kab/kota: Moskow

  • Rusia Terobos Wilayah NATO, Jerman Kerahkan Jet Tempur

    Rusia Terobos Wilayah NATO, Jerman Kerahkan Jet Tempur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan di kawasan Baltik kembali meningkat setelah dua jet tempur Eurofighter milik Jerman dikerahkan pada Minggu (21/9/2025) untuk mencegat pesawat pengintai Rusia di atas Laut Baltik.

    Langkah itu diambil di tengah serangkaian pelanggaran udara yang dituduhkan kepada Moskow, hingga memicu Estonia mengumumkan akan menggelar rapat darurat Dewan Keamanan PBB.

    Angkatan Udara Jerman menyebut pesawat Rusia jenis Il-20M terdeteksi terbang di wilayah udara internasional dengan transponder dimatikan dan mengabaikan permintaan kontak.

    “Eurofighter segera lepas landas dari pangkalan udara Rostock-Laage untuk menghadang pesawat tersebut,” demikian pernyataan resmi militer Jerman, dilansir The Guardian.

    Insiden itu terjadi hanya dua hari setelah tiga jet tempur MiG-31 Rusia dituding melanggar wilayah udara Estonia di Teluk Finlandia. Moskow membantah tuduhan tersebut.

    Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna, menilai pelanggaran itu bukan kejadian tunggal. “Ini bagian dari pola eskalasi yang lebih luas oleh Rusia, baik di kawasan maupun secara global,” ujarnya.

    Ia menyebut pelanggaran juga terjadi di wilayah Polandia dan Rumania. “Perilaku ini membutuhkan respons internasional,” tambah Tsahkna.

    Tallinn telah meminta konsultasi di bawah Pasal 4 NATO, yang memungkinkan negara anggota menggelar pertemuan ketika merasa keamanan mereka terancam. Menteri Pertahanan Estonia, Hanno Pevkur, menegaskan bahwa aksi Rusia bertujuan mengalihkan perhatian Barat.

    “Inilah yang Rusia inginkan-membuat kita sibuk di halaman belakang kita sendiri dan melupakan Ukraina,” katanya.

    Presiden Latvia, Edgars Rinkēvičs, memperingatkan adanya risiko “konflik serius” jika Rusia terus melakukan provokasi.

    “Rusia melakukan secukupnya agar terlihat tidak terlalu jauh. Namun dengan logika berpikir Rusia dan ketidakmampuan di berbagai level, konflik bisa saja terjadi. Tanggung jawab akan ada di Kremlin,” tulisnya di Facebook.

    Sementara itu, Presiden Ceko, Petr Pavel, mendesak NATO untuk bersatu menghadapi agresi Rusia. “Sayangnya ini menyeimbangkan di tepi konflik, tetapi menyerah pada kejahatan tidak mungkin dilakukan,” tegasnya.

    Ketika ditanya apakah Amerika Serikat siap membela negara-negara Eropa dari agresi Rusia, Presiden Donald Trump menjawab singkat: “Ya, saya akan.”

    Meski begitu, ia mengaku belum mendapat laporan detail mengenai insiden pelanggaran udara terbaru. Trump sebelumnya mengatakan “tidak suka” dengan manuver jet Rusia.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ukraina Balas Serangan Drone Rusia, 4 Orang Tewas di Samara

    Ukraina Balas Serangan Drone Rusia, 4 Orang Tewas di Samara

    Jakarta

    Ukraina membalas serangan udara besar-besaran Rusia. Kyiv meluncurkan pesawat nirawak alias drone ke wilayah Samara, barat daya Rusia hingga menewaskan empat orang.

    “Dengan duka yang mendalam, saya melaporkan bahwa empat orang tewas dalam serangan pesawat nirawak musuh tadi malam,” kata Gubernur Samara, Vyacheslav Fedorishchev, seraya menambahkan bahwa satu orang terluka, dilansir AFP, Sabtu (20/9/2025).

    Ukraina mengatakan Rusia telah menembakkan ratusan drone sepanjang malam. Ada tiga orang di Ukraina tewas akibat serangan Rusia tersebut.

    Serangan Ukraina itu merupakan salah satu serangan balasan paling mematikan terhadap Rusia. Ukraina menyebut tiga orang tewas dalam serangan semalam.

    Sebelumnya, Rusia mengatakan telah menembak jatuh atau mencegat 149 drone Ukraina semalam, termasuk 15 di atas wilayah Samara, sekitar 800 kilometer (497 mil) dari garis depan di Ukraina.

    Moskow hampir setiap hari mengumumkan telah menghancurkan drone Ukraina. Kyiv mengatakan pihaknya melancarkan serangan, yang seringkali menargetkan lokasi-lokasi energi, sebagai tanggapan atas pengeboman Rusia di kota-kotanya.

    (fas/whn)

  • Trump Kecewa dengan Putin, Kremlin Memaklumi

    Trump Kecewa dengan Putin, Kremlin Memaklumi

    JAKARTA – Kremlin menganggap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump masih berupaya mencapai penyelesaian konflik Ukraina meskipun Trump menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengecewakannya melalui tindakannya.

    Trump beberapa kali menyatakan kekecewaannya atas serangan Moskow yang terus berlanjut terhadap target-target Ukraina meskipun ia berupaya menengahi solusi.

    Pada Kamis, Presiden AS mengatakan dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Putin “telah mengecewakannya.”

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, yang dikutip kantor berita pemerintah Rusia RIA, mengatakan reaksi Trump dapat dimengerti.

    “Kami berasumsi bahwa Amerika Serikat, dan Presiden Trump secara pribadi, telah mempertahankan kemauan politik dan niat untuk mengerahkan upaya guna memfasilitasi penyelesaian Ukraina,” kata Peskov dilansir Reuters, Sabtu, 20 September.

    “Jadi, tentu saja, Presiden Trump, katakanlah, cukup emosional tentang topik ini. Hal ini sepenuhnya dapat dimengerti,” sambungnya.

    Putin dan pejabat Rusia lainnya memuji upaya Trump untuk menemukan solusi bagi konflik Ukraina dan menggelar pertemuan tingkat tinggi.

  • Rusia Gencarkan Serangan ke Ukraina, Zelensky Akan Bertemu Trump

    Rusia Gencarkan Serangan ke Ukraina, Zelensky Akan Bertemu Trump

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu depan. Pertemuan ini akan dilakukan seiring Rusia menggencarkan serangan di Ukraina.

    Rusia melancarkan salah satu serangan udara terbesarnya pada Jumat (19/9) malam waktu setempat, dengan menembakkan 40 rudal dan sekitar 580 drone ke Ukraina. Zelensky mengatakan bahwa rentetan serangan itu menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/9/2025), Zelensky mengatakan ia akan mengadakan “pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat”. Dia menambahkan bahwa ia akan membahas jaminan keamanan untuk Ukraina dan sanksi terhadap Rusia selama pembicaraan dengan Trump tersebut.

    Sebelumnya, Ukraina bersikeras soal jaminan keamanan yang didukung Barat untuk mencegah serangan Rusia di masa mendatang. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa pasukan Barat di Ukraina akan menjadi target serangan yang sah.

    Upaya yang dipimpin AS untuk segera mengakhiri perang telah mandek, dan Rusia secara efektif mengesampingkan pertemuan antara Putin dan Zelensky — sesuatu yang menurut Ukraina merupakan satu-satunya jalan menuju perdamaian.

    “Kami mengantisipasi sanksi jika tidak ada pertemuan antara para pemimpin atau, misalnya, tidak ada gencatan senjata,” kata Zelensky dalam komentar yang dirilis oleh kepresidenan Ukraina pada hari Sabtu (20/9).

    “Kami siap untuk bertemu dengan Putin. Saya telah membicarakan hal ini. Baik bilateral maupun trilateral. Dia belum siap,” tambah Zelensky.

    Tiga putaran perundingan damai langsung antara Rusia dan Ukraina di Istanbul, Turki telah gagal menghasilkan apa pun, selain pertukaran tahanan skala besar.

    Rusia telah mempertahankan serangkaian tuntutan garis keras, termasuk agar Ukraina sepenuhnya menyerahkan wilayah Donbas — sebagian wilayah yang masih dikuasainya.

    Kyiv telah menolak konsesi teritorial dan menginginkan pasukan Eropa dikerahkan ke Ukraina sebagai pasukan penjaga perdamaian, sesuatu yang dianggap Moskow tidak dapat diterima.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump akan Jamu Erdogan di Gedung Putih Pekan Depan

    Trump akan Jamu Erdogan di Gedung Putih Pekan Depan

    JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump  akan menjamu Presiden Turki Tayyip Erdogan di Gedung Putih pada 25 September. Trump berharap dapat mencapai kesepakatan perdagangan dan militer.

    “Kami sedang mengerjakan banyak Kesepakatan Perdagangan dan Militer dengan Presiden, termasuk pembelian pesawat Boeing dalam skala besar, kesepakatan F-16 yang besar, dan kelanjutan perundingan F-35, yang kami harapkan akan berakhir positif,” tulis Trump di Truth Social dilansir Reuters, Sabtu, 20 September.

    Erdogan terakhir kali mengunjungi Gedung Putih pada tahun 2019 selama masa jabatan pertama Trump, dan keduanya memiliki masa lalu yang berliku-liku.

    Meskipun mereka memiliki ikatan pribadi yang erat selama masa jabatan Trump 2017-21 sebagai presiden, hubungan bilateral tersebut juga menegang akibat perselisihan mengenai hubungan Washington dengan pejuang Kurdi di Suriah dan mengenai hubungan Ankara dengan Moskow.

    Turki membuat marah pemerintahan Trump pada tahun 2019 dengan membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

    Sebagai respons, Washington membatalkan rencana penjualan jet tempur F-35 ke Turki dan mengeluarkannya dari program produksi bersama untuk pesawat tersebut.

    Turki kemudian menyetujui kesepakatan untuk membeli jet F-16.

    “Presiden Erdogan dan saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik. Saya menantikan pertemuannya pada tanggal 25!” tulis Trump pada Jumat waktu setempat.

  • Ukraina Balas Serangan Drone Rusia, 4 Orang Tewas di Samara

    Serangan Besar-besaran, Rusia Tembakkan 580 Drone-40 Rudal ke Ukraina

    Jakarta

    Rusia menembakkan 580 drone dan 40 rudal ke Ukraina dalam “serangan besar-besaran”, salah satu yang terbesar dalam beberapa minggu terakhir. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa serangan Rusia itu menewaskan tiga orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    Meskipun ada upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk memediasi perdamaian, Rusia terus menggempur Ukraina dengan drone dan rudal, dan Kyiv menyalahkan Moskow karena sengaja menghambat upaya perdamaian.

    “Sepanjang malam, Ukraina diserang besar-besaran oleh Rusia. Musuh meluncurkan 40 rudal – jelajah dan balistik – dan sekitar 580 drone berbagai jenis,” kata Zelensky di media sosial, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/9/2025).

    “Sampai saat ini, kami mengetahui puluhan orang terluka akibat serangan tersebut, dan, sayangnya, tiga orang tewas,” tambahnya.

    Sergiy Lysak, kepala administrasi militer di wilayah Dnipropetrovsk, mengatakan serangan tersebut menewaskan satu orang dan melukai 26 orang, dengan satu orang dalam kondisi serius.

    Vyacheslav Chaus dari pemerintahan regional di Chernigiv, Ukraina utara, mengatakan seorang pria berusia 62 tahun tewas dalam serangan drone.

    Ukraina mengeluarkan peringatan udara nasional, dengan para pejabat melaporkan serangan-serangan lain di wilayah sekitar ibu kota Ukraina, Kyiv.

    Sekitar 20 bangunan tempat tinggal rusak di wilayah Khmelnytskyi, kata pejabat setempat, Sergiy Tyurin di Telegram. Dia menambahkan bahwa satu jenazah ditemukan “saat pemadaman api di salah satu rumah.”

    Sementara itu, para pejabat Rusia mengatakan pasukan mereka telah menangkis serangan “besar-besaran” Ukraina di wilayah Volgograd dan Rostov, sementara satu orang terluka di wilayah Saratov di dekatnya.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Sabtu bahwa sistem peringatan pertahanan udaranya “mencegat dan menghancurkan” 149 drone Ukraina dalam semalam.

    Diketahui bahwa pasukan Rusia telah bergerak cepat di Ukraina timur selama berbulan-bulan, mencoba menguasai wilayah Donetsk dan Lugansk.

    Harapan akan gencatan senjata telah memudar sejak Presiden AS Donald Trump mengadakan pertemuan tingkat tinggi terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky bulan lalu.

    Pada hari Jumat, Estonia mengatakan tiga pesawat angkatan udara Rusia melanggar wilayah udaranya, memicu kekhawatiran di Uni Eropa dan NATO akan provokasi baru yang berbahaya dari Moskow. Namun, Moskow membantah tuduhan pelanggaran wilayah udara Estonia tersebut.

    Lihat juga Video: Serangan Besar-besaran Rusia ke Zaporizhzhia Tewaskan 1 Orang

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Siapkah NATO Hadapi Perang Drone Lawan Rusia?

    Siapkah NATO Hadapi Perang Drone Lawan Rusia?

    Jakarta

    Sudah lebih dari sepekan ini kemunculan drone Rusia jadi buah bibir di Eropa. Pada malam 9–10 September, gelombang drone tempur Rusia untuk pertama kali menembus wilayah udara Polandia. Sebanyak 19 wahana nirawak terdeteksi, beberapa di antaranya berhasil ditembak jatuh.

    Hanya beberapa hari berselang, drone Rusia kembali melintasi wilayah Rumania — anggota NATO lain. Pada Senin (15/9), otoritas Polandia menembak jatuh sebuah drone yang terbang di atas gedung pemerintah di ibu kota Warsawa, dan dilaporkan menahan dua tersangka: seorang warga Belarus dan seorang warga Ukraina.

    Tidak ada korban luka dalam insiden-insiden tersebut. Moskow sendiri menyangkal bahwa pelanggaran itu disengaja. Namun, NATO merespons dengan meluncurkan misi baru untuk mengamankan ruang udara di sisi timurnya.

    Operasi di perbatasan timur

    Operasi yang dinamakan Eastern Sentry ini digambarkan sebagai “aktivitas multidomain” yang mencakup penguatan pangkalan darat dan pertahanan udara, serta akan “berlangsung untuk waktu yang tidak ditentukan,” menurut pernyataan resmi NATO pada 12 September.

    Melalui operasi ini, NATO ingin menyampaikan pesan jelas kepada negara anggotanya di timur Eropa, sekaligus gertakan kepada Rusia. Inggris dan Denmark sudah menyatakan dukungan, Jerman menggandakan jumlah jet tempur untuk pertahanan udara di Polandia dari dua menjadi empat, sementara Prancis mengerahkan jet Rafale.

    Jet vs Drone: ‘Palu Godam untuk Paku Payung’

    Meski jet tempur dan rudal udara-ke-udara terbukti ampuh menjatuhkan drone, cara ini dinilai jauh dari efisien.

    “Drone yang kita lihat di Ukraina harganya hanya 10 ribu sampai 30 ribu Euro per unit. Tapi kalau kita menembakkan rudal seharga jutaan dolar sebagai respons, stok senjata kita akan cepat habis,” ujar Chris Kremidas-Courtney, pakar pertahanan dari lembaga European Policy Centre (EPC) di Brussel, Belgia, kepada DW. “Kita memakai palu godam untuk menghantam paku payung.”

    Menurutnya, negara-negara Eropa anggota NATO seharusnya berinvestasi pada teknologi pertahanan modern yang lebih hemat biaya, seperti sistem rudal anti-drone Nimbrix buatan Swedia. Jika tidak, Eropa akan terus terjebak dalam perang “asimetris biaya” yang merugikan.

    Membangun ‘Tembok Drone’ di Eropa?

    Bersama Polandia dan Finlandia , negara-negara Baltik — yang kerap menghadapi pelanggaran wilayah udara oleh Rusia — sudah lama mendesak peningkatan koordinasi pertahanan drone. Konsep ini sering disebut sebagai “tembok drone”, istilah yang kemudian dipakai Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam pidato kenegaraan tahunan beberapa waktu lalu.

    Komisi Eropa bahkan mengumumkan proyek produksi drone bersama senilai 6 miliar Euro, dengan keahlian Ukraina akan menjadi kunci. “Kita perlu belajar dari Ukraina,” kata Ian Bond, wakil direktur Centre for European Reform (CER) di Brussel. “Mereka cukup berhasil menjatuhkan drone Rusia. Kalau mereka punya teknologinya, kita harus memilikinya juga.”

    NATO: ‘Kami akan respons’

    Salah satu tantangan NATO adalah memperluas penerapan teknologi pertahanan drone baru. Admiral Rob Bauer, mantan ketua Komite Militer NATO, mengatakan bahwa selain perangkat keras, Eropa perlu mengubah cara pandang terhadap Rusia.

    “Kita perlu memberi tahu publik, dan masyarakat harus menerima bahwa ada ancaman,” ujarnya kepada DW.

    Sementara itu, Kremlin terus mengulang narasi bahwa NATO sedang berperang dengan Rusia. NATO membantah, namun Bauer menyebut aliansi itu kini berada di “zona abu-abu antara damai dan perang” dan siaga penuh: “Ini pesan penting untuk Tuan Putin: NATO akan merespons, apa pun yang terjadi.”

    Dia menambahkan bahwa keberhasilan menembak jatuh drone di Polandia membuktikan keampuhan sistem pertahanan aliansi: “Saya kira kita telah lulus tes, tapi kita harus lebih baik menghadapi ancaman baru ini.”

    NATO siap perang drone?

    Namun, Ian Bond dari CER skeptis terhadap kemampuan pertahanan drone NATO saat ini. “Kesan yang muncul, NATO belum siap menghadapi drone. Mereka harus meningkatkan kemampuan secara signifikan,” katanya.

    Bond menilai NATO perlu lebih tegas dan menembak jatuh drone Rusia, bahkan jika terbang di atas Ukraina barat. Hingga kini, beberapa negara anggota masih menahan diri.

    Pada Juli lalu, Lituania melaporkan dua drone Rusia melintasi wilayahnya, namun tidak ditembak jatuh. Militer menyebut hanya akan bertindak dalam kondisi ekstrem. Setelah itu, Lituania meminta peningkatan pertahanan udara dari NATO. Terbaru, Rumania juga tidak menembak jatuh drone Rusia di wilayahnya, yang kemudian berbalik arah ke Ukraina. Menurut Kementerian Pertahanan Rumania, pilot AU yang melihat drone itu “menilai risiko tambahan” dan memutuskan tidak menembak.

    Bond memperingatkan, sikap pasif semacam ini bisa dianggap Rusia sebagai sinyal positif, sementara drone tersebut bisa saja melanjutkan serangan ke target di Ukraina.

    Perlindungan sipil jadi pertimbangan

    Selain menembak jatuh drone, para pakar juga menekankan pentingnya langkah perlindungan sipil, seperti aplikasi peringatan serangan udara dan peningkatan kapasitas tempat perlindungan.

    “Itu akan jadi langkah menakutkan, tapi tidak berlebihan,” kata Bond. Dia yakin Rusia akan terus menguji sekutu Ukraina kecuali mereka meningkatkan pertahanan dan dukungan secara signifikan.

    Kremidas-Courtney sependapat: “Kita harus berasumsi Rusia akan mencoba ini setiap beberapa minggu, sampai kita membuat mereka membayar harga yang membuat mereka berhenti.”

    NATO berharap Operasi Eastern Sentry bisa mewujudkan hal itu.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video: PM Polandia Geram Banyak Drone Rusia Mondar-mandir di Negaranya

    (ita/ita)

  • Ukraina Bakal Latih Pasukan Polandia Tangkal Serangan Drone

    Ukraina Bakal Latih Pasukan Polandia Tangkal Serangan Drone

    JAKARTA – Pasukan Ukraina akan melatih militer Polandia mereka dalam kelompok gabungan untuk melawan drone. Pendampingan ini dilakukan seminggu setelah drone Rusia terbang ke Polandia.

    “Kita berbicara tentang pelatihan zeni dan pelatihan tentara yang akan bertahan dan mempertahankan wilayah udara,” ujar

    Menteri Pertahanan Ukraina Denys Shmyhal kepada wartawan dalam konferensi pers bersama rekannya dari Polandia di Kyiv dilansir Reuters, Kamis, 18 September.

    “Kita tidak hanya berbicara tentang drone pencegat, karena ini hanyalah puncak gunung es yang memungkinkan kita mempertahankan langit bersama,” ujarnya.

    Lebih dari 20 drone Rusia memasuki wilayah udara Polandia pada malam 9-10 September, yang mendorong jet-jet NATO untuk menembak jatuh beberapa di antaranya.

    Kondisi ini menciptakan kekhawatiran yang semakin besar di Warsawa tentang kesediaan Moskow untuk menguji tekad aliansi tersebut.

    Jet-jet tempur menembakkan rudal untuk menembak jatuh drone-drone tersebut, proses yang biayanya jauh lebih mahal daripada yang dikeluarkan Rusia untuk memasok dan meluncurkan drone murah yang diproduksi massal.

    Rusia mengatakan pasukannya sedang menyerang Ukraina pada saat serangan drone tersebut dan tidak bermaksud untuk menyerang target di Polandia.

    Ukraina mengklaim memiliki kemampuan terdepan di dunia dalam menangkal serangan drone Rusia massal dengan biaya murah, menggunakan sistem berlapis kompleks yang melibatkan drone pencegat, senapan mesin berat, dan peperangan elektronik.

    Shmyhal mengatakan Ukraina akan menyediakan akses ke beberapa sistem pelacakan target udara Rusia agar Polandia dapat melihat target yang berpotensi menuju wilayahnya.

    Pelatihan untuk pasukan Polandia akan melibatkan seluruh “ekosistem” tentang cara mencegat kendaraan udara nirawak musuh, mulai dari mengidentifikasi lokasi dan mengganggunya secara elektronik hingga menembak jatuh dengan drone pencegat.

    Menteri Pertahanan Polandia Wladyslaw Kosiniak-Kamysz mengatakan Ukraina dan Polandia akan berlatih bersama di sebuah tempat latihan di Lipa, Polandia selatan.

  • Perang Rusia-Ukraina Tamat? Zelensky Siap Bertemu Putin Tanpa Syarat

    Perang Rusia-Ukraina Tamat? Zelensky Siap Bertemu Putin Tanpa Syarat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan siap bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin tanpa prasyarat. Namun, ia menolak rencana pertemuan yang digelar di Moskow.

    “Saya siap bertemu dengan Trump dan Putin dalam format trilateral atau bilateral. Saya siap bertemu tanpa prasyarat apa pun,” kata Zelensky dalam wawancara dengan Sky News, dikutip Jumat (19/9/2025).

    Zelensky menegaskan negosiasi dapat dilakukan di negara lain. Ia mengungkapkan telah menerima sejumlah tawaran dari Amerika Serikat dan Eropa terkait lokasi pertemuan.

    Sebelumnya, Putin menyebut Moskow sebagai tempat terbaik untuk pertemuan dengan Zelensky. Ia juga memastikan keselamatan Zelensky dan delegasi Kyiv akan dijamin jika datang.

    “Kami akan menjamin keamanan Zelensky dan perwakilan Kyiv,” kata Putin dalam Forum Ekonomi Timur, seperti dikutip TASS.

    Namun, Zelensky kembali menolak undangan tersebut saat konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Di sisi lain, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menegaskan belum ada urgensi membahas pertemuan trilateral. “Hingga rezim Kiev menanggapi usulan Rusia secara wajar, tidak ada gunanya membicarakan kemungkinan pertemuan puncak antara Rusia, Ukraina, dan AS,” ujarnya.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Debindo Perluas Kehadiran Indonesia di Pameran Internasional

    Debindo Perluas Kehadiran Indonesia di Pameran Internasional

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Debindomulti Adhiswasti menjalin kemitraan dengan ITE Group, penyelenggara pameran internasional yang berbasis di Rusia, Dubai, Beijing, dan New Delhi. Melalui Nota Kesepahaman (MoU) ini, PT Debindomulti Adhiswasti resmi menjadi mitra ITE Group di Indonesia untuk mempromosikan pameran ITE kepada pasar domestik sekaligus membawa peserta pameran asal Indonesia ke ajang internasional yang diselenggarakan ITE di kota Moskow, Rusia.

    Direktur Utama PT Debindomulti Adhiswasti Vibiadhi Swasti Pradana, mengatakan kolaborasi ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya dalam mendorong industrialisasi, peningkatan daya saing global, serta memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. Dengan hadir di berbagai pameran berskala global, pelaku usaha nasional tidak hanya memperluas akses pasar, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan ekspor, hilirisasi produk, serta penciptaan peluang kerja dan investasi yang lebih luas.

    “Ini bukan sekadar kemitraan, melainkan sebuah langkah maju dalam misi kami untuk tumbuh, terhubung, dan memimpin di industri pameran dan pengembangan bisnis. Kami ingin agar dunia semakin mengenal kekuatan industri Indonesia,” ujar dia dikutip Rabu (17/9/2025).

    Pameran ITE menawarkan platform internasional bagi pelaku bisnis Indonesia untuk menampilkan produk, layanan, dan inovasi terbaru di ajang bergengsi, seperti MosBuild, WorldFood Moscow, Printech, dan RosUpack. Keikutsertaan dalam event ini mendukung agenda pemerintah dalam kedaulatan pangan, industrialisasi, dan digitalisasi sekaligus membuka peluang investasi yang berorientasi pada pertumbuhan inklusif.

    Sebagai exhibitor, pelaku bisnis Indonesia akan memperoleh manfaat berupa akses langsung kepada para pengambil keputusan di Rusia di berbagai sektor industri mulai dari packaging, agri-tech, industrial printing, hingga teknologi pangan dan farmasi. Dukungan digital melalui ITE Connect juga memungkinkan networking virtual, showcase produk, dan negosiasi bisnis lebih efisien, selaras dengan agenda transformasi digital nasional.

    “Kemitraan ini menjadi langkah penting untuk menembus pasar global, memperluas jejaring B2B lintas negara, serta memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia. Sebagai mitra resmi ITE Group di Indonesia, Debindo mengundang perusahaan-perusahaan nasional untuk memanfaatkan kesempatan ini dan mengoptimalkan jangkauan promosi di pasar internasional,” terang Adhiswasti.

    “Berbagai pameran mendatang di Moskow, Rusia, seperti MosBuild, Pharmtech, Dairytech, dan RosUpack, dapat menjadi ajang strategis untuk memperkuat jejaring bisnis global sekaligus mewujudkan visi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia,” pungkas dia.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]