kab/kota: Moskow

  • Saling Memuji Antara Putin dan Xi Jinping

    Saling Memuji Antara Putin dan Xi Jinping

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Beijing, China, dan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Dalam pertemuan itu, antara Putin dan Xi Jinping saling melempar pujian.

    Dilansir dari Reuters, Putin tiba di Beijing pada Kamis (16/5), pagi. Kremlin mengharapkan pertemuan Putin dan Xi ini bisa memperdalam kemitraan strategis antara kedua negara yang menjadi rival geopolitik paling kuat Amerika Serikat (AS).

    Diketahui, China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan “tanpa batas” pada Februari 2022 lalu, ketika Putin mengunjungi Beijing hanya beberapa hari sebelum dia mengirimkan pasukan militer Rusia ke Ukraina yang memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.

    China menjadi negara pertama yang didatangi Putin usai dilantik kembali menjadi Presiden Rusia hingga 2030. Putin seolah mengirimkan pesan kepada dunia soal prioritas dan kedalaman hubungan personalnya dengan Xi Jinping.

    Putin Tiba di Beijing

    Tayangan televisi dan media pemerintah Rusia menunjukkan Putin tiba di Beijing pada Kamis (16/5) pagi untuk melakukan kunjungan kenegaraan selama dua hari, di mana dia akan bertemu langsung dengan Xi Jinping.

    Televisi lokal Rusia menayangkan momen Putin disambut oleh para pejabat China dan disambut jajaran pengawal kehormatan saat menuruni tangga pesawat.

    Kantor berita Xinhua mengkonfirmasi kedatangan Putin, dalam apa yang disebut oleh media pemerintah sebagai kunjungan kenegaraan dari seorang “teman lama”.

    Kedatangan Putin dan kunjungannya menjadi top trending di platform media sosial China, Weibo, dengan 1,4 juta permintaan pencarian di tengah banyaknya postingan gambar, video dan komentar.

    Putin dan Xi Jinping disebut akan menghadiri malam gala merayakan 75 tahun sejak Uni Soviet mengakui Republik Rakyat China, yang dideklarasikan oleh Mao Zedong tahun 1949 silam.

    Putin juga akan mengunjungi Harbin di China bagian timur laut. Kota Harbin diketahui memiliki hubungan bersejarah dengan Rusia.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Xi Jinping dan Putin Saling Memuji

    Dalam pertemuan di Beijing, Xi mengatakan kepada Putin bahwa “hubungan China-Rusia tidak hanya demi kepentingan mendasar kedua negara… tapi juga kondusif bagi perdamaian”.

    “China siap bekerja sama dengan Rusia untuk… menegakkan keadilan di dunia,” ucap Xi kepada Putin seperti disampaikan dalam keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri China.

    “Hubungan China-Rusia saat ini diperoleh dengan susah payah, dan kedua pihak perlu menghargai dan memeliharanya,” imbuhnya.

    Putin, dalam forum yang sama, mengatakan kepada Xi bahwa hubungan kedua negara “menstabilkan” dunia.

    “Hubungan antara Rusia dan China tidak bersifat oportunis dan tidak ditujukan terhadap siapa pun,” ucapnya seperti terdengar dalam video yang ditayangkan televisi Rusia.

    “Kerja sama kami dalam masalah internasional adalah salah satu faktor yang memicu kestabilan di arena internasional,” cetus Putin.

    Putin tiba di Beijing beberapa jam setelah dia memicu pasukan Rusia yang diklaim mencapai kemajuan di “semua lini” di medan perang di Ukraina, menyusul serangan darat besar-besaran terbaru.

    Xi sendiri baru kembali dari kunjungan ke tiga negara Eropa pekan lalu, dan menegaskan penolakan terhadap kritikan Barat untuk hubungan Beijing dengan Moskow, menikmati impor energi Rusia yang murah dan akses terhadap sumber daya alam yang melimpah, termasuk pengiriman gas yang stabil melalui saluran pipa Power of Siberia.

    Kremlin, pekan ini, mengatakan bahwa kedua pemimpin akan membahas “kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis” serta “mendefinisikan bidang-bidang utama pengembangan kerja sama Rusia-China dan bertukar pandangan mengenai isu-isu internasional dan regional”.

    Halaman 2 dari 2

    (aik/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Paramiliter Anti-Putin Gabung Ukraina Lawan Tentara Rusia

    Paramiliter Anti-Putin Gabung Ukraina Lawan Tentara Rusia

    Jakarta

    Kelompok paramiliter Rusia yang anti terhadap Presiden Rusia Vladmir Putin berjuang Bersama Ukraina di Kharkiv. Wilayah tersebut terletak di Timur Laut Ukraina yang merupakan tempat pasukan Moskow membuka front baru pekan lalu.

    “Situasinya sulit, intensitasnya sangat tinggi, terjadi pertempuran hampir setiap sepuluh menit,” kata petugas mortar bernama Winnie, dilansir Reuters, Kamis (16/5/2024).

    Kalompok tersebut merupakan bagian dari Legiun Kebebasan Rusia. Kelompok itu terdiri dari orang Rusia yang menentang Putin dan berjuang untuk Ukraina.

    Ukraina telah mengirim bala bantuan, termasuk legiun dan dua unit lainnya yang terdiri dari warga negara Rusia, untuk memperkuat pertahanannya terhadap serangan darat Rusia ke wilayah utara Kharkiv yang dimulai hampir seminggu lalu.

    Kedua belah pihak saling klaim bahwa lawannya menderita banyak korban dalam perang tersebut. Wakil komandan Legiun Kebebasan Rusia Maksimilian Andronikov, yang juga dikenal dengan nama panggilan Caesar, menyebut pesawat tempur Rusia terus melakukan serangan.

    “Mereka telah memetik pelajaran dari perang, mereka menggunakan taktik yang cukup cerdas,” katanya.

    Salah satunya ialah perluasan penggunaan bom yang dijatuhkan dari pesawat dan biasanya berisi beberapa ratus kilogram bahan peledak atau lebih. Rusia memiliki stok bom yang relatif murah pada era Soviet.

    “Hari ini, empat bom udara berpemandu datang, sekitar 500 meter jauhnya. Saya berada di tanah, dan mulai bergetar, saya terlempar ke atas – dan saya tidak kecil,” kata Winnie.

    Serangan Rusia, yang mengarah ke kota Lyptsi dan Vovchansk di utara kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv, dimulai Jumat lalu. Rusia tampaknya mampu mencapai kemajuan beberapa kilometer di beberapa tempat, salah satu kemajuan tercepat yang pernah dicapai kedua belah pihak sejak tahun 2022, tahun pertama invasi skala penuh Rusia.

    Rusia mengirimkan kendaraan lapis baja dalam jumlah yang jauh lebih sedikit, namun mereka mampu meluncurkan peluru artileri dan drone FPV beberapa kali lebih banyak dibandingkan Ukraina.

    “Kami merasakan defisitnya. Kami memahami dengan baik bahwa jika tidak ada, musuh tidak akan mencapai kesuksesan di sini atau di Donbas,” katanya mengenai ketidakseimbangan artileri, sebuah masalah yang sangat dirasakan oleh Ukraina selama enam bulan terakhir.

    Dia mengecam batasan yang diberlakukan oleh beberapa sekutu Ukraina dalam penggunaan senjata mereka untuk menyerang Rusia, dengan mengatakan bahwa pembatasan tersebut menghambat kemampuan Kyiv untuk melawan di front utara di mana garis pertahanan tersebut berjarak beberapa kilometer dari wilayah Rusia.

    Tentara Ukraina telah lama mengeluhkan pembatasan itu memberi Rusia perisai, sehingga memungkinkan pasukannya melancarkan serangan dari seberang perbatasan tanpa membahayakan logistik mereka.

    (taa/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa Dampak 2 Tahun Perang Ukraina terhadap Hubungan China-Rusia?

    Apa Dampak 2 Tahun Perang Ukraina terhadap Hubungan China-Rusia?

    Beijing

    Kamis (16/05) ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memulai kunjungan kenegaraan selama dua hari ke Beijing guna bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping.

    Ini adalah kunjungan kedua Putin ke Tiongkok dalam tujuh bulan serta pertemuan keempat Putin-Xi sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

    Saat ini, Beijing telah menjadi mitra penting bagi Moskow.

    China menolak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan terus melakukan perdagangan dengan Rusia yang terkena sanksi berat Amerika Serikat dan Uni Eropa.

    Akan tetapi, tampaknya Putin menginginkan lebih. Namun apakah Tiongkok bersedia menanggung akibatnya?

    Hubungan yang menguat

    Mungkin tidak mengejutkan jika Putin memilih China sebagai tujuan kunjungan luar negeri pertamanya sejak dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan kelima, pekan lalu.

    Kunjungan kenegaraan dua hari itu terjadi ketika keeratan hubungan mereka mencapai “tingkat tertinggi yang pernah ada”, kata Putin kepada media pemerintah China.

    “Dalam menghadapi situasi internasional yang sulit, hubungan kita masih menguat,” ujarnya.

    Baca selengkapnya:

    Meski Putin membanggakan persahabatan kedua negara, Xi punya alasan untuk khawatir.

    Amerika Serikat baru saja mengumumkan serangkaian sanksi baru terhadap sejumlah bank dan perusahaan Beijing dan Hong Kong yang bekerja sama dengan Moskow, yang diduga membantu menghindari pembatasan terkait rangkaian sanksi.

    Sebab, meski China tidak menjual senjata ke Rusia, Washington dan Brussels yakin China mengekspor teknologi dan komponen penting untuk perang.

    Xi Jinping dan Vladimir Putin bertemu di Beijing (Getty Images)

    Dalam kunjungannya baru-baru ini ke Beijing, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada BBC bahwa China “membantu ancaman terbesar” keamanan Uni Eropa sejak Perang Dingin.

    Bagi mereka, ini sudah melampaui batas. Tapi China berkukuh pada pendiriannya bahwa ekspornya, yang memiliki kegunaan teknis di luar perang, tidak melanggar aturan.

    Kelompok yang skeptis terhadap China juga semakin keras, mendesak Xi untuk memberikan tekanan lebih besar pada Rusia karena Uni Eropa sendiri sedang mempertimbangkan tarif.

    Faktanya adalah perekonomian China yang lesu tidak mampu menanggung tekanan terhadap Rusia – mitra dagangnya. Permintaan di dalam negeri yang lemah berarti mereka membutuhkan pasar di luar negeri.

    Semua ini membuat Xi berada dalam situasi yang canggung.

    Menemukan batasan

    Beberapa hari sebelum Rusia menyerang Ukraina, kedua pemimpin mengumumkan kemitraan “tanpa batas” untuk meningkatkan kerja sama. Hal ini masuk akal bagi kedua negara yang sama-sama punya ideologi melawan Barat.

    Beijing masih menganggap Moskow sebagai kunci untuk mengubah tatanan dunia yang saat ini dipimpin AS. Perdagangan antara kedua negara berkembang pesat.

    Energi Rusia yang murah, termasuk pengiriman gas secara stabil melalui pipa Siberia, telah memberikan manfaat bagi China.

    Namun, seiring dengan perang yang terus berlanjut, aliansi ini tampaknya tak begitu “tak terbatas”. Analisa BBC menemukan bahwa istilah tersebut hampir hilang dari media pemerintah.

    “Meskipun Tiongkok mendukung tujuan untuk melemahkan pengaruh Barat, namun Tiongkok tidak setuju dengan beberapa taktik Rusia, termasuk ancaman penggunaan senjata nuklir,” kata Zhao Tong, peneliti senior di Carnegie Endowment.

    “China sangat sadar akan dampak reputasi yang ditimbulkan karena memberikan dukungan tanpa syarat kepada Rusia dan terus menyempurnakan upayanya untuk meningkatkan legitimasinya di panggung global.”

    Dalam kunjungannya ke Eropa baru-baru ini, Xi mengatakan negaranya “bukanlah pencipta krisis ini, bukan pihak di dalamnya, atau yang berpartisipasi”.

    Hal ini juga terus-menerus disampaikan China kepada warganya.

    ‘Rakyat Ukraina masih berdarah-darah’

    Meski China membuat klaim bahwa Beijing netral dalam perang Rusia-Ukraina, tidak berarti simpati terhadap Ukraina mudah terlihat di media China yang disensor ketat.

    Media pemerintah China masih membenarkan invasi Rusia, dan menyebutnya sebagai pembalasan cepat Moskow terhadap ekspansi NATO yang didukung AS.

    Ketika seniman Tiongkok Xu Weixin melihat ledakan dahsyat pertama yang melanda ibu kota Ukraina, Kyiv, di televisi pada tahun 2022, dia merasa terdorong untuk mendokumentasikannya.

    “Saya tidak punya senjata, tapi saya punya pena,” katanya kepada BBC dari studionya di AS.

    Gambar pertamanya, potret Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, viral di media sosial.

    “Saya melukis setiap hari sejak perang dimulai. Saya tidak berhenti bahkan satu hari pun. Ketika saya terkena Covid, ketika saya bepergian ke luar negeri, saya masih menggambar setiap hari.”

    Meskipun karya seninya belum disensor di China, reaksi yang muncul mengejutkannya.

    “Ini sangat berbeda dengan pengalaman saya sebelumnya,” katanya.

    “Saat saya melukis tentang penambang batu bara, semua komentar yang saya dapatkan positif. Bahkan lukisan revolusi kebudayaan saya mendapat pujian. Saya hampir tidak mendapat kritik.”

    Tapi kali ini, katanya, dia mendapat respons negatif. “Tidak apa-apa, saya baru saja memblokirnya,” katanya.

    “Beberapa teman saya tidak lagi berteman dengan saya karena mereka mempunyai pandangan berbeda. Tapi apa yang bisa saya lakukan? Saya yakin saya melakukan hal yang benar. Saya ingin menjadi teladan bagi putri saya.”

    Ini adalah tanda harapan bagi orang Ukraina seperti Vita Golod, yang ingin mempengaruhi opini China. Dia berada di Kyiv ketika perang pecah dan memutuskan untuk menggunakan kefasihan berbahasa Mandarinnya untuk menerjemahkan berita Ukraina ke dalam bahasa Mandarin sehingga dia dapat membagikannya di media sosial.

    “Kami ingin masyarakat mengetahui kebenaran mengenai perang ini, karena kami tahu pada saat itu tidak ada kantor media atau outlet Ukraina di Tiongkok,” katanya kepada BBC saat berkunjung ke Beijing.

    Saat ini dia menjabat sebagai ketua Asosiasi Sinolog Ukraina.

    Vita Golod ingin mempengaruhi opini di China lewat berita-berita dan kisah tentang perang di Ukrain (Joyce Liu/ BBC)

    “Sejujurnya sulit secara emosional, dan itu memakan banyak waktu,” katanya.

    Sebuah tim yang terdiri dari sekitar 100 orang menerjemahkan berita resmi, pidato Presiden Zelensky, dan kisah-kisah rakyat biasa Ukraina yang terjebak di zona perang, tambahnya.

    Dia mengatakan bahwa dia berharap dapat mengatur kunjungan para sarjana China ke Ukraina sehingga mereka dapat melihat sendiri kehancuran Ukraina dan akhirnya membantu memberikan tekanan pada Rusia.

    Dia menyadari ini adalah tujuan yang ambisius, namun ingin mencobanya. Kakak laki-lakinya berada di garis depan dan orang tuanya masih tinggal di kampung halaman dekat Bucha.

    “Warga di Ukraina masih menderita, mereka masih bersembunyi di tempat penampungan, masih mengeluarkan darah di parit. Ukraina membutuhkan sanksi terhadap Rusia, bukan kata-kata indah.”

    Sejauh ini, karyanya belum disensor, yang menunjukkan adanya toleransi dari pemerintah China.

    Xi, penjaga perdamaian

    Ada suara-suara lain yang datang dari Beijing yang menunjukkan bahwa keretakan mungkin akan muncul dalam hal sejauh mana sebagian masyarakat Tiongkok, setidaknya, siap untuk mendukung hubungan tanpa batas ini.

    Feng Yujun, direktur Pusat Studi Rusia dan Asia Tengah di Universitas Fudan, baru-baru ini menulis di The Economist bahwa Rusia pasti akan kalah di Ukraina.

    Ini adalah opini yang berani di China.

    Namun kemudian, Xi menyarankan agar dia bisa menjadi penjaga perdamaian.

    Maret silam, hanya beberapa hari setelah kunjungan kenegaraannya ke Moskow, ia menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan menekankan bahwa China “selalu berpihak pada perdamaian”.

    China juga menerbitkan 12 poin rencana perdamaian yang menentang penggunaan senjata nuklir.

    Namun ketika Putin dan Xi bertemu pekan ini, kemungkinan besar keduanya tak akan memberikan sinyal perubahan kebijakan yang signifikan.

    Seiring dengan semakin tidak sabarnya negara-negara Barat terhadap aliansi mereka dan harapan Xi untuk berperan sebagai penjaga perdamaian sejauh ini tidak berhasil, dia akan memperhitungkan risiko untuk terus berdiri “bahu-membahu” dengan negara-negara paria yang pernah dia sebut sebagai kamerad dan “sahabat”.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Akan Ketemuan dengan Xi Jinping di Beijing

    Putin Akan Ketemuan dengan Xi Jinping di Beijing

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi China pekan ini atas undangan pemimpin Xi Jinping.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (14/5/2024), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan, Putin akan berada di Beijing, ibu kota China mulai Kamis hingga Jumat mendatang. Ini akan menjadi kunjungan kedua pemimpin Rusia itu ke China hanya dalam waktu enam bulan.

    Ini akan menjadi perjalanan pertama pemimpin Rusia tersebut ke luar negeri sejak terpilih kembali pada bulan Maret, dan yang kedua dalam waktu enam bulan ke China.

    Menurut para pengamat, Rusia semakin bergantung pada China sebagai penopang perekonomian yang penting sejak negara-negara Barat memberikan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya atas serangan militernya ke Ukraina.

    Beijing telah menolak kritik atas hubungannya dengan Moskow, memuji kemitraan “tanpa batas” karena mereka menikmati impor energi Rusia yang murah dan akses terhadap sumber daya alam yang melimpah, termasuk pengiriman gas yang stabil melalui pipa Power of Siberia.

    Namun ketika kemitraan ekonomi tersebut berada di bawah pengawasan ketat di negara-negara Barat, bank-bank China yang khawatir akan sanksi Amerika Serikat yang mungkin akan memutus hubungan mereka dengan sistem keuangan global, telah mulai memberikan dampak buruk terhadap bisnis-bisnis Rusia.

    “Rusia ingin China berbuat lebih banyak untuk mendukungnya, namun China enggan melakukannya karena tidak ingin membahayakan hubungannya dengan Barat,” ujar Alexander Gabuev, direktur Carnegie Russia Eurasia Center kepada AFP.

    Perjalanan Putin pasca pemilu ke Beijing ini serupa dengan kunjungan Xi ke Rusia setelah ia dilantik sebagai pemimpin China tahun lalu.

    Para ahli memperkirakan pertemuan yang sangat simbolis minggu ini, akan menghasilkan dukungan terhadap kemitraan “tanpa batas”, serta beberapa kesepakatan yang ditandatangani dan janji untuk meningkatkan perdagangan.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Heboh Jenderal Rusia Ditahan karena Dugaan Tindak Kriminal

    Heboh Jenderal Rusia Ditahan karena Dugaan Tindak Kriminal

    Moskow

    Seorang jenderal Rusia, yang bertanggung jawab atas masalah personel militer, ditahan atas dugaan terlibat dalam tindak kriminal. Penahanan ini terungkap setelah Presiden Vladimir Putin merombak pemerintahannya dengan mengganti Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (14/5/2024), kantor berita TASS yang mengutip sumber dari kalangan dinas keamanan Rusia melaporkan bahwa Letnan Jenderal Yuri Kuznetsov ditahan “karena dicurigai melakukan tindak kriminal”.

    Penahanan Kuznetsov mencuat setelah Putin melakukan perombakan besar dalam sistem pertahanan Moskow, dengan mencopot Sergei Shoigu dari jabatan Menhan. Shoigu dipindah jabatannya menjadi sekretaris Dewan Keamanan Rusia, dan jabatan Menhan akan dipegang oleh ekonom sipil Andrei Belousov.

    Disebutkan TASS bahwa Kuznetsov menjabat sebagai kepala badan yang mengawasi masalah personel dalam Kementerian Pertahanan Rusia.

    “Penyelidikan kasus ini dilakukan oleh badan investigasi militer utama Komite Investigasi Rusia,” kata sumber keamanan itu kepada TASS, merujuk pada lembaga investigasi paling penting di Rusia.

    “Para penyidik telah melakukan pendekatan ke pengadilan untuk memilih kondisi preventif bagi jenderal tersebut dalam bentuk menegakkan penahanannya,” imbuh sumber tersebut.

    Kantor berita TASS tidak memberikan penjelasan lebih lanjut soal tindak kriminal yang diduga dilakukan Kuznetsov.

    Lihat juga Video: Bentrokan Sengit di Kharkiv, Rudal Rusia dan Ukraina Saling Serang

    Namun laporan sejumlah blogger militer pro-pemerintah Rusia menyebut Kuznetsov tidak hadir di tempat kerja selama penyelidikan terhadapnya berlangsung.

    Situs blogger populer Rybar menyebut penyelidikan terhadap Kuznetsov itu mungkin berkaitan dengan pekerjaannya sebelumnya di kantor Staf Umum Rusia yang mengurusi rahasia negara.

    Sebelumnya, mantan Wakil Menhan Rusia Timur Ivanov ditahan sejak bulan lalu atas tuduhan menerima suap dalam jumlah besar sehubungan dengan proyek konstruksi militer.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Heboh Jenderal Rusia Ditahan karena Dugaan Tindak Kriminal

    Putin Tak Toleransi Ancaman Barat: Kekuatan Nuklir Selalu Waspada!

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan negaranya tidak akan menoleransi segala ancaman dari negara-negara Barat. Putin memperingatkan bahwa kekuatan nuklir Rusia “selalu” waspada.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (9/5/2024), penegasan itu disampaikan Putin saat berpidato dalam peringatan 79 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II silam. Peringatan itu disebut sebagai “Hari Kemenangan” oleh warga Rusia, yang diwarnai parade militer.

    Parade militer “Hari Kemenangan” biasanya menampilkan barisan peralatan militer Rusia, termasuk rudal canggih dan sistem pertahanan udara, juga ribuan personel militer negara tersebut.

    Putin memuji tentara-tentara Rusia yang bertempur di Ukraina, dan menuduh “elite Barat” mengobarkan konflik di seluruh dunia, saat berpidato di hadapan ribuan tentara yang mengenakan seragam seremonial di Lapangan Merah, Moskow, pada Kamis (9/5) waktu setempat.

    “Rusia akan melakukan segalanya untuk mencegah bentrokan global, namun pada saat yang sama kita tidak akan membiarkan siapa pun mengancam kita. Kekuatan strategis kita selalu waspada,” tegas Putin dalam pidatonya.

    “Teman-teman, Rusia saat ini sedang melalui masa yang sulit dan krusial. Nasib tanah air, masa depannya bergantung pada kita masing-masing,” ujarnya.

    Hari Kemenangan yang diperingati dengan parade 9 Mei menjadi hari libur paling penting di Rusia, karena Putin menempatkan negaranya pada posisi tempur yang kuat. Dia berulang kali menggambarkan pertempuran melawan Ukraina saat ini sebagai pertempuran eksistensial melawan “Nazisme”.

    Putin juga semakin meningkatkan retorika nuklirnya. Awal pekan ini, Putin memerintah militer Rusia untuk melakukan latihan senjata nuklir taktis yang melibatkan angkatan laut dan pasukan yang berbasis di dekat Ukraina.

    Tahun lalu, Moskow mencabut ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif dan menarik diri dari perjanjian pengurangan senjata utama dengan Amerika Serikat (AS).

    Pidato Putin itu disampaikan dua hari setelah dia dilantik kembali menjadi Presiden Rusia dalam seremoni mewah yang digelar di Kremlin. Dengan pelantikan itu maka Putin resmi menjabat untuk enam tahun ke depan, dan memecahkan rekor masa jabatan kelima dengan kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya.

    Putin yang kini berusia 71 tahun ini telah memerintah Rusia sejak pergantian abad. Dia berkuasa baik sebagai Presiden atau Perdana Menteri (PM) Rusia sejak tahun 1999 silam.

    Masa jabatan kelima Putin dimulai sekitar dua tahun setelah dia memerintahkan invasi militer Rusia ke Ukraina, yang menuai kecaman dunia. Setelah dirinya dilantik, Putin berjanji memberikan “kemenangan” kepada rakyat Rusia.

    “Kita adalah bangsa yang bersatu dan besar, dan bersama-sama kita akan mengatasi segala rintangan, mewujudkan semua yang telah kita rencanakan, dan bersama-sama kita akan menang,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kim Jong Un Nyatakan Dukungan Teguh untuk Putin

    Kim Jong Un Nyatakan Dukungan Teguh untuk Putin

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyatakan dukungan teguh dan solidaritas untuk Rusia dalam pesan terbaru yang berisi ucapan selamat kepada Presiden Vladimir Putin dalam rangka peringatan 79 tahun berakhirnya Perang Dunia II, atau yang disebut “Hari Kemenangan” oleh Moskow.

    Seperti dilansir Reuters, Kamis (9/5/2024), Rusia memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II silam pada Kamis (9/5) waktu setempat. Peringatan digelar saat hubungan antara Moskow dan negara-negara Barat semakin terjerumus ke dalam krisis akibat invasi ke Ukraina.

    “Saya menyatakan dukungan kuat dan solidaritas terhadap tujuan suci Rusia, mengharapkan Anda dan tentara Rusia yang pemberani dan rakyat Rusia akan meraih kemenangan baru dalam perjuangan mengalahkan kebijakan hegemoni imperialis,” tulis Kim Jong Un dalam suratnya kepada Putin, seperti dikutip kantor berita Korean Central News Agency (KCNA).

    Amerika Serikat (AS) negara-negara Barat lainnya menuduh Pyongyang mentransfer senjata ke Moskow untuk digunakan melawan Ukraina, yang mereka invasi sejak Februari 2022. Baik Rusia maupun Korut membantah tuduhan itu, namun sejak tahun lalu kedua negara berjanji memperdalam hubungan militer.

    Namun laporan pemantau sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada Dewan Keamanan PBB menyebut bahwa puing-puing dari rudal yang menghantam kota Kharkiv di Ukraina pada 2 Januari lalu berasal dari rudal balistik jenis Hwasong-11 buatan Korut.

    Pesan khusus dari Kim Jong Un itu disampaikan setelah Putin resmi dilantik kembali menjadi Presiden Rusia dalam seremoni mewah yang digelar di Kremlin pada Selasa (7/5) waktu setempat.

    Dengan pelantikan tersebut maka Putin resmi menjabat untuk enam tahun ke depan, dan memecahkan rekor masa jabatan kelima dengan kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya.

    Putin yang kini berusia 71 tahun ini telah memerintah Rusia sejak pergantian abad. Dia berkuasa baik sebagai Presiden atau Perdana Menteri (PM) Rusia sejak tahun 1999 silam.

    Putin mendapatkan mandat baru untuk menjabat Presiden Rusia selama enam tahun ke depan, setelah menang telak dalam pemilihan presiden (pilpres) yang digelar pada Maret lalu tanpa adanya oposisi.

    Masa jabatan kelima Putin dimulai sekitar dua tahun setelah dia memerintahkan pengerahan militer Rusia ke Ukraina, yang menuai kecaman dunia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Jakarta

    Pada 2 Januari 2024, seorang peneliti senjata bernama Khrystyna Kimachuk mendapat kabar tentang rudal dengan bentuk tidak biasa menghantam sebuah gedung di Kota Kharkiv. Kimachuk menghubungi kontak-kontaknya di militer Ukraina supaya bisa memeriksanya secara langsung. Dalam waktu satu minggu, puing-puing misil yang remuk berserakan itu ada di hadapannya di lokasi yang aman di Kyiv.

    Perempuan muda itu mulai mempreteli puing-puing rudal dan memotret setiap serpihan termasuk baut-baut dan chip komputer yang lebih kecil dari kuku jarinya. Kimachuk langsung tahu rudal itu bukan buatan Rusia. Tapi, ada satu tantangan: bagaimana cara membuktikannya.

    Terkubur di antara tumpukan logam dan kabel yang menyeruak, mata Kimachuk tertuju pada sebaris aksara Korea. Dia kemudian menemukan detail lain yang lebih mencolok: cap 112 di bagian cangkang rudal. Di kalender Korea Utara, 112 merujuk tahun 2023.

    Kimachuk pun menyadari dirinya tengah melihat bukti pertama penggunaan senjata Korea Utara dalam invasi Ukraina.

    “Kami sudah dengar kalau mereka [Korea Utara] mengirim sejumlah senjata ke Rusia, tapi [sekarang] saya bisa melihatnya, memegangnya, dan menyelidikinya sebelumnya tidak ada yang bisa. Ini sungguh menarik,” ujar Kimachuk kepada saya.

    Sejak penemuan itu, militer Ukraina menyatakan puluhan rudal Korea Utara telah ditembakkan Rusia ke wilayah Ukraina. Senjata-senjata ini menewaskan setidaknya 24 orang dan melukai lebih dari 70 orang.

    Kim Jong Un baru-baru ini diyakini sedang bersiap memulai perang nuklir. Akan tetapi, ancaman yang lebih mendesak adalah Korea Utara kini mampu menyulut sejumlah perang yang sedang berlangsung serta mendorong ketidakstabilan global.

    Setelah semua puing rudal selesai dipotret dan ratusan komponen dianalisa, temuan mengejutkan baru bisa diperoleh.

    Dalam kasus rudal buatan Korea Utara yang ditembakkan ke Ukraina, Kimachuk mendapati bahwa rudal tersebut memiliki teknologi asing termutakhir. Sebagian besar perangkat elektronik diproduksi di AS dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan ada chip komputer AS yang dibuat pada Maret 2023.

    Ini artinya Korea Utara memperoleh komponen-komponen penting secara ilegal, menyelundupkannya ke wilayah Korut, merakitnya, dan mengirimnya ke Rusia secara diam-diam. Oleh Rusia, rudal buatan Korea Utara ini dikirim ke garis depan pertempuran lalu diluncurkan.

    Semuanya ini hanya memakan waktu beberapa bulan.

    “Ini adalah kejutan terbesar. Meski di bawah sanksi berat selama dua dekade, Korea Utara masih bisa mendapatkan apa yang diperlukan untuk memproduksi senjata, dalam waktu yang sungguh kilat,” tutur Damien Spleeters, wakil direktur CAR.

    BBC

    Di London, Joseph Byrne, pakar Korea Utara di lembaga kajian Royal United Services Institute (RUSI), juga terkesima akan temuan itu.

    “Tidak pernah terbersit di benak saya bahwa saya akan melihat rudal Korea Utara digunakan untuk membunuh orang-orang di daratan Eropa,” ujarnya.

    Baca juga:

    Byrne dan timnya di RUSI telah melacak pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia semenjak Kim Jong Un bertemu dengan Vladimir Putin di Rusia pada September tahun lalu diduga guna menandatangani kesepakatan dalam bidang persenjataan.

    RUSI menggunakan foto-foto satelit untuk mengamati empat kapal kargo Rusia yang berjalan bolak-balik antara Korea Utara dan pelabuhan militer Rusia. Masing-masing kapal membawa ratusan kontainer sekali perjalanan.

    RUSI memperkirakan sebanyak 7.000 kontainer berisikan lebih dari satu juta amunisi dan roket grad – jenis yang dapat ditembakkan dari truk secara beruntun.

    Tinjauan ini didukung informasi intelijen AS, Inggris, dan Korea Selatan kendati Rusia dan Korea Utara membantah adanya perdagangan tersebut.

    BBC

    “Peluru dan roket ini termasuk yang paling dicari di dunia sekarang ini. Rusia menjadi mampu untuk terus menghancurkan kota-kota Ukraina pada saat AS dan Eropa ragu-ragu menentukan senjata apa yang akan mereka kirim,” ucap Byrne.

    Bagaimana Korut bisa memproduksi rudal?

    Yang paling menjadi perhatian Byrne dan kolega-koleganya adalah kehadiran rudal balistik Korea Utara di medan perang. Kenapa? Karena fakta ini mengungkap persenjataan Korea Utara.

    Sejak 1980-an, Korea Utara menjual senjatanya ke luar negeri kebanyakan ke negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk Libya, Suriah, dan Iran.

    Senjata Korea Utara cenderung berupa rudal tua ala Soviet dengan reputasi yang jelek. Terdapat bukti bahwa kelompok milisi Hamas kemungkinan menggunakan beberapa granat berpeluncur roket dari Pyongyang yang sudah uzur dalam serangan 7 Oktober silam.

    Namun, rudal yang ditembakkan pada 2 Januari 2024 yang dipreteli Khrystyna Kimachuk bisa dibilang merupakan rudal jarak dekat buatan Korut paling mutakhir Hwasong 11, yang mampu mencapai jarak 700 kilometer.

    Walaupun Ukraina meremehkan akurasi misil ini, Dr. Jeffrey Lewis, pakar senjata dan non-proliferasi Korea Utara di Middlebury Institute of International Studies, menyebut keakurasian rudal Korea Utara ini terlihat tidak jauh lebih buruk dibandingkan rudal buatan Rusia.

    Dr. Lewis mengatakan nilai plus rudal Korea Utara ini adalah harganya yang sangat murah. Ini artinya Rusia dapat membeli dan menembakkan lebih banyak rudal dengan harapan dapat melumpuhkan pertahanan udara Ukraina.

    BBC

    Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa banyak Korea Utara bisa memproduksi rudal ini?

    Observasi pemerintahan Korea Selatan baru-baru ini menunjukkan Korea Utara telah mengirim 6.700 kontainer berisi amunisi ke Rusia. Lebih lanjut, Korea Selatan mengemukakan pabrik senjata Korea Utara beroperasi penuh.

    Dr. Lewis, yang telah mempelajari pabrik-pabrik ini melalui satelit, berpendapat Korea Utara dapat memproduksi beberapa ratus rudal per tahun.

    Damien Spleeters dan timnya di CAR yang masih tidak habis pikir atas temuan mereka kini berupaya mencari tahu bagaimana ini bisa terjadi mengingat perusahaan-perusahaan sudah dilarang menjual bahan baku dan suku cadang ke Korea Utara.

    Baca juga:

    Spleeters menjelaskan bahwa sebagian besar chip komputer pada senjata-senjata modern yang memandu senjata tersebut mencapai sasarannya adalah chip yang sama pada telepon genggam, mesin cuci, dan mobil.

    Chip-chip ini dijual di seluruh dunia dalam jumlah yang sangat besar. Produsen menjualnya ke distributor dalam jumlah miliaran, kemudian dijual lagi dalam jumlah jutaan. Artinya mereka seringkali tidak tahu ke mana produk mereka berujung.

    Sebagai penyelidik jaringan pengadaan Korea Utara, Byrne mengaku frustrasi begitu tahu seberapa banyak komponen rudal buatan Korut yang berasal dari Barat. Ini membuktikan bahwa jaringan Korea Utara lebih kuat dan efektif daripada yang disadarinya.

    Dari pengalaman Byrne, warga Korea Utara yang berbasis di luar negeri mendirikan perusahaan palsu di Hong Kong atau negara Asia Tengah lainnya untuk membeli komponen menggunakan uang tunai yang sebagian besar adalah hasil curian.

    Mereka kemudian mengirimnya ke Korea Utara, biasanya melalui perbatasan China. Jika sebuah perusahaan palsu ditemukan dan dikenai sanksi, perusahaan lain akan segera muncul menggantikannya.

    Sanksi sudah lama dipandang anggap sebagai alat yang tidak sempurna untuk memerangi jaringan ini. Meski begitu, supaya tetap bisa berfungsi, sanksi perlu diperbarui dan ditegakkan secara teratur.

    Baik Rusia maupun China menolak memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara sejak 2017.

    Dengan membeli senjata buatan Korut, Moskow melanggar sanksi yang pernah mereka setujui sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Pada awal tahun ini, Rusia secara efektif membubarkan panel PBB yang memantau pelanggaran-pelanggaran sanksi kemungkinan untuk menghindari pengawasan.

    “Kita sedang menyaksikan runtuhnya sanksi PBB terhadap Korea Utara secara langsung ini memberi Pyongyang banyak ruang untuk bernapas,” ucap Byrne.

    Implikasi dari semua ini melampaui perang di Ukraina.

    “Pemenang sebenarnya di sini adalah Korea Utara”, ujar Byrne. “Korea Utara membantu Rusia secara signifikan, dan ini memberi mereka banyak pengaruh”.

    Pada bulan Maret, RUSI mendokumentasikan sejumlah besar minyak yang dikirim dari Rusia ke Korea Utara. Pada saat yang sama, gerbong kereta api yang diduga berisikan beras dan tepung terdeteksi melintasi perbatasan darat kedua negara.

    Kesepakatan yang diperkirakan bernilai ratusan juta pound ini tidak hanya akan meningkatkan ekonomi Pyongyang, tetapi juga sektor militernya.

    BBC

    Rusia juga bisa memasok Korea Utara dengan bahan baku supaya negara itu bisa terus membuat rudal atau bahkan peralatan militer seperti jet tempur. Yang paling ekstrem? Rusia bisa memberi bantuan teknis untuk meningkatkan senjata nuklir Korut.

    Selain itu, Korea Utara untuk pertama kali mendapat kesempatan untuk menguji rudal terbarunya dalam perang sungguhan. Dengan data berharga ini, ke depannya Korut bisa membuat rudal yang lebih baik.

    Pyongyang: Pemasok rudal utama?

    Yang lebih meresahkan adalah perang Ukraina seolah memberikan etalase bagi Korea Utara ke seluruh dunia.

    Setelah memproduksi senjata ini secara massal, Pyongyang tentu ingin menjualnya ke lebih banyak negara.

    Menurut Dr. Lewis, apabila rudal buatan Korut cukup bagus di mata Rusia, tentunya negara-negara lain bisa berpandangan sama apalagi Rusia sudah memberi contoh bahwa melanggar sanksi itu tidak apa-apa.

    Kim Jong Un hancurkan patung reunifikasi, mungkinkah Korut berperang dengan Korsel?

    Kisah anak muda Korsel yang ‘siap perang’ jika Korut menyerang

    Dr. Lewis memperkirakan ke depannya Korea Utara akan menjadi pemasok besar rudal ke negara-negara di blok China-Rusia-Iran.

    Setelah serangan Iran ke Israel bulan ini, AS mengatakan “sangat khawatir” bahwa Korea Utara bisa bekerja sama dengan Iran dalam program senjata nuklir dan balistiknya.

    “Saya melihat banyak wajah muram saat kita berbicara tentang masalah ini,” ujar Spleeters. “Tapi kabar baiknya adalah sekarang kita tahu betapa [Korea Utara] bergantung pada teknologi asing kita bisa melakukan sesuatu di sini.”

    Spleeters optimistis bahwa bekerja sama dengan pihak produsen dapat memutus rantai pasokan Korea Utara. Timnya sebelumnya sudah berhasil mengidentifikasi dan menutup sebuah jaringan ilegal sebelum jaringan tersebut menjual persenjataannya.

    Namun, Dr Lewis tidak yakin ini bisa dilakukan dalam konteks Korea Utara.

    “Kita bisa membuat prosesnya lebih sulit, lebih repot. Atau mungkin membuat biayanya lebih tinggi, tetapi semua ini tidak akan mencegah Korea Utara memproduksi senjata,” tutur Dr. Lewis.

    Dr. Lewis menambahkan bahwa Barat pada akhirnya gagal dalam upaya membendung negara itu.

    Selain itu, sambung dia, rudal-rudal Kim Jong Un sekarang tidak hanya menjadi sumber prestise dan kekuatan politik baginya, tetapi juga menghasilkan banyak uang.

    Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Kim Jong Un menyia-nyiakannya?

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tangkal Barat, Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir!

    Tangkal Barat, Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir!

    Moskow

    Rusia berencana menggelar latihan militer yang melibatkan latihan penggunaan senjata nuklir taktis untuk menangkal negara-negara Barat. Latihan ini dicetuskan setelah apa yang disebut oleh Kementerian Pertahanan Moskow sebagai ancaman provokatif dari para pejabat negara Barat.

    Seperti dilansir Reuters, Senin (6/5/2024), Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa latihan senjata nuklir taktis itu diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin, dan akan menguji kesiapan kekuatan nuklir non-strategis untuk melakukan misi tempur.

    Latihan militer itu, menurut Kementerian Pertahanan Moskow, akan mencakup latihan persiapan dan pengerahan senjata nuklir non-strategis.

    Formasi rudal di Distrik Militer Selatan dan pasukan Angkatan Laut juga akan berpartisipasi dalam latihan tersebut.

    “Selama latihan, serangkaian tindakan akan dilakukan untuk mempraktikkan masalah persiapan dan penggunaan senjata nuklir non-strategis,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

    Rusia diketahui memiliki pasokan senjata nuklir terbesar di dunia.

    Kementerian Pertahanan Rusia, dalam pernyataannya, menyebut latihan itu bertujuan memastikan integritas wilayah dan kedaulatan “dalam menanggapi pernyataan provokatif dan ancaman yang dilontarkan sejumlah pejabat Barat terhadap Federasi Rusia”.

    Lihat Video: Murka, Putin Ancam Negara yang Sediakan Pangkalan Udara untuk Ukraina

    Invasi militer yang diperintahkan Putin sejak tahun 2022 lalu, menurut para diplomat Rusia dan Amerika Serikat (AS), semakin memperburuk hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat, bahkan yang terburuk sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962 silam.

    Moskow menganggap perang di Ukraina sebagai pertempuran melawan Barat. Putin menuduh negara-negara Barat mengabaikan upaya Rusia untuk menjalin persahabatan setelah jatuhnya Uni Soviet tahun 1991 silam, dan berupaya menguasai Ukraina sembari memperluas aliansi militer NATO ke arah timur.

    Negara-negara Barat dan Ukraina mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai pasukan Rusia dikalahkan, dan menganggap perang itu sebagai perampasan wilayah bergaya kekaisaran yang bertujuan memaksa Kyiv kembali ke orbit Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan Bom Rusia Hantam Ukraina, 7 Anak Luka-luka

    Serangan Bom Rusia Hantam Ukraina, 7 Anak Luka-luka

    Kharkiv

    Militer Rusia terus menggempur Ukraina. Serangan bom yang dilancarkan Rusia terhadap wilayah Kharkiv di Ukraina bagian timur, menghantam bangunan untuk olahraga dan beberapa rumah warga setempat. Sekitar tujuh anak-anak dan satu warga lanjut usia (lansia) mengalami luka-luka akibat pengeboman Moskow tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (3/5/2024), wilayah Kharkiv yang sebagian besar diduduki pasukan Rusia selama berbulan-bulan setelah invasi dilancarkan pada Februari 2022, telah menghadapi peningkatan serangan selama beberapa minggu terakhir.

    Serangan bom Rusia yang dilancarkan pada Kamis (2/5) waktu setempat itu menghantam sebuah kompleks olahraga dan beberapa rumah warga di kota Dergachi.

    Para korban luka dilaporkan berada di dalam kompleks olahraga yang dihantam serangan tersebut.

    “Tujuh anak terluka… Enam bocah laki-laki dan satu bocah perempuan berusia 9 tahun hingga 15 tahun,” sebut kantor kejaksaan Ukraina dalam pernyataannya via akun Telegram mereka.

    Seorang kakek berusia 76 tahun juga mengalami luka-luka akibat serangan Rusia di Kharkiv tersebut.

    Gubernur setempat, Oleg Sinegubov, sebelumnya mengatakan bahwa serangan itu dilancarkan dengan menggunakan bom udara berpemandu, dan para korban luka dilarikan ke rumah sakit setempat dengan luka ringan hingga luka sedang.

    Pasukan militer Rusia semakin sering menggunakan bom berpemandu dalam menargetkan wilayah garis depan pertempuran. Bom udara bisa dijatuhkan dari jarak jauh, sehingga pesawat-pesawat militer Rusia bisa menghindari sistem pertahanan udara.

    Serangan bom berpemandu lainnya dilaporkan menewaskan dua warga sipil di wilayah Kharkiv pada Rabu (1/5) waktu setempat.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini