kab/kota: Moskow

  • Harapan Reuni Keluarga Korea Terpisah Perang Kian Menipis

    Harapan Reuni Keluarga Korea Terpisah Perang Kian Menipis

    Jakarta

    Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung kembali menyerukan kepada Korea Utara agar mengizinkan pertemuan singkat bagi keluarga yang telah terpisah selama puluhan tahun.

    “Sayangnya, hubungan antar-Korea saat ini diliputi ketidakpercayaan yang dalam. Namun, isu keluarga terpisah tetap menjadi prioritas utama yang harus diselesaikan bersama,” ujar Lee dalam pidato peringatan hari memorial keluarga terpisah pada Sabtu lalu.

    Lee mendorong adanya “dialog dan kerja sama” untuk menyelesaikan masalah ini.

    Perang besar antara Korea Utara dan Selatan berakhir dengan gencatan senjata tahun 1953 yang membagi Semenanjung Korea. Karena tidak ada perjanjian damai permanen, kedua negara secara teknis masih dalam keadaan perang.

    Dalam pidatonya, Lee berjanji bahwa pemerintahannya akan berupaya maksimal untuk menanamkan perdamaian di Semenanjung Korea dan memastikan “kesedihan keluarga terpisah tidak diwariskan ke generasi berikutnya.”

    Korea Utara “pegang semua kartu”

    Pernyataan Presiden Lee disampaikan menjelang perayaan Chuseok, festival panen tahunan saat keluarga biasanya berkumpul dan menghormati leluhur.

    Korea Utara belum memberikan tanggapan atas seruan Lee terkait reuni keluarga. Pertemuan semacam ini terakhir terjadi pada 2018, ketika 83 warga Korea Utara dipertemukan dengan 89 kerabat mereka dari Selatan setelah puluhan tahun terpisah. Saat itu, peserta tertua dari Korea Selatan berusia 101 tahun.

    “Saya rasa Korea Utara bahkan tidak berniat untuk membalas,” kata Kim Sang-woo, mantan politisi dan kini pengurus di Kim Dae-jung Peace Foundation, kepada DW.

    Menurutnya, Korea Utara kini “memegang semua kartu.” Dengan mempererat hubungan dengan Cina dan Rusia, Pyongyang merasa tidak perlu lagi menuruti keinginan Seoul, meskipun secara politik tetap bergantung pada Beijing. Bahkan, kerja sama dengan Moskow sudah sejauh mengirim pasukan Korea Utara untuk berperang di Ukraina.

    “Jelas Presiden Lee punya niat baik, tapi ini justru menyiksa keluarga yang diberi harapan palsu untuk bertemu kembali, hanya untuk akhirnya kecewa,” ujar Kim.

    Seumur hidup tanpa kabar keluarga

    Dan Pinkston, profesor hubungan internasional di Troy University di Seoul, telah bertemu banyak warga Korea yang terpisah dari keluarganya sejak perang 1950-an, bahkan tidak tahu apakah kerabat mereka masih hidup.

    “Ini situasi yang benar-benar tragis,” katanya. Pinkston menyinggung seorang pegawai Kementerian Unifikasi Korea Selatan yang dulu membantu mengatur reuni keluarga. Ayah pegawai itu pernah punya saudara perempuan yang sedang belajar menjadi perawat ketika pasukan Korea Utara menyerbu Seoul pada 1950. Perempuan itu ditawan dan dibawa ke Utara, dan sejak saat itu tak pernah ada kabar.

    Setiap kali Korea Utara menyerahkan daftar nama calon peserta reuni, sang pegawai selalu mencari nama bibinya dengan harapan bisa bertemu kembali. Namun, nama itu tak pernah ada. “Itu sangat menyedihkan, dan hanya satu dari ribuan kisah serupa,” ujar Pinkston.

    Menurutnya, kecil kemungkinan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengindahkan permintaan Presiden Lee. “Kenapa Kim harus memberi keuntungan politik bagi Selatan? Seoul kini tak lagi punya pengaruh yang dulu berupa tawaran bantuan ekonomi atau lainnya,” ujarnya.

    Propaganda Korea Utara terancam runtuh oleh reuni keluarga

    Faktor lain yang mungkin dipertimbangkan Korea Utara adalah bahwa jika reuni keluarga benar-benar terjadi, hal itu bisa memicu perasaan nasionalisme dan keinginan emosional untuk bersatu kembali.

    “Ada risiko nyata reuni memicu sentimen nasionalis dan keinginan emosional untuk reunifikasi. Itu bertentangan dengan kebijakan Pyongyang dalam setahun terakhir yang menegaskan Utara dan Selatan adalah dua negara bermusuhan,” kata Dan Pinkston.

    Kim Sang-woo menambahkan, ada jebakan propaganda bagi rezim jika reuni terjadi. “Rezim selama ini mengendalikan rakyat dengan semacam mantra yang mereka ciptakan. Selama generasi mereka menanamkan keyakinan bahwa Selatan itu korup, budak Amerika Serikat, tidak merdeka, penuh kekacauan, dan di ambang kehancuran,” ujarnya.

    “Untuk menjaga citra itu, mereka tidak bisa membiarkan kontak antara rakyatnya dengan keluarga di Selatan,” tegas Kim. “Ini memang sangat menyedihkan, tetapi saya tidak melihat Utara akan mengubah sikapnya dalam waktu dekat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu

    Editor: Hani Anggraini

    (ita/ita)

  • Serangan Besar-besaran, Rudal Rusia Hantam Infrastruktur Energi Ukraina

    Serangan Besar-besaran, Rudal Rusia Hantam Infrastruktur Energi Ukraina

    Jakarta

    Rusia melancarkan serangan besar-besaran di ibu kota Kyiv, yang salah satunya menyasar ke infrastruktur energi. Ukraina mengatakan serangan ini menyerang jaringan energi nasional.

    “Ibu kota negara ini sedang diserang rudal balistik musuh dan serangan besar-besaran oleh pesawat nirawak musuh,” kata angkatan udara Ukraina, dilansir AFP, Jumat (10/10/2025).

    Warga Kyiv diminta untuk tetap berada di tempat perlindungan. Sementara itu, wartawan AFP di Kyiv melaporkan terdengar beberapa ledakan dahsyat di kota tersebut. Selain itu terjadi pemadaman listrik di pemukiman di berbagai distrik di ibu kota.

    Wali Kota Vitali Klitschko mengatakan pasukan Rusia telah menargetkan “infrastruktur kritis”. Serangan tersebut juga melukai sedikitnya sembilan orang, lima di antaranya dibawa ke rumah sakit.

    “Tepi kiri ibu kota tanpa listrik. Ada juga masalah dengan pasokan air,” kata Klitschko di platform Telegram.

    Selain itu, Menteri Energi Ukraina, Svitlana Grynchuk, mengatakan pasukan Rusia “melakukan serangan besar-besaran” terhadap jaringan listrik.

    “Segera setelah kondisi keamanan memungkinkan, para pekerja energi akan mulai mengklarifikasi konsekuensi dari serangan dan melakukan restorasi,” katanya.

    Selain menyerang infrastrutur energi, Rusia juga menyerang wilayah tenggara Zaporizhzhia dengan setidaknya tujuh serangan pesawat tak berawak. Serangan itu menurut Ivan Fedorov, Kepala Administrasi Militer Regional, juga melukai setidaknya tiga orang.

    Diketahui, Rusia telah meningkatkan serangan udara terhadap fasilitas energi dan sistem kereta api Ukraina selama beberapa minggu terakhir.

    Pada Kamis, sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Moskow berusaha “menciptakan kekacauan” dengan menyerang fasilitas energi dan jalur kereta api.

    Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat nirawak dan rudalnya sendiri ke wilayah Rusia sebagai tanggapan, sebuah taktik yang menurut Zelensky telah menunjukkan “hasil” dan mendorong kenaikan harga bahan bakar di Rusia.

    (yld/idn)

  • Alert! NATO Rencanakan Tembak Jatuh Pesawat Rusia, jika…

    Alert! NATO Rencanakan Tembak Jatuh Pesawat Rusia, jika…

    Jakarta, CNBC Indonesia – Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dikabarkan tengah mempertimbangkan langkah-langkah agresif yang dapat meningkatkan risiko konflik langsung dengan Rusia. Diskusi internal ini mencakup pelonggaran aturan keterlibatan yang memungkinkan pilot mereka untuk menembak jatuh pesawat Rusia yang melanggar wilayah udara sekutu.

    Menurut laporan yang dikutip dari Financial Times dan disiarkan oleh Newsweek pada Rabu (9/10/2025), sekutu-sekutu NATO sedang merumuskan respons yang lebih keras terhadap serangkaian provokasi Rusia yang meningkat. Provokasi ini dilaporkan mencakup dugaan pelanggaran wilayah udara, pengerahan kawanan drone tak berawak di atas sejumlah negara Eropa seperti Rumania, Denmark, Belgia, dan Jerman, serta plot sabotase.

    Diskusi ini telah meluas ke sebagian besar dari 32 anggota aliansi. Langkah-langkah yang dipertimbangkan antara lain melonggarkan pembatasan untuk mengizinkan pilot jet tempur NATO membuka tembakan ke pesawat Rusia di dekat perbatasan dan mengerahkan drone bersenjata di sepanjang perbatasan dengan Rusia.

    Ketegangan NATO-Rusia makin memburuk seiring berlanjutnya perang di Ukraina. Kedua belah pihak telah mengarakterisasi situasi saat ini sebagai bentuk perang satu sama lain, meskipun belum ada deklarasi formal.

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut insiden tersebut sebagai “kampanye zona abu-abu yang disengaja dan ditargetkan terhadap Eropa” dan menegaskan bahwa ini adalah waktunya untuk “menyebutnya sesuai namanya-ini adalah perang hibrida.”

    “Insiden-insiden ini dihitung untuk berlama-lama di senja penolakan. Ini bukanlah pelecehan acak, ini adalah kampanye koheren dan eskalatif untuk menggoyahkan warga negara kita, menguji tekad kita, memecah belah persatuan kita dan melemahkan dukungan kita untuk Ukraina,” ujar Von der Leyen.

    Rusia sendiri telah membantah dan menertawakan tuduhan pelanggaran wilayah udara tersebut. Moskow memperingatkan bahwa tindakan NATO menembak jatuh pesawatnya akan menjadi “eskalsi serius” yang dapat mengarah pada “perang terbuka.”

    Namun, beberapa pihak dalam aliansi percaya bahwa Rusia hanya akan merespons terhadap pencegahan keras, sehingga pelanggaran wilayah udara harus ditanggapi dengan respons yang kuat dan tegas.

    Sebelumnya, militer Polandia telah menembak jatuh drone Rusia yang masuk wilayah udaranya pada 10 September, yang disebut sebagai konfrontasi langsung pertama antara pesawat NATO dan drone Rusia. Sementara itu, Uni Eropa juga dilaporkan sedang menyiapkan langkah-langkahnya sendiri sebagai respons terhadap provokasi Rusia

    (luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rencana Trump Soal Gaza adalah yang Terbaik Saat Ini

    Rencana Trump Soal Gaza adalah yang Terbaik Saat Ini

    Jakarta

    Pemerintah Israel dan kelompok Hamas telah menyetujui tahap pertama rencana damai yang diusulkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut rencana damai Trump untuk perdamaian di Gaza mungkin bersifat umum, tetapi tetap merupakan usulan terbaik yang “dipertimbangkan” untuk saat ini.

    “Presiden AS Donald Trump mengusulkan 20 poinnya yang mengandung kata ‘kenegaraan’. Namun, semua ini dirancang secara umum,” ujar Lavrov kepada televisi Russia Today dalam sebuah wawancara yang sebagian dipublikasikan di situs web Kementerian Luar Negeri Rusia, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Kamis (9/10/2025).

    “Dalam konteks ini, yang dipermasalahkan hanyalah apa yang akan tersisa dari Jalur Gaza. Tidak ada referensi ke Tepi Barat. Namun, kami realistis. Kami memahami bahwa ini adalah yang terbaik yang saat ini ‘dipertimbangkan,” ujarnya.

    Rencana tersebut, katanya, adalah “pilihan terbaik dalam hal penerimaan Arab dan ‘tidak adanya penolakan’ oleh Israel, yang akan saya gambarkan sebagai posisi Benjamin Netanyahu.”

    Kremlin telah menyatakan dukungannya terhadap rencana Trump sejak presiden AS itu mempresentasikannya minggu lalu dan berharap rencana tersebut dapat diimplementasikan.

    Rusia telah mengkritik operasi militer Israel di Gaza selama dua tahun terakhir seiring Moskow mempererat hubungan dengan musuh bebuyutan Israel, Iran. Moskow telah lama menyatakan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah.

    Rencana Trump menyerukan badan internasional yang dipimpin oleh Trump, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, untuk berperan dalam pemerintahan pascaperang Gaza. Negara-negara Arab yang mendukung rencana tersebut mengatakan bahwa rencana itu harus mengarah pada kemerdekaan negara Palestina, yang menurut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak akan pernah terwujud.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Memanas! Rusia Tembak Jatuh 209 Drone Ukraina

    Memanas! Rusia Tembak Jatuh 209 Drone Ukraina

    Moskow

    Ukraina melancarkan serangan drone besar-besaran terhadap Rusia selama dua hari berturut-turut. Moskow melaporkan pasukannya telah menembak jatuh sedikitnya 209 drone yang diluncurkan Kyiv pada Selasa (7/10) dini hari hingga pagi hari waktu setempat.

    Serangan tersebut merupakan serangan kedua yang dilancarkan Kyiv terhadap Moskow dalam dua hari terakhir, saat Ukraina semakin meningkatkan serangan balasan terhadap target-target di wilayah Rusia.

    Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (7/10/2025), mengatakan bahwa sebagian besar drone dalam serangan terbaru Ukraina telah ditembak jatuh di wilayah Kursk, Nizhny Novgorod, dan Belgorod, yang semuanya terletak di area perbatasan kedua negara.

    Gubernur Nizhny Novgorod, Gleb Nikitin, mengatakan bahwa serangan yang melanda wilayahnya menghantam sebuah perusahaan industri setempat.

    Otoritas Rusia tidak melaporkan adanya korban luka atau korban tewas akibat serangan drone Ukraina pada Selasa (7/10) tersebut.

    Pada Senin (6/10), Ukraina meluncurkan 251 drone dalam serangan udara ke wilayah Rusia. Sedikitnya dua orang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut di kota Belgorod, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan Ukraina.

    Serangan drone Kyiv itu juga memicu pemadaman listrik di wilayah perbatasan Rusia tersebut.

    “Seribu orang di empat area permukiman masih tanpa aliran listrik,” kata Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov, dalam pernyataannya. Dia menambahkan bahwa upaya perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi masih berlangsung setelah rentetan serangan tersebut.

    Ukraina semakin meningkatkan serangan-serangan menargetkan infrastruktur energi dan minyak Rusia. Kyiv menyebut serangan itu sebagai respons yang sah terhadap serangan harian Moskow terhadap kota-kota Ukraina, yang terkadang menyebabkan jutaan orang harus hidup tanpa pemanas dan aliran listrik.

    Dalam pernyataan terpisah, otoritas Ukraina melaporkan Rusia telah meluncurkan 154 serangan drone dan rudal pada Senin (6/19) hingga Selasa (7/10) dini hari. Kyiv mengklaim separuh drone tersebut berhasil dicegat.

    Salah satu drone disebut menghantam infrastruktur kereta api dan energi di wilayah Poltava dan Summy di Ukraina, menyebabkan lebih dari 1.000 orang kehilangan akses listrik.

    Militer Rusia saat ini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Crimea yang dianeksasi pada tahun 2014, dan terus bergerak maju di medan pertempuran, dengan militer kedua negara sama-sama mengalami kerugian besar.

    Tonton juga video “Putin Bicara Hubungan AS-Rusia Rusak Buntut Pasok Tomahawk ke Ukraina” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kata Putin soal Hubungan Rusia-AS Rusak Perkara Tomahawk untuk Ukraina

    Kata Putin soal Hubungan Rusia-AS Rusak Perkara Tomahawk untuk Ukraina

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan permintaan Ukraina untuk mendapatkan rudal Tomahawk. Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan peringatan keras.

    Dirangkum detikcom, Senin (6/10/2025) seperti dilansir Reuters dan AFP, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah meminta AS untuk menjual rudal Tomahawk kepada negara-negara Eropa, yang kemudian akan memasok persenjataan itu ke Ukraina.

    AS kemudian memberikan respons. Pertimbangan untuk mengirimkan rudal jarak jauh AS tersebut, disampaikan oleh Wakil Presiden AS JD Vance dalam wawancara dengan program “Fox News Sunday” pada Minggu (29/9) waktu setempat.

    Vance mengatakan bahwa Presiden Donald Trump akan mengambil “keputusan akhir” soal apakah akan mengizinkan kesepakatan tersebut.

    “Kami tentu saja sedang mempertimbangkan sejumlah permintaan dari negara-negara Eropa,” kata Vance dalam wawancara tersebut.

    Rudal Tomahawk buatan AS diketahui memiliki jangkauan 2.500 kilometer, dan akan menjadi aset berharga bagi Ukraina dalam melawan rentetan serangan rudal dan drone Rusia yang berlangsung terus-menerus.

    Pengiriman senjata semacam itu hampir pasti akan dianggap oleh Rusia sebagai eskalasi dalam perangnya di Ukraina.

    Respons Putin

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan jika AS memasok rudal Tomahawk ke Ukraina untuk serangan jarak jauh ke dalam wilayah Rusia, maka hal itu akan menyebabkan hancurnya hubungan antara Moskow dan Washington.

    Kurang dari dua bulan sejak Putin bertemu Presiden Donald Trump di Alaska, perdamaian tampak semakin jauh dengan pasukan militer Rusia bergerak maju di Ukraina, drone Rusia yang diduga mengudara di wilayah udara NATO, dan kini AS berbicara soal partisipasi langsung dalam serangan jarak jauh ke Rusia.

    Trump telah mengatakan dirinya kecewa dengan Putin karena tidak bersedia mewujudkan perdamaian, dan melabeli Rusia sebagai “macan kertas” karena gagal menaklukkan Ukraina. Putin, pekan lalu, membalas dengan mempertanyakan apakah bukan NATO yang “macan kertas” karena gagal menghentikan laju Rusia.

    “Ini akan menyebabkan hancurnya hubungan kita, atau setidaknya tren positif yang telah muncul dalam hubungan ini,” kata Putin dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir Reuters, Senin (6/10).

    Pernyataan itu disampaikan Putin dalam rekaman video yang dirilis pada Minggu (5/10) waktu setempat, oleh reporter televisi pemerintah Rusia Pavel Zarubin.

    Laporan media terkemuka Wall Street Journal (WSJ), pekan lalu, menyebut AS akan memberikan informasi intelijen kepada Ukraina mengenai target infrastruktur energi jarak jauh di dalam wilayah Rusia, sembari mempertimbangkan untuk mengirimkan rudal yang dapat digunakan dalam serangan semacam itu.

    Dua pejabat mengonfirmasi laporan WSJ itu kepada Reuters. Namun seorang pejabat AS dan tiga sumber lainnya mengatakan bahwa rencana AS mengirimkan rudal Tomahawk ke Ukraina mungkin tidak dapat diwujudkan karena persediaan rudal saat ini difokuskan untuk Angkatan Laut AS dan penggunaan lainnya.

    Rudal Tomahawk memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer, yang berarti jika Ukraina mendapatkan rudal tersebut, maka Kremlin dan seluruh wilayah Rusia yang ada di kawasan Eropa akan berada dalam jangkauan target serangan.

    Pada Kamis (2/10) lalu, Putin mengatakan bahwa mustahil menggunakan Tomahawk tanpa partisipasi langsung personel militer AS. Oleh karena itu, menurut Putin, setiap pasokan rudal semacam itu ke Ukraina akan memicu eskalasi baru.

    “Ini akan berarti tahap eskalasi yang benar-benar baru, secara kualitatif baru, termasuk dalam hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat,” kata Putin pada saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

  • Kanselir Jerman Telepon Trump Bahas Gunakan Aset Rusia untuk Ukraina

    Kanselir Jerman Telepon Trump Bahas Gunakan Aset Rusia untuk Ukraina

    JAKARTA – Kanselir Jerman Friedrich Merz menelepon Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membahas rencana penggunaan aset Rusia yang dibekukan guna membantu Kyiv, Ukraina.

    Dalam pemberitaaan di Financial Times, Merz mengusulkan pemberian pinjaman tanpa bunga kepada Ukraina senilai sekitar 140 miliar euro (Rp2,81 kuadriliun) menggunakan aset Rusia yang dibekukan di negara-negara Barat.

    “Kanselir Federal mengumumkan inisiatif untuk memanfaatkan aset Rusia yang dibekukan guna mendukung angkatan bersenjata Ukraina,” ujar Juru bicara pemerintah Jerman, Stefan Kornelius, dikutip ANTARA dari RIA Novosti, Senin, 6 Oktober.

    Trump dan Merz juga membahas perkembangan situasi di Ukraina serta sepakat melanjutkan upaya bersama untuk mengakhiri konflik tersebut, katanya.

    Kedua pemimpin itu turut membahas kondisi di Jalur Gaza dan sepakat perundingan di Mesir harus menghasilkan kesepakatan cepat terkait pembebasan sandera, penghentian permusuhan, dan perlucutan senjata Hamas.

    Sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina, Uni Eropa dan negara-negara G7 membekukan hampir separuh cadangan devisa Rusia senilai sekitar 300 miliar euro. Lebih dari 200 miliar euro di antaranya disimpan di Uni Eropa, terutama di lembaga kliring Euroclear Belgia.

    Pada awal Oktober, Komisi Eropa melaporkan telah menyalurkan 14 miliar euro kepada Ukraina sejak Januari hingga September 2025 dengan menggunakan keuntungan dari dana beku bank sentral Rusia.

    Sebagai balasan, Rusia memberlakukan pembatasan terhadap aset investor asing dari negara-negara yang dianggap tidak bersahabat, yang kini ditempatkan di rekening khusus “C”. Aset tersebut hanya dapat dicairkan dengan izin komisi pemerintah.

    Kementerian Luar Negeri Rusia berulang kali menyebut pembekuan aset itu sebagai bentuk pencurian, seraya menegaskan bahwa Uni Eropa menargetkan dana negara maupun swasta Rusia.

    Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan Moskow akan membalas setiap penyitaan aset Rusia dan mempertimbangkan langkah menahan dana negara Barat yang berada di Rusia.

     

  • Kunjungi Kapal Perang Korut, Kim Jong Un Akan Hukum Provokasi Musuh

    Kunjungi Kapal Perang Korut, Kim Jong Un Akan Hukum Provokasi Musuh

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengunjungi salah satu kapal perang negaranya baru-baru ini. Dalam kunjungan itu, Kim Jong Un mengatakan bahwa kapal penghancur seberat 5.000 ton itu seharusnya “menghukum provokasi musuh”.

    Kapal perang yang dikunjungi Kim Jong Un itu adalah kapal perang Choe Hyon, yang merupakan salah satu dari dua kapal penghancur berbobot 5.000 ton yang dimiliki Korut. Kedua kapal perang itu diluncurkan Pyongyang pada tahun ini seiring upaya Kim Jong Un untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Laut negaranya.

    Laporan kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyebut kunjungan Kim Jong Un ke kapal perang Choe Hyon itu dilakukan pada Minggu (5/10) waktu setempat.

    Menurut KCNA, seperti dilansir AFP, Senin (6/10/2025), Kim Jong Un dalam kunjungannya mengatakan bahwa kapal perang tersebut “merupakan demonstrasi yang jelas untuk perkembangan … angkatan bersenjata (Korut)”.

    “Kemampuan angkatan laut kita yang luar biasa harus dikerahkan di lautan luas untuk sepenuhnya mencegah atau melawan dan menghukum provokasi musuh demi kedaulatan negara,” tegas Kim Jong Un dalam pernyataannya saat kunjungan tersebut.

    Kim Jong Un telah berjanji untuk membangun kapal penghancur ketiga dari kelas yang sama pada Oktober tahun depan.

    Militer Korea Selatan (Korsel) menyebut kapal perang Choe Hyon kemungkinan dikembangkan dengan bantuan Rusia, yang menjadi bagian dari imbalan pengerahan ribuan pasukan Korut untuk mendukung perang Moskow melawan Ukraina.

    Foto-foto yang dirilis KCNA menunjukkan Kim Jong Un tampak mengawasi ruang kendali di dalam kapal dengan monitor menampilkan lautan di sekitar Semenanjung Korea.

    Salah satu foto lainnya menunjukkan sang pemimpin Korut sedang menunjuk ke peta yang diburamkan di depan para jenderal militer.

    Kunjungan Kim Jong Un itu dilakukan sehari setelah dia mengumumkan pengerahan “aset-aset khusus ke target-target utama” sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai peningkatan pengerahan senjata Amerika Serikat (AS) di wilayah Korsel, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Dalam pernyataan pada Sabtu (4/10), Kim Jong Un menegaskan bahwa musuh-musuh Korut “harus memikirkan arah pergerakan lingkungan keamanan mereka”.

    AS menempatkan sekitar 28.500 tentaranya di Korsel untuk menangkal ancaman militer dari Korut yang bersenjata nuklir. Bulan lalu, militer AS dan Korsel baru saja menggelar latihan gabungan dengan Jepang.

    Pyongyang secara rutin mengecam latihan militer gabungan semacam itu sebagai latihan untuk menginvasi wilayahnya. Sementara AS dan Korsel bersikeras menyebut latihan tersebut bersifat defensif.

    Tonton juga video “Kim Jong Un Beri Penghargaan ke Tentara yang Bantu Rusia Lawan Ukraina” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Listrik Padam di Rusia Gegara Serangan Drone Ukraina

    Listrik Padam di Rusia Gegara Serangan Drone Ukraina

    Moskow

    Otoritas Rusia mengatakan rentetan serangan drone Ukraina memicu pemadaman listrik di salah satu wilayah perbatasannya. Serangan drone ini disebut sebagai salah satu serangan terbesar Ukraina selama perang berkecamuk selama lebih dari tiga tahun terakhir.

    Ukraina bersumpah untuk meningkatkan serangan terhadap wilayah Rusia, khususnya infrastruktur minyak Moskow. Kyiv menyebutnya sebagai respons sah terhadap rentetan serangan Rusia setiap harinya terhadap kota-kota di Ukraina.

    Moskow juga kerap menyerang jaringan energi Kyiv yang berimbas pada terputusnya layanan pemanas dan aliran listrik bagi jutaan orang.

    Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Senin (6/10/2025), mengatakan bahwa pasukannya telah menembak jatuh sebanyak 251 drone Ukraina pada dini hari — salah satu jumlah serangan drone terbanyak dalam satu hari sejak Rusia melancarkan invasi terhadap Ukraina pada Februari 2022.

    Serangan drone Ukraina tersebut berdampak pada wilayah perbatasan Belgorod, dengan ribuan orang tidak mendapatkan aliran listrik.

    “Saat ini terjadi pemadaman listrik sebagian di sebanyak 24 area permukiman, yang berdampak pada 5.400 orang,” sebut Gubernur Belgorod Vyacheslav Gladkov dalam pernyataan via media sosial.

    Laporan otoritas setempat menyebut sebuah kilang minyak di wilayah Krasnodar bagian selatan juga terkena serangan.

    Sementara itu, Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan 116 drone ke wilayahnya, yang menghantam fasilitas energi di wilayah Chernigiv dan menewaskan seorang wanita di wilayah Kherson.

    Para pejabat Kyiv mengatakan bahwa Moskow semakin mengintensifkan serangan terhadap jaringan listrik di wilayahnya, mengulangi taktik musim dingin sebelumnya, yang membuat jutaan orang tanpa pemanas atau penerangan dalam suhu di bawah nol derajat.

    Serangan-serangan balasan Ukraina terhadap kilang minyak Rusia dalam beberapa bulan terakhir telah memicu kelangkaan bahan bakar di beberapa wilayah Rusia dan mendorong kenaikan harga bensin.

    Kyiv bertekad untuk memotong pendapatan energi vital bagi Moskow, yang diyakini digunakan untuk mendanai militer Rusia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kapal Perang Rusia Arahkan Senjata ke Kapal AL Denmark, Ganggu Navigasi

    Kapal Perang Rusia Arahkan Senjata ke Kapal AL Denmark, Ganggu Navigasi

    JAKARTA — Kapal perang Rusia disebut berulang kali berlayar di jalur bertubrukan, mengarahkan senjata ke kapal angkatan laut Denmark, dan mengganggu sistem navigasi di selat Denmark yang menghubungkan Laut Baltik dengan Laut Utara.

    Insiden semacam itu berisiko menimbulkan eskalasi yang tidak diinginkan, ungkap dinas intelijen pertahanan Denmark.

    Kawasan Baltik tetap waspada setelah insiden yang melibatkan kabel bawah laut, pemadaman pipa gas, pelanggaran wilayah udara, dan penampakan pesawat tak berawak (drone) sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022, yang meningkatkan ketegangan antara Moskow dan Barat.

    Denmark, pendukung setia Ukraina dalam perangnya dengan Rusia, telah meningkatkan anggaran militernya dan berkomitmen untuk memperoleh senjata presisi jarak jauh yang mampu menyerang target di dalam wilayah Rusia.

    “Kami telah menyaksikan beberapa insiden di selat Denmark, di mana helikopter angkatan udara dan kapal angkatan laut Denmark telah menjadi sasaran radar pelacak dan secara fisik diarahkan dengan senjata dari kapal perang Rusia,” ujar Direktur Badan Intelijen Pertahanan Denmark, Thomas Ahrenkiel, dalam konferensi pers dilansir Reuters, Jumat, 3 Oktober.

    Ia mengatakan kapal perang Rusia telah berlayar di jalur berlawanan dengan kapal-kapal Denmark selama perjalanan mereka melalui selat tersebut.

    Ahrenkiel mengatakan kapal perang Rusia telah berlabuh di perairan Denmark selama lebih dari seminggu, menunjukkan kemungkinan campur tangan dari Moskow jika Denmark mencoba mengekang pergerakan “armada bayangan” tanker Rusia yang digunakan untuk menghindari sanksi Barat terhadap ekspor minyaknya yang diberlakukan terkait perang dengan Ukraina.

    Pada Mei, ketegangan meningkat di Laut Baltik ketika Rusia mengerahkan jet tempur saat Estonia mencegat kapal tanker minyak yang menuju Rusia yang diduga merupakan bagian dari armada bayangan tersebut.

    Selat Denmark, rute pelayaran internasional yang sibuk, sering menjadi lokasi pergerakan kapal militer Rusia yang biasanya dikawal oleh angkatan laut Denmark.

    Intelijen pertahanan juga mencatat kapal perang Rusia berlayar melalui selat Denmark dengan sonar dan peralatan pengacau sinyal, menurut Ahrenkiel.

    Ia mengatakan “sangat mungkin” mereka, setidaknya pada satu momen mengacaukan sinyal dan menyebabkan gangguan GPS yang ekstensif di Denmark.

    Badan intelijen Denmark menilai Rusia sedang melancarkan perang hibrida terhadap Denmark dan Barat secara luas.

    “Rusia menggunakan cara-cara militer, termasuk dengan cara yang agresif, untuk menekan kami tanpa melewati batas dan memasuki konflik bersenjata dalam pengertian tradisional,” kata Ahrenkiel.

    Moskow sudah berulang kali membantah bertanggung jawab atas serangan hibrida di Eropa. Presiden Vladimir Putin bercanda pada hari Kamis bahwa ia tidak akan menerbangkan drone di atas Denmark lagi dan menyebut gagasan bahwa negaranya berpotensi menargetkan anggota NATO sebagai “omong kosong”.