Kapolri Beberkan Penyebab Tewasnya Diplomat Kemlu Lama Diungkap
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com
– Kapolri Jenderal
Listyo Sigit Prabowo
mengungkapkan alasan polisi memerlukan waktu dalam mengungkap kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas di rumah indekos di Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satunya karena masih menunggu hasil pemeriksaan dari tim forensik.
“Yang jelas pemeriksaan-pemeriksaan saat ini terus dilakukan sambil menunggu hasil dari pemeriksaan oleh kedokteran forensik, kemudian juga laboratorium forensik,” ujar Listyo kepada wartawan di Lapangan Tembak Mako Brimob, Kamis (17/7/2025).
Hasil pemeriksaan dari dokter forensik itu akan dipergunakan sebagai bahan penyelidikan sebelum mencapai kesimpulan perkara.
Oleh karena itu, Listyo membantah adanya kendala yang dihadapi penyidik dalam menangani tewasnya diplomat Kemlu ini.
“Lebih pada posisi kami ingin lebih cermat (atas perkara ini),” kata Listyo.
“Kami ingin menunggu seluruh hasil tuntas, sehingga kemudian ini semuanya bisa dipadukan untuk kemudian bisa dipertanggungjawabkan ke publik,” tambahnya.
Nantinya, pengungkapan penyebab kematian ADP juga akan mengklasifikasikan peristiwa tersebut sebagai tindak pidana atau bukan.
“Apakah peristiwa pidana ataukah peristiwa yang lain, jadi ditunggu saja karena memang prosesnya harus seperti itu,” lanjut dia.
Sebelumnya, diplomat Kementerian Luar Negeri berinisial ADP (39) ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
Ketika pertama kali ditemukan, ADP dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepala korban tampak terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut berwarna biru.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, serta pakaian yang dikenakan korban saat ditemukan tak bernyawa.
Selain itu, ditemukan pula sejumlah obat-obatan ringan di dalam kamar, seperti obat sakit kepala dan obat lambung.
Namun, belum ada indikasi keterkaitan antara obat-obatan tersebut dengan penyebab kematian korban.
Polisi juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya. Meski demikian, penyidik belum dapat memastikan apakah lakban tersebut dipasang sendiri oleh korban atau melibatkan pihak lain.
Diketahui, komunikasi terakhir antara ADP dan istrinya terjadi pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Sang istri sempat kembali menghubungi ADP keesokan paginya, tepatnya pukul 05.00 WIB, namun tak mendapat respons hingga pukul 07.00–08.00 WIB.
Karena tak kunjung mendapat kabar, istri ADP lalu meminta bantuan penjaga kos untuk memeriksa kondisi suaminya.
Penjaga kos pun mencoba mencari tahu dengan mendatangi kamar ADP. Karena tak ada respons dari dalam, penjaga akhirnya membuka paksa jendela kamar yang kemudian diketahui mengalami kerusakan akibat dicongkel.
Berdasarkan rekaman CCTV, tampak penjaga kos bersama seorang pria lainnya berupaya membuka paksa jendela dan pintu kamar, yang saat itu terkunci dari dalam.
Polisi menyatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, dan tidak ada barang milik ADP yang hilang.
ADP diketahui merupakan warga asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Korban tinggal seorang diri di kamar kos tersebut. Sedangkan, istrinya berada di Yogyakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Menteng
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282169/original/084275200_1752467430-4bae2df2-e05b-4976-9ebf-b8d2eca1e95b.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ini Kata Kapolri Terkait Kasus Tewasnya Diplomat Muda Kemlu Dalam Kamar Kos – Page 3
Misteri tewasnya diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), ADP (39) belum terpecahkan.
Korban tewas dengan kondisi kepala terlilit solasi, ditemukan di dalam rumah kost, Jalan Gondangdia Kecil, Menteng Jakarta Pusat pada Selasa 8 Juli 2025 lalu.
Polisi mengaku tak mau terburu-buru menyimpulkan penyebab kematian korban. Kasubdit Penmas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak memastikan, kasus ini akan diungkap dengan pendekatan scientific crime investigation.
“Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Kapolda, ini akan diungkap secara scientific investigation. Jadi kita menunggu, penyelidik menunggu semua keterangan, nanti baru kita kesampaikan hasilnya,” kata Reonald kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Senin 14 Juli 2025.
Dia mengatakan, penyidik berhati-hati dalam menyimpulkan penyebab kematian korban. Saat ini pihak kepolisan masih menunggu hasil pemeriksaan laboraturium.
Lebih lanjut, Reonald kembali menerangkan hasil analisis CCTV di sekitar kamar korban. Sosok pria yang terlihat mondar-mandir di area kos, diungkap. Dia adalah penjaga kos yang sempat dihubungi tiga kali oleh istri korban untuk memastikan kondisi sang suami di kamar 105.
“Bahwa benar ada istri korban, itu menelpon tiga kali ke nomo penjaga kos. Kami jelaskan, yang pertama pada tanggal 7 Juli 2025, pukul 22.40, istri korban pertama kali menghubungi penjaga kos ke nomor handphone yang lama, namun tidak aktif, untuk meminta bantuan untuk cek kamar korban,” ucap dia.
Reonald mengatakan, sang istri kembali menghubungi nomor baru penjaga kos pada 8 Juli sekira pukul 00.48 WIB. Sama seperti sebelumnya, sang istri meminta penjaga kos mengecek kamar suaminya.
Namun, saat itu penjaga belum langsung membuka kamar. Baru setelah ditelepon lagi pukul 05.27 WIB, penjaga menaruh curiga karena korban tak mengubris.
“Jadi, itulah tiga kali istri korban menghubungi penjaga kos untuk mengecek kamar korban. Itulah kenapa penjaga kos bolak-balik sambil memeriksa kondisi kamarnya korban. Sehingga paginya baru dari penjaga korban untuk membuka kamar,” tandas dia.
-
/data/photo/2025/07/16/6877735ff21d8.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kondisi Terkini TKP Tewasnya Diplomat Kemlu, Masih Dipasang Garis Polisi Megapolitan 16 Juli 2025
Kondisi Terkini TKP Tewasnya Diplomat Kemlu, Masih Dipasang Garis Polisi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Indekos diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), ADP (39) ditemukan tewas di kawasan Menteng, Jakarta Pusat kembali normal pada Rabu (16/7/2025).
Pantauan Kompas.com di lokasi, toko vape yang berada tepat di depan indekos tetap buka dan melayani pelanggan. Beberapa orang tampak keluar masuk toko.
Namun, kamar nomor 105 yang dihuni ADP masih terpasang garis polisi berwarna kuning.
Garis itu menyilang di antara pintu dan jendela kamar.
Di depan kamar ada tanda peringatan lantai basah berwarna kuning, ember hitam, dan sebotol air mineral.
Kondisi garis polisi terlihat sudah lebih longgar dibanding pekan lalu.
Tak tampak aktivitas dari penjaga kos atau penghuni lainnya. Lokasi kejadian masih tampak sepi.
Seorang satpam yang berjaga tak jauh dari lokasi menyebut situasi sudah stabil.
“Sudah sepi aja. Penjaga kos enggak kelihatan, kayaknya juga penghuni lain masih pada nginep di rumah saudara,” kata satpam tersebut saat ditemui.
Satpam tersebut juga mengatakan sejak kejadian, hanya sesekali terlihat polisi memantau lokasi.
Selain itu, tak ada aktivitas lain yang mencolok di sekitar rumah kos tersebut.
“Iya polisi sering saya lihat, beberapa hari lalu malah mereka rame banget nongkrong deket pos satpam saya,” tuturnya.
Kompas.com sempat menanyakan soal keberadaan Rifqi, karyawan toko vape yang sebelumnya memberikan keterangan kepada polisi.
Menurut karyawan pengganti bernama Dani, Rifqi sudah tidak bekerja lagi di lokasi tersebut.
“Katanya sih habis dipanggil ke kantor pusat tadi di jam 13.00 WIB, terus langsung berhenti. Saya juga baru denger tadi dari teman kalau dia resign hari ini,” kata Dani, Rabu.
Sembari bertanya kondisi toko vape yang terhubung dengan kos memang tampak meliputi dua ruangan dari kamar kos yang dijadikan satu.
Area ruang depan untuk penjualan vape dan ruang kedua untuk tamu.
Terlihat juga dua pintu yang terkunci rapat dari dalam dengan beberapa kursi dan meja.
Di ruangan kedua vape ini juga terdapat kamar mandi. Di mana ruangan ini bersebelahan dengan kamar ADP.
Sebelumnya diberitakan, seorang diplomat Kementerian Luar Negeri berinisial ADP (39) ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
Ketika pertama kali ditemukan, ADP dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepala korban tampak terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut berwarna biru.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, serta pakaian yang dikenakan korban saat ditemukan tak bernyawa.
Selain itu, ditemukan pula sejumlah obat-obatan ringan di dalam kamar, seperti obat sakit kepala dan obat lambung.
Namun, belum ada indikasi keterkaitan antara obat-obatan tersebut dengan penyebab kematian korban. Polisi juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
Meski demikian, penyidik belum dapat memastikan apakah lakban tersebut dipasang sendiri oleh korban atau melibatkan pihak lain.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/08/686cf6cdaaed3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
8 Sebelum Ditemukan Tewas, Diplomat Daru dan Keluarga Siapkan Kepindahan ke Helsinki, Anak-anaknya Sudah Keluar Sekolah Yogyakarta
Sebelum Ditemukan Tewas, Diplomat Daru dan Keluarga Siapkan Kepindahan ke Helsinki, Anak-anaknya Sudah Keluar Sekolah
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Keluarga diplomat almarhum
Arya Daru Pangayunan
(ADP) ternyata sudah menyiapkan
kepindahan ke Helsinki
, Finlandia.
Sebelum kematiannya yang hingga kini masih menyimpan misteri, Daru mendapatkan tugas diplomasi di KBRI Helsinki.
Kakak ipar ADP, Meta Bagus, menceritakan komunikasi terakhir Daru dengan istrinya, Pita, saat ia berbelanja baju di sebuah mall di Jakarta.
Dalam percakapan tersebut, Daru menyebutkan, “Wah enak ya kalau masih ada mobil bisa langsung pulang gak perlu antre taksi.”
Hal ini terjadi karena seluruh kendaraan mereka telah dijual sebagai persiapan untuk penempatan di luar negeri.
Meta menjelaskan bahwa penjualan kendaraan dilakukan agar tidak ada yang tersisa di Indonesia, mengingat mereka akan segera berangkat.
“Kalau menyisakan kendaraan di sini gak ada yang pake. Makanya sama almarhum dijual semua bisa dibilang persiapan itu hampir 100 persen tinggal berangkat,” tambahnya.
Selain kendaraan, anak-anak ADP juga telah keluar dari sekolah untuk mengikuti tugas ayah mereka ke Finlandia.
Rencana kepindahan ini menjadi yang pertama bagi keluarga ADP, karena mereka akan berangkat bersama-sama, berbeda dengan penugasan sebelumnya di mana ADP berangkat lebih dahulu dan keluarga menyusul setahun kemudian.
“Sekarang anak-anak enggak ada sekolah sudah keluar. Iya (mau ikut ke Helsinki), enggak sekolah sudah enggak sudah punya sekolah di sini sudah persiapan pindah,” ujar Meta.
Sebelumnya, kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di kamar indekosnya di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025) pagi.
Saat ditemukan, kepala ADP terlilit lakban dan tubuhnya tertutup selimut.
Polisi menyatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun barang hilang dari lokasi kejadian.
Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan adanya sidik jari ADP pada lakban, namun penyidik belum dapat memastikan apakah ia memasangnya sendiri atau ada keterlibatan pihak lain.
Diketahui bahwa ADP adalah warga asal Sleman, DIY, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), dan tinggal seorang diri di indekos tersebut, sementara istrinya berada di Yogyakarta.
Rekaman CCTV di lokasi menunjukkan penjaga kos mondar-mandir di depan kamar ADP sebelum ia ditemukan tewas.
Penjaga tersebut terlihat berbicara di telepon menggunakan mode speaker, dan sempat berhenti untuk menoleh ke arah kamar korban sebelum melanjutkan langkahnya.
Kasus ini masih dalam penyelidikan dan menjadi perhatian publik.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Sosok Siswanto, Penjaga Kos yang Mondar-mandir di Depan Kamar Diplomat Arya Daru
GELORA.CO – Sosok penjaga kos yang terekam CCTV mondar-mandir di depan kamar indekos diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan di Guest House Gondia di Jalan Gondangdia Kecil No. 22, Menteng, Jakarta Pusat (Jakpus), akhirnya terungkap.
Penjaga kos tersebut bernama Siswanto. Ia disebut disuruh oleh istri Arya Daru, Meta Ayu Puspitantri, untuk memeriksa kamar Arya karena tidak bisa dihubungi. Aksi Siswanto bolak-balik kamar Arya Daru terekam kamera CCTV.
Ia mondar-mandir di depan kamar Arya pada Pukul 00.27 WIB dan 05.20 WIB pada hari Arya ditemukan meninggal dengan wajah terlilit lakban kuning, Selasa (8/7/2025).
Andi, penjaga Toko Rokok Elektrik di depan kos Arya, membenarkan bahwa sosok yang mondar-mandir pada malam hari terekam CCTV itu adalah Siswanto.
Siswanto adalah penjaga dari lokasi tewasnya Arya di indekos Guest House Gondia.
“Itu penjaganya, Siswanto namanya yang malam-malam itu buka baju nggak pakai kacamata tetapi perawakannya dia (Siswanto),” kata Andi, Sabtu (12/7/2025), dikutip dari Warta Kota.
Andi menjelaskan bahwa Siswanto sering curhat kepadanya terkait dengan kejanggalan tewasnya Arya Daru.
Siswanto kini mengalami stres akibat diperiksa polisi sebagai saksi dalam kasus kematian diplomat muda ini.
“Dia curhat, stres ditanyaiin terus. Dia nggak tahu apa-apa (soal kematian Arya Daru),” tutur Andi.
Andi menyebut bahwa Siswanto kembali dijemput oleh sejumlah orang pada Sabtu (12/7/2025).
Akan tetapi, Andi tidak mengetahui apakah orang yang menjemput Siswanto itu adalah anggota polisi atau bukan.
“Pas dia masuk sini, tidak lama ada yang jemput, pakai mobil,” ucap Andi.
“Dia sambil ngelihatin saat cabut (pergi), seperti ketakutan,” imbuhnya.
Dalam rekaman CCTV, Siswanto terlihat mondar mandir pada pukul 00.27 WIB setelah Arya Daru sempat terlihat membuang sampah pada 22.30 WIB .
Ia tidak mengenakan baju karena ia taruh di pundak dan hanya mengenakan sarung motif kotak-kotak.
Sesekali ia menengok ke arah kamar Arya Daru sambil memegang handphone.
Pada pukul 05.20 WIB, Siswanto kembali mondar-mandir sambil membawa sapu.
Kali ini ia mengenakan kemeja putih, bercelana pendek, dan sandal jepit.
Di sisi lain, ternyata ada akses pintu lain di TKP ditemukannya jenazah Arya Daru.
Pintu indekos di sisi kanan tidak dilengkapi dengan akses ketat, hanya dilengkapi dengan gembok saja.
Sementara itu, pintu kos sisi kiri yang menuju kamar kosan Arya Daru dilengkapi dengan kotak sidik jari dan kartu akses, sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk ke kosan tersebut.
“Biasanya di sini tuh penghuni kos selalu pakai akses di sini khusus buat kamar yang di sini aja. Dan sebelah kanannya ada penghuni lain dan masuknya itu ada pintu lain juga,” kata Andi.
“Saya yang tahu, yang pakai akses ini doang ya (pintu masuk ke kosan Arya Daru), yang itu (sisi kanan) enggak,” tuturnya.
Menurut Andi, penghuni kos tidak pernah saling bertukar akses pintu masuk dan keluar.
Artinya, penghuni kos yang berada di sisi kanan selalu masuk dan keluar di sisi kanan, begitu juga sebaliknya dengan penghuni kosan di sisi kiri, mereka selalu masuk dan keluar dari sisi yang sama.
“Saya tahunya terbatas ya (akses masuk ke arah kosan Daru) tapi saya enggak pernah mastiin ke dalam. Soalnya tahunya kalau penghuni sebelah (sisi kanan) ya keluarnya lewat sebelah. Selalu lewat sini. Nggak pernah kayak dia masuk sana (pintu kanan) keluar dari sini (pintu kiri),” ucapnya.
Dalam kasus kematian Arya Daru, polisi telah memeriksa empat saksi: pemilik indekos, penjaga kos, tetangga kamar, dan istri korban.
Polisi juga menyita barang bukti berupa lakban, kantong plastik, dompet, sarung, dan pakaian korban.
Di dalam kamar, ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, tetapi belum diketahui apakah ada kaitannya dengan kematian korban.
Ditemukannya sidik jari Arya Daru di lakban hingga saat ini masih menjadi tanda tanya besar.
Polisi belum dapat memastikan apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh pihak lain.
Dalam waktu satu minggu, penyelidikan kasus kematian diplomat muda ini ditargetkan selesai
-

Melakban Hidung & Mulut untuk Mencapai Orgasme
GELORA.CO – Penyebab tewasnya diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (39) di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) lalu, masih jadi misteri. Spekulasi bermunculan dari pembunuhan, bunuh diri hingga kecelakaan karena aktivitas seksual ekstrem.
Polisi masih mendalami kasus ini. Di tengah prosesnya, muncul rekaman CCTV yang memperlihatkan gerak-gerik mencurigakan dari penjaga kos.
Sang penjaga kos tertangkap kamera mondar-mandir di depan kamar Arya pada Selasa (8/7/2025) pukul 00.27 WIB dini hari. Terlihat dia mengenakan sarung dan memegang ponsel, beberapa mengintip melalui jendela kamar.
Aktivitas yang sama terlihat pada pukul 05.20 WIB. Bedanya, sang penjaga membawa sapu kali ini. Rekaman ini memunculkan spekulasi pembunuhan, tapi penjaga kos beralibi mondar-mandir karena permintaan istri korban yang khawatir tak bisa menghubungi Arya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan pihaknya akan memastikan ke penyelidik terkait semua temuan yang ada, termasuk rekaman CCTV dan keterangan dari saksi.
“Nanti akan kami pastikan ke penyelidik ya,” ujar Ade Ary saat dikonfirmasi di Mapolda Metro Jaya, Jumat (11/7/2025).
Ia menegaskan, seluruh alat bukti dan keterangan akan ditelusuri secara komprehensif untuk mengungkap fakta di balik kematian Arya.
“Yang jelas, untuk mengungkap fakta itu nanti segala macam alat, data, yang diperlukan itu akan dicari, didalami, termasuk dilakukan pemeriksaan secara laboratoris,” tuturnya.
Spekulasi bunuh diri sudah muncul sejak awal, karena dari hasil pemeriksaan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), polisi tidak menemukan tanda kekerasan pada tubuh korban. Pintu kamar juga masih terkunci dari dalam dan tidak ada barang yang hilang.
Apalagi korban ditemukan dalam keadaan terlilit lakban di bagian kepalanya, dan polisi hanya menemukan sidik jari korban dari potongan lakban itu.
“Kalau dari olah TKP awal masih kelihatan sidik jari si korban itu,” ujar Kapolsek Menteng Kompol Rezha Rahandi.
Mencuat juga spekulasi liar publik, yang mengaitkannya dengan aktivitas seksual ekstrem, atau dikenal dengan sebutan auto-erotic asphyxiation atau asfiksia auto-erotik.
Asfiksia auto-erotik adalah pembatasan oksigen yang disengaja ke otak untuk tujuan birahi. Aktivitas seksual itu kerap berujung kematian, karena kegagalan tak terduga dari alat yang digunakan secara sendiri untuk menginduksi hipoksia selama gairah seksual.
Psikolog & Seksolog Klinis, Zoya Amirin mengakui adanya perilaku menyimpang itu dan umumnya terjadi di luar negeri. Tapi bukan berarti sudah pasti ada keterkaitan antara perilaku menyimpang ini dengan kasus kematian Arya.
“Perilaku itu memang ada dan sudah banyak di luar negeri. Kalau di sini masih ditutupi karena malu atau ada hal lain,” ujarnya kepada Inilah.com, Sabtu (12/7/2025).
Terkait perilaku menyimpang ini, dia menjelaskan, mereka (pelaku) biasanya menyumbat hidung serta mulutnya dengan kain atau lakban. Kondisi itu mengakibatkan pengurangan pasokan oksigen ke otak untuk mencapai orgasme yang lebih tinggi.
“Ketika sesak napas, mereka sudah mau kehilangan napas, tapi tidak kehilangan napas. Mereka biasanya memahami ambang batas napas,” jelasnya.
Menurutnya untuk mencapai kepuasan dengan cara asfiksia auto-erotik bisa beragam cara seperti mencekik, menenggelamkan diri, dan merasakan tekanan di sekitar perut dengan cara ditindih benda berat.
“Ada yang dilakban di mulut, hidung, atau tangan mereka untuk mencari kenikmatan di detik-detik akhir. Kalau di luar negeri biasanya didampingi coach. Nah bahayanya ini kalau ditangani sendiri,” pungkasnya.
Tidak ada salahnya spekulasi yang terakhir ini untuk juga ditelusuri, polisi pun berencana memeriksa lingkaran pertemanan korban.
“(Pemeriksaan) untuk mengungkap secara utuh, dari mulai bagaimana sehari-hari korban, kegiatan korban, hingga akhirnya terjadi atau muncul ada peristiwa itu,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary.
Polisi juga akan menggandeng pihak psikologi forensik. Hal tersebut untuk mendalami karakter Arya.
“Ya tahap selanjutnya itu, nanti akan dilakukan (pemeriksaan oleh psikologi forensik). Iya, tadi untuk mendalami profilnya,” tuturnya.
-
/data/photo/2025/07/12/6872480c431a9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Istri Diplomat Kemlu Telepon Penjaga Kos 3 Kali, Minta Cek Kondisi Suami Megapolitan 13 Juli 2025
Istri Diplomat Kemlu Telepon Penjaga Kos 3 Kali, Minta Cek Kondisi Suami
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Istri ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (
Kemlu
) yang ditemukan tewas di kamar indekosnya di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, tiga kali menelepon penjaga kos sebelum sang suami ditemukan tak bernyawa, Selasa (8/7/2025) pagi.
Melalui sambungan telepon, istri ADP yang berada di Yogyakarta meminta penjaga kos mengecek kondisi suaminya. Pasalnya, ponsel korban disebut tak bisa dihubungi.
“Konteksnya istri korban tiga kali minta penjaga kos mengecek kondisi korban,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, Minggu (13/7/2025), dikutip dari
Antara.
Ade Ary menjelaskan, telepon pertama tercatat pada Senin (7/7/2025) pukul 22.40 WIB. Istri ADP menghubungi penjaga kos ke nomor ponsel lama yang ternyata sudah tidak aktif.
Panggilan kedua istri ADP tercatat pada Rabu (8/7/2025) pukul 00.48 WIB. Saat itu, istri ADP mengubungi penjaga kos ke nomor baru untuk meminta mengecek kamar suaminya.
“8 Juli 2025 pukul 05.27 WIB, istri korban mengubungi penjaga kos untuk minta cek kembali kamar korban,” ungkap Ade Ary.
Oleh karenanya, Ade Ary memastikan, rekaman CCTV yang menunjukkan penjaga kos mondar-mandir di depan kamar ADP tak lain karena sedang menindaklanjuti permintaan istri korban.
“Benar, istrinya minta penjaga kos cek (kamar ADP) karena handphone suaminya mati,” kata Ade Ary, Sabtu (12/7/2025).
Ia bertelanjang dada, mengenakan sarung kotak-kotak, dan menyampirkan pakaian putih di pundak kiri. Ia tampak berbicara di telepon menggunakan mode speaker.
Penjaga itu sempat berhenti dan menoleh ke arah kamar korban, lalu berjalan kembali.
Beberapa saat kemudian, ia kembali berdiri cukup lama di depan kamar, sekitar 22 detik, diduga masih berbicara lewat telepon.
Pukul 05.20 WIB, ia kembali terlihat melintas, kali ini mengenakan kemeja putih dan celana pendek sambil membawa sapu.
Ia sempat mengintip ke arah jendela kamar ADP sebelum akhirnya berbalik arah.
Sebelumnya, komunikasi terakhir antara ADP dan istrinya terjadi pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Saat sang istri mencoba menghubungi kembali keesokan paginya pukul 05.00 WIB, ponsel ADP sudah tak aktif.
Karena tak ada kabar hingga pukul 08.00 WIB, istri ADP meminta penjaga kos memeriksa ke kamar suaminya.
Penjaga kos bersama satu orang lainnya lantas membuka paksa jendela kamar yang rupanya sudah dalam kondisi dicongkel.
Di dalam kamar, mereka menemukan ADP dalam keadaan tidak bernyawa, kepala terlilit lakban dan tubuhnya tertutup selimut.
Polisi menyatakan tak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun barang hilang dari lokasi.
Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan ada sidik jari ADP pada lakban, namun belum bisa dipastikan apakah ia memasangnya sendiri atau ada orang lain yang terlibat.
Diketahui, ADP adalah warga asal Sleman, DIY, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), dan tinggal seorang diri di kamar kos. Sedangkan istrinya berada di Yogyakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Anies Baswedan: Perjalanan Bangsa Harus Dicatat secara Jujur, Baik Membanggakan maupun yang Menyakitkan
“Ya, objektivitas, kelengkapan atas semua peristiwa yang terjadi, bangsa manapun ada masa jaya, ada prestasi yang dibanggakan, ada problem yang harus dikoreksi. Dan kesemuanya adalah bagian dari sejarah,” kata Anies usai menghadiri Rapimnas Gerakan Rakyat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/7).
Anies Baswedan bahkan menyebut, sejarah masa lalu sebuah bangsa baik yang berupa prestasi maupun yang berupa problem tidak boleh disunting hanya karena atas dasar kepentingan politik atau narasi sesaat.
Karena itu, sangat penting bagi Anies Baswedan bahwa setiap elemen dalam perjalanan bangsa harus dicatat secara jujur, baik yang membanggakan maupun yang menyakitkan.
“Karena itulah semuanya menjadi pelajaran. Karena itulah penting untuk tidak mengurangi dan juga tidak menambah, tapi lengkap apa adanya, sehingga sejarah menjadi pelajaran,” tegasnya.
Anies menjelaskan sejarah tidak hanya mencakup narasi kemenangan dan kebesaran, tetapi juga mencakup sisi gelap, kegagalan, bahkan tragedi. Semua itu harus dihadirkan apa adanya agar publik memiliki gambaran utuh tentang masa lalu bangsanya.
“Keberhasilan jadi kebanggaan, kekurangan jadi bahan untuk koreksi. Itulah perjalanan bangsa,” ujarnya.
Ia juga mengaitkan pentingnya kejujuran dalam sejarah dengan kehidupan individu. Karena itu, Anies mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk para penulis, sejarawan, hingga pengambil kebijakan, untuk tidak menjadikan sejarah sebagai alat propaganda.
“Manusia juga begitu, ada prestasi, ada mungkin kalian berfrustrasi, dan itu bagian jadi sejarah pribadi. Itu pesan saya,” pungkasnya. (fajar)
-
/data/photo/2025/07/10/686f9e2fd306c.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Diplomat Kemlu Tewas di Kos, Satpam Sebut Tak Ada Hal Janggal Sehari Sebelumnya Megapolitan 13 Juli 2025
Diplomat Kemlu Tewas di Kos, Satpam Sebut Tak Ada Hal Janggal Sehari Sebelumnya
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Endika Rahmat, satpam di lingkungan rumah indekos ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (
Kemlu
) yang tewas di kamar indekosnya di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, menyebut, tak ada hal janggal sehari sebelum ADP ditemukan tak bernyawa, Selasa (8/7/2025) pagi.
Hingga Senin (7/7/2025) malam, Endika mengaku tak melihat ada hal mencurigakan di rumah indekos ADP atau lingkungan sekitar.
Pada hari Senin sehari sebelum ADP ditemukan tewas, Endika bekerja
shift
pagi selama pukul 08.00-20.00 WIB. Demikian pula sehari setelahnya.
“Di indekos biasa, enggak ada keanehan, enggak ada kejanggalan,” ungkap Endika saat ditemui, Minggu (13/7/2025).
Endika juga menuturkan, selama bekerja di permukiman itu, tak pernah ada tindak kriminal.
“Enggak pernah (ada kejadian kriminal). Pastinya aman,” ujar Endika.
Hingga Endika meninggalkan pos satpam untuk berganti
shift
jaga dengan satpam lain pada Senin (7/7/2025) pukul 20.00 WIB, ia mengaku tak melihat sosok ADP kembali ke rumah indekos.
Pada saat bersamaan,
Kompas.com
sudah berusaha menghubungi S, penjaga kos yang terdeteksi kamera CCTV mondar-mandir di depan kamar ADP sesaat sebelum diplomat itu ditemukan tak bernyawa.
Namun, hingga berita ini tayang, S belum juga merespons.
Rumah indekos ADP sendiri terpantau dalam sepi, tak terlihat lalu lalang satu pun penghuni. Sementara, garis polisi masih melintang di depan kamar ADP.
Dalam rekaman CCTV pada Selasa (8/7/2025) pukul 00.27 WIB, penjaga kos terlihat mondar-mandir di depan kamar ADP.
Ia bertelanjang dada, mengenakan sarung kotak-kotak, dan menyampirkan pakaian putih di pundak kiri. Ia tampak berbicara di telepon menggunakan mode speaker.
Penjaga itu sempat berhenti dan menoleh ke arah kamar korban, lalu berjalan kembali.
Beberapa saat kemudian, ia kembali berdiri cukup lama di depan kamar, sekitar 22 detik, diduga masih berbicara lewat telepon.
Pukul 05.20 WIB, ia kembali terlihat melintas, kali ini mengenakan kemeja putih dan celana pendek sambil membawa sapu. Ia sempat mengintip ke arah jendela kamar ADP sebelum akhirnya berbalik arah.
Sebelumnya, komunikasi terakhir antara ADP dan istrinya terjadi pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Saat sang istri mencoba menghubungi kembali keesokan paginya pukul 05.00 WIB, ponsel ADP sudah tak aktif.
Karena tak ada kabar hingga pukul 08.00 WIB, istri ADP meminta penjaga kos memeriksa ke kamar suaminya.
Penjaga kos bersama satu orang lainnya lantas membuka paksa jendela kamar yang rupanya sudah dalam kondisi dicongkel.
Di dalam kamar, mereka menemukan ADP dalam keadaan tidak bernyawa, kepala terlilit lakban dan tubuhnya tertutup selimut.
Polisi menyatakan tak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun barang hilang dari lokasi.
Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan ada sidik jari ADP pada lakban, namun belum bisa dipastikan apakah ia memasangnya sendiri atau ada orang lain yang terlibat.
Diketahui, ADP adalah warga asal Sleman, DIY, lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), dan tinggal seorang diri di kamar kos. Sedangkan istrinya berada di Yogyakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/07/17/6878b8021e7fc.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/11/6870c53224d65.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)