusia menghujani wilayah Ukraina bagian barat pada Kamis (21/8) dini hari, yang tercatat sebagai serangan terbesar Moskow sejak pertengahan Juli lalu. Sedikitnya satu orang tewas dan belasan orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan tersebut.

    Angkatan Udara Ukraina, seperti dilansir AFP, Kamis (21/8/2025), melaporkan bahwa pasukan Rusia telah meluncurkan total 614 drone dan rudal terhadap wilayah barat negara tersebut. Lebih lanjut disebutkan Angkatan Udara Ukraina bahwa serangan udara Moskow itu terdiri atas 574 drone dan 40 rudal.

    Unit pertahanan udara Ukraina disebut telah menembak jatuh sebanyak 546 drone dan 31 rudal Rusia di antaranya.

    Dalam pernyataan via Telegram, Angkatan Udara Ukraina menyebut serangan udara Rusia itu tercatat di sebanyak 11 lokasi berbeda, dengan puing-puing drone serta rudal terjatuh di tiga lokasi.

    Laporan korban tewas akibat serangan Rusia itu disampaikan oleh kepala administrasi militer di kota Lviv yang ada di wilayah barat Ukraina, Maksym Kozytskyi.

    “Sedikitnya satu orang tewas dan dua orang lainnya luka-luka akibat serangan gabungan UAV (drone) dan rudal jelajah di Lviv. Puluhan bangunan permukiman mengalami kerusakan,” sebut Kozytskyi.

    Serangan Rusia juga dilaporkan melukai 12 orang lainnya di kota Mukachevo, yang terletak di dekat perbatasan Ukraina dengan Hungaria dan Slovakia. Beberapa korban luka itu kini mendapatkan perawatan medis di rumah sakit setempat.

    “Lima pasien dirawat di rumah sakit, dan satu pasien lainnya dipindahkan ke rumah sakit daerah,” kata Dewan Kota Mukachevo dalam pernyataannya.

    Serangan udara terbaru Moskow terhadap Kyiv ini terjadi saat terus berlangsungnya upaya yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang yang berkecamuk selama lebih dari tiga tahun terakhir.

    Para pejabat Ukraina mengatakan pada Kamis (21/8) bahwa serangan-serangan itu menunjukkan Rusia tidak serius mengenai kesepakatan damai, meskipun upaya diplomatik AS semakin intensif dalam beberapa hari terakhir.

    “Rusia terus menunjukkan bahwa mereka tidak tertarik pada perdamaian,” sebut Perdana Menteri (PM) Ukraina Yulia Svyrydenko dalam pernyataannya.

    “Semalam, Ukraina menjadi sasaran serangan gabungan berskala besar: drone, rudal jelajah, dan rudal balistik, bahkan senjata hipersonik,” ucapnya.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Andriy Sybiga, dalam pernyataan terpisah, menyebut serangan Rusia itu “tidak memiliki logika atau kebutuhan militer”. Dia menyebut rentetan serangan itu “hanyalah teror terhadap rakyat”.

    Lihat Video ‘Momen Drone Ukraina Tabrak Apartemen di Rostov-on-Don Rusia’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Negara Ini Jadi Opsi Pertemuan Putin-Zelensky

    Negara Ini Jadi Opsi Pertemuan Putin-Zelensky

    Berlin

    Para pemimpin Eropa terlihat lega karena upaya intensif mereka untuk memastikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendapat tempat dalam pembicaraan masa depan Ukraina akhirnya membuahkan hasil. Hanya saja, tantangan diplomatik yang sesungguhnya justru baru akan dimulai.

    Pertanyaannya, di mana lokasi yang benar-benar bisa mempertemukan Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin?

    “Di Eropa Ada Banyak Tempat Layak”

    Kepada DW, Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Johann Wadephul mengatakan bahwa ada “banyak tempat layak di Eropa” untuk melakukan negosiasi. Berlin, kata dia, tidak berniat menjadi tuan rumah dan menyebut Swiss sebagai lokasi yang “selalu layak dari dulu”.

    Namun, menemukan “lokasi netral” dalam artian harfiah, antara Amerika Serikat, Rusia, Ukraina, dan mungkin negara-negara Eropa lainnya bukan hal mudah. Secara hukum, hal itu juga cukup rumit.

    Vladimir Putin saat ini menjadi buronan internasional. Dia didakwa oleh Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) dalam kasus dugaan kejahatan perang, termasuk pemindahan anak-anak secara ilegal dari wilayah Ukraina yang diduduki ke Rusia. Tuduhan ini, dibantah oleh Putin.

    Oleh karena itu, dakwaan ICC tersebut membuat perjalanan internasional Putin menjadi rumit. Secara teknis, 125 negara yang menjadi anggota ICC wajib menangkap siapa pun yang menjadi subjek surat perintah ICC jika memasuki wilayah mereka.

    Baik Rusia maupun AS tidak mengakui yurisdiksi ICC, sehingga muncul perdebatan hukum soal kekebalan yang dimiliki Putin. Pada hari Rabu (20/08), Washington meningkatkan tekanan diplomatik terhadap ICC dengan menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah hakim.

    Jerman dan Prancis Andalkan Swiss

    Menlu Swiss Ignazio Cassis mengatakan negaranya “lebih dari siap” untuk menjadi tuan rumah pertemuan tersebut. Pihak Prancis juga menyetujui hal tersebut dan mengatakan Jenewa adalah lokasi ideal untuk negosiasi perdamaian.

    Meskipun Swiss adalah anggota ICC, tapi pemerintahnya mengatakan Putin akan diberikan “kekebalan” untuk pembicaraan.

    Hanya saja, dosen hukum pidana Internasional dari University of Amsterdam Mathhias Holvoet mengatakan bahwa hal tersebut cukup lemah dari kaca mata hukum. Kepada DW dia mengatakan, dalam sistem demokrasi liberal, pihak yudikatif yang independen nonpemerintah, harusnya mengambil keputusan soal penangkapan tersebut.

    “Pada kenyataannya, saya menduga akan ada semacam kesepakatan antara eksekutif dan yudikatif untuk tidak mengeksekusi surat perintah penangkapan ini,” papar Holvoet, sambil mencatat bahwa ada sedikit konsekuensi untuk mengabaikan aturan ICC.

    Swiss memiliki sejarah panjang dalam hal netralitas. Mereka menjadi markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hingga menjaga jarak dengan Uni Eropa dan aliansi militer NATO. Namun, Swiss telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina.

    Pemerintah Swiss mengatakan mereka telah terlibat dalam 30 proses perdamaian, termasuk pembicaraan tentang Armenia, Siprus, Mozambik, dan Sudan. Pada tahun 2021, Jenewa menjadi tuan rumah pembicaraan antara Putin dan mantan presiden AS Joe Biden.

    Wilayah Uni Eropa, di Luar NATO: Austria

    Kanselir Austria juga menawarkan ibu kota negaranya, Wina, sebagai calon tempat yang potensial. Austria adalah anggota Uni Eropa, tetapi telah netral secara militer sejak tahun 1950-an dan tetap berada di luar NATO.

    “Austria membayangkan dirinya sebagai jembatan antara timur dan barat,” kata Reinhard Heinisch, seorang profesor ilmu politik di University of Salzburg, kepada DW.

    Dia menyoroti rekam jejak Austria dalam hal diplomatik. Mulai dari pembicaraan AS-Rusia saat era Perang Dingin, hingga negosiasi tentang program nuklir Iran dalam dekade ini.

    Sebagai anggota ICC, Austria menghadapi dilema hukum yang sama dengan Swiss. Hanya saja, kata Heinisch, “Austria terkenal dengan komprominya,” dan menambahkan bahwa banyak hal dalam hukum Austria yang “masih bisa ditafsirkan.”

    Profesor hukum Holvoet menyebut penundaan surat perintah bisa dilakukan lewat kesepakatan dengan pihak Dewan Keamanan PBB. Hanya saja opsi itu, kata dia, secara politik tidak realistis.

    Kenangan Buruk di Budapest

    Pihak Paman SAM dikabarkan mempertimbangkan Hungaria sebagai lokasi. Negara Eropa Tengah tersebut mundur dari ICC awal 2025, setelah pengadilan mengeluarkan dakwaan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang merupakan sekutu dekat pemimpin Hungaria Viktor Orban.

    Secara hukum internasional, opsi ini mungkin lebih mudah, tapi secara politik, Budapest tidak disukai banyak negara Eropa. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bahkan mengingatkan bahwa Ukraina pernah mendapat jaminan keamanan yang gagal di Budapest pada 1994. Saat itu Ukraina menyerahkan senjata nuklirnya, sebagai imbalannya Ukraina mendapat jaminan dari AS, Rusia, dan Inggris.

    “Mungkin saya agak percaya dengan takhayul, tapi kali ini saya akan mencari tempat lain,” tulis Tusk di akun X resminya.

    Hungaria, juga dikenal sebagai pihak bermasalah utama di Uni Eropa. Mereka sering kali memblokir atau meringankan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.

    “Banyak pihak Uni Eropa melihat Orban sebagai semacam ‘kuda troya’ bagi kepentingan Rusia,” papar Heinisch. Namun, dia menambahkan, Eropa mungkin kesulitan menolak jika Trump dan Putin sepakat memilih Budapest, ibu lota Hungaria, sebagai lokasi pertemuan.

    Turki: Anggota NATO, Tapi di Luar ICC

    Media Turki mulai berspekulasi soal pertemuan Zelenskyy dan Putin di negara tersebut. Hal itu menyusul komunikasi antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan Putin pada Rabu (20/08).

    Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut Putin berterima kasih atas “upaya Erdogan memfasilitasi pembicaraan Rusia-Ukraina di Istanbul.”

    Turki telah menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan tingkat rendah antara Kyiv dan Moskow tahun 2025 ini, termasuk pertukaran tahanan.

    Secara geografis, Turki berada di persimpangan Eropa dan Asia, dan seperti Rusia dan Ukraina, mereka memiliki garis pantai di Laut Hitam.

    Turki adalah anggota NATO, tapi bukan bagian dari Uni Eropa dan tidak menandatangani Statuta ICC. Meski telah memasok senjata ke Ukraina, Turki tetap menjaga hubungan baik dengan Moskow.

    Potensi Kawasan Teluk

    Kemungkinan pertemuan dilakukan di luar kawasan Eropa juga disebut-sebut, mulai dari Arab Saudi hingga Qatar. Keduanya memiliki rekam jejak sebagai mediator internasional dan bukan anggota ICC.

    Awal 2025, pejabat dari Ukraina, AS, dan Rusia mengadakan pembicaraan di Kota Jeddah, Arab Saudi. Pertemuan itu berakhir dengan keputusan Washington untuk kembali berbagi informasi intelijen kepada Kyiv.

    Qatar, tetangga Saudi, juga telah memediasi pembicaraan yang menghasilkan kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk memulangkan sejumlah anak.

    Uni Eropa sebelumnya telah mendorong negara-negara Teluk agar lebih kritis terhadap Moskow, memperketat pengawasan terhadap pelanggaran sanksi, dan memberikan dukungan lebih besar kepada Ukraina.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi

    Editor: Rahka Susanto

    (nvc/nvc)

  • Update Perang Rusia-Ukraina Mau Tamat: Respons Putin-Trump Masuk Surga

    Update Perang Rusia-Ukraina Mau Tamat: Respons Putin-Trump Masuk Surga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya perdamaian Rusia-Ukraina memasuki babak baru. Gedung Putih membahas rencana pertemuan trilateral Zelensky, Putin, dan Trump, meski Kremlin masih menahan diri.

    Berikut update terbaru terkait perang Rusia-Ukraina, sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Rabu (20/8/2025).

    Zelensky Puji Perundingan AS, Bahas Pertemuan dengan Putin

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut perundingan di Gedung Putih sebagai “langkah maju besar” menuju upaya perdamaian dengan Rusia. Pertemuan itu juga membahas rencana trilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan Presiden AS Donald Trump.

    Trump mengusulkan Budapest sebagai lokasi pertemuan. Ssementara Istanbul dan Swiss juga masuk dalam opsi.

    “Sekarang saya pikir akan lebih baik jika mereka bertemu tanpa saya. … Jika perlu, saya akan pergi,” kata Trump dalam wawancara radio.

    Sekutu Ukraina pada Selasa menggelar pertemuan Koalisi yang Bersedia untuk membahas sanksi tambahan terhadap Rusia dan menyusun jaminan keamanan bagi Kyiv. NATO dijadwalkan mengadakan rapat pada Rabu, dengan Jenderal AS Dan Caine ikut secara virtual.

    Meski ada pembicaraan damai, Presiden Putin menegaskan Rusia tidak akan menoleransi kehadiran pasukan NATO di Ukraina dan tetap bersikeras pada tuntutan wilayahnya. Analis menilai Moskow berpotensi memperpanjang konflik sambil memainkan negosiasi yang berlarut-larut.

    Respons Putin 

    Presiden Rusia Vladimir Putin belum menunjukkan kesiapan bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, meski Presiden AS Donald Trump berupaya mendorong pertemuan bilateral. Kremlin menilai pertemuan itu belum perlu dilakukan.

    Ajudan Putin, Yury Ushakov, menyatakan pembahasan hanya sebatas kemungkinan meningkatkan level perwakilan, bukan hingga kepala negara. “Idenya dibahas bahwa akan tepat untuk mempelajari peluang peningkatan level perwakilan pihak Rusia dan Ukraina,” katanya di Moskow, Selasa, seperti dikutip CNN International.

    Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menambahkan, pertemuan tingkat tinggi harus dipersiapkan sangat hati-hati. “Kami tidak menolak segala bentuk kerja sama, tetapi kontak pejabat tinggi tidak bisa dilakukan begitu saja,” tegasnya.

    Trump Pastikan Tak Kirim Pasukan AS ke Ukraina

    Presiden Trump menegaskan tidak akan mengirim pasukan darat ke Ukraina. Namun, ia membuka peluang memberikan dukungan udara sebagai bagian dari kesepakatan damai untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

    “Dalam hal keamanan, Eropa bersedia menempatkan orang di darat. Kami bersedia membantu mereka dalam berbagai hal, terutama, mungkin… melalui udara,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.

    Trump juga menyebut gaya negosiasinya dalam mencari jalan damai lebih mengandalkan “naluri ketimbang proses”. Namun, ia mengakui Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak tertarik dengan kesepakatan damai.

    “Kita akan mencari tahu tentang Presiden Putin dalam beberapa minggu ke depan,” ujarnya kepada pembawa acara radio Mark Levin.

    Gedung Putih turut mengonfirmasi bahwa dukungan udara merupakan opsi yang dipertimbangkan Washington. Presiden, tegas kantornya, menyatakan pasukan AS tidak akan berada di Ukraina.

    “Tetapi kami tentu dapat membantu dalam koordinasi dan mungkin memberikan jaminan keamanan lainnya kepada sekutu Eropa,” ujar Sekretaris Pers Karoline Leavitt.

    Pernyataan itu muncul sehari setelah Trump menjanjikan jaminan keamanan baru bagi Ukraina dalam pertemuan puncak luar biasa di Gedung Putih. Namun, jalan menuju perdamaian masih belum pasti, terutama setelah Rusia meluncurkan serangan udara terbesar dalam lebih dari sebulan, dengan 270 drone dan 10 rudal ke berbagai wilayah Ukraina.

    Trump Bisa Masuk Surga

    Trump kembali melontarkan pernyataan kontroversial terkait perang Rusia-Ukraina. Ia mengatakan kesepakatan damai Ukraina dapat meningkatkan peluang dirinya untuk masuk surga.

    “Saya ingin mencoba masuk surga jika memungkinkan,” kata Trump dalam wawancara dengan acara Fox & Friends.

    “Saya dengar saya tidak baik-baik saja. Saya dengar saya benar-benar berada di posisi terbawah. Tetapi jika saya bisa masuk surga, ini akan menjadi salah satu alasannya,” tambahnya.

    Trump, 79 tahun, sebelumnya menyatakan ingin mengakhiri perang Rusia-Ukraina sebagai bagian dari ambisinya meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Namun kali ini ia menegaskan motivasinya bukan hanya politik, tetapi juga religius.

    Mantan presiden AS yang dua kali dimakzulkan itu memang kerap menjadi sorotan. Trump pernah terlibat berbagai skandal, termasuk kasus suap yang melibatkan pembayaran kepada bintang porno. Ia juga menjadi presiden pertama dalam sejarah AS yang dihukum pidana.

    Meski begitu, Trump semakin menonjolkan sisi religius sejak selamat dari upaya pembunuhan tahun lalu. Saat pelantikannya pada Januari lalu, ia menyebut dirinya “diselamatkan oleh Tuhan untuk membuat Amerika hebat kembali”.

    Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan komentar Trump soal Ukraina bukan sekadar gurauan. Ia disebut sangat serius.

    “Saya pikir presiden serius tentang hal itu. Saya rasa presiden ingin masuk surga, seperti yang saya harapkan dari kita semua di ruangan ini,” ujarnya kepada wartawan.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ukraina Terus Diserang Rusia, Zelenskyy Dorong Sanksi Moskow

    Ukraina Terus Diserang Rusia, Zelenskyy Dorong Sanksi Moskow

    JAKARTA – Rusia menyerang stasiun distribusi gas di wilayah Odessa, Ukraina selatan, pada Rabu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan serangan ini menunjukkan perlunya memberikan tekanan ekonomi kepada Rusia di tengah upaya AS saat ini untuk mengakhiri perang.

    “Semua ini adalah serangan demonstratif yang hanya menegaskan perlunya menekan Moskow, perlunya mengenakan sanksi dan tarif baru hingga diplomasi sepenuhnya efektif,” tulis Zelenskyy di X dilansir Reuters, Rabu, 20 Agustus.

    Zelenskyy tidak merinci seberapa penting stasiun gas tersebut.

    Pemerintah daerah tidak melaporkan adanya masalah pasokan gas di wilayah tersebut.

    Ukraina menggunakan gas tidak hanya untuk kebutuhan industri, tetapi juga untuk pemanas rumah dan memasak.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi serangan terhadap infrastruktur pelabuhan yang digunakan untuk memasok bahan bakar bagi pasukan Ukraina.

    Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Rusia mengintensifkan serangan terhadap infrastruktur gas dan energi, menyerang interkonektor gas dengan Rumania dan depot bahan bakar di beberapa wilayah pada awal Agustus.

    Ukraina telah meminta Baku untuk menanggapi serangan Rusia terhadap aset perusahaan milik negara Azerbaijan, SOCAR, di wilayah Odessa.

    Pihak berwenang Ukraina mengatakan Rusia mencoba mengganggu persiapan Ukraina untuk musim dingin dengan serangan-serangannya.

    Ukraina telah menghadapi kekurangan gas yang serius sejak serangkaian serangan rudal Rusia yang menghancurkan tahun ini, yang secara signifikan mengurangi produksi dalam negeri.

    Pasukan Ukraina juga meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia, saluran utama untuk menghasilkan uang bagi upaya perang Kremlin.

    Minyak kembali mengalir ke Hongaria dan Slovakia melalui pipa Druzhba, kata pejabat dari kedua negara pada Selasa malam, setelah serangan pesawat nirawak Ukraina di stasiun pompa minyak di wilayah Tambov, Rusia, menghentikan pasokan.