kab/kota: Magetan

  • 7 Kendaraan Tertabrak KA Malioboro Express di Magetan, 4 Meninggal

    7 Kendaraan Tertabrak KA Malioboro Express di Magetan, 4 Meninggal

    Magetan (beritajatim.com) – Kecelakaan kereta di jalan perlintasan langsung nomor 08 masuk kelurahan mangge Kecamatan Barat Kabupaten Magetan. Total ada 7 kendaraan yang tertabrak Malioboro Express, Senin (19/5/2025) pukul 12.48 WIB.

    Kemudian ada empat orang yang dikabarkan meninggal yang saat ini sudah dievakuasi dari pinggir rel KA. Sementara ada sekitar lima orang yang mengalami luka berat.

    Hingga saat ini pihak kepolisian dan petugas gabungan masih menyisir dan mengamankan jalur KA dari kerumunan warga yang menonton.

    Jalur arah Tugu Barat ke Simpang Jembatan Kembar sementara ditutup untuk kendaraan. Seluruh kendaraan diminta putar balik.

    Ada salah seorang ASN yang bertugas di Kecamatan Barat yang turut menjadi korban meninggal dunia dalam kejadian ini. [fiq/beq]

  • Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, Alami Hujan Ringan hingga Cerah Hari Ini 19 Mei 2025

    Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, Alami Hujan Ringan hingga Cerah Hari Ini 19 Mei 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Ngawi, Magetan, dan Ponorogo diperkirakan akan mengalami perubahan cuaca yang cukup signifikan pada hari Senin, 19 Mei 2025. Berdasarkan informasi dari prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., ketiga wilayah di Jawa Timur ini akan mengalami hujan ringan di pagi hari yang kemudian diikuti oleh kondisi cuaca yang lebih beragam sepanjang hari.

    Ngawi: Pagi Hujan, Malam Cerah

    Warga Ngawi perlu mempersiapkan diri menghadapi hujan yang diperkirakan turun mulai pukul 06.00 WIB. Cuaca kemudian berubah menjadi kabur pada pukul 09.00 WIB dan akan didominasi oleh awan hingga sore hari, tepatnya pukul 18.00 WIB. Menariknya, cuaca cerah akan menyambut malam hari mulai pukul 21.00 WIB.

    “Hujan pagi disusul kabut menandakan adanya kelembaban udara yang tinggi di awal hari,” ujar Oky Sukma Hakim.

    Suhu udara di Ngawi diperkirakan berkisar antara 24 hingga 29 derajat Celcius dengan kelembaban 74–95 persen. Angin bertiup dari arah Tenggara dengan kecepatan 8,1 km/jam.

    Magetan: Hujan Ringan dan Kabut Menyelimuti

    Situasi serupa juga terjadi di Magetan. Hujan ringan diprediksi turun pada pukul 06.00 WIB, kemudian cuaca akan berubah menjadi kabur pada pukul 09.00 WIB. Siang hingga sore hari, langit akan cenderung berawan. Namun, kabut diperkirakan kembali muncul pada pukul 18.00 WIB dan bertahan hingga pukul 21.00 WIB.

    “Fenomena kabut dua kali dalam sehari seperti ini biasanya muncul saat kelembaban cukup tinggi dan sirkulasi udara lemah,” jelas Oky.

    Suhu udara di Magetan berada di rentang 23–27 derajat Celcius, dengan tingkat kelembaban udara antara 78–94 persen. Sementara itu, angin berhembus dari arah Barat Daya dengan kecepatan 20,1 km/jam.

    Ponorogo: Pagi Hujan Ringan, Malam Berawan Cerah

    Di Ponorogo, hujan ringan diperkirakan akan mengguyur wilayah ini mulai pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Setelah itu, cuaca akan berangsur membaik dan berubah menjadi berawan mulai siang hingga sore hari. Pada malam hari, tepatnya pukul 21.00 WIB, langit akan tampak lebih cerah meskipun masih sedikit berawan.

    Suhu udara di Ponorogo diperkirakan berkisar antara 24 hingga 30 derajat Celcius. Kelembaban udara berada di kisaran 70–96 persen, dengan angin bertiup dari arah Selatan dengan kecepatan 13 km/jam.

    Dengan adanya potensi hujan di pagi hari dan perubahan cuaca lainnya, masyarakat di Ngawi, Magetan, dan Ponorogo disarankan untuk membawa perlengkapan seperti payung atau jas hujan saat beraktivitas di luar rumah. Selain itu, perhatikan kondisi jalan yang mungkin licin akibat hujan, serta waspada terhadap kabut yang dapat mengganggu jarak pandang.

    Pantau terus perkembangan cuaca melalui sumber resmi seperti BMKG untuk mendapatkan informasi terkini dan lebih akurat. [mnd/aje]

  • Warga Maospati Magetan Siap Direlokasi demi Proyek Pasar Hewan

    Warga Maospati Magetan Siap Direlokasi demi Proyek Pasar Hewan

    Magetan (beritajatim.com) – Penduduk di kawasan Totog, Kelurahan Maospati, Kabupaten Magetan, menyatakan kesiapan mereka untuk direlokasi terkait rencana pembangunan Pasar Hewan Maospati.

    Namun, sebagian besar dari mereka masih merasa bingung mengenai tempat tinggal pengganti setelah relokasi dilakukan.

    Lokasi itu berada di sebelah utara pertigaan Totog atau Tugu Fly, Fight and Win di Jalan Iswahjudi atau Jalan Nasional Maospati-Madiun.

    Pemerintah Kabupaten Magetan memang berencana membangun Pasar Hewan (Pahingan) di lokasi yang saat ini masih dihuni oleh puluhan warga. Meskipun sosialisasi sudah dilakukan melalui beberapa pertemuan, keresahan warga tetap ada, khususnya terkait dengan kelangsungan tempat tinggal mereka ke depan.

    “Kami menyadari bahwa tanah ini milik negara, jadi kalau harus pindah demi program pemerintah, kami siap. Namun, kami juga belum tahu akan tinggal di mana,” ujar Wardi (63), warga yang sudah lama tinggal di lokasi tersebut.

    Sebagian besar warga yang menempati lahan milik Pemkab bekerja sebagai buruh atau wiraswasta. Anak-anak mereka banyak yang sudah merantau dan bekerja di luar daerah, sehingga para orang tua ini tinggal sendiri dan tidak memiliki banyak pilihan saat harus pindah.

    “Kami dari awal tahu tanah ini bukan milik pribadi. Tapi kalau tempat ini nanti dibongkar, kami masih bingung mau ke mana,” tambah Wardi.

    Hal senada diungkapkan oleh Juwari (60), yang juga menerima kunjungan dari Penjabat Bupati Magetan pada Jumat (16/5/2025). Dalam pertemuan tersebut, Pj Bupati berdialog langsung dengan warga mengenai pemanfaatan lahan untuk pembangunan pasar hewan.

    “Kalau memang harus direlokasi, kami ikut saja,” kata Juwari. “Tapi saya benar-benar tidak tahu harus pindah ke mana. Saya hidup sendiri, istri sudah tiada, dan tidak punya anak.”

    Juwari juga mengaku telah menghuni lokasi itu sejak 1965 dan menyadari bahwa lahan tersebut adalah aset Pemkab. Ia menambahkan, “Kalau harus pindah ke Panti Lansia milik Dinsos, saya siap. Karena saya juga tidak punya siapa-siapa.”

    Lurah Maospati, Indra Ariesta Ardy, menyebutkan bahwa sekitar 18 kepala keluarga akan terdampak oleh proyek ini, dan total terdapat puluhan jiwa yang akan terkena relokasi. Pemerintah kelurahan telah melakukan pendekatan langsung kepada warga, dan sebagian besar menyambut baik rencana ini.

    “Banyak dari mereka yang masih memiliki keluarga, jadi bila tempat ini digunakan Pemkab, mereka bisa tinggal bersama kerabat,” jelas Indra.

    Rencana pembangunan Pasar Hewan Maospati ditargetkan dimulai tahun ini. Selain membangun pasar, pemerintah juga akan memperbaiki akses jalan untuk menunjang kegiatan di area tersebut.

    “Untuk dua warga lanjut usia yang hidup sebatang kara, kami sudah ajukan ke Dinsos untuk tinggal di panti lansia, dan telah disetujui,” tutupnya. [fiq/ted]

  • Pemkab Magetan Pastikan Lahan Aset di Sarangan Bakal Dimanfaatkan OPD

    Pemkab Magetan Pastikan Lahan Aset di Sarangan Bakal Dimanfaatkan OPD

    Magetan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Magetan melalui Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Winarto memastikan aset rumah makan di kawasan Sarangan yang sempat dikelola secara pribadi kini resmi menjadi milik pemerintah daerah. Winarto menjelaskan, lokasi tersebut dulunya berada di wilayah desa, namun kini sudah berubah status menjadi kelurahan sehingga pengelolaannya beralih ke pemerintah.

    “Kalau enggak salah itu dari desa menjadi kelurahan. Nah, kalau dulu kan memang itu perangkat desa kan yang mengelola. Jadi memang sempat berdiri sebuah rumah makan di lahan aset Pamkab Magetan tersebut. Nah, akhirnya terus kita menertibkan. Kita tertibkan, kan begitu. Kita tertibkan tidak semudah membalik telapak tangan kan? Kita perlu proses, perlu pendekatan.”

    Proses penertiban dilakukan secara persuasif untuk menghindari konflik dan menjaga hubungan baik dengan warga yang selama ini mengelola aset tersebut. Pendekatan dialog menjadi kunci untuk memastikan bahwa masyarakat tidak merasa dirugikan.

    “Jangan sampai ada yang dirugikan dan segala macam dan perlu dipahamkan bagi saudara-saudara kita. Wong ini kan juga masyarakat kita semua. Dan bukan siapa-siapa.”

    Winarto menambahkan bahwa kini aset tersebut telah resmi menjadi milik pemerintah daerah dan selanjutnya akan dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Magetan sebagai bagian dari pengembangan fasilitas wisata di kawasan Sarangan.

    “Ini ketika sudah kita perbaiki, ini menjadi asetnya pemerintah daerah. Lah saya pemerintah daerah ini karena wilayah yang di kawasan Sarangan, coba nanti dia dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) gitu loh untuk fasilitas pembinaan fasilitas gitu. Yang menempati itu kan juga sudah didekati juga.”

    Pihak yang sebelumnya menempati lahan tersebut disebut telah memahami dan menerima keputusan tersebut, sehingga proses berjalan lancar tanpa hambatan.

    “Juga diberikan satu pemahaman juga. Dan juga menerima, bisa menerima. Artinya tidak ada masalah. Kan begitu.”

    Winarto meminta masyarakat fokus pada perkembangan terbaru dan tidak terjebak pada perdebatan masa lalu, mengingat setiap langkah pemerintah melalui proses administratif yang sah.

    “Jangan flashback. Ketika flashback, ‘Pak, sekian-sekian kenapa enggak diterapkan sewa dan segala macam?’ Semua ada prosesnya. Semua ada prosesnya. Jadi kita tidak serta-merta itu. Itu. Makanya okelah kita berfokus pada progres yang terbaru saja.”

    Rencananya, lokasi strategis yang berada di dekat pertigaan Dewi Sri Sarangan itu akan diusulkan sebagai tambahan fasilitas wisata, seperti lahan parkir atau area bisnis baru, sesuai kebutuhan dan pengajuan dari Disbudpar.

    “Nah, nanti kita limpahkan ke Disbudpar untuk bisa sebagai tambahan fasilitas pariwisata. Tinggal Disbudpar diusulkan untuk apa? Mungkin bisa untuk lahan parkir atau fasilitas lainnya. Itu kan nanti tinggal pengajuannya dari Disbudpar seperti apa,” terangnya.

    “Itu kan sempat ramai juga toh teman-teman. Ya enggak apa-apa kami diingatkan juga enggak apa-apa. Eee ya jelas pada posisi sekarang kita progresnya seperti itu sudah menjadi aset punya daerah,” pungkasnya. [fiq/aje]

  • Ketum PSHT Larang Konvoi Suro, Fokuskan Kegiatan pada Pemberdayaan dan Ekonomi Warga

    Ketum PSHT Larang Konvoi Suro, Fokuskan Kegiatan pada Pemberdayaan dan Ekonomi Warga

    Madiun (beritajatim.com) – Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Moerdjoko HW, menegaskan bahwa kegiatan dalam rangka menyambut bulan Suro (Syura) seharusnya tidak lagi menjadi ajang hura-hura atau konvoi yang tidak memiliki arah yang jelas. Sebaliknya, momentum ini diharapkan menjadi sarana pemberdayaan masyarakat yang berdampak nyata secara sosial dan ekonomi.

    “Kita berharap kegiatan Suro ini menjadi satu momentum yang tidak hanya bersifat seremonial organisasi, tetapi juga menjadi ajang pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang menarik dan bisa menghasilkan dampak ekonomi positif bagi warga sekitar. Ini yang kita dorong,” ungkap Moerdjoko, Minggu (18/5/2025).

    Ia juga menekankan bahwa sejak tahun ini, PSHT tidak lagi mengizinkan kegiatan berkonvoi ataupun aktivitas massal tanpa arah yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan.

    “Mulai tahun ini, kami harapkan sudah tidak ada lagi kegiatan konvoi dan hura-hura yang tidak ada ujung pancingnya,” tegasnya.

    Moerdjoko turut menyampaikan bahwa hingga saat ini, jumlah anggota baru PSHT yang telah terdaftar dan tersebar di seluruh Indonesia maupun luar negeri telah mencapai lebih dari 97.000 orang.

    Mengenai tradisi ziarah kubur yang biasa dilakukan saat bulan Suro, Ketua Umum PSHT menegaskan bahwa kegiatan tersebut masih tetap ada, namun akan dibatasi dalam periode tertentu guna menghindari kerumunan.

    “Ziarah tetap ada, tapi mulai tanggal 1 Juni hingga akhir Juli tidak ada kegiatan ziarah karena kita fokus pada kegiatan di Padepokan seperti tes dan agenda penting lainnya,” jelasnya.

    Pengesahan anggota baru PSHT juga tidak lagi dipusatkan di satu lokasi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kini, proses pengesahan dilakukan di tingkat cabang masing-masing daerah.

    “Pengesahan dilakukan di cabang masing-masing. Di Padepokan hanya untuk kota dan kabupaten tertentu. Ponorogo ya di Ponorogo, Magetan di Magetan, begitu juga Ngawi di Ngawi,” terangnya.

    Terkait pengawasan terhadap pelanggaran aturan, PSHT telah bekerja sama dengan aparat penegak hukum serta menerapkan sanksi organisasi yang tegas. “Jika ada pelanggaran, bisa dikenai sanksi, bahkan sampai pada pencabutan keanggotaan jika diperlukan,” pungkasnya.

    Apel Pamter PSHT di Padepokan Pusat, di Kota Madiun, Minggu (18/5/2025)

    PSHT juga telah menggelar apel Pamter untuk memastikan keamanan selama kegiatan bulan Suro. “Kami bakal siagakan Pamter baik di Padepokan Pusat di Jalan Merak ini, dan di Mojorayung. Total 500 personel,” terang Bambang Purnomo, Ketua Pamter DKP Madiun. [fiq/aje]

  • Identitas Wanita Tertabrak KA Jayakarta di Magetan Diketahui, Korban Punya Riwayat Depresi

    Identitas Wanita Tertabrak KA Jayakarta di Magetan Diketahui, Korban Punya Riwayat Depresi

    Magetan (beritajatim.com) – Identitas jasad wanita yang tertabrak Kereta Api (KA) Jayakarta di rel masuk Desa Mangge, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan, pada Sabtu pagi (17/5/2025), akhirnya terungkap. Korban diketahui bernama Sumarmi (49), warga Desa Mantren, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan.

    Informasi ini dikonfirmasi oleh Sekretaris Desa Mantren, Utik Susana. Ia menyebutkan bahwa Sumarmi telah lama mengalami gangguan kesehatan mental. “Memang ada semacam disabilitas mental. Meski ada anak dan suami, dan tinggal bersama di desa,” ungkap Utik.

    Utik juga mengungkapkan bahwa tahun lalu Sumarmi pernah mencoba mengakhiri hidup dengan menceburkan diri ke sumur, namun berhasil diselamatkan. Kali ini, diduga kuat korban meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan keluarga atau tetangga, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia usai tertabrak KA Jayakarta.

    “Prosedur pemulangan jenazah tadi sudah dilakukan. Pihak keluarga langsung ke RSUD dr Sayidiman untuk mengurus ini. Kami dari perangkat desa juga diminta mendampingi. Jenazah dipulangkan ke rumah duka menggunakan mobil siaga desa,” lanjut Utik.

    Jenazah korban telah dipulangkan ke rumah duka di Desa Mantren dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum desa setempat. [fiq/ian]

  • Dulu Desa Terpencil, Kini Cileng Magetan Jadi Contoh Pengentasan Stunting

    Dulu Desa Terpencil, Kini Cileng Magetan Jadi Contoh Pengentasan Stunting

    Magetan (beritajatim.com) – Desa Cileng di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, berhasil mencuri perhatian publik dengan transformasi luar biasa dari desa terpencil menjadi teladan pembangunan. Terpilihnya Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) Desa Cileng sebagai wakil Kabupaten Magetan dalam penilaian tingkat Provinsi Jawa Timur menjadi bukti nyata kemajuan desa ini. Penjabat (Pj) Bupati Magetan, Nizhamul, mengapresiasi pencapaian tersebut.

    “Desa Cileng dahulu masuk menjadi kategori Desa Terpencil dan Miskin menurut Kemendes PDT dan Transmigrasi, kini sudah maju dengan beberapa torehan prestasi, tingginya angka unmet need kala itu yaitu sebanyak 7,81 persen dijawab oleh desa ini, hingga bisa mencapai capaian partisipasi masyarakat mengikuti program KB. Pada capaian kesertaan Pasangan Usia Subur (PUS) ber-KB meningkat menjadi 72,31 persen serta kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (Unmeet Need) menurun menjadi 4,31 persen,” ungkap Nizhamul.

    Tidak hanya dalam aspek kependudukan, Indeks Desa Membangun (IDM) Desa Cileng pun mengalami peningkatan signifikan, dari 0,6810 dengan kategori berkembang menjadi 0,7606 dan masuk kategori maju. Salah satu pencapaian paling membanggakan adalah diraihnya penghargaan sebagai desa bebas stunting dalam ajang Stunting Awards 2023, prestasi yang mengangkat nama Magetan di tingkat nasional.

    Dalam Lomba Kampung Keluarga Berkualitas Provinsi Jawa Timur Tahun 2025, Desa Cileng bersaing sebagai nominator dalam kategori Penguatan Pengelolaan Kampung KB Kabupaten. Dua desa lainnya yang menjadi pesaing di tingkat provinsi adalah Desa Mangundikaran dari Kabupaten Nganjuk dan Desa Sumberrejo Kulon dari Kabupaten Tulungagung.

    Tim penilai provinsi yang hadir langsung ke Desa Cileng pada Jumat (16/5/25) terdiri dari Ketua Yuni Dwi Tjadikijanto, S.E., serta anggota Dr. Lutfi Agus S., SKM, M.Si, Aninda RoseN, S.Sos, M.Si, Nur Hotimash, S.Sos, M.PSDM, dan Desy Mega Aditia, M.Psi. Mereka menilai penerapan program Quick Win dari BKKBN yang mencakup lima inisiatif strategis, yaitu Taman Asuh Anak (Tamasya), Gerakan Orang Tua Cegah Stunting (GENTING), Gerakan Ayah Teladan (GATE), Lansia Berdaya, dan AI-Super App. [fiq/beq]

  • Forkopimda Magetan Harapkan Situasi Harmonis antar Perguruan Silat Jelang Bulan Suro

    Forkopimda Magetan Harapkan Situasi Harmonis antar Perguruan Silat Jelang Bulan Suro

    Magetan (beritajatim.com) — Kapolres Magetan, AKBP Raden Erik Bangun Prakasa, memimpin pelaksanaan Operasi Aman Suro yang digagas Polda Jawa Timur untuk mencegah potensi konflik antar kelompok pesilat di wilayahnya. Langkah ini dilakukan lewat pendekatan psikoedukasi yang humanis, bekerja sama dengan tim psikologi dari SSDM Mabes Polri dan SDM Polda Jatim.

    “Polres Magetan bersinergi dengan tim psikologi dari SSDM Mabes Polri serta SDM Polda Jatim untuk memberikan pendekatan yang lebih humanis dan psikologis kepada para pesilat,” ujar AKBP Erik.

    Ia menegaskan pentingnya semangat Sing Akur Kabeh Sedulur yang telah menjadi budaya IPSI Magetan. Tradisi berkumpul bergilir antar perguruan juga dianggap efektif dalam mempererat solidaritas antar pesilat.

    “Psikoedukasi seperti ini terbukti menjadi metode pencegahan yang efektif, dan kami berharap dapat diterapkan secara berkelanjutan,” tambahnya.

    Senada dengan itu, Komandan Kodim 0804/Magetan, Letkol Inf Hasan Dasuki, menyebut pendekatan psikoedukatif sebagai sarana efektif memperkuat hubungan emosional dan kebersamaan antar perguruan.

    “Lewat kegiatan yang sarat akan muatan emosional dan kebersamaan seperti ini, kami berharap dapat terbentuk ikatan kuat yang menjaga persatuan di tengah keberagaman perguruan,” ucapnya.

    Dia juga mendorong seluruh pesilat Magetan untuk menjunjung prestasi dan mewujudkan suasana yang harmonis.

    “Nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan ini harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi menjaga kedamaian Magetan, selaras dengan semangat ‘Sing Akur Kabeh Sedulur’,” tegasnya.

    Dalam rangka mempererat tali persaudaraan antar perguruan pencak silat, SSDM Mabes Polri melalui Ropsi SSDM menyelenggarakan kegiatan psikoedukasi bertema Pesilat Bersatu, Indonesia Maju di Magetan Park, Kamis (15/5/2025). Acara ini diikuti ratusan peserta dari 13 perguruan silat di bawah naungan IPSI Kabupaten Magetan.

    Kegiatan tersebut dipimpin Kabagpsipol Ropsi SSDM Polri, Kombes Cucuk Trihono, yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana. Bersama tim psikolog Mabes Polri, mereka menyajikan aktivitas interaktif dan outbound untuk membangun kesadaran diri, pengelolaan emosi, serta mempererat hubungan antarpesilat.

    “Konflik dan kekerasan seringkali berakar pada kegagalan dalam mengelola emosi. Melalui psikoedukasi ini, kami ingin membantu para pesilat menemukan potensi positif dalam diri mereka,” jelas Kombes Cucuk.

    Ia juga memberikan apresiasi terhadap Kabupaten Magetan yang dianggap berhasil menciptakan suasana harmonis antar perguruan silat.

    “Magetan menjadi contoh bagaimana kerukunan bisa tercipta di tengah perbedaan. Kebersamaan para pendekar di sini layak menjadi inspirasi,” lanjutnya.

    Acara ditutup dengan refleksi bersama dan komitmen seluruh peserta untuk menjaga kebersamaan dalam semangat persaudaraan sejati. [fiq/beq]

  • Pasar Hewan Maospati Direlokasi ke Belakang Puskesmas, 17 KK Bakal Pindah

    Pasar Hewan Maospati Direlokasi ke Belakang Puskesmas, 17 KK Bakal Pindah

    Magetan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Magetan resmi menetapkan lokasi baru untuk relokasi Pasar Hewan Maospati (Pahingan), yang sebelumnya berada di Jalan Maospati – Barat. Dari tiga opsi yang diajukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)—yakni barat Puskesmas Maospati, belakang Puskesmas, dan belakang SMPN 3 Maospati—Penjabat (Pj) Bupati Magetan, Nizhamul, memilih area di sisi barat Puskesmas atau kawasan Totog sebagai lokasi relokasi.

    Pada Jumat (16/5/2025) Nizhamul meninjau langsung lokasi pasar lama dan lahan baru bersama tim dari Disperindag, BPKPD, dan Satpol PP. Dalam sidak tersebut, ia juga menyempatkan berdialog dengan warga yang telah menempati tanah aset pemerintah di lokasi relokasi.

    “Ini merupakan bagian dari kerja sama dengan Disperindag untuk memindahkan Pasar Hewan dari Jalan Maospati-Barat ke kawasan Totog, tepatnya di sebelah barat Puskesmas,” jelas Nizhamul.

    Dia menyebutkan bahwa dari tiga titik aset milik Pemkab di Kelurahan Maospati, lokasi di barat Puskesmas dinilai paling strategis. Namun, tantangan di lokasi tersebut adalah keberadaan rumah-rumah warga yang berdiri di atas lahan itu. Meski begitu, warga disebut hanya memiliki hak pakai. “Kami telah berdialog dengan beberapa penghuni, dan pada prinsipnya mereka tidak menolak,” ujarnya.

    Nizhamul menekankan bahwa Pemkab akan tetap memberikan bantuan pemindahan barang kepada warga sebagai bentuk tanggung jawab sosial, meskipun tidak ada kompensasi dalam bentuk uang. “Sudah ada kesepakatan bahwa tidak akan diberikan kompensasi dalam bentuk uang,” terang Nizhamul.

    Data pemerintah menunjukkan ada 17 rumah yang ditempati oleh 18 kepala keluarga, dengan catatan mereka telah menghuni lahan tersebut sejak tahun 1953 secara turun-temurun. “Relokasi Pasar Hewan dipastikan akan dilakukan di lokasi ini,” tegas Nizhamul.

    Lahan yang disiapkan mencapai 8.000 meter persegi. Dari total luas tersebut, 6.000 meter persegi bersih dari bangunan liar, sementara 2.000 meter persegi masih ditempati warga. Kebutuhan lahan untuk pasar baru hanya sekitar 3.800 meter persegi, setara dengan luas pasar saat ini. “Jadi lahannya mencukupi, dan tentu akan membawa dampak positif bagi ekonomi lokal,” tambahnya.

    Rencana relokasi ini ditargetkan rampung dalam tahun anggaran 2025. Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp650 juta untuk relokasi pasar dan Rp570 juta untuk pembangunan foodcourt di lokasi lama.

    Alasan utama pemindahan pasar didorong oleh rencana pengembangan wilayah Kabupaten Magetan ke arah Kecamatan Barat, terutama karena keberadaan Kampus Unesa 5 Magetan dan Stasiun Magetan. Selain itu, keberadaan Pasar Hewan setiap hari Pahingan kerap menimbulkan kemacetan sepanjang 4 kilometer.

    “Dengan dipindahkannya pasar ini, selain memperlancar lalu lintas, area lama bisa dikembangkan menjadi pusat UMKM dan foodcourt karena lokasinya yang strategis dekat dengan kampus. Langkah awalnya adalah menyiapkan lokasi, baru kemudian pasar dipindahkan,” tutup Nizhamul. [fiq/beq]

  • Mayat Wanita Tanpa Identitas di Rel KA Mangge Magetan, Berikut Ciri-cirinya

    Mayat Wanita Tanpa Identitas di Rel KA Mangge Magetan, Berikut Ciri-cirinya

    Magetan (beritajatim.com) – Warga Desa Mangge, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dikejutkan dengan penemuan mayat wanita tanpa identitas di pinggir rel kereta api pada Sabtu pagi (17/5/2025). Peristiwa ini terjadi di lokasi yang bukan merupakan titik penyeberangan rel, sehingga polisi menduga korban sengaja menabrakkan diri ke kereta api.

    Kapolsek Barat Iptu Munif Setiyono mengungkapkan bahwa pihaknya menerima laporan dari warga sekitar dan segera menuju lokasi kejadian bersama Tim Inafis untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). “Kami lakukan olah TKP bersama Tim Inafis. Namun tidak ditemukan adanya identitas yang dibawa oleh korban,” terang Munif.

    Hingga saat ini, warga sekitar tidak ada yang mengenali korban. Dugaan sementara, wanita tersebut bukan warga asli Desa Mangge dan tidak diketahui dari mana asalnya.

    Korban diketahui mengenakan celana legging hitam, baju bermotif bunga dengan warna dasar hijau, serta berjilbab biru. Ciri fisik korban disebut berperawakan agak gemuk dan diperkirakan berusia sekitar 50 tahun. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan korban mengalami luka berat di kepala, patah tulang belakang, dan tangan.

    Iptu Munif menambahkan, keterangan masinis KA Jayakarta relasi Jakarta-Surabaya menjadi petunjuk penting dalam penyelidikan. “Menurut keterangan masinis, korban terlihat maju mundur. Hingga akhirnya saat kereta mendekat ke arah korban, korban tidak minggir,” ungkapnya.

    Jenazah korban kini telah dievakuasi ke RSUD dr Sayidiman Magetan untuk keperluan pemeriksaan medis dan proses identifikasi lebih lanjut. [fiq/but]