kab/kota: Manila

  • Tensi di Laut China Selatan Memanas usai Filipina dan Tiongkok Saling Klaim Wilayah Sengketa – Halaman all

    Tensi di Laut China Selatan Memanas usai Filipina dan Tiongkok Saling Klaim Wilayah Sengketa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tensi bilateral di Laut China Selatan kian memanas setelah Tiongkok dan Filipina saling klaim pulau pasir kecil di wilayah tersebut.

    Eskalasi ini dimulai setelah penjaga Pantai Tiongkok membagikan gambar 4 prajurit mereka membentangkan bendera Tiongkok di kawasan berpasir tersebut seperti yang dilapor media negara CCTV.

    Di gambar yang dibagikan CCTV tersebut, terlihat empat petugas berpakaian serba hitam dan memegang bendera Tiongkok, berdiri di wilayah sengketa Sandy Cay di Kepulauan Spratly.

    CCTV menyebut bahwa Tiongkok telah melakukan pengendalian maritim dan menjalankan yurisdiksi kedaulatan atas wilayah terumbu tersebut pada awal April.

    Tayangan tersebut pun menyulut kemarahan sejumlah pihak di Filipina yang turut bersengketa pada wilayah tersebut

    Filipina kemudian mengumumkan pada hari Minggu (27/4/2025) bahwa mereka telah mendarat di wilayah gundukan pasir yang sebelumnya diklaim oleh Tiongkok tersebut.

    Kabar tersebut disertai gambar petugas yang mengibarkan bendera nasional Filipina dengan pose meniru foto dari pihak Tiongkok.

    Dalam pernyataannya, Satuan Tugas Nasional Laut Filipina Barat (NTF-WPS) mengatakan telah menyaksikan “kehadiran ilegal” sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok berjarak 914 meter dari salah satu gundukan pasir, serta tujuh kapal milisi Tiongkok.

    “Operasi ini mencerminkan dedikasi dan komitmen tak tergoyahkan Pemerintah Filipina untuk menegakkan kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi negara di Laut Filipina Barat,” bunyi pernyataan yang dirilis NTF-WPS pada hari minggu tersebut.

    Ketegangan antara kedua negara sendiri terus meningkat, seiring dengan meningginya intensitas konfrontasi antara Tiongkok dan Filipina.

    Armada angkatan laut kedua negara tersebut juga dikabarkan kerap melakukan aksi provokatif dengan menabrakkan kapal dan adu dorong.

    Sandy Cay terletak di dekat pos militer Filipina di Pulau Thitu, yang juga dikenal sebagai Pag-asa, yang konon digunakan Manila untuk memantau pergerakan Tiongkok di kawasan itu.

    Tidak ada tanda-tanda bahwa Tiongkok bermaksud menduduki pulau seluas 200 meter persegi itu secara permanen, dan dilaporkan kapal penjaga pantai pihak Tiongkok telah meninggalkan lokasi.

    Menanggapi tensi tinggi tersebut, Gedung Putih menyatakan laporan tentang perebutan terumbu oleh Tiongkok itu sangat mengkhawatirkan jika benar.

    Dalam komentar yang dilaporkan oleh Financial Times, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, James Hewitt, memberikan peringatan keras kepada Tiongkok.

    “Tindakan (Tiongkok) semacam ini mengancam stabilitas regional dan melanggar hukum internasional”, ungkap Hewitt seraya menambahkan bahwa Gedung Putih terus berkomitmen membantu sekutu terdekat mereka seperti Filipina.

    Langkah Tiongkok ini terjadi bersamaan dengan latihan tahunan skenario perang antara pasukan AS dan Filipina yang disebut latihan Balikatan.

    TENTARA FILIPINA – Pasukan penjaga pantai Filipina memberi hormat selama upacara peresmian gedung operasional baru mereka di Pulau Thitu yang diduduki Filipina, Jumat, 1 Desember 2023, di Laut Cina Selatan yang disengketakan dengan China. (WFX RTV)

    Tiongkok sendiri mengkritik latihan bersama antara AS dan Filipina tersebut sebagai tindakan provokatif..

    Dalam kunjungannya ke Manila bulan lalu, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, juga mengatakan Washington menggandakan komitmen pada aliansinya dengan Filipina dan bertekad membangun kembali efek jera terhadap Tiongkok.

    Sengketa wilayah di Laut China Selatan sendiri telah berlangsung berabad-abad, namun ketegangan kian meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

    Tiongkok mengklaim porsi terbesar wilayah dalam area yang dibatasi oleh garis “nine-dash” menurut klaimnya sendiri. 

    Garis ini terdiri atas sembilan segmen yang memanjang ratusan mil ke selatan dan timur dari provinsi paling selatannya, Hainan.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Peringkat Kota Global Jakarta di Bawah Manila-Singapura, Pramono: Ini Jadi Tantangan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 April 2025

    Peringkat Kota Global Jakarta di Bawah Manila-Singapura, Pramono: Ini Jadi Tantangan Megapolitan 26 April 2025

    Peringkat Kota Global Jakarta di Bawah Manila-Singapura, Pramono: Ini Jadi Tantangan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jakarta
    Pramono Anung
    menyoroti posisi Jakarta yang berada di
    peringkat 74

    kota global
    .
    Pramono mengatakan, peringkat tersebut membuat Jakarta masih berada di bawah kota-kota besar negara tetangga seperti ibu kota Filipina, Manila, hingga ibu kota Singapura, Singapura.
    “Sebagai kota global, Jakarta ini ranking 74 dari 156. Di bawahnya Manila, di bawahnya Kuala Lumpur, jauh di bawahnya Bangkok dan Singapura,” kata Pramono, dalam sambutannya pada acara
    Lebaran Betawi 2025
    di Monas, Sabtu (26/4/2025).
    Menurut Pramono, posisi tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk dilakukan perbaikan demi merangsek ke posisi 50 besar kota global.
    “Bagi saya ini menjadi tantangan untuk dilakukan perbaikan bagaimana kota global ini, Jakarta ini bisa menjadi top 50 dunia,” tegas dia.
    Oleh sebab itu, Pramono mendorong anak buahnya untuk terus mengejar perbaikan dengan harapan dapat memperbaiki peringkat Jakarta.
    “Ada Bu Dewi nih tanggung jawab, Bu Dewi sama Bu Atika harus bisa. Maka saya kejar-kejar terus. Termasuk saya kejar-kejar terus kepada Pak Marullah dan pertamanan,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Siapa yang akan menjadi Paus berikutnya? Inilah para kandidat utama – Halaman all

    Siapa yang akan menjadi Paus berikutnya? Inilah para kandidat utama – Halaman all

    Setelah Paus Fransiskus meninggal dunia, siapa yang akan menjadi Paus berikutnya?

    Untuk menentukan pemimpin Gereja Katolik dan 1,4 miliar umatnya, Dewan Kardinal akan bertemu dalam konklaf di Kapel Sistina. Pada sesi itu, mereka akan berembuk dan kemudian memberikan suara untuk kandidat pilihan masing-masing sampai akhirnya satu nama terpilih secara bulat.

    Para kardinal tidak hanya memilih seorang Paus, tetapi juga akan memilih sosok dengan perspektif global yang luas. Sebab untuk pertama kalinya, kurang dari setengah dari seluruh kardinal yang memiliki hak pilih berasal dari Eropa.

    Meski 80?ri para kardinal dipilih langsung oleh mendiang Paus Fransiskus, bukan berarti mereka condong ke kubu “progresif” atau “tradisionalis”.

    Karena alasan tersebut, sulit memprediksi siapa yang akan terpilih sebagai Paus berikutnya.

    Apakah para kardinal akan memilih seorang Paus dari Afrika atau Asia? Atau apakah mereka justru mendukung sosok yang berpengalaman dari administrasi Vatikan?

    Berikut sejumlah nama yang disebut-sebut sebagai calon pengganti Paus Fransiskus.

    Pietro Parolin

    Warga negara: Italia

    Usia: 70 tahun

    Kardinal Parolin adalah Menteri Luar Negeri Vatikan merangkap penasihat utama Paus Fransiskus.

    Sebagai menlu, dia juga mengepalai Kuria Roma alias administrasi pusat Gereja.

    Karena telah bertindak efektif sebagai wakil paus, Parolin disebut-sebut sebagai calon utama pengganti Paus Fransiskus.

    Dia dipandang sebagai sosok yang cenderung memprioritaskan diplomasi dan pandangan global.

    Para pengritiknya menganggap hal itu sebagai masalah, sementara para pendukungnya melihatnya sebagai kekuatan.

    Namun, dia mengkritik legalisasi pernikahan sesama jenis di sejumlah negara.

    Dia menyebut referendum di Republik Irlandia pada 2015 yang melegalkan pernikahan sejenis sebagai “kekalahan bagi kemanusiaan”.

    Walau diunggulkan, Kardinal Parolin amat menyadari pepatah kuno Italia kuno yang menekankan ketidakpastian proses pemilihan paus: “Dia yang memasuki konklaf sebagai Paus, meninggalkan konklaf sebagai kardinal.”

    Sekitar 213 dari 266 Paus sebelumnya adalah orang Italia, namun selama 40 tahun terakhir tidak ada orang Italia yang menjadi Paus.

    Kondisi itu diprediksi akan bertahan mengingat semakin sedikit pejabat-pejabat Gereja Katolik Roma yang berasal dari Italia dan Eropa.

    Luis Antonio Gokim Tagle

    Warga Negara: Filipina

    Usia: 67 tahun

    Mungkinkah Paus berikutnya berasal dari Asia?

    Kardinal Tagle memiliki pengalaman pastoral selama puluhan tahun—yang berarti dia telah menjadi pemimpin Gereja yang aktif di masyarakat, bukan diplomat Vatikan atau pakar hukum Gereja.

    Gereja Katolik sangat berpengaruh di Filipina. Sekitar 80% penduduknya menganut Katolik.

    Negara tersebut saat ini memiliki rekor lima anggota Dewan Kardinal—yang dapat menjadi faksi lobi yang penting bila mereka semua mendukung Kardinal Tagle.

    Dia dianggap moderat dalam definisi Katolik, dan telah dijuluki “Fransiskus Asia” karena dedikasinya terhadap isu-isu sosial dan simpatinya terhadap para migran—sikap yang juga disandang mendiang Paus Fransiskus.

    Dia menentang hak aborsi, dan menyebutnya sebagai “suatu bentuk pembunuhan” —suatu posisi yang sejalan dengan sikap Gereja yang lebih luas bahwa kehidupan dimulai pada saat pembuahan. Dia juga menentang eutanasia.

    Namun pada 2015 saat menjabat sebagai Uskup Agung Manila, Kardinal Tagle meminta Gereja untuk menilai kembali sikapnya yang “keras” terhadap kaum gay, janda cerai, dan ibu tunggal.

    Dia mengatakan bahwa kekerasan di masa lalu telah menimbulkan kerusakan yang berkepanjangan dan membuat orang merasa “diberi label”, dan bahwa setiap individu berhak mendapatkan belas kasihan dan rasa hormat.

    Kardinal Tagle dianggap sebagai kandidat Paus sejak konklaf 2013 saat Fransiskus terpilih.

    Ketika ditanya satu dekade lalu bagaimana pandangannya tentang kemungkinan dia menjadi paus berikutnya, dia menjawab: “Saya menganggapnya sebagai lelucon! Kocak.”

    Fridolin Ambongo Besungu

    Warga Negara: Kongo

    Usia: 65 tahun

    Sangat mungkin Paus berikutnya berasal dari Afrika, tempat Gereja Katolik terus bertumbuh dan menambah jutaan penganut.

    Kardinal Ambongo adalah kandidat utama, yang berasal dari Republik Demokratik Kongo (DRC).

    Dia telah menjadi Uskup Agung Kinshasa selama tujuh tahun, dan diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus.

    Dia adalah seorang konservatif budaya, yang menentang pemberkatan pernikahan sesama jenis, dengan menyatakan bahwa “pernikahan sesama jenis dianggap bertentangan dengan norma budaya dan pada hakikatnya jahat”.

    Meskipun Kristen adalah agama mayoritas di Kongo, umat Kristen di sana mengalami penganiayaan kelompok yang menyebut dirinya sebagai ISIS dan kelompok pemberontak terkait.

    Dengan latar belakang itulah, Kardinal Ambongo dianggap sebagai pendukung Gereja yang gigih.

    Namun dalam sebuah wawancara pada 2020, dia mendukung pluralitas agama, dengan mengatakan: “Biarkan Protestan menjadi Protestan dan Muslim menjadi Muslim. Kami akan bekerja sama dengan mereka. Namun setiap orang harus menjaga identitas mereka sendiri.”

    Komentar semacam itu dapat membuat beberapa kardinal bertanya-tanya apakah dia sepenuhnya memeluk misi mereka—mengingat umat Katolik berharap ajaran Gereja Katolik bisa disebarkan ke seluruh dunia.

    Peter Kodwo Appiah Turkson

    Warga Negara: Ghana

    Usia: 76 tahun

    Jika dipilih oleh rekan-rekannya, Kardinal Turkson akan mendapat kehormatan sebagai Paus asal Afrika pertama selama 1.500 tahun.

    Seperti Kardinal Ambongo, dia mengaku tidak menginginkan status itu.

    “Saya tidak yakin apakah ada yang bercita-cita menjadi Paus,” katanya kepada BBC pada 2013.

    Ketika ditanya apakah Afrika memiliki alasan kuat untuk menjadi Paus berikutnya berdasarkan pertumbuhan Gereja di benua itu, dia mengatakan bahwa dia merasa Paus tidak boleh dipilih berdasarkan statistik, karena “pertimbangan semacam itu cenderung mengaburkan masalah”.

    Dia adalah orang Ghana pertama yang diangkat menjadi kardinal, pada 2003 di bawah Paus Yohanes Paulus II.

    Seperti Kardinal Tagle, Kardinal Turkson dianggap sebagai calon Paus satu dekade kemudian, ketika Fransiskus terpilih. Bahkan, para petaruh menjadikannya favorit sebelum dilakukan pemungutan suara.

    Seorang gitaris yang pernah bermain di sebuah band funk, Kardinal Turkson dikenal karena kehadirannya yang energik.

    Seperti banyak kardinal dari Afrika, dia cenderung konservatif. Namun, dia menentang kriminalisasi terhadap komunitas gay di negara-negara Afrika, termasuk negara asalnya Ghana.

    Dalam wawancara BBC pada 2023, ketika parlemen Ghana sedang membahas rancangan undang-undang yang memberikan hukuman berat kepada orang-orang LGBTQ+, Turkson mengatakan dia merasa homoseksualitas tidak boleh diperlakukan sebagai pelanggaran.

    Pada 2012, dia dituduh membuat prediksi yang menakut-nakuti tentang penyebaran Islam di Eropa,

  • Peringkat DKI di GCI tertinggal dari kota-kota lain di Asia Tenggara

    Peringkat DKI di GCI tertinggal dari kota-kota lain di Asia Tenggara

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Peringkat DKI di GCI tertinggal dari kota-kota lain di Asia Tenggara
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 19:24 WIB

    Elshinta.com – Peringkat DKI Jakarta dalam indeks kota global (Global City Index/GCI) menempati nomor 74 atau tertinggal dari kota-kota lain di Asia Tenggara seperti Kuala Lumpur, Bangkok, Manila dan Singapura.

    Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Tomsi Tohir dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2025-2029 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2026 Provinsi DKI Jakarta, di Jakarta, Rabu.

    Dia merinci peringkat Kuala Lumpur berada di posisi 72, Manila (70), Bangkok (45) dan Singapura (10).

    “Peringkat GCI Jakarta ini menjadi terendah selama enam tahun terakhir sehingga dapat dilihat DKI semakin tertinggal dibandingkan dengan kota-kota global, lainnya di kawasan Asia Tenggara” kata dia.

    Tomsi mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta perlu meningkatkan peringkat Jakarta dengan berbagai strategi antara lain dengan mewujudkan sektor ekonomi yang mapan dan terkoneksi secara global serta mengembangkan ekosistem “start-up” digital. Salah satunya adalah layanan publik.

    Kemudian, menciptakan kota layak huni dengan menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan, perumahan atau hunian yang layak dan terjangkau.

    Selanjutnya mengembangkan moda transportasi dan infrastruktur yang terkoneksi secara intra dan interkota, terutama dalam konteks kawasan aglomerasi.

    Upaya lainnya, yaitu menjadikan DKI Jakarta sebagai lingkungan yang bersih dan nyaman, berkelanjutan dengan kualitas lingkungan perkotaan yang baik, terutama pengelolaan sampah, sanitasi air dan limbah.

    Lalu, memaksimalkan mitigasi bencana.  Misalnya, kualitas udara, hasil uji emisi dan pengembangan sistem pengendalian banjir serta sistem cepat respons masyarakat.

    Adapun terkait penyusunan RPJMD tahun 2025-2029 dan RKPD tahun 2026, Tomsi berharap Pemprov DKI Jakarta meningkatkan kualitas koordinasi dan partisipasi lintas sektor dan tingkatan pemerintahan.

    Kemudian, mendorong inovasi, akselerasi program-program inti dan mewujudkan Jakarta sebagai kota global dalam konteks kawasan aglomerasi.

    “Penyusunan RPJMD tahun 2025-2029 dan RKPD 2026 ini sangatlah penting. Tanpa tersusun dengan baik, maka pelaksanaan pembangunan daerah akan kehilangan fokus serta rentan tumpang tindih antarprogram serta sulit mengukur kinerja dan capaian pembangunan secara akurat,” katanya.

    Sumber : Antara

  • Siapa yang Akan Jadi Paus Berikutnya? Ini Para Kandidat Utama

    Siapa yang Akan Jadi Paus Berikutnya? Ini Para Kandidat Utama

    Jakarta

    Setelah Paus Fransiskus meninggal dunia, siapa yang akan menjadi Paus berikutnya?

    Untuk menentukan pemimpin Gereja Katolik dan 1,4 miliar umatnya, Dewan Kardinal akan bertemu dalam konklaf di Kapel Sistina. Pada sesi itu, mereka akan berembuk dan kemudian memberikan suara untuk kandidat pilihan masing-masing sampai akhirnya satu nama terpilih secara bulat.

    Para kardinal tidak hanya memilih seorang Paus, tetapi juga akan memilih sosok dengan perspektif global yang luas. Sebab untuk pertama kalinya, kurang dari setengah dari seluruh kardinal yang memiliki hak pilih berasal dari Eropa.

    Meski 80% dari para kardinal dipilih langsung oleh mendiang Paus Fransiskus, bukan berarti mereka condong ke kubu “progresif” atau “tradisionalis”.

    Karena alasan tersebut, sulit memprediksi siapa yang akan terpilih sebagai Paus berikutnya.

    Apakah para kardinal akan memilih seorang Paus dari Afrika atau Asia? Atau apakah mereka justru mendukung sosok yang berpengalaman dari administrasi Vatikan?

    Berikut sejumlah nama yang disebut-sebut sebagai calon pengganti Paus Fransiskus.

    Warga negara: Italia

    Usia: 70 tahun

    Kardinal Pietro Parolin. (Getty Images)

    Kardinal Parolin adalah Menteri Luar Negeri Vatikan merangkap penasihat utama Paus Fransiskus.

    Sebagai menlu, dia juga mengepalai Kuria Roma alias administrasi pusat Gereja.

    Karena telah bertindak efektif sebagai wakil paus, Parolin disebut-sebut sebagai calon utama pengganti Paus Fransiskus.

    Dia dipandang sebagai sosok yang cenderung memprioritaskan diplomasi dan pandangan global.

    Para pengritiknya menganggap hal itu sebagai masalah, sementara para pendukungnya melihatnya sebagai kekuatan.

    Namun, dia mengkritik legalisasi pernikahan sesama jenis di sejumlah negara.

    Dia menyebut referendum di Republik Irlandia pada 2015 yang melegalkan pernikahan sejenis sebagai “kekalahan bagi kemanusiaan”.

    Walau diunggulkan, Kardinal Parolin amat menyadari pepatah kuno Italia kuno yang menekankan ketidakpastian proses pemilihan paus: “Dia yang memasuki konklaf sebagai Paus, meninggalkan konklaf sebagai kardinal.”

    Sekitar 213 dari 266 Paus sebelumnya adalah orang Italia, namun selama 40 tahun terakhir tidak ada orang Italia yang menjadi Paus.

    Kondisi itu diprediksi akan bertahan mengingat semakin sedikit pejabat-pejabat Gereja Katolik Roma yang berasal dari Italia dan Eropa.

    Luis Antonio Gokim Tagle

    Warga Negara: Filipina

    Usia: 67 tahun

    Kardinal Luis Antonio Tagle. (Getty Images)

    Mungkinkah Paus berikutnya berasal dari Asia?

    Kardinal Tagle memiliki pengalaman pastoral selama puluhan tahunyang berarti dia telah menjadi pemimpin Gereja yang aktif di masyarakat, bukan diplomat Vatikan atau pakar hukum Gereja.

    Gereja Katolik sangat berpengaruh di Filipina. Sekitar 80% penduduknya menganut Katolik.

    Negara tersebut saat ini memiliki rekor lima anggota Dewan Kardinalyang dapat menjadi faksi lobi yang penting bila mereka semua mendukung Kardinal Tagle.

    Dia dianggap moderat dalam definisi Katolik, dan telah dijuluki “Fransiskus Asia” karena dedikasinya terhadap isu-isu sosial dan simpatinya terhadap para migransikap yang juga disandang mendiang Paus Fransiskus.

    Dia menentang hak aborsi, dan menyebutnya sebagai “suatu bentuk pembunuhan” suatu posisi yang sejalan dengan sikap Gereja yang lebih luas bahwa kehidupan dimulai pada saat pembuahan. Dia juga menentang eutanasia.

    Namun pada 2015 saat menjabat sebagai Uskup Agung Manila, Kardinal Tagle meminta Gereja untuk menilai kembali sikapnya yang “keras” terhadap kaum gay, janda cerai, dan ibu tunggal.

    Dia mengatakan bahwa kekerasan di masa lalu telah menimbulkan kerusakan yang berkepanjangan dan membuat orang merasa “diberi label”, dan bahwa setiap individu berhak mendapatkan belas kasihan dan rasa hormat.

    Kardinal Tagle dianggap sebagai kandidat Paus sejak konklaf 2013 saat Fransiskus terpilih.

    Ketika ditanya satu dekade lalu bagaimana pandangannya tentang kemungkinan dia menjadi paus berikutnya, dia menjawab: “Saya menganggapnya sebagai lelucon! Kocak.”

    Fridolin Ambongo Besungu

    Warga Negara: Kongo

    Usia: 65 tahun

    AFPKardinal Fridolin Ambongo.

    Sangat mungkin Paus berikutnya berasal dari Afrika, tempat Gereja Katolik terus bertumbuh dan menambah jutaan penganut.

    Kardinal Ambongo adalah kandidat utama, yang berasal dari Republik Demokratik Kongo (DRC).

    Dia telah menjadi Uskup Agung Kinshasa selama tujuh tahun, dan diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus.

    Dia adalah seorang konservatif budaya, yang menentang pemberkatan pernikahan sesama jenis, dengan menyatakan bahwa “pernikahan sesama jenis dianggap bertentangan dengan norma budaya dan pada hakikatnya jahat”.

    Meskipun Kristen adalah agama mayoritas di Kongo, umat Kristen di sana mengalami penganiayaan kelompok yang menyebut dirinya sebagai ISIS dan kelompok pemberontak terkait.

    Dengan latar belakang itulah, Kardinal Ambongo dianggap sebagai pendukung Gereja yang gigih.

    Namun dalam sebuah wawancara pada 2020, dia mendukung pluralitas agama, dengan mengatakan: “Biarkan Protestan menjadi Protestan dan Muslim menjadi Muslim. Kami akan bekerja sama dengan mereka. Namun setiap orang harus menjaga identitas mereka sendiri.”

    Komentar semacam itu dapat membuat beberapa kardinal bertanya-tanya apakah dia sepenuhnya memeluk misi mereka mengingat umat Katolik berharap ajaran Gereja Katolik bisa disebarkan ke seluruh dunia.

    Peter Kodwo Appiah Turkson

    Warga Negara: Ghana

    Usia: 76 tahun

    ReutersKardinal Peter Turkson.

    Jika dipilih oleh rekan-rekannya, Kardinal Turkson akan mendapat kehormatan sebagai Paus asal Afrika pertama selama 1.500 tahun.

    Seperti Kardinal Ambongo, dia mengaku tidak menginginkan status itu.

    “Saya tidak yakin apakah ada yang bercita-cita menjadi Paus,” katanya kepada BBC pada 2013.

    Ketika ditanya apakah Afrika memiliki alasan kuat untuk menjadi Paus berikutnya berdasarkan pertumbuhan Gereja di benua itu, dia mengatakan bahwa dia merasa Paus tidak boleh dipilih berdasarkan statistik, karena “pertimbangan semacam itu cenderung mengaburkan masalah”.

    Dia adalah orang Ghana pertama yang diangkat menjadi kardinal, pada 2003 di bawah Paus Yohanes Paulus II.

    Seperti Kardinal Tagle, Kardinal Turkson dianggap sebagai calon Paus satu dekade kemudian, ketika Fransiskus terpilih. Bahkan, para petaruh menjadikannya favorit sebelum dilakukan pemungutan suara.

    Seorang gitaris yang pernah bermain di sebuah band funk, Kardinal Turkson dikenal karena kehadirannya yang energik.

    Seperti banyak kardinal dari Afrika, dia cenderung konservatif. Namun, dia menentang kriminalisasi terhadap komunitas gay di negara-negara Afrika, termasuk negara asalnya Ghana.

    Dalam wawancara BBC pada 2023, ketika parlemen Ghana sedang membahas rancangan undang-undang yang memberikan hukuman berat kepada orang-orang LGBTQ+, Turkson mengatakan dia merasa homoseksualitas tidak boleh diperlakukan sebagai pelanggaran.

    Pada 2012, dia dituduh membuat prediksi yang menakut-nakuti tentang penyebaran Islam di Eropa,

    Dia menyampaikan hal itu dalam konferensi para uskup Vatikan, namun kemudian dia meminta maaf.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Siapa Saja Calon Pengganti Paus Fransiskus? 2 dari Asia Tenggara, Ini Daftar Lengkap 15 Nama Potensialnya

    Siapa Saja Calon Pengganti Paus Fransiskus? 2 dari Asia Tenggara, Ini Daftar Lengkap 15 Nama Potensialnya

    PIKIRAN RAKYAT – Kematian Paus Fransiskus pada 21 April 2025 menandai berakhirnya era seorang pemimpin Gereja Katolik yang dikenal progresif dan dekat dengan kaum miskin. Di tengah masa berkabung, perhatian dunia beralih ke pertanyaan besar: siapa yang akan menggantikannya?

    Mekanisme pemilihan Paus baru akan segera dimulai melalui konklaf yang diikuti oleh para kardinal berusia di bawah 80 tahun. Dari puluhan kandidat potensial, berikut adalah 15 nama yang paling sering disebut sebagai pengganti potensial, terbagi berdasarkan wilayah.

    EROPA

    1. Pietro Parolin (Italia, 70 tahun)

    Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, Parolin merupakan tokoh nomor dua selama hampir seluruh masa jabatan Paus Fransiskus. Ia memainkan peran utama dalam diplomasi, termasuk perjanjian kontroversial dengan Tiongkok mengenai penunjukan uskup. Ia dikenal memiliki jaringan global kuat dan dihormati di dalam Kuria Romawi.

    “Dia adalah wajah Vatikan di panggung dunia,” ujar seorang diplomat senior Vatikan.

    2. Matteo Maria Zuppi (Italia, 69 tahun)

    Uskup Agung Bologna ini dikenal karena keterlibatannya dalam diplomasi perdamaian, termasuk sebagai utusan khusus Vatikan untuk konflik Ukraina. Sebagai anggota komunitas Sant’Egidio, Zuppi punya rekam jejak advokasi untuk kaum miskin, migran, dan komunitas LGBTQ Katolik. Ia juga presiden Konferensi Waligereja Italia sejak 2022.

    3. Pierbattista Pizzaballa (Italia, 60 tahun)

    Patriark Latin Yerusalem, mewakili umat Katolik di Timur Tengah, terutama saat konflik Israel-Hamas meningkat. Pizzaballa telah berusaha menjaga keseimbangan diplomatik dan rohani di wilayah penuh gejolak.

    4. Jean-Claude Hollerich (Luksemburg, 67 tahun)

    Seorang Yesuit seperti Paus Fransiskus, ia memiliki pengalaman panjang di Asia (Jepang) dan dikenal sebagai penghubung budaya Timur dan Barat. Hollerich adalah arsitek pemikiran sinode yang inklusif dan menyerukan agar Gereja lebih responsif terhadap perubahan zaman.

    5. Claudio Gugerotti (Italia, 69 tahun)

    Diplomat kawakan dan ahli budaya Slavia, Gugerotti pernah menjabat sebagai nuncio (duta besar Vatikan) di berbagai negara Eropa Timur. Ia menjembatani dialog dengan Gereja-Gereja Timur dan kini memimpin Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur.

    6. Jean-Marc Aveline (Prancis, 66 tahun)

    Uskup Agung Marseille yang lahir di Aljazair ini memperjuangkan dialog antaragama dan perlindungan migran. Sosok yang ramah dan dekat dengan Paus Fransiskus, Aveline dikenal sebagai jembatan budaya dan religius antara Eropa dan Mediterania.

    7. Anders Arborelius (Swedia, 75 tahun)

    Kardinal pertama dari Swedia yang merupakan mualaf Katolik di negara mayoritas Protestan. Ia dikenal tegas dalam doktrin, namun juga mengadvokasi hak-hak migran dan perlindungan umat minoritas di Skandinavia.

    8. Mario Grech (Malta, 68 tahun)

    Sekretaris Jenderal Sinode Para Uskup, Grech mengelola proses refleksi global mengenai masa depan Gereja. Ia berusaha menyeimbangkan tuntutan reformasi dengan kekhawatiran kelompok konservatif.

    9. Péter Erdő (Hungaria, 72 tahun)

    Uskup Agung Esztergom-Budapest, ahli hukum kanonik, dikenal karena kedalaman intelektual dan keterbukaan antaragama. Namun kedekatannya dengan pemerintah nasionalis Viktor Orban kerap jadi bahan kontroversi.

    ASIA

    10. Luis Antonio Tagle (Filipina, 67 tahun)

    Mantan Uskup Agung Manila ini kini menjabat di Vatikan sebagai Pro-Prefek Evangelisasi. Tagle adalah sosok karismatik, vokal soal keadilan sosial, migran, dan korban kekerasan seksual dalam Gereja.

    “Saya tidak takut menyuarakan kebenaran walau menyakitkan bagi Gereja,” ujar Tagle dalam sebuah konferensi.

    11. Charles Maung Bo (Myanmar, 76 tahun)

    Uskup Agung Yangon dan presiden Federasi Konferensi Waligereja Asia. Ia memperjuangkan perdamaian pasca-kudeta militer Myanmar dan membela etnis Rohingya. Ia dikenal sebagai pembela hak asasi manusia dan simbol ketabahan Gereja di Asia Tenggara.

    AFRIKA

    12. Peter Turkson (Ghana, 76 tahun)

    Mantan Presiden Dikasteri untuk Promosi Pembangunan Manusia Integral, Turkson dianggap sebagai kandidat kuat Paus pertama dari Afrika. Ia dikenal sebagai pemikir sosial yang progresif dan aktif dalam isu ekonomi global.

    13. Fridolin Ambongo Besungu (RD Kongo, 65 tahun)

    Uskup Agung Kinshasa dan satu-satunya anggota Dewan Kardinal dari Afrika. Ia lantang menolak pemberkatan hubungan sesama jenis dan menekankan peran Afrika dalam masa depan Gereja.

    “Afrika adalah masa depan Gereja, itu jelas,” ucap Ambongo dalam wawancara tahun 2023.

    AMERIKA

    14. Robert Francis Prevost (AS, 69 tahun)

    Prefek Dikasteri untuk Uskup dan mantan misionaris di Peru. Ia menggabungkan pendekatan pastoral Amerika Latin dengan ketegasan administrasi ala Vatikan.

    15. Timothy Dolan (AS, 75 tahun)

    Uskup Agung New York, dikenal luas di media dan publik Amerika. Seorang konservatif teologis, Dolan punya pengalaman dalam menghadapi skandal pelecehan seksual di Milwaukee dan menjadi wajah Katolik AS dalam menghadapi perubahan demografi.

    Siapa yang Paling Berpeluang?

    Meski tidak ada jaminan siapa yang akan terpilih, nama-nama seperti Pietro Parolin, Luis Antonio Tagle, dan Matteo Zuppi disebut-sebut sebagai tiga nama terkuat. Parolin mewakili stabilitas diplomatik, Tagle merepresentasikan Gereja Asia yang tumbuh cepat, dan Zuppi adalah jembatan bagi umat progresif dan tradisional.

    “Konklaf sering mengejutkan dunia. Nama baru bisa saja muncul, seperti saat Jorge Mario Bergoglio menjadi Paus Fransiskus,” tutur  seorang pengamat Vatikan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 4 Calon Pemimpin Gereja Katolik usai Paus Fransiskus Meninggal, Ada yang dari Filipina!

    4 Calon Pemimpin Gereja Katolik usai Paus Fransiskus Meninggal, Ada yang dari Filipina!

    PIKIRAN RAKYAT – Gereja Katolik menghadapi momen yang menentukan saat Dewan Kardinal kembali berkumpul di Kota Vatikan untuk memilih Paus baru.

    Sebanyak 1,3 miliar umat Katolik sedunia untuk pertama kalinya mungkin memiliki pemimpin dari Asia atau Afrika, 2 kawasan yang biasanya kurang terwakili dalam hierarki tertinggi Gereja Katolik.

    Para kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak pilih akan melakukan sejumlah putaran pemungutan suara hingga seorang calon paus mendapat dua pertiga suara dukungan.

    Proses konklaf yang khidmat dan rahasia dimulai di Kapel Sistina Vatikan usai Paus Fransiskus dimakamkan. Berikut 4 calon pemimpin gereja katolik baru.

    Profil 4 Calon Paus Baru 1. Peter Turkson (Ghana)

    Kardinal Peter Turkson dikenal salah satu pemimpin gereja dari Afrika yang paling energetik dan dihormati di kancah internasional.

    Mantan Uskup Agung Cape Coast berusia 76 tahun itu ditunjuk sebagai Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II tahun 2003.

    Ia memainkan peranan penting di era Paus Fransiskus sebagai kepala Dewan Pontifikal untuk Keadilan dan Perdamaian.

    Turkson dikenal di lingkaran gereja sebagai pembela respons perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi.

    Pihaknya ditugaskan Paus Fransiskus sebagai duta perdamaian untuk Sudan Selatan. Jika terpilih, Turkson akan menjadi Paus berkulit hitam pertama dan menjadi langkah bersejarah yang akan semakin mengeratkan jalinan Gereja Katolik dan Afrika.

    2. Luis Antonio Tagle (Filipina)

    Seorang calon kuat lainnya yakni Luis Antonio Tagle, mantan Uskup Agung Manila yang kerap dijuluki Fransiskus dari Asia.

    Kardinal berusia 67 tahun itu kini bertugas sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Ia dikenal sebagai kardinal yang liberal, Tagle senantiasa membela keadilan sosial, inklusivitas, dan kasih untuk kaum papa dan terpinggirkan.

    Jika terpilih, Tagle akan menjadi Paus pertama dari Benua Asia, titik baru dalam sejarah Gereja Katolik.

    3. Pietro Parolin (Italia)

    Kardinal Pietro Parolin bertugas sebagai Kardinal Sekretaris Negara di bawah Paus Fransiskus sejak tahun 2013. Pihaknya berperan besar dalam negosiasi Vatikan dengan pemerintah China, serta negara-negara Timur Tengah.

    Kardinal berusia 70 tahun ini sudah bertugas di Dewan Kardinal sejak 2014. Ia salah satu pejabat yang paling berpengalaman di Vatikan.

    Parolin dikenal sebagai seorang yang terus membela respons perubahan iklim, kemiskinan serta keadilan ekonomi.

    4. Peter Erdo (Hongaria)

    Seorang kardinal dari Hongaria, Erdo adalah Uskup Agung Esztergom-Budapest sejak 2003.

    Jika terpilih, Ia akan menjadi paus ke-2 yang berasal dari bekas negara komunis Eropa usai Paus Yohanes Paulus II dari Polandia.

    Calon-calon lain yang berpotensi menjadi Paus yakni Robert Sarah dari Guinea, Matteo Zuppi dari Italia serta Mario Grech dari Malta.***

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Siapa Pengganti Paus Fransiskus yang Meninggal Dunia? Ada Paus Asal Afrika dan Asia

    Siapa Pengganti Paus Fransiskus yang Meninggal Dunia? Ada Paus Asal Afrika dan Asia

    PIKIRAN RAKYAT – Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, perhatian dunia kini tertuju ke Kota Vatikan, tempat para Kardinal berkumpul dalam Konklaf untuk memilih pemimpin Gereja Katolik selanjutnya.

    Paus Fransiskus dikenal sebagai paus pertama yang berasal dari Amerika Latin, sebuah langkah besar dalam sejarah Gereja Katolik yang dinilai mencerminkan keterbukaan terhadap keberagaman.

    Dari deretan nama yang berpeluang menjadi Paus baru, muncul pertanyaan besar, akankah Gereja Katolik memilih paus pertama yang berasal dari Afrika atau Asia?

    Berikut ini beberapa nama kandidat terkuat yang digadang-gadang akan menjadi Paus baru pengganti Imam Yesuit Jorge Mario Bergoglio:

    1. Peter Turkson (76 tahun)

    Turkson berasal dari Ghana dan pernah menjabat sebagai Uskup Cape Coast. Ia menjadi simbol harapan bagi umat Katolik di Afrika.

    Pernah dikirim Paus Fransiskus sebagai utusan perdamaian ke Sudan Selatan, Turkson juga dikenal memiliki pandangan moderat terhadap isu hubungan sesama jenis—menilai hukum di negara-negara Afrika terlalu keras namun tetap menghormati pandangan masyarakat setempat. Namanya sempat difavoritkan saat konklaf tahun 2013.

    2. Luis Antonio Tagle (67 tahun)

    Tagle, mantan Uskup Agung Manila, kini menjadi kandidat unggulan. Jika terpilih, ia akan menjadi paus pertama dari Asia, yakni dengan pertumbuhan umat Katolik tercepat.

    Ia dikenal liberal dalam sejumlah isu sosial, meskipun menolak aborsi. Tagle mengkritik Gereja Katolik karena terlalu keras terhadap pasangan sesama jenis dan pasangan yang bercerai.

    3. Pietro Parolin (70 tahun)

    Sebagai Sekretaris Negara Vatikan di bawah Paus Fransiskus, Parolin adalah kandidat yang dianggap akan melanjutkan kebijakan sebelumnya. Ia dikenal moderat, namun sikapnya terhadap isu sosial tidak seprogresif Fransiskus.

    Pernyataannya yang menyebut legalisasi pernikahan sesama jenis di Irlandia sebagai “kekalahan bagi umat manusia” menuai kritik. Ia juga dikritik karena perjanjian kontroversial Vatikan-Tiongkok pada 2018.

    4. Peter Erdo (72 tahun)

    Uskup Agung dari Esztergom-Budapest, Erdo berasal dari wilayah bekas Blok Soviet dan dikenal konservatif.

    Ia menentang pemberian komuni kepada umat Katolik yang telah bercerai atau menikah kembali, serta dikenal sebagai pembela nilai-nilai tradisional Gereja.

    5. Jose Tolentino de Mendonça (59 tahun)

    Asal Madeira, Portugal, Tolentino adalah kandidat termuda dalam daftar ini. Ia dikenal terbuka terhadap budaya modern dan mendorong para teolog untuk memahami dunia lewat film dan musik. Ia pernah menjabat sebagai Uskup Agung dan mengisi beberapa peran penting di Vatikan.

    6. Matteo Zuppi (69 tahun)

    Zuppi, Uskup Agung Bologna, ditunjuk menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2019 dan menjadi utusan perdamaian Vatikan untuk perang di Ukraina.

    Meski tidak bertemu langsung dengan Presiden Putin, ia sempat bertemu Patriark Kirill, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, walau hasil diplomatiknya belum terlihat.

    7. Mario Grech (68 tahun)

    Berasal dari Malta, Grech kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode Para Uskup.

    Ia menyerukan agar Gereja menggunakan pendekatan baru dalam menyikapi pasangan sesama jenis dan mereka yang bercerai, meskipun masih dianggap cukup tradisional.

    8. Robert Sarah (79 tahun)

    Sarah, yang lahir di Guinea Prancis, adalah kandidat kulit hitam lainnya. Meski usianya menjadi hambatan, ia memiliki pengalaman panjang di Vatikan sejak masa Paus Yohanes Paulus II. Ia dikenal konservatif, menentang ideologi gender dan juga radikalisme Islam.

    Akankah Gereja Katolik memilih paus yang mencerminkan keberagaman globalnya, atau tetap melanjutkan tradisi Eropa? Jawabannya ada tak akan lama setelah masa berkabung umat Katolik. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Profil Luis Antonio Tagle, Kandidat Kuat Pengganti Faus Fransiskus dari Asia

    Profil Luis Antonio Tagle, Kandidat Kuat Pengganti Faus Fransiskus dari Asia

    PIKIRAN RAKYAT – Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle digadang-gadang sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus Jorge Mario Bergoglio, yang meninggal pada Senin Paskah, 21 April 2025.

    “Ia merupakan okoh penting dalam Gereja Katolik dunia, dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, rendah hati, dan dekat dengan umat,” demikian dikutip dari laman resmi Press Vatikan.

    Ia kini menjabat sebagai Pro-Prefek Bagian Evangelisasi Pertama dan Gereja-Gereja Khusus Baru dari Dikasteri untuk Evangelisasi, serta Rektor Agung Universitas Kepausan Urbaniana.

    Sebelumnya, ia merupakan Uskup Agung Metropolitan Manila. Simak profil selengkapnya!

    Profil, Pendidikan, hingga Karier Keagamaan Luis Antonio Tagle

    Tagle lahir pada 21 Juni 1957 di Manila, Filipina. Pendidikan agamanya dimulai di Sekolah Santo Andreas, Parañaque, yang kala itu dikelola oleh para Misionaris Scheut.

    Ia kemudian masuk Seminari Santo Yosef di Manila, dikelola oleh Serikat Yesus (Jesuit), di mana ia mempelajari filsafat dan teologi.

    Ia ditahbiskan sebagai diakon (pelayan) pada 18 Juli 1981 dan menjadi imam pada 27 Februari 1982.

    Selama tiga tahun pertama, ia melayani di paroki dan menjadi pembimbing rohani di Seminari Keuskupan Imus, bahkan kemudian menjabat sebagai rektor. Ia juga mengajar filsafat dan teologi di berbagai seminari di Filipina.

    Tahun 1985, ia melanjutkan studi di Catholic University of America, Washington D.C., dan meraih lisensi dan doktor teologi sistematik dengan predikat summa cum laude.

    Sekembalinya ke Filipina pada 1992, ia kembali memimpin seminari dan aktif dalam berbagai kegiatan keuskupan dan Konferensi Waligereja Asia. Ia juga dikenal sebagai pembicara ulung dan sering memberi retret dan seminar, baik di dalam maupun luar negeri.

    Pada 22 Oktober 2001, ia diangkat menjadi Uskup Imus dan ditahbiskan pada 12 Desember. Ia aktif melibatkan kaum muda, bahkan menyapa mereka lewat siaran video mingguan. Sepuluh tahun kemudian, pada 13 Oktober 2011, ia diangkat menjadi Uskup Agung Manila.

    Kardinal Tagle juga berperan penting dalam Sinode Para Uskup, menjadi Presiden Delegasi dalam dua sidang besar pada 2014 dan 2015 yang membahas tantangan pastoral keluarga. Pada Mei 2015, ia menjadi Presiden Caritas Internationalis, lembaga kemanusiaan Katolik global.

    Tagle Pilih Paus Fransiskus Tahun 2013 Silam

    Ia turut ambil bagian dalam konklaf Maret 2013 yang memilih Paus Fransiskus. Pada 8 Desember 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Ia telah menjadi Kardinal sejak diangkat oleh Paus Benediktus XVI pada 24 November 2012.

    Pada 1 Mei 2020, Paus Fransiskus mengangkatnya ke jajaran Kardinal Uskup, peringkat tertinggi dalam hierarki Kardinal, sejajar dengan para pemegang gelar gereja suburbikar.

    Kardinal Tagle juga menjadi anggota berbagai lembaga penting di Vatikan, termasuk Dikasteri untuk Pendidikan dan Budaya, Hidup Bakti, Gereja-Gereja Timur, Liturgi dan Sakramen, hingga Dialog Antaragama. Ia juga duduk di Dewan Pengawas Bank Vatikan dan menjabat dalam hubungan internasional Sekretariat Negara.

    Dengan rekam jejak dan keterlibatannya yang luas, Kardinal Tagle tidak hanya menjadi figur penting di Asia, tapi juga berpengaruh dalam arah Gereja Katolik dunia.

    Rangkuman perjalanan Kardinal Luis Antonio Tagle:

    1957 – Lahir pada 21 Juni di Manila, Filipina. 1970-an – Menempuh pendidikan di Sekolah Santo Andreas dan Seminari Santo Yosef, Manila. 1981 – Ditahbiskan sebagai diakon pada 18 Juli. 1982 – Ditahbiskan menjadi imam pada 27 Februari; mulai melayani di paroki dan menjadi rektor seminari. 1985 – Melanjutkan studi teologi sistematik di Catholic University of America, Washington D.C. 1987–1991 – Meraih lisensi dan doktor teologi sistematik dengan predikat summa cum laude. 1992 – Kembali ke Filipina, memimpin seminari dan aktif dalam kegiatan keuskupan dan Konferensi Waligereja Asia. 2001 – Diangkat sebagai Uskup Imus pada 22 Oktober dan ditahbiskan pada 12 Desember; aktif menyapa kaum muda. 2011 – Diangkat sebagai Uskup Agung Manila pada 13 Oktober. 2012 – Diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 24 November. 2013 – Mengikuti konklaf yang memilih Paus Fransiskus. 2014–2015 – Menjadi Presiden Delegasi dalam dua Sinode Para Uskup tentang keluarga. 2015 – Diangkat sebagai Presiden Caritas Internationalis pada Mei. 2019 – Diangkat sebagai Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa oleh Paus Fransiskus pada 8 Desember. 2020 – Diangkat sebagai Kardinal Uskup oleh Paus Fransiskus pada 1 Mei. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Bersitegang dengan China, AS-Filipina Gelar Latihan Perang

    Bersitegang dengan China, AS-Filipina Gelar Latihan Perang

    Jakarta

    Militer Filipina dan Amerika Serikat memulai latihan militer gabungan yang akan mensimulasikan “skenario pertempuran skala penuh”. Latihan ini disebut-sebut sebagai latihan pertahanan di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan China.

    Latihan yang akan berlangsung selama tiga minggu ini, dilakukan seiring kedua sekutu tersebut berusaha menghalangi ambisi pemerintah China di Laut China Selatan yang disengketakan.

    Sekitar 17.000 tentara diperkirakan akan ambil bagian dalam latihan tahunan “Balikatan”, atau “bahu-membahu” tersebut. Latihan ini untuk pertama kalinya akan mencakup simulasi pertahanan udara dan rudal terpadu yang akan dihadiri oleh Presiden Filipina Ferdinand Marcos.

    Senjata-senjata canggih AS termasuk sistem rudal antikapal NMESIS yang “sangat mudah dibawa” juga akan dikerahkan, termasuk di dekat titik sempit penting di perairan yang memisahkan Filipina utara dari Taiwan.

    “Kami tidak hanya akan menunjukkan keinginan kami untuk menegakkan perjanjian pertahanan bersama yang telah ada sejak 1951, tetapi juga kemampuan kami yang tak tertandingi untuk melakukannya,” kata Letnan Jenderal Korps Marinir AS James Glynn pada hari Senin di upacara pembukaan Balikatan di Manila pada Senin, dilansir kantor berita AFP, Senin (21/4/2025).

    “Tidak ada yang membangun ikatan lebih cepat daripada kesulitan bersama,” tambahnya, tanpa menyebutkan lebih detail.

    Mayor Jenderal Filipina Francisco Lorenzo menambahkan latihan tersebut akan memperkuat kemampuan negara untuk mengatasi “tantangan keamanan kontemporer”.

    Filipina telah terus memperdalam kerja sama pertahanan dengan sekutu perjanjian Amerika Serikat sejak Marcos menjabat pada tahun 2022, dan mulai menolak klaim besar-besaran China atas jalur air penting tersebut.

    Selama kunjungan baru-baru ini ke Manila, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan Washington “menggandakan” aliansi tersebut.

    “Pencegahan diperlukan di seluruh dunia, tetapi khususnya di kawasan ini, di negara Anda — mengingat ancaman dari Komunis China,” katanya pada akhir Maret lalu.

    Sementara sebagian besar pasukan yang terlibat dalam Balikatan akan berasal dari Amerika Serikat, negara-negara lain termasuk Australia dan Jepang juga mengirimkan kontingen yang lebih kecil.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini