kab/kota: Magetan

  • DPRD Magetan Pertanyakan Realisasi Pengadaan Tanah Telaga Wahyu dan Sarangan Rp17 M

    DPRD Magetan Pertanyakan Realisasi Pengadaan Tanah Telaga Wahyu dan Sarangan Rp17 M

    Magetan (beritajatim.com) – Juru Bicara Badan Anggaran (Banggar) DPRD Magetan, Didik Haryono, menyampaikan kekhawatirannya terkait belum terealisasinya pengadaan tanah di sekitar Telaga Wahyu, meski anggaran sebesar Rp10 miliar dan Rp7 Miliar di Telaga Sarangan telah dialokasikan dalam perubahan APBD 2024.

    Hal ini diungkapkan Didik usai menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Magetan.

    Menurut Didik, tahapan pengadaan tanah telah selesai dilakukan, mulai dari penentuan batas, komunikasi dengan pemilik lahan, hingga appraisal. Namun hingga saat ini, proses tersebut belum berlanjut ke tahap realisasi.

    “Kami ingin menanyakan mengapa belum terealisasi, sementara waktu untuk pencairan keuangan sangat terbatas. Bagian Keuangan menyebutkan batas pencairan terakhir adalah 27 Desember 2024,” ujar Didik usai RDP dengan sejumlah OPD di Ruang Banggar Magetan, Selasa (24/12/2024).

    Banggar DPRD Magetan menilai percepatan realisasi program ini sangat penting, mengingat pengadaan tanah tersebut merupakan bagian dari pengembangan sektor pariwisata di Telaga Wahyu.

    “Pengembangan wisata ini tidak hanya berbicara soal investasi jangka pendek, tetapi juga investasi jangka panjang yang tidak bisa langsung diukur dari sisi pengembalian ekonominya,” jelas Didik.

    Selain itu, ia menyoroti pentingnya peran Dinas Pariwisata sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pemanfaatan lahan. Hingga kini, Dinas Pariwisata belum memiliki grand desain terbaru terkait pengembangan Telaga Wahyu.

    Desain yang digunakan saat ini dibuat pada 2016 dan dinilai sudah tidak relevan dengan kebutuhan dan kondisi terkini.

    “Kami berharap, setelah pengadaan tanah selesai, Dinas Pariwisata segera membuat grand desain baru yang lebih modern dan sesuai dengan tren wisata saat ini. Jangan sampai tanah yang sudah dibeli justru tidak termanfaatkan secara optimal. Hal ini akan menghambat pengembangan Telaga Wahyu sebagai destinasi wisata unggulan Magetan,” imbuhnya.

    Pengembangan wisata di Telaga Wahyu dipandang sebagai langkah strategis untuk menambah daya tarik wisata Magetan. Namun, Didik mengingatkan bahwa nilai tambah dari pengembangan ini harus jelas, baik dari sisi estetika maupun ekonomi.

    “Kalau tidak ada nilai tambah yang memikat wisatawan, maka investasi ini akan sia-sia,” tegasnya.

    DPRD Magetan melalui Banggar menekankan komitmennya untuk mendorong percepatan program ini agar manfaatnya dapat segera dirasakan oleh masyarakat dan mendukung Magetan sebagai kota wisata yang lebih kompetitif. [fiq/suf]

  • Kadisdik Jatim Buka Suara Terkait Pemanggilan oleh Kejari Ponorogo

    Kadisdik Jatim Buka Suara Terkait Pemanggilan oleh Kejari Ponorogo

    Surabaya (beritajatim.com) – Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Jatim, Aries Agung Paewai buka suara terkait pemanggilan dirinya oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo.

    Aries akan diperiksa sebagai saksi dalam perkara dugaan tindak pidana tentang penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun Anggaran 2019-2024. Panggilan pertama, Aries masih belum memenuhi panggilan alias mangkir.

    “Saya dipanggil jadi saksi kok. Nanti saya akan jelaskan saja kepada mereka langsung. Padahal BOS itu tidak ada kaitannya dengan dinas pendidikan (Disdik Jatim), anggaran BOS langsung ke sekolah-sekolah,” ujar Aries saat dikonfirmasi beritajatim.com, Selasa (24/12/2024).

    Diberitakan sebelumnya, Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo akan memanggil kembali Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai.

    “Iya benar pernah ada pemanggilan, tetapi yang bersangkutan tidak hadir. Karena tidak hadir, pasti ada panggilan yang kedua,” kata Kasie Intel Kejari Ponorogo, Agung Riyadi, Senin (23/12/2024).

    Sejatinya, Kepala Dindik Jatim Aries Agung Paewai, mendapatkan panggilan dari Kejari Ponorogo pada hari Rabu, 4 Desember 2024 lalu. Namun, yang bersangkutan waktu itu mangkir. Padahal, saat itu tidak hanya dirinya yang dipanggil untuk dimintai keterangan sebagai saksi.

    Ada dua mantan Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Jawa Timur (Jatim) wilayah Ponorogo-Magetan yang diperiksa, yakni Nurhadi Hanuri, yang menjabat sebagai Kepala Cabdindik Jatim wilayah Ponorogo periode 2020-2022 dan Lena, yang menjabat Kepala Cabdindik Jatim wilayah Ponorogo periode 2022-2023.

    Ketidakhadiran Kepala Dindik Jatim dalam pemanggilan pertama oleh Kejari Ponorogo itu, kata Agung, yang bersangkutan beralasan ada pelantikan pejabat di provinsi. Sehingga, waktu itu Kepala Dindik Jatim tersebut, belum bisa hadir untuk memenuhi panggilannya sebagai saksi dalam dugaan kasus rasuah yang menggemparkan dunia pendidikan di Bumi Reog tersebut.

    “Kemarin itu alasannya belum bisa hadir, karena ada pelantikan pejabat di provinsi. Untuk pastinya kapan panggilan kedua-red), belum bisa saya jelaskan,” katanya.

    Untuk diketahui sebelumnya, dalam upaya pengungkapan dugaan kasus korupsi di SMK PGRI 2 Ponorogo ini, Kejari Ponorogo telah menyita 13 kendaraan. Barang bukti tersebut terdiri dari 10 unit bus dan 3 unit mobil. Penyitaan dilakukan setelah pemeriksaan terhadap 16 saksi yang diduga mengetahui aliran dana BOS SMK PGRI 2 Ponorogo. Kejari Ponorogo memastikan akan terus mengusut kasus ini hingga tuntas demi menegakkan keadilan.

    “Nanti kalau ada perkembangan tentu akan kami kabari,” tutup Agung. (tok/but)

  • Makan Bergizi Gratis di Magetan Bakal Sasar Ribuan Anak di 19 Sekolah

    Makan Bergizi Gratis di Magetan Bakal Sasar Ribuan Anak di 19 Sekolah

    Magetan (beritajatim.com) – Komandan Kodim 0804/Magetan, Letkol Inf Hasan Dasuki, memperkenalkan inovasi baru berupa pembentukan dapur umum yang diberi nama Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG). SPPG ini menjadi salah satu terobosan penting untuk mendukung pemenuhan gizi bagi anak-anak sekolah di wilayah Kabupaten Magetan.

    Menurut Letkol Inf Hasan Dasuki, SPPG resmi berdiri sejak Januari dengan tujuan utama menyediakan makanan bergizi bagi 3.000 anak sekolah setiap harinya.

    “Dalam operasionalnya, SPPG dipimpin oleh seorang Kepala DPPG dengan dukungan tim yang telah dilatih untuk memastikan proses memasak, mengemas, hingga pengantaran makanan berjalan lancar,” jelas Hasan, Selasa (24/12/2024)

    SPPG melibatkan 47 tenaga kerja yang berasal dari masyarakat umum di sekitar lokasi dapur umum. Mereka bertugas sesuai dengan pembagian tanggung jawab, mulai dari memasak, mencuci peralatan, hingga distribusi. Sasaran dari program ini adalah siswa-siswi di 19 sekolah, mulai dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK.

    “Saat ini SPPG masih disiapkan, lokasinya di Jalan S Parman, di kawasan Asrama Kodim Magetan, masuk Kelurahan Tambran, Magetan,” katanya.

    Pj Bupati Magetan, Nizhamul Arifin, mengungkapkan bahwa pemerintah kabupaten siap mendukung penuh program ini.

    “Kami dari Pemkab Magetan sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp6 miliar untuk mendukung keberlangsungan program ini. Jika ada kendala terkait anggaran dari pemerintah pusat, Pemkab siap membackup,” ujar Nizhamul.

    Kehadiran SPPG ini diharapkan dapat menjadi solusi nyata dalam mengatasi permasalahan gizi anak-anak sekolah di Magetan, sekaligus mendukung generasi muda untuk tumbuh sehat dan produktif. [fiq/beq]

  • Profil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        24 Desember 2024

    Profil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Nasional 24 Desember 2024

    Profil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikabarkan menetapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
    Hasto Kristiyanto
    sebagai tersangka.
    Hasto disebut-sebut ditetapkan menjadi tersangka dalam perkara dugaan suap terhadap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait Pergantian antarwaktu (PAW).
    Perkara itu juga menjerat eks calon anggota legislatif (caleg) PDI-P, Harun Masiku yang sampai saat ini masih buron.
    “Betul, eksposenya minggu lalu,” kata sumber
    Kompas.com
    saat dikonfirmasi, Selasa (24/12/2024).
    Sumber lain menyebutkan, surat perintah penyidikan (Sprindik) penetapan tersangka Hasto Kristiyanto diterbitkan Komisi Antirasuah dengan Nomor Sprin.Dik/153/DIK.00/01/12/2024 tanggal 23 Desember 2024.
    Dikonfirmasi terpisah, Juru Bicara KPK, Tessa Marardika mengaku belum mendapatkan informasi terkait penetapan tersangka Hasto Kristiyanto.
    “Saya akan coba cek terlebih dahulu infonya, bila ada
    update
    akan disampaikan ke rekan-rekan jurnalis,” ucap Tessa.
     
    Hasto Kristiyanto lahir di Yogyakarta pada 7 Juli 1966. Sejak masa remaja, ia telah menunjukkan minat besar pada dunia politik.
    Di bangku SMA Kolese de Britto Yogyakarta, Hasto gemar membaca buku-buku bertema politik. Kecintaannya pada politik terus berkembang sampai ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).
    Selama menjadi mahasiswa, Hasto aktif dalam berbagai organisasi. Ia pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM, sebuah posisi yang mencerminkan kepemimpinannya sejak usia muda.
    Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi pada 1991, Hasto memulai perjalanan karier di dunia bisnis dengan bergabung di PT Rekayasa Industri sebagai Project Manager, sebelum akhirnya menjabat Project Director di PT Prada Nusa Perkasa.
    Meski berkecimpung sebagai profesional di dunia bisnis, ketertarikan utama Hasto tetap pada dunia politik.
    Hasto memulai langkah politiknya di PDI Perjuangan pada 2002 sebagai Wakil Sekretaris Bidang Media Massa dan Penggalangan DPP PDIP. Karier politiknya terus menanjak.
    Pada Pemilu 2004, ia terpilih menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur yang meliputi Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek. Hasto kemudian ditempatkan di Komisi VI, menangani perdagangan, perindustrian, investasi, dan koperasi.
    Di internal partai, Hasto meniti karier sampai akhirnya dipercaya menggantikan Tjahjo Kumolo sebagai Sekjen PDI-P. Dalam kapasitas ini, ia menjadi salah satu tokoh penting yang menggerakkan roda organisasi partai.
    DPP PDI-P juga menyatakan masih mencari kejelasan mengenai kabar penetapan Hasto sebagai tersangka.
    Ketua DPP PDI-P Ronny Talapessy mengungkapkan, pihaknya belum menerima informasi resmi dan belum berkomunikasi langsung dengan Hasto.
    “Masih cari tahu kebenaran informasi ini. Nanti partai akan menyatakan sikap,” kata Ronny.
    Sementara itu, Juru Bicara PDI-P Chico Hakim menduga ada upaya politisasi hukum dalam perkara yang menyeret nama Hasto.
    “Sangat jelas ada upaya mengganggu PDI Perjuangan,” kata Chico.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Soal Kekerasan Kelompok Pemuda Magetan, DRPD: Tetap Dibina

    Soal Kekerasan Kelompok Pemuda Magetan, DRPD: Tetap Dibina

    Magetan (beritajatim.com) – Peristiwa kekerasan yang melibatkan sekelompok pemuda, diduga dari salah satu perguruan silat, terhadap dua anak di bawah umur di Magetan menjadi perhatian serius. Dua remaja mengalami luka sabetan benda tajam usai diserang sekelompok pemuda bermotor. Pun, Polres Magetan telah menangkap 8 orang pelaku.

    Sekretaris Komisi A DPRD Magetan, Didik Haryono, mengungkapkan keprihatinannya terkait kejadian tersebut, yang dianggap mencederai situasi kondusif yang selama ini terjaga di Magetan.

    Menurut Didik, momentum liburan sekolah menjadi waktu yang rawan bagi anak-anak dan remaja untuk terlibat dalam kegiatan negatif.

    “Setelah sekian puluh tahun Magetan adem ayem, tiba-tiba jelang liburan sekolah terjadi peristiwa seperti itu. Ini harus menjadi perhatian semua pihak,” ungkapnya, Senin (23/12/2024)

    Didik menekankan pentingnya pendekatan pembinaan dalam menyelesaikan persoalan ini. “Kami menghormati proses hukum sebagai bagian dari penegakan aturan, namun karena mayoritas yang terlibat adalah pelajar, pendekatan pembinaan harus lebih diutamakan. Ini bisa menjadi titik tolak untuk mencegah kenakalan remaja secara massal,” kata Legislator Partai Golkar itu.

    Dia berharap pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan pihak aparat keamanan dapat berkolaborasi dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak selama liburan. Langkah ini termasuk mengarahkan mereka ke kegiatan-kegiatan yang lebih positif.

    Dalam upaya pencegahan, Didik mengusulkan koordinasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk DPRD, TNI, Polri, serta kepala desa. Dia juga menyoroti pentingnya peran sekolah dalam mengawasi kegiatan para siswa selama liburan.

    “Sekolah dan orang tua harus lebih aktif melakukan kontrol terhadap anak-anak, terutama dalam hal aktivitas di media sosial yang kerap menjadi pemicu,” tambah pria alumni FISIP Unair itu.

    Selain itu, mantan Kades Soco ini meminta perhatian dari organisasi bela diri di Magetan, termasuk IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), untuk ikut serta mengedukasi anggotanya agar menyalurkan kemampuan mereka ke arah yang lebih positif.
    .

    “Pembinaan fisik dan mental melalui bela diri itu penting, tetapi harus diarahkan dengan baik agar tidak disalahgunakan,” jelas Didik.

    Untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa depan, Didik berharap liburan dapat dimanfaatkan sebagai momentum kegiatan yang membangun. Ia mengimbau seluruh pihak terkait untuk menyusun program yang mendorong kreativitas dan potensi positif para remaja.

    “Kami tidak hanya berbicara soal pencegahan, tetapi juga solusi jangka panjang untuk membentuk generasi muda yang lebih baik. Semua pihak, baik orang tua, guru, aparat, maupun organisasi, harus saling mendukung untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi anak-anak kita,” tutupnya.

    Dengan pendekatan komprehensif ini, dia mengharap kekerasan remaja di Magetan dapat dicegah, dan keharmonisan masyarakat tetap terjaga. [fiq/but]

  • 14 Tahun Guru SMP Tempuh Jarak 80 Km Demi Ngajar Tiap Hari, Jalan Kaki Lintas Provinsi usai Dimutasi

    14 Tahun Guru SMP Tempuh Jarak 80 Km Demi Ngajar Tiap Hari, Jalan Kaki Lintas Provinsi usai Dimutasi

    TRIBUNJATIM.COM –  Tengah viral di media sosial sosok guru SMP jalan kaki 15 km setelah dimutasi.

    Guru itu diketahui bernama Andrianto.

    Pria berusia 45 tahun itu viral setelah jalan kaki lintas provinsi.

    Itu semua adalah nazarnya jika berhasil dimutasi.

    Sudah 14 tahun ia tempuh jarak 80 km untuk mengajar.

    Dalam narasi yang beredar, guru yang berdomisili di Wonogiri, Jawa Tengah, seteiap hari menempuh jarak sekitar 80 kilometer untuk mengajar di Magetan, Jawa Timur.

    Andrianto mengaku kehilangan waktu untuk keluarganya karena harus menempuh total 4 jam perjalanan setiap harinya.

    Ia mengusahakan mutasi demi mendapatkan kesempatan mengajar di Wonogiri agar dekat dengan rumahnya.

    Dalam video viral, Andrianto tampak dilepas dengan haru oleh para rekan sejawat dan murid-muridnya.

    Andrianto mengajar di SMP Negeri 2 Plaosan, Kabupaten Magetan.

    Sedangkan rumahnya berada di Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

    Setiap harinya, ia mengendarai motor dengan jarak 80 kilometer selama 14 tahun mengajar.

    “Saya sudah 14 tahun di Magetan. Jarak dari rumah Tirtomoyo ke sekolah itu 70-80 km. Setiap hari naik motor, perjalanan 2 jam, berangkat setelah subuh jam 5 pagi, sampai sekolah jam 7,” jelasnya, dikutip dari Tribun Solo via TribunJabar.

    Selama belasan tahun ia sudah mengajukan beberapa kali mutasi agar dekat dengan keluarga dan bisa mendampingi anaknya.

    Apalagi, Andrianto juga sedang menunggu kelahiran anak ketiganya.

    “Orang bekerja kalau jauh dari keluarga itu kan setelah lama inginnya dekat dengan keluarga, anak saya juga butuh pendampingan,” ujarnya.

    Dia mengaku mulai mengajukan mutasi untuk pindah mengajar sejak tahun 2018 lalu.

    Namun, permohonan itu ditolak karena tidak ada guru yang menggantikan posisinya di SMP Negeri 2 Plaosan, Magetan.

    Ia pun tidak menyerah dan kembali mengajukan mutasi dan tidak disetujui karena regulasi posisi pengganti.

    “Kalau total mengajukan mutasi dari Magetan 3 kali, dari Wonogiri 2 kali. Jadi total 5 kali,” katanya.

    Bulan Juli 2024, pengajuan mutasinya mulai diterima karena saat itu ada guru yang akan menggantikan posisinya.

    “Setelah diterima berkasnya harus naik ke Gubernur, Kemendagri dan BKN alurnya. Lalu akhir Oktober dapat SK, di SK dinyatakan saya pindah per 1 November, itu jadi acuan secara birokrasi,” katanya.

    Andrianto menyampaikan, saat proses mutasinya berjalan, ia pernah bernazar di hadapan rekan-rekan guru.

    Ia mengatakan, akan berjalan kaki lintas provinsi Jawa Timur ke Jawa Tengah bila permohonan mutasinya disetujui.

    Aksi jalan kaki lintas provinsi dilakukannya dari SMP Negeri 2 Plaosan sampai ke Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Puhpelem. 

    Jaraknya kurang lebih 15 kilometer dan melintasi 8 desa.

    “Perjalanan 5 jam dari Puhpelem ke rumah lanjut menggunakan motor. Jadi jalan kaki dari Jawa Timur ke Jawa Tengah,” katanya.

     Nazar itu dilakoninya pada 31 Oktober 2024 lalu, tepat hari terakhir Andrianto mengajar di SMP Negeri 2 Plaosan.

    Video aksinya itu, ia unggah ke media sosial pada 1 November 2024.

    “Niatnya hanya berbagi rasa syukur, tidak ada niatan ingin viral. Luapan kegembiraan saja. Sekarang sudah lega,” kata Andrianto.

    Sebelumnya, Andrianto mengaku hampir putus asa dan berniat untuk resign demi mendampingi anak-anaknya.

    Karena ia harus menempuh 4 jam perjalanan untuk mengajar.

    “Perasaan lega karena saya sudah sampai mikir kalau tidak bisa (pindah) mau pensiun dini, mau resign saja mendampingi anak,” katanya.

    Saat ini lokasi mengajarnya dekat dengan lokasi istrinya mengajar. 

    Istrinya merupakan guru SD dan anak-anaknya juga bersekolah di tempat ia dan istrinya mengajar.

    “Sekarang jadi 1 lokasi (dekat). Kalau berangkat bareng-bareng. Sekarang jaraknya 3 km, kurang dari 10 menit, sebelumnya perjalanan 2 jam paling cepat,” pungkas Andrianto.

    Sebelumnya juga viral sosok guru Rahmayani, yang ajari warga baca Al Quran tanpa bayaran.

    Rahmayani merupakan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 3 Asahan.

    Ia mengabdikan waktu luangnya untuk mengajar Al Quran bagi warga Pulau Rakyat tua, Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan.

    Rahmayani mendirikan program belajar Al Quran gratis bagi masyarakat Desa Pulau Rakyat Tua.

    Tanpa pamrih, Rahmayani meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajarkan baca tulis Al Quran kepada siapa saja yang ingin belajar, dari anak-anak hingga orang dewasa.

    “Saya melihat banyak sekali masyarakat di sini yang ingin belajar Al-Qur’an, namun terkendala biaya dan akses. Maka dari itu, saya berinisiatif untuk membuat program belajar gratis ini,” ungkap Rahmayani di Pulau Rakyat, dilansir dari laman Kemenag via TribunJabar.

    Perjalanan Rahmayani dalam memberantas buta aksara Al Quran tidaklah mudah.

    Berbagai tantangan harus dihadapinya seperti keterbatasan saran dan prasarana.

    Akan tetapi, semua rintangan itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berbagi ilmu.

    “Awalnya, hanya ada beberapa orang yang tertarik untuk belajar. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah santri semakin bertambah. Ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk terus berjuang,” imbuhnya.

    Diketahui, Rahmayani menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif agar para santri tidak mudah bosan.

    Ia menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti papan tulis dan diagram ilmu tajwid sehingga bisa mempermudah pemahaman materi.

    “Saya berusaha membuat suasana belajar yang menyenangkan agar para santri tidak merasa terbebani. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah menyerap ilmu,” jelasnya.

    Program belajar Al Quran gratis yang digagas Rahmayani telah memberikan dampak positif yang sangat besar bagi masyarakat Desa Pulau Rakyat Tua.

    Kini, banyak warga yang sudah bisa membaca Al Quran dengan lancar.

    Seorang santri berna Keysa mengaku sangat bersyukur kini bisa membaca Al Quran semenjak belajar bersama Rahmayani.

    “Saya sangat bersyukur bisa belajar Al-Qur’an di sini. Dulu, saya tidak bisa membaca Al-Qur’an sama sekali. Sekarang, saya sudah bisa membaca surat-surat pendek,” ujar Keysa salah seorang santri.

    Program pengajaran Al Quran yang digagas Rahmayani ini pun diketahui oleh pimpinan MIN 3 Asahan, Tohiruddin Hasibuan, S.Pd., M.M.

    Ia sangat mengapresiasi kepada guru yang terus memberikan ilmu pengetahuan mereka tidak hanya di madrasah melainkan di lingkungan masyarakat.

    “Saya sangat bangga terhadap salah satu guru di madrasah kita, ibu Rahmayani telah menaburkan kebaikan dengan mengajar Al-Qur’an dirumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai kementerian agama dapat memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat di sekitar,” Ucapnya.

    Tohiruddin menambahkan, kegigihan Rahmayani dalam memberantas buta Al Quran perlu diapresiasi.

    Tindakannya itu sudah menginspirasi banyak orang untuk ikut serta dalam memajukan pendidikan agama di masyarakat.

    Rahmayani ternyata tidak hanya mengajar, ia aktif melakukan sosialisasi kepada orang tua murid tentang pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak.

    Ia mengajak orang tua untuk mendukung penuh program ini agar anak-anak mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang Qurani.

    Rahmayani berharap program Al Quran gratis yang ia dirikan bisa terus berjalan dan berkembang.

    Ia juga berharap semakin banyak orang yang terinspirasi untuk ikut serta dalam upaya memberantas buta aksara Al Quran.

    “Saya ingin agar semua masyarakat di Desa Pulau Rakyat Tua bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Dengan begitu, mereka akan lebih dekat dengan Allah SWT,” harapnya.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Kadisdik Jatim Buka Suara Terkait Pemanggilan oleh Kejari Ponorogo

    Kejari Ponorogo Akan Panggil Kadisdik Jatim soal Dugaan Korupsi BOS

    Ponorogo (beritajatim.com) – Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo akan memanggil kembali Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai. Aries akan diperiksa sebagai saksi dalam perkara dugaan tindak pidana tentang penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun Anggaran 2019-2024.

    “Iya benar pernah ada pemanggilan, tetapi yang bersangkutan tidak hadir. Karena tidak hadir, pasti ada panggilan yang kedua,” kata Kasie Intel Kejari Ponorogo, Agung Riyadi, Senin (23/12/2024).

    Sejatinya, Kepala Dindik Jatim Aries Agung Paewai, mendapatkan panggilan dari Kejari Ponorogo pada hari Rabu tanggal 04 Desember 2024 lalu. Namun, yang bersangkutan waktu itu mangkir. Padahal, saat itu tidak hanya dirinya yang dipanggil untuk dimintai keterangan sebagai saksi.

    Ada 2 mantan Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Jawa Timur (Jatim) wilayah Ponorogo-Magetan yang diperiksa, yakni Nurhadi Hanuri, yang menjabat sebagai Kepala Cabdindik Jatim wilayah Ponorogo periode 2020-2022 dan Lena, yang menjabat Kepala Cabdindik Jatim wilayah Ponorogo periode 2022-2023.

    Ketidakhadiran Kepala Dindik Jatim dalam pemanggilan pertama oleh Kejari Ponorogo itu, kata Agung yang bersangkutan beralasan ada pelantikan pejabat di provinsi. Sehingga waktu itu Kepala Dindik Jatim tersebut, belum bisa hadir untuk memenuhi panggilannya sebagai saksi dalam dugaan kasus rasuah yang menggemparkan dunia pendidikan di Bumi Reog tersebut.

    “Kemarin itu alasannya belum bisa hadir, karena ada pelantikan pejabat di provinsi. Untuk pastinya kapan panggilan kedua-red), belum bisa saya jelaskan,” katanya.

    Untuk diketahui sebelumnya, dalam upaya pengungkapan dugaan kasus korupsi di SMK PGRI 2 Ponorogo ini, Kejari Ponorogo telah menyita 13 kendaraan. Barang bukti tersebut terdiri dari 10 unit bus dan 3 unit mobil. Penyitaan dilakukan setelah pemeriksaan terhadap 16 saksi yang diduga mengetahui aliran dana BOS SMK PGRI 2 Ponorogo. Kejari Ponorogo memastikan akan terus mengusut kasus ini hingga tuntas demi menegakkan keadilan.

    “Nanti kalau ada perkembangan tentu akan kami kabari,” tutup Agung. [end/beq]

  • Kekerasan Sekelompok Pemuda Berimbas Korban Luka, Ini Kata Kapolres Magetan

    Kekerasan Sekelompok Pemuda Berimbas Korban Luka, Ini Kata Kapolres Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Kapolres Magetan, AKBP Satria Permana, menyoroti kasus penganiayaan yang melibatkan sekelompok pemuda di Kecamatan Lembeyan dan Parang, Magetan. Insiden tersebut mengakibatkan dua anak di bawah umur mengalami luka-luka.

    “Kami telah mengamankan beberapa pelaku, Insya Allah akan kami tindak tegas agar menjadi pembelajaran bagi orang lain,” ujarnya.

    AKBP Satria menilai sebagian besar pelaku termasuk dalam kategori remaja atau anak-anak. Dia menekankan bahwa perilaku ini merupakan bagian dari juvenile delinquency yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak, khususnya kelompok sosial.

    Menurut AKBP Satria, kelompok sosial yang memiliki tanggung jawab besar dalam pembentukan perilaku remaja meliputi keluarga, sekolah, organisasi masyarakat, hingga pemerintah daerah, TNI, dan Polri. Dia meminta agar semua pihak terlibat aktif dalam pengawasan dan pembinaan remaja, dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga.

    “Kenapa anak-anak ini bisa keluar rumah larut malam hingga pukul 11 malam? Di mana peran orang tuanya? Kita harus mengawasi betul aktivitas anak-anak kita,” tegasnya.

    Kapolres juga menekankan bahwa pendidikan yang benar dari sekolah dan keluarga sangat penting untuk mengarahkan remaja agar berprestasi. Remaja yang termotivasi untuk berprestasi, menurutnya, cenderung tidak terlibat dalam tindakan kenakalan. “Yang melakukan hal seperti ini adalah mereka yang tidak memiliki motivasi untuk berprestasi,” jelasnya.

    Selain upaya pembinaan, penegakan hukum juga akan diterapkan untuk memberikan efek jera. Kapolres memastikan bahwa pihaknya akan terus memberikan imbauan kepada keluarga, sekolah, dan kelompok sosial lainnya, sekaligus menindak tegas pelaku kenakalan remaja.

    “Semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah kejadian serupa. Ini bukan hanya tugas polisi, tetapi tanggung jawab bersama,” tutupnya.

    Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk meningkatkan perhatian terhadap anak-anak dan remaja, agar tidak terjerumus dalam tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. [fiq/beq]

  • KPU Magetan Inventarisir Fakta Hadapi Gugatan Pilbup ke MK

    KPU Magetan Inventarisir Fakta Hadapi Gugatan Pilbup ke MK

    Magetan (beritajatim.com) – Ketua KPU Magetan, Noviano Suyide, mengonfirmasi hingga saat ini Mahkamah Konstitusi (MK) belum mengeluarkan Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK) terkait perselisihan hasil Pilkada (PHP) Kabupaten Magetan yang diajukan oleh pasangan calon Sujatno-Ida Yuhana Ulfa (JADI).

    “Sampai sekarang, BRPK MK belum keluar. Informasinya, proses ini mundur hingga 3-6 Januari 2025, padahal sebelumnya dijadwalkan pada 20 Desember 2024,” ujar Noviano, Senin (23/12/2024)

    Ketika ditanya mengenai penyebab keterlambatan tersebut, Noviano menjelaskan bahwa hal tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan MK. “Terkait alasan keterlambatannya, yang lebih berwenang menjawab tentu pihak MK,” tambahnya.

    Meski demikian, KPU Magetan telah mengambil langkah awal untuk menghadapi kemungkinan persidangan di MK. “Kami masih menginventarisasi fakta-fakta lapangan untuk mempersiapkan data dan dokumen yang relevan. Namun, karena BRPK belum keluar, pembentukan tim lawyer atau tim khusus masih menunggu kepastian lebih lanjut,” jelasnya.

    KPU Magetan menegaskan bahwa pihaknya tetap berkomitmen menjalankan seluruh prosedur hukum sesuai aturan yang berlaku. “Kami akan memastikan semua proses berjalan transparan dan sesuai mekanisme,” tutup Noviano.

    Kasus PHP ini merupakan salah satu langkah hukum yang diambil Paslon JADI setelah hasil Pilkada Kabupaten Magetan diumumkan. Publik kini menunggu perkembangan lebih lanjut dari MK mengenai perselisihan hasil ini. [fiq/beq]

  • Sosok Guru PNS Nekat Jalan Kaki Lintas Provinsi, Tak Jadi Resign usai Permintaan 6 Tahun Terbayar

    Sosok Guru PNS Nekat Jalan Kaki Lintas Provinsi, Tak Jadi Resign usai Permintaan 6 Tahun Terbayar

    TRIBUNJATIM.COM – Seorang guru SMP asal Wonogiri menjadi perbincangan lantaran permintaan 6 tahun akhirnya terwujud.

    Aksi jalan kaki lintas provinsi yang dilakukan Andrianto (45) seorang guru SMP asal Wonogiri menyimpan kisah tersendiri.

    Andri sempat berpikir untuk pensiun dini atau mengajukan resign dari PNS saat pengajuan mutasinya tak kunjung mendapatkan persetujuan dari pemerintah.

    Sosok Andrianto (45) guru SMP Negeri 1 Tirtomoyo, Wonogiri menjadi viral usai aksinya berjalan kaki lintas provinsi dari Jawa Timur ke Jawa Tengah.

    Hal itu ia lakukan usai pengajuan mutasinya ke sekolah di kampung halamannya disetujui pemerintah.

    Andri sebelumnya mengajar di SMP Negeri 2 Plaosan, Magetan, Jawa Timur.

    Ia mengaku mulai mengajukan mutasi untuk pindah sejak tahun 2018 lalu.

    Namun, pengajuannya ditolak karena tidak ada guru yang menggantikan posisinya.

    Tak menyerah, ia kemudian kembali mengajukan mutasi.

    Tetapi lagi-lagi belum disetujui karena sesuai regulasi, sebelum ada guru yang menggantikan posisinya, tidak bisa pindah.

    “Kalau total mengajukan mutasi dari Magetan 3 kali, dari Wonogiri 2 kali. Jadi total 5 kali,” kata Andri.

    Perjuangan dan kesabarannya berbuah manis. Bulan Juli 2024, pengajuan mutasinya mulai diterima karena saat itu ada guru yang akan menggantikan posisinya di SMP Negeri 2 Plaosan.

    “Setelah diterima berkasnya harus naik ke Gubernur, Kemendagri dan BKN alurnya. Lalu akhir Oktober dapat SK, di SK dinyatakan saya pindah per 1 November, itu jadi acuan secara birokrasi,” katanya.

    Alasan utamanya mengajukan mutasi adalah agar dekat dengan keluarga dan dapat mendampingi kedua anaknya.

    Guru di Wonogiri yang memilih untuk jalan kaki. (Instagram)

    Saat ini, ia juga sedang menunggu kelahiran anak ketiganya.

    “Orang bekerja kalau jauh dari keluarga itu kan setelah lama inginnya dekat dengan keluarga, anak saya juga butuh pendampingan,” ujar Andri.

    “Saya sudah 14 tahun di Magetan. Jarak dari rumah Tirtomoyo ke sekolah itu 70-80 km. Setiap hari naik motor, perjalanan 2 jam, berangkat setelah subuh jam 5 pagi, sampai sekolah jam 7,” imbuhnya.

    Sorenya, ia harus pulang ke rumah. Perjalanan pulang menurutnya lebih lama.

    Sebab kondisi jalan saat sore lebih ramai.

    Setiap harinya, ia sampai di rumah ketika Maghrib.

    Andri mengatakan ketika proses mutasinya berjalan, ia pernah bernazar di hadapan teman-teman gurunya bahwa ketika bisa disetujui, ia akan berjalan kaki lintas provinsi.

    Aksi jalan kaki lintas provinsi dilakukannya dari SMP Negeri 2 Plaosan sampai ke Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Puhpelem.

    Jaraknya kurang lebih 15 kilometer dan melintasi 8 desa.

    “Perjalanan 5 jam. Dari Puhpelem ke rumah lanjut menggunakan motor. Jadi jalan kaki dari Jawa Timur ke Jawa Tengah,” katanya.

    Nazar itu dilakoninya pada 31 Oktober 2024 lalu, di hari terakhirnya mengajar di SMP Negeri 2 Plaosan.

    Video aksinya itu ia unggah pada 1 November 2024.

    “Niatnya hanya berbagi rasa syukur, tidak ada niatan ingin viral. Luapan kegembiraan saja. Sekarang sudah lega,” kata Andri.

    Sejak pertama kali menjadi guru di SMP Negeri 2 Plaosan, Magetan, Jawa Timur tahun 2011 lalu, ia harus menempuh perjalanan pulang pergi selama 4 jam, dari rumahnya di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.

    Namun alasan utamanya mengajukan mutasi adalah agar dekat dengan keluarga dan dapat mendampingi kedua anaknya.

    Guru yang ada di Wonogiri (Tribunnews.com)

    Saat ini, ia juga sedang menunggu kelahiran anak ketiganya.

    Ia mengaku mulai mengajukan mutasi untuk pindah sejak tahun 2018 lalu. Namun pengajuannya ditolak karena tidak ada guru yang menggantikan posisinya.

    Tak menyerah, ia kemudian kembali mengajukan mutasi. Namun lagi-lagi belum disetujui karena sesuai regulasi, sebelum ada guru yang menggantikan posisinya, tidak bisa pindah.

    “Perasaan lega karena saya sudah sampai mikir kalau tidak bisa (pindah)  mau pensiun dini, mau resign saja mendampingi anak,” katanya.

    Saat ini lokasi mengajarnya dekat dengan lokasi istrinya mengajar. Istrinya merupakan guru SD. Sementara itu, anak-anaknya juga bersekolah di tempat ia dan istrinya mengajar.

     “Sekarang jadi 1 lokasi (dekat). Kalau berangkat bareng-bareng. Sekarang  jaraknya 3 km, kurang dari 10 menit, sebelumnya perjalanan 2 jam paling cepat,” pungkasnya.

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com