kab/kota: Magetan

  • Kisah Mantan Ketua KONI Blitar Sahabat Gus Iqdam Sabet Gelar M.H. Cumlaude di UNEJ

    Kisah Mantan Ketua KONI Blitar Sahabat Gus Iqdam Sabet Gelar M.H. Cumlaude di UNEJ

    Blitar (beritajatim.com) – Di tengah kesibukan dan segudang aktivitas sosialnya, sosok Tonny Andreas kembali membuktikan bahwa semangat menuntut ilmu tak pernah mengenal kata terlambat. Mantan Ketua KONI Kabupaten Blitar dua periode ini resmi menyandang gelar Magister Hukum (M.H.) dari Universitas Negeri Jember (UNEJ) dengan predikat Cumlaude.

    Tonny, yang dikenal sukses membawa atlet Blitar berprestasi di tingkat provinsi dan nasional, menambah daftar panjang prestasinya dengan torehan akademik membanggakan.

    “Alhamdulillah, saya bisa lulus dengan baik bahkan terbaik dan merampungkan gelar Magister Hukum. Hari ini tadi ujian tesis terakhir saya, dan insyaallah setelah ini saya lanjut ke S3 di kampus yang sama, UNEJ,” ujar Tonny dengan senyum lega, Sabtu (18/10/2025).

    Baginya, gelar ini bukan sekadar pencapaian pribadi, melainkan sebuah tanggung jawab moral untuk mendedikasikan ilmunya.

    “Dari apa yang saya raih ini, saya ingin menyampaikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu. Siapa pun bisa, asalkan punya niat dan kemauan. Ini semoga bisa menjadi motivasi bagi masyarakat,” lanjutnya.

    Tonny Andreas bukanlah nama asing di Blitar. Dikenal luwes bergaul, ia dekat dengan berbagai ormas, LSM, hingga awak media. Di balik sosoknya yang tegas, tersimpan pribadi hangat dan dermawan yang kerap membantu masyarakat tanpa publikasi. Kini, dengan ilmu hukum yang dimilikinya, ia memiliki misi baru.

    “Dengan ilmu yang saya raih, saya ingin bisa lebih bermanfaat untuk masyarakat. Bukan hanya dalam hal sosial, tapi juga membantu masyarakat memahami dan menghindari masalah hukum. Saya ingin berkontribusi agar pemerintah dan masyarakat tidak terjerat persoalan hukum,” tegasnya.

    Di balik langkah sukses dan kedermawanannya, ada sosok ulama muda yang menjadi sumber inspirasi hidupnya yakni Gus Iqdam, pendakwah kondang pimpinan Majelis Sabilul Taubah. Hubungan keduanya bukan sekadar murid dan guru, tapi sahabat spiritual yang saling menghormati. Dalam satu kesempatan, Gus Iqdam pernah menceritakan kisah mengharukan tentang kepedulian Tonny Andreas.

    “Saya ini punya sahabat, namanya Mas Tonny Andreas. Dulu setiap saya ngaji dia ikut terus, bahkan sampai ke Magetan,” tutur Gus Iqdam.

    “Pas saya pamit untuk Umroh, tiba-tiba salah satu santri saya didaftarkan dan dibiayai umroh olehnya. Tujuannya cuma satu yaitu agar santri itu bisa mengawal dan menjaga saya saat ibadah,” lanjutnya

    Kisah sederhana namun penuh makna itu mempertegas karakter sejati Tonny Andreas. Ia juga dikenal kerap beramal dengan membagikan ribuan paket sembako dalam berbagai acara keagamaan di kediamannya, semuanya dilakukan jauh dari sorotan kamera.

    “Saya percaya, kebaikan itu tidak harus ditunjukkan. Cukup dilakukan dengan hati, nanti akan sampai ke hati juga,” pungkasnya singkat.

    Kini, dengan gelar Magister Hukum Cumlaude di tangan dan rencana melanjutkan studi ke jenjang S3, Tonny Andreas menegaskan bahwa perjalanannya untuk memberi manfaat bagi sesama masih sangat panjang. [owi/beq]

  • Cuaca Panas Terik di Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, Ini Imbauan BMKG

    Cuaca Panas Terik di Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, Ini Imbauan BMKG

    Surabaya (beritajatim.com) – Sabtu, 18 Oktober 2025, wilayah Ngawi, Magetan, dan Ponorogo diprediksi akan menikmati cuaca cerah sepanjang hari.

    Berdasarkan laporan prakirawan BMKG Juanda, Oky Sukma Hakim, S.Tr., ketiga daerah di Jawa Timur ini akan mengalami pola cuaca yang relatif sama dengan suhu udara yang cukup tinggi pada siang hari.

    “Secara umum, cuaca di wilayah Ngawi, Magetan, dan Ponorogo hari ini cenderung cerah hingga cerah berawan. Namun masyarakat tetap perlu waspada terhadap peningkatan suhu udara pada siang hari,” ujar Oky Sukma Hakim saat dikonfirmasi, Sabtu pagi.

    Untuk wilayah Ngawi, cuaca cerah diperkirakan sudah tampak sejak pukul 06.00 WIB. Menjelang siang, tepatnya antara pukul 09.00 hingga 12.00 WIB, langit akan berubah menjadi cerah berawan, sebelum akhirnya kembali cerah total pada sore hingga malam hari.

    Suhu udara di Ngawi berkisar antara 25–36 derajat Celcius, dengan kelembapan udara 33–87 persen dan kecepatan angin dari arah barat mencapai 15,1 km/jam.

    Sementara di Magetan, kondisi cuaca tidak jauh berbeda. Langit akan tampak cerah dari pagi hingga malam, dengan suhu terendah 24 derajat Celcius dan tertinggi 32 derajat Celcius. Angin bertiup dari arah barat daya dengan kecepatan sekitar 16,7 km/jam dan kelembapan udara berkisar 43–85 persen.

    “Wilayah Magetan cenderung stabil hari ini, tidak ada potensi hujan yang signifikan,” jelas Oky.

    Adapun Ponorogo diperkirakan akan mengalami kondisi yang hampir serupa, hanya saja pada pukul 09.00 hingga 12.00 WIB langit akan berawan lebih tebal. Suhu udara di Ponorogo mencapai 24–34 derajat Celcius, dengan kelembapan tinggi antara 45–96 persen. Angin berhembus dari arah tenggara dengan kecepatan sekitar 19,7 km/jam.

    Meski cuaca cenderung bersahabat, Oky mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap paparan panas matahari di siang hari.

    “Kami imbau warga agar tetap menjaga hidrasi, gunakan pelindung kepala, dan hindari aktivitas berat di luar ruangan pada siang hari,” tambahnya. (mnd/ted).

  • Usai Dugaan Keracunan, Pemkab Magetan Perketat Pengawasan Program MBG

    Usai Dugaan Keracunan, Pemkab Magetan Perketat Pengawasan Program MBG

    Magetan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan menegaskan komitmennya dalam memastikan keamanan dan kualitas pangan pada pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Langkah ini merupakan tindak lanjut atas dugaan kasus keracunan makanan yang menimpa sejumlah siswa SDN Kediren 2, Kecamatan Lembeyan, baru-baru ini.

    Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti, menyampaikan keprihatinannya kepada para siswa yang terdampak serta mengapresiasi kerja cepat seluruh pihak yang menangani kejadian tersebut secara sigap hingga kondisi para siswa kini berangsur pulih.

    “Pemerintah Kabupaten Magetan terus berkomitmen menjamin keamanan pangan dan memastikan Program MBG berjalan sesuai harapan untuk menyiapkan Generasi Emas Indonesia,” ujar Bupati Nanik, Jumat (17/10/2025).

    Bupati juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak khawatir. Menurutnya, Pemkab Magetan telah melakukan langkah mitigasi dan pengawasan berlapis melalui Satgas MBG untuk memastikan program berjalan aman.

    Pengawasan Berlapis untuk Jamin Keamanan Pangan

    Pemkab Magetan menerapkan sejumlah langkah konkret agar pelaksanaan program MBG tetap aman dan sesuai standar.

    Satgas Percepatan Penyelenggaraan Program MBG secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi di setiap tahap pelaksanaan. Hal ini dilakukan untuk memastikan semua proses berjalan sesuai prosedur dan standar keamanan pangan.

    Kepatuhan terhadap Standar Operasional

    Seluruh Satuan Pelaksana Penyedia Pangan Gizi (SPPG) diwajibkan mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) dan petunjuk teknis yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

    Peningkatan Standar Higiene dan Sanitasi

    Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama DPMPTSP mempercepat penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi penyedia makanan. Hingga saat ini, pemeriksaan kesehatan lingkungan (IKL) telah mencapai lebih dari 80 persen.

    Selain itu, pelatihan bagi penjamah makanan juga terus ditingkatkan baik secara daring melalui LMS maupun tatap muka. Pemeriksaan laboratorium terhadap air, alat, dan bahan pangan pun menunjukkan hasil yang memenuhi standar kualitas.

    Pemantauan Sekolah dan Fasilitas Kesehatan

    Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) turut aktif melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program di sekolah. Fasilitas kesehatan di tingkat FKTP maupun FKRTL juga disiagakan untuk memberikan respon cepat bila terjadi kedaruratan kesehatan.

    Jalur Laporan Masyarakat Dibuka

    Sebagai bentuk transparansi dan keterbukaan informasi publik, Pemkab Magetan membuka jalur pelaporan dan pengaduan melalui PSC 119 Magetan di nomor telepon 0351-8900119 atau 0852-8900-0119.

    “Kami mengajak masyarakat ikut mengawasi dan melaporkan bila menemukan hal-hal yang mencurigakan atau membutuhkan penanganan kesehatan segera,” pesan Bupati Nanik.

    Dengan berbagai upaya tersebut, Pemkab Magetan berharap Program Makan Bergizi Gratis dapat terus berjalan optimal dan menjadi langkah nyata dalam meningkatkan gizi anak-anak sekolah. Program ini juga diharapkan mampu memperkuat kualitas sumber daya manusia menuju Magetan yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. [fiq/ian]

  • GP Ansor Magetan Minta Pertanggungjawaban Trans7 Soal Tayangan Xpose Uncensored

    GP Ansor Magetan Minta Pertanggungjawaban Trans7 Soal Tayangan Xpose Uncensored

    Magetan (beritajatim.com) – Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Magetan meminta  pertanggungjawaban penuh dari pihak Trans7 atas tayangan program Xpose Uncensored yang dinilai menyesatkan dan mencemarkan nama baik dunia pesantren, khususnya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Tayangan tersebut dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap kehormatan moral umat Islam dan warisan keilmuan pesantren di Indonesia.

    Tuntutan itu disampaikan langsung oleh Ketua GP Ansor Magetan, Habib Mustofa, dalam kegiatan Apel Siaga “Jaga Kiai Jaga Negeri” di Magetan Park, Jumat (17/10/2025). Ratusan kader Ansor dan Banser turut hadir menyatakan sikap tegas membela kehormatan pesantren dan menolak segala bentuk pelecehan terhadap dunia pendidikan Islam.

    Menurut Habib Mustofa, program Xpose Uncensored bukan sekadar kesalahan jurnalistik, melainkan bentuk serangan terhadap kehormatan lembaga keagamaan. Ia menilai, media semestinya menjadi pilar penegak kebenaran, bukan alat penyebar sensasi yang menyesatkan publik.

    “Pesantren adalah benteng terakhir moral bangsa. Ketika media kehilangan akal sehat dan nurani, menukar fakta dengan sensasi, maka sesungguhnya mereka sedang menggali kubur bagi kepercayaan publik,” tegas Habib Mustofa di hadapan peserta apel.

    Ia menegaskan, GP Ansor Magetan tidak akan tinggal diam dan menuntut Trans7 beserta jejaring media di bawah CT Corp bertanggung jawab secara terbuka. Ansor meminta permintaan maaf resmi di media nasional serta evaluasi menyeluruh terhadap sistem produksi dan pengawasan tayangan di internal Trans7.

    Dalam pernyataan sikap resminya, GP Ansor Magetan juga mendesak Dewan Pers Republik Indonesia untuk memberikan sanksi tegas kepada Trans7 dan meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mencabut izin siar stasiun televisi tersebut. Ansor menilai, langkah tegas ini penting agar tidak ada lagi tayangan serupa yang merusak citra pesantren dan moral bangsa.

    Selain itu, GP Ansor Magetan meminta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama KPI melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh konten siaran Trans7. Mereka juga menuntut Chairul Tanjung selaku pendiri CT Corp, bersama direksi Trans Corp dan Trans7, untuk bertanggung jawab secara terbuka kepada umat melalui permintaan maaf resmi di berbagai media nasional.

    Ansor Magetan turut mendesak Trans7 mengungkap rumah produksi (PH) yang membuat tayangan Xpose Uncensored dan meminta PH tersebut menyampaikan permintaan maaf langsung kepada KH. Anwar Mansyur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, serta pesantren lain yang dijadikan bahan tayangan.

    Bahkan, GP Ansor Magetan meminta Chairul Tanjung secara pribadi menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada KH. Anwar Mansyur dan seluruh pengasuh pesantren melalui media nasional dan cetak selama tiga tahun berturut-turut sebagai bentuk pertanggungjawaban moral.

    Habib Mustofa juga menyerukan kepada seluruh warga Nahdliyin, keluarga besar pesantren, serta alumni santri se-Magetan untuk bersatu menjaga marwah para kiai dan pesantren. Ia menegaskan bahwa pesantren bukanlah objek eksploitasi media, melainkan sumber nilai dan moral bangsa.

    Hingga permintaan maaf terbuka dan pembenahan struktural dilakukan, GP Ansor Magetan menyerukan boikot nasional terhadap Trans7 dan seluruh jejaring CT Corp.

    “Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Magetan berdiri tegak membela marwah para ulama, menjaga warisan keilmuan, dan menegakkan kebenaran di tengah derasnya arus fitnah,” pungkas Habib Mustofa. [fiq/beq]

  • Aparat Bongkar Arena Judi Sabung Ayam di Desa Setren Magetan

    Aparat Bongkar Arena Judi Sabung Ayam di Desa Setren Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Aparat gabungan TNI-Polri membongkar arena judi sabung ayam yang berlokasi di lahan samping rumah kosong di Desa Setren, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, pada Kamis (16/10/2025) sekitar pukul 10.30 WIB.

    Operasi penertiban tersebut dipimpin Kapolsek Bendo AKP Agus Suparno bersama Kasat Reskrim Polres Magetan AKP Joko Santoso dan Kasat Samapta AKP Agus Wibowo. Unsur TNI dari Kodim Magetan, Koramil Bendo, serta Subdenpom V/Brw Magetan turut dilibatkan, bersama perangkat desa setempat.

    Saat petugas tiba di lokasi, arena sabung ayam dalam keadaan tidak beroperasi. Namun, di area tersebut ditemukan berbagai fasilitas pendukung aktivitas perjudian, seperti arena utama berbahan bambu beratap terpal, dua warung kopi, serta dua bedak perawatan ayam. Seluruh bangunan itu kemudian dibongkar oleh petugas.

    “Penertiban ini kami lakukan untuk memastikan wilayah hukum Polsek Bendo bebas dari praktik perjudian. Patroli dan penegakan hukum akan terus kami jalankan agar masyarakat merasa aman,” ujar AKP Agus Suparno.

    Menurut Agus, saat kegiatan berlangsung tidak ada pelaku yang diamankan karena arena sudah tutup ketika aparat datang. “Dari keterangan warga, sabung ayam di lokasi itu bersifat tentatif — kadang ada, kadang tidak,” terangnya tanpa menjelaskan siapa pemilik lahan tersebut.

    Selain membongkar bangunan, petugas juga memusnahkan sejumlah perlengkapan pendukung seperti terpal yang digunakan menutup arena dengan cara dibakar di tempat. Proses pembongkaran berjalan tertib dan aman.

    AKP Agus Suparno mengimbau masyarakat agar tidak terlibat dalam praktik perjudian dalam bentuk apa pun serta aktif melapor bila menemukan aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitar.

    “Kami mengajak warga untuk bersama-sama menjaga keamanan lingkungan. Jika mengetahui adanya kegiatan mencurigakan atau praktik perjudian, segera laporkan kepada pihak kepolisian,” pesannya. [fiq/beq]

  • Damkar Magetan Kekurangan Personel, Dua Mako di Kecamatan Belum Aktif

    Damkar Magetan Kekurangan Personel, Dua Mako di Kecamatan Belum Aktif

    Magetan (beritajatim.com) – Dinas Satpol PP dan Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Magetan menghadapi kendala serius dalam memperluas layanan pemadamannya. Dari tiga markas komando (mako) yang dibentuk di tingkat kecamatan, baru satu yang beroperasi aktif, sedangkan dua lainnya belum berjalan karena keterbatasan jumlah personel.

    Kabid Damkar Satpol PP dan Damkar Magetan, Ali Sukamto, menyebutkan bahwa mako yang saat ini aktif berada di Kecamatan Karangrejo. Sementara dua mako lainnya di Kecamatan Kawedanan dan Parang belum bisa difungsikan karena kekurangan tenaga.

    “Mako Damkar yang ada di kecamatan memang sementara ini masih ada yang belum aktif karena masih kekurangan personel. Tapi kami berusaha semaksimal mungkin agar ke depan bisa ditambah tenaga,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).

    Ali menjelaskan, pembentukan mako damkar di tiga titik kecamatan merupakan bagian dari strategi mempercepat waktu tanggap darurat sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) 15 menit.

    “Kami mempertimbangkan di tiga titik ini karena faktor kerawanan. Jika ada laporan, yang ada di mako ini bisa menuju lokasi lebih dulu, kemudian kami yang ada di kantor pusat akan menyusul untuk membantu. Saat ini SPM Damkar Magetan mencapai 85 dari nilai maksimal 100,” terangnya.

    Saat ini, Damkar Magetan hanya memiliki 24 personel aktif. Jumlah tersebut dinilai jauh dari ideal untuk wilayah seluas Kabupaten Magetan dengan potensi risiko kebakaran yang cukup tinggi.

    “Kalau melihat luas wilayah, memang sangat kurang sekali. Tapi Alhamdulillah, tahun ini kejadian kebakaran di Magetan menurun, per tanggal 16 Oktober 2025 ini ada 58 kejadian,” jelasnya.

    Sebagian besar kebakaran yang terjadi di wilayah Magetan disebabkan oleh pembakaran sampah yang ditinggal tanpa pengawasan.

    Meski kekurangan tenaga, Ali memastikan sarana dan prasarana pemadaman masih memadai. Saat ini Damkar Magetan memiliki lima unit mobil pemadam, tiga unit tangki air, serta satu kendaraan penyelamatan untuk evakuasi hewan dan sarang tawon.

    “Yang kita utamakan ke depan itu penambahan tenaga. Kalau kendaraan insyaallah masih cukup,” imbuhnya.

    Ali menegaskan, peningkatan pelayanan tetap menjadi prioritas utama. Pihaknya terus berupaya mengoptimalkan kinerja petugas yang ada agar waktu tanggap terhadap kebakaran tetap cepat dan efektif. [fiq/beq]

  • Pilkades 12 Desa di Magetan Ditunda hingga 2027, Bakal Gunakan Sistem E-Voting

    Pilkades 12 Desa di Magetan Ditunda hingga 2027, Bakal Gunakan Sistem E-Voting

    Magetan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan memastikan bahwa Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) untuk 12 desa yang ditunda hingga tahun 2027 akan digelar secara elektronik (e-voting).

    Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Magetan menilai, metode e-voting lebih efisien, aman, dan minim potensi konflik dibandingkan sistem konvensional.

    Kepala DPMD Magetan, Eko Muryanto, mengatakan pihaknya telah menyiapkan rencana penggunaan sistem e-voting sejak awal, karena metode tersebut terbukti berhasil dalam Pilkades sebelumnya di sejumlah desa di Magetan.

    “E-voting sudah teruji dan efektif. Tidak ada suara rusak, penghitungan lebih cepat, dan potensi kerawanan saat penghitungan bisa dihindari,” jelas Eko, Kamis (16/10/2025).

    Eko menambahkan, setiap desa pada dasarnya telah memiliki perangkat pendukung seperti laptop dan komputer layar sentuh. Bagi desa yang belum memiliki fasilitas tersebut, pengadaan akan dilakukan pada 2026–2027 sebelum tahapan Pilkades dimulai.

    Menurutnya, keputusan menunda Pilkades di 12 desa diambil setelah mempertimbangkan sejumlah faktor, mulai dari keterlambatan regulasi dari pemerintah pusat hingga stabilitas keamanan daerah.

    Pemerintah daerah diketahui telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri sejak Mei 2025. Namun, aturan teknis baru diterbitkan melalui surat dari Dirjen Bina Pemerintahan Desa pada 2 Oktober 2025.

    “Dalam surat itu dijelaskan, kalau ada calon tunggal maka Pilkades harus ditunda sampai ada aturan baru dalam peraturan pemerintah. Karena kami belum tahu apakah nanti ada calon tunggal atau tidak, maka Pilkades diputuskan ditunda,” terang Eko.

    Selain faktor regulasi, waktu pelaksanaan yang berpotensi bertepatan dengan masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) juga menjadi pertimbangan utama.

    “Kalau tahapan dimulai sekarang, pemungutan suaranya jatuh di Desember. Itu bertepatan dengan Nataru, dan situasi keamanan tentu harus jadi prioritas,” ujarnya.

    Pertimbangan lainnya, lanjut Eko, adalah penyeragaman masa jabatan kepala desa. Sebanyak 169 desa di Magetan akan berakhir masa jabatannya pada 2027. Jika 12 desa tersebut melaksanakan Pilkades lebih awal, maka akan terjadi ketidaksinkronan masa jabatan dan penumpukan penjabat (PJ) kepala desa.

    “Kalau Pilkades digelar pada 2026, maka periode berikutnya baru bisa 2028. Padahal 169 desa lainnya selesai 2027. Jadi nanti terlalu banyak PJ, sementara tidak semua PNS bisa diterima masyarakat sebagai pimpinan desa,” katanya.

    Eko memastikan 12 desa yang Pilkades-nya ditunda saat ini sudah memiliki Penjabat (PJ) Kepala Desa. Kinerja mereka akan dievaluasi setiap enam bulan oleh camat dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

    Pemerintah menargetkan Pilkades serentak untuk 178 desa akan dilaksanakan pada tahun 2027, dengan tahapan dimulai setelah Lebaran agar proses pemungutan suara selesai sebelum akhir tahun. “Insya Allah tahapan dimulai setelah Lebaran 2027 dan sebelum Desember sudah selesai, sehingga tidak muncul PJ baru,” pungkasnya. [fiq/kun]

  • Dari Sampah Jadi Emas, Cerita Warga Magetan Nabung Masa Depan Lewat Bank Sampah Rejoseri
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        15 Oktober 2025

    Dari Sampah Jadi Emas, Cerita Warga Magetan Nabung Masa Depan Lewat Bank Sampah Rejoseri Surabaya 15 Oktober 2025

    Dari Sampah Jadi Emas, Cerita Warga Magetan Nabung Masa Depan Lewat Bank Sampah Rejoseri
    Tim Redaksi
    MAGETAN, KOMPAS.com
    – Di sudut yang tenang di Kelurahan Kepolorejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur berdiri sebuah gerakan kecil yang berawal dari keresahan terhadap tumpukan sampah rumah tangga.
    Dari halaman rumah dan lorong-lorong kampung itulah lahir kisah inspiratif tentang upaya menabung masa depan dari hal sederhana, yaitu sampah.
    Sosok di balik gagasan ini adalah Pramono, Ketua Bank Sampah Rejoseri, yang sejak 2018 berjuang menanamkan kesadaran lingkungan sekaligus membuka jalan ekonomi bagi warga sekitar.
    “Waktu itu kita sudah punya program bank sampah, saya jadi fasilitator dan juga petugas pengambil dari lokasi,” kata Pramono ditemui di rumahnya Rabu (15/10/2025).
    Ia bukan hanya penggerak kebersihan, tetapi juga pengangkut, pencatat, bahkan motivator. Setiap Minggu pagi, bersama beberapa relawan, ia berkeliling menjemput sampah terpilah dari rumah ke rumah.
    Warga hanya perlu mengumpulkan dan menunggu tim Rejoseri datang.
    Namun, di balik semangat itu, ada kendala besar yang dihadapi yaitu soal tempat penampungan.
    “Kesulitannya itu di tempat. Banyak warga mau setor, tapi kita enggak punya tempat menampung,” ujarnya. 
    Dari situlah muncul ide sistem “kumpul–jemput–angkut”, sebuah model sederhana yang membuat warga tak perlu repot menyimpan sampah lama-lama.
    Dari sistem sederhana itu, Rejoseri tumbuh menjadi gerakan ekonomi lingkungan. Pramono menggagas kerja sama dengan Pegadaian dan meluncurkan program tabungan emas dari hasil sampah.
    Hasil penjualan sampah warga langsung dikonversi menjadi saldo emas di akun
    Pegadaian Digital Service.
    “Misalnya hasil timbangannya Rp10.000, itu langsung kita masukkan ke tabungan emas. Dulu nilainya sekitar 0,01 gram. Kalau ada yang mau nambah, bisa setor lima puluh ribu agar cepat terkumpul emasnya. Semuanya tercatat di aplikasi,” ujarnya.
    Sistem ini membuat warga merasa memiliki sesuatu yang nyata. Mereka bisa memantau nilai emasnya naik dari waktu ke waktu.
    “Semua tercatat, jadi mereka tahu berapa gram yang dimiliki. Dulu ibu-ibu semangat banget. Setiap Minggu ngumpul, nimbang, setor, terus lihat saldo emasnya bertambah,” ujarnya.
    Namun, pandemi Covid-19 memukul aktivitas Bank Sampah Rejoseri. Kegiatan menurun, sampah berkurang, dan sebagian anggota tak lagi rutin menyetor.
    “Sebelum Covid semangatnya luar biasa, tapi setelah itu susah jalan. Tapi kami nggak menyerah. Masih ada yang menabung langsung ke Pegadaian,” kata Pramono.
    Salah satu yang masih bertahan adalah Lis Permana Wardani, anggota aktif Rejoseri sejak awal berdiri.
    Ia mengaku program tabungan emas benar-benar memberi makna baru bagi sampah rumah tangga.
    “Dulu kami dikasih modal awal Rp 50.000 buat buka tabungan emas di Pegadaian. Setelah itu tiap bulan setor minimal Rp 25.000. Sampah dari rumah, warung, minyak jelantah semua bisa masuk,” ujarnya.
    Hasil setoran sampah ditimbang, dicatat, lalu dikonversi ke saldo emas. “Awalnya kami catat manual dulu. Baru setelah ada aplikasi Pegadaian, langsung masuk saldo. Jadi bisa pantau sendiri dari HP,” ucap dia.
    Lis menuturkan, sebagian besar anggota adalah ibu rumah tangga. Mereka menyisihkan waktu untuk memilah sampah, bukan hanya demi uang, tetapi juga kebanggaan bisa berkontribusi menjaga kebersihan lingkungan.
    “Saya pernah dapat Rp1 juta dari tabungan emas. Ada yang sampai sejuta lebih. Kalau jalan terus, hasilnya lumayan,” katanya.
    Sementara itu, Titik, anggota dan penggerak Bank Sampah Rejoseri mengaku kini jumlah anggota aktif mulai menyusut.
    Dari 20 anggota, saat ini tinggal 8 ibu yang rutin menyetor sampah “Sekarang tinggal beberapa orang. Dulu hampir semua keluarga ikut. Mungkin kurang sosialisai atau karena dukungan dari desa kurang. Atau sebagian menganggap ngurus sampah itu merepotkan,” katanya.
    Titik berharap ada perhatian dari pemerintah desa agar semangat warga bisa bangkit lagi untuk menghidupkan pungut sampah di rumah serta memilah sampah sehingga bisa dimanfaatkan kembali di daur ulang menjadi tabungan emas.
    “Kalau ada pendampingan dan tempat yang layak, pasti hidup lagi. Karena ini bukan cuma soal sampah, tapi soal perubahan kebiasaan,” ujar Titik.
    Meski bank sampah masih berjalan, Pramono mengalihkan sebagian energinya ke usaha sosial lain, yaitu Air Amanah, depot air isi ulang yang sebagian keuntungannya disumbangkan untuk anak yatim.
    “Setiap tanggal 17, kami sisihkan seribu rupiah dari setiap galon yang terjual untuk anak yatim. Namanya program Seribu untuk Anak Yatim,” ucapnya.
    Meski Rejoseri tidak seaktif dulu, semangat sosial yang ia tanam tetap hidup di hati para anggota.
    Dari sisi lain, Kantor Pegadaian Magetan mengakui bahwa program tabungan emas dari daur ulang sampah seperti di Bank Smapah Rejoseri sejalan dengan upaya edukasi keuangan di tingkat masyarakat kecil.
    Puguh, pegawai Pegadaian Cabang Magetan, mengatakan bahwa semua transaksi kini bisa dilakukan secara digital untuk menjaga kepercayaan nasabah.
    Nasabah langsung tahu jumlah setoran dan jumlah emas yang mereka dapatkan dari aplikasi Tring.
    “Sekarang nasabah bisa menabung, menjual, bahkan menggadaikan emas dari HP. Semuanya tercatat otomatis,” ujarnya.
    Menurut dia, sistem Pegadaian memastikan keamanan aset.
    “Emas yang tercatat digital itu benar-benar ada fisiknya di pusat. Jadi meski cuma punya 0,1 gram, nasabah tetap punya emas batangan yang disertifikatkan,” ucapnya. 
    Biaya administrasi pun ringan, hanya Rp30.000 per tahun. “Kita ingin masyarakat merasa aman dan mudah.
    Dulu waktu kerja sama dengan Bank Sampah Rejoseri, hasilnya luar biasa. Uang dari sampah yang tadinya kecil bisa berubah jadi investasi emas,” ucap Puguh.
    Ia mengatakan, masyarakat masih salah kaprah mengira emas perhiasan sama dengan emas batangan.
    “Padahal kalau untuk investasi, lebih baik emas batangan. Nilainya stabil, nggak kena potongan ongkos,” ujarnya.
    Kini, harapan Pramono dan Puguh sejalan, yakni agar gerakan seperti Rejoseri bisa bangkit kembali, menjadi jembatan antara kesadaran lingkungan dan kemandirian ekonomi.
    Program tabungan emas yang diinisiasi Pegadaian bersama Bank Sampah Rejoseri menjadi bukti nyata semangat “Pegadaian MengEMASkan Indonesia”.
    Dari tumpukan sampah rumah tangga, warga Kepolorejo belajar menanam masa depan melalui gram-gram emas yang lahir dari kesadaran lingkungan.
    “Kalau ada penggerak lagi, saya yakin bisa jalan. Karena konsepnya bukan hanya uang, tapi nilai, dari hal kecil seperti sampah, kita bisa daur ulang menjadi emas. Kita menanam masa depan,” tutur Pramono. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dua Warga Malaysia Dideportasi dari Magetan, Imigrasi Madiun Catat 1.400 Izin Tinggal WNA Sepanjang 2025

    Dua Warga Malaysia Dideportasi dari Magetan, Imigrasi Madiun Catat 1.400 Izin Tinggal WNA Sepanjang 2025

    Madiun (beritajatim.com) – Kantor Imigrasi Kelas II Non-TPI Madiun mendeportasi dua warga negara Malaysia yang tinggal di wilayah Kabupaten Magetan karena melanggar izin tinggal atau overstay lebih dari 60 hari.

    Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi Kantor Imigrasi Kelas II Non-TPI Madiun, Aditya Yusuf, menjelaskan bahwa kedua WNA tersebut bukan tenaga kerja asing, melainkan hasil perkawinan campuran dengan warga Indonesia. Namun, keduanya tidak menyadari bahwa status kewarganegaraannya masih Malaysia.

    “Dua WNA asal Malaysia itu overstay lebih dari 60 hari. Dan mereka mengira sudah menjadi warga negara Indonesia karena menikah, padahal masih berstatus warga Malaysia. Jadi kami kenakan Tindakan Administrasi Keimigrasian (TAK) berupa deportasi dan pencekalan agar tidak bisa masuk kembali ke Indonesia,” terang Aditya, Rabu (15/10/2025).

    Selain tindakan deportasi, Kantor Imigrasi Madiun juga mencatat telah melayani sekitar 1.400 izin tinggal bagi WNA sejak awal 2025. Izin tersebut mencakup izin kunjungan dan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) untuk keperluan kerja maupun pendidikan.

    “Wilayah kerja kami meliputi Ngawi, Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kota Madiun. Mayoritas pemegang izin tinggal terbatas itu santri asing di Magetan, sedangkan tenaga kerja asing terbanyak di Ngawi, sekitar 50 orang,” jelasnya.

    Aditya menambahkan, pihaknya rutin melakukan pengawasan terbuka dan tertutup ke berbagai perusahaan dan lembaga pendidikan yang mempekerjakan atau menampung WNA. Selain itu, masyarakat juga dilibatkan melalui program Desa Binaan Keimigrasian.

    “Saat ini sudah ada tujuh desa binaan. Kami pasang banner berisi barcode pelaporan orang asing, jadi perangkat desa bisa langsung melapor jika ada WNA di wilayahnya,” ujarnya.

    Imigrasi Madiun juga memperkuat pemantauan melalui aplikasi AQua (Aplikasi Pelaporan Orang Asing) dan layanan WhatsApp Inteldakim agar laporan masyarakat bisa cepat ditindaklanjuti.

    “Untuk sekarang belum ada temuan imigran ilegal. Semua dokumen WNA yang kami awasi masih lengkap. Tapi kami tetap meningkatkan pengawasan, terutama di Kabupaten Ngawi yang kini berkembang sebagai kawasan industri,” pungkas Aditya Yusuf. (rbr/ted)

  • Bupati Magetan Sudah Pilih Calon Sekda, Pelantikan Tunggu Izin Kemendagri

    Bupati Magetan Sudah Pilih Calon Sekda, Pelantikan Tunggu Izin Kemendagri