Menag: Persiapan Pelayanan Haji di Arab Saudi Insyaallah Sudah Final
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Agama (Menag)
Nasaruddin Umar
menyampaikan bahwa persiapan pelayanan bagi jemaah haji Indonesia di
Arab Saudi
sudah hampir selesai.
Hal ini disampaikan Nasaruddin dalam
Rapat Kerja Nasional
Penyelenggaraan Ibadah Haji 2025 bersama Badan Penyelenggara Haji (BPH) yang digelar di UPT Asrama Haji Embarkasi Bekasi, Kota Bekasi, Rabu (23/4/2025) malam.
“Persiapan
pelayanan haji
di Arab Saudi pun juga alhamdulillah. Persiapan akomodasi telah selesai, konsumsi, dan juga transportasi, Insya Allah sudah dianggap sebagai final,” ujar Nasaruddin dalam Rakornas Haji, Rabu malam.
Nasaruddin menuturkan, persiapan secara teknis masih membutuhkan penyempurnaan akhir agar nantinya segalanya siap memberikan layanan untuk para jemaah haji.
“Masih akan dilakukan macam-macam pemulusan-pemulusan sehingga betul-betul nanti para pelaksana yang datang di tempat itu juga sudah tahu by name, by address,” imbuhnya.
Berkait hotel penginapan untuk jemaah, Nasaruddin menuturkan, seluruh hotel di Mekkah dan Madinah telah dikontrak.
“Seluruh hotel di Mekah dan Madinah telah dikontrak. Terdapat 205 hotel di Mekah dan 95 hotel di Madinah,” paparnya.
Hotel Mekkah berada di wilayah Shishah, Rautah, Jarwal, dan Misfalah.
Sementara Hotel Madinah seluruhnya berada di wilayah Markaziah.
Layanan konsumsi di Mekkah akan dilakukan oleh 55 perusahaan, sedangkan layanan konsumsi di Madinah dilakukan oleh 21 perusahaan.
“Layanan transportasi di Arab Saudi akan dilayani oleh 12 perusahaan bus antarkota, perhajian, dan empat perusahaan bus selawat,” ucapnya.
Menag memastikan, layanan transportasi bagi para jemaah haji telah melalui proses seleksi yang ketat.
Kemenag juga menggandeng delapan perusahaan atau syarikat untuk melayani seluruh kebutuhan jemaah selama berada di Arab Saudi.
“Ini perkembangan karena kita sekarang ini menggunakan delapan syarikat, sebelum-sebelumnya itu tunggal,” imbuhnya.
Nasaruddin berharap, semua ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan mulus agar para jemaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Mekah
-

Menag Sebut Jamaah Haji Indonesia Paling Tertib di Dunia
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan bahwa jamaah haji Indonesia menjadi contoh ketertiban bagi jamaah dari seluruh dunia.
“Setiap tahun kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah Arab Saudi, seperlima jamaah haji di dunia adalah dari Indonesia, terbesar di dunia, tetapi tingkat pelanggaran yang paling sedikit dari jamaah haji adalah Indonesia,” ujarnya dalam acara Bimbingan Manasik Haji Nasional yang digelar di Asrama Haji, Jakarta, pada Sabtu.
Ia mengungkapkan pengalamannya saat berkunjung ke penjara-penjara di Arab Saudi sebagai bagian dari tim ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), di mana ia jarang bahkan belum pernah menemukan warga Indonesia yang terlibat tindak kriminal di Tanah Suci.
“Jadi, suatu waktu kami keliling, saya cari orang Indonesia di penjara-penjara di Arab Saudi, saya tidak temukan orang Indonesia, padahal warga negara asing yang paling padat di Mekah adalah dari Indonesia, tetapi yang paling sedikit masuk penjara adalah orang Indonesia, berarti tingkat pelanggaran pidana, pelanggaran sosial di sana itu, Indonesia paling kecil,” jelas Nasaruddin.
Ia menambahkan bahwa banyak negara, termasuk negara-negara Afrika, kini menjadikan Indonesia sebagai rujukan dalam pengelolaan haji.
“Mereka datang ke Indonesia dan belajar bagaimana pengelolaan ibadah haji, kok bisa tertib seperti itu, saya kira ini adalah kesadaran universal, karena budaya Indonesia ini adalah budaya maritim yang berbeda dengan budaya continental (kepulauan), budaya continental negara daratan itu stratifikasi dan struktur sosialnya bertingkat-tingkat,” ucapnya.
-
/data/photo/2025/04/03/67ee093d6c905.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Respons Baznas untuk Gempa Myanmar: Panggilan Kemanusiaan Menjelang Gema Takbir
Respons Baznas untuk Gempa Myanmar: Panggilan Kemanusiaan Menjelang Gema Takbir
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Di malam yang hening menjelang akhir Ramadhan, Jakarta dipenuhi suasana hikmat dalam menyambut Idul Fitri.
Hampir di setiap rumah, keluarga berkumpul, berbincang, dan menyiapkan hidangan khas Lebaran.
Namun, di tengah kegembiraan itu, sejumlah personel Badan Amil Zakat Nasional (
Baznas
)
Tanggap Bencana
(BTB) harus meninggalkan Tanah Air untuk memenuhi panggilan
kemanusiaan
.
Saat dunia bersiap merayakan hari kemenangan, berita memilukan datang dari Myanmar.
Pada Jumat (28/3/2025), gempa besar mengguncang negeri itu. Bencana ini menimbulkan kerusakan luar biasa dan membuat ratusan ribu orang terjebak dalam penderitaan.
Bagi Tim
Kemanusiaan
Baznas RI, membantu para penyintas adalah tugas mulia yang tak bisa ditunda.
Meski mereka tengah berlibur bersama keluarga untuk merayakan Idul Fitri, ada panggilan kemanusiaan yang harus dijalankan.
Saat gema takbir berkumandang, mereka bersiap melakukan perjalanan ke Myanmar, negeri yang dahulu bernama Burma. Keberangkatan ini tidaklah mudah.
Momen hari raya yang seharusnya penuh kebahagiaan bersama keluarga harus rela ditinggalkan.
“Di tengah kegembiraan dan hiruk-pikuk persiapan Lebaran, kami memilih menanggalkan pakaian terbaik dan berganti mengenakan seragam, bersiaga untuk membantu korban bencana,” ujar Kepala Biro Urusan Rumah Tangga (URT) dan Protokol Baznas RI, Tito Kurniawan, dalam siaran persnya, Kamis (3/4/2025).
Pada Minggu (30/3/2025), ia mendapat tugas pertama untuk berangkat bersama Tim Aju Satuan Tugas (Satgas) Kemanusiaan Pemerintah RI yang dikoordinasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pada Senin (1/4/2025), lima anggota tim SAR dari BTB diterbangkan ke Myanmar. Mereka adalah Taufiq Hidayat (koordinator), Ade Hilman, Marwan, Sandi Setia Mihardja, dan Heru Jatmiko.
Di dalam pesawat menuju Naypyidaw, ibu kota Myanmar, perasaan mereka bercampur aduk.
Ada keharuan karena harus meninggalkan keluarga di momen yang seharusnya menjadi waktu berkumpul. Namun, ada pula kebanggaan karena bisa berkontribusi dalam membantu sesama.
“Ini adalah panggilan kemanusiaan, dan kami harus menjalankannya dengan sepenuh hati,” ujar Tito, sambil menatap ke luar jendela pesawat seolah mencoba menenangkan dirinya.
Rombongan Baznas berangkat bersama BNPB dan Satgas Kemanusiaan Pemerintah RI dalam misi yang penuh tantangan.
Mereka sadar, meskipun tidak berada di rumah saat Lebaran, ada banyak keluarga di Myanmar yang lebih membutuhkan bantuan.
Pada keberangkatan pertama, pesawat transit di Aceh. Bagi tim Baznas, momen ini menjadi kesempatan untuk mengoptimalkan konsolidasi dan mempersiapkan mental sebelum melanjutkan penerbangan ke Naypyidaw.
Bumi Serambi Mekah, yang pernah dilanda gempa dan tsunami pada 2004, menjadi saksi bahwa bencana adalah kenyataan yang harus dihadapi dengan ketabahan dan
solidaritas
.
Di Aceh, tim beristirahat sejenak, melanjutkan koordinasi dengan rekan-rekan Satgas dan BNPB, serta memastikan bantuan logistik yang akan dibawa telah siap.
Meskipun transit hanya sementara, rasa tanggung jawab tetap menguat. Ada sesuatu yang lebih besar daripada sekadar perjalanan fisik yang mereka tempuh.
“Ini adalah perjalanan hati, sebuah pengabdian yang melampaui batas waktu dan tempat,” ujar Wakil Ketua BTB, Taufiq Hidayat, yang berangkat pada penerbangan berikutnya.
Ia menegaskan bahwa momen tersebut mengajarkan tentang arti kesabaran dan pengorbanan.
“Lebaran bukan hanya tentang berkumpul dengan keluarga, tetapi juga tentang berbagi dan peduli terhadap mereka yang membutuhkan,” tambah Taufiq.
Akhirnya, setelah perjalanan panjang, pesawat yang membawa tim Baznas mendarat di Naypyidaw. Kota yang dulu ramai dengan aktivitas, kini berubah menjadi wilayah yang penuh lara.
“Gempa yang terjadi telah menghancurkan banyak bangunan, meluluhlantakkan kehidupan mereka, dan meninggalkan puing-puing yang mengingatkan kita betapa rapuhnya kehidupan ini,” ucap Taufiq.
Sesampainya di lokasi, tim Baznas langsung bergerak cepat. Mereka berkoordinasi, menyusun strategi penyaluran bantuan, serta menyiapkan makanan, pakaian, obat-obatan, dan perlengkapan darurat bagi para penyintas.
Para korban, yang sebagian besar kehilangan rumah mereka, menyambut kedatangan bantuan dengan haru.
“Ada yang mengucapkan terima kasih, ada yang menangis, dan ada pula yang hanya bisa diam menatap tim dengan mata penuh rasa syukur,” ucap Taufiq.
Tim Kemanusiaan Baznas, yang biasanya menghabiskan malam Lebaran bersama keluarga, merasa terharu melihat para ibu memeluk erat anak-anak mereka yang terluka.
“Kami datang untuk membantu. Meski kami tidak bersama keluarga malam ini, kami tahu tempat kami seharusnya berada di sini,” kata Taufiq dengan suara lirih.
Di antara jutaan suara takbir yang menggema di Indonesia, doa juga mengalir bagi mereka yang bekerja keras di Naypyidaw dan berbagai wilayah terdampak lainnya di Myanmar.
Takbir yang berkumandang di Tanah Air menjadi simbol bahwa meski jauh dari rumah, semangat kebersamaan dan kepedulian tetap menyatukan mereka.
Hari Raya Idul Fitri datang dan pergi, tetapi bagi Tim Kemanusiaan Baznas RI, perjalanan mereka ke Myanmar adalah salah satu ibadah yang mulia.
Mereka tidak hanya menjalankan kewajiban kemanusiaan, tetapi juga memberikan contoh bagaimana manusia seharusnya memaknai kebersamaan, baik dalam momen bahagia maupun dalam masa-masa sulit.
Setelah beberapa hari bekerja di lokasi bencana, tim Baznas mengoptimalkan misinya dengan mengirimkan tambahan tim dan donasi medis. Mereka akan kembali ke Indonesia dengan nuansa yang berbeda.
“Meski tidak bersama keluarga saat Lebaran, kami merasa telah merayakan kemenangan yang lebih besar, yaitu kemenangan hati yang telah berbagi dengan sesama,” ujar Taufiq.
Perjalanan tersebut mengajarkan banyak hal tentang arti pengorbanan.
Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
khayrunnas anfa’uhum li al-nas
(sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya).
Semoga semangat dan misi kemanusiaan Baznas dapat menjadi inspirasi bagi dunia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Pemimpin Tarekat Ana Loloa Ditangkap, Ajarkan 11 Rukun Iman dan Beli Tiket Surga
PIKIRAN RAKYAT – Kasus kontroversial yang melibatkan sebuah kelompok tarekat di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, telah mencapai titik terang.
Pihak kepolisian telah menangkap pimpinan Tarekat Ana Loloa, yang diduga mengajarkan ajaran menyimpang dan melakukan praktik penipuan dengan menjual “tiket surga”.
“Ada lima orang di tangkap dan sudah ditahan salah satu di antaranya pimpinannya, Petta Bau,” kata Kepala Satuan Reskrim Polres Maros Inspektur Satu (Iptu) Aditya Pandu dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.
Kasus ini telah menimbulkan keresahan di masyarakat dan memicu perdebatan tentang batasan kebebasan beragama.
Ajaran Menyimpang dan Penjualan “Tiket Surga”
Menurut laporan yang beredar, Tarekat Ana Loloa mengajarkan ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam yang umum. Beberapa ajaran yang dianggap menyimpang antara lain:
– Kelompok ini diduga mengajarkan 11 rukun iman, padahal dalam ajaran Islam yang umum, rukun iman hanya ada 6.
– Pimpinan tarekat diduga menjual “tiket surga” kepada para pengikutnya, dengan iming-iming jaminan masuk surga setelah kematian.
– Ajaran ini juga mengajarkan bahwa ibadah haji ke Mekah tidak sah, kecuali dilakukan di Gunung Bawakaraeng.
– Para pengikut juga dilarang membangun rumah dan diminta menggunakan harta bendanya untuk membeli pusaka sebagai bekal di akhirat.
“Pengikutnya itu wajib beli pusaka, itu syaratnya karena akan dipakai selama di akhirat nanti. Naik haji katanya tidak sah di Tanah Suci Mekah, kecuali di tanah Gunung Bawakaraeng,” tutur Aditya
“Alasannya, mau kiamat dan uang mereka untuk dibeli pusaka sebagai bekal di akhirat,” sambungnya.
Praktik-praktik ini telah menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Maros, yang telah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Tarekat Anna Loa adalah sesat.
“Awalnya ini dari keresahan masyarakat sekitar terkait aktivitas penyebaran Tarekat Ana Loloa. Setelah ramai diperbincangkan, MUI kemudian mengeluarkan fatwa menyatakan Tarekat Ana Loloa adalah aliran sesat,” papar Aditya.
Penangkapan Pimpinan dan Proses Hukum
Setelah mendapatkan laporan dari masyarakat dan melakukan penyelidikan, pihak kepolisian akhirnya menangkap pimpinan Tarekat Ana Loloa.
Penangkapan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran ajaran yang lebih luas dan melindungi masyarakat dari praktik penipuan.
Proses hukum terhadap pimpinan Tarekat Ana Loloa sedang berlangsung. Pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap seluruh praktik yang dilakukan oleh kelompok ini dan menentukan hukuman yang sesuai.
Kasus Tarekat Ana Loloa ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu waspada terhadap potensi munculnya kelompok-kelompok yang menyimpang.
Dengan meningkatkan pemahaman agama dan bersikap kritis, kita dapat melindungi diri dan orang-orang terdekat dari pengaruh negatif.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
-

Ajarkan Rukun Islam Ada 11, Pimpinan Tarekat Ana Loloa Sulsel Ditangkap
GELORA.CO – Polres Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengamankan seorang perempuan bernama Petta Bau (59), selaku pimpinan dan pendiri Pangissengang (ilmu) Tarekat Ana Loloa, yang diduga mengajarkan aliran sesat kepada masyarakat setempat.
“Ada lima orang ditangkap dan sudah ditahan salah satu di antaranya pimpinannya, Petta Bau,” kata Kepala Satuan Reskrim (Kasat Reskrim) Polres Maros Inspektur Satu (Iptu) Aditya Pandu saat dikonfirmasi wartawan, di Sulawesi Selatan, Selasa (1/4/2025).
Kelima orang tersebut kini sedang menjalani pemeriksaan intensif dan masih dilakukan pendalaman berkaitan ajaran diduga sesat yang diajarkan kepada masyarakat di Maros.
Pengungkapan kasus ini berdasarkan laporan masyarakat bahwa ilmu yang diajarkan menyimpang dari ajaran Islam dan adanya fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Maros.
“Awalnya ini dari keresahan masyarakat sekitar terkait aktivitas penyebaran Tarekat Ana Loloa. Setelah ramai diperbincangkan, MUI kemudian mengeluarkan fatwa menyatakan Tarekat Ana Loloa adalah aliran sesat,” paparnya.
Setelah sebelumnya mendapat respons penolakan dari masyarakat beserta MUI Maros, Petta Bau bersama pengikutnya sempat keluar kota selama beberapa bulan, namun belakangan kembali ke Maros dan menempati tempat lamanya.
“Yang bersangkutan merupakan pendiri dari Tarekat Ana Loloa itu dan empat orang lainnya dijemput anggota pada salah satu rumah milik warga setempat Sabtu lalu. Barang bukti berupa senjata tajam jenis keris dan aksesorisnya yang disebut pusaka, sudah diamankan,” kata Aditya.
Dari hasil interogasi, aliran Tarekat Ana Loloa ini diduga mengajarkan ajaran sesat dengan menambahkan Rukun Islam menjadi 11, padahal Rukun Islam hanya lima sesuai ajaran Nabi Besar Muhammad SAW. Dan bagi pengikutnya wajib membeli benda pusaka sebagai syarat masuk surga.
Hal serupa sebelumnya telah disampaikan Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bonto-bonto Marzuki bahwa ada beberapa ajaran yang disampaikan aliran itu, yang menyimpang dari ajaran Islam seperti Rukun Islam ada 11 serta harus membeli benda pusakanya sebagai modal masuk surga.
Selain itu, para pengikut aliran yang bermarkas di Dusun Bonto-bonto, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, juga mewajibkan menunaikan ibadah haji tidak perlu jauh-jauh ke Mekah, Arab Saudi, tapi bisa berhaji di puncak Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulsel.
“Pengikutnya itu wajib beli pusaka, itu syaratnya karena akan dipakai selama di akhirat nanti. Naik haji katanya tidak sah di Tanah Suci Mekah, kecuali di tanah Gunung Bawakaraeng,” tuturnya.
Selain itu, pengikutnya juga dilarang membangun rumahnya dengan alasan uang yang dimiliki pengikutnya itu akan dibelikan benda pusaka sebagai bekal di akhirat.
“Alasannya, mau kiamat dan uang mereka untuk dibeli pusaka sebagai bekal di akhirat,” katanya.
-

BPKH Limited Kirim 475 Ton Bumbu Khas Indonesia ke Arab Saudi
Mekkah: BPKH Limited mengirimkan 475 ton bumbu khas Indonesia ke Arab Saudi. Bumbu-bumbu ini akan digunakan di dapur-dapur yang menyiapkan konsumsi jemaah haji di Mekah dan Madinah.
Bumbu khas Indonesia itu terdiri dari 22 jenis, di antaranya bumbu nasi goreng, semur, gulai, rendang, tumis, balado, dan lain-lain.
Mudir BPKH Limited Sidiq Haryono mengatakan, bumbu ini memberikan cita rasa khas Indonesia, sehingga jemaah dapat menikmati makanan sesuai selera.
“Dengan makanan yang lebih sesuai lidah mereka, stamina dan semangat jemaah dalam menjalankan ibadah haji diharapkan tetap terjaga,” ujarnya.
Mudir BPKH Limited lainnya, Iman Ni’matullah mengungkapkan jumlah bumbu yang didatangkan dari Indonesia meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Tahun lalu, jumlah bumbu yang kami distribusikan hanya 76 ton. Tahun ini meningkat menjadi 475 ton, atau naik sebesar 625 persen. Ini menunjukkan tingginya kebutuhan bumbu khas Indonesia di dapur-dapur penyedia konsumsi jemaah haji,” jelasnya.
Lebih dari sekadar meningkatkan kualitas konsumsi jemaah, inisiatif bisnis ini juga membawa manfaat finansial bagi penyelenggaraan ibadah haji. Seluruh keuntungan yang diperoleh dari pemenuhan kebutuhan bumbu ini akan dikembalikan sebagai nilai manfaat keuangan haji dan digunakan untuk mendukung pelaksanaan ibadah haji tahun berikutnya.
Keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Kementerian Agama, Kantor Urusan Haji Jeddah, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, serta para importir di Arab Saudi.
Dapur-dapur penyedia makanan di Mekah dan Madinah menyambut baik inovasi penggunaan bumbu instan dari Indonesia. Selain memastikan cita rasa yang lebih terstandar, penggunaan bumbu pasta juga dinilai lebih efisien karena dapat mengurangi biaya tenaga kerja, listrik, dan bahan baku lainnya.
“Kami telah melakukan pendampingan kepada produsen bumbu Indonesia untuk memproses ekspor, termasuk pengurusan izin SFDA, clearance, serta koordinasi dengan importir lokal dan pihak otoritas di Arab Saudi. Sebagai perusahaan merah putih di Arab Saudi, kami senang dapat menjalin sinergi positif dan kolaborasi produktif dengan semua elemen anak bangsa,” kata Iman.
Mekkah: BPKH Limited mengirimkan 475 ton bumbu khas Indonesia ke Arab Saudi. Bumbu-bumbu ini akan digunakan di dapur-dapur yang menyiapkan konsumsi jemaah haji di Mekah dan Madinah.
Bumbu khas Indonesia itu terdiri dari 22 jenis, di antaranya bumbu nasi goreng, semur, gulai, rendang, tumis, balado, dan lain-lain.
Mudir BPKH Limited Sidiq Haryono mengatakan, bumbu ini memberikan cita rasa khas Indonesia, sehingga jemaah dapat menikmati makanan sesuai selera.“Dengan makanan yang lebih sesuai lidah mereka, stamina dan semangat jemaah dalam menjalankan ibadah haji diharapkan tetap terjaga,” ujarnya.
Mudir BPKH Limited lainnya, Iman Ni’matullah mengungkapkan jumlah bumbu yang didatangkan dari Indonesia meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Tahun lalu, jumlah bumbu yang kami distribusikan hanya 76 ton. Tahun ini meningkat menjadi 475 ton, atau naik sebesar 625 persen. Ini menunjukkan tingginya kebutuhan bumbu khas Indonesia di dapur-dapur penyedia konsumsi jemaah haji,” jelasnya.
Lebih dari sekadar meningkatkan kualitas konsumsi jemaah, inisiatif bisnis ini juga membawa manfaat finansial bagi penyelenggaraan ibadah haji. Seluruh keuntungan yang diperoleh dari pemenuhan kebutuhan bumbu ini akan dikembalikan sebagai nilai manfaat keuangan haji dan digunakan untuk mendukung pelaksanaan ibadah haji tahun berikutnya.
Keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Kementerian Agama, Kantor Urusan Haji Jeddah, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, serta para importir di Arab Saudi.
Dapur-dapur penyedia makanan di Mekah dan Madinah menyambut baik inovasi penggunaan bumbu instan dari Indonesia. Selain memastikan cita rasa yang lebih terstandar, penggunaan bumbu pasta juga dinilai lebih efisien karena dapat mengurangi biaya tenaga kerja, listrik, dan bahan baku lainnya.
“Kami telah melakukan pendampingan kepada produsen bumbu Indonesia untuk memproses ekspor, termasuk pengurusan izin SFDA, clearance, serta koordinasi dengan importir lokal dan pihak otoritas di Arab Saudi. Sebagai perusahaan merah putih di Arab Saudi, kami senang dapat menjalin sinergi positif dan kolaborasi produktif dengan semua elemen anak bangsa,” kata Iman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id(FZN)
-

Prasasti Buatan Sahabat Nabi Muhammad SAW Ungkap Sejarah Awal Islam
Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah prasasti Paleo-Arab pada sebuah batu besar di dekat reruntuhan masjid di Arab Saudi mungkin diukir oleh Hanzhalah bin Abi Amir, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Hal tersebut diketahui dari hasil analisis oleh para peneliti dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Near Eastern Studies edisi April.
Tidak seperti teks sebelumnya, prasasti ini diukir pada awal abad ketujuh sebelum Islam mendominasi Arab, sehingga menjadikannya saksi penting bagi Hijaz pra-Islam (wilayah tempat Mekah berada) dan latar belakang agama islam.
Temuan ini memberikan pencerahan tentang masa-masa awal Islam, kata para peneliti.
“Berlawanan dengan kepercayaan yang dipegang secara umum bahwa Islam lahir dalam cahaya penuh sejarah, kita tidak tahu banyak tentang kebangkitan Islam dari sumber-sumber kontemporer,” kata Ahmad Al-Jallad, seorang profesor studi Arab di The Ohio State University dan salah satu penulis studi tersebut.
“Periode waktu itu diselimuti misteri. Prasasti-prasasti ini memberikan dasar yang dapat diverifikasi untuk penulisan sejarah berbasis bukti dari periode ini,” terangnya, dikutip dari Live Science, Kamis (20/3/2025).
Yusef Bilin, seorang kaligrafer Turki yang mengunjungi sebuah masjid kuno di kota Taif, melihat dua prasasti di sebuah batu besar yang berjarak sekitar 100 meter. Pada tahun 2021, ia membawanya ke para penulis penelitian ini.
Prasasti-prasasti itu ditulis dalam aksara Paleo-Arab, yang menggambarkan fase akhir pra-Islam dari alfabet Arab. Penulis prasasti atas dan bawah mengidentifikasi diri mereka sebagai Ḥanẓhalah, putra ʿAbd-ʿAmr-w dan Abd al-ʿUzzē, putra Sufyān.
Teks tersebut diterjemahkan menjadi “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku Ḥanẓhalah [putra] ʿAbd-ʿAmr-w, aku mengajak (Anda) untuk bertakwa kepada Tuhan” dan “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku ʿAbd al-ʿUzzān putra Sufyān, aku mengajak (Anda) untuk bertakwa kepada Tuhan.”
Para penulis mempelajari biografi Muslim tradisional tentang Muhammad dan catatan silsilah orang Arab dan menemukan bahwa kombinasi nama-nama ini sangat jarang terjadi.
Satu orang dengan nama Ḥanẓhalah, yang ayahnya bernama ʿAbd-ʿAmr, memenuhi syarat. Orang ini berasal dari suku Aws, yang berbasis di Yatsrib (sekarang dikenal sebagai Madinah). Ia disebut sebagai sahabat Muhammad dalam literatur Islam awal.
Penggunaan bahasa Paleo-Arab dengan mudah menempatkan prasasti-prasasti ini pada akhir abad keenam atau awal abad ketujuh dan sangat cocok dengan garis waktu Hanzalah, yang meninggal dalam pertempuran Uhud pada tahun 625 Masehi.
Kedua ada nama ʿAbd al-ʿUzzē yang merujuk pada dewi pagan Arab al-Uzza, yang lebih jauh lagi mendukung gagasan bahwa prasasti-prasasti tersebut dibuat oleh orang-orang yang bukan pengikut Muhammad – atau setidaknya belum.
Analisis ini mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa Hanzalah kemungkinan besar sama dengan yang dikaitkan dengan Muhammad dan bahwa ia mengukir kata-kata ini saat bepergian melalui Taif, mungkin dengan seseorang bernama ʿAbd al-ʿUzzē, sebelum ia masuk Islam.
“Pada dasarnya tidak dapat dibayangkan bahwa prasasti ini dibuat setelah Muhammad mulai menyebarkan Islam, karena orang-orang di Taif sangat memusuhinya, dan kecil kemungkinan salah satu pengikutnya pergi ke sana dan meninggalkan prasasti ini,” ujar salah satu penulis penelitian, Hythem Sidky, direktur eksekutif Asosiasi Studi Alquran Internasional di Washington, D.C.
Al-Jallad menambahkan bahwa patina pada prasasti dan pola pelapukan menunjukkan bahwa prasasti tersebut telah ada di sana dalam waktu yang lama, sehingga mengesampingkan kemungkinan pemalsuan modern.
James Montgomery, seorang profesor Studi Arab dan Timur Tengah di University of Cambridge yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berpendapat bahwa identifikasi tersebut kemungkinan besar akurat.
Namun, ia tidak yakin dengan klaim bahwa Hanzhalah yang disebutkan dalam prasasti tersebut adalah Hanzhalah yang sama dengan yang ada dalam di sejarah Islam.
“Saya ingin menunda penilaian sampai kita memiliki dua prasasti lain yang juga memenuhi kriteria penanggalan yang ketat yang digunakan oleh para penulis,” katanya.
(dem/dem)
-

Respons Prabowo dan Sri Mulyani saat Ustaz Adi Hidayat Berharap RI Bisa Tiru Kota Madinah
Bisnis.com, JAKARTA – Di hadapan Presiden Prabowo, Menkeu Sri Mulyani, dan jajaran pertinggi negeri, Ustaz Adi Hidayat berharap RI bisa belajar dari Madinah yang bisa bangkit dari kekacauan.
Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan Ustaz Adi Hidayat bersama sejumlah perwakilan dari Universitas Al Azhar Kairo di Ruang Majelis, lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, pada Jumat, 21 Maret 2025.
Pertemuan berlangsung dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan, mencerminkan hubungan erat antara Indonesia dan Mesir, khususnya dalam bidang pendidikan dan dakwah Islam.
Pada acara tersebut, Ustaz Adi Hidayat sempat memberikan ceramah di acara buka bersama. Ustaz kenamaan RI itu menyinggung kesamaan antara Madinah dan RI saat ini.
Adi Hidayat juga berharap agar RI bisa mengatasi berbagai masalah yang muncul saat ini seperti Madinah.
Ia mengatakan bahwa Madinah (yang dulu bernama Yatsrib) hanya perlu waktu singkat untuk bisa bangkit dari keterpurukan.
Setelah membenahi ketakwaan, Yastrib kemudian menjelma menjadi Al Madinah Al Munawaroh, kota megah yang dikenal dunia saat ini.
“Nabi melakukan tugasnya selama 20 tahun, 10 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Saat pindah ke Madinah, itu namanya bukan Madinah tapi Yatsrib,” kata Ustaz Adi Hidayat.
“Kondisinya di bawah resesi, jauh sekali. Kondisi pasar kacau karena dimonopoli dan kriminalitasnya tinggi. Tapi dengan nilai takwa, diselesaikan hanya dengan 1 tahun,” ia menambahkan.
Adi Hidayat juga mengatakan bahwa Madinah berhasil mengatasi krisis ekonomi selesai dalam dua tahun dan dalam 20 tahun terjadilah generasi emas hingga melahirkan kota berkemajuan yang disebut Al Madinah Al Munawaroh.
Kondisi inilah yang membuat Ustaz Adi Hidayat menyamakan Madinah dan RI. Sebab RI punya durasi waktu yang sama seperti Madinah untuk bisa mewujuskan cita-cita generasi emas tahun 2045.
“Sekarang tahun 2025, jika Anda menginginkan generasi emas 2045, kita punya durasi waktu yang sama yakni 20 tahun. Dengan cara saling melengkapi, ulamanya mencerahkan, pemerintahannya juga baik, dan rakyatnya menyatu,” kata Adi Hidayat.
Saat sang pendakwah berkisah, tampak Presiden Prabowo dan Menkeu Sri Mulyani menyimak dengan seksama dengan sesekali menganggukkan kepala.
-

Identitas 4 Korban Meninggal Kecelakaan Bus di Arab, Satu Keluarga Asal Semarang, Dikenal Dermawan
TRIBUNJATENG.COM – Satu keluarga yang terdiri dari 4 orang asal Semarang, Jawa Tengah menjadi korban meninggal dalam kecelakaan maut bus rombongan jemaah umrah di Arab Saudi.
Identitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut:
1. M Dawam Mahmud (49)
2. Sumarsih (50) istri Dawam
3. Areline Nawallya Adam (22) anak
4. dan Audrya Malika Adam (16) anak.Satu keluarga ini tinggal di Perumahan Vila Pinus, Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Dawam Mahmud merupakan pemilik usaha PT. Adam Jaya, yang beralamat di Langensari Barat, RT 04/RW 06, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
Sedangkan Audrya masih duduk di kelas X IPA Insan Cendekia Madani, Serpong,Tangerang.
Akun Instagram Insan Cendekia Madani juga ikut mengunggah ucapan duka cita atas meninggalnya Audrya.
Semasa hidup, Dawam dikenal sebagai sosok yang aktif dalam kegiatan sosial di daerah tempat usahanya tersebut.
“Kalau secara pribadi memang kurang begitu tau, tapi dengar-dengar beliau ini dermawan dan sering menyantuni lingkungan,” kata Sugiarto, salah satu warga RT04 Langensari Barat, Sabtu (22/3/2025).
“Beliau juga sering berbagi jumat berkah. Ini tadi mau penjual sayur yang biasa di lingkungannya dia di Tembalang ya cerita kehilangan langganan baik namanya pak Dawam,” imbuhnya.
Di sisi lain Ketua RT 17 RW 06, Wira Putra Jasa menyampaikan jika Dawam Mahmud aktif berkegiatan di lingkungan dan awet sebagai pengurus RT.
Tidak hanya di lingkungan tetapi juga di musala atau bidang keagamaan, dia juga senantiasa jadi penggerak dalam berkegiatan.
“Dawam sangat aktif berkegiatan di lingkungan. Sehingga beliau dari masa ke masa jadi pengurus RT karena memang gercep kalau merespon segala sesuatu.”
“Aktif juga di kegiatan keagamaan. Ada musala di lingkungan, beliau salah satu penggerak. Motivator buat kami untuk bisa berbuat kebaikan,” terangnya.
Satu keluarga ini berangkat ke Arab 3 hari sebelum terjadi kecelakaan maut.
Rencananya keluarga tersebut hendak merayakan Idul Fitri di Mekkah.
Jenazah direncanakan akan dimamkam di Arab Saudi.
Sebelumnya, bus rombongan jamaah umrah dari Indonesia mengalami kecelakaan tragis di wilayah Wadi Qudeid yang terletak di jalan dari Madinah menuju Kota Mekah.
Bus itu membawa 20 jamaah WNI.
Bus rombongan WNI jemaah umroh tersebut mengalami tabrakan sekira pukul 17.00 Wib atau 13.30 waktu Arab Saudi.
Insiden maut itu terjadi pada Kamis (20/3) pukul 13.30 waktu setempat atau 17.30 WIB di Wadi Qudeid (Madinah-Mecca Road).
Bus sempat terbalik lalu terbakar.
Akibat kecelakaan tersebut, enam orang jemaah umroh asal Indonesia dinyatakan meninggal dunia.
Selain satu keluarga tersebut, 2 korban meninggal lainnya adalah anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro, Eny Soedarwati dan Wakil Direktur Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Sumberrejo Bojonegoro.
Sementara 14 orang lainnya berhasil selamat. (*)
-

Satu Keluarga Asal Semarang Meninggal dalam Kecelakaan Bus Jamaah Umroh di Jeddah
TRIBUNJATENG.COM – Empat dari enam korban meninggal dalam kecelakaan bus jamaah umrah di Jeddah Arab Saudi berasal dari Semarang.
Empat orang tersebut masih dalam satu keluarga.
Yaitu pasangan suami istri M Dawam Mahmud (49) dan Sumarsih (50) serta dua putri mereka, Areline Nawallya Adam (22) dan Audrya Malika Adam (16).
Satu keluarga ini merupakan warga Vila Pinus, Pudak Payung, Banyumanik, Kota Semarang.
Audrya masih duduk di kelas X IPA Insan Cendekia Madani Tangerang.
Akun Instagram Insan Cendekia Madani juga ikut mengunggah ucapan duka cita atas meninggalnya Audrya.
Satu keluarga ini berangkat ke Arab 3 hari sebelum terjadi kecelakaan maut.
Rencananya keluarga tersebut hendak merayakan Idul Fitri di Mekkah.
Jenazah direncanakan akan dimamkam di Arab Saudi.
Pihak keluarga juga sudah mengurus surat dokumen para korban.
Sebelumnya, bus rombongan jamaah umroh dari Indonesia mengalami kecelakaan tragis di wilayah Wadi Qudeid yang terletak di jalan dari Madinah menuju Kota Mekah.
Bus itu membawa 20 jamaah WNI.
Bus rombongan WNI jemaah umroh tersebut mengalami tabrakan sekira pukul 17.00 Wib atau 13.30 waktu Arab Saudi.
Insiden maut itu terjadi pada Kamis (20/3) pukul 13.30 waktu setempat atau 17.30 WIB di Wadi Qudeid (Madinah-Mecca Road).
Bus sempat terbalik lalu terbakar.
Akibat kecelakaan tersebut, enam orang jemaah umroh asal Indonesia dinyatakan meninggal dunia.
Selain satu keluarga tersebut, 2 korban meninggal lainnya adalah anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro, Eny Soedarwati dan Wakil Direktur Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Sumberrejo Bojonegoro.
Sementara 14 orang lainnya berhasil selamat. (*)
/data/photo/2025/04/23/680910a534255.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)