kab/kota: Magetan

  • Kronologi Truk Tabrak Gapura di Magetan, 2 Orang Terjepit dan Meninggal

    Kronologi Truk Tabrak Gapura di Magetan, 2 Orang Terjepit dan Meninggal

    Magetan (beritajatim.com) – Kecelakaan lalu lintas kembali terjadi di wilayah Kabupaten Magetan. Sebuah truk bermuatan bata ringan mengalami kecelakaan tunggal dan menabrak gapura batas kabupaten di Jalan Parang-Ponorogo, tepatnya di Desa Sayutan, Kecamatan Parang, Magetan, Kamis (10/4/2025). Akibat insiden tersebut, dua orang meninggal dunia di lokasi kejadian.

    Korban diketahui adalah sopir truk bernama Abdul Manaf (52), warga Desa Trenggulunan, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, serta kernetnya, Ahmad Dahlan (34), warga Desa Ngadiluweh, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.

    Keduanya tewas di tempat akibat terjepit bodi depan kendaraan yang rusak berat setelah menabrak gapura perbatasan wilayah Magetan dan Ponorogo.

    Berdasarkan keterangan warga setempat, Riyadi, truk terlihat melaju sangat kencang dari arah atas sebelum terdengar suara keras. “Ya, dari atas sudah kencang sekali truk ini, dan shdab oleng begitu katanya dari sana kan terdengar suara dor gitu,” ungkapnya.

    Ia juga menyebut bahwa suara keras diduga berasal dari ban yang lepas sebelum kendaraan menabrak gapura.
    Keterangan serupa juga disampaikan oleh Anggarayuda, warga lainnya di lokasi.

    “Kelihatannya dari atas itu sudah remnya bling dan di itu juga bannya meletus satu, jadi meluncur dari atas langsung menabrak ke tugu perbatasan,” ujarnya.

    Menurutnya, kedua korban tewas seketika di dalam kabin setelah truk menghantam bagian atas gapura dengan keras.

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Magetan, Iptu Sulanjar, membenarkan kejadian tersebut dan mengatakan pihaknya telah menerima laporan dan langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP).

    “Kami menerima laporan ada kecelakaan laka tunggal di Desa Perbatasan Desa Sayutan antara Magetan dengan Ponorogo. Kendaraan truk bermuatan batu ringan. Jalannya menurun sehingga terjadi laka tunggal menabrak gapura perbatasan,” jelasnya.

    Iptu Sulanjar menambahkan, saat ini olah TKP dan pendalaman masih dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan. Namun dugaan awal adalah rem blong dan pecah ban yang menyebabkan sopir kehilangan kendali di jalan menurun.

    Berkat kesigapan petugas bersama warga sekitar, proses evakuasi korban berhasil dilakukan kurang lebih dalam waktu satu jam, dan korban langsung dilarikan ke rumah sakit.

    Truk yang mengalami kecelakaan diketahui berasal dari Bojonegoro dan membawa muatan bata ringan ke sebuah toko bangunan di wilayah Ponorogo.

    Peristiwa tragis ini kembali mengingatkan pentingnya pemeriksaan rutin kendaraan, terutama yang melewati jalur menurun dengan muatan berat. Pihak kepolisian mengimbau agar pengemudi lebih berhati-hati dan memastikan kendaraan dalam kondisi prima sebelum digunakan. [fiq/but]

  • Waspada Hujan hingga Awan Tebal akan Terjadi di Ngawi, Magetan, dan Ponorogo

    Waspada Hujan hingga Awan Tebal akan Terjadi di Ngawi, Magetan, dan Ponorogo

    Ngawi (beritajatim.com) – Warga di wilayah Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, Jawa Timur, diimbau untuk bersiap menghadapi cuaca yang cenderung tidak stabil pada Kamis, 10 April 2025. Menurut prakirawan cuaca BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., hujan ringan dan kondisi langit berawan akan mendominasi sebagian besar waktu di tiga daerah tersebut.

    Di Kabupaten Ngawi, pagi hari akan dimulai dengan hujan ringan yang turun pada pukul 06.00 WIB. Setelahnya, cuaca berangsur membaik dengan kondisi berawan dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Sore hari, langit diperkirakan akan cerah berawan, namun menjelang malam, awan kembali menyelimuti wilayah ini.

    Suhu udara berkisar antara 23 hingga 30 derajat Celcius, dengan kelembaban udara mencapai 77 sampai 97 persen, Sementara itu, angin bertiup dari arah utara dengan kecepatan 5,5 km/jam.

    Magetan pun mengalami pola cuaca yang serupa. Pagi hari dimulai dengan hujan ringan, dan setelahnya langit diprediksi berawan hingga sore menjelang malam. Meski tidak hujan, wilayah ini tetap diselimuti awan dengan suhu udara relatif lebih sejuk dibandingkan Ngawi, yakni antara 22 hingga 27 derajat Celcius.

    “Angin di Magetan bertiup dari arah tenggara dengan kecepatan 9,9 km/jam, dan kelembaban udaranya cukup tinggi, yaitu 79 hingga 97 persen,” ujar Oky saat memberikan penjelasan terkait prakiraan cuaca wilayah ini.

    Sementara itu, kondisi cuaca di Ponorogo sedikit berbeda. Meski pagi hingga siang hari diperkirakan hanya akan berawan, namun pada sore hari diprediksi akan terjadi hujan yang disertai petir. Cuaca kembali berawan pada malam harinya.

    “Kami menghimbau warga Ponorogo agar waspada terhadap potensi hujan petir di sore hari, terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan,” tutur Oky.

    Suhu udara di Ponorogo berada pada kisaran 22 hingga 30 derajat Celcius, dengan kelembaban 69 hingga 97 persen, dan angin bertiup dari arah selatan dengan kecepatan 6,2 km/jam.

    Dengan kondisi cuaca yang cukup bervariasi tersebut, masyarakat diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan membawa perlengkapan seperti jas hujan atau payung, serta terus mengikuti pembaruan informasi dari BMKG. (mnd/ian)

  • Pencuri Helm di Cemoro Sewu Magetan Tertangkap Warga

    Pencuri Helm di Cemoro Sewu Magetan Tertangkap Warga

    Magetan (beritajatim.com) – Aksi pencurian helm yang terjadi di kawasan wisata Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur, berujung pada insiden main hakim sendiri oleh warga. Peristiwa ini terjadi pada Senin (7/4/2025) sekitar pukul 16.00 WIB di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan.

    Dua video pendek yang mendokumentasikan kejadian tersebut telah beredar luas di media sosial, memicu berbagai reaksi publik.

    Video pertama berdurasi 14 detik memperlihatkan seorang pria paruh baya berkepala botak, tergeletak di tanah dalam kondisi lemah. Ia tampak meringis kesakitan, dikelilingi oleh seorang anggota polisi dan beberapa warga.

    Di dekatnya, terdapat sepeda motor dengan rombong kain yang diduga digunakan oleh pelaku. Motor tersebut tampak mengalami kerusakan. Tak lama, petugas bersama sejumlah warga menggiring pria tersebut menuju pos pengamanan terdekat.

    Video kedua berdurasi 43 detik menunjukkan situasi yang lebih tegang. Ratusan warga tampak memadati area pos pengamanan, dan emosi massa memuncak saat pelaku dibawa keluar oleh dua petugas kepolisian.

    Beberapa warga terlihat melayangkan pukulan dan tendangan ke arah tubuh pelaku. Melihat situasi yang semakin memanas, aparat dengan sigap mengamankan pelaku ke dalam mobil patroli untuk mencegah kekerasan lebih lanjut.

    Salah satu saksi mata, Agim, yang juga merupakan warga sekitar dan pengunggah video tersebut, memberikan keterangan melalui pesan singkat. “Pria yang dihajar itu ketahuan mencuri helm di area parkir Cemoro Sewu,” ujarnya.

    Agim menambahkan bahwa pelaku membawa kabur empat helm milik pengunjung dan menyembunyikannya di dalam rombong motornya. “Karena ketahuan, warga langsung emosi dan sempat memukulinya,” lanjutnya.

    Pelaku disebut-sebut berasal dari Solo dan saat ini sudah diamankan pihak berwajib. “Setelah itu saya kurang tahu perkembangan selanjutnya,” tutup Agim.

    Kasus ini kembali menyoroti maraknya tindakan main hakim sendiri dan pentingnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan penanganan tindak kriminal kepada aparat penegak hukum. [fiq/but]

  • Ribuan Ketupat Hiasi Jalanan Kampung NU Magetan, Warga Sarapan Gratis Sepuasnya

    Ribuan Ketupat Hiasi Jalanan Kampung NU Magetan, Warga Sarapan Gratis Sepuasnya

    Magetan (beritajatim.com) – Warga Dusun Joso, Desa Turi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, memperlihatkan antusiasme luar biasa dalam menyambut Tradisi Ketupat yang rutin digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi yang berlangsung pada Rabu (9/4/2025) pukul 10.00 WIB ini menjadi magnet budaya yang menghadirkan semangat gotong royong dan kebersamaan khas masyarakat Nahdliyin.

    Sejak pagi, jalanan desa telah dipenuhi hiasan ketupat yang digantung menggunakan tali rafia dan dibentangkan memanjang di depan rumah-rumah warga. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri, menciptakan atmosfer meriah yang kental dengan nuansa tradisional. Begitu waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, warga dan pengunjung mulai menikmati ketupat yang disajikan bersama sayur lodeh dan opor.

    “Rasanya menyenangkan bisa sarapan gratis sepuasnya. Siapa saja boleh ikut makan dan membawa pulang ketupat,” ujar Selvia Nindy Merintika, salah satu pengunjung asal Desa Temboro, Kecamatan Karas, Magetan.

    Menurut Selvia, Tradisi Ketupat bukan sekadar pesta kuliner, melainkan juga bagian dari perayaan keagamaan yang selalu dinantikan, bahkan oleh warga luar Panekan. Ia menilai tradisi ini sarat makna dan mampu mempererat hubungan sosial antarwarga.

    Panitia pelaksana, Minhad, menyebutkan bahwa total ketupat yang disediakan tahun ini mencapai 1.500 buah, hasil kontribusi dari warga yang menyumbangkan sekitar 20 ketupat per kepala keluarga.

    “Tahun ini memang lebih sederhana, tapi tetap berkesan. Sebelum pukul 10.00 WIB, ketupat belum boleh diambil agar nuansa khas Kampung NU bisa dinikmati lebih lama,” jelasnya.

    Jumlah ketupat tersebut memang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 5.000 buah, namun Minhad menekankan bahwa esensi dari tradisi ini tetap terjaga. Panjang ketupat yang dibentangkan bahkan melebihi satu kilometer, menjadi simbol kuat semangat gotong royong warga.

    Ia menambahkan, Tradisi Ketupat rutin diselenggarakan setiap tahun pada H+8 Idul Fitri sejak peresmian Kampung NU pada April 2017.

    “Harapan kami, tradisi ini bisa terus dilestarikan dan memperkuat jati diri budaya Nahdliyin,” pungkasnya.

    Tradisi ini tidak hanya memperkaya khasanah budaya lokal, tetapi juga menjadi sarana mempererat silaturahmi dan identitas keagamaan masyarakat, menjadikannya agenda budaya tahunan yang layak dipertahankan. [fiq/aje]

  • Prakiraan Cuaca Hari Ini di Ngawi, Magetan, Ponorogo: Waspadai Perubahan Mendadak

    Prakiraan Cuaca Hari Ini di Ngawi, Magetan, Ponorogo: Waspadai Perubahan Mendadak

    Surabaya (beritajatim.com) – Cuaca di wilayah Ngawi, Magetan, dan Ponorogo pada Rabu, 9 April 2025 diprediksi akan mengalami variasi yang cukup mencolok. Menurut prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., ketiga wilayah ini akan mengalami perubahan cuaca sejak pagi hingga malam hari. Perbedaan pola cuaca tersebut membuat warga diharapkan lebih memperhatikan kondisi langit, terutama jika memiliki aktivitas di luar ruangan.

    Di Ngawi, pagi hari akan dimulai dengan cuaca cerah pada pukul 06.00 WIB. Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama. Menjelang siang hingga sore hari, langit Ngawi diperkirakan akan tertutup awan.

    “Malam harinya pun meski sedikit lebih cerah, cuaca tetap berawan,” ujar Oky pada Selasa (8/4).

    Suhu udara di wilayah ini berkisar antara 24 hingga 31 derajat Celcius, dengan kelembaban udara mencapai 68 hingga 97 persen. Sementara itu, arah angin bertiup dari Barat Laut dengan kecepatan sekitar 4 km/jam.

    Sementara itu, kondisi cuaca di Magetan menunjukkan situasi yang cukup berbeda. Pada pukul 06.00 WIB, kota ini diprediksi mengalami hujan ringan. Akan tetapi setelah itu, langit akan berubah menjadi cerah terang mulai pukul 09.00 WIB.

    Cuaca kemudian menjadi berawan mulai pukul 12.00 hingga 18.00 WIB. Menjelang malam, langit Magetan kembali cerah. Dengan suhu udara antara 22 hingga 28 derajat Celcius, kelembaban di wilayah ini cukup tinggi, yaitu antara 75 hingga 95 persen. Angin bertiup dari arah Timur dengan kecepatan 5,2 km/jam.

    Adapun di Ponorogo, pagi hari akan diawali dengan kondisi cerah berawan. Cuaca akan membaik dan berubah menjadi cerah dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Namun menjelang sore hingga malam, langit kembali diselimuti awan.

    “Kami perkirakan awan akan mendominasi langit Ponorogo mulai pukul 15.00 sampai pukul 21.00 WIB,” tambah Oky.

    Suhu udara di Ponorogo berada di kisaran 24 hingga 30 derajat Celcius dengan kelembaban udara antara 69 hingga 97 persen. Angin bertiup dari arah Selatan dengan kecepatan 10,1 km/jam.

    Dengan kondisi cuaca yang cukup dinamis ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan cuaca mendadak.

    “Kami sarankan untuk terus memantau informasi cuaca terkini, khususnya bagi masyarakat yang hendak bepergian atau memiliki kegiatan di luar rumah,” tutup Oky. (mnd/ian)

  • Kapolda: Arus Mudik dan Balik di Jatim Lancar, Angka Kecelakaan Menurun

    Kapolda: Arus Mudik dan Balik di Jatim Lancar, Angka Kecelakaan Menurun

    Sumenep (beritajatim.com) – Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nanang Avianto menilai secara umum, arus mudik dan balik selama Lebaran 2025 di Jawa Timur lancar dan aman.

    “Kami telah melakukan pemantauan dan pengecekan langsung di beberapa titik, terutama di kota-kota yang ada di ujung atau perbatasan provinsi seperti Banyuwangi, Sumenep, juga Ngawi. Arus mudik dan balik relatif aman dan nyaman,” kata Irjen Pol Nanang.

    Pada Selasa (08/04/2025), Kapolda Jatim melakukan pengecekan kondisi arus balik di Terminal Arya Wiraraja Sumenep Madura. Kapolda juga menyempatkan diri untuk berbincang dengan penumpang dan sopir bus.

    “Saya minta pada para sopir untuk tidak terburu-buru dalam mengemudikan kendaraan, dan mengutamakan keselamatan. Para penumpang tadi waktu saya tanya merasa nyaman dengan kondisi terminal di arus balik lebaran,” ujar Kapolda.

    Selain di Banyuwangi dan Sumenep Kapolda Jawa Timur juga melakukan pengecekan tempat-tempat wisata di Malang dan Magetan. Kemudian juga memantau Surabaya dari udara.

    “Saya bersyukur, dari hasil pemantauan selama arus mudik dan balik tahun ini, ada tren penurunan angka kecelakaan lalu lintas dan tingkat pelanggaran di jalan raya. Selain itu, tindak kriminal juga mengalami penurunan. Ini berkat kesadaran semua pihak,” ungkapnya.

    Ia menambahkan, anggota kepolisian dan TNI didukung seluruh stake holder, terus melakukan pemantauan hingga arus balik tuntas, untuk memastikan semuanya berjalan lancar.

    Setelah pengecekan di Terminal Arya Wiraraja Sumenep, Kapolda Jawa Timur bergeser melakukan pemantauan di Bangkalan. (tem/ian)

  • Kronologi Pekerja Bangunan di Parang Magetan Tewas Terjepit Talut Roboh

    Kronologi Pekerja Bangunan di Parang Magetan Tewas Terjepit Talut Roboh

    Magetan (beritajatim.com) – Suparni (44), pekerja bangunan, tewas tertimpa talut setinggi empat meter yang roboh secara tiba-tiba saat sedang bekerja, Selasa (8/5/2025)

    Peristiwa memilukan itu terjadi sekitar pukul 14.30 WIB saat warga Desa Ngunut, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur itu bersama dua rekan kerjanya, Suyud dan Sardi, kembali ke lokasi pembangunan setelah beristirahat. Mereka bertiga mengerjakan proyek pelebaran rumah milik seorang warga bernama Suratmin.

    Menurut Kapolsek Parang, AKP Sukarno, insiden bermula saat ketiga pekerja mulai kembali bekerja. Tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, talut tiba-tiba ambruk saat mereka turun ke area kerja. Suyud dan Sardi berhasil menyelamatkan diri, namun nahas bagi Suparni yang terjepit di antara material talut dan dinding rumah.

    “Kami mendapat laporan dan langsung ke lokasi bersama warga untuk mengevakuasi korban dengan alat seadanya. Sekitar satu jam proses evakuasi berlangsung, tapi korban sudah meninggal dunia saat berhasil diangkat,” ungkap AKP Sukarno.

    Tim medis dari Puskesmas Parang yang melakukan pemeriksaan luar menyatakan bahwa korban mengalami luka memar pada bagian kepala dan dada akibat tertimpa material berat dari reruntuhan talut dan dinding.

    Informasi dari salah satu rekan korban, Suyud, menyebutkan bahwa mereka baru dua hari mengerjakan proyek tersebut dan tidak ada tanda-tanda akan terjadi keruntuhan.

    “Tidak ada gejala apa-apa. Kami baru saja kembali dari istirahat. Suparni turun duluan, dan tiba-tiba talut langsung roboh,” ucap Suyud dengan mata berkaca-kaca.

    Proses evakuasi korban berjalan cukup sulit karena material yang menimpa cukup berat, membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk mengangkat tubuh korban dari timbunan.

    Suasana duka menyelimuti rumah duka saat jenazah Suparni tiba. Sang ibu yang sudah lanjut usia tampak terpukul dan tak kuasa menahan tangis. Diketahui, selama ini Suparni tinggal berdua dengan ibunya dan belum menikah.

    “Setelah pemeriksaan selesai, jenazah korban langsung kami serahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” imbuh Kapolsek Parang.

    Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya penerapan standar keselamatan kerja dalam dunia konstruksi. Terutama di wilayah-wilayah rawan longsor atau dengan kondisi struktur yang berisiko runtuh.

    “Kecelakaan kerja seperti ini menjadi pengingat pentingnya keselamatan kerja yang sering kali diabaikan. Semoga kejadian ini tidak terulang dan menjadi pelajaran bagi semua pihak,” pungkasnya. [fiq/suf]

  • Prakiraan Cuaca 8 Maret 2025: Ngawi dan Magetan Berawan, Ponorogo Diguyur Hujan Ringan

    Prakiraan Cuaca 8 Maret 2025: Ngawi dan Magetan Berawan, Ponorogo Diguyur Hujan Ringan

    Surabaya (beritajatim.com) – Kondisi cuaca di wilayah Jawa Timur bagian barat pada Selasa, 8 April 2025, menunjukkan pola yang bervariasi. Tiga wilayah yang menjadi sorotan adalah Ngawi, Magetan, dan Ponorogo. Ketiganya diprediksi akan mengalami cuaca dominan berawan, dengan hujan ringan di beberapa titik. Hal ini disampaikan oleh Oky Sukma Hakim, S.Tr., selaku prakirawan dari BMKG Juanda.

    “Secara umum, wilayah Ngawi hingga Ponorogo akan didominasi cuaca berawan, namun masyarakat tetap perlu waspada terhadap hujan ringan, terutama di Ponorogo pada pagi hari,” ujar Oky pada Senin (7/4).

    Di Ngawi, cuaca cenderung stabil sepanjang hari. Langit akan tetap berawan dari pagi hingga malam, dengan suhu berkisar antara 23 hingga 31 derajat Celcius. Kelembaban udara di wilayah ini cukup tinggi, mencapai 96 persen pada waktu tertentu, dengan angin yang bertiup dari arah Selatan berkecepatan sekitar 11,2 km/jam. Kondisi ini memberikan suasana yang cukup nyaman bagi masyarakat yang beraktivitas di luar rumah.

    Berbeda sedikit dengan Ngawi, wilayah Magetan diprediksi akan mengalami cuaca berawan dari pagi hingga sore, namun akan berubah menjadi cerah berawan pada malam hari. Suhu udara di Magetan lebih sejuk, berkisar antara 22 hingga 28 derajat Celcius. Angin bertiup lebih kencang dari arah Selatan dengan kecepatan 13,1 km/jam.

    “Magetan menunjukkan kondisi yang relatif tenang, tapi tetap kami pantau karena bisa terjadi perubahan mendadak, terutama menjelang malam,” tambah Oky.

    Sementara itu, Ponorogo diperkirakan akan menghadapi cuaca yang lebih bervariasi. Hujan ringan diprediksi turun pada pukul 06.00 WIB. Setelah itu, langit akan berawan hingga siang hari, sempat cerah berawan di sore hari, lalu kembali berawan pada malam menjelang. Meski demikian, malam harinya diprediksi cerah berawan.

    Suhu di Ponorogo mencapai maksimum 31 derajat Celcius dan minimum 23 derajat, dengan kelembaban yang fluktuatif, mulai dari 61 hingga 96 persen. Angin di wilayah ini bertiup dari arah Tenggara dengan kecepatan 11,5 km/jam.

    “Kami imbau masyarakat di Ponorogo untuk membawa perlengkapan hujan di pagi hari, terutama bagi pelajar dan pekerja yang beraktivitas di luar rumah sejak dini hari,” kata Oky, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca yang berubah-ubah.

    BMKG Juanda mengingatkan agar masyarakat tetap memantau pembaruan prakiraan cuaca harian, baik melalui media sosial resmi maupun aplikasi cuaca terpercaya. Perubahan cuaca yang cepat dan tak terduga bisa berdampak pada kegiatan harian, terutama bagi sektor pertanian, transportasi, dan pariwisata. (mnd/ian)

  • Advokat Senior Soroti Kualitas Pembentukan Advokat di Indonesia: Bukan Sekadar Sertifikasi

    Advokat Senior Soroti Kualitas Pembentukan Advokat di Indonesia: Bukan Sekadar Sertifikasi

    Surabaya (beritajatim.com) – Advokat senior dari Law Office of Harjono & Mursyid, Mursyid Mudiantoro, mengkritik keras proses pembentukan advokat di Indonesia yang dinilainya terlalu longgar dan cenderung mengabaikan integritas profesi hukum. Menurutnya, menjadi advokat bukanlah perkara administratif semata, melainkan harus melalui seleksi akademik dan etik yang ketat untuk menghasilkan penegak hukum yang mumpuni.

    “Kualitas advokat ditentukan dari tata cara pembentukan advokat. Mengapa demikian? Karena saat cara pembentukannya sangat mudah, yang didapat adalah orang yang mempunyai sertifikasi advokat dan bukan orang yang menguasai materi ilmu, minimal tentang pencegahan dan pembelaan atas suatu peristiwa hukum,” tegas Mursyid, Senin (7/4/2025).

    Ia menilai bahwa banyaknya advokat yang hanya mengandalkan sertifikasi tanpa pemahaman hukum yang mendalam telah melemahkan posisi mereka dalam sistem peradilan. Mursyid juga mengangkat pentingnya pemahaman terhadap living law atau hukum yang hidup dalam masyarakat sebagai alat penemuan hukum.

    “Dalil pokok sebuah peristiwa hukum yang membentuk suatu perkara itu harus dimaknai sebagai tools untuk melakukan penemuan hukum (living law) yang dapat dijadikan salah satu cara pembentukan hukum,” jelas advokat asli Magetan ini.

    Lebih jauh, Mursyid mempertanyakan apakah model pembentukan advokat saat ini masih mampu melahirkan penemuan hukum yang progresif di tengah tantangan praktik hukum di Indonesia, khususnya dalam interaksi dengan aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim.

    Sebagai pembanding, ia mengangkat sistem di Jerman yang menurutnya jauh lebih selektif dan menempatkan integritas serta kecerdasan sebagai syarat utama. Di negara yang menganut sistem civil law tersebut, hanya lulusan dari 20 kampus hukum terbaik yang bisa menempuh jalur advokat.

    “Di Jerman, profesi advokat itu dimiliki atau dikuasai oleh orang yang diwajibkan oleh aturan harus memiliki kecerdasan dan integritas yang tinggi. Mereka harus diterima dulu di 20 kampus hukum terbaik. Kalau tidak masuk kampus-kampus itu, jangan harap bisa jadi advokat,” papar Mursyid.

    Ia juga menjelaskan bahwa calon advokat di Jerman harus melewati magang di kantor hukum terakreditasi, lulus ujian advokat yang ketat, hingga menjalani masa asistensi sebelum resmi menyandang gelar advokat penuh. Menurutnya, proses panjang ini sebanding dengan tanggung jawab besar seorang advokat yang harus menguasai berbagai disiplin ilmu.

    “Profesi advokat itu merupakan profesi bernilai multidisiplin ilmu. Jika tidak menguasai metodologi ilmu dan atau ilmu metodologi, maka jatuhnya adalah metodologi gothak-gathik-gathuk. Kalau sudah seperti itu, bagaimana bisa menjadi bagian dari penegakan hukum yang menghasilkan pembentukan hukum?” tandasnya.

    Mursyid berharap pembentukan advokat di Indonesia ke depan dapat diarahkan pada peningkatan kualitas, bukan sekadar kuantitas. Ia menegaskan bahwa tanpa reformasi mendasar, profesi advokat dikhawatirkan akan kehilangan esensinya sebagai penjaga keadilan yang bermartabat. [asg/beq]

  • Empat Pelajar di Magetan Kena Ledakan Petasan

    Empat Pelajar di Magetan Kena Ledakan Petasan

    Magetan (beritajatim.com) – Empat pelajar asal Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan, mengalami luka bakar serius setelah terjadinya ledakan yang berasal dari bahan petasan, pada Sabtu (5/4/2025) malam. Kejadian ini diduga bermula dari aksi salah satu anak yang menyalakan korek api di dekat bahan petasan yang telah diracik sendiri.

    Informasi dari Kapolsek Lembeyan, AKP Sunarto, menyebutkan bahwa anak-anak tersebut awalnya membeli bahan petasan secara terpisah, kemudian mencoba meraciknya menjadi petasan siap pakai. Namun, diduga dalam suasana bercanda, salah satu dari mereka menyalakan korek api yang akhirnya menyambar bahan peledak tersebut hingga menyebabkan ledakan.

    “Beli bahan petasan kemudian diracik menjadi petasan dan salah satu ada yang membawa korek api (mungkin bermaksud guyon) korek api dinyalakan dan menyambar bahan petasan dan terjadi peristiwa tersebut,” terang AKP Sunarto.

    Akibat kejadian itu, keempat korban segera dilarikan ke RSUD dr. Sayidiman Magetan untuk mendapat penanganan medis. Dua di antaranya mengalami luka bakar serius. “Dirawat di Rumah Sakit Sayidiman,” lanjut AKP Sunarto. “Luka bakar 20% dan 50%.”

    Korban yang terlibat dalam insiden ini adalah B (12), N (12), A (14), dan L (14). Semuanya merupakan pelajar yang berdomisili di wilayah Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan.

    Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi para orang tua agar lebih memperhatikan aktivitas anak-anak, terutama saat menjelang Lebaran, di mana petasan kerap menjadi permainan yang memikat anak-anak namun sangat berbahaya.

    “Supaya orang tua lebih mengawasi anaknya dan jangan bermain petasan,” imbau AKP Sunarto.

    Meskipun bermain petasan sering dianggap sebagai bagian dari tradisi perayaan, namun bahan peledak yang diracik sendiri dan dimainkan tanpa pengawasan jelas sangat berisiko. Kasus ini diharapkan menjadi pelajaran bersama agar tidak terulang kembali, khususnya menjelang Lebaran yang seharusnya menjadi momen bahagia, bukan duka akibat kelalaian. [fiq/suf]