kab/kota: Manila

  • Profil Brigjen TNI Jannie Aldrin Siahaan yang Digeser Jadi Inspektur Kostrad

    Profil Brigjen TNI Jannie Aldrin Siahaan yang Digeser Jadi Inspektur Kostrad

    loading…

    Profil Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Jannie Aldrin Siahaan menarik untuk diketahui. Foto/Instagram Jannie Siahaan

    JAKARTA – Profil Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Jannie Aldrin Siahaan menarik untuk diketahui. Dia digeser menjadi Inspektur Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Ir Kostrad).

    Jannie Aldrin digeser menjadi Ir Kostrad menggantikan Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Choirul Anam yang digeser menjadi Inspektur Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Ir Kodiklatad).

    Rotasi dan mutasi tertuang dalam keputusan Panglima TNI Nomor Kep/333/III/2025 tanggal 14 Maret 2025 mengenai pemberhentian dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI.

    Sebanyak 86 Perwira Tinggi (Pati) yang masuk daftar mutasi pada Jumat, 14 Maret 2025 tersebut termasuk Jannie Aldrin Siahaan dan Choirul Anam. Rinciannya, 53 Pati TNI Angkatan Darat (AD), 12 Pati TNI Angkatan Laut (AL), dan 21 Pati TNI Angkatan Udara (AU).

    Profil Jannie Aldrin Siahaan

    Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 25 Agustus 1969 ini jebolan Akademi Militer (Akmil) 1991 dari kecabangan Infanteri (Kostrad). Adapun riwayat pendidikan umumnya adalah SD Kristen Kendari, SMP Frater Kendari, SMAN 1 Kendari, STIE YAPAN Surabaya, dan PCU MANILA Filipina.

    Sedangkan pendidikan militernya setelah Akmil adalah Akmil (1991), Sesarcabif (1992), Susar PARA (1991), Diklapa I (1998), Suslapa II (2001), Seskoad (2007), Sus KIBI (1994), ROBC – Aust (1993), Suspa Intel (1995), Suspalid (1996), Susdanyon (2008), Tar Dandim (2010), Susintelstrat Tk I (2011), Sus Athan RI (2011), dan US AWC / Lemhannas LN (2018).

    Berbagai jabatan pernah diembannya, antara lain Pama Pusenif (1991), Danton Yonif 512/QY Dam V/Brawijaya (1992—1993), Danton Yonif 507/Sikatan Dam V/Brawijaya (1993—1994), Pasi Intel Yonif 507/Sikatan Dam V/Brawijaya (1995), Kasubagdik Bagturjuk Satinduk BAIS (1996).

    Selanjutnya, Danunit Demlat Satinduk BAIS (1997), Pama Kodam XVII/Trikora (1998), Dankiban Yonif 751 Dam XVII/Trikora (1999), Pasiops Denintel Dam XVII/Trikora (2000), Dandenma Brigif 9 Divif II/Kostrad (2000—2001), Kasi Intel Brigif Linud 18 Divif 2/Kostrad (2002—2004).

    Lalu, Wadanyonif 501/18 Divif II/Kostrad (2005—2007), Pamen Kostrad (Dik Seskoad 2007), Kadeptik Pusdikif Pusenif Kodiklatad (2009), Danyonif Linud 432/03/Divif I Kostrad (2008—2010), Dandim 1403/Sawerigading Dam VII/Wrb (2010), Pamen Mabes TNI (Dik Sus Athan / 2011).

    Setelah itu, Atase Darat RI di Manila (2012—2015), Paban V/Kermamil Sopsad (2016—2018), Pamen Denma Mabesad (Dik Lemhanas LN /2018), Danrem 143/HO Dam XIV/Hsn (2020—2021), Widyaiswara Bidang Strategi dan Kawasan Seskoad (2021—2023), Dirlitbang Pusterad (2023—2024), dan Kepala Staf Kodam (Kasdam) XII/Tanjungpura (2024—2025).

    (rca)

  • Kai EXO Gelar Konser Solo Perdana di Jakarta pada 14 Juni 2025

    Kai EXO Gelar Konser Solo Perdana di Jakarta pada 14 Juni 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Setelah melaksanakan wajib militer pada awal Februari 2025, Kai “EXO” bakal bertemu dengan penggemarnya di Indonesia. Kai “EXO” bakal menggelar konser solo perdana di Indonesia, Sabtu (14/6/2025) mendatang.

    Konser bertajuk “2025 Kai Solo Concert Tour in Jakarta” ini bertempat di Tennis Indoor Senayan, Jakarta dan dimulai pukul 19.00 WIB.

    CK Star Entertainment selaku promotor konser telah mengumumkan ada lima kategori tiket konser Kai mulai dari Rp 1,2 juta hingga Rp 2,9 juta.

    Bagi EXO-L yang membeli tiket cat 1 secara otomatis berkesempatan untuk mengikuti sesi soundcheck bersama Kai. Tidak hanya itu, bagi seluruh pemegang tiket jika pembelian dilakukan hingga 31 Mei 2025 maka akan berkesempatan mengikuti random draw untuk mendapatkan fan benefit seperti foto grup dan show postcard.

    Sebagai informasi selain cat 1 yang merupakan kategori berdiri (standing), keempat tiket lainnya merupakan kategori duduk (seated). Harga belum termasuk pajak dan biaya lainnya. Tiket bisa dibeli melalui situs www.kaiinjakarta.com.

    Patut diperhatikan penjualan tiket “2025 Kai Solo Concert Tour in Jakarta” terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan penjualan tiket untuk pemilik EXO-L Membership yang berlangsung pada 25 Maret 2025 dari pukul 14.00 hingga pukul 23.59 WIB.

    Bagi pemilik membership harap melakukan pendaftaran terlebih dahulu di Weverse mulai 19 Maret hingga 21 Maret 2025 pada pukul 12.00 WIB.

    Sementara penjualan untuk umum (general sales) dimulai pada 26 Maret 2025 pukul 14.00 WIB. Adapun gelaran konser Kai “EXO” akan dimulai pada 17 – 18 Mei mendatang di Seoul, Korea Selatan lalu berlanjut ke beberapa kota di Asia seperti Kuala Lumpur, Makau, Jakarta, Singapura, Taipei, Manila, Bangkok, Yokohama dan Hong Kong.

    Berikut rincian harga tiket konser Kai “EXO”.

    Cat 1 – Rp 2,9 juta

    Cat 2 – Rp 2,4 juta

    Cat 3 – Rp 2 juta

    Cat 4 – Rp 1,6 juta

    Cat 5 – Rp 1,2 juta

    Jadi EXO-L sudah siap untuk war tiket konser solo perdana Kai EXO di Jakarta?

  • Senat Filipina akan Gelar Penyelidikan atas Penangkapan Duterte oleh ICC  – Halaman all

    Senat Filipina akan Gelar Penyelidikan atas Penangkapan Duterte oleh ICC  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Senat Filipina akan menggelar penyelidikan atas penangkapan eks presiden negara itu, Rodrigo Duterte oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Penyelidikan ini akan dipimpin oleh saudara perempuan Presiden Ferdinand Marcos Jr., Senator Imee Marcos.

    Menurut Imee, penangkapan Duterte minggu lalu mengguncang politik Filipina.

    Tidak hanya itu, Imee justru mempertanyakan legalitas penahanan Duterte.

    “Sangat penting untuk memastikan apakah proses hukum telah diikuti dan memastikan bahwa hak-hak hukumnya tidak hanya ditegakkan tetapi juga dilindungi,” kata Senator Marcos, dikutip dari Al Jazeera.

    Ia menegaskan bahwa kedaulatan harus menjadi alasan utama dalam penyelidikan.

    “Kedaulatan dan proses hukum kita harus tetap menjadi yang utama,” katanya.

    Penyelidikan dijadwalkan akan dimulai pada Kamis (20/3/2025).

    Untuk mendapatkan banyak bukti, Marcos meminta polisi dan pejabat pemerintah untuk datang dalam penyelidikan tersebut.

    Selain mendapat dukungan dari senat Marcos, Duterte juga mendapat dukungan dari ratusan pendukungnya.

    Ratusan pendukung Duterte menggelar unjuk rasa untuk menuntut pembebasannya pada hari Sabtu (15/3/2025).

    Duterte telah ditangkap oleh ICC di Bandara Internasional Manila pada Selasa (11/3/2025).

    Duterte didakwa atas kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembunuhan, terkait dengan apa yang disebutnya sebagai ‘perang melawan narkoba’.

    Menurut catatan polisi, lebih dari 7.000 orang tewas dalam operasi antinarkoba resmi yang diperintahkan oleh Duterte saat ia menjabat dari tahun 2016 hingga 2022.

    Sidang Perdana Duterte

    Sidang perdana Duterte digelar pada Jumat (14/3/2025).

    Namun ia tidak hadir secara fisik pada saat itu,

    Duterte hanya menghadiri sidang dengan melalui tautan video dari Pusat Penahanan ICC.

    Dalam permohonan jaksa untuk penangkapannya, ia mengatakan kejahatan yang dituduhkan kepada Duterte merupakan “bagian dari serangan yang meluas dan sistematis yang ditujukan terhadap penduduk sipil di Filipina.”

    “Potensial terjadi puluhan ribu pembunuhan,” duga jaksa terkait kampanye yang sebagian besar menyasar laki-laki miskin, sering kali tanpa bukti bahwa mereka terkait dengan narkoba, dikutip dari ABS CBN.

    Majelis secara tentatif menetapkan sidang konfirmasi dakwaan pada tanggal 23 September 2025.

    Menurut ICC, prosedur ini adalah untuk menilai bukti kuat untuk meyakini terdakwa melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan.

    Apabila tuduhan tersebut benar dan terbuktikan, maka kasus tersebut akan dilanjutkan ke Majelis Pengadilan untuk tahap persidangan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Rodrigo Duterte

  • Putra Rodrigo Duterte Berjanji Akan Lawan ICC, Sebut Ayahnya Ditahan secara Ilegal – Halaman all

    Putra Rodrigo Duterte Berjanji Akan Lawan ICC, Sebut Ayahnya Ditahan secara Ilegal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Putra mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Sebastian Duterte, berjanji akan melawan penahanan ayahnya oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

    Sebastian Duterte, yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Davao, menyerukan para pendukungnya untuk melawan apa yang ia klaim sebagai penangkapan ilegal terhadap ayahnya.

    Ia mengklaim penangkapan ayahnya menjadikan posisi presiden berbahaya, sementara pejabat lain di Filipina juga mengkritik ekstradisi Rodrigo Duterte.

    “Kami akan bangkit dan melawan,” kata Sebastian Duterte.

    Sebastian Duterte dan adiknya, Veronica Duterte, mengajukan petisi habeas corpus kepada Mahkamah Agung Filipina.

    Petisi tersebut berisi permintaan hukum yang menyatakan seseorang tidak dapat dipenjara atau ditahan di dalam sel penjara kecuali ia telah terlebih dahulu dibawa ke hadapan pengadilan yang memutuskan apakah sah atau tidak bagi orang tersebut untuk ditahan di penjara.

    Sebastian Duterte dan Veronica Duterte berpendapat ICC tidak memiliki yurisdiksi atas Filipina karena negara tersebut menarik diri dari Statuta Roma pada 17 Maret 2019.

    Sebastian Duterte juga mengangkat dugaan pemindahan paksa dan kelalaian medis terhadap ayahnya.

    Ia mengatakan ayahnya tidak diberi perawatan medis yang memadai dan diusir secara paksa dari Filipina tanpa persetujuannya, seperti diberitakan Philstar.

    Rodrigo Duterte Dibawa ke ICC

    Sebelumnya, Rodrigo Duterte ditangkap oleh otoritas Filipina di bandara internasional Manila pada minggu lalu dan diterbangkan ke Den Haag, Belanda, untuk diadili di ICC.

    Rodrigo Duterte akan diadili atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terkait dengan perang melawan narkoba selama masa jabatannya sebagai Wali Kota Davao dan sebagai presiden Filipina.

    Menurut surat perintah penangkapan ICC, Rodrigo Duterte selama masa jabatannya sebagai wali kota diduga mengorganisir “pasukan pembunuh” hingga masa jabatan terakhirnya berakhir pada tahun 2016.

    Setelah dilantik sebagai presiden pada tahun 2016, Rodrigo Duterte kembali melanjutkan kampanye antinarkoba hingga tahun 2022, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Sebelum mengeluarkan surat perintah penangkapan, ICC mulai menyelidiki kampanye antinarkoba yang digagas oleh Rodrigo Duterte pada tahun 2018 atas tuduhan pembunuhan di luar hukum dan kebrutalan polisi yang diduga terlibat dalam kampanye tersebut.

    Surat perintah ICC menuduh Rodrigo Duterte bertanggung jawab secara pidana atas pembunuhan sedikitnya 43 orang antara tahun 2011 dan 2019 sebagai bagian dari perang melawan narkoba saat menjabat sebagai wali kota kota Davao di wilayah selatan.

    Laporan pembunuhan tersebut meningkat ketika ia menjabat sebagai presiden antara tahun 2016 dan 2022, dikutip dari laporan Reuters.

    Para pembela hak asasi manusia dan jaksa ICC memperkirakan sekitar 30.000 orang tewas oleh polisi dan orang tak dikenal hingga pada masa jabatan terakhirnya pada tahun 2022. 

    Namun, polisi Filipina hanya melaporkan 7.000 kematian selama operasi kepolisian, tidak termasuk mereka yang tewas oleh pelaku tak dikenal.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Bahas Mega Korupsi di Indonesia, Dokter Tifa: Jokowi Tak Akan Tenang Sepanjang Hidupnya

    Bahas Mega Korupsi di Indonesia, Dokter Tifa: Jokowi Tak Akan Tenang Sepanjang Hidupnya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ahli epidemiologi sekaligus pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma, kembali mengeluarkan pendapat tajamnya tentang mantan Presiden Jokowi melalui kritiknya terhadap sosok Mulyono.

    “Penjara sosial sudah terjadi pada seorang Mulyono,” ujar Tifa di X @DokterTifa (15/3/2025).

    Ia menilai, keberanian Mulyono kini hanya tampak saat melakukan perjalanan Solo, Jakarta, Solo dengan dalih menengok cucu.

    “Kalau anda perhatikan, keberanian dia saat ini hanya melakukan perjalanan Solo, Jakarta, Solo, dengan dalih menengok cucu,” ucapnya.

    Tifa juga mengaitkan kondisi tersebut dengan penangkapan Presiden Duterte oleh ICC, lalu mempertanyakan apakah Mulyono akan berani bepergian ke luar negeri.

    “Apakah setelah Duterte ditangkap ICC dari perjalanan Hongkong – Manila, apakah Mulyono berani ke luar negeri? Kita lihat saja,” tukasnya.

    Ia menambahkan bahwa jika Mulyono harus dipenjara, hal itu akan menjadi tantangan tersendiri karena kecerdikannya telah membuat banyak pihak terseret dalam skandal mega korupsi.

    “Dipenjarakan mungkin susah dan sulit, karena kelicinan dan kelicikan dia membuat semua pihak terseret skandal mega korupsi,” Tifa menuturkan.

    Kata Tifa, jaringan korupsi yang melibatkan pejabat dari pucuk pimpinan hingga tingkat desa berfungsi sebagai tameng, sehingga hukum tidak bisa bekerja secara efektif.

    “Semua Koruptor dari pucuk paling atas hingga Kepala Desa, menjadi tameng yang membuat hukum tak berkutik melawan dia,” tambahnya.

    Sebagai solusi, ia mengusulkan penerapan penjara sosial yang dianggapnya akan membuat Mulyono tak mampu lagi berkelit dari tanggung jawab.

  • Cuaca Ekstrem Halangi Jutaan Anak untuk Bersekolah

    Cuaca Ekstrem Halangi Jutaan Anak untuk Bersekolah

    Manila

    Para pelajar di Filipina tahu bagaimana rasanya saat gelombang panas melanda. Di Ibukota, Manila, hampir setengah ruang kelas kosong pada awal minggu sebagai respons pihak sekolah atas peringatan cuaca ekstrem.

    Pada bulan April dan Mei 2024, suhu yang sangat panas menyebabkan kelas tatap muka hampir setiap hari dibatalkan, hal ini kadang terjadi di seluruh Filipina.

    Namun, pelajar-pelajar muda ini tidak sendirian. Menurut UNICEF, setidaknya 242 juta pelajar di seluruh dunia mengalami gangguan pendidikan akibat cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang 2024.

    Cuaca ekstrem yang dimaksud adalah gelombang panas, topan tropis, badai, banjir, dan kekeringan – sebagai dampak perubahan iklim yang semakin intens. Hampir tiga perempat dari siswa yang terdampak tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah.

    ‘Hal kecil yang mengubah hidup’

    Sekitar satu miliar anak tinggal di negara-negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim dan lingkungan, jelas UNICEF, di mana peristiwa seperti badai atau banjir sering kali mengacaukan kehidupan, menghancurkan lingkungan, jalan, atau bahkan sekolah. Bangunan sekolah yang masih utuh terkadang berfungsi ganda sebagai tempat penampungan, para pelajar pun tidak bisa kembali belajar.

    Meskipun beberapa fasilitas pendidikan secara teknis dapat tetap buka saat gelombang panas melanda, suhu yang tinggi menyulitkan para pelajar untuk fokus atau menerima pelajaran.

    “Ini mungkin peristiwa kecil, tapi bisa mengubah hidup,” kata Megan Kuhfeld, seorang ilmuwan peneliti senior di Northwest Evaluation Association (NWEA), sebuah perusahaan penyedia layanan pendidikan di Amerika Serikat.

    Kemunduran akademis

    Mitzi Jonelle Tan, seorang aktivis keadilan iklim dari Filipina, secara langsung mengalami gangguan akibat perubahan iklim ini, saat masih remaja. Di tahun 2009, dua topan besar, Ketsana dan Parma melanda, ini berdampak pada kegiatan belajar mengajar yang terhenti sekolahnya selama bertahun-tahun.

    “Ketika tiba waktunya untuk mendaftar ke universitas, ada banyak hal yang belum kami pelajari. Jadi, kami harus mengikuti kursus kilat untuk menghadapi ujian masuk universitas,” kata Tan, yang kemudian melanjutkan pendidikannya di University of the Philippines Diliman.

    Kuhfeld dari NWEA menganalisis berbagai penelitian di Amerika Serikat yang meneliti korelasi antara waktu siswa absen dari sekolah – tidak harus karena iklim ekstrem – dan seberapa jauh ketertinggalan mereka dalam pembelajaran.

    Ia menemukan bahwa lamanya absen tidak berdampak langsung terhadap pembelajaran. Misalnya, satu minggu absen dari sekolah bisa jadi membuat siswa merasa berminggu-minggu tertinggal dari pembelajaran, ini bergantung pada kondisi para pelajar tersebut.

    Penting untuk diketahui jenjang pendidikan mana yang sedang ditempuh pelajar saat mereka absen dari sekolah. Kurikulum sekolah menengah jauh lebih kompleks dibandingkan kurikulum sekolah dasar, yang dirancang berdasarkan apa yang sudah diketahui para pelajar tersebut. Jadi, bagi pelajar sekolah menengah, absen membuat mereka kian sulit mengejar ketertinggalan.

    Namun, Kuhfeld melalui analisisnya mencatat bahwa absen yang disebabkan oleh cuaca buruk menunjukkan kemunduran belajar yang lebih signifikan dibanding alasan lainnya. Mungkin karena banyak dari para pelajar ini juga memiliki stres saat berusaha bertahan dan pulih dari bencana alam.

    “Ini bukan sekadar absen dari sekolah sekolah. Ada aspek kesehatan mental yang berperan,” katanya.

    Kembali ke sekolah, bagaimana caranya?

    Begitu sekolah dibuka kembali, para guru tidak bisa serta merta melanjutkan pekerjaannya, karena kembali ke kelas lebih dari sekadar memperbaiki infrastruktur.

    “Sekolah-sekolah dan gedung-gedungnya hancur, tetapi para siswa juga terdampak,” ujar Pia Rebello Britto, Direktur Global untuk Pendidikan dan Pengembangan Remaja di UNICEF. “Jika seseorang merasa tertinggal, ia mulai kehilangan motivasi dan keinginan untuk belajar.”

    Kurangnya motivasi ini kian memperburuk situasi para pelajar yang sebelumnya merasa “kurang beruntung”. Di Provinsi Sindh, Pakistan, Britto mengatakan bahwa ia melihat betapa sulitnya bagi anak-anak perempuan untuk tetap tertarik belajar setelah banjir menutup sekolah mereka, ini karena pendidikan juga kurang dipromosikan.

    Di Filipina, aktivis iklim Tan mengetahui adanya siswa-siswa berpenghasilan rendah yang harus memilih antara kembali ke kelas atau menghidupi keluarga mereka.

    “Jika rumah mereka benar-benar terendam banjir dan hancur, sangat sulit untuk meminta para pelajar kembali bersekolah dan belajar tentang sesuatu yang jauh dari realita yang mereka hadapi,” katanya.

    Bagaimana membuat pendidikan lebih tangguh saat bumi kian memanas

    Para ahli pendidikan sepakat bahwa sistem sekolah harus menjadi lebih resisten terhadap perubahan iklim, meskipun hal ini juga menyangkut masalah keuangan.

    Dengan berbagai cara, sekolah dapat mempersiapkan diri untuk menjadi lebih fleksibel, seperti membuat rencana darurat jika gedung sekolah rusak, dengan ‘memindahkan’ kelas ke gereja atau aula umum. Sekolah juga dapat menyesuaikan kalender sekolah untuk menghindari pembelajaran di bulan-bulan dengan cuaca ekstrem.

    Gelombang panas telah mengganggu sekolah-sekolah di Filipina, hal ini dikarenakan kalender akademik sebagian sekolah diselaraskan dengan kalender akademik negara lain. Hal ini berarti para pelajar akan mengikuti pembelajaran di kelas saat puncak kekeringan di musim kemarau dan panas yakni di bulan April dan Mei. Sekarang pemerintah telah mengubah kembali jadwal akademik tersebut.

    Namun, langkah yang paling penting adalah membuat sekolah dan murid-murid menjadi tangguh. Hal ini berarti membuat bangunan tahan terhadap iklim dengan mengisolasi atau membangunnya dengan bahan yang dapat mengatur suhu secara alami, meninggikan bangunan untuk melindunginya dari banjir, dan membangun atap yang lebih kokoh untuk menahan angin topan.

    Hal ini juga berarti membekali siswa dengan informasi yang lebih baik tentang perubahan iklim dalam kurikulum. Dengan begitu, mereka dapat memahami apa yang terjadi pada mereka dan dampak pembakaran bahan bakar fosil terhadap perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem.

    “Penting bagi mereka untuk mempelajarinya dengan cara yang kontekstual sehingga mereka dapat melihat bahwa perubahan iklim adalah sesuatu yang melintasi semua sektor kehidupan dan mereka dapat berpartisipasi dalam pembuatan dan perubahan kebijakan iklim,” ujar Tan.

    “Mereka mewakili generasi masa depan.”

    Diadaptasi dari Artikel DW Bahasa Inggris

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Duterte Hadiri Sidang Perdana ICC Hanya Lewat Video

    Duterte Hadiri Sidang Perdana ICC Hanya Lewat Video

    Den Haag

    Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, muncul pada hari Jumat (14/03) melalui tautan video di hadapan para hakim di Mahkamah Pidana Internasional ICC di Den Haag, Belanda, beberapa hari setelah penangkapannya di Manila. Tuduhan terhadapnya adalah pembunuhan terkait dengan “perang narkoba” mematikan, yang dia pimpin saat menjabat sebagai orang nomor satu di negaranya.

    Pria berusia 79 tahun itu tidak hadir langsung di pengadilan, namun hanya tampil sebentar di layar video dari pusat penahanan tempat dia ditahan, yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi pengadilan.

    Terdengar lemah dan mengenakan jas biru serta dasi, Duterte berbicara sebentar untuk mengonfirmasi nama dan tanggal lahirnya.

    Hakim yang memimpin sidang, Iulia Antoanella Motoc, menetapkan tanggal sidang praperadilan pada 23 September untuk menentukan apakah bukti-bukti yang diajukan oleh jaksa cukup kuat untuk melanjutkan kasus ini ke persidangan. Jika sidang dilanjutkan, proses persidangan bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan jika Duterte dihukum, dia menghadapi hukuman maksimal penjara seumur hidup.

    Hakim menyatakan bahwa Duterte diizinkan untuk mengikuti sidang ICC pertamanya melalui konferensi video karena dia baru saja menempuh penerbangan panjang. Duterte, yang mengenakan jaket dan dasi, mendengarkan sidang melalui headphone, seringkali dengan mata tertutup.

    Pengacara Duterte, Salvador Medialdea, mengatakan bahwa kliennya telah “diculik dari negaranya”.

    Pengacara tersebut menyebut penangkapan Duterte sebagai “penyelesaian politik” di Filipina. Medialdea juga mengatakan bahwa Duterte sedang menjalani pengawasan medis di rumah sakit karena masalah kesehatan.

    Hakim yang berbicara langsung kepada Duterte, menyatakan bahwa “dokter pengadilan berpendapat bahwa Anda sepenuhnya sadar dan dalam keadaan sehat secara mental.”

    Pendukung Duterte di luar pengadilan

    Putrinya, Wakil Presiden Filipina Sara Duterte, bertemu dengan para pendukung di luar gedung pengadilan pada hari Jumat (14/03). Ia mengatakan akan berusaha untuk mengunjungi ayahnya.

    Duterte adalah saingan politik dari presiden saat ini, Ferdinand Marcos Jr. “Harapan kami adalah… mereka akan memberi izin bagi kami untuk mengunjungi mantan presiden, dan (hal lainnya) kami berharap mereka akan mengizinkan permintaan kami untuk memindahkan sidang awal ini,” katanya.

    Penangkapan Duterte di Manila

    Rodrigo Duterte ditangkap pada hari Selasa (11/03) di tengah kericuhan di ibu kota Filipina, setelah kembali dari kunjungan ke Hong Kong.

    Dia dengan cepat dipindahkan menggunakan jet charter dan diterbangkan ke Belanda.

    Setelah serangkaian pemeriksaan medis setibanya di sana, dia dibawa ke pusat penahanan pengadilan, yang terletak di balik tembok tinggi sebuah kompleks penjara Belanda yang dekat dengan garis pantai Laut Utara.

    Pendukung Duterte di luar pengadilan meneriakkan “Kembalikan dia! Kembalikan dia!” sambil menunggu kedatangannya.

    Tuduhan terhadap Duterte

    Jaksa menuduhnya terlibat sebagai “penjahat bersama tidak langsung” dalam berbagai pembunuhan, yang dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, karena diduga mengawasi pembunuhan dari November 2011 hingga Maret 2019, sejak saat dia menjabat sebagai wali kota di Kota Davao, dan kemudian sebagai presiden Filipina.

    Duterte tidak diwajibkan untuk secara resmi mengajukan pembelaan pada sidang hari ini. Menurut dokumen berupa surat permintaan penangkapan dari jaksa, Duterte, sebagai wali kota Davao, mengeluarkan perintah kepada polisi dan “hitman” lain yang membentuk kelompok yang dikenal dengan sebutan Davao Death Squads (DDS).

    Dia diduga mengatakan kepada mereka bahwa “misi mereka adalah membunuh para penjahat, termasuk pengedar narkoba, dan memberikan izin untuk pembunuhan DDS tertentu,” tambah jaksa.

    Mereka juga mengklaim bahwa Duterte merekrut, membayar, dan memberi hadiah kepada para pembunuh, “memberikan mereka senjata dan sumber daya yang diperlukan, dan berjanji untuk melindungi mereka dari penuntutan.”

    Dokumen yang mendukung surat perintah penangkapan terhadap Duterte mengungkapkan bahwa jaksa menyusun kasus mereka dengan berbagai bukti, termasuk kesaksian saksi, pidato-pidato yang pernah disampaikan oleh Duterte sendiri, dokumen-dokumen pemerintah, serta rekaman video.

    Ragam reaksi terhadap penangkapan Duterte

    Kelompok hak asasi manusia dan keluarga korban menyambut penangkapan Duterte sebagai kemenangan besar untuk menentang kebijakan impunitas negara.

    Sementara itu, pendukung Duterte mengecam penangkapan ini dan menyebutnya sebagai penyerahan saingan politik kepada pengadilan internasional yang mereka anggap tidak memiliki yurisdiksi atas Filipina.

    Seorang ibu, Melinda Abion Lafuente, yang anaknya bernama Angelo Lafuente dibunuh pada tahun 2016, mengatakan dia merasa lega dengan penangkapan Duterte, “Kami senang dan merasa lega,” ujarnya.

    Wakil Direktur Human Rights Watch untuk Asia, Bryony Lau menyatakan bahwa penampilan Duterte di ICC adalah bukti perjuangan panjang untuk keadilan yang dilakukan oleh para korban, keluarga mereka, dan aktivis Filipina.

    “Penampilan Duterte di ICC menunjukkan bahwa bahkan pemimpin yang tampaknya tak terjamah pun bisa diadili,” katanya.

    Dia juga menyebut pemimpin lain yang sedang menghadapi surat perintah penangkapan dari ICC, seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seharusnya memperhatikan kasus ini.

    Tantangan hukum Duterte

    Tim hukum Duterte berargumen bahwa pemerintah Filipina yang sekarang seharusnya tidak membiarkan pengadilan internasional menangani kasus mantan presiden tersebut, karena Filipina sudah menarik diri dari ICC.

    Mantan juru bicara presiden Duterte, Harry Roque mengatakan dia sudah mengajukan permohonan untuk menjadi salah satu pengacara Duterte. Jika disetujui, dia akan mengajukan keberatan terhadap penangkapan Duterte oleh pemerintah Filipina, serta menentang klaim ICC yang menganggap mereka memiliki yurisdiksi atas Filipina, meskipun negara itu sudah keluar dari pengadilan internasional tersebut.

    Namun, para hakim ICC yang mengeluarkan surat perintah penangkapan mengatakan bahwa kejahatan yang dituduhkan terjadi sebelum Filipina resmi menarik diri dari ICC.

    ap/hp (reuters/ap)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Eks Presiden Duterte Akan Hadir dalam Sidang Perdana ICC

    Eks Presiden Duterte Akan Hadir dalam Sidang Perdana ICC

    Den Haag

    Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan dihadirkan untuk pertama kalinya dalam persidangan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada Jumat (14/3). Duterte akan menghadapi dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan atas kebijakannya, yang disebut perang melawan narkoba, yang merenggut banyak nyawa.

    Duterte yang berusia 79 tahun, seperti dilansir AFP, Jumat (14/3/2025), akan dihadirkan di hadapan para hakim ICC untuk sesi persidangan singkat, di mana dia akan diberitahu tentang tindak kejahatan yang diduga telah dilakukannya, serta hak-haknya sebagai terdakwa.

    Persidangan akan dimulai pukul 14.00 waktu setempat di markas pusat ICC di Den Haag, Belanda. Duterte menjadi kepala negara Asia pertama yang menghadapi dakwaan ICC dan disidangkan oleh ICC.

    Dia dituduh melakukan tindak kejahatan terhadap kemanusiaan berupaya pembunuhan atas operasi selama bertahun-tahun yang dilakukan pemerintahannya terhadap para pengguna dan pengedar narkoba, yang menurut kelompok hak asasi manusia (HAM), telah menewaskan ribuan orang.

    Dalam permohonan jaksa ICC untuk penangkapannya, disebutkan bahwa dugaan kejahatan Duterte adalah “bagian dari serangan yang meluas dan sistematis yang ditujukan terhadap penduduk sipil di Filipina”.

    “Kemungkinan puluhan ribu pembunuhan telah dilakukan,” sebut jaksa ICC dalam tuduhannya, merujuk pada kebijakan perang melawan narkoba yang sebagian besar menargetkan orang-orang miskin, seringkali tanpa bukti jelas bahwa mereka terkait narkoba.

    Keluarga korban menyambut baik persidangan ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan keadilan. Sedangkan para pendukung Duterte meyakini mantan Presiden Filipina itu telah “diculik” dan dikirimkan ke Den Haag di tengah perselisihan sengit dengan keluarga Marcos yang kini berkuasa.

    Sekelompok anggota keluarga para korban, pengacara dan aktivitas HAM akan berkumpul di Manila pada Jumat (14/3) malam untuk menyaksikan siaran langsung sidang ICC tersebut.

    Setelah sidang pertama digelar, menurut aturan ICC, maka seorang terdakwa dapat meminta pembebasan sementara sambil menunggu persidangan berproses.

    Usai sidang pertama, tahap selanjutnya adalah sesi untuk mengonfirmasi dakwaan, di mana terdakwa dapat menantang bukti-bukti yang diajukan jaksa. Hanya setelah sesi tersebut dilaksanakan, pengadilan akan memutuskan apakah akan melanjutkan persidangan — sebuah proses yang dapat memakan waktu beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tangis dan Penantian, Keluarga Korban Perang Narkoba Duterte Tak Menyerah Berjuang Tuntut Keadilan – Halaman all

    Tangis dan Penantian, Keluarga Korban Perang Narkoba Duterte Tak Menyerah Berjuang Tuntut Keadilan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Filipina, Crisanto dan Juan Carlos, menjadi korban perang narkoba mantan presiden Rodrigo Duterte.

    Keduanya menghilang secara tiba-tiba pada suatu pagi di Quezon Citu, distrik utara Metro Manila.

    Kepergian mereka yang tiba-tiba meninggalkan luka yang mendalam bagi ibu mereka, Llore Pasco.

    Pasco hingga kini terus dihantui rasa sakit akibat kehilangan dua anak laki-lakinya dalam pembunuhan brutal yang belum ada keadilan.

    Peristiwa ini terjadi pada Mei 2017, dikutip dari Al Jazeera.

    Saat itu, tepatnya pada pagi hari, Crisanto yang merupakan ayah dari empat orang anak, pergi untuk bekerja.

    Pria berusia 34 tahun ini merupakan seorang penjaga kemanan swasta di Filipina.

    Setelah Crisanto, sang adik, yaitu Juan Carlos, yang merupakan penagih tagihan listrik paruh waktu, menyusul sang kakak untuk bekerja.

    Namun, berita mengejutkan diterima oleh keluarga pada keesokan harinya.

    Media memberitakan kakak-adik ini ditemukan tewas.

    Saat ditemukan, keduanya dalam kondisi mengenaskan. Tubuh korban dipenuhi luka akibat peluru.

    Polisi menuduh mereka sebagai bagian dari kelompok perampok yang berbahaya.

    Namun, bagi keluarga Pasco, ini adalah kenyataan yang tak bisa diterima.

    Ibu mereka, Pasco, bersama dengan kerabat lainnya, mengetahui kabar itu dari laporan berita televisi. 

    Dengan berat hati, Pasco menghabiskan seminggu penuh dan mengeluarkan biaya sebesar 1.500 USD untuk mengambil jenazah kedua putranya dari kamar mayat.

    Pemakaman mereka berlangsung dengan kesedihan mendalam.

    Akan tetapi bagi Pasco, penderitaan yang lebih besar datang setelahnya.

    Pasco bertahun-tahun menunggu keadilan yang tak kunjung datang. 

    Tak ada satu pun yang bisa mengembalikan anak-anaknya, dan harapan untuk keadilan semakin sirna dalam sistem yang tampaknya tak peduli.

    Namun, sebuah perubahan datang baru-baru ini.

    Ketika Pasco mendengar berita, mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang bertanggung jawab atas kebijakan perang narkoba yang brutal, telah ditangkap, emosi campur aduk menghampirinya.

    Pasco mengungkapkan ini merupakan penantian yang sangat berharga.

    Menurutnya, ini adalah awal dari keadilan bagi para korban.

    “Saya merasa sangat gugup dan takut, tetapi juga gembira,” katanya. “Mata saya berkaca-kaca. Akhirnya, setelah sekian tahun menunggu, ini akan terjadi. Ini dia,” ungkap Pasco kepada Al Jazeera.

    Penangkapan Duterte, yang dilakukan atas perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), memberikan harapan baru bagi keluarga korban perang narkoba seperti Pasco.

    ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Duterte atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan ribuan pembunuhan yang terjadi selama masa pemerintahannya.

    Tuntutan ini, menurut Pasco, adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan keadilan bagi putranya, yang telah kehilangan nyawa dalam kekerasan yang tak terhitung jumlahnya.

    Pasco adalah salah satu dari banyak ibu yang tergabung dalam “Rise Up for Life and for Rights,” sebuah kelompok yang terdiri dari para ibu dan istri korban perang narkoba di Filipina. 

    Bagi mereka, penangkapan Duterte memberi secercah harapan, meskipun sudah begitu lama mereka hidup dengan ketidakpastian dan keputusasaan.

    Namun, meskipun rasa harapan itu tumbuh, Pasco tetap menjaga sikap hati-hati. 

    Bagi dirinya dan mereka yang kehilangan, meskipun langkah hukum ini penting, keadilan yang sebenarnya hanya akan terwujud jika ada pertanggungjawaban atas semua pembunuhan yang terjadi dalam perang narkoba ini.

    “Ini akan menjadi langkah pertama untuk penyembuhan total bagi negara kita,” kata Pasco.

    Sebagai informasi, Duterte ditangkap di Bandara Internasional Manila pada Selasa (11/3/2025).

    Dalam surat perintah penangkapan ICC tertulis Duterte telah melakukan berbagai pelanggaran.

    Di antaranya, membentuk, mendanai, dan mempersenjatai regu pembunuh yang melakukan pembunuhan terhadap para pengguna dan pengedar narkoba.

    Setelah ditangkap, Duterte diterbangkan ke Den Haag, Belanda.

    Menurut catatan polisi, lebih dari 7.000 orang tewas dalam operasi antinarkoba resmi yang diperintahkan oleh Duterte saat ia menjabat dari tahun 2016 hingga 2022.

    Duterte akan menjalani sidang pertama dalam beberapa hari ke depan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Rodrigo Duterte

  • Video Eks Presiden Filipina Duterte saat Ditangkap: Apa Kejahatan Saya?

    Video Eks Presiden Filipina Duterte saat Ditangkap: Apa Kejahatan Saya?

    Video Eks Presiden Filipina Duterte saat Ditangkap: Apa Kejahatan Saya?

    213 Views | Rabu, 12 Mar 2025 08:12 WIB

    Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap di Bandara Manila atas perintah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Duterte ditangkap atas dugaan melakukan pelanggaran HAM berat saat memberantas para pengedar narkoba semasa dirinya menjabat sebagai presiden.

    Rahmatia Miralena/Reuters – 20DETIK