kab/kota: Malang

  • 10 KA berhenti di Stasiun Jatinegara saat HUT ke-80 RI

    10 KA berhenti di Stasiun Jatinegara saat HUT ke-80 RI

    Jakarta (ANTARA) – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 1 Jakarta menetapkan 10 perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) keberangkatan Stasiun Gambir berhenti di Stasiun Jatinegara saat Pesta Rakyat HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Kawasan Monas pada Minggu (17/8).

    Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko di Jakarta, Sabtu, mengatakan, Berhenti Luar Biasa (BLB) ini untuk mengantisipasi potensi kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang diperkirakan terjadi akibat kegiatan tersebut.

    “Kebijakan ini juga bertujuan memberikan alternatif akses bagi calon penumpang yang mengalami kendala menuju Stasiun Gambir karena adanya penutupan jalan atau kepadatan lalu lintas di sekitar Monas,” kata dia.

    “Dengan adanya Berhenti Luar Biasa di Stasiun Jatinegara, kami berharap pelanggan memiliki pilihan naik KA yang lebih fleksibel dan terhindar dari risiko terlambat akibat kemacetan,” kata Ixfan.

    Dia mengimbau penumpang untuk datang lebih awal ke stasiun, baik di Gambir maupun Jatinegara serta memastikan jadwal keberangkatan KA yang tertera di tiket.

    Adapun KA yang akan berhenti di Stasiun Jatinegara pada 17 Agustus 2025, yakni KA 38 Brawijaya relasi Gambir-Malang berangkat pukul 15.45 WIB.

    KA 8 Bima relasi Gambir-Surabaya Gubeng, berangkat pukul 17.00 WIB dan KA 36 Gajayana relasi Gambir-Malang berangkat pukul 18.50 WIB.

    Kemudian, KA 124 Cakarbuana relasi Gambir-Purwokerto berangkat pukul 19.10 WIB dan KA 42 Sembrani relasi Gambir-Surabaya Pasarturi, berangkat pukul 19.30 WIB.

    Lalu, KA 32 Pandalungan relasi Gambir-Jember berangkat pukul 19.55 WIB dan KA 4 Argo Bromo Anggrek relasi Gambir-Surabaya Pasar Turi, berangkat pukul 20.30 WIB.

    Selanjutnya KA 14 Argo Lawu relasi Gambir-Solo Balapan berangkat pukul 20.45 WIB, KA 54 Purwojaya relasi Gambir-Cilacap berangkat pukul 20.55 WIB dan KA 48 Taksaka relasi Gambir-Yogyakarta berangkat pukul 21.20 WIB.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gerobak UMKM dan mobil kepresidenan hadir di Istana jelang HUT RI

    Gerobak UMKM dan mobil kepresidenan hadir di Istana jelang HUT RI

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah gerobak kuliner usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta mobil kepresidenan disiapkan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

    Berdasarkan pantauan ANTARA di Jakarta, Sabtu, deretan gerobak UMKM ditempatkan di halaman tengah dan beberapa titik lainnya di area Istana.

    Berbagai menu khas Nusantara tersedia bagi tamu undangan, di antaranya nasi goreng, tahu gejrot, kue cubit, bakso Malang, soto ayam, siomay, kue pukis, sate Padang, es cendol, hingga gado-gado.

    Deretan gerobak UMKM disiapkan di halaman tengah Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Sabtu (16/8/2025). ANTARA/Fathur Rochman

    Makanan tersebut disiapkan secara cuma-cuma untuk tamu undangan yang hadir. Selain kuliner, turut pula disiapkan panggung hiburan untuk memeriahkan suasana perayaan kemerdekaan.

    Di halaman belakang Istana Kepresidenan, mobil-mobil kepresidenan yang pernah digunakan sejumlah Presiden RI turut dipamerkan.

    Koleksi tersebut mencakup Cadillac Fleetwood Brougham tahun 1980 yang pernah dipakai Presiden ke-3 RI B.J. Habibie, serta Mercedes Benz S280 tahun 1980 yang tercatat digunakan Presiden ke-2 RI Soeharto, Presiden ke-3 RI B.J. Habibie, dan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid.

    Peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka akan dihadiri sekitar 16 ribu tamu undangan. Sebanyak 8.000 tamu dijadwalkan hadir pada upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada pagi hari, sementara 8.000 tamu lainnya akan mengikuti upacara penurunan bendera pada sore hari.

    Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Minggu (17/8), akan dipusatkan di halaman Istana Merdeka dan kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.

    Berdasarkan Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara Nomor B-25/M/S/TU.00.03/08/2025, upacara peringatan Detik-detik Proklamasi dan Upacara Penurunan Bendera Sang Merah Putih akan dipimpin langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto selaku inspektur upacara.

    Tamu undangan meliputi pimpinan lembaga negara, Gubernur Bank Indonesia, Menteri Kabinet Merah Putih, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, duta besar negara sahabat, serta masyarakat. Peserta diimbau mengenakan wastra nusantara.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Naik Motor Knalpot Brong-Tak Pakai Helm

    Naik Motor Knalpot Brong-Tak Pakai Helm

    Jakarta

    Setelah malang melintang di klub-klub Eropa, pemain Timnas Indonesia, Shayne Pattynama melanjutkan kariernya di Thailand. Menariknya, kepindahan tersebut langsung membuat kebiasaannya berubah. Kini, dia ke mana-mana sering mengendarai motor.

    Kalau kamu pikir motor yang dikendarai Shayne berukuran besar dan bertenaga jumbo, kamu salah sangka! Sebab, tunggangan yang kerap dipakai pemain 27 tahun itu di Thailand merupakan skuter matik (skutik) mungil yang knalpotnya telah dimodifikasi!

    Pemandangan Shayne jadi ‘ngabers’ di Thailand sering direkam dan dibagikan konten kreator dengan nama Bankloveit. Dia kerap membuat video di sekitar lapangan latihan untuk menyapa para pemain Buriram United.

    Shayne Pattynama naik motor di Thailand. Foto: Doc. Tangkapan Layar.

    Pada video pertamanya, Bankloveit menghentikan Shayne yang sedang melaju dengan skutiknya. Dia ingin memberikan hadiah ulang tahun ke pemain keturunan Belanda tersebut. Menariknya, setelah itu, Bankloveit lebih sering menyapa Shayne dengan motornya.

    Di beberapa video, Shayne terlihat tak mengenakan helm atau pengaman kepala. Namun, satu yang menjadi perhatian, tunggangannya tersebut menggunakan knalpot modifikasi yang suaranya bising. Bahkan, saat dikebut, suaranya makin meledak-ledak.

    “Shayne, kendarai motormu dengan baik. Selalu berhati-hati di jalan,” demikian tulis Bankloveit melalui unggahannya, dikutip Sabtu (16/8).

    Sebagai catatan, motor yang dipakai Shayne merupakan Yamaha Grand Filano yang punya tampilan retro khas skuter Eropa. Kendaraan tersebut juga dipasarkan di Indonesia dengan tampilan dan fitur yang hampir sama.

    Di Thailand, Yamaha Grand Filano yang dipakai Shayne dibanderol sekira 62 ribu baht atau Rp 30 jutaan.

    (sfn/dry)

  • Akademisi Sebut Roblox Antara Potensi Edukasi dan Ancaman Konten Negatif
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        15 Agustus 2025

    Akademisi Sebut Roblox Antara Potensi Edukasi dan Ancaman Konten Negatif Surabaya 15 Agustus 2025

    Akademisi Sebut Roblox Antara Potensi Edukasi dan Ancaman Konten Negatif
    Tim Redaksi
    MALANG, KOMPAS.com
    – Popularitas platform
    game online
    Roblox di kalangan anak dan remaja Indonesia memicu diskursus tajam mengenai dampaknya yang dipandang pedang bermata dua.
    Di satu sisi, Roblox menawarkan potensi sebagai media edukasi yang interaktif, tetapi juga menyimpan risiko paparan konten berbahaya yang mengancam perkembangan anak.
    Dr Arina Restian, seorang pakar dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), berpandangan bahwa Roblox memiliki dua sisi yang saling bertentangan dan menuntut perhatian serius dari orangtua serta pendidik.
    Menurutnya, platform ini secara inheren memiliki nilai positif dan negatif.
    Sisi positifnya yakni platform ini dinilainya dapat mengasah kemampuan matematika, fokus, dan penyusunan strategi pada anak.
    “Namun, yang perlu menjadi perhatian juga bahwa eksistensi oknum-oknum tidak bertanggung jawab telah memunculkan sisi gelap berupa konten kekerasan, pornografi, dan bahaya lainnya,” ujar Arina pada Jumat (15/8/2025).
    Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar bagi Arina. Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menyuarakan keprihatinan serupa.
    Para pejabat mengingatkan bahwa tanpa pengawasan yang ketat, Roblox berisiko membahayakan anak-anak melalui interaksi bebas dengan orang asing, perundungan siber (
    cyber bullying
    ), dan konten yang tidak sesuai usia.
    Menurut Arina, kunci untuk memitigasi risiko dan memaksimalkan manfaat Roblox terletak pada pendampingan aktif dari orangtua dan guru. Peran orang dewasa adalah mengarahkan penggunaan Roblox dari sekadar hiburan menjadi alat pembelajaran yang aman dan bermanfaat.
    Salah satu metode yang bisa diterapkan di lingkungan sekolah dasar adalah pendekatan
    Project-Based Learning
    (PBL).
    “Dengan pendekatan PBL, Roblox dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum. Anak-anak bisa mengerjakan proyek pembelajaran yang seru dan visual, sementara guru dapat menyampaikan materi dengan cara yang lebih relevan dan mudah dipahami oleh generasi digital,” ujarnya.
    Untuk memastikan anak terlindungi, Arina menekankan pentingnya landasan hukum yang kuat, seperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang secara tegas melarang akses anak terhadap konten pornografi.
    Berdasarkan landasan tersebut, ia menguraikan tiga strategi praktis yang wajib diterapkan.
    Pertama, aktivasi kontrol resmi yakni memanfaatkan fitur kontrol usia (
    age restriction
    ) yang tersedia di dalam platform.
    Fitur ini berfungsi sebagai garda terdepan untuk membatasi akses anak terhadap konten yang tidak pantas.
    Kedua, pendidikan literasi digital atau membekali anak dengan pengetahuan fundamental tentang keamanan digital.
    “Ajarkan mereka cara mengenali informasi pribadi yang tidak boleh dibagikan, menolak ajakan dari orang asing yang mencurigakan, dan berani melapor jika menemukan hal yang tidak nyaman,” katanya.
    Ketiga, yakni pengawasan melalui server privat, yakni sekolah dan orangtua dapat berkolaborasi menciptakan server privat yang terkontrol.
    “Dengan adanya admin dari pihak sekolah dan orangtua, lingkungan bermain anak menjadi terjamin. Mereka tetap bisa bersenang-senang, namun dalam koridor pembelajaran yang aman dan nyaman,” kata Arina.
    Pemanfaatan Roblox secara positif dan berkelanjutan menuntut adanya tiga pilar utama, yakni memastikan anak aman secara digital, mendorong mereka untuk produktif (tidak hanya bermain tanpa tujuan), dan membekali mereka dengan literasi digital yang kuat.
    Menurutnya, untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sinergi yang solid antara berbagai pihak.
    “Dunia pendidikan, pakar teknologi informasi, lembaga perlindungan anak, dan pemerintah melalui Kominfo harus bekerja sama. Kebijakan yang dibuat harus memastikan bahwa pemanfaatan game edukasi seperti Roblox selaras dengan regulasi perlindungan anak dan keamanan siber yang berlaku,” ujar dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku "Berat"
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        15 Agustus 2025

    Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku "Berat" Surabaya 15 Agustus 2025

    Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku “Berat”
    Tim Redaksi
    PASURUAN, KOMPAS.com
    – Terkadang, ada orang yang rajin membeli buku tetapi kemudian menjadikan buku seolah hiasan di lemari.
    Kebiasaan itu tidak berlaku bagi Lujeng Sudarto, warga Kelurahan Petung Sari, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
    Ia menyimpan buku bacaannya dengan rapi untuk dipinjamkan kepada orang lain dan menjadikan rumahnya sebagai tempat diskusi. 
    Rumah sederhana yang berlokasi Perum Batumas Blok E-II Nomer 11 Pandaan itu dikenal kerap kali didatangi tamu. 
    Meski tidak banyak, ada saja yang bertamu cukul lama. 
    “Ya memang kalau teman-teman yang datang atau orang bertamu di sini ya rata-rata mesti ajak diskusi,” ujar Lujeng sambil senyum saat ditemui
    Kompas.com
    , Jum’at (15/08/2025).
    Jika masuk di rumahnya, tamu langsung melihat rak buku yang sederhana. Namun, di sana terdapat ratusan buku yang tidak banyak orang miliki.
    Sebagian besar buku milik Lujeng bertema revolusi dan filsafat. Bahkan, sejumlah buku yang berjajar itu banyak diburu orang.
    Misalnya Seven theories of relegion karya Daniel L Pala, Bumi Manusia milik Pramoedya Ananta Toer, Memahami Bahasa Agama oleh Komarudin Hidayat, Second Sex karya Simone De Beauvior.
    Ada juga buku Zarathustra milik Nietzsche dan Summer karya Albert Camus.
    “Ya memang buku di sini bagi sebagian orang memang berat untuk dibaca, tapi bagi orang pergerakan ini adalah vitamin untuk memperkaya referensi atau pengetahuan agar tidak gampang menjustifikasi peristiwa atau fenomena yang sedang terjadi,” katanya.
    Sembari menemui tamu, dia menceritakan kecintaaan pada buku sejak masuk bangku perkuliahan di salah satu kampus di Malang.
    Setiap pulang dari kampus, dia mampir ke kakak kelas untuk membaca buku. Setelah sampai di indekos, dia langsung berkumpul dengan sejumlah aktifis untuk berdiskusi.
    “Kalau diskusi, syaratnya harus sudah punya bahan dari buku yang sudah dibaca. Kalau tidak ya mesti tampak bodoh. Karena di kos saya itu tempatnya mahasiswa kelompok cipayung ya ada PMII, HMI, GMNI dan yang lainnya,” kata Lujeng. 
    Sejak saat itu, kecintaaannya pada buku terus berlanjut. Bahkan, pria kelahiran Tuban itu mempunyai kebiasaan untuk berbelanja buku saat pergi ke mana pun.
    Hampir setiap minggu dia membeli buku dengan tema-tema “berat”, misalnya soal sosial budaya, filasafat, ideologi, dan kumpulan catatan kritis.
    Sementara itu, jumlah koleksi buku yang ada di rumahnya sebanyak 350 buku, di rumah Tuban 150 buku, dan di rumah lamanya sekitar 100 buku.
    “Untuk syarat meminjam buku di sini adalah orang yang sudah saya kenal. Kemudian setelah membaca, harus dapat didiskusikan bersama. Sehingga ada nilai (literasi) yang didapat. Buku itu jangan hanya berhenti dibaca, harus didiskusikan agar menambah pengetahuan,” tutur dia.
    Meski ruang tamu tidak terlalu lebar, rumah Lujeng juga sebagai tempat diskusi dari beberapa kalangan profesi, mulai dari mahasiswa, jurnalis, pegiat sosial, dan aktivis perempuan.
    “Saya beberapa kali ke rumah Mas Lujeng, koleksi bukunya bagus. Saya pernah baca buku The Eve of the French Revolution. Habis baca langsung diajak diskusi,” kata Akmal Taufik, mahasiswa pascasarjana asal Pasuruan.
    Menurut Taufik, buku seperti yang dikoleksi Lujeng saat ini jarang ditemui.
    “Kalau tidak akademisi, ya memang jarang orang baca buku seperti itu. Saya kagum masih ada orang dengan hobi membaca buku-buku setebal itu lalu mau diajak diskusi,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Geger Sekdes di Bungbulang Garut Tanam Ganja Dalam Rumah, Sudah 3 Kali Panen

    Geger Sekdes di Bungbulang Garut Tanam Ganja Dalam Rumah, Sudah 3 Kali Panen

    Akibat perbuatannya itu kini tersangka mendekam di Rumah Tahanan Polres Garut dan dijerat Pasal 111 ayat 1 dan atau ayat 2 UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara.

    Terpisah, Kepala Desa Mekarjaya Ade Sahibul membenarkan bawahannya yang merupakan sekdes di desanya ditangkap polisi terkait kasus tanaman ganja.

    Ade mengaku tidak menyangka rekan kerja di desanya yang dinilai rajin itu terjerat narkoba.

    Meski begitu, kata dia, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian dalam menangani kasus tersebut. Adanya kejadian itu menjadi pelajaran dan peringatan untuk masyarakat agar tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum.

    “Sepenuhnya kami serahkan ke kepolisian, kami berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi,” katanya.

    Kisah Lainnya

    Berbeda lagi dengan AM, warga Tumpang, Kabupaten Malang. Pria berusia 32 tahun itu kedapatan budidaya ganja di belakang rumahnya. Bahkan bukan cuma itu, dia juga jadi pengedar narkotika jenis sabu-sabu.

    Petugas Polres Malang menemukan barang bukti sebanyak 16 paket sabu seberat 10,65 gram dan alat hisap. Serta ada sebanyak 38 batang tanaman ganja siap panen, bibit ganja, dan peralatan budidaya.

    “Seluruhnya kami temukan setelah penggeledahan di rumah pelaku,” kata Kasi Humas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, Jumat (8/8/2025).

    Pelaku membudidayakan tanaman ganja di belakang rumahnya menggunakan media polibag. Tinggi tanaman itu antara 30 sentimeter sampai 1,5 meter. Hampir separuh dari tanaman itu sudah hampir masuk masa panen.

    Sedangkan untuk sabu-sabu, lanjut Bambang, ditemukan petugas dalam kemasan klip kecil. Pelaku mengedarkan narkotika dengan sasaran para pembeli dari wilayah Malang Raya.

    “Jadi pelaku ditetapkan sebagai tersangka pengedar narkoba dan budidaya ganja,” tutur Bambang.

  • Tips Menang Lomba Sepak Bola Sarung, Jebolan SSB Saja Akui Tak Mudah

    Tips Menang Lomba Sepak Bola Sarung, Jebolan SSB Saja Akui Tak Mudah

    Jakarta

    Bermain sepak bola bukanlah sesuatu yang mudah karena butuh keterampilan fisik dan teknis yang tinggi. Bagaimana jika pemainnya diharuskan pakai sarung, seperti yang dilombakan di perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) tiap 17 Agustus? Tentu tingkat kesulitannya akan meningkat.

    Dikenal sebagai ‘sepak bola sarung’, jenis perlombaan ini termasuk salah satu yang populer. Variasi lainnya, sarung diganti daster emak-emak. Intinya sama, memberikan challenge terhadap keleluasaan bergerak.

    Terkait sistem permainan, biasanya akan disesuaikan dengan kondisi lapangan di kampung masing-masing. Ada yang melakukan dengan 11 vs 11 seperti sepak bola, atau 5 vs 5 seperti halnya futsal.

    Meskipun hanya dengan tambahan sarung, lomba ini terbilang cukup menantang, bahkan bagi mereka yang pada dasarnya adalah atlet sepak bola atau futsal.

    Tertantang ingin jadi juara? Berikut tips lomba sepak bola sarung agar mudah mencetak gol ke gawang lawan dan pulang bawa hadiah.

    1. Menjaga Keseimbangan Tubuh

    Salah satu yang hal yang menjadikan lomba ini cukup menantang adalah sulitnya menjaga keseimbangan tubuh. Jika biasanya pemain mengenakan celana pendek, penggunaan sarung tentu akan membatasi ruang gerak dari kaki.

    Yuda (26) karyawan swasta di Malang, mengakui sulitnya bertanding di lomba ‘sepak bola sarung’. Padahal ia mengaku telah mengenyam keterampilan bermain bola di sekolah sepak bola (SSB) sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).

    “Gampang keserimpet, kan itu lututnya jadi gak bebas karena sarung. Kadang kalau pas lari kenceng bisa jatuh,” kata Yuda saat dihubungi detikcom Rabu (13/8/2025).

    Senada, Mahesa (26) karyawan swasta di Malang memiliki trik agar tidak mudah jatuh saat berlari menggunakan sarung.

    “Agak curang dikit, itu sarungnya dilonggarin pas bagian lututnya, jadi bisa nambah ruang buat lari,” kata Mahesa yang biasa bermain di posisi gelandang.

    2. Teknik Menggiring Bola

    Yuda dan Mahesa merupakan atlet sepak bola yang biasa bermain di lapangan besar sebagai pemain tengah, yang pastinya sangat terlatih untuk urusan dribble. Namun ketika bermain sepak bola sarung 5 vs 5, mau tidak mau harus ada penyesuaian.

    “Digiring dikit-dikit aja, kalau nggak ya lebih banyak diumpan ke temen aja nggak usah digiring. Bolanya kan (biasanya pakai) bola plastik, itu juga sulit kalau harus digiring,” kata Yuda.

    3. Kontrol Bola dan Shooting

    Bagi Mahesa, tidak ada perbedaan yang signifikan terkait sepak bola sarung dan sepak bola normal. Hanya saja, ada sedikit penyesuaian dari hal kontrol bola dan menendang.

    “Kalau bisa sih kita umpan ke teman pakai bola bawah, jangan lambung, kan buat ngangkat kaki juga terbatas ya,” kata Mahesa.

    “Kalau kalau buat nendang, karena bolanya plastik jadi pakai kaki bagian dalam aja,” sambungnya.

    4. Kerja Sama Tim

    Baik Mahesa dan Yuda mengakui di sepak bola sarung tidak bisa mengandalkan individual skill, karena sangat sulit untuk bisa melewati lawan dan menggiring bola sendirian.

    “Dioper-oper aja paling biar nggak capek juga,” kata Mahesa.

    Tips menang lomba sepak bola sarung Foto: infografis detikHealth

    5. Risiko Cedera

    Sama seperti sepak bola pada umumnya, lomba ini juga tidak akan terhindar dari risiko cedera. Menurut praktisi kesehatan olahraga, dr Andhika Raspati, SpKO sendi menjadi bagian tubuh yang rawan cedera.

    “Kalau (lomba) yang lompat-lompatan, lari-larian ya ada risiko cederanya. Kalau orangnya ada kelemahan sendi, tidak stabil di sendi-sendinya ya bisa banget kumat, kecengklak, atau keseleo pas lomba,” kata praktisi kesehatan olahraga, dr Andhika Raspati, SpKO saat dihubungi detikcom, Kamis (14/8/2025).

    Stretching atau peregangan, serta warm up atau pemanasan sebelum melakukan lomba, lanjut dr Dhika juga bisa dilakukan sebagai salah satu cara agar meningkatkan performa sebelum lomba.

    “Ya bener, bisa lebih perform gitu lombanya, jadi silakan aja mau warm up dulu, stretching dulu pasti akan berdampak baik lah,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video Media Asing Soroti Kasus Ratusan Siswa Keracunan Makan Gratis”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

    Resep Juara Lomba 17-an

    4 Konten

    Beragam lomba memperingati HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025 bukan hanya untuk seru-seruan, tapi sekaligus ajang tes kebugaran. Mau menang lomba balap karung atau makan kerupuk? Butuh fisik yang prima.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Tips Menang Lomba Makan Kerupuk, Teknik Gigitan Awal hingga Saran Dokter Pencernaan

    Tips Menang Lomba Makan Kerupuk, Teknik Gigitan Awal hingga Saran Dokter Pencernaan

    Jakarta

    Sama seperti balap karung, lomba makan kerupuk juga selalu eksis memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) tanggal 17 Agustus. Lomba ini menjadi ‘best seller’, banyak peminatnya dan tidak terlalu rumit persiapannya. Cukup sediakan kerupuk dan tali rafia atau sejenisnya, lomba bisa langsung digelar.

    Teknisnya, lomba ini menggunakan tali panjang yang dibentangkan dengan ketinggian tertentu. Kerupuk digantung dengan tali yang diikat di sepanjang bentangan tersebut. Tanpa bantuan tangan, peserta berlomba-lomba menggigit kerupuk yang kadang berayun bebas. Yang tercepat menghabiskan kerupuk jadi juaranya.

    Meskipun boleh dibilang lomba ini hanya untuk seru-seruan, tidak berarti tidak ada trik dan strategi untuk memenangkannya. Beberapa ‘atlet’ lomba makan kerupuk membagikan teknik ‘tokcer’ agar bisa keluar sebagai pemenang.

    Berikut tips yang bisa diikuti agar bisa pulang bawa hadiah di lomba Agustusan makan kerupuk.

    1. Posisi Kerupuk

    Hasan (27) seorang karyawan swasta di Malang yang semasa kecil mengaku kerap menjuarai lomba makan kerupuk di kampungnya, menyebut posisi kerupuk adalah salah satu kunci kemenangan. Menurutnya, kerupuk harus diposisikan senyaman mungkin sebelum lomba dimulai.

    “Kalau aku biasanya bagian atas kerupuk selalu sejajar dengan hidung. Ini agar kerupuk lebih gampang ditahan kalau goyang-goyang,” kata Hasan yang menyebut dirinya ‘Raja Lomba Makan Kerupuk’, saat dihubungi detikcom, Rabu (13/8/2025).

    Strategi ini bukan tanpa kekurangan. Menurutnya, dengan posisi kerupuk sejajar hidung, peserta harus sedikit lebih menunduk untuk mendapatkan gigitan pertama. Namun lama kelamaan, posisi ini lebih menguntungkan dibanding terlalu tinggi atau terlalu rendah.

    “Yang bikin sulit kan biasanya kerupuknya goyang-goyang, nah kalau bisa ditahan pakai hidung kan lebih enak. Daripada agak tinggi, nanti jinjit dan itu susah,” katanya.

    Takeaways:Posisi sejajar hidung lebih menguntungkan saat kerupuk mulai goyang-goyangPastikan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah

    2. Strategi Gigitan Pertama

    Setiap orang memiliki strategi menggigit masing-masing. Hasan lebih memilih untuk mengawali gigitan di bagian bawah samping. Jika kerupuk bulat diibaratkan menjadi jam dinding, gigitan pertama Hasan antara di angka 7,8 atau 4,5.

    “Kalau udah dapet gigitan pertama enak. Sisanya tinggal digigit lagi di bagian yang ‘lancip’,” kata Hasan.

    Takeaways:Gigitan awal paling susah karena kerupuk masih bulat utuhSisakan area lancip setelah gigitan awal agar selanjutnya lebih mudahTips menang lomba makan kerupuk Foto: infografis detikHealth

    3. Ritme Mengunyah

    Ada dua strategi mengunyah yang banyak diterapkan dalam lomba makan kerupuk. Pertama, gigit dulu sebanyak-banyaknya baru dikunyah bersamaan setelah mulutnya penuh. Kedua, gigit sedikit-sedikit kemudian langsung dikunyah seperti dilakukan Hasan.

    “Kalau aku habis gigit terus kunyah. Kadang kan ada juga yang gigit dulu beberapa kali, kalau mulut udah full baru dikunyah,” kata Hasan.

    Senada, Aprilia (26) mengakui teknik mengunyah sangat penting dalam lomba makan kerupuk. Ibu rumah tangga asal Malang ini termasuk seseorang yang lambat dalam mengunyah, sehingga selalu kalah dalam permainan ini.

    “Ngunyah iku berpengaruh soalnya. Sebanyak apapun kerupuk sek bisa dimakan, tapi kalau ngunyahnya lama ya kalah,” kata April.

    Terlebih, terkadang ada orang yang bisa menelan sesuatu tanpa harus menunggu makanan itu dikunyah dengan sempurna. Menurut April, itu juga menjadi keuntungan.

    “Kan ada ya orang-orang yang meskipun ngunyah nggak halus (belum sempurna) tapi tetap bisa ketelan gitu,” katanya.

    Akan tetapi, apakah berbahaya jika seseorang menelan kerupuk yang belum terkunyah dengan sempurna?

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengatakan hal ini bukanlah sesuatu yang mengancam, karena sifat kerupuk sendiri yang mudah hancur.

    “Risiko tersedak tetap ada. Tapi sampai saat ini tidak ada berita tentang peserta makan kerupuk yang mengalami gangguan serius,” kata konsultan kesehatan pencernaan tersebut, saat dihubungi detikcom, Jumat (15/8/2025).

    “Yang penting kerupuknya harus renyah,” sambungnya.

    Takeaways:Sesuaikan kemampuan dan kebiasaan

    4. Mengontrol Kerupuk

    Tantangan terberat dalam lomba makan kerupuk adalah saat kerupuk mulai berayun, dan peserta tidak boleh menggunakan tangan untuk menahannya. Hasan membagikan trik jitu untuk mengantisipasinya, yakni menggunakan hidung untuk menahan gerakan kerupuk. Karenanya, ia memilih posisi awal kerupuk sejajar hidung.

    Meski demikian, ada kalanya pergerakan tali dan kerupuk terlalu liar dan tidak sesuai prediksi awal. Ketika kerupuk sudah menjauh dari hidung, April punya trik lain untuk ‘menahan’ kerupuk agak tidak goyang.

    “Kita bisa menahannya dengan bibir atau dengan lidah, membasahi bibir dengan ludah akan membuat kerupuk menempel ke mulut dan minim goyang. Lidah juga akan membantu kita untuk menahan dan mengarahkan kerupuk,” kata April.

    Takeaways:Kerupuk mudah lengket pada sesuatu yang basahManfaatkan lidah dan bibir untuk menahan ayunan kerupuk saat mulai tidak terkendaliTips menang lomba makan kerupuk Foto: infografis detikHealth

    5. Manajemen Waktu

    Umumnya, para peserta lomba kerupuk akan ‘ngegas’ di akhir baik dalam menggigit dan mengunyah dan mengatur ritme sesuai kemampuan di awal dan tengah. Namun, menurut Hasan, konsistensi di mengunyah yang cepat adalah kunci kemenangan.

    “Selama ngunyahnya cepet, kayaknya bakal menang-menang aja,” kata Hasan.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video: Rencana Menkes Gandeng Mendikdasmen Tangani Masalah Kebugaran Pelajar”
    [Gambas:Video 20detik]
    (up/up)

    Resep Juara Lomba 17-an

    4 Konten

    Beragam lomba memperingati HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025 bukan hanya untuk seru-seruan, tapi sekaligus ajang tes kebugaran. Mau menang lomba balap karung atau makan kerupuk? Butuh fisik yang prima.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Kabupaten Pati, Ketidakseimbangan Fiskal, dan Rendahnya Moralitas Politik
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        15 Agustus 2025

    Kabupaten Pati, Ketidakseimbangan Fiskal, dan Rendahnya Moralitas Politik Nasional 15 Agustus 2025

    Kabupaten Pati, Ketidakseimbangan Fiskal, dan Rendahnya Moralitas Politik
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    SETELAH
    kasus Bupati Pati Sudewo mencuat, akhirnya diketahui bahwa tidak hanya Kabupten Pati yang menaikkan PBB P2.
    Bahkan ada beberapa daerah yang menaikkan tarif PBB lebih dari 10 kali atau 1000 persenan, seperti Kabupaten Jombang dan Cirebon.
    Kedua daerah ini kini sedang dihantui penolakan masif dari warganya. Boleh jadi aspirasi “lengser” juga muncul kemudian, layaknya kepada Bupati Pati.
    Sementara daerah seperti Bone Selatan dan Semarang, juga terpantau menaikkan PBB P2 sekitar 300 dan 400-an persen.
    Malang memang bagi Bupati Pati, kenaikan PBB di Pati jauh lebih cepat ditanggapi warga dan mendadak mencuat menjadi masalah nasional.
    Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Banyak faktor tentunya. Tak semua faktor ada di daerah, beberapa faktor juga ada di pusat.
    Pertama, dalam hemat saya, berdasarkan perkembangan belakangan, faktor kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat yang digaungkan sejak awal tahun, juga turut menjadi penyebab utama.
    Kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat nyatanya tidak saja menyisir belanja kementerian dan lembaga nondepartemental di tingkat nasional, tapi juga menyasar berbagai macam mata anggaran di daerah, yang berujung pada pengecilan nominal total APBD.
    Kondisi ini, mau tak mau, membuat daerah harus memutar “otak” untuk mendapatkan tambahan pendapatan baru, terutama yang masuk ke dalam kategori Pendapatan Asli Daerah (PAD), untuk bisa membiayai berbagai rencana kebijakan dan program yang telah terlanjur dijanjikan kepada rakyat di daerah selama masa kampanye Pilkada.
    Boleh jadi dalam hal ini termasuk juga janji-janji “ilegal” kepala daerah terpilih kepada “klien-klien” politiknya atau bohir kaya yang telah ikut membantu pembiayaan politik pada Pilkada sebelumnya.
    Nah, terkait dengan kasus Pati, sebagaimana diatur di dalam UU yang terkait dengan relasi fiskal pusat dan daerah, yakni UU No. 1 tahun 2022, juga UU No. 28 2009 tentang pajak daerah, dan UU No. 33 tahun 2009 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memang sudah menjadi salah satu objek pajak yang dipungut oleh daerah.
    Sehingga, secara legal konstitusional, naik atau turunnya PBB di daerah akan berada di bawah wewenang pemerintah daerah, termasuk oleh kepala daerah baru tentunya.
    Namun, pertanyaan pentingnya tentu bukan masalah legalitas konstitusional dari kasus Pati dan beberapa daerah lainnya.
    Pertanyaan pentingnya adalah mengapa daerah ramai-ramai menaikkan tarif PBB? Nah, dalam konteks ini kita bisa kembali kepada masalah kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat tadi.
    Daerah-daerah pada akhirnya harus menaikkan tarif pajak untuk objek-objek pajak yang masuk ke dalam ranah “hak” pemerintah daerah, salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bagunan (PBB).
    Penyebab kedua adalah konstelasi hubungan keuangan pusat dan daerah yang selama ini sama sekali tidak menggambarkan status daerah sebagai daerah otonom.
    Kebijakan otonomi daerah selama ini hanya berlangsung di ranah politik dan administratif, tidak pada ranah fiskal.
    Jadi meskipun dipilih secara demokratis di daerah, setelah terpilih kepala daerah tetap tidak memiliki keleluasaan atas keberlangsungan pemerintahan di daerah dan keberlanjutan pembangunan di daerahnya, jika kepastian pembiayaan dari pusat tidak ada.
    Sehingga risikonya, setelah kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala daerah resmi, untuk urusan pendapatan dan belanja daerah, mereka harus lebih sering berurusan dengan para pihak yang ada di Jakarta ketimbang di daerah.
    Tak pelak, relasi tak sehat pun terbentuk antara kepala daerah dengan wakil-wakil daerah yang ada di Senayan di satu sisi dan Kementerian Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri di sisi lain, untuk memastikan bahwa R-APBD yang telah disepakti di daerah diberi lampu hijau oleh Jakarta.
    Relasi keuangan pusat dan daerah semacam ini sangat tidak sehat dan kurang produktif. Dikatakan tidak sehat karena daerah-daerah menjadi sangat bergantung kepada pusat, terutama untuk mendapatkan proyek-proyek infrastruktur nasional di daerah.
    Relasi ini, diakui atau tidak, memberikan diskresi kepada pusat untuk menghukum daerah secara fiskal, jika daerah tidak sejalan dengan pemerintahan pusat di ranah politik.
    Di era Jokowi, misalnya, bahkan beberapa daerah yang tidak masuk kategori sebagai “daerah pemilih Jokowi”, mengalami pemangkasan anggaran yang cukup signifikan atau menjadi korban politik fiskal pemerintah pusat.
    Dan dikatakan tidak produktif karena daerah-daerah merasa tidak memiliki insentif untuk membangun daerahnya akibat perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang kurang adil.
    Di China, misalnya, sekalipun dikenal secara politik sebagai negara komunis, tapi dalam praktik relasi fiskal pusat dan daerah, China masuk ke dalam negara yang paling desentralistis di dunia.
    Daerah-daerah mendapatkan bagian dari pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh), yang dibagi secara proporsional antara pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten, kota, dan perfektur.
    Dengan konstelasi hubungan fiskal seperti di China, daerah-daerah menjadi sangat termotivasi untuk membangun daerahnya dengan cara mendatangkan sebanyak-banyaknya investasi baru dan mendorong seluas-luasnya pembukaan lapangan pekerjaan baru.
    Pasalnya, setiap kenaikan produktifitas di daerah (karena produksi dari investasi baru), akan ada pendapatan tambahan dari pembagian PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk daerah.
    Di sisi lain, kenaikan produktifitas tersebut akan berjalan simetris dengan pertambahan lapangan pekerjaan baru, di mana daerah pun kembali akan mendapatkan bagian pajak dari pajak pendapatan atas lapangan pekerjaan baru yang terbentuk.
    Dalam banyak kajian tentang ekonomi di China, relasi fiskal antara pemerintah pusat dan daerah yang demikian ternyata terbukti menjadi salah satu sebab mengapa para kepala daerah sangat bersemangat untuk memajukan daerahnya dengan mendatangkan sebanyak-banyaknya investasi baru dan membuka selebar-lebarnya lapangan kerja baru di daerah, selain karena faktor prospek karier politik di dalam Partai Komunis China bagi kepala daerah yang berhasil membangun daerahnya.
    Dan secara nasional, praktik semacam ini ikut berkontribusi secara signifikan kepada kemajuan yang sangat dinamis di China di dalam kurun waktu empat puluh tahun terakhir.
    Sementara di Indonesia, konstelasi fiskal semacam itu masih menjadi mimpi “di siang bolong” hingga hari ini. Daerah-daerah sangat tergantung kepada pusat secara fiskal, sekalipun secara politik daerah-daerah dibiarkan berpesta pora atas nama demokrasi semu.
    Pola ini kemudian secara politik memunculkan kesan bahwa pemimpin daerah yang berhasil adalah pemimpin yang bisa membawa sebanyak-banyaknya anggaran dari pusat ke daerah dalam berbagai bentuk, mulai dari pembesaran anggaran untuk APBD, penetapan daerah sebagai lokasi proyek strategis nasional, sampai pada penggiringan investasi BUMN ke daerah di berbagai sektor.
    Semuanya, lagi-lagi, sayangnya terkait dengan “kuasa” yang ada di Jakarta, bukan di daerah.
    Dan terakhir, masalah ketiga, adalah rendahnya moralitas politik dan sensitifitas sosial kepemimpinan baru di daerah.
    Akibat sumbatan keuangan dari pusat, baik karena konstelasi fiskal antara pusat dan daerah maupun karena kebijakan efisiensi nasional, kepala-kepala daerah justru mengembalikan bebannya kepada rakyat di daerah dengan menaikkan berbagai jenis pajak yang menjadi hak daerah.
    Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa keadaan ekonomi masyarakat sedang tidak baik-baik saja sejak dua tahun terakhir.
    Sikap beberapa kepala daerah ini mirip dengan sikap “para kapitalis” nasional di saat pajak barang dan jasa naik. Seketika harga barang dan jasa dinaikkan oleh produsennya alias dibebankan kembali kepada konsumen.
    Pemerintah pusat boleh saja berharap, atau tepatnya bermimpi, bahwa pemerintahan daerah akan berkreasi secara fiskal saat kebijakan efisiensi diberlakukan di awal tahun.
    Namun untuk Indonesia, harapan dan mimpi itu terlalu muluk. Bagi daerah yang takut kepada rakyatnya atau khawatir ditegur oleh pusat, kebijakan efisiensi ditanggapi dengan “aksi kembali ke rutinitas” di mana anggaran untuk pembangunan dipangkas sedemikian rupa, sementara anggaran rutin semakin membesar.
    Walhasil, pemerintah daerah hanya berjalan berdasarkan rutinitas yang sudah berlangsung selama ini. Tak ada pembangunan berarti, pun tak ada investasi baru yang diperjuangkan karena tidak ada anggaran untuk memperjuangkannya. Ujung-ujungnya juga “nol” alias “nihil”.
    Sementara bagi kepala daerah yang merasa terlalu banyak “utang” yang harus dibayar dengan berbagai macam proyek daerah yang dibiayai dari APBD, mau tak mau sumber pendapatan baru harus diraih, agar beberapa “proyek” atau “rencana” yang telah disepakati dengan “pihak ketiga” semasa Pilkada tetap bisa dibiayai di tahun depan.
    Jika PAD meningkat, plus realisasi belanja di tahun ini bisa maksimum, maka di tahun depan ajuan APBD yang akan disepakati oleh pusat dipastikan juga akan membesar. Bagi kepala daerah semacam ini, rakyat tak berada pada barisan prioritas.
    Jika rakyat masih bisa dibebani dengan kenaikan pajak-pajak daerah demi ambisi fiskal kepala daerah terpilih, maka tanpa malu dan ragu, rakyat di daerah akan terus dibebani.
    Namun, yang lupa dimasukkan ke dalam ekuasi politik fiskal kepala daerah jenis ini adalah bahwa potensi resistensi dan perlawanan dari rakyat daerah bisa meledak secara tak terduga.
    Dan itulah yang terjadi di Pati, mungkin juga nanti di Cirebon atau Jombang, jika kepala daerahnya tak segera merevisi aturan kenaikan PBB di daerahnya.
    Boleh jadi kali ini kepala-kepala daerah ini akan selamat secara politik, setidaknya sampai 2029. Namun sejatinya, dukungan sebenarnya sudah hilang.

    If you once forfeit the confidence of your fellow citizen, you can never regain their respect and esteem
    ,” kata Abraham Lincoln di tahun 1854.
    Sekali rakyat merasa benar-benar telah tersakiti, jangan harap kepercayaan itu akan kembali seperti semula.
    Dan dalam hemat saya, pernyataan Lincoln ini harus menjadi catatan untuk semua pemimpin di Indonesia, tidak hanya kepala daerah, tapi juga Presiden Prabowo Subianto, bahkan Jokowi sekalipun, yang bayang-bayangnya masih menghantui ruang publik kita sampai hari ini. Semoga!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • OJK Malang – TPAKD gelar ToT pembina Pramuka `melek` literasi keuangan 

    OJK Malang – TPAKD gelar ToT pembina Pramuka `melek` literasi keuangan 

    Sumber foto: AH Sugiharto/elshinta.com.

    OJK Malang – TPAKD gelar ToT pembina Pramuka `melek` literasi keuangan 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 14 Agustus 2025 – 21:11 WIB

    Elshinta.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Kota Malang menggelar Training of Trainers (ToT) bagi ratusan Pembina Pramuka Kwartir Cabang Kota Malang di Malang Creative Center, Kamis (14/8). 

    Kegiatan ini menjadi puncak Bulan Literasi Keuangan (BLK) 2025 OJK Malang dengan mengusung tema “Pramuka Cerdas Finansial, Tangguh Masa Depan”.

    Pembina Pramuka dipilih sebagai sasaran edukasi karena semangat disiplin dan pengabdian yang melekat pada Gerakan Pramuka sejalan dengan misi OJK dalam membentuk generasi berkarakter, mandiri, dan melek keuangan. 

    Kepala OJK Malang, Farid Faletehan, menyampaikan bahwa momen peringatan HUT ke-64 Gerakan Pramuka menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat sinergi tersebut.

    “Nilai-nilai Dasa Dharma dan Tri Satya sejalan dengan visi OJK dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045. Melalui pembina Pramuka, kami berharap pesan literasi keuangan dapat diteruskan kepada generasi muda secara lebih luas,” kata Farid seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, AH Sugiharto, Kamis (14/8).

    Melalui ToT ini, OJK Malang mendorong terbentuknya Duta Literasi Keuangan dari Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Malang. Para Pembina Pramuka yang dilatih diharapkan mampu menjadi duta literasi keuangan dengan menularkan pengetahuan kepada anggotanya.

    Dalam kegiatan ini, peserta memperoleh materi perencanaan keuangan dari Certified Financial Planner, edukasi keuangan dari OJK, serta pengenalan produk investasi pasar modal dari Maybank Sekuritas. Peserta sangat antusias dalam menyimak materi yang diberikan dan diskusi berjalan secara interaktif. 

    Program ini sejalan dengan inisiatif nasional OJK Penggerak Duta Literasi Keuangan Indonesia (OJK PEDULI) yang berperan mengedukasi dan mendiseminasi informasi tentang keuangan secara luas.

    “Dengan sinergi bersama Gerakan Pramuka, OJK Malang optimistis literasi keuangan dapat menjangkau generasi muda secara lebih luas dan berkesinambungan. Melalui pembina yang menjadi teladan dan duta literasi, pesan penting tentang pengelolaan keuangan yang cerdas akan menumbuhkan masyarakat yang semakin mandiri, tangguh, dan siap menghadapi tantangan menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Farid.

    Sementara Pemerintah Kota Malang mengapresiasi upaya yang dilakukan OJK.

    “Pembina Pramuka diharapkan dapat menjadi role model dan agen perubahan, sehingga literasi keuangan bisa menjangkau masyarakat lebih luas,” kata Diah Ayu Kusumadewi, Assiten 1 Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat, Pemkot Malang.

    Sumber : Radio Elshinta