kab/kota: Moskow

  • Iran Respons AS Mau Kerahkan Senjata Nuklir, Beri Jawaban Menohok

    Iran Respons AS Mau Kerahkan Senjata Nuklir, Beri Jawaban Menohok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Iran melontarkan kecaman keras terhadap keputusan mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan Pentagon untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut langkah tersebut sebagai tindakan “mundur” dan “tidak bertanggung jawab”, menuduh Washington telah menjadi ancaman bagi stabilitas global.

    “Setelah mengganti nama ‘Departemen Pertahanan’-nya menjadi ‘Departemen Perang’, pengganggu bersenjata nuklir ini kembali melanjutkan uji coba senjata atom,” tulis Araghchi dalam unggahan di platform X pada Kamis (30/10/2025) malam.

    “Ironisnya, pengganggu yang sama telah memfitnah program nuklir damai Iran dan mengancam akan menyerang fasilitas nuklir kami yang berada di bawah pengawasan internasional. Semua ini dilakukan dengan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional,” tambahnya.

    Sebelumnya pada hari yang sama, Trump membuat pengumuman mengejutkan di platform Truth Social, hanya beberapa jam sebelum bertemu Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan di sela-sela pertemuan puncak APEC.

    Dalam unggahan itu, Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan Pentagon untuk segera melanjutkan uji coba senjata nuklir “secara setara” dengan negara-negara lain seperti Rusia dan China, yang menurutnya akan memiliki kekuatan nuklir setara dengan Amerika Serikat dalam waktu “lima tahun”.

    Keputusan tersebut langsung memicu kekhawatiran internasional, terutama karena uji coba nuklir telah lama dilarang di bawah Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) tahun 1996. Meskipun Amerika Serikat, China, dan Iran telah menandatangani perjanjian itu, ketiganya belum meratifikasinya. Sementara Rusia menarik ratifikasinya pada 2023.

    Ankit Panda, pakar keamanan nuklir dan peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa keputusan Trump kemungkinan besar merupakan tanggapan terhadap langkah terbaru Rusia dan China, bukan akibat sengketa AS-Iran.

    “Langkah ini tampaknya lebih sebagai respons terhadap tindakan Moskow dan Beijing,” kata Panda.

    Pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa negaranya telah menguji torpedo super bertenaga nuklir Poseidon, setelah sebelumnya melakukan uji coba rudal jelajah nuklir Burevestnik.

    Sementara itu, China pada September lalu memamerkan kekuatan nuklirnya dalam parade militer besar yang menampilkan sistem senjata baru dan modifikasi seperti rudal balistik antarbenua Dongfeng-5 yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

    Namun, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), baik Rusia maupun China belum melakukan uji coba nuklir dalam arti sebenarnya, yakni ledakan nuklir di permukaan, bawah tanah, atau bawah laut, selama beberapa dekade.

    Sebagai catatan, uji coba nuklir terakhir dilakukan Uni Soviet pada 1990, China pada 1996, Inggris pada 1991, Amerika Serikat pada 1992, dan Prancis pada 1996. Satu-satunya negara yang masih melakukan uji coba nuklir dalam dua dekade terakhir adalah Korea Utara, dengan uji terakhir pada 2017.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempar Trump Perintahkan Uji Coba Senjata Nuklir, Rusia Bilang Gini

    Gempar Trump Perintahkan Uji Coba Senjata Nuklir, Rusia Bilang Gini

    Moskow

    Pemerintah Rusia memberikan reaksi hati-hati terhadap pengumuman mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal segera dimulainya kembali uji coba senjata nuklir. Otoritas Rusia mengatakan pihaknya tidak melakukan uji coba semacam itu, namun akan mengikutinya jika AS melakukannya.

    Trump telah memerintahkan Pentagon untuk segera melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir setelah moratorium selama 33 tahun.

    Pengumuman itu disampaikan Trump setelah Rusia melakukan uji coba rudal Burevestnik yang berkemampuan nuklir dan drone Poseidon yang juga bertenaga nuklir dalam beberapa hari terakhir. Trump bahkan menyinggung nuklir Rusia dan China dalam pernyataannya.

    Dalam pengumumannya, Trump mengatakan “karena negara-negara lain sedang menguji program” maka AS akan “memulai uji coba senjata nuklir kita atas dasar yang sama”. Dia juga menyatakan bahwa: “Proses itu akan segera dimulai.”

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Jumat (31/10/2025), mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki informasi tentang negara mana pun yang melakukan uji coba senjata nuklir, seperti yang disebutkan Trump.

    “Saat ini sedang berlaku moratorium (uji coba nuklir),” tegas Peskov.

    “Dalam pernyataannya, Presiden Trump menyebutkan bahwa negara-negara lainnya sedang terlibat dalam uji coba senjata nuklir. Hingga saat ini, kami tidak mengetahui negara mana pun yang sedang melakukan uji coba tersebut,” katanya.

    Rusia, kata Peskov, belum menerima pemberitahuan sebelumnya dari AS tentang perubahan posisi terkait uji coba nuklir. Saat ditanya apakah Kremlin merasa bahwa perlombaan senjata nuklir baru telah dipicu oleh pernyataan Trump, Peskov menjawab: “Tidak juga.”

    Kremlin: Uji Coba Rudal-Drone Rusia Bukan Uji Coba Senjata Nuklir

    Peskov menekankan bahwa uji coba rudal jelajah Burevestnik pada 21 Oktober dan drone Poseidon pada 28 Oktober, yang diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, jelas bukanlah uji coba senjata nuklir.

    “Jika (Trump) dengan cara tertentu menyebut uji coba Burevestnik sebagai uji coba nuklir yang dilakukan negara lain, maka itu sama sekali tidak akurat. Semua negara terus mengembangkan sistem pertahanan mereka, tetapi ini bukan merupakan uji coba nuklir,” ujar Peskov menjelaskan.

    Putin, yang memimpin negara dengan pasokan senjata nuklir terbesar di dunia, telah berulang kali mengatakan jika ada negara yang menguji coba senjata nuklir, maka Rusia juga akan melakukannya.

    “Saya ingin mengingatkan kembali pernyataan Presiden Putin, yang telah diulang berkali-kali: Jika seseorang melanggar moratorium, Rusia akan bertindak sesuai dengan itu,” ucap Peskov.

    Rusia pasca-Soviet tidak pernah melakukan uji coba senjata nuklir. Uni Soviet terakhir kali menguji coba nuklir pada tahun 1990, sedangkan AS terakhir kali pada tahun 1992 dan China pada tahun 1996.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Raksasa Minyak Rusia Jual Semua Asetnya di Luar Negeri Usai Disanksi AS

    Raksasa Minyak Rusia Jual Semua Asetnya di Luar Negeri Usai Disanksi AS

    Jakarta

    Perusahaan minyak raksasa Rusia, Lukoil mengumumkan telah menerima tawaran dari perusahaan perdagangan komoditas global Gunvor untuk membeli seluruh aset luar negerinya. Langkah ini diambil setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap Lukoil pekan lalu.

    Penjualan ini menjadi langkah paling signifikan yang dilakukan perusahaan Rusia sejauh ini akibat sanksi Barat terkait perang di Ukraina, konflik yang dimulai sejak invasi besar-besaran Rusia pada 2022.

    Dalam pernyataannya, Lukoil menyebut telah menerima tawaran dari Gunvor untuk mengakuisisi Lukoil International GmbH, entitas yang menaungi seluruh aset luar negeri perusahaan tersebut.

    “Syarat utama transaksi telah disepakati oleh kedua pihak. Dari pihak kami, Lukoil menerima tawaran tersebut dan berkomitmen untuk tidak bernegosiasi dengan calon pembeli lain,” tulis perusahaan dikutip dari CNN, Jumat (31/10/2025).

    Gunvor juga mengonfirmasi bahwa mereka sedang melakukan pembicaraan dengan Lukoil terkait akuisisi aset internasional tersebut.

    Gunvor Pakai Laba buat Ekspansi

    Departemen Keuangan AS sebelumnya telah mengeluarkan izin khusus yang memberi waktu hingga 21 November bagi perusahaan-perusahaan untuk menghentikan transaksi dengan Lukoil dan Rosneft, perusahaan energi Rusia lainnya yang juga terkena sanksi.

    Kesepakatan tersebut masih bergantung pada persetujuan dari Office of Foreign Assets Control (OFAC), otoritas pengawas sanksi di bawah Departemen Keuangan AS. Gunvor dikenal sebagai salah satu pedagang minyak terbesar di dunia yang meroket pada 2000-an, ketika menjadi pemain utama dalam perdagangan minyak Rusia.

    Salah satu pemegang saham utamanya saat itu adalah Gennady Timchenko, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, yang kemudian menjual sahamnya setelah dikenakan sanksi AS setelah ane­ksasi Krimea oleh Rusia pada 2014.

    Seperti banyak perusahaan perdagangan komoditas lainnya, Gunvor meraup keuntungan besar dari lonjakan harga minyak dan gas yang terjadi sejak pecahnya perang di Ukraina dan keputusan Eropa untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi Rusia.

    Bersama Vitol dan Trafigura, Gunvor menggunakan laba tersebut untuk membeli berbagai aset baru seperti kilang dan ladang minyak hingga pembangkit listrik dan proyek energi angin.

    Aset Luar Negeri Lukoil

    Berbasis di Moskow, Lukoil menyumbang sekitar 2% dari total produksi minyak dunia. Aset terbesarnya di luar negeri adalah ladang minyak West Qurna 2 di Irak, salah satu ladang terbesar di dunia, di mana Lukoil memegang saham sebesar 75%. Produksi ladang ini mencapai lebih dari 480 ribu barel per hari pada April lalu, menurut laporan kantor berita Interfax.

    Selain itu, Lukoil juga memiliki kilang Lukoil Neftohim Burgas di Bulgaria dengan kapasitas 190 ribu barel per hari, kilang terbesar di kawasan Balkan, serta kilang Petrotel di Rumania.

    Perusahaan ini juga memasok minyak ke Hongaria dan Slovakia, serta ke kilang STAR di Turki yang dimiliki oleh SOCAR, perusahaan minyak nasional Azerbaijan, yang sangat bergantung pada pasokan minyak mentah Rusia.

    Di Eropa, Lukoil memiliki kepemilikan di sejumlah terminal minyak dan jaringan ritel bahan bakar, serta proyek hulu dan hilir di Asia Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.

    (ily/ara)

  • Rusia Klaim Torpedo Nuklir Poseidon Mampu Lumpuhkan Amerika: Daya Ledak 100 Megaton

    Rusia Klaim Torpedo Nuklir Poseidon Mampu Lumpuhkan Amerika: Daya Ledak 100 Megaton

    GELORA.CO – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (28/10/2025) kemarin mengklaim kalau negaranya berhasil menguji torpedo Poseidon bertenaga nuklir.

    Torpedo Poseidon adalah sebuah pesawat nirawak bawah air jarak jauh yang mampu membawa hulu ledak nuklir. 

    Seorang anggota parlemen senior Rusia menggambarkan senjata itu cukup kuat untuk melumpuhkan seluruh negara, termasuk Amerika Serikat (AS), negara saingan utama Rusia.

    Klaim menambahkan, senjatanya ini nyaris tidak bisa ditangkis oleh sistem pertahanan udara mana pun di dunia.

    Apa yang Penting dari Informasi Ini

    Klaim suksesnya uji coba torpedo Poseidon baru Rusia yang bertenaga nuklir dan berkemampuan nuklir menandai eskalasi signifikan dalam perlombaan senjata strategis global khususnya bagi Rusia dan negara-negara Barat. 

    Sistem persenjataan Poseidon—yang terkadang disebut di media Barat sebagai “tornado super nuklir”—dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal Amerika Serikat (AS), pentolan aliansi NATO.

    Persenjataan ini juga berpotensi mengirimkan gelombang pasang radioaktif dahsyat terhadap target-target pesisir.

    Uji coba ini dilakukan di tengah ketegangan hubungan AS-Rusia akibat perang dengan Ukraina.

    Hal ini juga menandai dinamika baru perlombaan senjata yang kembali memanas, dan meningkatnya postur nuklir di kedua belah pihak. 

    Para analis militer menyoroti peran psikologis dan strategis senjata ini dalam menghambat kemajuan pertahanan rudal AS, serta potensinya untuk memengaruhi negosiasi pengendalian senjata antara Washington dan Moskow.

    Apa yang Perlu Diketahui

    Menurut laporan Reuters, dalam pertemuan dengan tentara Rusia yang terluka di Ukraina, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan tentang Poseidon.

    “Untuk pertama kalinya, kami tidak hanya berhasil meluncurkannya dengan mesin peluncur dari kapal selam pengangkut, tetapi juga meluncurkan unit tenaga nuklir yang telah digunakan perangkat ini selama jangka waktu tertentu. Ini adalah kesuksesan yang luar biasa.”

    Poseidon, yang secara resmi dikenal sebagai Sistem Multiguna Kelautan Status-6, adalah torpedo bawah air otonom bertenaga nuklir yang mampu membawa hulu ledak nuklir, dengan laporan yang menunjukkan daya ledak hingga 100 megaton.

    Torpedo ini dilaporkan beroperasi dengan kecepatan tinggi (hingga 54 knot) dan dapat mencapai kedalaman 1.000 meter, sebagaimana dijelaskan oleh analis keamanan nasional Steve Balestrieri dalam National Security Journal.

    Para analis menggambarkan tujuan utama pembuatan rudal ini sebagai pencegah strategis—yang dimaksudkan untuk menerobos sistem rudal anti-balistik AS yang dikembangkan setelah penarikan AS dari Perjanjian ABM tahun 1972.

    Implikasi strategis dan lingkungannya signifikan.

    Hulu ledak Poseidon diduga merupakan bom kobalt, yang memaksimalkan kontaminasi radioaktif jangka panjang.

    Menurut model NukeMap yang dikutip oleh Balestrieri, sebuah ledakan dapat membuat area seluas sekitar 1.700 x 300 kilometer tidak dapat dihuni karena dampak radioaktif atau memicu “tsunami nuklir” di kota-kota pesisir.

    Kutipan Pernyataan

    Presiden Rusia Vladimir Putin:

    “Kekuatan Poseidon jauh melampaui rudal antarbenua tercanggih kami, Sarmat. Tak ada yang menandinginya di dunia.”

    Ketua Komite Pertahanan Duma Negara Rusia, Andrei Kartapolov :

    “Ini sungguh jenis senjata yang sangat ampuh yang mampu melumpuhkan atau melumpuhkan seluruh negara dari perang. Saat ini belum ada penawar dan penanggulangannya. Tidak ada yang punya analognya.”

    Apa yang Terjadi Selanjutnya

    Uji coba sistem Poseidon oleh Rusia terjadi di tengah kembali merebaknya perdebatan global mengenai pengendalian senjata nuklir.

    Para pengamat berpendapat bahwa uji coba ini meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat dan NATO untuk mempertimbangkan kembali kebijakan saat ini dan beradaptasi dengan pengenalan drone nuklir bawah air yang mampu menghindari perisai rudal balistik.

    Para pemimpin AS, termasuk Presiden Donald Trump, secara konsisten mendesak Rusia untuk menghentikan eskalasi nuklir dan telah menjatuhkan sanksi yang menargetkan sektor pertahanan dan energi Rusia.

    Prospek penempatan unit Poseidon di kapal selam Rusia juga menimbulkan kekhawatiran terkait keselamatan nuklir, risiko eskalasi, dan dampak lingkungan.

  • Kesindir Rusia Bikin Trump Minta Uji Coba Senjata Nuklir

    Kesindir Rusia Bikin Trump Minta Uji Coba Senjata Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Departemen Pertahanan AS atau Pentagon segera menguji coba senjata nuklir. Perintah Trump itu disampaikan setelah tersindir Rusia.

    Rusia mengumumkan keberhasilan uji coba terakhir rudal jelajah bertenaga nuklir baru yang tidak dimiliki siapa pun. Presiden Rusia Vladimir Putin memuji senjata berkemampuan nuklir itu ‘unik’ dengan jangkauan yang diklaimnya ‘tidak terbatas’.

    “Uji coba yang menentukan kini telah selesai,” ujar Putin dalam video yang dirilis Kremlin saat bertemu dengan para pejabat militer seperti dilansir AFP, Minggu (26/10).

    Rudal itu disebut memiliki jangkauan hingga 14.000 kilometer. Putin memerintahkan persiapan infrastruktur untuk menempatkan senjata tersebut di angkatan bersenjata Rusia.

    “Ini adalah senjata unik yang tidak dimiliki siapa pun di dunia,” ujar Putin, yang mengenakan seragam loreng dalam pertemuan di titik komando dengan para jenderal Rusia yang mengawasi perang di Ukraina.

    Dalam pernyataan yang dirilis Kremlin, Putin menuturkan pernah diberitahu sejumlah spesialis Rusia kalau senjata semacam itu tidak mungkin dibuat. Namun sekarang, Putin mengatakan “pengujian krusial” telah selesai dilakukan.

    “Kekuatan strategis mampu menjamin keamanan nasional Federasi Rusia dan negara kesatuan secara menyeluruh,” kata Putin.

    Otoritas Rusia juga mengklaim senjata berkemampuan nuklir tersebut mampu menghindari sistem pertahanan apa pun. Dikatakan oleh Moskow bahwa rudal 9M730 Burevestnik (Storm Petrel) merupakan senjata “tak terkalahkan” oleh sistem pertahanan rudal saat ini dan di masa mendatang, dengan jangkauan yang hampir tak terbatas dan jalur penerbangan tak terduga.

    Selama uji coba terakhir pada 21 Oktober, rudal tersebut menghabiskan ‘sekitar 15 jam’ terbang sejauh 14.000 Km. Kepala Staf Militer Rusia Valery Gerasimov menyebut jarak tersebut bukanlah batas maksimum untuk senjata tersebut.

    “Karakteristik teknis Burevestnik memungkinkannya digunakan dengan presisi terjamin terhadap lokasi-lokasi yang sangat terlindungi, berapa pun jaraknya,” ujarnya.

    Trump Sindir Putin

    Trump mengkritik uji coba rudal bertenaga nuklir yang baru saja dilakukan Rusia. Trump menyindir Putin seharusnya mengakhiri perang dengan Ukraina, bukannya melakukan uji coba rudal.

    “Dia seharusnya mengakhiri perang (di Ukraina). Perang yang seharusnya berlangsung selama satu minggu, saat ini akan segera memasuki tahun keempat. Itulah yang seharusnya dia lakukan, alih-alih menguji coba rudal,” kata Trump dalam komentarnya, seperti dilansir AFP, Senin (27/10/2025).

    Pernyataan itu disampaikan Trump kepada wartawan di pesawat kepresidenan AS Air Force One, saat dia sedang melakukan kunjungan ke kawasan Asia.

    Putin tak menggubris sindiran Trump. Dia justru kembali menguji coba pesawat nirawak bawah air bertenaga nuklir.

    Dilansir AFP, Rabu (29/10/2025), Putin mengawasi uji coba senjata berkemampuan nuklir canggih lainnya–rudal jelajah Burevestnik, yang menurutnya memiliki jangkauan tak terbatas.

    “Kemarin, uji coba lain dilakukan untuk sistem prospektif lainnya–perangkat bawah air tak berawak ‘Poseidon,’ yang juga dilengkapi dengan unit tenaga nuklir,” kata Putin dalam pernyataan yang disiarkan televisi saat mengunjungi rumah sakit militer yang merawat tentara Rusia yang terluka di Ukraina.

    Pemimpin Rusia itu mengatakan tidak ada cara untuk mencegat torpedo pesawat nirawak tersebut, yang menurut Putin, dapat melaju dengan kecepatan lebih tinggi daripada kapal selam konvensional dan mencapai benua mana pun di dunia.

    Putin mengatakan tidak ada negara yang dapat menandingi kecepatan dan kedalaman penyelaman Poseidon, dan menambahkan, “kemungkinan besar hal serupa tidak akan terjadi dalam waktu dekat.”

    Perangkat tersebut dapat beroperasi pada kedalaman lebih dari satu kilometer (0,6 mil) dan melaju dengan kecepatan hingga 70 knot tanpa terdeteksi, menurut sebuah sumber di kompleks industri militer Rusia yang dikutip oleh kantor berita negara TASS. Pertama kali diuji pada tahun 2018, perangkat tersebut mampu membawa hulu ledak nuklir hingga dua megaton, kata sumber tersebut kepada TASS.

    Trump Langsung Minta Pentagon Uji Coba Senjata Nuklir

    Trump memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai uji coba senjata nuklir. Trump mengungkit soal Rusia dan China saat mengumumkan hal tersebut.

    “Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Hal ini telah dicapai, termasuk pembaruan dan renovasi total terhadap senjata yang sudah ada, selama masa jabatan pertama saya. Karena daya rusaknya yang luar biasa, saya SANGAT TIDAK SUKA melakukannya, tetapi tidak punya pilihan!” kata Trump seperti dilansir Reuters dan The Guardian, Kamis (30/10/2025),

    “Rusia berada di posisi kedua, dan China di posisi ketiga, tetapi akan sama dalam waktu 5 tahun,” sebutnya.

    “Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya.

    “Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

    Pengumuman Trump itu disampaikan kurang dari satu jam sebelum pertemuannya dengan Xi di Korsel yang dijadwalkan pada Kamis (30/10) pagi waktu setempat, dalam upaya mencapai gencatan senjata perang dagang kedua negara.

  • Trump Perintahkan Uji Coba Senjata Nuklir AS, China Bilang Gini

    Trump Perintahkan Uji Coba Senjata Nuklir AS, China Bilang Gini

    Beijing

    China menanggapi pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal negaranya akan segera memulai kembali uji coba senjata nuklir. Otoritas Beijing mengingatkan Washington untuk “secara sungguh-sungguh mematuhi” larangan uji coba nuklir global.

    Tanggapan China itu, seperti dilansir AFP, Kamis (30/10/2025), disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, setelah Trump mengumumkan bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai uji coba senjata nuklir.

    Trump mengungkit soal Rusia dan China saat mengumumkan hal tersebut via media sosial pada Kamis (30/10).

    “China mengharapkan Amerika Serikat akan sungguh-sungguh mematuhi kewajiban perjanjian larangan-uji coba-nuklir komprehensif dan komitmennya terhadap larangan uji coba nuklir, serta mengambil tindakan nyata untuk menjaga sistem perlucutan senjata dan nonproliferasi nuklir global dan menjaga keseimbangan dan stabilitas strategis global,” kata Guo dalam pernyataannya.

    Pengumuman Trump itu disampaikan kurang dari satu jam sebelum pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping digelar di Busan, di Korea Selatan (Korsel) pada Kamis (30/10) pagi. Trump juga berada di Korsel untuk menghadiri forum KTT APEC.

    “Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Hal ini telah dicapai, termasuk pembaruan dan renovasi total terhadap senjata yang sudah ada, selama masa jabatan pertama saya. Karena daya rusaknya yang luar biasa, saya SANGAT TIDAK SUKA melakukannya, tetapi tidak punya pilihan!” kata Trump dalam pernyataannya via media sosial Truth Social pada Kamis (30/10).

    “Rusia berada di posisi kedua, dan China di posisi ketiga, tetapi akan sama dalam waktu 5 tahun,” sebutnya.

    “Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya.

    “Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

    Postingan tersebut disampaikan Trump setelah Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Rabu (29/10), mengumumkan negaranya sukses menguji coba drone Poseidon bertenaga nuklir pekan ini. Itu menjadi uji coba senjata nuklir kedua yang dilakukan oleh Moskow beberapa waktu terakhir, setelah sebelumnya mengklaim sukses menguji coba rudal jelajah Burevestnik yang berkemampuan nuklir.

    Rusia, menurut The Guardian, saat ini memiliki lebih banyak senjata nuklir dibandingkan AS — yang menepis klaim Trump. Data dari Campaign to Abolish Nuclear Weapons menyebutkan bahwa Moskow memiliki lebih dari 5.500 hulu ledak nuklir yang terkonfirmasi, sedangkan Washington memiliki 5.044 senjata nuklir.

    Sementara itu, AS terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada 23 September 1992 silam, di lokasi yang sekarang disebut sebagai Nevada National Security Site. Presiden AS pada saat itu, George HW Bush, mengumumkan moratorium uji coba nuklir bawah tanah pada tahun yang sama.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Jreng! Trump & Xi Jinping Bertemu Hari Ini, 7 Hal Penting Dibahas

    Jreng! Trump & Xi Jinping Bertemu Hari Ini, 7 Hal Penting Dibahas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal bertemu Presiden China Xi Jinping, hari ini, Kamis (30/10/2025). Keduanya akan melakukan dialog langsung terkait eskalasi kedua negara, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

    Trump telah menggembar-gemborkan kemungkinan tercapainya kesepakatan. Sementara Xi Jinping secara khas bersikap hati-hati terhadap prospek tersebut.

    “Trump bersifat personal dan improvisasional. Xi sebaliknya,” kata peneliti senior di Brookings Institution, Ryan Hass, dikutip AFP.

    “Trump senang membuat kesepakatan. Xi berkonsentrasi pada pengembangan strategi jangka panjang,” tegasnya.

    Trump sendiri sebenarnya secara konsisten memuji hubungan pribadinya dengan Xi, bahkan menyebutnya sebagai “teman” yang “dihormatinya”. Namun Xi Jinping tampak tidak terlalu antusias.

    Namun dalam sejarahnya, kedua memang pernah menghabiskan waktu bersama di resor Mar-a-Lago milik Trump tahun 2017. Kala itu ia memuji bahasa China cucu Trump.

    Ia pun pernah menjamu Presiden AS dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing pada tahun yang sama. Membangun kembali hubungan pribadi keduanya, dianggap para analis sebenarnya dapat menstabilkan hubungan yang mudah memanas antara kedua negara.

    “Hubungan mereka mungkin merupakan hal terbaik yang terjadi dalam hubungan AS-China saat ini,” kata mantan diplomat tinggi AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink.

    Intinya pertemuan keduanya akan penting bagi perdagangan, tak hanya AS-China, tapi banyak negara. Berikut adalah isu-isu utama yang dapat dibahas kedua pemimpin, dirangkum CNBC Indonesia:

    Rare Earth (Mineral Penting Logam Tanah Jarang)

    Mineral penting logam tanah jarang (rare earth) akan menjadi pusat pembahasan kedua negara. Bidang strategis yang didominasi China ini, penting untuk manufaktur pertahanan, otomotif, dan elektronik baik AS, maupun global.

    Diketahui, China bulan lalu, memberlakukan kontrol ekspor yang luas ke komoditas tersebut. Hal itu memicu kemarahan Trump yang mengumumkan tarif balasan sebesar 100% untuk semua barang China, yang awalnya akan berlaku pada hari Sabtu nanti.

    Belum diketahui bagaimana keputusan akhir. Namun dalam pertemuan perwakilan AS dan China di sela-sela KTT ASEAN 26 Oktober memberi sinyal deeskalasi ketegangan, dengan Beijing menunda pengetatan ekspor dan AS menunda tarif, sampai kedua pemimpin bertemu.

    Fentanil

    Sudah dari awal Trump memberi tudingan ke China soal maraknya peredaran narkotika Fentanil di AS. Bahkan, Trump menerapkan tarif 20% untuk barang-barang impor dari China sejak Maret, karena menganggap ketidakmampuan beijing mengurusi itu.

    Namun, sehari sebelum pertemuan dengan Xi Jinping, Trump mengatakan ia berharap dapat menurunkan tarif tersebut. Tapi tetap, Tump mengklaim China belum berbuat cukup banyak untuk menghentikan perdagangan fentanil dan opioid ke negaranya.

    Sebenarnya, China sendiri sudah membantah hal tersebut. Pemerintah Xi Jinping mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Washington dan bahwa tarif tidak akan menyelesaikan masalah narkoba.

    Kedelai

    Kedelai merupakan komoditas penting bagi ekspor AS. Namun, kasus fentanil membuat Beijing menggunakannya untuk membalas Trump.

    China mengenakan pungutan terhadap produk pertanian AS, termasuk kedelai.

    Lebih dari separuh ekspor kedelai AS dikirim ke China tahun lalu, tetapi Beijing menghentikan semua pesanan seiring memanasnya sengketa perdagangan.

    Para petani AS sangat terdampak oleh perang tarif ini. Mereka merupakan sumber utama dukungan politik domestik bagi Trump.

    Sebenarnya, perundingan perdagangan di Malaysia pada akhir pekan lalu, mengatakan Beijing telah menyetujui pembelian “substansial” kedelai AS. Tapi pembahasan lebih lanjut akan dilakukan di pertemuan Trump dan Xi nanti.

    Perang Ukraina

    Trump mengatakan akan membahas serangan Rusia ke Ukraina dengan Xi Jinping. AS telah mendesak pembeli energi utama Rusia, termasuk China, mengurangi pembelian minyak Moskow.

    AS dan Ukraina mengatakan pembelian itu mendanai mesin perang Rusia. China, mitra dagang utama Rusia, mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang netral dalam konflik ini.

    Trump telah berupaya memanfaatkan kedekatan pribadinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi sejauh ini gagal mencapai kemajuan dalam mengakhiri perang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Selasa mendesak Trump untuk menekan Xi Jinping agar menghentikan dukungan bagi Rusia ketika mereka bertemu.

    Taiwan

    Taiwan telah lama menjadi titik api dalam hubungan AS-Tiongkok. Beijing menganggap pulau dengan pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya, meski Taipe sebaliknya.

    Sebenarnya AS hanya mengakui China dan bukan Taiwan. Tetapi hukum AS mewajibkan penyediaan senjata bagi Taiwan untuk pertahanan diri.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pada hari Sabtu bahwa AS tidak mempertimbangkan untuk “meninggalkan Taiwan” dengan imbalan kesepakatan perdagangan dengan China. Beijing dilaporkan telah meminta Trump untuk menyatakan secara eksplisit bahwa AS menentang kemerdekaan Taiwan.

    Chip

    Teknologi kecerdasan buatan juga diperkirakan akan dibahas. China telah menggenjot industri chip-nya untuk mengatasi pembatasan ekspor AS terhadap komponen penting yang digunakan untuk menggerakkan sistem AI.

    CEO raksasa cip AS Nvidia, Jensen Huang, pada hari Selasa memperingatkan bahwa Washington harus mengizinkan penjualan cip AI buatan AS di China, agar Silicon Valley tetap menjadi pusat kekuatan AI global.

    Chip perusahaannya saat ini tidak dijual di China karena kombinasi kekhawatiran keamanan nasional, larangan pemerintah Tiongkok, dan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung.

    TikTok

    Nasib platform media sosial TikTok juga berada di ujung tanduk. AS telah berupaya merebutnya dari tangan perusahaan induk China, ByteDance, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional.

    Ekspektasi untuk kesepakatan ini tinggi.

    Trump menandatangani perintah eksekutif bulan lalu yang menyetujui penempatannya di bawah kendali sekelompok investor AS.

    “Penyelesaian transaksi dilakukan hari Kamis,” kata Menkeu Bessent.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tegang! Polandia Kerahkan Jet Tempur Cegat Pesawat Pengintai Rusia

    Tegang! Polandia Kerahkan Jet Tempur Cegat Pesawat Pengintai Rusia

    Warsawa

    Polandia mengerahkan sejumlah jet tempur untuk mencegat sebuah pesawat Rusia yang sedang melakukan misi pengintaian di atas Laut Baltik. Pencegatan ini dilakukan saat negara-negara Eropa, termasuk Polandia, sedang waspada setelah rentetan pelanggaran wilayah udara oleh pesawat-pesawat militer Moskow.

    Militer Polandia dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Rabu (29/10/2025), mengatakan bahwa sebuah pesawat Rusia terdeteksi terbang di wilayah udara internasional di atas Laut Baltik tanpa rencana penerbangan yang diajukan sebelumnya, dengan transpondernya dimatikan.

    Pesawat militer Rusia jenis Ilyushin Il-20 itu, menurut militer Warsawa, sedang melakukan misi pengintaian.

    “Sejumlah jet tempur Polandia mencegat sebuah pesawat Il-20 yang sedang melakukan misi pengintaian di wilayah udara internasional, tanpa rencana penerbangan yang diajukan dan dengan transpondernya dimatikan,” kata Komando Operasional Angkatan Bersenjata Polandia dalam pernyataannya.

    “Pesawat itu tidak melanggar wilayah udara Polandia,” imbuh pernyataan tersebut.

    Juru bicara komando operasional militer Polandia, Jacek Goryszewski, mengatakan kepada stasiun televisi swasta TVN24 bahwa insiden tersebut menunjukkan Polandia selalu “waspada untuk memastikan wilayah udara kami tidak dilanggar”.

    Pencegatan ini terjadi saat negara-negara di sisi timur wilayah NATO semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi pelanggaran wilayah udara menyusul insiden serupa sejak September lalu.

    Pada saat itu, setidaknya tiga jet militer Rusia terdeteksi melanggar wilayah udara Estonia selama 12 menit. Beberapa hari sebelum itu, lebih dari 20 drone Moskow terdeteksi memasuki wilayah udara Polandia.

    Estonia dan Polandia sama-sama merupakan negara anggota aliansi militer NATO.

    Pekan lalu, jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat (AS), Alexus Grynkewich, yang menjabat Komandan Tertinggi Sekutu NATO di Eropa, mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia tampaknya terhalang oleh respons tegas NATO, bulan lalu, terhadap penyusupan ke wilayah udara Polandia dan Estonia.

    Namun, Grynkewich memperkirakan Moskow akan terus menguji batas-batas wilayah udara NATO.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ini Gara-garanya

    Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ini Gara-garanya

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 2% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Hal ini menandai penurunan hari ketiga berturut-turut karena investor mempertimbangkan dampak sanksi AS terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terhadap pasokan global, bersama dengan potensi rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (29/10/2025), harga minyak mentah Brent berjangka ditutup turun USD 1,22, atau 1,9%, menjadi USD 64,40 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,16 atau 1,9% pada USD 60,15.

    Harga minyak Brent dan WTI minggu lalu mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni, bereaksi terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya dalam masa jabatan keduanya, yang menargetkan perusahaan minyak Lukoil dan Rosneft.

    Menteri Ekonomi Jerman menyatakan, Pemerintah AS telah memberikan jaminan tertulis bahwa bisnis Jerman milik Rosneft Rusia akan dibebaskan dari sanksi karena aset tersebut tidak lagi berada di bawah kendali Rusia.

    “Trump yang memberikan keringanan ini kepada Jerman memberi kesan bahwa mungkin ada lebih banyak ruang gerak terkait sanksi ini, sehingga hal ini menghilangkan beberapa kekhawatiran langsung bahwa pasokan dapat menyusut drastis. Kami jelas melihat adanya (perdagangan) penghindaran risiko hari ini,” kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn, Rabu (29/10/2025).

    Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol menyatakan, dampak sanksi terhadap negara-negara pengekspor minyak akan terbatas karena kelebihan kapasitas.

    Langkah ini merupakan tindakan paling penting sejauh ini yang dilakukan oleh perusahaan Rusia menyusul sanksi Barat atas perang skala penuh Rusia di Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022.

    Lukoil yang berkantor pusat di Moskow menyumbang sekitar 2% dari produksi minyak global.

     

  • Menhan Belgia Ancam Hapus Moskow dari Peta Jika Rusia Tembakkan Rudal

    Menhan Belgia Ancam Hapus Moskow dari Peta Jika Rusia Tembakkan Rudal

    Brussels

    Menteri Pertahanan (Menhan) Belgia, Theo Francken, memberikan peringatan keras untuk Rusia, dengan mengatakan bahwa serangan rudal terhadap ibu kota Brussels akan memicu respons tegas dari aliansi militer NATO.

    Francken bahkan mengancam akan “menghapus Moskow dari peta” jika serangan rudal semacam itu benar-benar dilancarkan Rusia terhadap ibu kota Belgia

    Ancaman tersebut, seperti dilansir kantor berita Anadolu Agency, Selasa (28/10/2025), dilontarkan Francken dalam wawancara dengan harian lokal De Morgen pada Senin (27/10) waktu setempat.

    “Jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin meluncurkan rudal ke Brussels, kami akan menghapus Moskow dari peta,” tegas Francken, menekankan komitmen pertahanan kolektif NATO.

    Lebih lanjut, dia berupaya menepis keraguan yang muncul soal komitmen Amerika Serikat (AS) untuk NATO di bawah Presiden Donald Trump.

    “Bias terhadap pemerintah Amerika begitu besar di Eropa. Luar biasa… Dia benar-benar mengatakan bahwa Amerika akan terus mendukung sekutu-sekutu NATO seratus persen. Rudal jelajah di Brussels? Itu tidak perlu dipikirkan lagi, definisi apa pun yang Anda gunakan. Putin juga tidak akan melakukan itu,” katanya.

    Namun demikian, Francken juga berupaya mengingatkan agar tidak meremehkan kemampuan militer Rusia.

    “Rusia telah meningkatkan kemampuan (militer) mereka. Ekonomi perang mereka menghasilkan amunisi empat kali lebih banyak daripada gabungan seluruh NATO. Eropa bahkan tidak memiliki komando pusat,” ujarnya.

    Dia juga menyoroti kesulitan yang dihadapi Rusia dalam perang di Ukraina. “Karena mereka melawan seluruh Barat! Ukraina berperang dengan senjata, amunisi, dan uang kita. Kalau tidak, mereka pasti sudah kewalahan sejak lama,” sebut Francken.

    Melihat ke depan, Francken mengakui kemungkinan adanya tantangan bersama dari Rusia-China terhadap Barat.

    “China ingin perang di Ukraina berlarut-larut karena melemahkan Barat. Negara itu membeli bahan baku Rusia secara massal, memasok senjata, dan sangat senang jika Putin mengerahkan pasukan Korea Utara,” ucapnya.

    “Saya menganggap serangan besar Rusia terhadap negara-negara Baltik kecil kemungkinannya. Bagaimanapun, itu adalah negara-negara anggota NATO. Sebentar lagi kita akan memiliki 600 (jet tempur siluman) F-35 di Eropa: Rusia takut pada mereka karena mereka tidak dapat melihatnya,” tandas Francken.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)