kab/kota: Moskow

  • Tantang AS, Korut Bersumpah Akan Tingkatkan Kemampuan Nuklirnya

    Tantang AS, Korut Bersumpah Akan Tingkatkan Kemampuan Nuklirnya

    Jakarta

    Pemerintah Korea Utara (Korut) bersumpah akan meningkatkan kemampuan nuklirnya. Ini disampaikan untuk menanggapi laporan bahwa Amerika Serikat telah merevisi rencana strategis nuklirnya sendiri.

    “Negara akan meningkatkan kekuatan strategisnya dengan segala cara untuk mengendalikan dan menghilangkan segala macam tantangan keamanan yang mungkin timbul dari rencana Washington yang direvisi”, demikian kantor berita resmi Korut, KCNA melaporkan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (24/8/2024).

    Minggu ini, The New York Times melaporkan bahwa rencana AS yang disetujui oleh Presiden Joe Biden pada bulan Maret lalu, adalah untuk mempersiapkan kemungkinan konfrontasi nuklir terkoordinasi dengan Rusia, China dan Korea Utara.

    Rencana yang sangat rahasia itu untuk pertama kalinya mengarahkan kembali strategi pencegahan Washington untuk fokus pada perluasan cepat China dalam persenjataan nuklirnya, lapor Times.

    KCNA mengatakan kementerian luar negeri Korea Utara “menyatakan keprihatinan serius dan mengecam keras serta menolak perilaku AS tersebut”.

    Ditambahkannya, Korea Utara berjanji untuk mendorong pembangunan kekuatan nuklir yang cukup dan andal untuk mempertahankan kedaulatannya dengan kuat.

    Pyongyang dan Moskow telah menjadi sekutu sejak berdirinya Korea Utara setelah Perang Dunia II. Kedua negara semakin dekat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

    Amerika Serikat dan Korea Selatan menuduh Korea Utara menyediakan amunisi dan rudal ke Rusia untuk perangnya di Ukraina.

    Pyongyang, yang telah menyatakan dirinya sebagai kekuatan senjata nuklir yang “tidak dapat diubah”, telah menyebut tuduhan memasok senjata ke Rusia sebagai “tidak masuk akal”.

    China, yang juga merupakan sekutu utama Korea Utara, menampilkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam serangan Rusia terhadap Ukraina. Pemerintah China menyatakan bahwa mereka tidak mengirimkan bantuan senjata yang mematikan kepada kedua belah pihak, tidak seperti Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, China adalah sekutu dekat Rusia dalam bidang politik dan ekonomi, dan para anggota NATO telah mencap Beijing sebagai “pendukung yang menentukan” perang tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Rusia Rekrut Warga Asing Jadi Tentara, Kehabisan Orang?

    Rusia Rekrut Warga Asing Jadi Tentara, Kehabisan Orang?

    Jakarta

    Lelaki berusia 21 tahun asal Sri Lanka itu tak menyangka akan dikirim ke garis depan di Ukraina saat menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Dia memang mendengar ada kemungkinan bergabung dengan tentara Rusia dari sesama warga Sri Lanka. Dia mengatakan, setelah bertugas di militer selama setahun, dia dan orang tuanya akan menerima kewarganegaraan Rusia.

    “Dia memberitahu bahwa saya tidak akan dikirim ke garis depan, dan hanya akan dipekerjakan sebagai pendukung,” kata pemuda itu. Dia segera menandatangani kontrak pada bulan Februari dan menerima uang setara dengan US$2.000 atau sekitar Rp31 juta. Selain itu, dijanjikan gaji bulanan sebesar $2.300 (sekitar Rp35 juta) ditambah tunjangan lain.

    Warga Sri Lanka dari kota Walasmulla ini mengaku dipaksa menandatangani kontrak dengan tentara untuk mendapatkan status hukum di Rusia. Pada musim semi, dia terbaring di rumah sakit Ukraina dekat garis depan karena terluka dan ditangkap, dia setuju untuk menceritakan kisahnya tanpa menyebut nama.

    Dari tukang daging, jadi tentara

    “Karena situasi ekonomi yang buruk di Sri Lanka,” kata pemuda tersebut, dia memutuskan untuk mendapatkan visa kerja ke Rusia lewat agen tenaga kerja. Krisis di negara asalnya semakin parah, antara lain karena perang Rusia, harga pangan dan bahan bakar naik akibat blokade ekspor Ukraina lewat Laut Hitam.

    Awalnya, pemuda itu bekerja di toko daging di Rusia selama satu tahun. Ketika masa berlaku visanya habis, dia tinggal secara ilegal di Moskow selama satu tahun lagi, di mana dia bekerja di sebuah restoran cepat saji. Akhirnya dia bergabung dengan tentara Rusia.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Pria itu bekerja di toko daging Rusia selama satu tahun dan ketika visanya habis masa berlakunya, dia tinggal secara ilegal di Moskow selama satu tahun lagi, di mana dia bekerja di sebuah restoran cepat saji. Akhirnya dia bergabung dengan tentara Rusia.

    “Saya mengatakan kepada komandan bahwa saya ingin kembali ke Sri Lanka. Namun dia mengatakan bahwa itu tidak mungkin, dan berdasarkan kontrak, saya terancam hukuman 15 tahun penjara di Rusia jika melarikan diri.”

    Ia menambahkan bahwa di unitnya ada juga warga negara Nepal, India, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Dia hanya sekali berada di garis depan, yakni selama lima hari. Di sana dia terluka dan ditangkap.

    Pada Juni 2024, kantor berita Bloomberg melaporkan dengan mengutip pejabat Eropa, Rusia memaksa ribuan pekerja migran dan pelajar asing untuk bergabung dengan tentara Rusia dalam perang melawan Ukraina. Jika menolak, orang asing tersebut diancam tidak akan diperpanjang lagi visanya.

    Uang banyak, iming-iming jadi tentara Rusia

    “Kami sangat, sangat miskin,” kata seorang pria Nepal berusia 35 tahun yang berada di kamp tawanan perang di Ukraina bagian barat. Dia menceritakan kisahnya kepada DW pada bulan Juli dan tidak ingin disebutkan namanya. Seorang penjaga juga menunggui percakapan ini, namun dia tetap diam dan sepertinya tidak mengerti bahasa Inggris.

    Di Nepal, pria tersebut bekerja sebagai sopir taksi dengan upah sekitar US$400 atau sekitar Rp6,2 juta per bulan. Jumlah ini tidak cukup untuk menghidupi istri, dua anak dan orang tuanya. Dia mendengar dari teman-temannya di India bahwa seseorang bisa mendapatkan “banyak uang” di ketentaraan Rusia.

    Jadi, datanglah ia ke Moskow pada Oktober 2023. Di sana, dia dikumpulkan dan dibawa bersama 60 orang asing lainnya ke pusat pelatihan “Avantgarde” di pinggiran ibu kota Rusia.

    Menurut CNN, stasiun itu dimaksudkan khusus untuk melatih tentara bayaran asing. Di sana orang Nepal menandatangani kontrak tahunan dengan tentara Rusia dengan gaji $2.000 per bulan.

    Rusia rekrut warga negara miskin jadi tentara bayaran

    Saat ini, ada sekitar sepuluh tentara bayaran yang ditahan di Ukraina, kata Petro Yatsenko, juru bicara staf koordinasi tawanan perang di dinas intelijen militer Ukraina (HUR).

    “Sudah ada beberapa lagi yang ditangkap, namun belum dimasukkan dalam statistik,” kata Jatsenko kepada DW. Menurutnya, para tahanan ini termasuk warga negara Afrika, termasuk Sierra Leone dan Somalia, serta Sri Lanka, Nepal, dan Kuba.

    “Kebanyakan mereka berasal dari negara-negara selatan, dari negara-negara miskin,” kata Jatsenko. Ia mendengar cerita dari warga Kuba bahwa penghasilan di negaranya hanya sebesar 7 dolar per bulan.

    HUR tidak mengetahui berapa banyak orang asing yang berperang di pihak Rusia. Namun, Rusia menarik orang asing dengan beriklan di jejaring sosial dan langsung ke luar negeri melalui agitator, kata Yatsenko.

    “Pekerjaan di perusahaan sering kali dijanjikan, dan jika menyangkut tentara, mereka mengatakan Anda hanya akan ditempatkan di daerah pedalaman,” ujarnya.

    Ketika tentara bayaran asing jadi tawanan perang

    “Selama tidak ada proses gugatan, mereka akan ditahan seperti tentara Rusia yang ditangkap,” kata Yatsenko tentang status orang asing tersebut. Belum ada satu pun dari mereka yang dibebaskan melalui pertukaran atau prosedur lainnya.

    “Beberapa negara, terutama Sri Lanka dan Nepal, berniat memulangkan warganya. Ini memungkinkan kami bernegosiasi,” kata juru bicara HUR.

    Awal tahun ini, CNN melaporkan, dengan mengutip sumbernya sendiri, bahwa Rusia merekrut sekitar 15.000 warga Nepal. Di ibu kota Kathmandu, para jurnalis menghadiri pertemuan keluarga tentara bayaran Nepal yang menuntut pihak berwenang mengembalikan kerabat mereka. Pemerintah Nepal menyebutkan 200 warga negaranya yang menjadi tentara Rusia, 13 di antaranya dikatakan tewas.

    Ada juga kasus di mana orang asing itu menjadi desertir Rusia. Pada bulan Mei, HUR melaporkan, tanpa memberikan angka apa pun, tentang eksodus massal tentara bayaran dari Nepal yang ditempatkan di wilayah pendudukan Luhansk. Dan pada bulan Juni, France 24 melaporkan bahwa 22 warga Sri Lanka telah melarikan diri dari posisi mereka di tentara Rusia.

    Aktivis dari organisasi hak asasi manusia Rusia, Idite lesom, membantu orang-orang melarikan diri dari dinas tentara Rusia, utamanya orang Rusia dan Ukraina yang secara paksa direkrut menjadi militer di wilayah yang diduduki Rusia.

    Namun Idite lesom juga mengurusi warga negara lain. Ivan Chuvilyaev, perwakilan organisasi tersebut, dalam sebuah wawancara dengan DW mengatakan para aktivis telah membantu warga negara-negara Afrika dan Afganistan untuk melarikan diri.

    Menurutnya, cara Rusia merekrut orang asing ke dalam tentaranya tidak berbeda dengan pendekatannya dalam merekrut warga negaranya sendiri.

    “Ini memanfaatkan fakta bahwa masyarakat awam hukum dan sangat butuh uang,” kata aktivis hak asasi manusia tersebut.

    (ae/hp)

    (ita/ita)

  • 41 Orang Luka Akibat Kebakaran Fasilitas Minyak Rusia Dihantam Drone Ukraina

    41 Orang Luka Akibat Kebakaran Fasilitas Minyak Rusia Dihantam Drone Ukraina

    Moscow

    Rusia menyebut 41 petugas pemadam kebakaran terluka saat memadamkan kebakaran fasilitas penyimpanan minyak yang dihantam pesawat tak berawak atau drone milik Ukraina. Petugas medis dikerahkan untuk merawat korban yang terluka.

    “Saat ini, 41 petugas pemadam kebakaran telah dirawat di rumah sakit distrik pusat,” kata Gubernur Rostov Vasily Golubev dalam sebuah postingan di Telegram, dilansir AFP, Selasa (19/8/2024).

    “18 dari mereka harus dirawat di rumah sakit, termasuk lima orang yang kini berada dalam perawatan intensif,” tambahnya.

    Rusia mengatakan Kyiv menyerang gudang penyimpanan bahan bakar di kota Proletarsk yang berpenduduk 20.000 orang pada Minggu pagi.

    “Unit pemadam kebakaran terus memadamkan api,” kata Golubev pada Senin sore waktu setempat, hampir 36 jam setelah serangan tersebut.

    “Mengingat sulitnya kebakaran di distrik Proletarsk, status siaga tinggi telah diubah menjadi keadaan darurat,” sambungnya, seraya menambahkan bahwa ‘kekuatan dan sarana’ untuk memadamkan api telah ditingkatkan.

    Media pemerintah Rusia mengutip pernyataan pemerintah kota setempat yang mengatakan tidak ada ancaman api akan menyebar ke daerah pemukiman dan meminta masyarakat untuk tidak panik.

    Proletarsk terletak sekitar 200 kilometer (120 mil) dari perbatasan Ukraina.

    Kyiv, yang pada tanggal 6 Agustus melancarkan serangan mendadak ke wilayah Kursk Rusia, telah memberikan dampak buruk terhadap infrastruktur minyak Rusia selama lebih dari setahun.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan itu sebagai pembalasan yang “adil” atas serangan Moskow terhadap negaranya.

    (fas/fas)

  • Ukraina Akan Setop Penyerbuan Jika Rusia Sepakat Damai

    Ukraina Akan Setop Penyerbuan Jika Rusia Sepakat Damai

    Kyiv

    Pemerintah Ukraina menegaskan pasukannya tidak akan menduduki wilayah Rusia yang berhasil direbut dalam penyerbuan mengejutkan sejak pekan lalu. Kyiv justru menawarkan untuk menghentikan penyerbuannya jika Moskow menyetujui “perdamaian yang adil”.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (14/8/2024), pasukan Ukraina menyerbu wilayah Kursk di Rusia sejak Selasa (6/8) dini hari lalu, merebut dua lusin area permukiman dalam serangan terbesar yang dilancarkan tentara asing di wilayah Rusia sejak Perang Dunia II.

    Moskow, pada Selasa (13/8), mengatakan bahwa pasukannya telah menangkal serangan baru di wilayah Kursk.

    Lebih dari 120.000 orang dilaporkan telah meninggalkan wilayah Kursk sejak penyerbuan terjadi. Panglima militer Ukraina, Oleksandr Syrsky, mengklaim bawa pasukannya telah menguasai wilayah Rusia sekitar 1.000 kilometer persegi.

    Menurut analisis data oleh AFP dari Institut Studi Perang yang berbasis di Amerika Serikat (AS), wilayah Rusia seluas setidaknya 800 kilometer persegi kini berada di bawah kendali Ukraina hingga Senin (12/8) waktu setempat.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Georgiy Tykhy, mengatakan pada Selasa (13/8) bahwa Kyiv tidak tertarik untuk “mengambil alih” wilayah Rusia. Dia membela operasi militer Ukraina itu sebagai tindakan yang “benar-benar sah”.

    “Semakin cepat Rusia setuju untuk memulihkan perdamaian yang adil… semakin cepat penyerbuan pasukan pertahanan Ukraina ke Rusia akan dihentikan,” tegas Tyky dalam pernyataan kepada wartawan.

    Otoritas Ukraina juga mengatakan bahwa pihaknya memberlakukan pembatasan pergerakan pada zona sepanjang 20 kilometer di wilayah Sumy yang terletak di sepanjang perbatasan dengan wilayah Kursk karena “peningkatan intensitas permusuhan” dan aktivis “sabotase”.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pasukannya telah “menggagalkan” serangan terbaru Ukraina di wilayah Kursk oleh “kelompok musuh yang menggunakan kendaraan lapis baja untuk menerobos jauh ke wilayah Rusia”.

    Kepala dinas keamanan Rusia, FSB, Alexander Bortinov menyebut Kyiv melancarkan serangan “dengan dukungan kolektif Barat”.

    Sebelumnya, otoritas Kursk dan Belgorod menetapkan keadaan darurat di wilayah masing-masing saat penyerbuan pasukan Ukraina terus berlanjut.

    Presiden Vladimir Putin, pada Senin (12/8), telah memerintahkan militer Rusia untuk “mengusir” pasukan Ukraina yang menyerbu negaranya.

    Dalam rapat dengan para pejabat Moskow seperti disiarkan televisi setempat, Putin mengatakan bahwa “salah satu tujuan yang jelas dari musuh adalah untuk menabur perselisihan” dan “menghancurkan persatuan dan kohesi masyarakat Rusia”.

    Putin juga menyebut Ukraina ingin “meningkatkan posisi negosiasinya” untuk setiap perundingan di masa depan dengan Rusia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pasukan Ukraina Serbu Rusia, Belgorod Umumkan Keadaan Darurat

    Pasukan Ukraina Serbu Rusia, Belgorod Umumkan Keadaan Darurat

    Moskow

    Otoritas Belgorod di Rusia menetapkan keadaan darurat pada Rabu (14/8) waktu setempat, saat penyerbuan pasukan Ukraina terus berlanjut. Otoritas Belgorod menyebut situasinya “sangat sulit” di wilayah perbatasan yang dibombardir oleh Ukraina tersebut.

    “Situasi di wilayah Belgorod masih sangat sulit dan tegang akibat gempuran dari Angkatan Bersenjata Ukraina. Rumah-rumah hancur, warga sipil tewas dan terluka,” tutur Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov, dalam pernyataan via Telegram, seperti dilansir AFP, Rabu (14/8/2024).

    Dia menambahkan bahwa mulai Rabu (14/8) waktu setempat, keadaan darurat akan mulai diberlakukan di Belgorod.

    “Keadaan darurat akan diberlakukan di tingkat regional, diikuti dengan permintaan kepada komisi pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat federal,” ucap Gladkov dalam pernyataannya.

    Wilayah Belgorod di Rusia yang berbatasan dengan Kharkiv di Ukraina, merupakan wilayah tetangga Kursk yang menjadi target penyerbuan awal Kyiv sejak pekan lalu. Penyerbuan Ukraina yang dilakukan secara mendadak itu tercatat sebagai serangan lintas perbatasan paling signifikan di Rusia sejak Perang Dunia II.

    Gladkov, dalam pernyataannya, menyebut Belgorod juga diserang oleh drone-drone militer Ukraina.

    “Dua permukiman di wilayah Belgorod diserang oleh drone-drone Angkatan Bersenjata Ukraina. Tidak ada korban jiwa,” sebutnya.

    “Di Shebekino, akibat beberapa serangan drone terhadap sebuah gedung apartemen, satu apartemen terbakar dan puing-puing bangunan runtuh. Jalur pasokan gas juga rusak,” imbuh Gladkov.

    Gubernur Kursk, Alexei Smirnov, telah menetapkan keadaan darurat di wilayahnya sejak pekan lalu, menyusul penyerbuan pasukan Ukraina, yang menurut otoritas setempat telah menembus setidaknya 12 kilometer ke dalam wilayah tersebut dan merebut 28 kota dan desa setempat.

    Presiden Vladimir Putin, pada Senin (12/8) waktu setempat, memerintahkan militer Rusia untuk “mengusir” pasukan Ukraina yang menyerbu negara tersebut.

    Laporan Smirnov menyebut sekitar 121.000 orang telah dievakuasi dari Kursk sejak dimulainya pertempuran. Dia melaporkan bahwa sedikitnya 12 warga sipil tewas dan 121 orang lainnya mengalami luka-luka akibat pertempuran itu.

    Otoritas Kursk mengumumkan pada Senin (12/8) bahwa mereka memperluas area evakuasi hingga mencakup distrik Belovsky, yang ditinggali sekitar 14.000 orang. Otoritas Belgorod juga mengatakan pihaknya sedang mengevakuasi distrik perbatasannya, Krasnoyaruzhsky.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Serangan Rudal Rusia di Kyiv Tewaskan Ayah dan Anaknya Usia 4 Tahun

    Serangan Rudal Rusia di Kyiv Tewaskan Ayah dan Anaknya Usia 4 Tahun

    Jakarta

    Sebanyak dua orang tewas dalam serangan rudal Rusia di dekat ibu kota Ukraina, Kyiv. Kedua korban tewas merupakan seorang pria dan putranya yang berusia empat tahun.

    Dilansir AFP, Minggu (11/8/2024), ledakan terjadi pada Sabtu malam di pusat dan timur Kyiv. Wartawan AFP mencatat, ledakan itu terjadi saat angkatan udara Ukraina mengatakan dua rudal Rusia sedang menuju ke kota tersebut.

    Reporter AFP melaporkan sirene serangan udara berbunyi di ibu kota dan sedikitnya dua kilatan cahaya terlihat di langit malam.

    Pemerintahan militer Kyiv mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram bahwa sistem pertahanan udara kota tersebut telah diaktifkan. Angkatan udara Ukraina mengatakan lima wilayah lainnya diserang oleh pesawat tanpa awak.

    Berdasarkan layanan Darurat Negara Ukraina di Telegram, pecahan rudal jatuh di bangunan tempat tinggal di distrik Brovary, yang berdekatan dengan Kyiv.

    Seorang pria berusia 35 tahun dan putranya yang berusia empat tahun ditemukan tewas di reruntuhan bangunan selama operasi pencarian dan penyelamatan. Sementara tiga orang lainnya terluka parah.

    Ada kekhawatiran yang berkembang di antara banyak warga Ukraina dalam beberapa hari terakhir bahwa Moskow mungkin melancarkan serangan udara sebagai tanggapan atas serangan terbaru Kyiv di wilayah Rusia.

    Kyiv telah berulang kali meminta sekutunya di Barat untuk menyediakan lebih banyak sistem pertahanan udara.

    Sementara di pihak Rusia, gubernur daerah Kursk Alexei Smirnov mengatakan 13 orang telah terluka di kota Kursk, termasuk dua orang yang terluka parah, ketika puing-puing dari rudal Ukraina yang jatuh menimpa sebuah gedung pada malam hari.

    (yld/idn)

  • Suara Ledakan Terdengar di Kyiv, Ukraina Aktifkan Pertahanan Udara

    Suara Ledakan Terdengar di Kyiv, Ukraina Aktifkan Pertahanan Udara

    Kyiv

    Rudal-rudal dilancarkan Rusia ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Suara ledakan terdengar dari pusat hingga wilayah timur Kyiv.

    Dilansir AFP, Minggu (11/8/2024), sirene tanda serangan udara menggema di ibu kota. Sedikitnya dua kilatan cahaya yang merupakan drone Rusia terlihat di langit Sabtu (10/8) malam waktu setempat.

    Otoritas Kyiv mengatakan sistem pertahanan udara kota tersebut telah diaktifkan. Angkatan udara Ukraina mengatakan lima wilayah lainnya diserang oleh pesawat tanpa awak.

    Ada kekhawatiran yang berkembang di antara banyak warga Ukraina dalam beberapa hari terakhir bahwa Moskow mungkin akan melancarkan serangan udara sebagai tanggapan atas serangan terbaru Kyiv di wilayah Rusia.

    Pejabat Ukraina sejauh ini belum memerinci jumlah korban maupun kerusakan.

    Ukraina telah berulang kali dilanda serangan udara mematikan dari Rusia yang menggunakan rudal dan pesawat nirawak.

    Kyiv telah berulang kali meminta sekutu-sekutunya di Barat untuk menyediakan lebih banyak sistem pertahanan udara.

    (taa/taa)

  • Ukraina Minta Meksiko Tangkap Putin Jika Hadiri Pelantikan Presiden Baru

    Ukraina Minta Meksiko Tangkap Putin Jika Hadiri Pelantikan Presiden Baru

    Mexico City

    Ukraina meminta otoritas Meksiko untuk menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin jika dia menghadiri pelantikan presiden terpilih Claudia Sheinbaum. Putin mendapat undangan untuk menghadiri pelantikan Sheinbaum di ibu kota Meksiko pada Oktober mendatang.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (8/8/2024), permintaan itu disampaikan oleh pihak Kedutaan Besar Ukraina di Mexico City kepada otoritas Meksiko pada Rabu (7/8) waktu setempat. Kedutaan Besar Ukraina menyebut Putin sebagai “penjahat perang”.

    Misi diplomatik Kyiv, dalam pernyataannya, juga berterima kasih kepada pemerintah Meksiko karena mengundang Presiden Volodymyr Zelensky untuk menghadiri seremoni pelantikan Sheinbaum pada 1 Oktober mendatang.

    “Kami meyakini pemerintah Meksiko akan mematuhi surat perintah penangkapan internasional dengan menyerahkan yang bersangkutan (Putin-red) kepada badan peradilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Den Haag,” demikian pernyataan Kedutaan Besar Ukraina di Meksiko.

    Pada Maret 2023 lalu, Mahkamah Pidana Internasional atau ICC merilis surat perintah penangkapan untuk Putin atas tuduhan kejahatan perang atas deportasi paksa anak-anak UKraina ke wilayah Rusia setelah invasi Moskow pada awal tahun 2022.

    Ukraina menyampaikan permintaan itu mengingat Meksiko merupakan salah satu negara anggota ICC.

    Juan Ramon de la Fuente, yang ditunjuk menjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) Meksiko oleh Sheinbaum, menyebut sudah menjadi “protokol standar” untuk mengundang pemimpin setiap negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Meksiko untuk menghadiri pelantikan presiden, termasuk Rusia dan Ukraina.

    Lihat juga Video ‘Ukraina Klaim Tenggelamkan Kapal Selam Rusia di Sevastopol’:

    Sheinbaum yang akan menjadi Presiden perempuan pertama Meksiko, meraih kemenangan bersejarah dalam pemilu 2 Juni lalu. Dia akan memulai masa jabatannya selama enam tahun pada Oktober mendatang.

    Putin dan Zelensky termasuk di antara pemimpin dunia yang memberikan ucapan selamat kepada Sheinbaum.

    Belum ada tanggapan Moskow atas seruan Kyiv agar Meksiko menangkap Putin jika dia berkunjung ke negara tersebut.

    Lihat juga Video ‘Ukraina Klaim Tenggelamkan Kapal Selam Rusia di Sevastopol’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Rusia di Bawah Putin Bukan Tak Tergoyangkan

    Rusia di Bawah Putin Bukan Tak Tergoyangkan

    Jakarta

    “Sungguh seperti dalam mimpi” – begitulah politisi oposisi Rusia Andrei Pivovarov merangkum perasaannya selama beberapa jam dan hari terakhir.

    Pada bulan Juli 2022 dia dijatuhi hukuman empat tahun di penjara di negara asalnya. Dari sudut pandang pengadilan, dia dituduh memimpin sebuah “organisasi yang tidak diinginkan”.

    Yang dimaksud adalah kelompok “Rusia Terbuka” yang kritis terhadap Kremlin. Pivovarov baru-baru itu datang ke kantor Deutsche Welle di Bonn, di sebelahnya ada dua tokoh oposisi Rusia lainnya Ilya Yashin dan Vladimir Kara-Mursa.

    “Beberapa hari yang lalu kami sendirian, semua orang di sel kecil kami, sekarang kami melihat begitu banyak orang.” Sekitar 100 jurnalis dan pengamat datang ke konferensi pers, kamera menyala, kamera berputar.

    “Tidak semua orang Rusia berpikir seperti Putin”

    Ada hari-hari berat ke depan bagi ketiga orang tersebut dan orang-orang lainnya yang dibebaskan. Pada hari Kamis (01/08), penerbangan pertama ke Ankara, di mana terjadi pertukaran tahanan dari Rusia di satu pihak dan tahanan Rusia di Barat di pihak lainnya.

    Pada Kamis malam penerbangan selanjutnya membawa mereka ke Jerman dan tiba di bandara Kln /Bonn. Kanselir Jerman Olaf Scholz sudah menunggu mereka di sana.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Dan dia secara praktis memohon kepada para jurnalis di Bonn untuk tidak menyerah pada tanah airnya hanya karena ada tiran yang berkuasa di sana, Presiden Rusia Vladimir Putin.

    “Ada banyak warga di Rusia yang tidak terlihat, yang berpikir berbeda dari Putin. Citra bahwa kita semua duduk di dalam benteng – harus dihilangkan.” Dan dia menyerukan masyarakat di Jerman untuk kembali memperhatikan masyarakat di Rusia.

    Pertukaran kata dengan agen rahasia

    Selain Pivovarov, Vladimir Kara-Mursa juga dibebaskan. Dia berkata: “Saya merasa seperti berada di sebuah film untuk hari kedua sekarang. Beberapa hari yang lalu kami berada dalam isolasi, sekarang kami tiba di konferensi pers di sini di tepi Sungai Rhein, Bonn.”

    Kara-Mursa adalah politikus dan jurnalis Rusia-Inggris yang telah menjadi korban setidaknya dua serangan racun dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara pada April 2023 karena mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina.

    Pemenang Hadiah Pulitzer ini mengatakan dia menderita gangguan sistem saraf sejak serangan tersebut. Yang paling dia ingat tentang perjalanan yang melelahkan itu adalah setiap kandidat pertukaran didampingi oleh seorang agen dinas rahasia Rusia.

    “Dan ketika saya lepas landas di Rusia, dia melihat ke arah saya dan berkata: Lihatlah dengan tenang. Anda tidak akan pernah melihat tanah air Anda lagi. Tapi saya mengatakan kepadanya: Saya yakin, saya akan kembali ke Rusia – ke Rusia yang merdeka.”

    Yashin: “Saya memahami dilema Jerman”

    Orang ketiga yang dibebaskan, Ilya Yashin, juga berterima kasih kepada pemerintah Jerman dan khususnya Kanselir Jerman Olaf Scholz atas “usaha kemanusiaan” yang ia katakan.

    Yashin, 41, adalah orang kepercayaan politisi oposisi Boris Nemtsov, yang dibunuh pada tahun 2015, dan teman Alexei Navalny, yang meninggal di penjara Rusia. Pada akhir 2022, ia divonis delapan setengah tahun penjara karena mengkritik perang agresi Rusia di Ukraina.

    Sekarang dia melaporkan percakapan singkat dengan Scholz pada hari Kamis lalu di Bandara Kln/Bonn. “Saya menoleh padanya dan mengatakan bahwa saya memahami betapa sulitnya melepaskan seorang pembunuh. Sebagai imbalan atas seorang pembunuh, orang-orang yang tidak bersalah dan tidak melakukan kejahatan telah dibebaskan.”

    Sebagai imbalan atas pembebasan total 16 orang dari Rusia dan Belarus, agen Rusia yang dijuluki sebagai pembunuh Tiergarten, Vadim Krassikov, dibebaskan dari tahanan.

    Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di Jerman pada akhir tahun 2021 karena menurut pengadilan Berlin dia menembak mati seorang warga Georgia dari Chechnya di Berlin pada Agustus 2019. Di Moskow dia disambut secara pribadi oleh Putin. (ap/hp)

    (ita/ita)

  • Pertukaran Tahanan Rusia, Siapa yang Dibebaskan?

    Pertukaran Tahanan Rusia, Siapa yang Dibebaskan?

    Jakarta

    Total sebanyak 26 tahanan, yang termasuk 24 orang dewasa dan dua anak di bawah umur, telah berhasil dibebaskan di Ankara, Turki. Dalam beberapa hari terakhir, beredar rumor tentang indikasi berlangsungnya pertukaran tahanan itu.

    Pertukaran itu termasuk tahanan asal Amerika Serikat (AS) Evan Gershkovich dan Paul Whelan, yang keduanya dipenjara atas tuduhan spionase. Selain itu, ada warga negara Jerman Rico Krieger, yang dijatuhi hukuman mati di Belarusia, sebelum akhirnya Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengampuninya awal pekan ini.

    Menyusul ditahannya Krieger di Belarusia, ayahnya meminta agar identitasnya tidak dipublikasikan sampai ia tiba dengan selamat di Jerman.

    Beberapa kritikus Kremlin dan politisi oposisi Rusia, termasuk Ilya Yashin dan Vladimir Kara-Murza, juga ikut dibebaskan. Yashin ditahan di penjara wilayah Smolensk. Ia dijatuhi hukuman 8,5 tahun penjara pada 2022 lalu, karena “menyebarkan informasi palsu” tentang tentara Rusia.

    Sebanyak delapan warga negara Rusia juga telah dikembalikan ke negaranya. Mereka termasuk tersangka agen intelijen Rusia, Vadim Krasikov, yang menjalani hukuman seumur hidup di Jerman atas pembunuhan seorang warga negara Rusia lainnya di taman Tiergarten, Berlin, pada 2019.

    Menurut laporan kantor berita, sebanyak tujuh pesawat diturunkan dalam operasi pertukaran ini. Dinas rahasia Turki mengatakan bahwa para tahanan dari penjara di Polandia, Slovenia, Norwegia, dan Belarusia juga ikut dalam pertukaran kali ini.

    Operasi tersebut berakhir pada Kamis (01/08) malam. Pernyataan resmi pemerintah Turki menyebut operasi kali ini sebagai “pertukaran tahanan terbesar antara Timur dan Barat sejak Perang Dunia ke-II.”

    Reaksi Washington dan Moskow

    Putin juga telah menandatangani sebanyak dua belas pengampunan, termasuk pengampunan untuk Gershkovich dan Whelan, dengan kesepakatan bahwa tahanan Rusia lainnya akan dipulangkan dari penjara-penjara di luar negeri sebagai gantinya.

    Mantan Presiden Dmitry Medvedev, yang merupakan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan dia secara pribadi menginginkan “pengkhianat Rusia membusuk di ruang bawah tanah atau mati di penjara,” tetapi akan lebih bermanfaat bagi Rusia jika bisa mengembalikan warganya yang telah bekerja “demi tanah air.”

    Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa ia tidak perlu lagi berbicara dengan Putin karena pertukaran tahanan telah selesai. Dia berterima kasih kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz atas konsesi yang diberikan Jerman, di mana tanpa usaha Scholz itu pertukaran ini tidak akan mungkin terjadi, katanya. Jerman telah setuju untuk menyerahkan Krasikov, yang dikenal sebagai “pembunuh Tiergarten”, kembali ke Rusia.

    Hilang kontak jelang pertukaran?

    Kontak dengan beberapa kritikus Kremlin yang ditahan di penjara Rusia, termasuk Kara-Murza dan Yashin, sempat terputus beberapa hari menjelang pertukaran. Baik pengacara maupun keluarga mereka tidak tahu di mana mereka berada.

    Nasib dari para tokoh oposisi lain yang dipenjara juga sempat tidak jelas. Mereka termasuk Lilia Chanysheva, mantan koordinator regional dari markas besar tim oposisi mendiang politisi Alexei Navalny di kota Ufa. Chanysheva telah dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara pada 2021, yang diperpanjang pada April lalu menjadi 9,5 tahun.

    Beberapa hari yang lalu, suami Chanysheva, Almaz Gatin, mencoba mengantarkan sebuah paket untuk istrinya ke penjara tempat dia ditahan. Tetapi, Gatin diberitahu bahwa istrinya telah dipindahkan ke penjara lain yang tidak ia ketahui.

    Kantor berita AFP melaporkan bahwa Chanysheva termasuk di antara mereka yang dibebaskan, bersama dengan Ksenia Fadeyeva, yang dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara karena menjalankan markas kampanye Navalny di Tomsk.

    Pengacara musisi Aleksandra Skochilenko telah berupaya keras untuk menghubungi kliennya beberapa hari sebelum pembebasan. Kesehatan Skochilenko menjadi perhatian khusus, karena ia menderita penyakit kronis yang memburuk sejak dipenjara, mulai dari gangguan afektif bipolar, penyakit celiac, dan penyakit jantung. Seniman ini menjalani hukuman penjara selama tujuh tahun karena mengganti label harga di supermarket dengan pesan-pesan yang menentang perang Rusia di Ukraina.

    Oleg Orlov, mantan wakil ketua organisasi HAM dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Memorial, juga telah dibebaskan. Dia menjalani hukuman 2,5 tahun perjara karena “berulang kali mendiskreditkan” tentara Rusia.

    Kevin Lick, seorang pemuda berdarah Jerman-Rusia, juga berhasil dibebaskan. Lick ditangkap di bandara Sochi pada Februari 2023 dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara atas tuduhan “pengkhianatan tingkat tinggi”. Penyelidikan menemukan bukti bahwa ia telah mengambil foto-foto instalasi militer Rusia.

    Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan DW, pengacara Rusia yang diasingkan, Ivan Pavlov, memperkirakan bahwa pertukaran tahanan ini akan terjadi. Ketika ditanya tentang para tahanan yang “menghilang”, dia berspekulasi bahwa “mereka mungkin akan datang ke Moskow, di mana rezim dapat menjamin kerahasiaan mutlak tentang keberadaan mereka.”

    Paspor dan pengampunan dari presiden nantinya dapat disiapkan untuk para tahanan itu, meski Pavlov juga berpendapat bahwa pengampunan itu dapat diberikan tanpa permintaan sebelumnya, seperti dalam kasus pilot Ukraina Nadiya Savchenko.

    Kembali ke era Soviet

    Aktivis HAM yang berbasis di Berlin, Olga Romanova, sekaligus pendiri organisasi hak-hak sipil “Russia Behind Bars” atau “di balik jeruji besi Rusia”, juga mengatakan kepada DW beberapa hari yang lalu bahwa ia yakin semua tanda mengarah pada “pertukaran besar”, dan bahwa pihak berwenang Jerman juga ikut terlibat.

    Di akun Telegram miliknya, ilmuwan politik Rusia Stanislav Belkovsky menulis bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengadakan pertemuan mendadak dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di pulau Valaam Rusia, Danau Ladoga. Belkovsky menduga pertemuan itu bisa jadi tentang pertukaran Krieger.

    Ilmuwan politik Rusia Dmitry Oreshkin juga meyakini bahwa pertukaran tahanan ini merupakan upaya pemerintah Rusia untuk menghidupkan kembali praktik lama Soviet dalam memaksa konsesi di luar negeri dan mencegah perbedaan pendapat di dalam negeri. Oreshkin menambahkan bahwa ia memperkirakan praktik ini akan terus berlanjut.

    “Putin adalah perwakilan dari sistem ini,” katanya. “Dia mengembalikan formula yang jelas dan familiar tentang bagaimana warga Soviet harus menjalani kehidupan mereka.”

    (kp/rs)

    (ita/ita)