kab/kota: Menteng

  • Ditemukan Serpihan Mika Lampu Mobil, Polisi Duga Pria Tewas di Tebet Korban Tabrak Lari

    Ditemukan Serpihan Mika Lampu Mobil, Polisi Duga Pria Tewas di Tebet Korban Tabrak Lari

    JAKARTA – Seorang pria berinisial AM (36) dengan kondisi mengenaskan, yang mana isi dalam kepalanya telah keluar. Korban diduga tabrak lari.

    Kapolsek Tebet, Kompol Murodih mengatakan terjadi Jalan Raya Casablanca, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan (Jaksel) pada Sabtu, 21 Desember, kemarin.

    “Sementara diduga korban tabrak lari,” kata Murodih saat dikonfirmasi, Minggu, 22 Desember

    Ia menjelaskan hal yang mendasarkan korban diduga tewas usai terlibat kecelakaan. Lantaran ditemukannya serpihan mika mobil di lokasi kejadian.

    “Ditemukan serpihan atau pecahan mika lampu depan mobil di lokasi kejadian,” ujarnya.

    Saat ini pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi dan CCTV di lokasi kejadian. Tujuannya untuk memastikan penyebab kematian korban.

    Sementara itu, Kanit Polsek Tebet, AKP Suwarno mengatakan untuk kasus ini ditangani Laka Lantas Polda Metro Jaya.

    “(Ditangani) Laka Lantas Polda Metro Jata,” tutupnya.

  • Tiga Hakim Terjerat Dugaan Suap Ronald Tannur Diadili Hari Ini

    Tiga Hakim Terjerat Dugaan Suap Ronald Tannur Diadili Hari Ini

    Surabaya (beritajatim.com) – Tiga hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya yang terjerat dugaan suap putusan bebas terpidana pembunuhan Ronald Tannur diadili hari ini, Senin (23/12/2024). Tiga hakim tersebut yakni Erintuah Damanik, Mangapul, dan Heru Hanindyo.

    Ketiga hakim itu disidang sebagai terdakwa kasus dugaan suap di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.

    “Sidang perdana Senin, 23 Desember 2024,” kata Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Zulkifli Atjo, saat dikonfirmasi.

    Sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat melimpahkan berkas perkara tiga Hakim Pengadilan Negeri Surabaya ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (16/12/2024).

    Berkas perkara milik ketiga hakim PN Surabaya yang kini telah resmi berstatus sebagai terdakwa itu yakni Erintuah Damanik, Heru Hanindyo, dan Mangapul.

    Mereka diketahui sebelumnya terlibat dalam kasus suap vonis bebas terpidana Gregorius Ronald Tannur di Pengadilan Negeri Surabaya yang ditangani Kejaksaan Agung.

    Lebih jauh Harli menerangkan, ketiga terdakwa telah didakwa oleh Jaksa dengan beberapa pasal dakwaan yakni Pasal 12 huruf c jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

    Selain dakwaan primer, ketiga Hakim itu juga didakwa dengan dakwaan subsider yakni Pasal 12 B Ayat (1) jo Pasal 18 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

    Jaksa juga mendakwa para terdakwa dengan dakwaan lebih-lebih subsider Pasal 6 ayat (2) Jo Pasal 18 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan dakwaan lebih-lebih subsider Pasal 5 ayat (2) jo Pasal 18 Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

    “Tim Jaksa Penuntut Umum selanjutnya akan menunggu jadwal pelaksanaan sidang yang akan ditetapkan oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap ketiga Terdakwa,” pungkasnya.

    Sebelumnya diketahui, penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan tiga hakim yang memvonis bebas Ronald Tannur di PN Surabaya sebagai tersangka. Ketiga hakim itu yakni Erintuah Damanik, Heru Hanindyo, dan Mangapul ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi berupa suap atau gratifikasi.

    Penyidik Pidsus Kejagung juga menangkap satu pengacara berinisial LR setelah ditetapkan sebagai tersangka.

    Kasus dugaan suap dan gratifikasi terungkap berawal ketika penyidik menemukan kecurigaan dalam putusan bebas Ronald Tannur dalam kasus pembunuhan terhadap kekasihnya, Dini Sera Afriyanti, oleh ketiga hakim tersebut.

    “Penyidik menemukan adanya indikasi yang kuat bahwa pembebasan atas terdakwa Ronald Tannur tersebut, diduga ED, AH, dan M menerima suap atau gratifikasi dari pengacara LR,” kata Direktur Penyidikan pada Jampidsus Abdul Qohar dalam keterangan di kantornya beberapa waktu lalu.

    Kemudian, penyidik melakukan penggeledahan pada enam lokasi, yaitu di rumah milik tersangka LR di kawasan Rungkut, Surabaya, apartemen milik tersangka LR di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, apartemen milik tersangka ED di Gunawangsa Surabaya, apartemen milik tersangka HH di Ketintang, Gayungan, Surabaya, dan rumah tersangka ED di Perumahan BSB Village Semarang.

    Dalam penggeledahan itu, penyidik Jampidsus menemukan dan menyita barang bukti berupa uang tunai bernilai miliaran rupiah dan beberapa barang bukti elektronik.Tiga hakim tersebut pun kemudian ditangkap di Surabaya, Jawa Timur.

    Usai dilakukan pemeriksaan, ketiga hakim PN Surabaya ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi berupa suap atau gratifikasi.

    Atas perbuatan para tersangka, hakim ED, M, dan HH selaku penerima suap dijerat dengan Pasal 5 Ayat 2 Juncto Pasal 6 Ayat 2 Juncto Pasal 12 huruf e Juncto Pasal 12B Juncto Pasal 18 UU Tipikor Juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. [uci/beq]

  • 1.888 Kebakaran Terjadi di Jakarta, Paling Sering di Jaksel

    1.888 Kebakaran Terjadi di Jakarta, Paling Sering di Jaksel

    loading…

    Sebanyak 1.888 kejadian kebakaran terjadi di Jakarta hingga saat ini. Foto/Ilustrasi/Dok SINDOnews

    JAKARTA – Sebanyak 1.888 kejadian kebakaran terjadi di Jakarta hingga saat ini. Paling sering terjadi di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel) sebagaimana data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan.

    Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan merinci 1.888 kejadian kebakaran di antaranya terjadi Jakarta Selatan (Jaksel) 491 kejadian, Jakarta Barat 465 kejadian, Jakarta Timur 427 kejadian, Jakarta Utara 268 kejadian, dan Jakarta Pusat 237 kejadian.

    Dia mengklaim frekuensi kebakaran sepanjang 2024 turun 12,8 persen dari 2023. “Frekuensi kebakaran perbandingan tahun 2023 dan 2024 terjadi penurunan sebesar 12,8%. Total penurunan 12,8%,” kata Satriadi saat dikonfirmasi, Senin (23/12/2024).

    “Kebakaran didominasi akibat korsleting listrik sebanyak 1.148 atau meningkat 0,5% dari tahun 2023, 1.142 kejadian,” tambahnya.

    Selanjutnya kebakaran akibat tabung gas 193 kejadian, membakar sampah 180 kejadian, puntung rokok 98 kejadian, dan lainnya 264 kejadian.

    Sekedar informasi, kebakaran hebat sempat melanda wilayah permukiman padat penduduk di Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu sebanyak ratusan rumah ludes terbakar dan ribuan jiwa mengungsi. Terbaru, kebakaran 15 rumah di permukiman padat penduduk Jalan Anyer, Menteng, Jakarta Pusat terjadi pada Jumat (20/12/2024).

    (rca)

  • Banyak Serpihan Mobil saat Jenazah Mengenaskan Ditemukan di Jaksel

    Banyak Serpihan Mobil saat Jenazah Mengenaskan Ditemukan di Jaksel

    Jakarta

    Seorang pria ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di trotoar di depan TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan (Jaksel). Warga mengatakan melihat banyak serpihan mobil di sekitar TKP.

    Salah seorang warga, Aan (30) mengatakan, melihat sejumlah serpihan mobil seperti kaca lampu yang terbuat dari bahan mika. Serpihan itu tersebar di sekitar jasad pria.

    “Ada serpihan kaca mobil, ya banyak di sekitar sini, sampe ke jalan. Pecahannya warna hitem, ada juga pecahan kaca lampu gitu mika,” kata Aan di Jalan Raya Casablanca, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (22/12/2024).

    Aan mengaku tak melihat adanya kendaraan di sekitar TKP. Dia juga tak melihat pria yang tewas tersebut mengenakan helm.

    “Jadi kaya nabrak gitu orang, kecelakaan, tapi nggak ada kendaraannya. Nggak ada kendaraannya, cuma orangnya aja. Nggak ada (helm),” ucapnya.

    Aan juga menduga sebuah tiang bollard di trotoar yang patah disebabkan oleh kejadian itu. Karena, sebelumnya tiang bollard itu masih utuh.

    Lebih jauh Aan mengaku tidak mengetahui penyebab dari tewasnya pria tersebut. “Engga tahu,” ucapnya.

    Sebelumnya diberitakan, Polisi masih menyelidiki kasus pria berinisial AM (36) yang ditemukan tewas tergeletak dengan kondisi kepala hancur di trotoar dekat TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan. Diduga AM tewas setelah menjadi korban tabrak lari sebuah mobil.

    Dari hasil penyelidikan sementara, diduga korban meninggal lantaran terlibat kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut selaras dengan temuan serpihan mika lampu mobil di lokasi kejadian.

    “Korban sudah dalam keadaan meninggal dunia. Diduga korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas karena ditemukan serpihan atau pecahan mika lampu depan mobil di lokasi kejadian,” ujarnya.

    Murodih menyebut pihak kepolisian akan membongkar rekaman CCTV di sekitar lokasi untuk mencari tahu pasti penyebab kematian korban. Saat ini pihak kepolisian masih melakukan serangkaian pendalaman.

    “Terdapat CCTV di JPO dekat lokasi kejadian, namun belum diketahui pemilik atau pengelola CCTV tersebut. Kasus dalam proses penyelidikan,” imbuhnya.

    (aik/aik)

  • Seniman Yos Suprapto Bantah Lukisannya Sasar Makian ke Tokoh Tertentu

    Seniman Yos Suprapto Bantah Lukisannya Sasar Makian ke Tokoh Tertentu

    Bisnis.com, JAKARTA — Seniman Yos Suprapto membantah karya-karya lukisannya yang gagal dipamerkan di Galeri Nasional bertujuan untuk memaki-maki seseorang. 

    Menurut dia, karya lukisannya itu menyiratkan bahwa kekuasaan tidak bisa dipisahkan dari kedaulatan pangan. Begitupun dengan kedaulatan pangan yang tidak bisa dipisahkan dari kebijakan penguasa.

    Adapun, hal tersebut disampaikan langsung olehnya dalam konferensi pers di Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu (21/12/2024).

    “Yang dikatakan bahwa saya maki-maki. Itu maki-makinya seperti apa? Nah lukisan yang saya gambarkan itu adalah memang menyatakan seperti penguasa, raja Jawa, yang kakinya bertumpu di atas punggung rakyat kecil,” ujarnya.

    Dilanjutkan Yos, dia beranggapan bahwa lukisan yang dibuatnya itu berupa fakta objektif yang dirinya rangkum untuk menggambarkan kondisi sosial dan budaya di Indonesia saat ini.

    “Apakah itu bukan simbol, menyindir, marah? Tidak. Itu adalah fakta objektif yang saya rangkum untuk menggambarkan kondisi sosial dan budaya di negara saat ini,” jelas Yos.

    Yos mengklaim hari ini dirinya adalah anggota masyarakat yang merupakan seniman dan saksi sejarah, sehingga dalam menyampaikan kesaksiannya itu bisa dia sampaikan dalam bentuk karya seni.

    “Saya bisa menyaksikan kesaksian saya tadi dalam bentuk karya seni. Jadi itu karya seni. Bukan ungkapan politik,” tutur dia.

    Dengan demikian, Yos memandang jika Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan karyanya tersebut dianggap sebagai ungkapan politik, artinya dia tidak paham dengan bahasa seni atau bahasa budaya.

    “Kalau Fadli Zon mengatakan bahwa itu ungkapan politik yang tendensius, berarti dia tidak paham dengan bahasa seni atau bahasa budaya. Lebih baik dia tidak perlu harus jadi Menteri Kebudayaan,” terangnya.

    Yos turut mengemukakan bahwa sebenarnya Fadli Zon tidak pernah melihat karya lukisannya itu secara sendiri atau pribadi. 

    Kata Yos, Fadli Zon hanya menerima laporan saja, sehingga juga tidak pernah berdialog dengan dirinya.

    Pernyataan Menteri Kebudayaan soal pameran Yos Suprapto

    Sebelumnya, Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menanggapi soal kontroversi pameran Yos Suprapto yang mulanya akan dibuka di Galeri Nasional pada 19 Desember kemarin.

    Fadli Zon mengemukakan biasanya dalam pameran itu selalu ada kurator dan kesepakatan tema tertentu. Namun, dia mengklaim mendapat kabar ada sejumlah lukisan yang dipasang sendiri oleh Yos.

    “Lukisan-lukisan itu tidak ada kaitannya dengan soal kedaulatan pangan, bahkan agak vulgar. Misalnya ada satu lukisan, ya saya juga menerima gambarnya, itu orang yang sedang telanjang, bersenggama, dan memakai topi yang punya ciri budaya tertentu, seperti topi raja Mataram, atau raja jawa dan sebagainya. Itu kan bisa menyinggung orang lain,” jelasnya di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, pada Jumat (20/12/2024).

    Menurut dia, ada kemungkinan juga kuratornya tidak sepakat karena hal yang dia jelaskan tadi. Atau, lanjut dia, mungkin juga ada motif-motif politik, sehingga kuratornya mengundurkan diri.

    “Nah itu saya kira kuratornya makanya tidak sepakat dengan itu. Dan juga mungkin ada motif-motif politik yang lain, akhirnya kuratornya mundur. Karena kuratornya mengundurkan diri, ya tidak mungkin ada pameran tanpa ada kurator. Jadi tentu nanti kita lihat,” tutupnya.

  • Pria di Jaksel Ditemukan Tewas Mengenaskan, Diduga Korban Tabrak Lari – Page 3

    Pria di Jaksel Ditemukan Tewas Mengenaskan, Diduga Korban Tabrak Lari – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Seorang pria ditemukan tergeletak tidak bernyawa dalam kondisi mengenaskan di trotoar kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024) pagi tadi. Korban diduga menjadi korban tabrak lari.

    Dalam video yang diunggah akun Instagram @merekamjakarta terlihat korban dalam kondisi tersungkur dengan bagian kepala ditutupi pakaian.

    Di lokasi tersebut juga telah dipasangi garis kepolisian, sementara warga sekitar yang melihat korban hanya dapat memperhatikan dari jauh.

    Kapolsek Tebet, Kompol Murodih, menyebut korban pada saat ditemukan pertama kali oleh seorang petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dalam kondisi mengenaskan di Jalan Raya Casablanca, tepatnya di depan pintu masuk TPU Menteng Pulo, Tebet Kompol, Jaksel.

    “Saksi pertama melihat adanya seseorang yang sudah tergeletak dengan isi kepala yang sudah keluar, di depan pintu masuk TPU Menteng Pulo,” ujar Murodih dalam keterangannya, Sabtu (21/12/2024).

    Setelah mendapat laporan penemuan mayat tersebut, polisi langsung mengecek lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan ditemukan adanya serpihan kaca mika lampu mobil.

    “Diduga korban meninggal dunia akibat laka lantas karena ditemukan serpihan pecahan mika lampu mobil di lokasi kejadian,” kata Murodih.

    Saat ini korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) guna dilakukan visum. Sementara itu kasus ini tengah ditangani oleh Unit Laka Lantas Polda Metro Jaya.

     

    Reporter: Rahmat Baihaqi

    Sumber: Merdeka.com

    Penemuan mayat seorang pria dengan kondisi tangan terikat rantai di aliran sungai Musi, Palembang, menggemparkan warga. Jenazahnya dievakuasi ke RS Bhayangkara Palembang untuk pemeriksaan forensik.

  • Yos Suprapto Pertimbangkan Jalur Hukum untuk Akses Karya di Galeri Nasional
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 Desember 2024

    Yos Suprapto Pertimbangkan Jalur Hukum untuk Akses Karya di Galeri Nasional Megapolitan 21 Desember 2024

    Yos Suprapto Pertimbangkan Jalur Hukum untuk Akses Karya di Galeri Nasional
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Seniman
    Yos Suprapto
    berencana menempuh jalur hukum untuk mendapatkan akses ke ruang pameran di Galeri Nasional Indonesia, tempat karya-karyanya saat ini tersimpan.
    Ia mengaku tidak bisa masuk ke ruang pameran sejak Kamis (19/12/2024) malam.
    “Kalau seandainya masyarakat luas tidak bisa mengakses ke pameran saya, dan tetap terkunci seperti ini, bahkan saya seorang senimannya saja tidak bisa masuk,” kata Yos saat konferensi pers di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (21/12/2024).
    “Untuk itu lebih baik saya akan menggunakan pendekatan hukum untuk mendapatkan kunci membuka pintu itu,” lanjut dia.
    Sebelum menempuh langkah hukum, Yos menyatakan akan lebih dulu berdialog dengan pihak Galeri Nasional dan Museum Cagar Budaya untuk membahas kelanjutan pamerannya.
    Namun, jika karyanya tetap disensor, ia lebih memilih membatalkan pameran dan membawa pulang lukisannya ke Yogyakarta.
    “Kalau ini tetap tidak bisa diakses oleh masyarakat luas, dan tetap dikunci dengan alasan apa pun juga, dan karya-karya saya tetap di dalam
    censorship
    , lebih baik tidak perlu harus ada pameran,” ujarnya.
    Yos mengungkapkan kekecewaannya karena pameran yang seharusnya dibuka untuk publik sejak Kamis malam justru terkunci. Bahkan tamu undangan yang hadir tidak dapat menyaksikan karyanya.
    “Orang saya seorang senimannya saja, masuk ke dalam ruang di mana saya menaruh karya-karya saya, itu saya tidak bisa. Ini sejak tanggal 19 Desember malam hari, bukan tanggal 20 ya,” tegasnya.
    Ketua Tim Museum dan Galeri Indonesian Heritage Agency (IHA), Zamrud Setya Negara, menjelaskan bahwa pameran ditunda hingga Yos dan kurator pameran, Suwarno, dapat mencapai kesepakatan.
    “Menunda (pameran) dengan syarat silakan dibenahi dulu komunikasi dengan kurator,” kata Zamrud pada Jumat (20/12/2024).
    Zamrud menegaskan, setiap pameran di Galeri Nasional harus melibatkan kurator yang memiliki otoritas penuh dalam menentukan karya yang ditampilkan.
    Dalam kasus ini, terjadi perbedaan pendapat antara Yos dan Suwarno.
    “Kurator dalam proses kerja profesionalnya pasti punya ruang yang tidak bisa diintervensi. Namanya, profesionalisme,” ujarnya.
    Galeri Nasional menyatakan tidak memberikan arahan kepada Suwarno terkait lukisan mana saja yang layak dipamerkan, menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada kurator sesuai dengan profesionalisme mereka.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mayat di Depan TPU Menteng Pulo Diduga Korban Kecelakaan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 Desember 2024

    Mayat di Depan TPU Menteng Pulo Diduga Korban Kecelakaan Megapolitan 21 Desember 2024

    Mayat di Depan TPU Menteng Pulo Diduga Korban Kecelakaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kapolsek Tebet Kompol Murodih mengatakan,
    mayat di depan TPU Menteng Pulo
    , Tebet, Jakarta Selatan diduga korban kecelakaan lalu lintas. Saat pertama kali ditemukan, jasad korban bersimbah darah dan terdapat luka terbuka di bagian kepalanya.
    Hal itu diketahui setelah polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). 
    “Diduga korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, karena ditemukan serpihan atau pecahan mika lampu depan mobil di lokasi kejadian,” ujar Murodih dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/12/2024).
    Untuk memastikannya, polisi akan mengecek rekaman
    closed circuit television
    (CCTV) yang berada di sekitar lokasi.
    “Terdapat CCTV di JPO dekat lokasi kejadian, namun belum diketahui pemilik atau pengelola CCTV tersebut (dalam proses penyelidikan),” kata Murodih.
    Saat ini, kasus penemuan mayat di depan TPU Menteng Pulo ditangani oleh Unit Laka Lantas Polda Metro Jaya.
    Sementara jasad korban telah dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat untuk divisum.
    Sebelumnya, sesosok mayat ditemukan di depan TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024) pukul 05.39 WIB.
    Mayat itu pertama kali ditemukan oleh petugas PPSU bernama Muhammad Firdaus (44) saat sedang menyapu jalan.
    Saat ditemukan, mayat itu bersimbah darah dan terluka di bagian kepalanya.
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, mayat itu berinisial AM (36), berjenis kelamin laki-laki, warga Sawah Baru, Laladon, Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dia berprofesi sebagai buruh harian lepas.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mayat di Depan TPU Menteng Pulo Diduga Korban Kecelakaan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 Desember 2024

    Mayat di Depan TPU Menteng Pulo Terluka di Bagian Kepalanya Megapolitan 21 Desember 2024

    Mayat di Depan TPU Menteng Pulo Terluka di Bagian Kepalanya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Mayat laki-laki yang ditemukan di depan TPU Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024) pagi, mengalami luka di bagian kepalanya.
    “Korban mengalami luka di bagian Kepala (tempurung kepala pecah),” ujar Kapolsek Tebet Kompol Murodih dalam keterangan tertulisnya.
    Jasad pria itu pertama kali ditemukan oleh petugas PPSU bernama Muhammad Firdaus (44). Saat itu dia tengah menyapu area trotoar di depan TPU Menteng Pulo dan menemukan mayat bersimbah darah tersebut.
    “Saksi sedang menyapu Jalan Raya Casablanca, Kemudian Saksi 1 melihat adanya seseorang yang sudah tergeletak dengan isi kepala yang sudah keluar dari dalam kepala di depan pintu masuk TPU Menteng,” kata Murodih.
    Setelah melihat hal itu, dia memberi tahu ke temannya yang bernama Aulia Sabilil Anwar. Selanjutnya, keduanya melaporkan temuan jasad pria itu ke Polsek Tebet.
    “Akp Sudarsono (Wakapolsek Tebet) melakukan cek TKP, dan didapatkan korban sudah dalam keadaan meninggal dunia, diduga korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas karena ditemukan serpihan atau pecahan mika lampu mobil di lokasi kejadian,” ucap dia.
    Kemudian, polisi langsung menyita sejumlah barang yang berada di sekitar lokasi, seperti tas hitam dan dompet yang berisi data diri korban.
    Berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang ditemukan, korban berinisial AM (36), yang merupakan warga Sawah Baru, Laladon, Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Korban berprofesi sebagai buruh harian lepas.
    Selanjutnya, korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.
    Polisi juga sudah menyita beberapa rekaman CCTV yang berada di sekitar lokasi untuk mengetahui secara pasti penyebab AM tewas.
    “Saat ini masih dalam proses penyelidikan dan ditangani oleh Laka Lantas Polda Metro Jaya,” ujar Murodih.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tanggapi Tuduhan Lukisan Vulgar, Yos Suprapto: Telanjang dalam Seni adalah Simbol Kejujuran
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 Desember 2024

    Tanggapi Tuduhan Lukisan Vulgar, Yos Suprapto: Telanjang dalam Seni adalah Simbol Kejujuran Megapolitan 21 Desember 2024

    Tanggapi Tuduhan Lukisan Vulgar, Yos Suprapto: Telanjang dalam Seni adalah Simbol Kejujuran
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Seniman
    Yos Suprapto
    menanggapi tuduhan terkait unsur vulgar pada lukisannya yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia. Ia menegaskan bahwa ketelanjangan dalam seni rupa adalah simbol kejujuran dan kepolosan, bukan kemesuman.
    “Di dalam bahasa seni rupa, telanjang itu adalah simbol dari kejujuran, simbol dari kepolosan. Karena, kita lahir itu polos, enggak pakai baju, enggak pakai apa-apa,” ujar Yos saat konferensi pers di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (21/12/2024).
    Menurut Yos, jika ada pihak yang menganggap ketelanjangan dalam karyanya vulgar, hal itu mencerminkan pola pikir yang sempit.
    “Nah, kalau itu dianggap sebuah kemesuman, berarti otak orang yang mengatakan bahwa itu mesum berpikirannya sebatas itu,” tambahnya.
    Yos juga menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menilai lukisannya tidak pantas, padahal Fadli disebut belum pernah melihat langsung karya tersebut.
    “Amat sangat disayangkan kalau seorang menteri mendapat laporan subjektif bahwa lukisan ini mesum, meskipun dia belum pernah melihat sendiri karyanya,” kata Yos.
    Dia kemudian menjelaskan makna dua lukisan yang menjadi sorotan. Pada karya berjudul “Konoha 1”, ia menggambarkan “Raja Jawa” duduk di atas bahu rakyat sebagai simbol beban pajak yang ditanggung oleh rakyat.
    “Penguasa itu enggak akan ada kalau tidak hidup di atas pajak rakyatnya. Itu simbol,” jelasnya.
    Sementara itu, pada karya “Konoha 2”, Yos menggambarkan manusia biru yang saling menjilat dengan objek telanjang sebagai simbol kepolosan.
    “Itu dikatakan kemesuman bagi mereka, padahal itu simbol kepolosan,” ujarnya.
    Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa tidak ada pembungkaman atau pemberedelan terhadap
    Pameran Tunggal Yos Suprapto
    bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan”.
    “Tidak ada pembungkaman, tidak ada beredel. Kita mendukung kebebasan ekspresi,” ujar Fadli saat ditemui media di Jakarta, Jumat (20/12/2024) malam.
    Fadli menjelaskan, penundaan pameran dilakukan karena ketidaksesuaian tema dengan beberapa lukisan yang dipamerkan.
    “Beberapa lukisan itu, menurut kurator, tidak tepat dengan tema. Ada motif politik, bahkan mungkin makian, dan ketelanjangan dengan atribut budaya tertentu yang tidak pantas,” katanya.
    Fadli juga menyoroti penggambaran obyek bertopi Raja Jawa atau Raja Mataram yang dianggap dapat memicu ketersinggungan SARA.
    Pameran yang dijadwalkan berlangsung hingga 19 Januari 2025 itu ditunda oleh pihak Galeri Nasional Indonesia sehari setelah pembukaannya pada 19 Desember 2024.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.