kab/kota: Manila

  • Gempar Ancaman Bunuh Presiden Filipina, Pengawal Wapres Diganti

    Gempar Ancaman Bunuh Presiden Filipina, Pengawal Wapres Diganti

    Manila

    Pasukan keamanan Filipina mengumumkan telah mengganti para pengawal yang mendampingi Wakil Presiden (Wapres) Sara Duterte, yang kini sedang diselidiki otoritas kehakiman terkait dugaan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr.

    Namun menurut kepolisian dan militer Filipina, seperti dilansir AFP, Rabu (27/11/2024), keputusan untuk mengganti pengawal keamanan yang mendampingi Sara itu terkait dengan penyelidikan terpisah. Diketahui bahwa pengawal keamanan untuk Wapres Filipina terdiri atas personel kepolisian dan militer negara tersebut.

    Juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Kolonel Jean Fajardo, mengatakan bahwa pihaknya telah meminta jaksa untuk menjeratkan dakwaan penyerangan terhadap Sara dan para pengawal keamanannya atas dugaan mencampuri pemindahan penahanan Kepala Staf Wapres.

    Diungkapkan Fajardo kepada wartawan setempat bahwa seorang dokter kepolisian “didorong oleh kepala keamanan” yang mendampingi Sara.

    “Kita tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja,” ucap Fajardo dalam konferensi pers.

    Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, dalam konferensi pers terpisah mengonfirmasi bahwa tentara-tentara yang sebelumnya mengawal Sara telah dipindahkan terkait penyelidikan kepolisian yang tidak disebutkan lebih lanjut.

    Informasi terbaru ini disampaikan setelah Departemen Kehakiman Filipina menyebut Sara, yang merupakan putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, sebagai “dalang utama” dalam rencana pembunuhan Marcos Jr. Departemen Kehakiman memanggil Sara untuk memberikan penjelasan dalam penyelidikan resmi.

  • Diancam Dibunuh Wapresnya, Presiden Filipina Tak Tinggal Diam

    Diancam Dibunuh Wapresnya, Presiden Filipina Tak Tinggal Diam

    Manila

    Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong, menegaskan dirinya tak akan tinggal diam terkait ancaman pembunuhan terhadap dirinya. Ancaman itu datang dari Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte.

    Dilansir Reuters dan Philippine News Agency (PNA), Senin (25/11/2024), Marcos Jr menyampaikan respons lewat pesan video tanpa menyebut nama Sara Duterte. Dia mengatakan ‘rencana kriminal seperti itu tidak boleh diabaikan’.

    Dia menyebut pernyataan semacam itu tidak memiliki tempat di negara demokratis seperti Filipina. Marcos Jr menegaskan dirinya tidak akan tinggal diam.

    “Jika merencanakan pembunuhan terhadap seorang Presiden semudah itu, bagaimana terhadap warga negara biasa?” kata Marcos Jr dalam pernyataannya.

    “Upaya kriminal seperti itu tidak boleh diabaikan. Saya akan melawannya,” tegasnya.

    Dia mengatakan Filipina merupakan negara yang demokratis. Dia mengatakan hukum harus ditegakkan.

    “Sebagai negara demokratis, kita perlu menjunjung tinggi supremasi hukum,” ujar Marcos Jr.

    Ancaman Sara Duterte

    Dilansir AFP dan Reuters, Minggu (24/11), Sara yang merupakan putri mantan Presiden Rodrigo Duterte menyatakan dirinya akan membuat Marcos Jr, Araneta dan Romualdez tewas jika dirinya dibunuh terlebih dahulu.

    Sara melontarkan ancaman itu dalam konferensi pers penuh sumpah serapah pada Jumat (22/11) tengah malam. Dia mengklaim dirinya telah menjadi target rencana pembunuhan.

    Sara mengatakan dirinya telah meminta salah satu personel tim keamanannya membunuh Marcos Jr, istrinya, dan ketua parlemen Filipina jika dirinya tewas dibunuh. Namun, Sara tidak menjelaskan lebih detail soal ancaman pembunuhan terhadap dirinya.

    “Saya telah berbicara dengan seseorang dalam tim keamanan saya. Saya mengatakan kepadanya, jika saya dibunuh, bunuhlah BBM (Bongbong Marcos atau Marcos Jr), (Ibu Negara) Liza Araneta, dan (ketua parlemen) Martin Romualdez. Ini tidak bercanda,” ujar Sara dalam konferensi pers itu.

    “Saya mengatakan, jika saya terbunuh, jangan berhenti sampai kamu membunuh mereka,” sebutnya.

    Kantor Kepresidenan Filipina pun memberikan reaksi keras atas pernyataan Sara Duterte. Pernyataan Sara itu dianggap sebagai ‘ancaman aktif’ terhadap Presiden.

    “Bertindak berdasarkan pernyataan Wakil Presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh untuk membunuh Presiden jika dugaan rencana terhadap dirinya berhasil, Sekretaris Eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini kepada Komando Keamanan Kepresidenan untuk segera mengambil tindakan yang tepat,” demikian pernyataan Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina, seperti dilansir AFP dan Reuters.

    “Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman ini diungkapkan secara jelas dan secara pasti di depan publik,” imbuh pernyataan tersebut.

    Lihat Video: Kala Wapres Sara Duterte Ancam Bunuh Presiden Filipina

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • AS Susun Rencana Darurat untuk Taiwan, Kirim Militer ke Filipina-Jepang

    AS Susun Rencana Darurat untuk Taiwan, Kirim Militer ke Filipina-Jepang

    Jakarta

    Pemerintah Amerika Serikat dilaporkan sedang menyusun rencana darurat untuk penempatan militer di Jepang dan Filipina, jika terjadi keadaan darurat di Taiwan. Demikian dilaporkan kantor berita Jepang, Kyodo.

    Pengerahan militer tersebut akan dimasukkan dalam rencana operasi gabungan pertama yang akan dirumuskan pada bulan Desember mendatang. Demikian menurut sumber-sumber yang mengetahui hubungan Jepang-Amerika Serikat, seperti dilaporkan Kyodo pada Minggu (24/11) malam.

    Resimen Marinir Amerika Serikat, US Third Marine Littoral Regiment, yang memiliki HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi) peluncur ganda, akan dikerahkan di sepanjang rangkaian pulau Nansei, Jepang yang membentang dari Kyushu hingga Yonaguni di dekat Taiwan, kata Kyodo, dilansir kantor berita AFP, Senin (25/11/2024).

    Sejak tahap awal, jika keadaan darurat Taiwan menjadi sangat mendesak, pangkalan militer sementara akan didirikan di pulau-pulau berpenghuni, berdasarkan pedoman militer AS untuk mengirim marinir dalam formasi kecil ke beberapa lokasi, demikian laporan Kyodo.

    Militer Jepang diharapkan terutama terlibat dalam dukungan logistik untuk unit marinir, termasuk memasok bahan bakar dan amunisi, lapor Kyodo.

    Kyodo menambahkan bahwa Angkatan Darat AS akan mengerahkan unit serangan jarak jauh Multi-Domain Task Force di Filipina, kata Kyodo.

    Kementerian Pertahanan Jepang dan Filipina tidak segera tersedia untuk dimintai komentar. Kedutaan Besar AS di Manila, Filipina menolak berkomentar sementara Kedutaan Besar China di Manila menyatakan “mencatat” laporan Kyodo.

  • Seteru Panjang Wapres vs Presiden Filipina hingga Ancaman Pembunuhan

    Seteru Panjang Wapres vs Presiden Filipina hingga Ancaman Pembunuhan

    Manila

    Perseteruan antara Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong semakin memanas. Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan Marcos Jr setelah perseteruan yang memanas menjelang Pemilu sela tahun depan.

    Sebagai informasi, Sara merupakan putri dari mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sementara, Marcos Jr merupakan putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos.

    Dua keluarga ini berkoalisi pada Pemilu Filipina tahun 2022. Bongbong Marcos maju sebagai capres, sementara Sara Duterte maju sebagai cawapres. Presiden dan Wapres Filipina dipilih secara terpisah.

    Koalisi dua keluarga ini pun meraih kemenangan besar di Pemilu Filipina. Namun, hubungan kedua keluarga berkuasa ini retak seiring berjalannya waktu. Keretakan dalam aliansi dua keluarga itu dimulai ketika Marcos Jr menyimpang dari kebijakan antinarkoba dan kebijakan luar negeri Rodrigo Duterte.

    Berikut jejak perseteruan panjang keluarga Duterte versus Bongbong Marcos:

    Putra Duterte Desak Marcos Jr Mundur

    Putra mantan Presiden Rodrigo Duterte mendesak Marcos Jr mundur dari jabatan Presiden Filipina. Dilansir Reuters, kritikan keras untuk Marcos Jr itu dilontarkan Sebastian Duterte yang menjabat Wali Kota Davao pada Januari 2024.

    Davao sendiri merupakan kota terpadat ketiga di Filipina. Sebelum Sebastian, Sara dan Rodrigo Duterte juga pernah menjadi Wali Kota Davao.

    Dalam sebuah forum kepemimpinan, Sebastian menuduh Marcos Jr telah membahayakan warga Fiipina dengan mengizinkan orang-orang Amerika Serikat (AS) masuk. Kritik itu merujuk pada perluasan akses bagi AS terhadap pangkalan-pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan wilayah Taiwan.

    Pemerintahan Duterte sebelumnya lebih dekat dengan China. Sebastian juga menentang keputusan Marcos Jr untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan kelompok pemberontak komunis.

    Dia menyebut Marcos Jr tidak tahu apa-apa soal penderitaan masyarakat Filipina yang tinggal di area-area yang dulunya basis kelompok pemberontak.

    “Anda malas dan Anda kurang peduli dengan orang lain. Itulah sebabnya kami tidak senang,” ujar Sebastian dalam kritikan ke Marcos Jr.

    Memburuknya hubungan kedua keluarga ini diduga dipicu upaya memperkuat basis dukungan menjelang pemilu sela Senat dan pemilu kongres tahun depan.

    Keluarga Duterte juga menentang rencana amendemen konstitusi dengan menyebut upaya itu didorong oleh agenda untuk mengubah sistem politik dan menghapus batasan masa jabatan, termasuk batasan masa jabatan presiden, yang saat ini hanya bisa menjabat satu periode selama masa jabatan 6 tahun.

    “Dia (Marcos Jr) mengutamakan politik, menjaga diri mereka sendiri… Daripada berfokus pada pekerjaannya. Pak Presiden, jika tidak ada rasa cinta dan aspirasi terhadap bangsa, mundurlah,” cetus Sebastian dalam acara tersebut.

    Duterte Tuduh Marcos Jr Pecandu Narkoba

    Rodrigo Duterte juga menuding Marcos Jr pencandu narkoba. Dia menuding Marcos Jr akan mengubah konstitusi demi menambah masa jabatan presiden Filipina.

    Dilansir Associated Press, dalam pidatonya yang dipenuhi sumpah serapah pada Minggu (28/1/2024) malam, Duterte menuduh Marcos berencana mengamandemen konstitusi dengan mencabut batasan masa jabatan.

    Duterte memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan Marcos Jr digulingkan seperti ayahnya, Ferdinand Marcos, yang dikenal sebagai diktator. Duterte juga menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.

    “Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya Presiden yang pecandu narkoba,” kata Duterte saat pidato di wilayah selatan kota Davao.

    Badan Pemberantasan Narkoba Filipina membantah tudingan itu. Mereka mengatakan Marcos Jr tidak pernah ada dalam daftar yang disebut Duterte.

    Pada tahun 2021, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos Jr negatif menggunakan kokain dan sabu.

    Marcos Jr Balas Ejek Duterte Terpengaruh Obat Keras

    Marcos Jr tertawa mendengar tudingan Duterte soal isu mengubah masa jabatan presiden dan pecandu narkoba. Marcos Jr menyebut tudingan itu dilontarkan Duterte karena efek fentanil.

    “Saya pikir itu karena fentanil,” kata Marcos dilansir Associated Press, Selasa (30/1/2024).

    Fentanil merupakan salah satu obat pereda nyeri. Marcos menuding Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.

    “Fentanil adalah obat pereda nyeri terkuat yang bisa Anda beli, setelah lima, enam tahun, hal itu pasti berdampak padanya, itulah mengapa menurut saya inilah yang terjadi,” ucapnya.

    Marcos mengatakan dia tidak akan membenarkan tuduhan tersebut dengan memberikan jawaban. Dia menyebut Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.

    Duterte memang pernah mengakui penggunaan fentanil pada tahun 2016. Duterte saat itu mengatakan pernah menggunakan fentanil untuk meringankan rasa sakit cedera akibat kecelakaan sepeda motor. Pengacara Duterte, Salvador Panelo, mengatakan Duterte telah berhenti mengonsumsi fentanil sebelum menjadi presiden pada tahun 2016.

    Ketua Parlemen Filipina Martin Romualdez juga membantah tudingan Duterte. Dia menyebut Duterte menuduh Marcos Jr tanpa memberikan bukti apa pun.

    Sepupu Marcos Jr ini mengatakan konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing. Romualdez buka suara karena pidato Duterte yang menuding dirinya menyuap pejabat lokal untuk mengamandemen konstitusi tahun 1987 guna menghapus batasan masa jabatan sehingga mereka dapat memperpanjang masa jabatan mereka.

    Sara Duterte Mundur dari Menteri Pendidikan

    Keretakan antara dua keluarga itu semakin jelas terlihat saat Sara Duterte mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kepala Badan Antipemberontakan. Dilansir Associated Press, Sara Duterte tetap menjadi Wakil Presiden meski mundur dari jabatan menteri.

    Sekretaris Komunikasi Cheloy Garafil mengatakan pengunduran diri itu telah diterima oleh Marcos Jr dan berlaku efektif pada 19 Juli 2024. Sara Duterte yang berusia 46 tahun tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Filipina Tingkatkan Pengamanan Marcos Jr Usai Wapres Ancam Membunuh

    Filipina Tingkatkan Pengamanan Marcos Jr Usai Wapres Ancam Membunuh

    Manila

    Pemerintah Filipina meningkatkan pengamanan untuk Presiden Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos dan keluarga. Hal itu dilakukan setelah Wakil Presiden Filipina Sara Duterte secara terbuka melontarkan ancaman pembunuhan terhadap Marcos Jr dan keluarganya.

    Dilansir Anadolu Agency, Minggu (24/11/2024), Komando Keamanan Presiden (PSC), dalam sebuah pernyataan, mengatakan mereka ‘berkoordinasi erat’ dengan lembaga penegak hukum ‘untuk mendeteksi, mencegah, dan mempertahankan diri dari setiap dan semua ancaman terhadap presiden dan keluarga pertama’.

    “Setiap ancaman terhadap nyawa presiden dan keluarga pertama, terlepas dari asal-usulnya, dan terutama yang dilakukan dengan terang-terangan di depan umum, ditangani dengan sangat serius. Kami menganggap ini sebagai masalah keamanan nasional dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan keselamatan presiden,” demikian isi pernyataan itu.

    Peningkatan pengamanan itu dilakukan usai Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan dalam konferensi pers pada Jumat (22/11). Sara Duterte mengaku telah mengatur seorang pembunuh untuk membunuh Presiden Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika sesuatu terjadi padanya.

    “Saya sudah bicara dengan seseorang. Saya bilang kalau saya dibunuh, dia harus membunuh (Marcos), Liza Araneta, dan Martin Romualdez. Tidak main-main. Saya sudah meninggalkan instruksi,” kata Sara Duterte dalam bahasa Filipina.

    Dia menuduh Romualdez, sepupu Marcos, ingin membunuhnya. Dia juga menuduh Marcos melihatnya sebagai ‘ancaman terbesar’ bagi aspirasinya untuk pemilihan presiden 2028.

    “Kalau saya dibunuh, saya bilang, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka, dan kemudian dia bilang ‘ya’,” ujar Sara Duterte.

    (haf/imk)

  • Seteru Panjang Wapres vs Presiden Filipina hingga Ancaman Pembunuhan

    Jejak Perseteruan Panas Keluarga Duterte Vs Presiden Filipina

    Manila

    Situasi politik di Filipina semakin memanas setelah Wakil Presiden Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan ke Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos. Ancaman pembunuhan ini merupakan hal terbaru dari perseteruan panas dua keluarga paling berkuasa di Filipina saat ini.

    Sebagai informasi, Sara merupakan putri dari mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sementara, Marcos merupakan putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos.

    Dua keluarga ini kemudian berkoalisi pada Pemilu Filipina tahun 2022. Bongbong Marcos maju sebagai capres. Sementara Sara Duterte maju sebagai cawapres. Presiden dan Wapres Filipina dipilih secara terpisah.

    Koalisi dua keluarga ini pun meraih kemenangan besar di Pemilu Filipina. Namun, hubungan dua keluarga ini retak seiring berjalannya waktu. Keretakan dalam aliansi dua keluarga itu dimulai ketika Marcos Jr menyimpang dari kebijakan antinarkoba dan kebijakan luar negeri Rodrigo Duterte.

    Berikut jejak perseteruan keluarga Duterte versus Bongbong Marcos:

    Anak Duterte Desak Bongbong Marcos Mundur

    Anak laki-laki mantan Presiden Rodrigo Duterte mendesak Bongbong Marcos untuk mengundurkan diri dari jabatan Presiden Filipina. Putra Duterte menyebut Bongbong Marcos sebagai pemimpin yang malas dan tidak peduli dengan orang lain.

    Dilansir Reuters, kritikan keras untuk Marcos Jr itu dilontarkan Sebastian Duterte yang kini menjadi Wali Kota Davao pada Januari 2024. Davao sendiri merupakan kota terpadat ketiga di Filipina.

    Dalam sebuah forum kepemimpinan, Sebastian menuduh Marcos Jr telah membahayakan warga Fiipina dengan mengizinkan orang-orang Amerika Serikat (AS) masuk. Kritik itu merujuk pada perluasan akses bagi AS terhadap pangkalan-pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan wilayah Taiwan.

    Pemerintahan Duterte sebelumnya lebih memilih untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan China. Sebastian menentang keputusan Marcos Jr untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan kelompok pemberontak komunis.

    Dia menyebut Marcos Jr tidak tahu apa-apa soal penderitaan masyarakat Filipina yang tinggal di area-area yang dulunya basis kelompok pemberontak.

    “Anda malas dan Anda kurang peduli dengan orang lain. Itulah sebabnya kami tidak senang,” ujar Sebastian dalam kritikan ke Marcos Jr.

    Marcos Jr dan kantor kepresidenan Filipina saat itu tidak memberikan komentar untuk membalas kritik Sebastian. Memburuknya hubungan kedua keluarga ini diduga dipicu upaya memperkuat basis dukungan menjelang pemilu sela Senat dan pemilu kongres tahun depan.

    Sara Duterte juga sempat menghadiri aksi massa yang digelar pemerintah dan dihadiri Marcos Jr di Manila untuk menggalang dukungan bagi kampanye ‘Bagong Pilipinas’ atau Filipina Baru. Sara langsung terbang ke Davao untuk bergabung dengan ayah dan Sebastian dalam acara doa bersama untuk menentang upaya mengamandemen Konstitusi Filipina yang didukung Marcos Jr.

    Para penentang amandemen konstitusi, termasuk keluarga Duterte, menyebut upaya itu didorong oleh agenda untuk mengubah sistem politik dan menghapus batasan masa jabatan, termasuk batasan masa jabatan presiden, yang saat ini hanya bisa menjabat satu periode selama masa jabatan 6 tahun.

    “Dia (Marcos Jr) mengutamakan politik, menjaga diri mereka sendiri… Daripada berfokus pada pekerjaannya. Pak Presiden, jika tidak ada rasa cinta dan aspirasi terhadap bangsa, mundurlah,” cetus Sebastian dalam acara tersebut.

    Duterte Tuduh Marcos Jr Pecandu Narkoba

    Perselisihan antara Rodrigo Duterte dengan Ferdinand Marcos Jr semakin memanas saat Duterte menuding Marcos Jr pencandu narkoba. Dia menuding Marcos Jr akan mengubah konstitusi demi menambah masa jabatan presiden Filipina.

    Dilansir Associated Press, dalam pidatonya yang dipenuhi sumpah serapah pada Minggu (28/1/2024) malam, Duterte menuduh Marcos berencana mengamandemen konstitusi dengan mencabut batasan masa jabatan.

    Duterte memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan Marcos Jr digulingkan seperti ayahnya, Ferdinand Marcos, yang dikenal sebagai diktator. Duterte juga menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.

    “Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya Presiden yang pecandu narkoba,” kata Duterte saat pidato di wilayah selatan kota Davao.

    Badan Pemberantasan Narkoba Filipina pun membantah tudingan itu. Mereka mengatakan Marcos Jr tidak pernah ada dalam daftar tersebut, bertentangan dengan klaim Duterte.

    Pada tahun 2021 saat menjadi calon presiden, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos Jr negatif menggunakan kokain dan sabu.

    Marcos Jr Sebut Duterte Terpengaruh Obat Keras

    Marcos Jr tertawa mendengar tudingan Duterte soal isu mengubah masa jabatan presiden dan pecandu narkoba. Marcos Jr menyebut tudingan itu dilontarkan Duterte karena efek fentanil.

    “Saya pikir itu karena fentanil,” kata Marcos dilansir Associated Press, Selasa (30/1/2024).

    Sebagai informasi, fentanil merupakan salah satu obat pereda nyeri. Marcos menuding Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.

    “Fentanil adalah obat pereda nyeri terkuat yang bisa Anda beli, setelah lima, enam tahun, hal itu pasti berdampak padanya, itulah mengapa menurut saya inilah yang terjadi,” ucapnya.

    Marcos mengatakan dia tidak akan membenarkan tuduhan tersebut dengan memberikan jawaban. Dia hanya menyebut Duterte terlalu lama menggunakan fentanil, opioid yang kuat.

    Tentang penggunaan fentanil ini pernah diakui Duterte pada tahun 2016. Duterte saat itu mengatakan pernah menggunakan fentanil untuk meringankan rasa sakit cedera akibat kecelakaan sepeda motor. Pengacara Duterte, Salvador Panelo, mengatakan Duterte telah berhenti mengonsumsi fentanil sebelum menjadi presiden pada tahun 2016.

    Ketua DPR Filipina Martin Romualdez juga membantah tudingan Duterte. Dia menyebut Duterte menuduh Marcos Jr, yang merupakan sepupunya, tanpa memberikan bukti apa pun.

    Dia mengatakan konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing. Romualdez buka suara karena pidato Duterte yang menuding dirinya menyuap pejabat lokal untuk mengamandemen konstitusi tahun 1987 guna menghapus batasan masa jabatan sehingga mereka dapat memperpanjang masa jabatan mereka.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • AS Ngamuk, Tiba-Tiba Tempatkan Rudal Typhon di ‘Halaman Rumah’ RI

    AS Ngamuk, Tiba-Tiba Tempatkan Rudal Typhon di ‘Halaman Rumah’ RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk mengerahkan rudal jarak menengah di kawasan Filipina dalam waktu dekat.

    Jenderal senior AS, Mayor Jenderal Marcus Evans, dalam sebuah wawancara di Manila, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa ini merupakan hal penting bagi AS. Serta memungkinkan pasukan AS dan Filipina untuk bersama-sama melatih penggunaan senjata berat tersebut di wilayah kepulauan Asia.

    Dalam pernyataannya, Komandan jenderal Divisi Infanteri ke-25 Hawaii itu menyebutkan sistem rudal Typhon memungkinkan pasukan AS dan Filipina untuk melakukan latihan gabungan pada bulan April. Rudal itu juga dipersiapkan untuk potensi penggunaan persenjataan berat canggih di masa mendatang di kepulauan tersebut.

    “Apa yang dilakukannya secara kolektif, memberi kita kesempatan untuk memahami cara memanfaatkan kemampuan itu. Tantangan lingkungan di sini sangat unik dibandingkan tempat lain di kawasan ini,” kata Evans, dikutip Newsweek.

    Typhon dipandang sebagai bagian penting dari kerja sama militer di kawasan Indo-Pasifik, di mana ketegangan dengan China meningkat. Bulan lalu, panglima militer Filipina Jenderal Romeo Brawner Jr. mengatakan ia ingin sistem rudal itu tetap berada di negaranya ‘selamanya’.

    Sementara sistem Typhon awalnya dijadwalkan meninggalkan Filipina, tiga pejabat Filipina baru-baru ini mengungkapkan bahwa sistem itu akan tetap berada di sana tanpa batas waktu, meskipun ada keberatan dari China. Sistem itu menembakkan Rudal Standar-6 (SM-6) jarak menengah dan Rudal Serang Darat Tomahawk.

    Kehadiran sistem ini terkait dengan kerja sama pertahanan AS-Filipina yang lebih luas, khususnya Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA). Ditandatangani pada tahun 2014, EDCA memungkinkan pasukan AS untuk mengakses pangkalan militer Filipina yang ditunjuk secara bergiliran.

    “Itu adalah operasi yang sangat penting karena Anda harus bekerja di lingkungan tersebut, tetapi yang terpenting, Anda bekerja bersama mitra kami di Filipina untuk memahami bagaimana hal itu akan diintegrasikan ke dalam operasi mereka,” tutur Evans.

    Tekanan yang muncul dari China atas sengketa teritorial di Laut Cina Selatan telah mendorong Filipina untuk meningkatkan pertahanannya. Tercatat, kedua militer seringkali terlibat dalam bentrokan skala kecil lantaran klaim teritorial yang tumpang tindih.

    Menteri Luar Negeri China Wang Yi berpendapat bahwa keberadaan rudal AS di kawasan tersebut dapat merusak perdamaian dan meningkatkan ketegangan. Ia mengatakan bahwa “tidak sesuai dengan kepentingan negara-negara di kawasan” untuk melakukan hal itu.

    Evans mengindikasikan bahwa kerja sama militer AS-Filipina akan terus meningkat, khususnya melalui latihan gabungan seperti Salaknib, yang akan menampilkan teknologi canggih AS, yang dijadwalkan tahun depan. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur dan akan diperluas cakupannya.

    “Secara konseptual, latihan ini dijadwalkan akan menjadi latihan yang lebih besar dan lebih kompleks. Kami juga berencana membawa peralatan baru untuk berlatih bersama rekan satu tim tentara Filipina kami yang tahun lalu tidak kami miliki,” tambah Evans.

    (fsd/fsd)

  • Kacau! Wapres Filipina Ancam Bunuh Presiden Bongbong dan Istrinya

    Kacau! Wapres Filipina Ancam Bunuh Presiden Bongbong dan Istrinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Berita menghebohkan datang dari dunia politik Filipina. Bagaimana tidak, Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte secara terbuka mengatakan bahwa ia akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr dan istrinya, Sabtu (22/11).

    Sara Duterte mengaku bahwa dirinya telah berbicara dengan seorang pembunuh bayaran dan menginstruksikan untuk membunuh Marcos, istrinya, dan Ketua DPR Filipina jika ia dibunuh.

    Melansir CBC News, ancaman publik yang terang-terangan ia paparkan tersebut bukanlah sebuah lelucon. Terkait hal ini, Sekretaris Eksekutif Lucas Bersamin pun tengah mengambil tindakan serius.

    Hal itu disampaikan Sara Duterte menanggapi seorang warganet yang memintanya untuk tetap aman. Dikatakan bahwa Sara Duterte berada di wilayah musuh saat dirinya berada di ruang bawah Kongres bersama kepala stafnya.

    Namun, Sara Duterte tak menyebutkan adanya dugaan ancaman terhadap dirinya. Melihat pernyataan Sara Duterte, Komando Keamanan Presiden segera meningkatkan keamanan Marcos dan mengatakan pihaknya menganggap ancaman wakil presiden sebagai masalah keamanan nasional.

    Foto: REUTERS/CZEASAR DANCEL
    FILE PHOTO: Davao City Mayor Sara Duterte-Carpio (L) and Ilocos Norte Governor Imee Marcos gestures during an alliance meeting with local political parties in Paranaque, Metro Manila in Philippines, August 13, 2018. Picture taken August 13, 2018. REUTERS/Czeasar Dancel/File Photo

    Pasukan keamanan mengatakan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk mendeteksi, menghalangi, dan mempertahankan diri dari segala ancaman terhadap presiden dan keluarga presiden.

    Sebelumnya, Marcos mencalonkan diri bersama Duterte sebagai calon wakil presidennya dalam pemilihan umum Mei 2022 dan keduanya menang telak dalam kampanye yang menyerukan persatuan nasional.

    Namun, kedua pemimpin dan kubu mereka dengan cepat berselisih pendapat karena perbedaan-perbedaan utama, termasuk dalam pendekatan mereka terhadap tindakan agresif Tiongkok di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

    Sara Duterte pun mengundurkan diri dari Kabinet Marcos pada bulan Juni sebagai menteri pendidikan dan kepala badan antipemberontakan.

    Seperti ayahnya yang sama-sama vokal, mantan Presiden Rodrigo Duterte, wakil presiden tersebut menjadi pengkritik vokal Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos dan Ketua DPR Martin Romualdez, sekutu dan sepupu presiden. Sara Duterte menuduh mereka melakukan korupsi, inkompetensi dan secara politik menganiaya keluarga Duterte dan para pendukung dekatnya.

    Kecaman terbarunya dipicu oleh keputusan anggota DPR yang bersekutu dengan Romualdez dan Marcos untuk menahan kepala stafnya, Zuleika Lopez, yang dituduh menghalangi penyelidikan kongres atas kemungkinan penyalahgunaan anggarannya sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan.

    Lopez kemudian dipindahkan ke rumah sakit setelah jatuh sakit dan menangis ketika mendengar rencana untuk mengurungnya sementara di penjara wanita.

    Dalam konferensi pers daring, Sara Duterte yang marah menuduh Marcos tidak kompeten sebagai presiden dan pembohong, bersama istrinya dan ketua DPR dalam pernyataan penuh sumpah serapah.

    Ketika ditanya tentang kekhawatiran atas keamanannya, pengacara berusia 46 tahun itu mengisyaratkan ada rencana yang tidak disebutkan untuk membunuhnya.

    “Jangan khawatir tentang keamanan saya karena saya sudah berbicara dengan seseorang. Saya katakan ‘jika saya terbunuh, Anda akan membunuh BBM (Bongbong Marcos), Liza Araneta (istri presiden), dan Martin Romualdez (ketua DPR). Ini tidak main-main, tidak main-main,” kata wakil presiden itu.

    “Saya sudah memberi perintah, ‘Jika saya mati, jangan berhenti sebelum Anda membunuh mereka.’ Dan dia berkata, ya,” ungkap Sara.

    Berdasarkan hukum pidana Filipina, pernyataan publik semacam itu dapat merupakan kejahatan mengancam untuk melakukan kesalahan pada seseorang atau keluarganya dan dapat dihukum dengan hukuman penjara dan denda.

    Di tengah perpecahan politik, kepala militer Jenderal Romeo Brawner mengeluarkan pernyataan dengan jaminan bahwa Angkatan Bersenjata Filipina yang beranggotakan 160.000 orang akan tetap nonpartisan dengan rasa hormat yang sebesar-besarnya terhadap lembaga demokrasi dan otoritas sipil kami.

    “Kami menyerukan ketenangan dan tekad. Kami tegaskan kembali perlunya kita bersatu melawan mereka yang akan mencoba memutuskan ikatan kita sebagai orang Filipina,” kata Brawner.

    Wakil presiden tersebut adalah putri dari pendahulu Marcos, Rodrigo Duterte, yang tindakan keras antinarkoba yang ditegakkan oleh polisi saat ia menjadi wali kota dan kemudian sebagai presiden menyebabkan ribuan tersangka narkoba kelas teri tewas dalam pembunuhan yang telah diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Foto: Foto kolase Rodrigo Duterte sama Ferdinand Marcos Jr. (Dok. AP Photo)
    Foto kolase Rodrigo Duterte sama Ferdinand Marcos Jr. (Dok. AP Photo)

    Mantan presiden tersebut membantah telah mengizinkan pembunuhan di luar hukum berdasarkan tindakan kerasnya tetapi telah memberikan pernyataan yang saling bertentangan. Ia mengatakan kepada penyelidikan publik Senat Filipina bulan lalu bahwa ia telah memelihara pasukan pembunuh gangster untuk membunuh penjahat lain saat ia menjadi wali kota kota Davao selatan.

    (fsd/fsd)

  • Wapres Filipina Juga Ancam Bunuh Istri Presiden dan Ketua Parlemen

    Wapres Filipina Juga Ancam Bunuh Istri Presiden dan Ketua Parlemen

    Manila

    Wakil Presiden (Wapres) Filipina Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr. Dia juga mengancam akan membunuh istri Marcos Jr, Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Filipina Martin Romualdez.

    Dilansir AFP dan Reuters, Minggu (24/11/2024), Sara yang merupakan putri mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte itu menyatakan dirinya akan membuat Marcos Jr, Araneta dan Romualdez tewas jika dirinya dibunuh terlebih dahulu.

    Sara melontarkan ancaman itu dalam konferensi pers penuh sumpah serapah pada Jumat (22/11) tengah malam. Dia awalnya mengisyaratkan dirinya telah menjadi target rencana pembunuhan.

    Sara mengatakan dirinya telah meminta salah satu personel tim keamanannya membunuh Marcos Jr, istrinya, dan ketua parlemen Filipina jika dirinya tewas dibunuh. Namun, Sara tidak menjelaskan lebih detail soal ancaman pembunuhan terhadap dirinya.

    “Saya telah berbicara dengan seseorang dalam tim keamanan saya. Saya mengatakan kepadanya, jika saya dibunuh, bunuhlah BBM (Bongbong Marcos atau Marcos Jr), (Ibu Negara) Liza Araneta, dan (ketua parlemen) Martin Romualdez. Ini tidak bercanda,” ujar Sara dalam konferensi pers itu.

    “Saya mengatakan, jika saya terbunuh, jangan berhenti sampai kamu membunuh mereka,” sebutnya.

    Romualdez merupakan sepupu dari Marcos Jr. Keluarga Marcos dan Duterte merupakan dua keluarga paling berkuasa dalam politik Filipina saat ini.

    Marcos Jr pun tertawa sambil membalas tudingan itu dengan menyebut Duterte pecandu obat keras. Saling tuding itu dilakukan tanpa bukti.

    (haf/imk)

  • Filipina Tingkatkan Pengamanan Marcos Jr Usai Wapres Ancam Membunuh

    Sara Duterte Ancam Bunuh Marcos, Kantor Presiden Filipina Ambil Tindakan

    Manila

    Kantor kepresidenan Filipina memberikan reaksi keras atas pernyataan Wakil Presiden (Wapres) Sara Duterte yang mengatakan akan membuat Presiden Ferdinand Marcos Jr dibunuh jika dirinya tewas dibunuh terlebih dahulu. Pernyataan Sara itu dianggap sebagai “ancaman aktif” oleh kantor kepresidenan Filipina.

    Sara yang merupakan anak perempuan dari mantan Presiden Rodrigo Duterte itu, melontarkan ancaman pembunuhan terhadap Marcos Jr dalam konferensi pers yang digelar Jumat (22/11) tengah malam, saat perselisihan antara dirinya dan sang Presiden Filipina semakin sengit.

    Sara mengisyaratkan dirinya menjadi target rencana pembunuhan, dan mengakui telah memerintahkan salah satu personel keamanannya untuk membunuh sang Presiden Filipina jika rencana pembunuhan terhadap dirinya itu berhasil menewaskannya.

    “Bertindak berdasarkan pernyataan Wakil Presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh untuk membunuh Presiden jika dugaan rencana terhadap dirinya berhasil, Sekretaris Eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini kepada Komando Keamanan Kepresidenan untuk segera mengambil tindakan yang tepat,” demikian pernyataan Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (23/11/2024).

    “Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman ini diungkapkan secara jelas dan secara pasti di depan publik,” imbuh pernyataan tersebut.

    Tidak diketahui secara jelas soal tindakan seperti apa yang akan diambil terhadap Sara. Kantor Wapres Filipina sejauh ini belum menanggapi pernyataan terbaru dari kantor kepresidenan tersebut.

    Dalam konferensi pers penuh sumpah serapah pada Jumat (22/11) tengah malam, Sara mengungkapkan dirinya telah berbicara kepada salah satu personel tim keamanannya dan menginstruksikannya untuk membunuh Marcos Jr, istrinya Liza Arantea, dan ketua DPR Filipina Martin Romualdez jika dirinya dibunuh.