Tradisi Salam dan Peluk Cium Haji Baru, Bikin Pengamanan Polisi Amburadul Saat Penjemputan Kedatangan Haji
Tim Redaksi
POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com
– Tradisi saling salam dan peluk cium bagi jemaah haji asal
Polewali Mandar
, Sulawesi Barat, yang baru tiba di tanah air pada Kamis (19/6/2025) menyebabkan
pengamanan polisi
menjadi amburadul.
Ratusan keluarga jemaah yang datang menjemput di Lapangan Pancasila berusaha menjadi yang pertama menyalami dan memberikan peluk cium kepada sanak saudara mereka yang baru pulang dari menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekah.
Aksi saling dorong dan desakan terjadi antara petugas keamanan dan ratusan keluarga penjemput jemaah haji kloter 11 asal Kabupaten Polewali Mandar.
Petugas tampak kewalahan mengatur
kerumunan keluarga
penjemput yang membeludak masuk ke lokasi kedatangan jemaah haji.
Meski telah diberi batas dan diingatkan oleh petugas agar tidak melewati pagar pembatas, keluarga penjemput tetap nekat menerobos pengamanan polisi, hingga berhasil masuk ke dalam lokasi penjemputan di Gedung Gadis Pekkabata, Polewali Mandar.
Akibatnya, aksi saling dorong pun terjadi antara keluarga penjemput jemaah haji dan aparat keamanan yang terdiri dari Satpol PP dan polisi.
Pihak panitia telah menyiapkan pagar dan batas jalur yang akan dilalui oleh jemaah haji saat turun dari bus, namun hal tersebut tidak menghalangi keluarga untuk berdesakan dan menerobos barikade petugas keamanan.
Meski demikian, suasana haru tetap mewarnai kedatangan saat jemaah haji turun dari bus yang membawa mereka dari Asrama Haji Sudiang, Makassar.
Sejumlah keluarga pengantar tak kuasa menahan tangis saat bertemu dan berpelukan dengan keluarganya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Polewali Mandar, Imran Kaljubi Kesa, mengungkapkan bahwa sebanyak 281 jemaah haji asal Polewali Mandar yang tergabung dalam kloter 11 tiba di Gedung Gadis Pekkabata menggunakan 11 bus setelah menempuh perjalanan selama 7 jam dari Asrama Haji Sudiang, Makassar.
“Ini kloter pertama jemaah haji asal Polewali Mandar tiba di Polewali Mandar. Jumlahnya ada 280 jemaah menggunakan 11 bus angkutan dari Asrama Haji Sudiang ke Polewali Mandar,” jelas Imran Kaljubi Kesa.
Jumlah ini berkurang menjadi 280 orang setelah salah seorang jemaah haji asal Pareddeang, Desa Kurma, Kecamatan Mapilli, meninggal dunia di atas pesawat sekitar 30 menit sebelum pesawat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar, pada hari Kamis sekitar pukul 2 dini hari.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Mekah
-

Kisah Haru Petugas Haji: Jadi Tukang Urut Hingga Penolong Jemaah Tersesat
Mekah (beritajatim.com)– Di balik kelancaran ibadah haji ribuan warga Indonesia, ada ribuan petugas yang bekerja tanpa lelah, siang malam, di bawah panas gurun. Kisah mereka menyentuh hati, mulai dari menggendong jemaah yang kelelahan, memijat kaki yang kram, hingga menavigasi jalan bagi jemaah yang tersesat. Semua dilakukan dengan ketulusan hati yang luar biasa.
Bunyamin M. Yapid, Tenaga Ahli Menteri Agama, memberikan apresiasi mendalam kepada para petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi. “Mereka mungkin tak dikenal di bumi, tapi insyaallah terkenal di langit,” ujar Bunyamin saat berada di Madinah, Sabtu (14/6/2026) kemarin.
Melayani dengan Hati, Melebihi Tugas Resmi
Cerita menyentuh datang dari Evie Kusnindya, anggota tim Media Center Haji. Di tengah tugas jurnalistiknya, ia berubah menjadi “tukang urut dadakan” bagi dua jemaah lansia yang kram di kaki saat melempar jumrah. Evie tak ragu memijat kaki para ibu itu hingga mampu kembali berjalan. Bahkan, pasangan jemaah asal Turki pun ikut meminta bantuannya.
“Yang penting jemaah bisa lanjut ibadah dengan aman. Ini bukan sekadar kerja, ini soal kemanusiaan,” tutur Evie melansir situs resmi Kementerian Agama (Kemenag).
Pengalaman Tak Terlupakan di Tengah Lelah
Cerita lain datang dari Rokhmanudin, pewarta yang bertugas di Pos 5 Mobile Crisis Rescue. Ia membantu jemaah lansia yang tersesat, kelelahan, bahkan yang belum makan selama dua hari. Dengan roda kursi rusak dan tubuh letih karena puasa makan sejak pagi, Rokhman tetap mengantar mereka sejauh kilometer demi kilometer. “Tenggorokan kering, kaki lecet, tapi hati tetap semangat,” katanya.
Jemaah pun Ikut Memberi Apresiasi
Murtinah, jemaah asal Kalimantan Selatan, menyampaikan terima kasih kepada para petugas yang sigap membantu saat ia kehilangan teman sekamarnya di Jamarat. “Pelayanan mereka luar biasa. Walau jumlah petugas terbatas, mereka tetap tanggap dan peduli,” ujar dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat ini.
Hal serupa diungkapkan oleh Surya, jemaah yang sempat kehilangan ibunya di tengah kerumunan. “Ibu saya ditolong petugas dengan penuh perhatian. Kami sangat berterima kasih,” katanya.
Dukungan dan Evaluasi untuk Perbaikan
M. Slamet dari Tim Perlindungan Jemaah menekankan pentingnya peningkatan pembekalan dan seleksi petugas di masa mendatang. Sementara itu, Kolonel Harun Arrasyid dari Satops Armuzna menyebutkan bahwa layanan tahun ini menunjukkan peningkatan signifikan dari segi keamanan, logistik, hingga penginapan.
Ia juga mengingatkan agar jemaah tidak memaksakan diri saat pelemparan jumrah, dan mematuhi jadwal demi menghindari kepadatan serta risiko kesehatan. [aje]
-
/data/photo/2025/06/13/684c11ae3c0ae.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cuaca di Mekkah Masih Panas, Kemenag Minta Jemaah Batasi Umrah Sunnah
Cuaca di Mekkah Masih Panas, Kemenag Minta Jemaah Batasi Umrah Sunnah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik (HKP)
Kemenag
,
Akhmad Fauzin
meminta jemaah haji untuk membatasi umrah sunah karena cuaca di
Arab Saudi
masih cukup ekstrem.
“Mengapa membatasi umrah sunah? Cuaca di kota Mekah masih terbilang sangat panas, pada siang hari, cuaca mencapai 45 derajat Celsius,” kata Fauzin dalam konferensi pers di Mekkah yang disiarkan langsung melalui YouTube Kemenag RI, Sabtu (14/6/2025).
Selain itu, kata Fauzin, kondisi di Masjidil Haram juga masih dipadati oleh jemaah haji dari seluruh penjuru dunia.
“Demi menjaga kesehatan dan keamanan, PPIH mengimbau agar jemaah haji tidak memaksakan diri untuk selalu menerikan ibadah umrah sunah,” ucapnya.
Kemudian, jemaah haji diminta untuk memilih waktu yang tepat untuk melaksanakan tawaf wada agar terhindar dari
cuaca panas
.
“Bagi jemaah haji yang akan melaksanakan tawaf wada, agar memilih waktu secara baik, misalnya setelah sholat subuh atau malam hari saat keluar hotel,” ucapnya.
Fauzin berharap, jemaah haji selalu mengikuti aturan dengan tetap bersama rombongan untuk menghindari risiko tersesat.
“Kami harap jemaah haji tetap bersama rombongan, tidak dianjurkan untuk bepergian sendiri, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Untuk diketahui, proses pemulangan jemaah haji pada gelombang pertama akan berlangsung dari 11 Juni hingga 25 Juni 2025.
Sementara itu, pemulangan jemaah haji gelombang kedua akan dimulai pada 26 Juni sampai 10 Juli 2025.
Akhir kedatangan jemaah haji gelombang kedua di Tanah Air dijadwalkan pada 11 Juli 2025.
Sebagai informasi, masa kepulangan jemaah haji asal Indonesia berlangsung selama 30 hari, seperti ketika keberangkatan ke Tanah Suci.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Jamaah Haji Dilarang Bawa Tas Armuzna ke Pesawat, Ini Aturan Bagasi dan Kabin
Mekah (beritajatim.com) – Jamaah haji Indonesia kini bersiap untuk kembali ke Tanah Air. Dalam proses pemulangan ini, terdapat sejumlah ketentuan penting terkait barang bawaan yang wajib diperhatikan agar tidak terkendala saat proses keberangkatan dari bandara.
Kepala Sektor 3 Daerah Kerja (Daker) Makkah, Ikbal Ismail, mengimbau jamaah untuk tidak membawa barang melebihi batas yang telah ditentukan oleh maskapai dan otoritas penerbangan. Menurut Ikbal, setiap jamaah hanya diperbolehkan membawa koper kabin maksimal 7 kilogram dan koper bagasi maksimal 32 kilogram. Apabila melebihi batas, maka akan dikenakan biaya tambahan atau bahkan barang dapat dibongkar oleh petugas bandara.
“Yang diizinkan masuk ke kabin pesawat hanyalah tas kabin 7 kg dan tas paspor. Kami minta jamaah tidak membawa ransel Armuzna ke pesawat,” ujar Ikbal, Kamis (12/6/2025) di Makkah melansir portal resmi Nahdlatul Ulama.
Tas Armuzna merupakan tas ransel yang dibagikan untuk keperluan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Namun, Ikbal mengungkapkan bahwa banyak jamaah masih membawa tas tersebut hingga proses pemulangan, padahal larangan ini telah disampaikan berulang kali saat manasik haji.
“Beberapa kloter masih membawa tas Armuzna ke pesawat. Akibatnya, banyak yang harus rela membongkar atau bahkan meninggalkan barang-barang mereka di bandara,” jelas Ikbal.
Jamaah hanya diperkenankan membawa dua koper, yaitu koper besar untuk bagasi dan koper kecil (kabin) yang dibawa ke dalam pesawat. Penimbangan koper bagasi dilakukan dua hari sebelum jadwal kepulangan. Jamaah diimbau hadir di lobi hotel dan menyerahkan koper dua jam sebelum penimbangan dimulai.
Berikut daftar barang yang dilarang masuk ke dalam koper bagasi:
Air Zamzam dalam bentuk dan kemasan apa pun.
Barang berbahaya seperti aerosol, gas, magnet, senjata tajam, atau mainan berbaterai.
Power bank dan mainan dengan baterai berkapasitas lebih dari 20.000 mAh.
Uang tunai lebih dari Rp100 juta atau 25.000 riyal Saudi.
Produk hewani, makanan berbau menyengat
Tanaman hidup dan hasilnya.
Ikbal menambahkan, mayoritas jamaah yang ia tangani berasal dari Embarkasi/Debarkasi Makassar (UPG), dengan jumlah mencapai lebih dari 23 ribu orang, disusul jamaah dari embarkasi Jakarta (JKG dan JKS), Lombok (LOP), Padang (PDG), dan Surabaya (SUB).
Agar proses pemulangan berjalan lancar, jamaah diharapkan patuh pada arahan petugas dan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan. [aje]
-

Timwas Haji DPR Kritik Permintaan Maaf Menag soal Pelayanan Haji 2025
Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal menyayangkan permintaan maaf Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar atas kekurangan pelayanan jemaah haji Indonesia tahun ini.
Menurut Wakil ketua DPR tersebut, permintaan maaf semestinya bukan menjadi bentuk penyelesaian. Terlebih, dia menyebut DPR telah memberi peringatan sejak awal soal potensi masalah teknis dalam pelaksanaan ibadah haji.
“Sebetulnya kalau seorang pejabat negara itu sah-sah saja meminta maaf terhadap suatu hal yang terkait kegagalan. Tapi menurut saya itu bukan hal yang bagus,” bebernya sebagaimana dikutip dari laman DPR, Rabu (11/6/2025).
Dia berpandangan, semestinya pemerintah menunjukkan kesiapan sejak awal, bukan malah merespons setelah persoalan muncul.
Padahal, lanjutnya, pelayanan haji adalah siklus yang bisa dipelajari dari tahun ke tahun, sehingga semestinya tidak ada alasan untuk tidak siap.
“Saya sudah ingatkan waktu itu pada Pak Menteri Agama, hati-hati, ini akan terjadi kejadian-kejadian yang harus diantisipasi. Tapi apa yang terjadi? Dari transportasi Mekah ke Arafah bermasalah, kemudian tenda di Arafah pun juga bermasalah,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan permohonan maaf kepada jamaah haji Indonesia atas berbagai kendala yang menyertai rangkaian ibadah Haji 2025. Mulai dari pemberangkatan hingga fase Arafah, Mudzalifah, dan Mina.
“Saya selaku Amirulhaj dan Menteri Agama menyampaikan permohonan maaf,” ujar Menag Nasaruddin Umar dilansir dari Antara, Rabu (11/6/2025).
Meski ada sejumlah kendala, dia sependapat dengan penjelasan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Taufiq Al Rabiah saat pertemuan di Mina dan Wakil Gubernur Makkah sekaligus Wakil Ketua Komite Tetap Haji dan Umrah, Pangeran Saud bin Mish’al, bahwa penyelenggaraan ibadah haji tahun ini lebih baik.
Kondisi tersebut ditunjang dengan adanya sejumlah perbaikan pada fasilitas infrastruktur, ketersediaan air, fasilitas Kesehatan.
“Alhamdulillah, angka kematian sampai saat ini juga lebih rendah. Semoga kondisi ini akan terus berlangsung hingga seluruh jamaah haji kembali ke negara masing-masing,” kata dia.
-

Anggota Timwas Haji usul Pansus Haji 2025 untuk evaluasi menyeluruh
“Kami di DPR sebagai pengawas, bertanggung jawab melakukan evaluasi menyeluruh. Rencananya, kami akan mengusulkan pembentukan Pansus Haji di DPR RI,”
Jakarta (ANTARA) – Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI Muslim Ayub mengusulkan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Haji 2025 untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
“Kami di DPR sebagai pengawas, bertanggung jawab melakukan evaluasi menyeluruh. Rencananya, kami akan mengusulkan pembentukan Pansus Haji di DPR RI,” kata Muslim Ayub dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan pansus itu akan menelusuri secara komprehensif pelaksanaan teknis ibadah haji, mulai dari aspek katering, transportasi, akomodasi, hingga sistem pelayanan terhadap jemaah Indonesia selama di Tanah Suci.
Dia menyebut usulan tersebut muncul setelah banyaknya keluhan dari jamaah Indonesia, khususnya terkait layanan katering, akomodasi, hingga transportasi selama pelaksanaan puncak ibadah haji.
“Kalau kita runut dari perjalanan Mekah ke Arafah, Arafah ke Muzdalifah, Muzdalifah ke Mina, banyak kekecewaan dari jemaah yang kami dapatkan,” ucapnya.
Dia menuturkan bahwa sejumlah jamaah bahkan sempat terlantar hingga berjam-jam, bahkan ada yang menghabiskan waktu satu hari penuh di dalam kendaraan tanpa kejelasan.
Hal tersebut, menurut dia, telah menimbulkan ketidakpuasan besar di kalangan jemaah, yang tidak boleh terulang kembali pada musim haji tahun-tahun mendatang.
Dia juga menyoroti peristiwa inisiatif jamaah dari kloter Aceh yang memilih berjalan kaki sejauh tujuh kilometer dari Muzdalifah ke Mina karena lamanya antrean bus.
“Itu bentuk ikhtiar luar biasa, tapi seharusnya tidak perlu terjadi kalau manajemen transportasi haji berjalan dengan baik,” tuturnya.
Di sisi lain, dia mengapresiasi semangat para jamaah yang tetap sabar dalam menghadapi situasi sulit di tengah ibadah.
Anggota Komisi XIII DPR RI itu pun berharap persoalan yang terjadi tahun ini dapat menjadi pelajaran berharga agar tidak kembali terjadi pada penyelenggaraan haji tahun 2026.
Sebaliknya, dia berharap momentum ini menjadi awal dari reformasi sistemik dalam pelayanan haji.
“Haji bukan hanya soal ibadah, tapi juga soal martabat dan keselamatan jemaah. Pemerintah harus hadir dengan sistem yang tangguh dan manusiawi,” kata dia.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Video: Hari Tasyrik, Jamaah Haji Lontar Jumrah Simbol Lawan Setan
Jakarta, CNBC Indonesia- Setelah melaksanakan Wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah 1446 Hijrah atau pada Kamis 5 Juni 2025, Jamaah haji bergerak ke Muzdalifah untuk bermalam (mabit).
Jemaah kemudian bergerak menuju Mina untuk melaksanakan lempar jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijah atau Jum’at, 6 Juni 2025
Pada hari Sabtu, 7 Juni 2025, rangkaian puncak ibadah haji 2025 memasuki fase penting, yakni lempar jumrah di Jamarat, Mina pada hari-hari Tasyrik 11-13 Dzulhijah
Jamaah akan melaksanakan lempar jumrah di tiga tugu yakni Ula, Wustha, dan Aqabah. Masing-masing tiang tersebut memiliki jarak antara 200 meter hingga 250 meter.
Setiap jamaah haji diharuskan mengumpulkan tujuh butir kerikil untuk melempar setiap tiang yang menjadi simbol perlawanan terhadap godaan setan dan wujud ketaaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Bagi jamaah haji yang memilih melakukan Nafar Awal akan meninggalkan Mina lebih awal sehingga akan melanjutkan melontar jumrah pada 11 dan 12 Dzulhijah kemudian menuju Mekah sebelum matahari terbenam untuk melaksanakan tawaf ifadah, sa’i, dan tahallul kedua.
Sementara sebagian jamaah lainnya yang melakukan Nafar Akhir tetap di Mina untuk mabit dan melempar jumrah selama 3 hari tasyrik yakni 11-13 Dzhulhijah atau 7-9 Juni 2025, dan kemudian baru kembali ke Mekkah setelah semua ibadah selesai.
Rangkaian ibadah haji akan ditutup dengan tawaf wada sebelum jemaah haji kembali ke kampung halaman atau menuju ke Madinah untuk ziarah makam Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
-

Jemaah Haji Asal Ngawi Meninggal saat Wukuf di Arafah, Diduga Karena Ini
Ngawi (beritajatim.com) – Seorang jemaah haji asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dilaporkan meninggal dunia saat menjalankan ibadah wukuf di Arafah, Arab Saudi. Jemaah haji tersebut bernama Sugiharto Isman Satromiharjo, 59 tahun, warga Perumahan Griya Rahayu, Desa Jururejo, Kecamatan Ngawi.
Sugiharto tergabung ke dalam kloter JN SUB 54. Dia meninggal dunia pada Kamis pagi (5/6/2025).
Menurut informasi dari Kementerian Agama Ngawi, almarhum mengalami sesak napas dan kadar gula darah tinggi saat menjalani prosesi wukuf di Arafah. Meski sempat mendapat pertolongan medis dan dirujuk ke rumah sakit di Mekah, nyawanya tak tertolong.
“Kami mendapat kabar dari Kemenag bahwa Sugiharto kritis pada Rabu malam. Padahal sebelumnya, Senin 2 Juni, istrinya sempat menghubungi dan mengatakan mereka dalam keadaan sehat,” ungkap MIM Saiful Hadibu, kakak almarhum.
Sugiharto diketahui berangkat haji bersama istrinya, Eni Aslihatul Kirom, 53 tahun. Saat kejadian, keduanya tengah mengikuti rangkaian ibadah haji di Tanah Suci. Kabar duka diterima pihak keluarga pada Kamis dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
“Korban sempat drop, ditolong tim medis dan dirujuk ke rumah sakit, namun belum sampai di rumah sakit sudah meninggal karena sesak napas dan gula tinggi,” ujar Mukibbuddin, petugas Kemenag Ngawi.
Hingga saat ini, keluarga dan kerabat terus berdatangan ke rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa dan mendoakan almarhum. Sementara itu, istri korban masih melanjutkan rangkaian ibadah haji di Arab Saudi. [fiq/beq]
-

Banyak Jemaah Haji Furoda Gagal Berangkat, Tokoh Muda NU: Jangan Paksakan Diri Masuk Makkah
Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena gagalnya keberangkatan jemaah haji Furoda tahun ini kembali menjadi sorotan. Banyak di antara mereka yang gagal melaksanakan ibadah haji karena berbagai kendala, utamanya penggunaan visa ziarah atau visa turis yang tidak diperuntukkan bagi haji.
Salah satu Tokoh Muda NU, Ubaidillah Amin (Gus Ubaid) yang pernah mengalami pengalaman serupa, menyampaikan imbauan agar para jemaah Furoda maupun jemaah lain yang saat ini berada di Arab Saudi dengan visa ziarah tidak memaksakan diri untuk masuk ke Makkah. Ia menegaskan, setiap menjelang puncak haji (khususnya saat wukuf di Arafah) pemerintah Saudi Arabia sangat memperketat seluruh perbatasan, sehingga upaya untuk lolos ke Arafah sangat berisiko.
“Kalaupun lolos ke Arafah, bisa jadi akses ke tempat lain belum tentu terbuka,” ujar Gus Ubaid, sapaan akrabnya.
Menurutnya, pemerintah Saudi kini bahkan menggunakan teknologi drone untuk memperketat pengawasan. Ia juga mengingatkan agar pihak travel tidak memanfaatkan jasa orang mukimin lokal untuk menerobos jalur-jalur tidak resmi. “Banyak yang menawarkan jasa lewat jalur gurun, tapi risikonya sangat besar. Kami pernah dikejar-kejar saat menggunakan visa ziarah, tapi sekarang jauh lebih ketat,” tambahnya.
Ia juga menyarankan, lebih baik para jemaah Furoda menunggu di Jeddah dan melaksanakan umrah setelah puncak haji selesai. “Biasanya, setelah wukuf Arafah dan jemaah haji resmi kembali ke Mekah, barulah akses dibuka untuk umrah. Tidak perlu memaksakan diri agar tidak berakhir dengan penahanan, deportasi, bahkan masuk daftar hitam (blacklist) di Saudi Arabia,” jelasnya.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa jemaah yang memaksakan diri masuk ke Mekah dengan visa ziarah hampir pasti akan sulit masuk ke Arafah. Penjagaan sangat ketat, dan seluruh tenda di Arafah sudah terdaftar atas nama jemaah haji resmi. “Apalagi suhu di Arafah saat ini mencapai 50 derajat Celsius, sangat membahayakan bagi yang tidak memiliki fasilitas memadai. Jemaah resmi pun biasanya menolak kehadiran orang yang tak terdaftar di tenda mereka,” tegasnya.
Ia menekankan, ibadah haji seharusnya dijalankan dengan penuh hikmat dan tertib, bukan dengan menciptakan kegaduhan atau berisiko menimbulkan konflik. “Saran kami, bagi calon jemaah haji Furoda yang sudah di Jeddah atau Riyadh, sebaiknya tidak memaksakan diri masuk ke Mekah tahun ini. Keselamatan dan ketertiban harus diutamakan,” pungkasnya. (tok/ian)
/data/photo/2025/06/19/6853f5cc50c94.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
