kab/kota: Madura

  • Swasembada garam di ujung negeri

    Swasembada garam di ujung negeri

    Di tambak-tambak kecil Bima, Dompu, dan Lombok Timur, setiap butir garam putih yang mengilap bukan sekadar kristal asin, melainkan harapan, asa, dan simbol kemampuan bangsa untuk berdiri tegak dengan garamnya sendiri

    Mataram (ANTARA) – Di sepanjang garis pantai Bima, Dompu, hingga Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), hamparan tambak garam mengilap di bawah terik Matahari. Sekilas, pemandangan itu tampak sederhana, bahkan menenangkan, dengan kristal putih yang memantulkan cahaya.

    Namun di balik kilauannya tersimpan persoalan lama yang tidak kunjung selesai. Bagaimana negeri dengan garis pantai lebih dari 108 ribu kilometer justru masih bergantung pada impor garam?

    Kebutuhan garam nasional terus meningkat setiap tahun. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa pada tahun 2025, kebutuhan bahan baku garam nasional diperkirakan mencapai 4,9 juta ton, meningkat sekitar 2,5 persen per tahun.

    Tahun 2024 tercatat jumlah yang sama, sedangkan pada 2023 sedikit lebih tinggi, sekitar 5 juta ton, dengan lebih dari 3 juta ton digunakan oleh sektor industri. Bersamaan dengan itu, produksi dalam negeri belum mampu menutupi kebutuhan tersebut secara penuh.

    Di tengah paradoks itu, NTB menampilkan asa swasembada yang terus dijaga. Sejak lama, masyarakat pesisir mengenal garam sebagai denyut kehidupan. Mereka menambak dengan cara-cara tradisional yang turun-temurun, seperti tanah dipadatkan, air laut dialirkan ke lahan tambak, dan kemudian dipasrahkan pada panas Matahari yang menjadi “mesin alami” mengeringkan air tersebut hingga terbentuk butiran garam. Dari proses sederhana itu, terbentuk sumber nafkah yang menopang keluarga dan membentuk identitas sosial masyarakat pesisir.

    Hanya saja, tantangan tidak berhenti di situ. Perubahan iklim menghadirkan risiko nyata. Musim hujan datang lebih cepat, curah hujan lebih tinggi dari biasanya, dan pola cuaca yang tidak menentu membuat musim produksi sering terpangkas.

    Hasil panen menjadi tidak stabil, dan bagi petani tradisional, setiap hari tanpa produksi berarti ancaman terhadap penghasilan keluarga. Tidak jarang, mereka harus menanggung risiko menumpuknya hutang karena harga garam yang fluktuatif di pasar lokal.

    Jejak sejarah

    Sejak era kolonial, garam telah menjadi komoditas strategis di Indonesia. Belanda membangun sentra produksi di Madura, sementara wilayah lain dibiarkan berkembang seadanya. Warisan itu masih terasa hingga kini. Madura tetap identik dengan garam, meski kebutuhan industri modern terus meningkat dan persaingan global semakin ketat.

    NTB, meskipun lebih jarang diperhitungkan, memiliki potensi besar. Faktor alamiah, seperti musim kemarau panjang, intensitas sinar Matahari tinggi, dan garis pantai yang luas menjadi modal kuat untuk produksi garam. Jika dikelola optimal, produksi di Bima dan Dompu dapat mencapai puluhan ribu ton per tahun.

    Target pemerintah provinsi NTB pada tahun 2025 adalah 180 ribu ton dari lahan tambak seluas 9.789 hektare. Sebagai perbandingan, produksi NTB pada tahun 2024 tercatat sekitar 150 ribu ton, sedangkan 2023 diperkirakan 140 ribu ton.

    Namun kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan. Infrastruktur tambak dan pengolahan yang terbatas membuat produktivitas tidak maksimal. Banyak lahan masih dikelola secara tradisional, sehingga hasil panen tidak seragam dan kualitasnya bervariasi.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ayah Syifa Diperiksa Polisi, Keberadaan Sang Ibu Masih Dilacak

    Ayah Syifa Diperiksa Polisi, Keberadaan Sang Ibu Masih Dilacak

    Sumenep (beritajatim.com) – Aparat Polres Sumenep masih melacak keberadaan ST. Kholila Oktavia, ibu kandung bayi Syifa yang ditemukan membusuk di lemari kamar kos.

    “Kami masih mencari keberadaan ibunya Syifa setelah menghilang dari kos-kosannya. Diduga dia sudah tidak ada di Pulau Kangean,” kata Kasat Reskrim Polres Sumenep, AKP Agus Rusdianto, Selasa (09/09/2025).

    Menurutnya, upaya aparat kepolisian melacak keberadaan ST. Kholila Oktavia, dilakukan dengan manual maupun memanfaatkan teknologi. Namun Agus enggan membeber dugaan kemana larinya sang ibu bayi.

    “Jangan lah.. nanti malah bocor. Yang jelas kami ini tidak diam. Kami terus bergerak melakukan pelacakan,” ujarnya.

    Sebelumnya, pada Sabtu (01/09/2025), warga Desa/ Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, digegerkan dengan ditemukannya sesosok mayat bayi di dalam sebuah tas. Bayi itu diketahui bernama Asyifa Lailatul Aulia (11 bulan).

    Tas berwarna putih kombinasi hitam itu ada di dalam lemari di sebuah kamar kos yang ditinggali ST. Kholila Oktavia, di Desa Arjasa. Mayat bayi di dalam tas itu ditemukan sudah membusuk. Ibu si bayi, yakni ST Kholila ditemukan sudah tidak ada di dalam kamar kos. Menurut keterangan pemilik kos, ST Kholila sudah beberapa hari tidak terlihat berada di dalam kos-kosan.

    Tim forensik Polres Sumenep pun berangkat ke Pulau Kangean untuk melakukan otopsi terhadap jenazah Syifa. Hasil otopsi yang dilakukan tim Polres Sumenep menunjukkan bahwa kematian bayi tersebut diduga kuat akibat penganiayaan.

    Ada luka lebam di tubuh bayi akibat tindak kekerasan. Bekas penganiayaan itu terlihat di bagian kepala, diduga akibat benturan benda tumpul. Benturan itu menyebabkan perdarahan di otak, hingga akhirnya korban meninggal.

    Moh. Syirri (28), ayah kandung Syifa yang tengah bekerja di Malaysia pun langsung pulang ke Pulau Kangean, begitu mendengar kabar anak keduanya meninggal.

    Menurut penuturannya, dirinya juga tidak mengetahui keberadaan istrinya. Sejak dua bulan belakangan ini komunikasi dengan istrinya tidak lancar.

    “Kalau saya telepon sering tidak diangkat. Kadang di-reject. Saya juga kesulitan kalau ingin melihat anak saya. Kalau video call, selalu ditolak,” ujar Syirri.

    Dari pernikahan Moh. Syirri dan ST. Kholila Oktavia, mereka dikaruniai dua orang anak. Anak pertama, Azril (3), lahir di Malaysia. Sedangkan Syifa lahir ketika mereka pulang ke kampung halaman. Setelah Syifa lahir, Syirri memutuskan untuk kembali bekerja ke Malaysia. Sedangkan istrinya tetap berada di Kangean.

    Moh. Syirri telah dimintai keterangan oleh penyidik Polres. Hingga saat ini, aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus kematian bayi Syifa di kamar kos ibu kandungnya. (tem/ian)

  • Penyidik Ditresnarkoba Polda Jatim Dilaporkan ke Propam, Diduga Abaikan Hak Tersangka

    Penyidik Ditresnarkoba Polda Jatim Dilaporkan ke Propam, Diduga Abaikan Hak Tersangka

    Surabaya (beritajatim.com) – Penyidik Ditresnarkoba Polda Jatim dilaporkan ke Propam lantaran diduga melakukan pelanggaran kode etik dan administratif dalam penanganan kasus narkoba.

    Sahid, kuasa hukum dari D-A-S yang ditetapkan sebagai tersangka kasus narkoba, menilai sejak awal terdapat kejanggalan pada kasus yang menjerat kliennya. Ia menjelaskan bahwa kliennya tiba-tiba didatangi aparat Ditresnarkoba di rumahnya di Bangkalan, Madura, lalu dilakukan penggeledahan namun tidak ditemukan barang bukti.

    “Akan tetapi klien kami yakni DAS tiba-tiba dibawa ke Polda Jatim tanpa ada surat penangkapan, dan tanpa ada surat penetapan penahanan yang diberikan kepada pihak keluarga,” ujar Sahid, Selasa (9/9/2025).

    “Dari pengeledahan itu patut diduga adanya tindakan sewenang-wenang dan tidak prosedural yang dilakukan anggota Ditresnarkoba Polda Jatim,” lanjutnya.

    Ia menambahkan, selama proses penyidikan, sejumlah hak tersangka juga diabaikan. Hak-hak tersebut antara lain hak mendapatkan pendampingan hukum, hak untuk tidak diperlakukan kasar, hak untuk tidak diintimidasi baik fisik maupun psikis, hingga hak untuk mendapatkan salinan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Menurutnya, baik pihak keluarga maupun kuasa hukum tidak pernah menerima salinan BAP meski sudah diminta secara lisan maupun tertulis.

    “Bahkan setelah penangkapan pada bulan Februari lalu, baru 5 bulan kemudian muncul surat penetapan tersangka dan perintah penahanan,” ungkapnya.

    Sahid menegaskan bahwa tahapan pemeriksaan tersangka wajib dijalankan sesuai aturan hukum. Ia menyoroti pasal 52, 56, dan 72 KUHAP yang dengan jelas mengatur kewajiban penyidik memberikan salinan BAP kepada tersangka atau kuasa hukumnya.

    “Pasal 72 KUHAP menyatakan, atas permintaan tersangka atau kuasa hukumnya, penyidik wajib memberikan salinan BAP untuk kepentingan pembelaan di persidangan. Fakta bahwa hal ini tidak dipenuhi jelas melanggar hukum,” tegasnya.

    Lebih lanjut, ia menilai oknum penyidik tidak hanya melanggar kode etik dan administratif, tetapi juga berpotensi mengabaikan hak asasi manusia serta menghalangi penegakan hukum yang berkeadilan.

    “Prinsip presumption of innocence atau asas praduga tak bersalah harus dijunjung. Kesewenang-wenangan ini mencoreng marwah Polri serta semangat presisi yang ditekankan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo,” ujarnya.

    Atas dasar itu, pihaknya meminta Kadiv Propam Mabes Polri, Karo Wabprof Divpropam Polri, serta Kabid Propam Polda Jatim segera turun tangan. Ia menegaskan perlunya tindakan tegas dan profesional demi tegaknya hukum.

    “Keadilan tidak boleh diabaikan. Kami menuntut tindakan Pro Justicia agar peristiwa hukum ini ditangani secara objektif, transparan, dan memberikan kepastian hukum bagi klien kami,” pungkasnya. [uci/ian]

  • Pengakuan Pelaku Mutilasi Mojokerto: Serumah tapi Belum Menikah

    Pengakuan Pelaku Mutilasi Mojokerto: Serumah tapi Belum Menikah

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tersangka pembunuhan dan mutilasi, Alvi Maulana (24), menjalin hubungan asmara dengan korban Tiara Angelina Saraswati (25) sekitar 4 tahun lalu. Keduanya menjalani kehidupan di rumah kos layaknya pasangan suami-istri tanpa ikatan yang sah.

    Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto mengatakan, status korban di Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah pelajar, namun korban sudah lulus dari salah satu universitas di Madura. “Tersangka dan korban menjalin hubungan asmara sekitar 4 tahun. Tersangka dan korban menjalani hubungan asmara,” ungkapnya, Senin (8/9/2025).

    Masih kata Kapolres, hubungan asmara keduanya tersebut tanpa akta nikah. Keduanya menjalani kehidupan satu rumah layaknya pasangan suami-istri di kos kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya namun tanpa ikatan yang sah. Pengakuan tersangka, korban tidak dalam keadaan hamil.

    “Saya tegaskan di sini, hubungan yang bersangkutan belum suami istri yang sah. Berdasarkan keterangan yang bersangkutan (nikah siri), tidak juga,” tegasnya.

    Akibat perbuatannya, tersangka warga Dusun Aek Paing Tengah, Desa Aek Paing, Rantau Utara, Labuhanbatu, Sumatera Utara ini dijerat dengan Pasal 338 dan 340 KUHP dengan acaman hukuman seumur hidup atau pidana mati. Sejumlah barang bukti diamankan dari tangan tersangka dan korban.

    Di antaranya pisau dapur, pisau daging, gunting taman dan palu yang digunakan untuk membunuh dan memutilasi tubuh korban. Selain itu, juga diamankan sejumlah baju milik korban dan guling berlumur darah serta sprei, dua Handphone (HP), sepeda motor N-Max nopol W 6415 AR warna putih dan helm. [tin/but]

  • Warga Bangkalan yang Bacok Polisi Terpaksa Ditembak

    Warga Bangkalan yang Bacok Polisi Terpaksa Ditembak

    Surabaya (beritajatim.com) – Seorang pria berinisial AM (28) ditembak oleh anggota Subdit Jatanras Polda Jatim di bagian kedua kaki usai melakukan perlawanan saat diamankan, Jumat (5/9/2025) kemarin. Diketahui, AM ditangkap karena sebelumnya nekat membacok anggota Ditresnarkoba Polda Jatim saat melakukan penggerebekan di Bangkalan, Madura.

    Kompol Cipto Mangko Kanit III Subdit III Jatanras Polda Jatim mengatakan, pihaknya terpaksa melakukan tindakan tegas terukur karena AM berusaha kabur saat akan ditangkap. Pihak kepolisian sudah melakukan tembakan peringatan namun AM tidak menghiraukan.

    “Kami terpaksa melakukan tindakan tegas terukur kepada pelaku karena melawan saat akan diamankan,” kata Cipto, Senin (8/9/2025).

    Mantan Kapolsek Sawahan ini menjelaskan setelah menerima laporan dari anggota Ditresnarkoba Polda Jatim yang menjadi korban, pihaknya melakukan penyelidikan. Setelah didalami, pelaku AM ternyata residivis kasus penyalahgunaan narkotika yang pernah ditahan di Bangkalan.

    “Setelah mendapatkan informasi lengkap, kami langsung bergerak melakukan penangkapan,” tutur Eko.

    Dari hasil penyelidikan, Eko mengungkap ada pelaku lain yang terlibat dalam pembacokan anggota Ditresnarkoba Polda Jatim berinisial Brigadir A. Saat ini, polisi masih melakukan pengejaran.

    “Masih ada pelaku lain. Saat ini kami lakukan pengejaran. Semoga cepat tertangkap,” pungkasnya.

    Diketahui, aksi pembacokan terhadap anggota Ditres Narkoba Polda Jatim itu terjadi pada pertengahan Agustus 2025 lalu. Brigadir A yang saat itu hendak menggerebek bandar narkoba di Socah, Bangkalan, Madura mendapat perlawanan. Ia dibacok menggunakan celurit di bagian kepala dan punggung. (ang/but)

  • Penangkapan Alvi Berkat Penemuan Potongan Tangan di Jurang Pacet Mojokerto

    Penangkapan Alvi Berkat Penemuan Potongan Tangan di Jurang Pacet Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com)  – Misteri potongan tubuh manusia yang berserakan di pinggir Jurang AMD Sendi, Dusun Pacet Selatan, Kabupaten Mojokerto, akhirnya terungkap.

    Satreskrim Polres Mojokerto berhasil menangkap pelaku pembunuhan sekaligus mutilasi korban, Tiara Angelina Saraswati (25).

    Pelaku ternyata adalah Alvi Maulana (24), pacar korban sendiri, yang diamankan di tempat kosnya di kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya .

    🕵️‍♂️ Proses Identifikasi Dimulai dari Temuan Potongan Tangan

    Proses identifikasi berawal dari penyisiran tim gabungan polisi dan relawan di lokasi kejadian perkara (TKP). Dari area curam dengan radius 200 meter, petugas berhasil mengumpulkan 65 potongan tubuh manusia, yang terdiri dari 63 potongan jaringan otot, lemak, kulit kepala, rambut, serta dua potongan lain berupa telapak kaki kiri dan pergelangan tangan kanan .

    Kunci terungkapnya identitas korban justru datang dari bantuan anjing pelacak (K-9) jenis labrador milik Polda Jatim.

    Anjing ini berhasil menemukan potongan telapak tangan kanan korban pada Sabtu (6/9/2025) sore, di area yang sebelumnya sudah disisir oleh tim .

    🔍 Sidik Jari Menjadi Kunci Terungkapnya Identitas

    Potongan telapak tangan tersebut langsung dievakuasi ke rumah sakit untuk diidentifikasi. Meski ibu jari dan jari tengah dalam kondisi rusak karena banyak sayatan, Tim Inafis Satreskrim Polres Mojokerto berhasil memindai sidik jari tersebut dengan alat Mambis .

    “Kemarin sekitar pukul 19.00 WIB kami dapat identitas korban,” jelas Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Fauzy Pratama, dalam konferensi pers di Mapolres Mojokerto .

    Hasil pemindaian sidik jari itu memastikan bahwa korban adalah Tiara Angelina Saraswati (25), warga asal Jalan Made Kidul, Desa Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan .

    👨‍💻 Profil Korban dan Pelaku

    Tiara Angelina Saraswati adalah lulusan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) jurusan Manajemen. Setelah menyelesaikan pendidikan S1, ia tinggal di sebuah kos di Lakarsantri, Surabaya, bersama pacarnya, Alvi Maulana, yang juga lulusan UTM jurusan Informatika. Pasangan ini telah menjalin hubungan asmara selama kurang lebih lima tahun .

    “Informasi dari keluarga korban tidak terlalu banyak karena korban dan keluarganya jarang berkomunikasi,” ujar AKP Fauzy Pratama . Kendati demikian, dari keterangan keluarga, polisi berhasil mendapatkan petunjuk tentang sang pacar.

    ⚖️ Penangkapan Pelaku

    Berdasarkan petunjuk itu, polisi melakukan pendalaman dan berhasil meringkus Alvi Maulana (24) di tempat kosnya di kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, pada Sabtu (6/9/2025) malam .

    Pelaku yang berasal dari Dusun Aek Paing Tengah, Desa Aek Paing, Rantau Utara, Labuhanbatu, Sumatera Utara, kini ditahan di Polres Mojokerto untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut guna mengungkap motif pembunuhan sadis tersebut .

    Seluruh potongan tubuh korban telah dibawa ke **Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Brimob Porong**, Kabupaten Sidoarjo, untuk menjalani uji forensik lebih lanjut .

    📍 Kronologi Awal Penemuan

    Temuan mengerikan ini pertama kali dilaporkan oleh seorang warga, Sulistyo, yang sedang mencari rumput di daerah tersebut pada Sabtu (5/9/2025). Ia menemukan potongan kaki manusia yang telah membusuk di dasar jurang dengan kedalaman sekitar lima meter . Tak jauh dari lokasi, warga juga menemukan potongan daging dan rambut yang tercecer .

    Pacet-Cangar, jalan yang menghubungkan Mojokerto dan Kota Batu, baru-baru ini juga menjadi lokasi kejadian longsor yang menewaskan 10 orang pada April 2025 , menambah kesan muram pada daerah tersebut. (tin/ted)

     

  • Tubuh Dimutilasi Lebih dari 65 Potong, Identitas Terungkap Lewat Sidik Jari

    Tubuh Dimutilasi Lebih dari 65 Potong, Identitas Terungkap Lewat Sidik Jari

    Mojokerto (beritajatim.com) – Satreskrim Polres Mojokerto berhasil mengungkap identitas korban mutilasi yang dibuang di pinggir Jurang AMD Sendi, Dusun Pacet Selatan, Desa Pacet, Kecamatan Pacet. Korban yakni Tiara Angelina Saraswati (25), perempuan asal Lamongan yang sehari-hari hidup di Kota Surabaya.

    Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto melalui Kasi Humas Polres Mojokerto, IPTU Suyanto menuturkan, terungkapnya identitas korban mutilasi berawal dari penemuan potongan telapak tangan kanan pada Sabtu (6/9/2025). Anjing pelacak, K-9 Polda Jatim jenis labrador ini berhasil menemukan potongan telapak tangan kanan korban.

    “Padahal, titik penemuan tersebut sebelumnya sudah disisir oleh polisi bersama para relawan. Potongan telapak tangan ini langsung dievakuasi ke rumah sakit untuk diidentifikasi. Ibu jari dan jari tengah pada telapak tangan ini sudah rusak karena banyak sayatan,” ungkapnya, Mojokerto, Minggu (7/9/2025).

    Proses evakuasi potongan telapak kaki, tangan dan daging korban dari pinggir Jurang AMD Sendi, Dusun Pacet Selatan, Desa Pacet, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. [Foto : ist]Sehingga pihaknya sempat kesulitan meminda sidik jari menggunakan Mambis. Berkat ketelitian dan ketekunan Tim Inafis Satreskrim Polres Mojokerto, sidik jari pada telapak tangan kanan ini bisa dipindai. Begitu muncul identitas yang akurat, pihaknya menerjunkan tim ke keluarga korban untuk melakukan pengecekan ke kota asal korban.

    “Kemarin sekitar pukul 19.00 WIB kami dapat identitas korban. Potongan tubuh dipastikan jasad dari TAS (25), asal Jalan Made Kidul, Desa Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan. Kami profiling korban, kami langsung datangi keluarganya. Saat ini keluarganya sudah datang di Satreskrim Polres Mojokerto,” katanya.

    Korban kelahiran Pacitan ini lulusan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) di Bangkalan jurusan Manajemen. Namun, sehari-hari korban hidup bersama pacarnya dan kos di Lakarsantri, Surabaya. Korban dan kekasihnya sekitar 5 tahun menjalin hubungan asmara.

    “Informasi dari keluarga korban tidak terlalu banyak karena korban dan keluarganya jarang berkomunikasi. Kami kantongi identitas pacar korban, nanti kami dalami,” pungkasnya.

    Sebelumnya, hasil penyisiran polisi di semak-semak Dusun Pacet Selatan menemukan 65 potongan jasad manusia. Sebanyak 63 potongan berupa jaringan otot, lemak, kulit kepala, serta rambut. Ukuran rata-rata potongan tubuh manusia ini 17×17 cm. Panjang rambut rata-rata 14 cm.

    Sedangkan 2 potongan lainnya berupa telapak kaki kiri dan pergelangan tangan kanan. Ukuran telapak kaki kiri 21 cm x 9 cm, pergelangan tangan kanan berukuran 16 cm x 10 cm. Sehingga total 65 potongan jasad manusia yang sejauh ini berhasil ditemukan polisi.

    Sebelumnya, warga Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto digemparkan dengan penemuan potongan kaki manusia di jurang pinggir Jalan Turunan AMD Sendi, Dusun Pacet Selatan, Desa Pacet. Potongan kaki tersebut ditemukan dalam kondisi membusuk.

    Potongan kaki sebelah kiri itu ditemukan di sisi timur jalan raya, tepatnya di dasar jurang dengan kedalaman sekitar 5 meter. Tak jauh dari lokasi, warga juga mendapati bagian tubuh lain berupa potongan daging dan rambut yang tercecer sekitar 50 meter dari titik awal. [tin/but]

  • Kenakan Batik, 181 Eks Jamaah Islamiyah Jatim Mantapkan Transformasi Ideologi

    Kenakan Batik, 181 Eks Jamaah Islamiyah Jatim Mantapkan Transformasi Ideologi

    Surabaya (beritajatim.com)–  181 eks Jamaah Islamiyah (JI) Jawa Timur menjalani pembekalan pemantapan transformasi ideologi, Kamis (4/9/2025) kemarin. Acara ini merupakan bagian dari proses perubahan eks JI usai mengumumkan bubar pada 2024 lalu.

    Pemantapan transformasi ideologi ini merupakan kerjasama antara eks pimpinan JI seperti ustadz Para Wijayanto, ustadz Chairul Anam atau akrab dipanggil Bravo (eks panglima perang JI), ustadz Widi Joko (eks Ketua Bidang HI), dan ustad Joko Priyono (eks Ketua Sasana) bersama Densus 88 Anti teror juga Rumah Wasathiyah.

    Dalam acara ini, 181 eks JI datang dari Bojonegoro, Lamongan, Madura, Gresik, Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Kediri, Malang, Blitar dan Tulungagung. Mereka berkumpul untuk berdiskusi hingga muncul kesimpulan untuk setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    Ustadz Para Wijayanto yang merupakan mantan Umar (pimpinan) tertinggi di Jamaah Islamiyah menyampaikan pentingnya transformasi atau perubahan ideologi kepada mantan anggota hingga lapisan paling bawah. Acara seperti ini, mampu memantapkan para anggota untuk tidak kembali ke ideologi yang keliru.

    “Kami mengkaji, berdiskusi dengan para ulama yang ahli dalam keilmuannya. Dari situlah kami menyadari bahwa apa yang dulu kami lakukan itu keliru. Sehingga, hari ini saya sampaikan pentingnya kita menuju Wasathiyah untuk membangun kesadaran baru ideologi sehat dan moderat,” kata Ustadz Para Wijayanto.

    Dalam pemaparan kepada 181 anggota eks JI yang hadir, Ustadz Para Wijayanto menekankan agar tidak ragu dalam bertransformasi. Utamanya, transformasi dari sikap ekstrem menjadi moderat dalam beragama.

    Ia memaparkan berbagai bukti penafsiran dari berbagai sumber ilmiah yang diyakini oleh umat muslim. Dalam analisis yang dilakukan oleh para alim ulama lain bersama rujukan kitab, para pimpinan eks JI tidak menemukan agama Islam merestui kekerasan dan intoleransi.

    “Jadi kita harus bertransformasi. Mulai dari cara berpikir dalam memahami agama, cara berperilaku. Kemudian cara berdakwah atau menyampaikan pikiran,” jelasnya.

    Dalam acara ini, para anggota eks JI diberikan keleluasaan untuk saling berdiskusi, melempar pertanyaan kepada mantan pimpinannya. Namun, setiap pertanyaan yang dilontarkan dapat dijawab dengan lugas.

    Para pimpinan tidak menjawab pertanyaan para eks anggota hanya berdasarkan opini. Tapi, juga dengan studi literasi dari berbagai kitab yang diyakini kebenarannya. Sehingga mampu menjawab sisa keraguan yang selama ini masih dipendam oleh eks anggota JI di Jawa Timur.

    “Kedepan tentu tujuannya agar para anggota eks JI bisa bergabung untuk memperdalam ilmu di organisasi Islam yang sudah diakui pemerintah seperti di Muhammadiyah lalu NU. Dan juga mantap untuk setia kepada NKRI,” tegas Para Wijayanto.

    Dalam acara ini, ratusan eks anggota JI mengenakan pakaian batik dan juga menyanyikan lagu kebangsaan. Mereka sepakat bahwa kedepan kehadiran mereka tidak menyebar ketakutan. Namun harus menjadi manfaat dengan memegang teguh ideologi sehat dan moderat. Sehingga, memilih Wasathiyah (jalan tengah) merupakan win-win solution agar tetap cinta NKRI. [ang/aje]

  • Pendiri Gojek, Mendikbud, Lalu Tersangka

    Pendiri Gojek, Mendikbud, Lalu Tersangka

    Jakarta

    Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud) Nadiem Makarim sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan laptop. Sebelum terjung ke pemerintahaan, Nadiem merupakan sosok pendiri Gojek yang keberadaannya turut membawa perubahan saat ini.

    “Telah menetapkan tersangka baru dengan inisial NAM,” kata Kapuspenkum Kejagung Anang Supriatna dalam jumpa pers di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Kamis (4/9/2025).

    Nadiem diketahui menjabat sebagai Mendikbud di era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’aruf Amin.

    Punya nama lengkap Nadiem Anwar Makarim, pria berkacamata ini lahir pada 4 Juli 1984 dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Sang ayah adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka, sedangkan ibunya bekerja sebagai penulis lepas.

    “Saya SD di Indonesia, rumah selalu di Jakarta, background saya ibu lahir Pasuruan, ayah saya Pekalongan,” ujar Nadiem kepada detikcom waktu itu.

    Sang ayah yang juga salah satu pendiri kantor hukum Makarim & Taira Sjuga, lahir dari orang tua berbeda budaya, Minang dan Arab. Sementara ibunya adalah putri Hamid Algadri, keturunan Pasuruan-Arab.

    Yang menarik, kakeknya dari sang ibu adalah seorang pejuang perintis kemerdekaan Indonesia yang berjasa dalam perundingan Linggarjati, perundingan Renville, KMB, dan salah satu anggota parlemen pada masa awal berdirinya Negara Republik Indonesia.

    “Tapi dari bapak saya itu dari Bukittinggi, jadi saya ada Sumatera, Madura-nya, ada Jawa Timur, ada Jawa Tengah, terus campuran Arab,” ungkapnya.

    Nadiem SD hingga SLTA pindah-pindah dari Jakarta ke Singapura. Usai tamat SMA, ia mengambil jurusan International Relations di Brown University, Amerika Serikat, dilanjutkan menempuh pasca sarjana dengan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.

    “Karena saya punya perspektif sekolah di luar negeri, saya bisa balik lalu melihat hal-hal dengan lensa yang baru,” tuturnya.

    Pendiri Gojek

    Nadiem merupakan salah satu pendiri Gojek, sebuah layanan aplikasi yang memanfaatkan armada ojek untuk menjemput-mengantarkan penumpang.

    Gojek berdiri tahun 2010 di Jakarta, didirikan oleh Nadiem Makarim. Awalnya hanya berupa layanan call center yang menghubungkan penumpang dengan ojek. Pada 2015, Gojek meluncurkan aplikasi mobile dengan empat layanan utama: GoRide, GoSend, GoShop, dan GoFood.

    Popularitasnya melonjak karena praktis, terutama lewat GoFood yang jadi salah satu layanan pesan-antar makanan terbesar di Indonesia. Gojek kemudian berekspansi ke berbagai layanan digital seperti pembayaran (GoPay), logistik, hingga hiburan.

    Pada 2019, Nadiem ditunjuk sebagai Mendikbud, sehingga kepemimpinan di Gojek saat itu diteruskan oleh Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi.

    Pada 2021, Gojek merger dengan Tokopedia dan membentuk GoTo Group, salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.

    (agt/agt)

  • Mayat Bayi Membusuk Ditemukan dalam Sebuah Kamar Kos Kangean Sumenep

    Mayat Bayi Membusuk Ditemukan dalam Sebuah Kamar Kos Kangean Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Warga Desa/ Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, digegerkan dengan ditemukannya sesosok mayat bayi di dalam sebuah tas. Bayi itu diketahui bernama Asyifa Lailatul Aulia (11 bulan).

    “Tas berwarna putih kombinasi hitam itu ada di dalam sebuah kamar kos di Desa Arjasa. Mayat bayi di dalam tas itu ditemukan sudah membusuk,” kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, Rabu (03/09/2025).

    Peristiwa tersebut terungkap dari laporan Buatun (70), warga Desa Duko, Kecamatan Arjasa, yang juga merupakan nenek dari bayi yang ditemukan meninggal itu. Ia dihubungi oleh pemilik kos-kosan dan meminta agar barang-barang di kamar kos menantunya atas nama ST. Kholila Oktovia segera diambil.

    “Menurut keterangan pemilik kos, di kamar menantu Buatun ini sudah lama kosong. Selain itu tercium bau menyengat dari dalam kamar,” ungkap Widiarti.

    Ternyata saat kamar dibuka, bau menyengat itu berasal dari sebuah tas. Ketika dibuka, berisi mayat bayi yang sudah membusuk. Mayat bayi itu dimasukkan ke dalam plastik.

    Polisi pun langsung melakukan olah TKP dan mengamankan sejumlah barang bukti berupa tas, baju bayi, selimut, sarung, dan plastik hitam. Kemudian membawa jenazah bayi ke Rumah Sakit Abuya Kangean untuk dilakukan pemeriksaan medis.

    “Hingga saat ini, jasad bayi masih berada di rumah sakit dan penyebab pasti kematian masih menunggu hasil pemeriksaan dokter,” ungkap Widiarti.

    Sementara di medsos, ramai beredar kabar bahwa bayi itu dimutilasi, karena saat ditemukan berupa potongan tubuh. Namun Widiarti membantah kabar itu.

    “Kabar di medsos yang mengatakan bayi itu dimutilasi, tidak benar. Yang benar, mayat bayi itu ketika ditemukan dalam keadaan membusuk,” terangnya. (tem/ian)