kab/kota: Malang

  • Tragedi Dua Pendaki Wanita Meninggal di Puncak Cartenz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    Tragedi Dua Pendaki Wanita Meninggal di Puncak Cartenz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, kehilangan nyawa mereka di Puncak Gunung Carstensz, Papua Tengah, akibat penyakit gunung akut atau Acute Mountain Sickness (AMS). 

    Kejadian ini mengingatkan kita akan bahaya yang mengintai para pendaki di ketinggian ekstrem. 

    Lilie dan Elsa meninggal saat perjalanan turun dari Puncak Cartenz di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang dikenal sebagai salah satu gunung tertinggi di Indonesia dan memiliki salju abadi.

    AMS: Penyakit Mematikan di Ketinggian

    Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kondisi yang sering menyerang pendaki di ketinggian lebih dari 3.000 meter.

    Pada ketinggian ini, tekanan udara dan kadar oksigen berkurang secara signifikan, memaksa tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi yang lebih ekstrem.

    Bagi tubuh yang tidak terbiasa, proses adaptasi ini membutuhkan waktu, dan inilah yang dapat memicu AMS.

    Gejalanya AMS berupa sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan gangguan tidur.

    Gejala ini biasanya muncul pada hari pertama atau beberapa jam setelah mencapai ketinggian tertentu, dan dalam banyak kasus, bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu hingga tiga hari, setelah tubuh mulai beradaptasi.

    Namun, tanpa penanganan yang tepat, AMS bisa berkembang menjadi lebih serius, bahkan mematikan.

    Bagaimana Mengurangi Risiko AMS?

    Untuk mengurangi risiko AMS, penting bagi pendaki untuk memodifikasi laju pendakian mereka.

    Proses aklimatisasi yang baik adalah kunci utama.

    Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari AMS:

    Laju Pendakian yang Tepat: Pendakian tidak boleh lebih dari 500 meter per hari pada ketinggian di atas 2.500 meter. Ini memberikan tubuh waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan kadar oksigen yang lebih rendah.’
    Aklimatisasi yang Cukup: Sebelum melanjutkan perjalanan ke ketinggian yang lebih tinggi, pastikan untuk beristirahat dan beraklimatisasi setidaknya satu hari pada ketinggian sekitar 2.500 meter.
    Hindari Aktivitas Berat: Selama 48 jam pertama di ketinggian, hindari olahraga atau konsumsi alkohol, yang dapat memperburuk gejala AMS.
    Berhenti Jika Gejala Muncul: Jika AMS mulai terasa, hentikan pendakian dan beri tubuh waktu untuk beristirahat dan beradaptasi sebelum melanjutkan perjalanan.

    Tragedi Puncak Gunung Cartenz

    EVAKUASI – Proses evakuasi pendaki dari Puncak Gunung Cartenz Pyramid Timika, Papua Tengah Minggu (2/3/2025). Dikabarkan dalam rombongan pendaki ada penyanyi Fiersa Besari. (Tribunpapua.com/ Istimewa)

    Perjalanan Lilie dan Elsa ke puncak Carstensz seharusnya menjadi petualangan yang tak terlupakan. Namun, di tengah perjalanan turun, kedua sahabat ini mengalami hipotermia saat menghadapi kondisi cuaca yang sangat buruk—hujan salju, hujan deras, dan angin kencang.

    Meskipun telah mendapatkan pertolongan, nyawa mereka tidak dapat diselamatkan.

    Jenazah Lilie dievakuasi terlebih dahulu pada Minggu (2/3/2025), disusul Elsa pada Senin (3/3/2025). Keduanya akhirnya dipulangkan ke Jakarta setelah proses evakuasi selesai.

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengonfirmasi bahwa pesawat yang membawa jenazah mereka lepas landas pada pukul 10.45 WIT.

    Keduanya adalah sahabat yang telah saling mengenal sejak SMA di Malang, Jawa Timur, dan bersama-sama berbagi kecintaan terhadap dunia pendakian.

    Dalam perjalanan ini, mereka ditemani oleh tiga pendaki lainnya—Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni—yang semuanya selamat meskipun turut mengalami hipotermia.

    Pentingnya Persiapan dan Pengetahuan

    Tragedi ini mengingatkan kita akan pentingnya persiapan yang matang dan pengetahuan yang cukup sebelum melakukan pendakian di gunung-gunung tinggi.

    AMS adalah ancaman nyata yang bisa mengintai siapa saja yang tidak mempersiapkan diri dengan baik.

    Kejadian ini juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh, mematuhi aturan pendakian yang aman, dan memperhatikan setiap perubahan kondisi fisik yang mungkin terjadi selama pendakian.

    Diharapkan peristiwa tragis ini menjadi pelajaran berharga bagi para pendaki untuk lebih berhati-hati dan memprioritaskan keselamatan di atas segalanya.

  • Menilik Santri Lansia Ramadhan di Masjid Agung Demak, Meniti Berkah di Usia Senja
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        3 Maret 2025

    Menilik Santri Lansia Ramadhan di Masjid Agung Demak, Meniti Berkah di Usia Senja Regional 3 Maret 2025

    Menilik Santri Lansia Ramadhan di Masjid Agung Demak, Meniti Berkah di Usia Senja
    Tim Redaksi
    DEMAK, KOMPAS.com
    – Masjid Agung
    Demak
    kembali mengadakan santri Ramadhan atau dikenal “Ngaji Tuo” pada momentum puasa kali ini.
    Santri Ramadhan ini akan berlangsung selama 27 hari dan peserta rata-rata berusia di atas 56 tahun.
    Bak
    nyantri
    pada umumnya,
    santri lansia
    akan mengikuti kegiatan ngaji Al Quran selama Ramadhan dan kitab-kitab lain selama sebulan.
    Tahun ini setidaknya terdapat 127 orang santri Ramadhan di
    Masjid Agung Demak
    , 10 di antaranya menginjak usia lebih dari 80 tahun.
    Momentum kedatangan mereka kebanyakan sebelum 1 Ramadhan 1446 Hijriah atau 1 Maret 2025.
    Kedatangan mereka senantiasa diwarnai haru bahagia pamit anak-cucu usai mengantar. Mereka datang dari Demak dan pelbagai daerah lain, seperti Grobogan, Semarang, Kendal, Jepara, Solo, Purworejo, Madiun, Magetan, Malang, dan Surabaya.


    KOMPAS.COM/NUR ZAIDI Suasana Masjid Agung Demak jelang Ramadhan pada Sabtu (28/2/2025).
    Memasuki usia senja, tak lantas menyurutkan semangat mereka untuk meniti ilmu selama Ramadhan di Masjid Agung Demak.
    Salah satu peserta, Maksum (86), mengatakan, ini pertama kali mengikuti santri Ramadhan di Masjid Agung Demak untuk mengaji selama sebulan ke depan.
    “Mau cari ilmu, mondok. InsyaAllah sebulan,” ujar Maksum, ditemui di lokasi, Senin (3/3/2025).
    Warga asal Magetan, Jawa Timur itu mengaku dapat informasi adanya santri Ramadhan dari teman di Grobogan, dan lantas tertarik untuk mengikuti.
    Dia berharap, selama menjadi santri Ramdhan mendapatkan keberkahan dan ilmu yang bermanfaat di sisa usianya.

    Kepingin
    mencari ilmu yang baik,” ujarnya lagi.
    Maksum mengaku senang karena mendapatkan
    support
    dari keluarga untuk mengikuti santri Ramadhan di Masjid Agung Demak.
    Hal itu juga dibarengi keluarga besarnya yang turut mengantar ke Demak.
    “Senang, diantar keluarga ke sini. Anak, cucu-cucu, buyut, seneng,” katanya.
    Santri Ramadhan di Masjid Agung Demak difasilitasi tempat tinggal dan makan selama kegiatan dan tanpa pungutan biaya, termasuk kesehatan gratis apabila sakit.
    Dalam keseharian, mereka mengikuti ngaji rutin yang diadakan pagi hari, siang, sore, dan malam dengan kitab yang berbeda-beda.
    Ketua Takmir Masjid Agung Demak, KH Nur Fauzi, mengatakan, santri lansia di Masjid Agung Demak menjadi agenda rutinan setiap tahun pada bulan puasa.
    Pada tahun ini, setidaknya terdapat 17 kegiatan santri Ramdhan dan pengajian kitab yang dilakukan sesuai dengan usia peserta.
    “Tahun ini ada kajian kitab Wasiyatul Mustofa bakda shalat dzuhur, yang kemarin tidak kita sampaikan tahun ini ada. Wasiyatul Mustofa itu menerangkan akhlak tasawuf, sehingga bagi orang-orang tua itu cocok,” kata Fauzi, mencontohkan.
    Adapun manfaat dari santri Ramadhan ini bisa meningkatkan keilmuan dan keimanan bagi peserta.
    “Sangat luar biasa, tentunya meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan tentu adalah peningkatan pemahaman terutama dalam amaliyah keagamaan,” terangnya.
    Fauzi menambahkan, selain meningkatkan keilmuan para peserta juga bisa memperoleh keberkahan dari Sultan Fatah, Raja Demak pertama.
    Mengingat Masjid Agung Demak yang berdiri pada era Kesultanan Demak senantiasa dijadikan syiar Islam dan pendidikan oleh Walisongo.
    “Mereka di sini tidak hanya mengambil pelajaran keilmuan saja, tetapi tabarukan ingin menjadi duriyah Walisongo, terutama duriyah Sultan Fatah, jadi duriyah kalau seiman itu kan akan mengikuti orang tuanya,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pasta Gigi Penyelamat Nyawa Pendaki Tersesat 10 Hari di Gunung, 50 Orang Sudah Dilaporkan Hilang

    Pasta Gigi Penyelamat Nyawa Pendaki Tersesat 10 Hari di Gunung, 50 Orang Sudah Dilaporkan Hilang

    TRIBUNJATIM.COM – Sebuah pasta gigi menjadi alat penyelamat utama bagi seorang pendaki remaja yang hilang selama 10 hari di gunung.

    Pendaki remaja dilaporkan selamat setelah beberapa lama berada di pegunungan.

    Mengalami buta arah dan tersesat, pendaki remaja tersebut bisa bertahan tanpa makanan.

    Kondisi pendaki remaja tersebut saat ditemukan ternyata diselamatkan oleh pasta gigi.

    Bagaimana sebenarnya kinerja pasta gigi hingga bisa menyelamatkan pendaki tersebut?

    Seorang pendaki remaja, Sun Liang (18), berhasil diselamatkan setelah bertahan selama sepuluh hari di pegunungan bersalju di barat laut China tanpa makanan.

    Ia mengandalkan air sungai, salju yang mencair, dan bahkan memakan pasta gigi demi bertahan hidup.

    Seperti dikutip TribunJatim.com dari Independent via Kompas.com, Senin (3/3/2025), Sun memulai pendakiannya pada 8 Februari 2025 di jalur Ao-Tai, bagian dari Pegunungan Qinling di Provinsi Shaanxi, China barat laut.

    Dua hari kemudian, setelah mencapai ketinggian 2.500 meter, ia kehilangan kontak dengan keluarganya akibat kehabisan daya ponsel.

    Terjebak dalam cuaca ekstrem, Sun berusaha mencari jalan keluar dengan mengikuti aliran sungai.

    Namun, medan yang sulit membuatnya jatuh berkali-kali hingga menyebabkan lengan kanannya patah.

    Untuk bertahan dari suhu dingin yang menusuk, ia berlindung di balik batu besar dan menggunakan daun kering sebagai alas tidur.

    Setelah sepuluh hari terisolasi di gunung, harapan datang ketika ia mencium bau asap dari api tim penyelamat.

    Sun segera berteriak meminta pertolongan hingga akhirnya ditemukan dan dievakuasi.

    ILUSTRASI PEGUNUNGAN – Potret wilayah pegunungan di lereng Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang (tribunjatim.com/Erwin Wicaksono)

    Jalur Ao-Tai sepanjang 170 km yang membentang di Pegunungan Taibai dengan ketinggian rata-rata 3.000 meter dikenal sebagai salah satu jalur pendakian paling berbahaya di China.

    Dalam dua dekade terakhir, lebih dari 50 pendaki dilaporkan hilang atau tewas di jalur ini.

    Pemerintah China telah menutup Ao-Tai bagi wisatawan sejak 2018, tetapi sejumlah pendaki tetap nekat mencoba jalur tersebut.

    Sun menjadi orang pertama yang berhasil diselamatkan setelah tersesat di Ao-Tai.

    “Saya tidak tahu kalau Ao-Tai dilarang. Saya ke sini hanya untuk menantang diri sendiri,” ujarnya setelah diselamatkan.

    “Setelah kejadian ini, saya sangat ketakutan. Ao-Tai benar-benar tidak cocok untuk pendakian karena cuacanya sangat ekstrem dan tidak ada pemandangan indah.”

    “Saya ingin mengingatkan semua orang agar tidak mencoba jalur ini karena nyawa jauh lebih berharga,” tambahnya.

    Proses penyelamatan Sun melibatkan lebih dari 30 orang dan diperkirakan menghabiskan biaya sekitar 80.000 yuan (Rp 181 juta), yang sepenuhnya ditanggung oleh keluarganya. 

    Di Indonesia sendiri tengah viral kisah dua pendaki perempuan yang meninggal dunia karena mengalami hipotermia di pegunungan Carstenz.

    Kepastian tentang kabar duka ini diunggah oleh pihak PT Tropis Cartenz Jaya, selaku operator dalam akun Instagram mereka, Minggu (2/3/2025).

    Disebutkan, kedua wanita pendaki itu tewas dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz Pyramid menuju Base Camp Lembah Kuning.

    PT Tropis Cartenz Jaya mengenali mereka sebagai klien dari agen operator Indonesian Expeditions, yang telah berhasil mencapai puncak setinggi 4.884 mdpl pada Jumat (28/2/2025). 

    Hingga berita ini ditayangkan, Kompas.com masih berupaya mendapatkan keterangan resmi mengenai peristiwa ini, dari otoritas terkait.

    Informasi tak resmi yang diterima Kompas.com menyebutkan, Lilie dan Elsa pada saat perjalanan turun dari Puncak Cartenz mengalami hypotermia.

    Ada pula tiga pendaki lain yang selamat dan terjebak, lalu terpaksa bermalam di area dekat puncak hingga tim rescue datang.

    Lilie dan Elsa dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh guide dan rekan-rekannya di basecamp yang sempat naik membantu proses evakuasi.

    Lilie Wijayanti Poegiono adalah perempuan kelahiran Malang, 2 Oktober 1965, dan berdomisili di Desa Cigereleng, Kecamatan Regol, Bandung Jawa Barat.

    Sedangkan Elsa Laksono adalah perempuan, kelahiran Malang, 24 Juli 1965, yang beralamat di Tebet Timur, Jakarta Selatan.

    Selain itu, dalam informasi yang beredar juga disebutkan tiga nama pendaki yang selamat, yakni Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni. Ketiganya disebut mengalami hypotermia akibat cuaca buruk.

    Hingga akhirnya menurut informasi, cuaca buruk yang meliputi hujan salju, hujan deras, dan angin kencang menjadi penyebab utama insiden itu.

    PENDAKI MENINGGAL DUNIA – Dua orang pendaki puncak Carstensz, Papua, meninggal dunia. Salah satunya adalah Lilie Wijayati, seorang desainer asal Bandung, Jawa Barat. Kedu pendaki ini diketahui merupakan rombongan artis Fiersa Besari. (Dok Tribun Palu dan Tribun Papua)

    Sementara itu, tiga pendaki lainnya, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni, berhasil selamat meskipun mengalami Hipotermia.

    Tiga pendaki yang selamat terjebak dan terpaksa bermalam di area dekat puncak hingga besoknya tim rescue datang.

    2 Pendaki meninggal dunia adalah Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono), kedua korban dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh guide dan rekan-rekan di Basecamp yang langsung kembali naik untuk membantu proses evakuasi.

    Proses evakuasi dilakukan oleh pemandu dan rekan-rekan di basecamp yang langsung naik ke lokasi untuk membantu.

    Kelimanya tergabung dalam rombongan pendaki berjumlah 20 orang.

    Rombongan itu terdiri dari lima pemandu, tujuh WNI dan enam WNA dan dua pendaki Taman Nasional Lorentz.

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Suasana Pasar Takjil Jalan Surabaya Kota Malang, Diburu Warga dan Jadi Sasaran Mahasiswa

    Suasana Pasar Takjil Jalan Surabaya Kota Malang, Diburu Warga dan Jadi Sasaran Mahasiswa

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Purwanto

    TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Bulan ramadan memang menjadi momen paling dinanti bagi warga. 

    Salah satunya yakni mencari takjil atau makanan untuk berbuka puasa. 

    Salah satu yang ramai untuk berburu takjil saat ramadan yakni di Pasar Takjil Jalan Surabaya, Kota Malang. 

    Sejak, Senin (3/3/2024) sore nampak para pedang sudah menjajakan jualannya mulai dari makanan berat hingga camilan. 

    Dari pantauan Tribun Jatim Network, nampak para pedagang menjual makanan seperti jajanan kekinian seperti takoyaki, maklor, salad buah, dimsum, juga ada jajanan tradisional. 

    Tidak ketinggalan berbagai minuman mulai dari es buah hingga berbagai macam teh maupun minuman segar lainnya. 

    Meski sangat ramai dan cenderung macet, tidak menghalangi sejumlah mahasiswa untuk berburu takjil. 

    Zeni Zahra Ramadhani salah satu mahasiswa nampak senang berburu makanan takjil di Jalan Surabaya Kota Malang. 

    “Sangat senang mas, ramai-ramai sama teman-taman. Tadi beli makanan mendoan, ada minuman es juga,” terang mahasiswa jurusan Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang itu. 

    Zahra panggilan akrabnya mengaku jika membeli takjil di Malang baru pertama kali. 

    “Ini baru pertama kali saya merasakan ramadan di Kota Malang. Senang sekali kan banyak teman-teman juga. Tadi juga banyak sekali mahasiswa yang berburu takjil di sini (Jalan Surabaya),” terang wanita asli Jakarta. 

    “Harganya juga terjangkau, murah kok,” tambahnya. 

    Selain di Jalan Surabaya, pasar takjil di Kota Malang juga ada di sejumlah tempat seperti di Soekarno Hatta, Mergosono, Kedungkandang, hingga di Sukun.

  • Pantas Pengeluaran Ghazyendha 1 Bulan Rp1,2 M, Anak Kapolda Viral Pamer Kemewahan, Ternyata Dirut

    Pantas Pengeluaran Ghazyendha 1 Bulan Rp1,2 M, Anak Kapolda Viral Pamer Kemewahan, Ternyata Dirut

    TRIBUNJATIM.COM – Gaya hidup mewah Ghazyendha Aditya Pratama, viral di media sosial. 

    Anak pertama Kapolda Kalimantan Selatan (Kalsel), Irjen Rosyanto Yudha Hermawan tersebut diketahui kerap memamerkan gaya hidup mewah di media sosial pribadinya. 

    Mulai dari pamer naik jet pribadi hingga pengeluarannya satu bulan yang mencapai Rp1,2 Miliar. 

    Gaya hidup mewah Ghazyendha ini disorot karena sosok sebagai anak Kapolda. 

    Mengingat saat ini pemerintah, termasuk Presiden Prabowo Subianto, tengah menginstruksikan agar Aparatur Sipil Negara (ASN), Polri, dan TNI untuk menghemat anggaran, seiring dengan upaya efisiensi di berbagai sektor.

    Tindakan anak Kapolda Kalimantan Selatan yang jauh dari kesan efisiensi anggaran ini pun membuat warganet mempertanyakan sumber kekayaannya, terutama karena gaji seorang kapolda dengan pangkat Irjen seperti ayahnya jauh dari mencukupi untuk membiayai gaya hidup mewah tersebut.

    Usai viral, dalam waktu yang singkat, ia menghapus akun-akun media sosialnya, termasuk Instagram, Twitter, dan TikTok, yang sebelumnya sering menampilkan berbagai unggahan tentang kehidupannya yang mewah.

    Sosok dan karier Ghazyendha pun jadi bulan-bulanan warganet alias netizen. 

    Kini diketahui, Ghazyendha ternyata memiliki karier yang cukup signifikan di dunia bisnis.

    Ia saat ini menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) di PT Tunggal Utama Lestari, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan tambang batu bara. Perusahaan tersebut berlokasi di Kelumpang Hilir, Kota Baru, Kalimantan Selatan.

    ternyata memiliki karier yang cukup signifikan di dunia bisnis.

    Ia saat ini menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) di PT Tunggal Utama Lestari, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan tambang batu bara. Perusahaan tersebut berlokasi di Kelumpang Hilir, Kota Baru, Kalimantan Selatan.

    Meskipun Ghazyendha belum memberikan keterangan resmi mengenai sumber kekayaannya, warganet tak berhenti bertanya-tanya mengenai keberhasilan dan kekayaan yang dimilikinya, mengingat latar belakang ayahnya sebagai seorang perwira tinggi Polri gajinya jauh dari mencukupi untuk membiayai gaya hidup mewah.

    GHAZYENDHA VIRAL,- Jabatan mentereng Ghazyendha Aditya, Anak Kapolda Kalsel Rosyanto Yudha di perusahaan konstruksi. (Dok Polda Kalsel / Facebook via TribunJateng)

    Sosok dan biodata Ghazyendha

    Ghazyendha Aditya Pratama, lahir dari pasangan Irjen Rosyanto Yudha Hermawan dan Yeni Susanty, S.E., M.M., M.H..

    Diketahui, Ghazyendha pernah menempuh pendidikan di beberapa universitas ternama di Indonesia.

    Ia mengenyam pendidikan di Universitas Megou Pak Tulang Bawang Lampung pada 2016.

    Di universitas tersebut ia mengambil jurusan Manajemen dan lulus pada periode 2019/2020.

    Selain itu, Ghazyendha juga pernah kuliah di Universitas Pelita Harapan (UPH).

    Dia mengambil jurusan S-1 Hukum, namun memutuskan untuk mengundurkan diri pada semester ganjil tahun 2024/2025.

    Sorotan publik terhadap gaya hidup Ghazyendha ini tentunya membawa dampak besar, terutama mengenai kejelasan mengenai sumber-sumber pendapatan yang mendukung gaya hidup tersebut.

    Meskipun demikian, hingga kini belum ada penjelasan lebih lanjut dari pihak Ghazyendha atau keluarganya mengenai asal-usul kekayaan mereka. 

    GHAZYENDHA VIRAL,- Jabatan mentereng Ghazyendha Aditya, Anak Kapolda Kalsel Rosyanto Yudha di perusahaan konstruksi. (X/@911ofmysoul)

    Sosok dan Rekam Jejak Irjen Rosyanto Yudha Hermawan

    Irjen Rosyanto Yudha Hermawan, yang lahir pada 26 Februari 1970, memiliki karier yang cukup panjang di Kepolisian Republik Indonesia.

    Irjen Rosyanto Yudha memiliki nama lengkap Irjen Pol. Rosyanto Yudha Hermawan, S.H., S.I.K., M.H. 

    Ia merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1992 dan berpengalaman di bidang reserse.

    Beberapa jabatan penting yang pernah ia emban antara lain Kasat I Ditreskrim Polda Gorontalo, Kapolres Kotabaru, hingga Wakapolda Kalimantan Selatan sebelum akhirnya dilantik sebagai Kapolda Kalimantan Selatan pada 11 November 2024.

    Selain riwayat pendidikannya di Akpol, ia juga menempuh pendidikan di PTIK dan SESPIMTI pada tahun 2017, serta memiliki berbagai pengalaman dalam jabatan strategis lainnya di tubuh Polri.

    Meskipun demikian, hingga kini, penghasilan dan harta kekayaan Irjen Rosyanto Yudha Hermawan masih menjadi teka-teki.

    Hal ini tentu saja menambah sorotan terhadap sosok yang kini memimpin kepolisian di Kalimantan Selatan.

    Irjen Rosyanto Yudha Hermawan diketahui juga sudah malang melintang di dalam kepolisian tanah air.

    Berbagai jabatan strategis di Korps Bhayangkara sudah pernah diembannya.

    Yudha tercatat pernah mengemban jabatan sebagai Kasat I Ditreskrim Polda Gorontalo.

    Kariernya makin moncer setelah ia menjabat sebagai Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Kotabaru pada tahun 2011.

    KARIER ROSYANTO YUDHA,- Jejak karier Rosyanto Yudha, Kapolda Kalsesl yang anaknya viral karena doyan pamer kemewahan naik jet pribadi, padahal gajinya cuma Rp5,5 juta. (Dok Polda Kalsel)

    Jejak Karier

    Berikut daftar jabatan yang pernah diemban oleh Irjen Rosyanto Yudha Hermawan :

    Kasat I Ditreskrim Polda Gorontalo

    Kapolres Kotabaru (2011)

    Kabidpropam Polda Kalsel (2013)

    Dirreskrimsus Polda Kaltim

    Analis Kebijakan Madya Bidang Pidter Bareskrim Polri (Dlm rangka Dik Sespimti Polri Dikreg ke-26 TA 2017) (2016)

    Wakapolda Sulawesi Tenggara (2019)

    Wadirtipidkor Bareskrim Polri (2019)

    Auditor Kepolisian Madya Tk. I Itwasum Polri (2020)

    Irbidjemenlog Itwil V Itwasum Polri (2020)

    Wakapolda Kalimantan Selatan (2022)

    Kapolda Kalimantan Selatan (2024)

    Berita Viral lainnya

  • Copet di Pasar Takjil Kota Malang Ditangkap Warga dan Polisi, Sasar Tas Warga yang Terbuka

    Copet di Pasar Takjil Kota Malang Ditangkap Warga dan Polisi, Sasar Tas Warga yang Terbuka

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Kukuh Kurniawan

    TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Moch Kholik (34), warga Jalan Muharto V Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang Kota Malang ditangkap warga dan polisi.

     Pasalnya, ia ketahuan beraksi mencopet di Pasar Takjil Jalan Surabaya Kecamatan Klojen.

    Kasi Humas Polresta Malang Kota, Ipda Yudi Risdiyanto mengatakan, aksi pencopetan itu terjadi pada Sabtu (1/3/2025) sekira pukul 17.30 WIB.

    “Jadi, pelaku ini menyasar ke korban yang bernama Rihan. Saat itu korban sedang belanja takjil, dan merasa tas selempangnya telah diraba dari belakang,” ujarnya kepada TribunJatim.com, Senin (3/3/2025).

    Seketika, korban langsung menoleh ke belakang. Ternyata, ada seorang pria yang merupakan pelaku sudah memegang ponsel korban berupa iPhone 7+ berwarna emas.

    Seketika itu, korban langsung memegang pelaku dan merebut kembali ponsel miliknya.

    Warga yang mengetahui kejadian tersebut, segera mengamankan pelaku Kholik ke area parkir.

    Selanjutnya, Unit Reskrim Polsek Klojen segera mendatangi lokasi dan meminta keterangan dari pelaku.

    “Dari pengakuannya, ternyata ia tidak beraksi sendirian. Melainkan diajak oleh temannya berinisial F, untuk beraksi mencopet di pasar takjil,” tambahnya.

    Untuk modus yang dilakukan, mereka mencari sasaran pengunjung pasar takjil yang membawa tas terbuka. Melihat kondisi seperti itu, pelaku langsung melancarkan aksinya.

    “Namun dalam kejadian ini, sebelum memyerahkan HP curiannya ke rekannya, aksinya dipergoki oleh korban,” imbuhnya.

    Saat ini, tersangka Kholik telah ditahan di Polsek Klojen. Sedangkan untuk temannya yang berinisial F, masih dilakukan pengejaran.

    “Tersangka kami kenakan dengan Pasal 363 atau Pasal 362 KUHP Tentang Pencurian. Dan ternyata, tersangka Kholik ini adalah residivis pada kasus yang sama dan telah menjalani hukuman pada 2023 lalu,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan tersebut, Ipda Yudi Risdiyanto mengimbau kepada pengunjung pasar takjil. Untuk tetap selalu berhati-hati dan waspada terhadap barang bawaan.

    “Kami mengimbau kepada masyarakat, pastikan barang berharga ditaruh di tempat yang aman. Apabila membawa tas selempang, letakkan di  depan tepatnya di bagian dada, agar lebih mudah terawasi,” tandasnya. 

  • Akhir Tragis Lilie dan Elsa, 2 Sahabat yang Tewas Akibat Hipotermia saat Daki Puncak Carstensz – Halaman all

    Akhir Tragis Lilie dan Elsa, 2 Sahabat yang Tewas Akibat Hipotermia saat Daki Puncak Carstensz – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tragedi menimpa dua wanita pendaki, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, di Gunung Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

    Dua wanita bersahabat itu meninggal dunia akibat mengalami hipotermia atau Acute Mountain Sickness (AMS) saat perjalanan turun dari pendakian di puncak tertinggi di Indonesia, Carstensz Pyramid, pada Sabtu (1/3/2025).

    Sebagai informasi, Elsa berasal dari Malang, Jawa Timur (Jatim) lahir pada 24 Juli 1965, dan beralamat di Jalan KH Abdulah Safei, No 8, RT. 005 RW. 001, Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

    Sementara itu, Lilie juga lahir di Malang pada, 2 Oktober 1965 dan kini beralamat Jalan Moch Ramdhan Nomor 63C, RT 002, RW 001 Cigereleng Regol Bandung, Jawa Barat (Jabar).

    Lilie dan Elsa bersahabat sejak duduk di bangku SMP saat masih di Malang.

    Suami Lilie, Frigard H (68), mengatakan, mendaki Puncak Carstensz merupakan cita-cita istrinya yang belum tercapai.  

    “Dia memang sebelumnya sempat meminta izin ke saya. Izinnya sudah lama, sebetulnya, karena memang naik ke Puncak Carstensz merupakan cita-citanya yang belum tercapai. Akhirnya, saya perbolehkan,” kata Frigard saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Regol, Kota Bandung, Minggu (2/3/2025), dilansir TribunJabar.id.

    Lilie mempersiapkan diri sejak tahun lalu dengan latihan pendakian di Citatah, Bandung Barat. Bahkan, saat itu Frigard sendirilah yang mengantar Lilie berlatih.

    Menurut Frigard, Lilie sudah memiliki kemampuan dan perlengkapan yang memadai untuk pendakian tersebut.

    Frigard menyebutkan, Lilie berangkat atau pamit untuk pergi mendaki pada Minggu (23/2/2025). Lilie pun berangkat dari rumahnya sejak Sabtu (22/2/2025).

    “Saya lihatnya latihannya oke dan peralatannya juga sudah oke, hingga kemampuannya cukup. Akhirnya, ya, saya katakan, silakan (mengizinkan),” sebut Frigard.

    Frigard mengatakan, mendaki memang sudah menjadi hobi sang istri sejak SMA. Terlebih, saat pergi ke Carstensz itu bersama teman-teman sekolahnya yang memiliki hobi hiking.

    Namun nahas, Lilie dikabarkan tewas bersama sahabatnya, Elsa saat mendaki di Puncak Carstensz.

    Lilie meninggalkan suami dan dua anak lelaki.

    Jasad Lilie dan Elsa kabarnya telah dipulangkan ke kampung halaman mereka masing-masing pada Senin (3/3/2025). 

    Proses pemulangan ini dilakukan setelah kedua jenazah dua pendaki wanita itu berhasil dievakuasi dari Puncak Carstensz.

    Jasad Elsa dievakuasi pada Minggu (2/3/2025). Sedangkan, jasad Lilie Wijayanti Poegiono baru dievakuasi Senin pagi tadi.

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengatakan dua jenazah telah dipulangkan ke kampung halaman setelah disemayamkan di RSUD Mimika.

    “Benar pesawat sudah terbang tadi pukul 10.45 WIT ke Jakarta,” ujar Hildario, Senin, dilansir Tribun-Papua.com.

    Berdasarkan informasi yang diterima, tragedi ini terjadi pada Sabtu (1/3/2025) sekitar pukul 22.30 WIT.

    Lilie dan Elsa melakukan pendakian bersama dengan tiga pendaki WNI lainnya yang dikabarkan selamat, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.

    Saat itu cuaca sangat buruk yang mana turun hujan salju, hujan deras, dan angin kencang, sehingga para pendaki tersebut mengalami hipotermia.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Tragedi Puncak Cartenz, Jenazah Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono Dipulangkan dari Timika ke Jakarta

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Tribun-Papua.com/Marselinus Labu Lela) (TribunJabar.id/Muhamad Nandri Prilatama)

  • Kondisi Terkini di Jalur Piket Nol, Bebatuan Bisa Dibersihkan, Jalan Lumajang-Malang Kembali Normal

    Kondisi Terkini di Jalur Piket Nol, Bebatuan Bisa Dibersihkan, Jalan Lumajang-Malang Kembali Normal

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Erwin Wicaksono

    TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG – Setelah beberapa hari tertutup karena tanah longsor, jalur Piket Nol KM 57, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kini bisa kembali dilalui dengan normal, Senin (3/3/2025).

    Kapolsek Candipuro, AKP Lugito menjelaskan seiring rampungnya proses pembersihan reruntuhan tanah longsor, arus lalu lintas dari Kabupaten Lumajang menuju Kabupaten Malang dapat dilalui oleh seluruh kendaraan.

    “Arus lalu lintas Malang-Lumajang kembali lancar. Kendaraan roda 2 maupun roda 4 bisa kembali melewati jalur Piket Nol,” ujar Lugito ketika dikonfirmasi.

    Kendati jalur kembali dapat diakses dengan normal, Lugito meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai karakter jalur Pikel Nol yang rawan longsor.

    Ia berpesan kepada masyarakat agar menghindari sejenak menempuh jalur Piket Nol saat cuaca sedang buruk. Maupun cuaca setelah hujan deras.

    Apalagi, kejadian longsor terbaru terjadi pada saat cuaca sedang cerah. Dugaan kondisi tanah labil di perbukitan sepanjang jalur Piket Nol pun menguat.

    “Kami menghimbau masyarakat agar selalu waspada ketika berkendara di jalur piket nol untuk selruh pengendara baik roda 2 maupun roda 4,” ucap Lugito.

    Sementara itu, Petugas Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang, Ayon menuturkan jika upaya pembersihan bebatuan telah rampung pada Minggu (2/3/2025) sore. Alat berat breaker berhasil memecah bebatuan dan mengevakuasinya menjauh dari badan jalan.

    “Sudah rampung, dengan alat yang ada kami bisa membersihkan puing-puing tanah longsor termasuk bebatuan besar yang sempat menutupi jalan,” jelas Ayon.

  • Sosok Elsa Laksono Sahabat Lilie, Pendaki Wanita Meninggal di Gunung Cartenz, Tinggal di Klinik Gigi

    Sosok Elsa Laksono Sahabat Lilie, Pendaki Wanita Meninggal di Gunung Cartenz, Tinggal di Klinik Gigi

    TRIBUNJATIM.COM – Berikut ini sosok Elsa Laksono, pendaki wanita yang meninggal di Gunung Cartenz.

    Mendiang Elsa Laksono ternyata memiliki klinik gigi di Jakarta.

    Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal saat melakukan pendakian di Gunung Cartenz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (1/3/2025).

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau hipotermia saat turun dari puncak.

    Jenazah Elsa dievakuasi pada Minggu (2/3/2025), sedangkan Lilie dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Jenazah keduanya telah tiba di Jakarta setelah diterbangkan dari Timika menggunakan Lion Air.

    Kedua korban merupakan lulusan SMA Katolik Santo Albertus Malang (SMA Dempo) tahun 1984.

    Persahabatan keduanya berlanjut dengan bergabung ke Komunitas Pendaki Lansia Kura-Kura Gunung (KKG).

    Elsa Laksono tinggal di sebuah ruko di Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

    Ruko tersebut dijadikan klinik gigi dengan nama Radiant Dental Care.

    Salah satu karyawan, Yanto, menjelaskan Elsa dan suaminya, drg. Andi Mulia Halim sehari-hari tidur di ruko.

    “Ini klinik. Rumah Ibu (Elsa) di sini. Tempat kerjanya di sini,” bebernya, Senin.

    Para karyawan menutup klinik dan bersiap menyambut kedatangan jenazah Elsa Laksono.

    Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignasius Benny Ady Prabowo, menjelaskan kedua korban termasuk bagian tim pendakian yang terdiri dari 10 orang.

    Mereka terbang dari Bandara Timika menuju Yellow Valley menggunakan helikopter milik PT Komala Indonesia pada Rabu (26/2/2025) pukul 07.00 WIT.

    Para pendaki mulai menyeberangi jembatan Tyrollean pada Jumat (28/2/2025).

    EVAKUASI JENAZAH – Jenazah Lilie Wijayanti Poegiono, perempuan pendaki puncak Gunung Cartenz Pyramid akhirnya dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Senin (3/3/2025) dan foto peti jenazah korban pendaki Puncak Gunung Cartenz Pyramid bernama, Elsa Laksono di RSUD Mimika, Minggu (2/3/2025). (Tribun Papua/Istimewa/Marsel)

    Seluruh pendaki dapat mencapai puncak dan mulai mengalami gejala hipotermia saat turun.

    Pendaki bernama Nurhuda tiba di basecamp sendirian untuk meminta bantuan ada rekannya yang terkena hipotermia.

    Guide bernama Yustinus Sondegau langsung melakukan upaya bantuan sambil membawa sleeping bag, fly sheet, air panas, dan radio.

    “Nahasnya, pendaki Octries menginformasikan ke pendaki Deshir bahwa dua orang ibu-ibu (Lilie dan Elsa) yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia,” lanjutnya.

    Kedua jenazah sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika untuk dimandikan. 

    Kini, jenazah kedua sahabat itu telah diterbangkan ke Jakarta pada Senin (3/3/2025) sekitar pukul 10.45 WIT. 

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, menerangkan jenazah telah tiba di Jakarta.

    “Benar, kedua jenazah, baik Lilie dan Elsa, telah diterbangkan ke Jakarta. Usai dimandikan dan disemayamkan sebentar, lalu dikirimkan menggunakan pesawat Lion Air tujuan Jakarta,” tukasnya.

    Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

  • Sosok Elsa Laksono, Pendaki Wanita yang Meninggal di Gunung Cartenz, Punya Klinik Gigi di Jakarta – Halaman all

    Sosok Elsa Laksono, Pendaki Wanita yang Meninggal di Gunung Cartenz, Punya Klinik Gigi di Jakarta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal saat melakukan pendakian di Gunung Cartenz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (1/3/2025).

    Mereka mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) atau hipotermia saat turun dari puncak.

    Jenazah Elsa dievakuasi pada Minggu (2/3/2025), sedangkan Lilie dievakuasi pada Senin (3/3/2025).

    Jenazah keduanya telah tiba di Jakarta setelah diterbangkan dari Timika menggunakan Lion Air.

    Kedua korban merupakan lulusan SMA Katolik Santo Albertus Malang (SMA Dempo) tahun 1984.

    Persahabatan keduanya berlanjut dengan bergabung ke Komunitas Pendaki Lansia Kura-Kura Gunung (KKG). 

    Elsa Laksono tinggal di sebuah ruko di Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

    Ruko tersebut dijadikan klinik gigi dengan nama Radiant Dental Care.

    Salah satu karyawan, Yanto, menjelaskan Elsa dan suaminya, drg. Andi Mulia Halim sehari-hari tidur di ruko.

    “Ini klinik. Rumah Ibu (Elsa) di sini. Tempat kerjanya di sini,” bebernya, Senin.

    Para karyawan menutup klinik dan bersiap menyambut kedatangan jenazah Elsa Laksono.

    Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignasius Benny Ady Prabowo, menjelaskan kedua korban termasuk bagian tim pendakian yang terdiri dari 10 orang.

    Mereka terbang dari Bandara Timika menuju Yellow Valley menggunakan helikopter milik PT Komala Indonesia pada Rabu (26/2/2025) pukul 07.00 WIT.

    Para pendaki mulai menyeberangi jembatan Tyrollean pada Jumat (28/2/2025).

    Seluruh pendaki dapat mencapai puncak dan mulai mengalami gejala hipotermia saat turun.

    Pendaki bernama Nurhuda tiba di basecamp sendirian untuk meminta bantuan ada rekannya yang terkena hipotermia.

    Guide bernama Yustinus Sondegau langsung melakukan upaya bantuan sambil membawa sleeping bag, fly sheet, air panas, dan radio.

    “Nahasnya, pendaki Octries menginformasikan ke pendaki Deshir bahwa dua orang ibu-ibu (Lilie dan Elsa) yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia,” lanjutnya.

    Kedua jenazah sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika untuk dimandikan. 

    Kini, jenazah kedua sahabat itu telah diterbangkan ke Jakarta pada Senin (3/3/2025) sekitar pukul 10.45 WIT. 

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, menerangkan jenazah telah tiba di Jakarta.

    “Benar, kedua jenazah, baik Lilie dan Elsa, telah diterbangkan ke Jakarta. Usai dimandikan dan disemayamkan sebentar, lalu dikirimkan menggunakan pesawat Lion Air tujuan Jakarta,” tukasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunPapua.com dengan judul BREAKING NEWS: Jenazah Pendaki Puncak Cartenz Pyramid Papua, Lilie Wijayanti Dievakuasi ke Timika

    (Tribunnews.com/Mohay/Ibriza) (TribunPapua.com/Marselinus Labu Lela) (Kompas.com/Robertus Yewen)