kab/kota: Mataram

  • Korban Agus Buntung Bertambah Lagi, Termasuk ada Anak-anak, Modus Pelaku dengan Cara Grooming – Halaman all

    Korban Agus Buntung Bertambah Lagi, Termasuk ada Anak-anak, Modus Pelaku dengan Cara Grooming – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korban kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh pria disabilitas, I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung (21) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) bertambah.

    Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, Joko Jumadi menyebut kini jumlah korban yang melapor ada 17 orang.

    Sebelumnya, korban korban yang melapor ke KDD NTB tercatat berjumlah 15 orang.

    Joko menyebut dua korban baru melapor pada Kamis (12/12/2024).

    Dua korban yang baru melapor ada yang berusia dewasa dan anak-anak.

    Sementara dari total 17 korban yang melapor ke KDD dan Polda NTB tersebut, empat korban di antaranya adalah anak di bawah umur.

    “Kemarin satu ke Polda didampingi tim pendamping korban dan hari ini ada satu lagi yang akan diperiksa di Polda,” ujar Joko, mengutip Kompas.com, Jumat (13/12/2024).

    Joko mengatakan, modus yang dilakukan tersangka dalam mendekati korban sama dengan korban-korban sebelumnya yaitu dengan cara grooming.

    Dan hingga saat ini kasus dugaan pelecehan seksual ini masih terus bergulir.

    Modus Agus Cari Korban

    Joko juga menyebut Agus Buntung melakukan profiling terhadap calon korbannya.

    Di mana para korban Agus Buntung adalah dari kalangan pelajar hingga mahasiswi.

    Agus Buntung disebut mencari wanita yang duduk sendiri di Taman Udayana dan Taman Sangkareang Kota Mataram, NTB, sebagai calon korban.

    Joko menjelaskan, Agus Buntung menggunakan modus yang sama untuk mendekati korban.

    “Agus melakukan profiling terhadap korban, yang sedang duduk sendiri di taman, dengan asumsi ketika dia duduk sendiri dia sedang galau, sedang ada masalah, di situlah kemudian Agus masuk,” terang Joko, mengutip TribunLombok.com.

    Usai menemukan wanita yang sedang duduk sendiri, Agus Buntung mendekatinya dan menunjukkan kondisi disabilitasnya.

    Hingga akhirnya disebutkan korban merasa iba pada Agus Buntung.

    Joko mengatakan pelaku terus menunjukkan bahwa ia tidak bisa apa-apa, beraktivitas susah, banyak direndahkan.

    “Akhirnya korban merasa iba dan korban menaruh kepercayaan pada si Agus,”cerita Joko.

    Rekonstruksi Kasus Dugaan Pelecehan Agus Buntung

    Agus Buntung, telah mengikuti proses rekonstruksi hari ini, Rabu (11/12/2024).

    Lokasi rekonstruksi tersebut dilakukan di tiga tempat, termasuk di homestay yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) pelecehan seksual.

    Rekonstruksi yang dilakukan di homestay dilakukan secara tertutup. 

    Tabiat Agus dikatakan oleh penjaga homestay, I Wayan Kartika, yang menyebut tersangka kerap kali membawa wanita ‘ngamar’.

    Bahkan perempuan yang berbeda.

    Wayan mengatakan Agus Buntung dalam sepekan bisa membawa tiga sampai lima wanita yang berbeda-beda ke homestay.

    Terungkap juga Agus Buntung selalu memilih kamar pojok yakni kamar nomor enam saat membawa wanita ke homestay.

    “Di pojok itu,” kata Wayan, mengutip TribunLombok.com.

    Dalam rekonstruksi dilakukan mulai dari Taman Udayana sebagai lokasi pertemuan pertama Agus dengan korban.

    Dalam reka adegan tersebut tersangka dibonceng menuju ke homestay yang lokasinya tidak jauh dari Taman Udayana.

    Sebelum menuju ke homestay juga terjadi kesepakatan antara korban dan pelaku.

    Yakni terkait siapa yang akan melakukan pembayaran kamar homestay. 

    Setelah berbincang akhirnya disepakati korban bersedia membayar kamar.

    Adegan selanjutnya yakni korban yang melakukan pembayaran ke pemilik homestay. 

    Kemudian Agus dan korban diarahkan menuju kamar nomor 6. 

    Agus Tersangka Pelecehan Seksual

    Dilaporkan juga polisi telah melakukan pemeriksaan terhadap Agus Buntung sebagai tersangka kasus pelecehan seksual secara fisik terhadap mahasiswi berinsial MA di Mataram, Nusa Tenggara Barat atau NTB, Senin (9/12/2024).

    Informasi ini disampaikan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTB Kombes Polisi Syarif Hidayat.

    “Hari ini memang kami agendakan melakukan pemeriksaan tambahan terhadap tersangka atas nama Agus (IWAS),” kata Syarif dalam keterangannya di Mataram, Senin.

    “Jadi, pemeriksaan belum selesai, masih jalan,” ujarnya.

    Ia pun memastikan pihaknya tetap memperhatikan pemenuhan hak-hak tersangka sebagai penyandang disabilitas dalam proses pemeriksaan.

    Tersangka dijerat dengan Pasal 6 C Undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Terungkap Kebiasaan Agus Difabel ke Homestay: Bawa Perempuan Berbeda, Selalu Pesan Kamar di Pojok,

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Nanda Lusiana Saputri) (TribunLombok.com/Robby Firmansyah) (Kompas.com/Karnia Septia)

  • Jumlah Korban Pelecehan Agus Buntung Bertambah Jadi 17 Orang, Terbaru Ada yang Videonya sempat Viral

    Jumlah Korban Pelecehan Agus Buntung Bertambah Jadi 17 Orang, Terbaru Ada yang Videonya sempat Viral

    TRIBUNJATIM.COM – Update terbaru kasus dugaan pelecehan seksual Agus Buntung.

    Ada penambahan jumlah korban Agus Buntung.

    Karbon dugaan pelecehaan seksual I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung (22) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali bertambah.

    Baru-baru ini dua wanita melapor ke polisi mengaku menjadi korban dugaan pelecehan seksual Agus Buntung.

    Dengan adanya laporan baru tersebut, saat ini tercatat ada 17 korban yang mengaku menjadi korban dugaan pelecehan seksual Agus Buntung.

    Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Joko Jumadi mengatakan dua korban tersebut satu di antaranya masih di bawah umur.

    “Dua korban ini ada yang datang sendiri ke Polda, satu lagi ada videonya sempat viral dan langsung menghubungi sendiri tim pendamping,” kata Joko, Jumat (13/12/2024).

    Dia mengatakan satu korban tersebut sempat dilakukan pelecehan seksual.

    Sementara korban lainnya mengaku masih dalam tahap percobaan pelecehan seksual.

    Sampai saat ini Joko mengatakan sudah ada sembilan saksi korban yang diperiksa.

    Tetapi yang sudah melaporkan dugaan pelecehan seksual masih satu korban.

    “Nanti bisa saja menurut analisa kepolisian anak-anak itu dibuatkan LP (laporan polisi) sendiri, korban didewasa satu LP, namun bisa juga umpannya korban dewasa ada lima dibuatkan LP sendiri-sendiri,” kata Joko.

    Joko juga menyebutkan alat bukti video yang diberikan korban kepada KDD berupa video grooming seperti video korban lainnya.

    Kuasa Hukum Agus Buntung Pertanyakan Keberpihakan Komisi Disabilitas

    Tercatat ada 17 korban yang mengaku menjadi korban dugaan pelecehan seksual Agus Buntung. (Tribunnews.com)

    Kuasa hukum Agus Buntung, Aminuddin mempertanyakan keberpihakan Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB terhadap kasus Agus Buntung.

    Hal tersebut dikatakan Aminuddin menyikapi pernyataan Ketua KDD NTB Joko Jumadi yang membenarkan rekaman suara pria yang berisi rayuan hingga ancaman adalah suara Agus Buntung.

    “Pak Joko dalam hal ini sebagai ketua KDD, kemudian mengkonfirmasi bahwa itu suaranya Agus, keberpihakan daripada KDD itu di mana dalam persoalan ini,” ucap Aminuddin.

    Seharusnya kata Aminuddin, KDD bisa merunut dan mempertanyakan bagaimana cara memperoleh rekaman itu dan bagaimana rekaman dibuat.

    Keterangan Aminuddin, Agus pun mengiyakan rekaman itu mirip suaranya.

    Namun, ia membantah bahwa isi percakapan yang ada dalam rekaman suara dan video itu.

    Sementara itu, Ketua KDD NTB Joko Jumadi menyampaikan, sejak korban pertama melapor ke Polda NTB, pihaknya langsung bergerak memastikan hak-hak Agus sebagai tersangka bisa terpenuhi.

    “Kami lakukan pendampingan, awalnya Agus sama sekali tidak mau didampingi, sampai pada tahap harus BAP saat penyidikan, karena ancamannya 12 tahun akhirnya KDD diminta siapa yang akan jadi penasihat Agus,” cerita Joko.

    KDD kemudian meminta bantuan sesama advokat disabilitas untuk mendampingi Agus sampai proses penyidikan selesai.

    Dengan harapan Agus merasa nyaman karena sesama disabilitas.

    Bahkan kata Joko, Agus yang saat ini sebagai tahanan rumah juga merupakan permintaan KDD terhadap pihak kepolisian.

    Adapaun Dirreskrimum Polda NTB Kombes Pol Syarif Hidayat menyebut penetapan Agus sebagai tahanan rumah ini merupakan bagian dari perhatian pihak kepolisian.

    Selain itu, fasilitas rumah tahanan juga belum memenuhi syarat untuk mengamankan seorang penyandang disabilitas.

    “Sebenarnya, penetapan tahanan rumah ini merupakan bagian dari perhatian kami terhadap hak tersangka karena secara fasilitas tahanan untuk penyandang disabilitas itu kami belum memenuhi, makanya status tahanan rumahnya sudah kami perpanjang dalam masa 40 hari,” jelas Syarif.

    Lebih lanjut, pihaknya juga belum memiliki rencana menempatkan Agus Buntung menjadi tahanan rutan. 

    Syarif menjelaskan pihak kepolisian sangat berhati-hati menangani kasus ini.

    Sebab kasus ini melibatkan dua kelompok rentan, di mana kelompok rentan perempuan sebagai korban dan kelompok rentan disabilitas sebagai tersangka.

    Polisi pun diketahui sudah melakukan rekonstruksi kasus dugaan pelecehan seksual tersebut, dalam proses tersebut Agus memeragakan 49 adegan dari 28 adegan yang sudah disiapkan.

    Rekonstruksi tersebut berlangsung di tiga lokasi yakni Taman Udayana Kota Mataram, Nangs Homestay, dan jalan depan Islamic Center Mataram.

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Intip Kamar Homestay Nomor 6, Tempat Favorit Agus Buntung Melakukan Pelecehan Seksual

    Intip Kamar Homestay Nomor 6, Tempat Favorit Agus Buntung Melakukan Pelecehan Seksual

    Jakarta, Beritasatu.com – Di balik ramainya kasus pemerkosaan atau pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh I Wayan Agus Suartama, yang dikenal sebagai Agus “Buntung”, terdapat beberapa hal menarik terkait peristiwa tersebut. Salah satunya adalah kamar homestay nomor 6  yang digunakan Agus Buntung sebagai tempat untuk melakukan aksi kejahatannya terhadap wanita. 

    Bentuk kamar yang menjadi favorit Agus “Buntung” melakukan rudakpaksa itu diunggah oleh akun Instagram @lambe_danu2. Terungkapnya, kamar homestay yang menjadi favorit Agus “Buntung” itu berawal dari rekonstruksi yang dilakukan pihak kepolisian terhadap Agus “Buntung.

    Pada video itu terlihat bentuk kamar homestay dengan nomor 6. Uniknya, Agus “Buntung” selalu menolak kamar lain yang diduga untuk melakukan eksekusi para wanita untuk di rudapaksa.

    Kamar nomor 6 itu memiliki dinding dengan warna cokelat. Bentuk dindingnya itu pun seakan tidak pernah dirawat oleh pemilik homestay. Pasalnya, di sejumlah bagian dinding terlihat cat dinding yang sudah terkelupas.

    Tak itu saja, kamar nomor 6 yang terletak di kawasan Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu memiliki kipas angin, meja cokelat serta kamar mandi yang terlihat sangat sempit. Tak ketinggalan kasur berwarna abu-abu bermotif bunga-bunga dan bantal serta selimut bermotif kotak-kotak.

    “Pemilik homestay yang sering di-booking Agus “Buntung”,” tulis akun tersebut, Jumat (13/12/2024).

    Selain itu, istri pemilik homestay Shinta Agustina mengatakan, Agus “Buntung” sering sekali menginap di homestay miliknya. Bahkan, dalam satu hari Agus “Buntung” bisa membawa tiga wanita yang berbeda.

    “Pas kejadian memang di sini, hampir setiap hari dia menyewa di sini. Dalam satu hari bisa tiga wanita, pagi itu dua kali dan malam satu kali. Wanita yang dibawanya selalu berbeda,” jelasnya.

    Tak itu saja, Shinta Agustina merasa ada yang janggal setiap kali Agus “Buntung” datang ke homestay. Namun, selama menginap tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan perbuatan tidak baik dari Agus “Buntung”.

    “Kalau ditanya ada yang janggal pasti ada, saya melihat ada wanita yang menangis pakai almameter biru setelah keluar dari kamar,” tuturnya.

    “Sayangnya, korbannya enggak pernah bercerita. Kalau bercerita tentu kita pasti bantu dan tidak ada yang berteriak-teriak,” tandasnya.

  • Momen Agus Buntung Diteriaki oleh Warga saat Rekonstruksi Kasus Dugaan Pelecehan Sek*ual Fisik

    Momen Agus Buntung Diteriaki oleh Warga saat Rekonstruksi Kasus Dugaan Pelecehan Sek*ual Fisik

    GELORA.CO  – Tersangka kasus dugaan pelecehan seksual fisik berinisial IWAS alias Agus Buntung menjalani rekonstruksi pada Rabu (11/12). Oleh aparat kepolisian dari Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), Agus diminta melakukan beberapa adegan.

    Di antaranya adegan yang dilakukan di taman atau ruang terbuka. Warga yang ikut melihat langsung rekonstruksi sempat meneriaki Agus. 

    Kasus dugaan pelecehan seksual fisik yang menyeret Agus memang mendapat perhatian lebih. Atensi masyarakat muncul baik di media sosial, media massa, maupun di lingkungan sekitar Agus tinggil.

    Tidak heran, rekonstruksi tersebut turut disaksikan langsung oleh warga. Dalam salah satu adegan, tampak Agus dibonceng menggunakan sepeda motor. 

    Sebagaimana dikutip dari pemberitaan Lombok Post pada Jumat (13/12), saat itulah warga yang turut menyaksikan jalannya rekonstruksi meneriaki Agus dengan berbagai kalimat. Dalam beberapa rekaman video yang beredar di media sosial, penyandang disabilitas tuna daksa itu tampak merespons teriakan tersebut dengan tatapan tajam. 

    Saat reka adegan, Agus dibonceng menggunakan sepeda motor. Sementara, warga yang menyaksikan rekonstruksi meneriaki hingga mengumpat kepada Agus. Sejumlah warga juga terlihat kesal dan melontarkan berbagai macam ucapan kepada pria berusia 22 tahun tersebut, berdasarkan pantauan Lombok Post. 

    Meski begitu, rekonstruksi yang berlangsung di Taman Udayana, Kota Mataram tersebut tetap berjalan sampai tuntas. Aparat kepolisian mengawal ketat dan melakukan pengamanan dengan baik. Mereka juga memastikan rekonstruksi tersebut tidak sampai mengganggu lalu lintas dan aktivitas warga di Kota Mataram dan sekitarnya

  • Biar Go Global, Begini Cara Pecut Kualitas dan Kapasitas UMKM

    Biar Go Global, Begini Cara Pecut Kualitas dan Kapasitas UMKM

    Jakarta: PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) member of ID Food bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menggelar Program UMKM Level Up dengan memberikan pelatihan ekspor untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram.
     
    Kegiatan ini diikuti oleh 56 pelaku UMKM dari berbagai sektor, diantaranya makanan dan kerajinan tangan. Melalui kegiatan ini, peserta pelatihan diberikan pemahaman secara mendalam mengenai aktivitas ekspor, tata cara pelaksanaan dan dokumen yang dibutuhkan, cargo handling, serta strategi internet marketing dalam memperkenalkan produk.
     
    “Kolaborasi PT PPI dan LPEI tidak hanya menjadi komitmen perusahaan dalam mendukung UMKM untuk naik kelas, tetapi juga sebagai upaya untuk memberikan pemahaman komprehensif mengenai tantangan dan peluang yang ada dalam kegiatan ekspor,” ucap Direktur Utama PT PPI S. Hernowo dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 12 Desember 2024.
     
    “Melalui kegiatan ini, kami ingin melihat kesiapan dan kebutuhan UMKM untuk menembus pasar global,” tambahnya.
     

     

    Dorong perluasan jangkauan pasar
     
    Pada kegiatan pelatihan ini, juga diselenggarakan aktivitas business matching yang mempertemukan pelaku UMKM dengan calon pembeli potensial yang berasal dari Hong Kong.
     
    Aktivitas ini diharapkan dapat membuka peluang kerja sama bisnis yang strategis dalam memperluas jangkauan pasar internasional bagi UMKM.
     
    Sebelumnya, Program UMKM Level Up ini telah dilaksanakan di Malang dan Denpasar. Sepanjang 2024, kolaborasi antara PT PPI dan LPEI telah memberikan pelatihan ekspor kepada 131 pelaku UMKM.
     
    PT PPI optimis kegiatan ini dapat memberikan kontribusi dalam mendukung pemberdayaan UMKM, pengembangan potensi dan menjangkau pasar yang lebih luas.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Ternyata hanya Pacar, Tetap Setia Walau Agus Tersangka

    Ternyata hanya Pacar, Tetap Setia Walau Agus Tersangka

    GELORA.CO  – Teka teki istri Agus Buntung tersangka pelecehan seksual di Mataram , Nusa Tenggara Barat (NTB) terungkap.

    Netizen membongkar sosoknya yang ternyata hanya pacar, bukan istri Agus Buntung.

    Belakangan memang beredar video di medsos, ada seorang wanita yang kerap berpose mesra dengan Agus Buntung. 

    Agus Buntung juga memamerkan foto kemesraan dirinya bersama seorang perempuan yang diakui sebagai istrinya.

     

    Netizen Bongkar Sosok Istri Agus Buntung: Bukan Istri hanya Pacaran

    Seorang netizen mengaku sebagai tetangga pacar Agus.

    Ia mengatakan kalau wanita itu tinggal di Bali.

    Keduanya berkenalan melalui media sosial Facebook.

    “iya cewek itu usianya msi 16 apa 17 kenalan sm agus di fb,” kata dia.

    Bahkan sang kekasih sudah tahu berita Agus, dan tetap mempertahankan hubungannya.

    “masih (pacaran) padahal dia tau masalah Agus,” tulis akun @????????????????????????????????????????????.

     

    Agus Buntung Pamer Foto Istrinya

    I Wayan Agus Suartama alias Iwas atau Agung Buntung disebut-sebut telah memiliki istri.

    Hal itu diakuinya langsung di hadapan para korbannya.

    Kini, sosok wanita yang diakui Agus Buntung sebagai istrinya itupun menjadi sorotan.

    Soal istrinya tersebut, hal itu disampaikan Agus Buntung saat pertama kali bertemu dengan korban di Taman Udayana, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

    Berbagai tipu daya itu disampaikan oleh Agus Buntung agar korban percaya bahwa ia tidak akan macam-macam.

    Salah satu korban Agus Buntung, Bunga (nama samaran) menceritakan awal mula dirinya bertemu dengan tersangka.

    “Awal mula ketemu di Udayana, di kursi dekat jalan Udayana posisi saya sedang sendiri jam 08.00 WITA, terus Agus datang jam 09.00 WITA nyamperin saya,” ujar Bunga dikutip Tribun-medan.com dari Tribun Bogor, Rabu (11/12/2024).

    Pada pertemuan pertama itu, Agus Buntung langsung menarik simpati Bunga dengan kondisinya yang tidak memiliki tangan.

    “Awalnya dia bilang gini ‘permisi mbak, saya bukan pengemis, mbak jangan takut, saya ini orang baik. Saya cuma mau nanya, berhak gak saya hidup menurut mbak?’,” ungkap Bunga.

    Kemudian Bunga pun saat itu menjawab pertanyaan Agus dengan mengatakan kalau ia berhak hidup.

    Saat itu Agus pun mengaku jadi korban bully sampai hampir melakukan percobaan bunuh diri.

    “‘Tapi banyak orang yang judge saya, yang ngebully saya, sampai saya mau bunuh diri. Itu gimana mbak?’. Terus saya nasihatin Agus ini lah, setelah itu dia berterima kasih ke saya,” tuturnya.

    Namun setelah percakapan itu, tiba-tiba saja Agus Buntung mengaku telah melakukan prank pada Bunga.

    Ia lalu membongkar jati dirinya sebagai sosok yang berbakat dan cukup terkenal di media sosial.

    “Dia bilang ‘saya ini prank, saya Agus yang viral itu. Saya gak mau kata-kata tanpa pembuktian’,” katanya menirukan ucapan Agus Buntung.

    Setelah itu Bunga pun diminta oleh Agus untuk mencari akun Youtube-nya.

    Di sana Bunga pun melihat bakat Agus Buntung yang ternyata bisa memainkan berbagai macam alat musik.

    Setelah itu, Agus pun meminta Bunga untuk mencari akun Instagramnya.

    Rupanya Agus Buntung memperlihatkan sosok wanita yang ia akui sebagai istrinya.

    “Dia juga suruh saya buat ke Instagramnya, di sana juga ada foto dia sama cewek, dia bilang kalau itu istrinya,” ungkap Bunga lagi.

     

    Korban Sebut Agus Sosok Menakutkan, Umpatannya Kasar, Tenaganya Kuat

    Sama seperti korban lainnya, Bunga pun tak bisa menolak saat diajak oleh Agus ke homestay.

    Agus berdalih kakinya sakit sehingga harus istirahat terlebih dahulu.

    Karena kasihan, Bunga pun menuruti keinginan Agus.

    Namun sesampainya di dalam kamar, Bunga baru melihat sosok Agus Buntung yang sebenarnya.

    Di mana pria itu berubah jadi sosok yang menakutkan, ia mengumpat Bunga dengan kata-kata kasar bahkan mengancamnya.

    “Pokoknya di sana dia ngomong kasar sampai sumpah serapah ke saya, terus di sana saya juga sempat dorong-dorongan, tenaganya kuat walaupun gak punya tangan,” kata Bunga.

    Beruntung, Bunga berhasil menyelamatkan diri hingga akhirnya menelepon temannya untuk dijemput.

     

    Agus Buntung Ngaku Keluarga Polisi

    Disisi lain juga terungkap Agus Buntung mengaku-ngaku keluarga polisi.

    Agus Buntung yang karib disapa Agus Trex ini mengaku memiliki keluarga seorang anggota polisi.

    Dia mengancam korbannya akan dilaporkan karena telah menolak melakukan hubungan dalam kamar homestay

  • Pembelaan Kuasa Hukum Agus Buntung, Tak ada Pemaksaan dan Korban Kesal Agus Tak Bayar Sewa Kamar – Halaman all

    Pembelaan Kuasa Hukum Agus Buntung, Tak ada Pemaksaan dan Korban Kesal Agus Tak Bayar Sewa Kamar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebanyak 18 pengacara disiapkan untuk membela I Wayan Agus Suartama (21) alias Agus Buntung dalam persidangan kasus kekerasan seksual.

    Agus Buntung telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), namun tak ditahan karena kondisinya yang tak memiliki tangan.

    Kuasa hukum Agus, Ainuddin menegaskan kliennya tak melakukan pemaksaan ke korban untuk diajak ke homestay.

    “Demi membuktikan dalihnya itu, Agus kini menggaet 18 pengacara sekaligus,” paparnya.

    Sejumlah bukti untuk menguatkan pembelaan Agus telah disiapkan.

    Menurutnya, ada kejanggalan dalam proses rekonstruksi yang digelar Polda NTB pada Rabu (11/12/2024).

    “Misalnya ada keraguan penyidik, kekaburan informasi dari saksi maupun korban bisa terungkap dalam rekonstruksi tersebut,” jelasnya.

    Hingga kini, Agus masih membantah melakukan kekerasan seksual dan mengaku hubungan asusila terjadi atas dasar suka sama suka.

    “Jadi Agus merasa tidak pernah memaksa, apalagi korban ini mengaku bahwa dialah yang membonceng Agus menuju ke homestay dan membayar kamar,” imbuhnya.

    Aminuddin menjelaskan korban membuat laporan karena uang sewa homestay tak ditanggung Agus.

    Agus membayar sewa homestay dengan uang korban dan berjanji akan dikembalikan dalam waktu dekat.

    “Lalu, karena uang untuk membayar kamar itu tidak dikembalikan Agus, maka Agus dilaporkan,” tukasnya.

    Ia membenarkan Agus yang mengajak korban ke homestay, namun tak ada paksaan.

    “Sebelum diantar ke kampus di depan ada adegan mesum oleh orang lain, si perempuan mengatakan bagusnya adegan yang tadi,” tandasnya.

    Cara Agus Memilih Korban

    Dalam rekonstruksi terungkap cara Agus mengajak korban ke homestay dan melakukan tindak kekerasan seksual.

    Adegan yang diperagakan Agus merupakan tindak kekerasan seksual yang terjadi pada 7 Oktober 2024 lalu.

    Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, Joko Jumadi, menyatakan ada 15 orang yang mengaku dilecehkan Agus terdiri dari mahasiswi dan pelajar.

    Ia menjelaskan Agus mengincar wanita yang sedang duduk sendirian di Taman Udayana dan Taman Sangkareang, Kota Mataram.

    “Agus melakukan profiling terhadap korban, yang sedang duduk sendiri di taman, dengan asumsi ketika dia duduk sendiri dia sedang galau, sedang ada masalah, disitulah kemudian Agus masuk,” bebernya.

    Agus kemudian mendekati korban dan menunjukkan kondisinya sebagai penyandang disabilitas.

    Hal itu dilakukan agar korban merasa iba dengan kondisi Agus yang tak memiliki kedua tangan.

    “Akhirnya korban merasa iba dan korban menaruh kepercayaan pada si Agus,” lanjutnya.

    Agus mencari titik lemah korban dengan menggali informasi yang bersifat privasi dan sensitif.

    Cerita aib tersebut dijadikan ancaman oleh Agus agar korban mau diajak ke homestay.

    Joko Jumadi menambahkan para korban merasa terancam dan terintimidasi sehingga tidak berani berteriak ketika berada di homestay.

    “Agus mengancam para korbannya di homestay, kalau berteriak akan digerebek dan dinikahkan, dan itu di Lombok sering terjadi, itulah yang kemudian karena korban tidak mau dinikahkan,” pungkasnya.

    Homestay N menjadi salah satu lokasi rekonstruksi kasus kekerasan seksual, bahkan penjaga homestay mengenali Agus.

    Proses rekonstruksi di homestay digelar secara tertutup karena kondisinya sempit.

    Kamar homestay hanya berukuran 3×3 meter dengan fasilitas kasur, toilet, dan kipas angin.

    Agus Buntung memperagakan sejumlah adegan mulai membayar uang sewa kamar sebesar Rp50 ribu hingga membawa korban ke kamar.

    Sebelum masuk ke kamar, Agus dan korban telah bersepakat pembayaran sewa kamar ditanggung oleh Agus.

    Homestay tersebut terdapat 10 kamar yang berderet di depan dan belakang.

    Agus selalu memesan kamar nomor 6 yang terletak di pojok.

    Belum diketahui alasan Agus membawa para korban ke kamar nomor 6.

    Penjaga homestay, I Wayan Kartika, mengaku sering melihat Agus Buntung memesan kamar dengan wanita yang berbeda-beda.

    Dalam sepekan Agus bisa membawa tiga sampai lima wanita dan selalu memesan kamar nomor enam.

    “Selalu nomor enam tidak pernah pindah-pindah, itu letaknya di pojokan,” tuturnya.

    I Wayan Kartika menambahkan, wanita yang dibawa Agus tak pernah menunjukkan gelagat aneh.

    Bahkan, ia tak mendengar suara teriakan dan tangisan dari korban.

    “Biasa saja, tidak ada yang aneh,” tukasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunLombok.com dengan judul 18 Pengacara Siap Bela Agus Buntung di Persidangan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunLombok.com/Robby Firmansyah)

  • Kuasa Hukum Hadirkan Psikiater untuk Dampingi Agus Buntung Selama Proses Hukum

    Kuasa Hukum Hadirkan Psikiater untuk Dampingi Agus Buntung Selama Proses Hukum

    Mataram, Beritasatu.com – Tim kuasa hukum I Wayan Agus Suartama (IWAS) alias Agus Buntung, seorang pemuda disabilitas yang menjadi tersangka dalam kasus pelecehan seksual, menghadirkan psikiater untuk memberikan pendampingan selama proses hukum berlangsung. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kondisi psikologis Agus, terutama saat menjalani tahap rekonstruksi kasus.

    Kuasa hukum Agus, Ainuddin mengatakan kliennya merasa lelah akibat tekanan yang dihadapinya selama proses hukum. Meski begitu, Agus tetap kooperatif dan berharap rekonstruksi dapat mengungkapkan fakta yang sebenarnya.

    “Dia (Agus) sangat capek karena banyak orang hadir saat rekonstruksi, tetapi dia merasa berterima kasih dengan adanya rekonstruksi ini karena semuanya semakin terang,” ujar Ainuddin, Kamis (12/12/2024).

    Proses rekonstruksi yang baru saja digelar menjadi momen penting untuk mengurai fakta dalam kasus ini. Agus Buntung menjalankan setiap adegan sesuai arahan penyidik tanpa intervensi dari kuasa hukum maupun kepolisian.

    “Dalam rekonstruksi, Agus melakukan semua adegan itu sendiri. Kami hanya mengamati tanpa memberikan intervensi apa pun,” jelas Ainuddin.

    Rekonstruksi dilakukan untuk menjawab perbedaan keterangan antara Agus dan pihak pelapor. Dalam berita acara pemeriksaan (BAP), Agus menyebut bahwa pelapor aktif dalam insiden tersebut, sedangkan pelapor mengeklaim sebaliknya.

    “Agus menyatakan justru pelapor yang lebih aktif. Perbedaan keterangan inilah yang membuat rekonstruksi menjadi penting untuk dilakukan,” lanjut Ainuddi

    Kuasa hukum Agus berharap rekonstruksi dan pendampingan psikiater dapat memberikan kejelasan dalam kasus ini, sekaligus mengurangi spekulasi yang berkembang di masyarakat. Ainuddin juga menekankan pentingnya keterlibatan ahli yang independen untuk membantu memberikan pemahaman yang lebih adil terhadap kondisi Agus Buntung.

  • Agus Buntung Tersangka, 16 Pengacara Siap Berikan Pembelaan Profesional

    Agus Buntung Tersangka, 16 Pengacara Siap Berikan Pembelaan Profesional

    Mataram, Beritasatu.com – Kasus dugaan kekerasan seksual yang melibatkan IWAS alias Agus Buntung terus menjadi perhatian publik. Dalam menghadapi proses hukum ini, Agus Buntung yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka mendapat dukungan dari 16 pengacara yang siap membelanya di pengadilan.

    Ainuddin, kuasa hukum utama Agus, menjelaskan tim pengacara memiliki visi yang sama dalam memberikan pembelaan hukum secara profesional.

    “Tim ini terdiri dari 16 pengacara yang memiliki satu visi. Kami rutin melakukan pertemuan untuk membahas langkah-langkah strategis membela Agus,” ungkap Ainuddin, Kamis (12/12/2024).

    Pendampingan Atas Dasar Kemanusiaan
    Ainuddin menegaskan pendampingan hukum terhadap Agus dilandasi oleh komitmen kemanusiaan dan profesionalisme. Ia menyoroti pentingnya akses keadilan bagi setiap warga negara, termasuk mereka yang tidak mampu secara finansial.

    “Sebagai pengacara, kami wajib memberikan pendampingan tanpa membedakan status ekonomi. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011,” tegasnya.

    Menurut Ainuddin, undang-undang tersebut memberi landasan bagi negara untuk memastikan pelayanan hukum bagi masyarakat yang membutuhkan. Dukungan pihak keluarga Agus menjadi salah satu alasan tim pengacara terlibat dalam kasus ini.

    “Kami merasa terpanggil, terutama karena kasus ini menjadi perhatian publik. Ancaman hukuman berat juga menuntut pendampingan hukum yang optimal,” tambahnya.

    Tim pengacara Agus berkomitmen fokus pada fakta hukum yang tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Ainuddin menegaskan bahwa segala tuduhan terhadap Agus harus dibuktikan di pengadilan melalui proses hukum yang adil.

    “Kami hanya berpegang pada laporan yang ada di BAP. Jika ada informasi lain, itu tugas pihak terkait untuk membuktikannya. Kami siap menghadapi argumentasi hukum di pengadilan,” jelas Ainuddin.

    Ainuddin juga menegaskan bahwa timnya tidak akan mempublikasikan semua strategi atau temuan demi menjaga kerahasiaan proses hukum. Ia menyebut proses analisis barang bukti dan keterangan saksi masih berlangsung.

    Kasus Agus Buntung menarik perhatian tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga secara nasional.  Meski terdapat laporan lain yang menuduh Agus Buntung dalam kasus serupa, tim pengacara tetap memprioritaskan fakta hukum yang relevan.

    “Kami fokus pada bukti dan keterangan saksi yang sesuai dengan laporan awal untuk menjaga keadilan bagi semua pihak,” tegas Ainuddin.

    Dengan 16 pengacara dalam tim, Ainuddin memastikan pembelaan dilakukan secara kolektif dan profesional. Diskusi rutin terus dilakukan untuk menentukan strategi hukum yang efektif.

    “Kami bekerja secara tim, dengan diskusi intensif untuk langkah hukum yang paling tepat. Semua dilakukan demi keadilan,” ujarnya.

    Ainuddin berharap proses hukum terhadap Agus Buntung yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka dapat berjalan adil dan transparan. Ia juga mengapresiasi dukungan dari pihak keluarga Agus dan masyarakat yang memberikan dukungan moral.

  • Tipu Muslihat sebelum Lancarkan Aksinya, Agus Buntung: Walaupun Berdua di Kamar, Saya Tidak Bisa Apa-apa

    Tipu Muslihat sebelum Lancarkan Aksinya, Agus Buntung: Walaupun Berdua di Kamar, Saya Tidak Bisa Apa-apa

    Mataram, Beritasatu.com – I Wayan Agus Suartama (IWAS) alias Agus Buntung seolah memiliki banyak tipu muslihat untuk memperdayai korbannya. Agus Buntung  kini telah ditetapkan kasus pelecehan seksual.

    Video berdurasi 3 menit dan 3 detik yang diduga Agus Buntung tengah merayu korban sebelum melancarkan aksinya kini viral di media sosial. Sebagai seorang penyandang disabilitas, kepada korban Agus Buntung mengaku tidak bisa melakukan pelecehan.

    “Walaupun kita berdua di kamar. Saya tidak bisa apa-apa. Saya masih dimandiin sama mama,” kata Agus Buntung dalam video yang diakses Kamis (12/12/2024).

    Untuk meyakinkan korbannnya, Agus Buntung mengaku sebagai guru sakti di Lombok.

    “Biar kamu semakin percaya. Saya guru terbajang di lombok. Cuma saya sakit tangan ketika orang lemah gara-gara seseorang,” kata Agus Buntung dalam video yang kini viral di media sosial itu.

    “Saya bukan mengarang. Buktiin kalau saya bohong. Kapan pun kamu ketemu saya, kamu bisa bunuh saya,” ungkapnya.

    Agus Buntung mengaku memiliki ilmu untuk membaca kehidupan dan kepribadian seseorang.

    “Karena kamu baru kenal saya. Saya bisa baca langsung kok. Bingung kenapa saya ngomong gini,” tambah Agus Buntung.

    Diberitakan sebelumnya, Agus Buntung, terlibat dalam kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan 15 korban perempuan. aksi Agus Buntung diawali dengan manipulasi psikologis.

    Salah satu korban, yang dikenal sebagai korban kelima, menceritakan bagaimana Agus memulai percakapan dengan manipulasi psikologis.

    “Karena saya kasihan, saya ikuti permintaannya. Setelah berbicara panjang lebar, Agus berterima kasih dan berkata bahwa ia merasa dihargai,” ungkap korban.

    Saat larut malam, korban yang ingin pulang menyatakan tidak tahu jalan kembali. Agus menawarkan diri untuk mengantar korban dan meyakinkan bahwa ia tidak akan menyakitinya.

    “Dia bilang, ‘Enggak apa-apa aman sama saya, enggak akan diapa-apain kok, kan saya juga enggak punya tangan,’” kata korban.

    Agus bahkan melakukan ritual seolah membaca mantra di Taman Udayana dan lokasi lainnya, untuk menciptakan kesan bahwa ia memiliki kekuatan mistis. Korban kelima ini merupakan salah satu yang berhasil selamat dari tipu muslihat Agus Buntung.