kab/kota: Maumere

  • Komdigi Fokus pada 5 Teknologi ini guna Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

    Komdigi Fokus pada 5 Teknologi ini guna Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memperkirakan terdapat 5 teknologi yang kemungkinan memegang peranan penting dalam membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. 

    Kepala BPPTIK Komdigi, Hamdani Pratama mengatakan teknologi pertama adalah Artificial Intelligence (AI). Menurut Hamdani, AI dengan kemunculan platform seperti ChatGPT dan pesaingnya DeepSeek, telah menunjukkan betapa pentingnya teknologi ini dalam menciptakan inovasi dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. 

    Dirinya menekankan bahwa kehadiran teknologi ini tidak hanya sebagai konsumsi, tetapi juga sebagai potensi untuk menjadi produsen dan penggerak digitalisasi global.

    “Nah inilah bagaimana hebatnya tren digital kalau misalnya nantinya kita bukan hanya sebagai konsumen, tapi sebagai produsen kita dapat menentukan arah kemana digitalisasi,” kata Hamdani dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Selain AI, teknologi yang akan difokuskan oleh Komdigi adalah Internet of Things (IoT), Metaverse, Blockchain, dan Quantum Computing.

    Kelima teknologi ini, kata Hamdani diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di Indonesia, serta mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.

    Selain itu, Hamdani juga menekankan pentingnya pemerataan akses teknologi, baik di wilayah perkotaan maupun daerah terpencil (3T). 

    Pembangunan SDM di seluruh wilayah Indonesia menjadi sangat krusial agar masyarakat dapat menguasai teknologi digital dan ikut berpartisipasi dalam kemajuan ekonomi digital.

    “Akses terhadap teknologi harus merata. Tidak hanya di perkotaan atau Pulau Jawa saja, tetapi seluruh wilayah Indonesia, dari daerah terpencil hingga pulau-pulau terluar, harus memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan digital,” ujarnya.

    Hamdani menjelaskan bahwa ada tiga pilar utama dalam pembangunan digital Indonesia yang harus dikuatkan, yakni pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. 

    Pemerintah diharapkan dapat melakukan transformasi menuju pemerintahan yang modern dan responsif melalui pemanfaatan teknologi. 

    Sementara itu, ekonomi digital diharapkan dapat melampaui batas geografis, memungkinkan perdagangan digital yang lebih inovatif dan inklusif.

    “Masyarakat digital Indonesia tidak hanya akan menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang dapat berperan aktif dalam ekonomi digital global. Dengan bonus demografi yang dimiliki, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam revolusi digital,” ucap Hamdani.

  • Cisco Ingatkan Ancaman di Balik WiFi Gratis, Minta Gen Z Lebih Waspada

    Cisco Ingatkan Ancaman di Balik WiFi Gratis, Minta Gen Z Lebih Waspada

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Cisco Systems Indonesia mengungkapkan pentingnya kesadaran (awareness) dalam menjaga keamanan data pribadi saat berada di ruang digital bagi Generasi Z atau Gen Z, termasuk saat menggunakan WiFi gratis di manapun. 

    Area Academy Manager Cisco Networking Academy PT Cisco Systems Indonesia, Adri Gautama mengatakan kebiasaan terhubung ke internet gratis dapat menimbulkan risiko yang tidak disadari oleh banyak orang, salah satunya oleh Gen Z

    Adri menuturkan, banyak yang tanpa berpikir dua kali menghubungkan perangkat mereka ke jaringan wifi gratis, seperti yang sering ditemui di kafe atau tempat umum lainnya. 

    “Apa yakin itu wifi yang disediakan oleh pihak kafe? Bisa jadi ada orang ketiga yang membuat hotspot palsu untuk menyadap semua lalu lintas data kita,” kata Adri dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Selain itu, Adri menekankan bahwa kesadaran akan potensi risiko ini seringkali tidak diperhatikan, terutama oleh generasi yang sejak lahir sudah akrab dengan dunia digital.

    Adri juga menyoroti kebiasaan berbelanja online yang semakin meluas, di mana pengguna sering kali terjebak dengan link yang tampak biasa namun sebenarnya mengandung malware. 

    “Sebagai contoh, link yang terlihat seperti tawaran menarik bisa jadi adalah jebakan untuk mencuri data pribadi atau menginfeksi perangkat dengan virus. Ini semua tentang kesadaran,” ujarnya.

    Maka dari itu, acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ Cisco berharap kesadaran masyarakat terutaka Gen Z terhadap pentingnya keamanan digital dapat meningkat. 

    Pihaknya ingin memberikan pemahaman bahwa dunia digital membawa banyak kemudahan, tetapi juga risiko yang perlu diwaspadai. 

    “Dengan meningkatnya awareness, diharapkan pengguna internet lebih bijak dalam menjaga privasi dan keamanan data mereka,” ucap Adri.

    Sebelumnya, Kepolisian Federal Australia belum lama mendakwa pria karena mengumpulkan data penumpang pada sebuah penerbangan komersial.

    Hal itu terungkap setelah karyawan di maskapai tersebut menemukan jaringan WiFi mencurigakan saat penerbangan. Karyawan maskapai kemudian melapor. 

    Setelah mendapat laporan, Penyelidik AFP menggeledah barang bawaan seorang pria berusia 42 tahun dan menyita beberapa perangkat serta menemukan data pribadi orang lain bersama dengan halaman WiFi palsu.

    “Penyidik ​​​​menggeledah barang bawaan pria itu saat ia kembali ke Bandara Perth dengan penerbangan dari negara bagian lain pada tanggal 19 April 2024, dan menyita perangkat akses nirkabel portabel, laptop, dan ponsel dari tas tangan. Mereka juga menggeledah rumahnya di Palmyra,” Kepolisian Federal Australia. 

    Laporan Cyberews menyebutkan polisi menduga pria itu menciptakan jaringan WiFi gratis ‘kembaran’ untuk membujuk korban yang tidak curiga agar terhubung. Sementara itu, pengguna akan terhubung ke jaringan tersebut, karena mengira mereka menggunakan layanan yang sah.

    Kepolisian menduga bahwa ketika orang mencoba menghubungkan perangkat mereka ke jaringan WiFi gratis, mereka diarahkan ke halaman web palsu yang mengharuskan mereka masuk menggunakan email atau akun media sosial.

    Rincian tersebut kemudian diduga disimpan di perangkat pria tersebut.

  • Di Depan Gen Z Maumere, Indosat Ungkap Segudang Peluang di Balik Ruang Digital

    Di Depan Gen Z Maumere, Indosat Ungkap Segudang Peluang di Balik Ruang Digital

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Indosat Tbk. (ISAT) berkomitmen membuka wawasan generasi muda di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, tentang potensi dunia digital lebih dari sekadar media sosial.

    Melalui inisiatif kampanye “Generasi Terkoneksi”, Indosat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih besar soal digital.

    Melalui program ini, Indosat ingin mengubah pola pikir peserta tentang bagaimana internet bisa menjadi alat yang tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk produktivitas dan kewirausahaan.

    SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Steve Saerang menjelaskan tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan wawasan kepada peserta bahwa dunia digital menawarkan lebih banyak peluang.

    “Dunia digital itu adalah beberapa hal lain, yaitu bagaimana menggunakan AI, bagaimana kita bisa buka akun usaha, kemudian kita bisa bikin hal-hal lain, semua yang produktif,” kata Steve dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Selain itu, program ini juga mendukung pengembangan kemampuan kewirausahaan bagi generasi muda.

    Steve menambahkan bahwa program ini diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam bentuk usaha yang dapat menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.

    Melalui berbagai pelatihan yang akan diberikan, Indosat berharap dapat mencetak generasi yang tidak hanya terkoneksi secara digital.

    Namun, program ini juga memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha dan memberikan dampak positif bagi perekonomian digital Indonesia. 

    “Ini (program) adalah peluang, peluang untuk nanti setelah saya belajar, saya dapat ilmu, abis ini saya diskusi, saya bikin. Bikin apa? Sesuatu yang menghasilkan buat saya dan juga keluarga dan juga orang lain,” ujar Steve.

    Sebelumnya, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) bersama Bisnis Indonesia hari ini, Selasa (4/2/2025) menggelar Festival Literasi Digital di Maumere, NTT, untuk mengikis kesenjangan digital di tanah Nian Tana Sikka. 

    Dalam Festival Literasi Digital bertajuk “Saatnya GenSi BERAKSI” (BERkarya dengan bijAK dan berprestaSI), acara literasi ini dihelat di Unipa Maumere selama satu hari penuh. 

    Acara terbuka bagi kalangan generasi muda di Maumere. Sejumlah pembicara yang ahli di bidangnya akan mengisi acara literasi digital itu, seperti AI Content Creator & Developer Anjas Maradita, Area Academy Manager CISCO Networking Academy PT Cisco Systems Indonesia Adri Gautama, dan Programer & Influencer Fuadit Muhammad. 

    Selain itu, hadir pembicara lokal yang menguasai Edu & Self Development Content Creator NTT, Apriani V.E.K. Dangga, Kepala BPPTIK Komdigi Hamdani Pratama dan SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang.

  • Gen Z Nadi Transformasi Digital di Sikka NTT, Indosat Bekali Keterampilan IT

    Gen Z Nadi Transformasi Digital di Sikka NTT, Indosat Bekali Keterampilan IT

    Bisnis.com, JAKARTA — Generasi Z atau Gen Z menjadi salah satu pendorong perkembangan digitalisasi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

    Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sikka, Ferry Afales mengatakan bahwa Kabupaten Sikka kini menjadi salah satu wilayah dengan tingkat pengguna layanan telekomunikasi tertinggi, mencapai 87,03% dan didominasi oleh Gen Z. 

    Gen Z yang melekat dengan teknologi, turut berperan dalam mengajak masyarakat NTT untuk menggunakan internet dalam berbagai aktivitas.

    “Gen Z sudah memberikan ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan digitalisasi di Kabupaten Sikka,” kata Ferry dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Ferry melanjut komitmen untuk meningkatkan kualitas layanan internet tidak hanya berhenti di level generasi muda. 

    Pemerintah Kabupaten Sikka juga telah merumuskan kebijakan untuk mengembangkan sistem pemerintahan berbasis elektronik. 

    Salah satu langkah utama dalam kebijakan tersebut adalah mempercepat konektivitas internet yang lebih cepat, yang diharapkan dapat mendukung transformasi menuju kota pintar atau smart city di masa depan.

    “Tujuan kami adalah membuat Kabupaten Sikka menjadi lebih pintar dengan internet. Dengan adanya konektivitas yang semakin baik, kami yakin sistem pemerintahan dan pelayanan publik akan semakin efisien,” ujarnya.

    Ferry mencatat, sampai dengan saat ini sudah ada 158 menara tower yang terbangun di Kabupaten Sikka. Namun, tantangan besar yang harus diatasi. 

    Sebab, terdapat 28 titik yang masih termasuk dalam kategori blank spot, yang berarti area-area tersebut belum terjangkau konektivitas internet yang memadai.

    Untuk mengatasi masalah ini, pihak pemerintah daerah berharap dapat bekerja sama dengan Indosat untuk segera membangun menara telekomunikasi di titik-titik blank spot. 

    “Dengan keberadaan tim manajemen Indosat, kami berharap dapat segera mengatasi masalah blank spot ini,” ucap Ferry.

    Sebagai solusi sementara, Ferry menuturkan pihaknya telah dipasang VISAT di 163 titik, termasuk di fasilitas pemerintahan, kesehatan, dan pendidikan yang berada di area blank spot. 

    Dengan pemasangan VSAT, diharapkan pelayanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, dan administrasi pemerintahan, dapat berjalan lebih lancar dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi masyarakat di Kabupaten Sikka.

    “Kami percaya, dengan langkah-langkah ini, konektivitas yang lebih baik akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan mendukung kemajuan digitalisasi di Kabupaten Sikka,” tuturnya.

    Indosat, Bisnis Indonesia, Komdigi dan Unipa berkolaborasi dalam meningkatkan literasi digital di Kabupaten Sikka, Nusa TenggaraPerbesar

    Sementara itu, SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan Indosat terus memperluas jaringan internetnya ke pelosok negeri termasuk ke Sikka, Nusa Tenggara. 

    Indosat hadir dengan memberikan jaringan prima dan harga layanan yang terjangkau, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat terhubung ke internet. 

    Setelah menghadirkan konektivitas, kata Steve, Indosat ingin agar masyarakat dapat makin berdaya lewat sejumlah pelatihan digital. 

    Dengan pelatihan digital tersebut, masyarakat tidak hanya mendapatkan peningkatan skill di digital, juga berpeluang memperoleh sertifikat berskala global. 

  • Sertifikasi Internasional Tingkatkan Keterampilan Digital dan Nilai Generasi Z

    Sertifikasi Internasional Tingkatkan Keterampilan Digital dan Nilai Generasi Z

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. menilai kehadiran sertifikasi digital berskala global akan membuat mahasiswa makin bernilai di tengah era digital.

    SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan Indosat terus memperluas jaringan internetnya ke pelosok negeri termasuk ke Nusa Tenggara. 

    Indosat hadir dengan memberikan jaringan prima dan harga layanan yang terjangkau, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat terhubung ke internet. 

    Setelah menghadirkan konektivitas, kata Steve, Indosat ingin agar masyarakat dapat makin berdaya lewat sejumlah pelatihan digital. 

    Dengan pelatihan digital tersebut, masyarakat tidak hanya mendapatkan peningkatan skill di digital, juga berpeluang memperoleh sertifikat berskala global. 

    “Jika ingin lebih  meningkat lagi, bisa punya sertifikasi internasional, bisa ikutan di programnya KomDigi, DTS, Digital Talent Scholarship. Jadi bisa akses di situ. Modulnya ada di 300-500 jam, kemudian nanti bisa dapat sertifikasi internasional,” kata Steve dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Diketahui, ini bukan kali pertama Indonesia menggelar literasi digital di wilayah Indonesia Timur. 

    Acara ini merupakan rangkaian acara Saatnya GenSi BERAKSI yang dilakukan di Sorong, Papua Barat, pada 5 Desember 2024. Sebanyak 600 talenta digital di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong dan sekitarnya terlibat dalam acara tersebut.   

    Melalui acara literasi digital di daerah terluar Indonesia ini Indosat berkomitmen mengurangi kesenjangan digital dan mendorong kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia.

    Pasalnya, talenta digital menjadi pilar masa depan Indonesia. Apalagi saat ini ada kesenjangan dalam jumlah talenta digital dibutuhkan oleh Indonesia pada 2030.   

    Kebutuhan talenta digital Indonesia pada 2030 berada di angka 9 juta talenta. Namun, Komdigi memperkirakan talenta digital yang dapat dicetak sampai 2030 tidak sampai 7 juta talenta.

    Adapun pada tahun ini ditargetkan minimal mencetak 200.000 talenta baru. Indosat Ooredoo Hutchison sendiri memiliki program untuk mengikis kesenjangan talenta digital. Perseroan menargetkan melatih 1 juta talenta digital di Indonesia hingga 2027 mendatang. Program literasi digital Saatnya GenSi BERAKSI ini merupakan salah satu alat untuk mencetak talenta-talenta digital di daerah. 

    Literasi digital yang diberikan pun beragam tingkatkannya mulai dari pemula hingga advance. Pada tingkat pemula pelatihan diberikan dengan memperkenalkan internet dan hal-hal yang dapat dilakukan lewat fitur-fitur yang terdapat di internet. 

    “Dahulu mau bikin image, mau bikin gambar harus belajar Adobe Photoshop. Sekarang pake ChatGPT, dan lain sebagainya bahkan sekarang mau pake brand yang lain juga bisa. Gampang sekali. Create image. Nah ini yang penting, literasinya,” kata Steve. 

    Indosat juga memberikan pelatihan tentang cara mengoptimalkan kecerdasan buatan untuk membantu produktivitas. Mengungkap peran AI dalam membantu memudahkan kehidupan sehari-hari. 

    Indosat juga aktif dalam membangun komunitas yang mempertemukan para talenta digital sehingga masing-masing talenta dapat saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. 

    “What next? Nah ini what next-nya yang harus dipikirin secara bersama-sama mungkin sebagai satu ekosistem. Kami juga dari Indosat terus mendukung perkembangan UMKM,” kata Steve.

  • Hari Ini Festival Literasi Digital Sambangi Maumere, Simak Acaranya!

    Hari Ini Festival Literasi Digital Sambangi Maumere, Simak Acaranya!

    Bisnis.com, MAUMERE – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) bersama Bisnis Indonesia hari ini, Selasa (4/2/2025) menggelar Festival Literasi Digital di Maumere, NTT, untuk mengikis kesenjangan digital di tanah Nian Tana Sikka.

    Dalam Festival Literasi Digital bertajuk “Saatnya GenSi BERAKSI” (BERkarya dengan bijAK dan berprestaSI), acara literasi ini dihelat di Unipa Maumere selama satu hari penuh. Acara terbuka bagi kalangan generasi muda di Maumere.

    Sejumlah pembicara yang ahli di bidangnya akan mengisi acara literasi digital itu, seperti AI Content Creator & Developer Anjas Maradita, Area Academy Manager CISCO Networking Academy PT Cisco Systems Indonesia Adri Gautama, dan Programer & Influencer Fuadit Muhammad.

    Selain itu, hadir pembicara lokal yang menguasai Edu & Self Development Content Creator NTT, Apriani V.E.K. Dangga, Kepala BPPTIK Komdigi Hamdani Pratama dan SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang.

    Sebelum diskusi, acara akan dibuka oleh Rektor Universitas Nusa Nipa Jonas K.G.D Gobang, Bupati Sikka Adrianus Firminus Parera, Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Digital RI Wijaya Kusumawardhana, dan pihak Indosat. Gubernur NTT terpilih  Emanuel Melkiades hadir secara daring pada acara tersebut.

    Acara ini cukup menarik karena mengangkat tema diskusi yang selama ini sedang trending. Pertama, AI, Teman atau Lawan? yang akan dibawakan oleh Anjas Maradita Kedua, Jaringan yang Terhubung, Peluang yang Tak Terbatas, yang akan dibawakan oleh keempat pembicara yaitu Dr. Jonas K. G. D. Gobang, S. Fil., M.A rektor dari Universitas Nusa Nipa, Steve Saerang – SVP Head of Corporate Communication Indosat Ooredoo Hutchison, Ferry Afales sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sikka, dan yang terakhir Apriani V.E.K Dangga sebagai EDU & Self Development Content Creator NTT.

    Ketiga, Transformasi Gen Z, dari Cerdas Digital ke Aman Digital akan dibawakan oleh Adri Gautama selaku Area Academy Manager Cisco Networking Academy dari PT Cisco Systems Indonesia, Hamdani Pratama selaku Kepala BPPTIK, Kementerian Komunikasi dan Digital, dan yang terkahir  adalah Fuadit Muhammad selaku Programmer & Tech Influencer.

    Dalam acara ini para mahasiswa dan generasi Z akan diberikan wawasan mengenai konten digital, pemanfaatan jejaring digital hingga tetap eksis dan terkoneksi di platform digital, tetapi tetap terjaga keamanannya.

    Para peserta pun dapat berinteraksi langsung dengan narasumber dan menyampaikan pengalaman serta pertanyaan seputar teknologi digital.

    Mengikis Kesenjangan Digital

    Acara ini merupakan rangkaian acara Saatnya GenSi BERAKSI yang dilakukan di Sorong, Papua Barat, pada 5 Desember 2024. Melalui acara Festival Literasi Digital di daerah terluar Indonesia ini, Indosat berkomitmen mengurangi kesenjangan digital dan mendorong kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia.

    Menurut Steve Saerang, SPV – Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, pihaknya ingin memastikan bahwa masyarakat Maumere dapat merasakan pemerataan konektivitas sehingga dapat membuka peluang dan potensi yang lebih luas.

    “Terutama untuk mengembangkan bisnis, mengakses informasi pendidikan hingga kesehatan, serta dapat memaksimalkan kehadiran teknologi untuk meningkatkan taraf hidup,” kata Steve.

    Seperti diketahui, saat ini ada kesenjangan dalam penyediaan talenta digital. Kebutuhan talenta digital Indonesia pada 2030 berada di angka 9 juta talenta.

    Namun, Komdigi memperkirakan talenta digital yang dapat dicetak sampai 2030 tidak sampai 7 juta talenta. Adapun pada tahun ini ditargetkan minimal mencetak 200.000 talenta baru.

    Indosat Ooredoo Hutchison sendiri memiliki program untuk mengikis kesenjangan talenta digital. Perseroan menargetkan melatih 1 juta talenta digital di Indonesia hingga 2027 mendatang.

    Talenta digital tersebut akan dilatih lewat beberapa jenis program. Program pertama adalah pelatihan 30.000 pekerja profesional di bidang AI.

    Kemudian, ada pelatihan pekerja digital perempuan, pelatihan spesialis teknologi pemerintah di kota-kota besar Indonesia, serta kerja sama pemerintah-swasta di perguruan tinggi.

    Program literasi digital Saatnya GenSi BERAKSI ini merupakan salah satu alat untuk mencetak talenta-talenta digital di daerah.

  • Indosat Dekatkan Teknologi ke Indonesia Timur, Tingkatkan Keterampilan Digital Gen Z

    Indosat Dekatkan Teknologi ke Indonesia Timur, Tingkatkan Keterampilan Digital Gen Z

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. (ISAT) berkomitmen untuk mendekatkan teknologi ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang berada di wilayah Indonesia Timur. Kehadiran teknologi diiring dengan literasi digital agar keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi tersebut optimal 

    SVP-Head of Region Bali Nusra Indosat Ooredoo Hutchison Julandi George Fransiskus mengatakan teknologi yang dihadirkan Indosat diharapkan dapat membuat generasi muda lebih berdaya. Generasi muda sebagai pilar transformasi digital, memiliki telah melek teknologi, sehingga perlu dihadirkan keterampilan tambahan untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki. 

    “Indosat memiliki misi untuk mendekatkan teknologi ke masyarakat, termasuk yang berada di Indonesia Timur,” kata Julandi dalam acara Literasi Digital ‘Saatnya Gensi Beraksi’ di Universitas Nusa Nipa Maumere, Selasa (4/2/2025). 

    Sekadar informasi, pada kuartal III/2024 Indosat telah mengoperasikan 247.100 Base Transceiver Station (BTS) di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 193.600 merupakan BTS 4G atau BTS khusus internet. 

    Jumlah BTS 4G Indonesat bertambah 21.400 BTS dibandingkan dengan kuartal III/2023. Penambahan BTS 4G Indosat menandakan bahwa perusahaan memiliki komitmen kuat dalam memperluas layanan mereka, termasuk ke Indonesia Timur. 

    Julandi juga mengatakan bahwa Indosat tidak sekadar membawa jaringan internet dan teknologi terbaru, juga memiliki misi untuk memberdayakan masyarakat seiring dengan hadirnya teknologi tersebut. 

    “Indosat tidak hanya kejar profitabilitas, tetapi memberdayakan indonesia,” kata Juliandi. 

    Berdasarkan catatan Julandi penetrasi Internet di Nusa Tenggara mencapai 68%, jumlah tersebut terus meningkatkan sejalan dengan langkah operator seluler, termasuk Indosat, dalam memperluas jaringan. 

    Indosat tidak hanya menghadirkan jaringan internet, juga meningkatkan keterampilan masyarakat dengan sejumlah pelatihan. 

  • Melalui Literasi Digital, Kikis Kesenjangan Talenta Digital

    Melalui Literasi Digital, Kikis Kesenjangan Talenta Digital

    Bisnis.com, JAKARTA – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) bersama Bisnis Indonesia menggelar acara literasi digital bertajuk “Saatnya GenSi BERAKSI” di Universitas Nusa Nipa, Maumere, NTT, pada 4 Februari 2025.

    Acara ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital di Tanah Air, khususnya di wilayah Indonesia timur. Selain itu, memberikan wawasan kepada generasi muda tentang pentingnya keterampilan digital.

    Dalam konteks kebutuhan talenta digital, Indonesia diperkirakan akan membutuhkan 9 juta talenta digital pada 2030, sedangkan jumlah yang dapat dicetak diperkirakan tidak mencapai 7 juta.

    Indosat berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan talenta digital di daerah-daerah yang belum memiliki keterampilan digital khususnya Indonesia bagian Timur, sehingga dapat berkontribusi pada perekonomian nasional.

    Acara ini menekankan pentingnya keamanan dan privasi data di era digital, terutama bagi generasi Z yang sangat akrab dengan teknologi. Diskusi-diskusi yang diadakan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan keamanan digital di kalangan Gen Z, serta mengembangkan kompetensi keamanan siber di Indonesia Timur.

    Dengan adanya acara literasi digital ini, diharapkan generasi muda di Maumere dapat memiliki daya saing yang lebih baik dalam dunia digital, serta mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.

    Melalui inisiatif ini, diharapkan kesenjangan digital dapat dikikis, dan generasi muda Indonesia dapat bersaing di tingkat global.

    Salah satu harapan dampak positif dari literasi digital adalah peningkatan akses informasi. Dengan kemampuan literasi digital yang baik, individu dapat dengan mudah mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia di internet.

    Hal ini sangat penting dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, dimana informasi yang tepat dan terkini dapat menjadi kunci untuk sukses.

    Individu yang memiliki literasi digital yang baik dapat mengakses sumber daya pendidikan online, mengikuti kursus daring, dan memanfaatkan platform pembelajaran yang tersedia, sehingga mereka dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.

    Literasi digital juga diharapkan dapat memberdayakan individu untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital. Dengan keterampilan digital yang memadai, individu dapat menciptakan konten, berinovasi, dan bahkan memulai usaha mereka sendiri.

    Hal ini membantu mengurangi kesenjangan talenta digital karena individu dari berbagai latar belakang dapat memanfaatkan teknologi untuk menciptakan peluang bagi diri mereka sendiri. Misalnya, banyak pengusaha muda yang memanfaatkan media sosial dan platform e-commerce untuk memasarkan produk mereka, yang sebelumnya mungkin tidak terjangkau bagi mereka.

    Dengan literasi digital yang baik, individu dapat lebih mudah berkolaborasi dan berbagi ide. Hal Ini mendorong inovasi dan kreativitas, yang sangat penting dalam dunia yang terus berubah.

    Literasi Digital di Nusa Nipa

    Acara ini dibuka oleh Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Digital RI Wijaya Kusumawardhana bersama Rektor Universitas Nusa Nipa Jonas K.G.D Gobang dan Julandi George Fransiskus selaku SVP-Head of Region Bali Nusra Indosat Ooredoo Hutchison. Gubernur NTT terpilih  Emanuel Melkiades dijadwalkan hadir secara daring pada acara tersebut.

    Terdapat tiga sesi acara dalam diskusi bertajuk GenSi Talks. Pertama, AI, Teman atau Lawan? Kedua, Jaringan yang Terhubung, Peluang yang Tak Terbatas. Ketiga, Transformasi Gen Z, dari Cerdas Digital ke Aman Digital.

    Narasumber yang hadir dalam diskusi ini antara lain Hamdani Pratama, Kepala BPPTIK dari Kementerian Komunikasi & Digital; Adri Gautama, Area Academy Manager Cisco Networking Academy PT Cisco Systems Indonesia; dan Fuadit Muhammad, seorang programmer dan tech influencer.

    Selain itu, Anjas Maradita, AI Content Creator & Developer; Apriani V.E.K. Dangga, Edu & Self Development Content Creator NTT; dan Steve Saerang, SVP Head of Corporate Communications Indosat Oooredoo Hutchison.

  • Siap-Siap! Indosat-Bisnis Indonesia Gelar Literasi Digital di Maumere

    Siap-Siap! Indosat-Bisnis Indonesia Gelar Literasi Digital di Maumere

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Indosat Tbk. (ISAT) bersama Bisnis Indonesia akan menggelar acara literasi digital kepada generasi muda di Maumere, NTT, pada 4 Februari 2025 guna mengikis kesenjangan digital.  

    Melalui acara bertajuk “Saatnya GenSi BERAKSI” (BERkarya dengan bijAK dan berprestaSI), acara literasi ini akan digelar di Unipa Maumere selama satu hari penuh.

    Acara tersebut akan dibuka oleh Jonas K.G.D Gobang, Rektor Universitas Nusa Nipa, Wijaya Kusumawardhana, Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Digital RI dan Julandi George Fransiskus selaku SVP-Head of Region Bali Nusra Indosat Ooredoo Hutchison. Menurut rencana, Emanuel Melkiades, Gubernur NTT terpilih  dijadwalkan hadir secara daring pada acara tersebut.

    Setelah dibuka ada tiga acara diskusi GenSi Talks pada acara tersebut, yakni dengan tema AI, Teman atau Lawan?, Jaringan yang Terhubung, Peluang yang Tak Terbatas, dan Transformasi Gen Z, dari Cerdas Digital ke Aman Digital.

    Adapun pembicaranya terdiri dari Anjas Maradita, AI Content Creator & Developer, Adri Gautama, Area Academy Manager, CISCO Networking Academy, PT Cisco Systems Indonesia, Apriani V.E.K Dangga, Edu & Self Development Content Creator, Fuadit Muhammad, Programmer & Influencer, Hamdani Pratama, Kepala BPPTIK Komdigi dan Steve Saerang, SVP Head of Corporate Communications, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH). 

    Dalam acara ini para mahasiswa dan generasi Z akan diberikan wawasan mengenai konten digital, pemanfaatan jejaring digital hingga bagaimana acara aman tetap eksis dan terkoneksi di platform digital. 

    Para peserta juga dapat berinteraksi langsung dengan narasumber dan menyampaikan pengalaman serta pertanyaan seputar teknologi digital.

    Acara ini merupakan rangkaian acara Saatnya GenSi BERAKSI yang dilakukan di Sorong, Papua Barat, pada 5 Desember 2024. Dengan tema yang sama, acara yang akan diselenggarakan di di Universitas Pendidikan Muhammadiyah itu melibatkan 600 talenta digital dari wilayah Sorong dan sekitarnya.  

    Melalui acara literasi digital di daerah terluar Indonesia ini Indosat berkomitmen mengurangi kesenjangan digital dan mendorong kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia.

    Pasalnya, talenta digital menjadi pilar masa depan Indonesia. Apalagi saat ini ada kesenjangan dalam jumlah talenta digital dibutuhkan oleh Indonesia pada 2030.  

    Kebutuhan talenta digital Indonesia pada 2030 berada di angka 9 juta talenta. Namun, Komdigi memperkirakan talenta digital yang dapat dicetak sampai 2030 tidak sampai 7 juta talenta. Adapun pada tahun ini ditargetkan minimal mencetak 200.000 talenta baru.

    Indosat Ooredoo Hutchison sendiri memiliki program untuk mengikis kesenjangan talenta digital. Perseroan menargetkan melatih 1 juta talenta digital di Indonesia hingga 2027 mendatang.

    Program literasi digital Saatnya GenSi BERAKSI ini merupakan salah satu alat untuk mencetak talenta-talenta digital di daerah.

  • Perusahaan milik Keuskupan Maumere gusur ratusan rumah warga adat – ‘Kami tidak menyangka gereja bisa melakukan ini’ – Halaman all

    Perusahaan milik Keuskupan Maumere gusur ratusan rumah warga adat – ‘Kami tidak menyangka gereja bisa melakukan ini’ – Halaman all

    Ratusan keluarga dari Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai di Desa Nangahale, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, memilih tetap tinggal di antara puing-puing reruntuhan bangunan yang hancur digusur PT Kristus Raja Maumere pada pekan lalu.

    Mereka mendirikan ‘rumah darurat’ yang terbuat dari seng dan beratap terpal demi mempertahankan tanah ulayat mereka.

    “Kami tetap bertahan di rumah yang sudah digusur ini, kami bertahan, karena kami punya tanah hak ulayat, kami tidak takut apabila ada preman yang kembali datang,” ujar Kepala Suku Soge, Ignasius Nasi.

    Penggusuran ini merupakan buntut dari konflik lahan yang berlangsung bertahun-tahun antara masyarakat adat dengan perusahaan milik Keuskupan Maumere.

    Direktur Utama PT Kristus Raja Maumere, Romo Epy Rimo, menyebut penggusuran itu sebagai ‘pembersihan’ sebab pihaknya sudah mengantongi hak mengelola tanah tersebut untuk pengembangan bisnis perkebunan kelapa.

    Upaya ‘pembersihan’ itu, klaimnya, akan terus dilakukan dalam waktu dekat.

    Menanggapi persoalan ini Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran-Perantau, Konferensi Waligereja Indonesia, Romo Marten Jenarut, mengatakan prinsip bisnis dalam gereja harus tetap dalam kerangka mendukung marwah gereja sebagai lembaga keagamaan.

    “Pada prinsipnya ajaran sosial gereja menjunjung tinggi keadilan, kesejahteraan sosial, solidaritas, martabat manusia, dan keutuhan ciptaan,” papar Romo Marten.

    ‘Kami kaget gereja bisa melakukan ini’

    Jejak penggusuran yang terjadi di Desa Nangahale pada Selasa (22/01) lalu masih terasa menyakitkan bagi ratusan keluarga dari Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai.

    Rumah yang mereka bangun dengan hasil jerih payah selama bertahun-tahun porak-poranda digilas ekskavator tanpa ampun.

    Begitu pula kebun yang menjadi sumber hidup mereka.

    Kepala Suku Soge Natarmage, Ignasius Nasi, menceritakan ratusan warga—yang kebanyakan para ibu—sempat mengadang alat berat yang hendak merobohkan rumah-rumah mereka.

    Mereka mencegat ekskavator sambil berteriak: “Inikah perbuatan orang kudus?”

    Ketika Negara dan Tokoh Agama sudah melukai hati rakyat, Pada siapa lagi rakyat mengadu?

    Umat nasrani dan kristen di NTT sedang bersedih.

    Tapi apa daya, jumlah dan kekuatan mereka kalah jauh.

    Sebab tak hanya alat berat yang didatangkan, ada pula ratusan orang yang diduga dari PT Kristus Raja Maumere memakai ikat kepala sambil membawa parang, palu, dan linggis.

    Segerombolan orang itu memaksa warga keluar dari rumah dan mengambil paksa hasil kebun.

    Menurut Ignasius, aparat dari TNI-Polri serta Satpol PP juga berada di lokasi untuk mengawal proses penggusuran.

    Sepekan setelah kejadian itu, ratusan keluarga masih bertahan di lokasi yang sama, tapi kali ini di antara puing-puing rumah yang luluh lantak.

    Mereka mendirikan ‘rumah darurat’ yang terbuat dari seng dan beratap terpal demi mempertahankan tanah ulayat mereka.

    “Kami tetap berada di rumah yang sudah digusur ini, kami tetap bertahan karena kami punya tanah hak ulayat, kami tidak pernah takut apabila ada preman yang kembali datang,” ucap Ignasius.

    Ketika BBC News Indonesia ke sana, sejumlah warga dengan muka hampa sedang mengais barang-barang yang masih bisa dipakai, sebagian lagi sedang memasak, dan yang lain duduk dengan kepala menunduk di dekat rumah yang telah runtuh.

    Ignasius berkata ratusan keluarga ini sudah tinggal di lokasi eks HGU tersebut sejak 2014. Persisnya ketika kontrak HGU yang dimiliki Keuskupan Agung Ende berakhir.

    Sebab mereka meyakini tanah ini adalah warisan leluhur mereka.

    “Tanah ini… tanah warisan leluhur dari turun-temurun, sehingga kami kembali tinggal di sini,” jelas Ignasius.

    Di lahan yang terletak di Desa Nangahale ini lah mereka lantas mendirikan rumah-rumah dan berkebun.

    Total ada 150 kepala keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani.

    Konflik muncul kala PT Kristus Raja Maumere—perusahaan milik Keuskupan Maumere—hendak melanjutkan kontrak HGU di tanah tersebut.

    Sependek ingatan Ignasius, sejak Desember tahun 2023 setidaknya sudah ada tiga kali upaya penggusuran dan semuanya terjadi perlawanan.

    Penggusuran yang terakhir pada pekan lalu adalah puncak kekecewaan mereka.

    Imbasnya hubungan warga dengan gereja, jadi renggang. Bahkan masyarakat setempat tidak nyaman untuk beribadah di gereja.

    Ada perasaan sesal dan sakit hati karena “Yesus Kristus tidak pernah mengajarkan perbuatan seperti ini,” tutur Ignasius.

    “Kami tidak menyangka, kami kaget pihak gereja bisa melakukan ini. Bangunan rumah kami rusak, tanaman rusak, dan sumur air ditutup semua.”

    “Saat ini kami pun belum bisa ke gereja, tapi kami tidak bisa lepas dengan agama.”

    Anggota Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Sikka, John Bala, mengatakan penggusuran pekan lalu itu sebetulnya terjadi di beberapa lokasi: dua rumah di Utan Wair, seratus lebih unit di Pedan, Desa Nangahale dan lima lainnya di Wair Hek, Desa Likong Gete.

    Jika dijumlahkan maka ada 450 jiwa yang terdampak.

    Bagaimana silsilah tanah ini?

    John Bala, Anggota Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Sikka, menuturkan masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai sudah mendiami wilayah di Desa Nangahale dan sekitarnya jauh sebelum kolonial Belanda menguasai tanah tersebut pada 1912.

    Itu dibuktikan dari beberapa dokumen sejarah gereja Katolik di NTT dan Maumere.

    Dokumen itu menyebutkan ada tiga stasi utama dalam Misi Dominikan di wilayah Maumere yakni Sikka, Paga, dan Krowe.

    Dalam peta Stasi Misi dari zaman Dominikan yang dibuat oleh B.J.J. Visser, stasi Krowe ditempatkan di sekitar Nangahale –yang sekarang adalah lokasi konflik HGU dengan PT Kristus Raja Maumere.

    “Jadi ada keyakinan bahwa itu tanah leluhur suku Soge dan Goban Runut,” ujar John Bala kepada BBC News Indonesia, Senin (27/01).

    “Dan semestinya mereka mendapatkan tanah itu sebagai kewajiban negara untuk melayani kepentingan masyarakat adat dan petani yang tidak bertanah,” sambungnya.

    John kemudian merujuk pada dokumen permohonan pembaruan HGU yang diajukan oleh PT Kristus Raja Maumere tertanggal 3 November 2013.

    Katanya tertulis di situ, pada 1912 keluar surat keputusan dari pemerintah kolonial Belanda yang memberikan izin kepada perusahaan Amsterdam Soenda Compagny—yang berada di Amsterdam—untuk usaha penanaman kapas dan kelapa seluas 1.438 hektare.

    Tetapi perusahaan ini dilaporkan terus merugi gara-gara perkebunan kapasnya sering dibakar oleh rakyat.

    Karena kondisi demikian, pada 1926 perkebunan tersebut dijual oleh perusahaan Belanda kepada Apostolishe Vicariaat Van de Kleine Soenda Hilanden atau Keuskupan Agung Ende senilai 22.500 gulden.

    Perjanjian jual beli dibuat dengan akte penyerahan tanggal 10 Mei 1926 di hadapan Assisten Residen van Flores, Karel Christian van Haaster.

    Selanjutnya pada 1956, Keuskupan Agung Ende mengajukan permohonan kepada pemerintah swapraja Sikka untuk mengembalikan sebagian tanah konsesi seluas 783 hektare di Nangahale dengan alasan: telah diduduki dan diusahakan oleh rakyat.

    Tapi sisanya, tetap dikelola oleh Keuskupan Agung Ende.

    Pascakemerdekaan, sesuai aturan UU Pokok Agraria, pemerintah menetapkan perkebunan itu sebagai Hak Guna Usaha (HGU) melalui Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan nomor 4/HGU/89 tertanggal 5 Januari 1989.

    Keuskupan Agung Ende lantas mengajukan permohonan HGU atas tanah perkebunan Nangahale seluas 879 hektare, dan dikabulkan.

    Penerima HGU ini adalah perusahaan bentukan Keuskupan Agung Ende, yakni PT Perkebunan Kelapa Diag (Dioses Agung Ende) dengan jangka waktu selama 25 tahun dan berakhir pada 31 Desember 2013.

    Ketika Keuskupan Maumere berpisah dari Keuskupan Agung Ende, konsesi HGU PT Perkebunan Kelapa Diag diserahkan kepada PT Kristus Raja Maumere (Krisrama) yang dinaungi oleh Keuskupan Maumere.

    Pada 2013—sebelum berakhirnya masa HGU PT Diag—PT Kristus Raja Maumere mengajukan permohonan pembaharuan HGU ke Kementerian ATR/BPN.

    Tapi, usulan itu ditunda karena ada keberatan dari masyarakat adat Soge Natarmage dan Goban Runut yang mengeklaim telah menduduki tanah tersebut.

    “Dari silsilah itu jelas tanah HGU PT Kristus Raja Maumere berasal dari tanah milik masyarakat adat Soge Natarmage dan Goban Runut. Tanah ini diambil oleh kolonial Belanda kemudian disewakan kepada perusahaan kolonial Belanda,” kata John.

    “Hingga seterusnya dijual kepada misi gereja Katolik ketika itu.”

    “Waktu itu yang berlaku hukum kolonial Belanda yang sama sekali tidak mengakui hak-hak masyarakat adat.”

    Perjuangan merebut tanah adat

    Perjalanan masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai merebut kembali tanah mereka tidak muncul tiba-tiba.

    Sejak 1912 tercatat sudah ada perlawanan.

    Lalu pada Agustus 2000, masyarakat adat Soge Natarmage yang berada di Utan Wair melakukan reclaiming tanah HGU di Nangahale.

    Dan sebulan setelahnya, terjadi penangkapan terhadap tujuh orang warga karena dituduh mencuri asam di lokasi HGU. Namun beberapa hari kemudian dibebaskan atas desakan masyarakat dan LSM.

    Tahun-tahun setelahnya, masyarakat adat Soge Natarmage bergabung dengan Suku Tana Ai dan komunitas lainnya untuk melakukan aksi demonstrasi ke DPRD Kabupaten Sikka.

    Mereka juga tak gentar atas larangan pemda maupun keuskupan yang melarang pembukaan ladang di dalam kawasan HGU.

    Pada November 2015, perwakilan masyarakat adat Soge Natarmage dan Goban Runut berangkat ke Jakarta untuk menemui pejabat Kementerian ATR/BPN. Niat mereka hendak mengadukan nasib serta menuntut hak-hak sebagai penduduk asli.

    Perjalanan lima hari itu dengan biaya sendiri, kata John Bala.

    Sesampainya di Jakarta, mereka ditemani sejumlah LSM bertemu pihak kementerian. Pejabat kementerian menyampaikan permohonan pembaharuan HGU PT Kristus Raja Maumere akan ditinjau ulang.

    Kementerian, klaim John, juga memerintahkan Kepala Kantor BPN Provinsi NTT untuk melakukan penelitian ulang tanah bekas HGU yang dimohonkan PT Kristus Raja Maumere.

    Serta, meminta perwakilan masyarakat adat kembali berdialog dengan perusahaan.

    “Tapi dialog itu tidak pernah dilakukan sampai ada penerbitan konsesi HGU,” ujar John.

    Namun perlawanan masyarakat adat tak berhenti.

    Berkali-kali mereka mencegat aparat dan Satpol PP untuk melakukan pengukuran dan penanaman pilar tanda batas oleh PT Kristus Raja Maumere bersama pegawai kementerian ATR/BPN di lokasi.

    Mereka juga menghalangi pegawai BPN NTT yang hendak melakukan pemeriksaan tanah sebagai syarat keluarnya HGU.

    Meskipun penerbitan HGU baru untuk PT Kristus Raja Maumere akhirnya tetap keluar pada 20 Juli 2023 seluas 325,682 hektare.

    Dan pada 29 Juli 2024, masyarakat melakukan perlawanan atas pembersihan lahan dengan cara merusak plang yang bertuliskan ‘Tanah ini Milik PT Krisrama, Keuskupan Maumere’.

    Atas aksi itu, delapan orang dilaporkan ke polisi dan ditetapkan sebagai tersangka.

    Proses persidangan masih berlangsung hingga saat ini di Pengadilan Negeri Maumere.

    Sialnya, ungkap John, di persidangan yang berlangsung pada Selasa (22/01) dengan agenda pembacaan eksepsi delapan terdakwa, perusahaan menggusur rumah-rumah warga.

    “Perlawanan [mencegah penggusuran] itu agak terlambat karena sebagian besar warga datang ke pengadilan untuk memberikan dukungan,” ujar John.

    “Jadi perlawanan mencegah itu baru bisa dilakukan sore hari, ketika mereka pulang ke kampung yang jaraknya 30 kilometer.”

    Sementara yang tersisa di kampung, sambungnya, hanya orang tua, para istri, dan anak-anak.

    Apa langkah yang akan ditempuh warga?

    Masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai, klaim John Bala, menilai penerbitan SK HGU Nomor 01/BPN.53/7/2023 tentang Pembaharuan HGU PT Krisrama di Nangahale “cacat secara administrasi” karena tidak memenuhi syarat.

    “Syarat terbit HGU baru itu kan tanah harus berstatus clean and clear, artinya tanah itu tidak boleh ada konflik atau keberatan dari pihak lain. Ini keberatan masyarakat dianggap bukan konflik?” ujarnya.

    Atas dasar itulah, lanjut John, warga akan tetap bertahan di lokasi sembari menempuh langkah-langkah berikutnya.

    Salah satunya, mengajukan keberatan kepada Kementerian ATR/BPN atas penerbitan SK HGU kepada PT Krisrama.

    Pijakan keberatan tersebut merujuk pada diktum keenam dalam SK itu yang menyatakan “apabila di atas tanah yang diberikan HGU terdapat permasalahan, penguasaan, dan atau kepemilikan pihak lain di kemudian hari maka PT Krisrama wajib menyelesaikan masalah tersebut sesuai ketentuan yang berlaku”.

    Lalu, diktum sepuluh menyebutkan “pejabat yang berwenang bisa mencabut izin HGU apabila pemegang hak tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam diktum keenam”.

    Untuk membuktikan adanya persoalan dalam HGU, kata John, mereka akan membeberkan segala peristiwa yang terjadi. Termasuk upaya penggusuran yang belakangan terjadi.

    “Gusur atau pembersihan itu tidak ada dalam mekanisme peraturan yang berlaku. Penggusuran bisa dilakukan setelah ada perintah eksplisit dari pengadilan setelah proses perdata.”

    “Jadi enggak bisa gusur hanya karena sudah diberikan pengumuman di gereja, pengumuman oleh pemda, dan somasi.”

    Ia berharap dengan bukti-bukti tersebut, pemerintah mencabut SK HGU.

    Adapun upaya itu akan dilakukan dalam waktu dekat sembari mengumpulkan data-data di lapangan.

    Apa kata perusahaan dan KWI?

    Direktur Utama PT Kristus Raja Maumere, Romo Epy Rimo, menyebut penggusuran itu sebagai ‘pembersihan’ sebab pihaknya sudah mengantongi hak untuk mengelola tanah tersebut untuk pengembangan bisnis perkebunan kelapa seluas 325 hektare yang ditandai dengan penerbitan sepuluh sertifikat tanah eks HGU.

    Karenanya, kata dia, upaya ‘pembersihan’ itu akan terus dilakukan dalam waktu dekat.

    “Kemudian ada satu poin yang perlu kami lakukan adalah pembersihan lokasi untuk kami buat peremajaan kembali, karena kelapa-kelapa yang ada pada kami sekarang itu, usianya sudah usut…”

    “Karena itu perlu ada peremajaan sesuai dengan bagian dari rencana strategi pendapatan hak untuk kami melakukan mengembangkan kembali bisnis perkebunan kelapa,” papar Romo Epy.

    Direktur PT Pelaksana PT Kristus Raja Maumere, Romo Robertus Yan Faroka, juga membuat klaim bahwa ‘pembersihan’ ini telah melalui prosedur yang berlaku.

    Proses tersebut dimulai dari pengumuman di gereja, pengumuman oleh pemda, pendekatan perorangan, dan somasi hukum.

    Tapi sejumlah warga yang disebutnya ‘okupan’ mengabaikan imbauan-imbauan tersebut. Beberapa warga, katanya, secara sukarela mengosongkan pondok-pondok mereka.

    “Yang diviralkan kemarin hanya segelintir orang yang diminta bertahan oleh beberapa LSM dan aktor intelektual untuk kepentingan diri mereka sendiri,” ucapnya seperti dilansir Tempo.co.

    Merespons persoalan konflik lahan ini, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyarankan masyarakat adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai mengajukan gugatan hukum ke pengadilan jika merasa lahan HGU yang diberikan kepada PT Kristus Raja Maumere atau Krisrama cacat administrasi.

    Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran-Perantau KWI, Romo Marten Jenarut, mengatakan opsi lain yang bisa dilakukan warga adalah mengajukan permohonan kepada Badan Pertanahan Nasional untuk membatalkan HGU tersebut.

    Namun dalam perkara ini, ia seakan menyiratkan bahwa KWI tidak memiliki kewenangan apa pun.

    “KWI bukan atasannya Keuskupan Maumere atau Keuskupan Maumere bukan subordinasi dari KWI. KWI hanya menjadi koordinator program-program tingkat keuskupan di seluruh Indonesia…”

    “Pihak-pihak yang terkait masalah ini adalah PT Krisrama dengan beberapa masyarakat adat. Bentuk-bentuk pilihan penyelesaian masalah selalu diawali dengan dialog dan musyawarah,” ucap Romo Marten Jenarut kepada BBC News Indonesia (27/01).

    Kendati demikian dia mengatakan prinsip bisnis dalam gereja harus tetap dalam kerangka mendukung marwah gereja sebagai lembaga keagamaan.

    “Pada prinsipnya ajaran sosial gereja menjunjung tinggi keadilan, kesejahteraan sosial, solidaritas, martabat manusia, dan keutuhan ciptaan,” papar Romo Marten.

    Sementara itu, Kepala Suku Soge, Ignasius Nasi, berharap pemerintah berpihak pada masyarakat adat, bukan gereja atau perusahaan. Sebab tugas negara, katanya, sebagai pengayom yang memberikan perlindungan kepada warganya.