kab/kota: Madiun

  • Truk Selip Hindari Motor di Ngariboyo Magetan, Seorang Pengendara Perempuan Kritis

    Truk Selip Hindari Motor di Ngariboyo Magetan, Seorang Pengendara Perempuan Kritis

    Magetan (beritajatim.com) – Kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan Raya Madiun–Magetan, tepatnya di Desa Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Jumat (31/10/2025).

    Sebuah truk boks bernopol AG 8673 EK yang dikendarai Ipung Joko Purnomo (36) warga Desa Sangen, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun selip hingga masuk ke area persawahan.

    Truk tersebut telah berusaha menghindari motor AE 4257 OU yang dikendarai Yulia Rahmawati (52), warga Desa Sawojajar, Kecamatan Takeran, Magetan. Akibat insiden tersebut, pengendara motor mengalami luka parah dan dilaporkan dalam kondisi kritis.

    Saksi mata, Susilo, petugas SPBU Mojopurno, mengatakan saat tiba di lokasi truk sudah dalam posisi terperosok ke sawah, sementara korban tergeletak di dekat kendaraan.

    “Keadaannya sudah di sawah dan korban di sampingnya. Katanya selip, kecepatan tinggi. Ibu-ibu itu sudah enggak sadar, cuma tangan kirinya yang masih bergerak,” jelasnya.

    Susilo menuturkan, jarak antara motor dan truk sekitar dua hingga tiga meter. Motor korban ditemukan di sisi barat jalan, sedangkan truk berada di bawah pohon pisang di tepi sawah.
    “Kemungkinan korban terseret juga, soalnya posisi motor dan truk sudah berpencar,” tambahnya.

    Sementara itu, Anas, kernet truk, mengaku kendaraan yang membawa muatan tepung itu melaju dari arah timur menuju barat. Saat bersamaan, motor korban datang dari arah berlawanan. “Truk selip waktu menghindari motor. Kondisi jalan agak licin,” ungkapnya.

    Ia menyebutkan, dalam truk terdapat tiga orang. Sopir sempat mengalami luka ringan di bagian kepala namun berhasil keluar sendiri dari kabin. Warga sekitar menyebut ruas jalan tersebut memang kerap terjadi kecelakaan, terutama saat hujan dan kondisi jalan licin.

    Hingga berita ini diturunkan, korban telah dievakuasi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis intensif, sementara petugas kepolisian masih melakukan olah tempat kejadian perkara guna memastikan penyebab pasti kecelakaan. [fiq/suf]

  • Retakan Tanah Meluas, Warga Dagangan Madiun Diungsikan, BPBD Siapkan Alat Pendeteksi

    Retakan Tanah Meluas, Warga Dagangan Madiun Diungsikan, BPBD Siapkan Alat Pendeteksi

    Madiun (beritajatim.com) – Retakan tanah sepanjang sekitar 500 meter yang muncul di Dusun Morowoso, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, semakin meluas sejak pertama kali terpantau pada Rabu (29/10/2025).

    Akibat pergerakan tanah ini, delapan rumah warga terdampak dan harus diungsikan untuk menghindari risiko longsor.

    Plt. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Boby Saktia Putra Lubis, menjelaskan bahwa laporan awal diterima pada Rabu siang. Tim BPBD langsung diterjunkan ke lokasi untuk memantau kondisi retakan dan dampak yang ditimbulkan.

    “Laporan pertama kita terima hari Rabu, dan teman-teman langsung ke lapangan untuk terus memantau,” terang Boby, Jumat (31/10/2025).

    Menurut Boby, hasil pantauan hingga Kamis malam menunjukkan bahwa retakan semakin melebar dan struktur tanah terus bergerak, menyebabkan kerusakan di sejumlah rumah warga.

    “Akhirnya diputuskan penghuni delapan rumah yang terdampak untuk diungsikan sementara. Informasi dari Kepala Desa, sementara mereka ditempatkan di Mushala,” ungkapnya.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis (foto : Rendra Bagus Rahadi)

    BPBD Kabupaten Madiun juga telah menyalurkan bantuan logistik, meliputi makanan siap saji, kasur, dan perlengkapan tidur bagi warga yang diungsikan. “Hari ini kami memastikan bantuan logistik tersalurkan dan warga terdampak mendapat tempat istirahat yang layak,” tambahnya.

    Terkait potensi bencana lanjutan, BPBD berencana memasang alat Early Warning System (EWS) untuk mendeteksi pergerakan tanah di wilayah tersebut.

    “Ada kemungkinan nanti kita pasang alat EWS untuk pergerakan tanah atau tanah longsor. Saat ini BPBD baru memiliki satu alat EWS yang terpasang di Desa Padas, tapi karena Desa Mendak ini berada di lereng yang tinggi, kemungkinan alat itu juga akan kita pasang di sana,” jelas Boby.

    Boby juga menyebut, laporan perkembangan retakan tanah di Desa Mendak sudah disampaikan ke BPBD Provinsi Jawa Timur. Pihak provinsi diharapkan dapat membantu dengan alat pemantau yang lebih canggih guna memperkuat pemantauan di lokasi rawan pergerakan tanah tersebut.

    “Untuk provinsi sudah kami laporkan. Kami berharap bisa mendapat dukungan alat dan tenaga teknis tambahan agar pemantauan bisa lebih maksimal,” ujarnya.

    Meski hingga kini belum ada korban jiwa, BPBD Madiun mengimbau warga sekitar agar tetap waspada, tidak beraktivitas dekat area retakan, serta segera melapor jika muncul tanda-tanda longsor susulan. Petugas juga akan terus bersiaga di sekitar lokasi hingga kondisi dinyatakan aman. (rbr/ted)

  • Pacitan Terapkan Pidana Kerja Sosial, Terpidana di Bawah 7 Tahun Tak Langsung Masuk Penjara

    Pacitan Terapkan Pidana Kerja Sosial, Terpidana di Bawah 7 Tahun Tak Langsung Masuk Penjara

    Pacitan(Beritajatim.com) – Terpidana dengan vonis hukuman penjara di bawah tujuh tahun kini bisa menjalani pidana kerja sosial.

    Pemerintah Kabupaten Pacitan bersama Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II B Madiun sepakat menerapkan hukuman alternatif tersebut sebagai bagian dari kebijakan baru dalam sistem pemasyarakatan.

    Kesepakatan itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemkab Pacitan dan Bapas Madiun di Ruang Rapat Bupati Pacitan.

    Kepala Bapas Madiun, Agus Yanto, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk persiapan menuju pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Nasional yang akan mulai berlaku pada tahun 2026.

    Dalam KUHP baru, pidana penjara akan menjadi pilihan terakhir, sementara hukuman alternatif seperti kerja sosial akan lebih diutamakan.

    “Salah satu bentuk pidana alternatif adalah pidana kerja sosial. Karena itu kami menggandeng Pemkab Pacitan sebagai mitra pelaksanaan. Nantinya, jika hasil rekomendasi Bapas berupa kerja sosial, pelaksanaannya akan dikembalikan kepada pemerintah daerah yang telah ditunjuk,” jelas Agus ditulis Jum’at (31/10/2025).

    Agus menambahkan, pelaksanaan pidana kerja sosial masih menunggu aturan teknis dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang sedang disiapkan pemerintah pusat.

    Sementara untuk anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), penanganannya dilakukan dengan pendekatan non-penahanan.

    Anak-anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tua, ditempatkan di pondok pesantren, atau diikutsertakan dalam balai latihan kerja sebagai bentuk pembinaan.

    “Khusus ABH, aparat penegak hukum tidak diperbolehkan menahan anak. Mereka diarahkan untuk menjalani pembinaan di lingkungan yang lebih edukatif,” tambahnya.

    Beberapa kasus anak di Pacitan belakangan ini menjadi perhatian, seperti kasus pembacokan nenek oleh cucu angkat di Desa Belah, Kecamatan Donorojo, serta pencurian kendaraan oleh remaja di kawasan Perempatan Penceng. Menurut Agus, hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang lebih mendidik dan memberdayakan.

    “Intinya bukan pembalasan atau pemenjaraan, tapi memberikan kontribusi positif dan pemberdayaan bagi pelaku agar bisa kembali diterima masyarakat,” ujarnya.

    Nantinya, pelaksanaan pidana kerja sosial akan melibatkan sejumlah lembaga pemerintah seperti Dinas Sosial, RSUD Pacitan, maupun panti asuhan. Agus menegaskan, pelaku tidak akan menerima honor atau gaji dalam bentuk apa pun.

    “Tidak boleh diberikan uang atau bayaran karena kegiatan tersebut merupakan konsekuensi hukuman,” pungkasnya. (tri/ted)

  • Fenomena “Cleret Tahun” Muncul di Waduk Bening Madiun, BPBD Imbau Warga Waspada

    Fenomena “Cleret Tahun” Muncul di Waduk Bening Madiun, BPBD Imbau Warga Waspada

    Madiun (beritajatim.com) – Fenomena alam langka kembali menarik perhatian warga Kabupaten Madiun. Pusaran angin di atas permukaan air atau yang dikenal masyarakat Jawa sebagai “Cleret Tahun” muncul di kawasan Waduk Bening, Kecamatan Saradan, pada Kamis (30/10/2025) sore.

    Video dan foto fenomena itu beredar di media sosial, memperlihatkan gumpalan awan hitam pekat dengan pusaran angin berputar di atas permukaan waduk. Meski hanya berlangsung beberapa menit, kemunculan fenomena ini sempat menghebohkan warga sekitar.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, menjelaskan bahwa “Cleret Tahun” merupakan istilah lokal untuk fenomena puting beliung yang terbentuk akibat peningkatan suhu udara ekstrem dalam beberapa hari terakhir.

    “Beberapa hari ini suhu udara cukup tinggi terutama di wilayah Madiun sehingga penguapan meningkat. Uap air naik dan membentuk awan cumulonimbus berwarna hitam. Saat tekanan udara tidak stabil, muncul pusaran angin di bawah awan itu yang bagi orang Jawa dikenal sebagai Cleret Tahun,” jelas Boby, Jumat (31/10/2025).

    Ia menambahkan, fenomena seperti ini umumnya muncul saat masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan atau pancaroba, ketika perubahan suhu dan tekanan udara di atmosfer berlangsung cepat.

    “Cleret Tahun atau Puting Beliung ini umumnya terjadi di atas perairan luas seperti waduk, rawa, sawah, atau laut. Perbedaan suhu antara udara panas dari permukaan dan udara dingin di lapisan atas menciptakan tekanan tidak seimbang yang memicu pusaran angin,” tambahnya.

    Boby juga mengingatkan bahwa selama masa pancaroba, potensi hujan deras disertai angin kencang dan petir akan meningkat di sejumlah wilayah Jawa Timur, termasuk Madiun. Karena itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

    “Masyarakat diimbau untuk menjauh dari area terbuka apabila melihat tanda-tanda kemunculan pusaran angin. Meski fenomena ini biasanya berlangsung singkat dan hilang dengan sendirinya, Cleret Tahun tetap bisa menimbulkan dampak seperti kerusakan ringan di sekitar permukiman,” ujar Boby.

    Ia menegaskan, jika pusaran angin terlihat mendekati wilayah pemukiman, warga disarankan segera mencari tempat aman untuk menghindari risiko tertimpa material terbang atau pohon tumbang.

    Menurut catatan BPBD, kemunculan “Cleret Tahun” di Waduk Bening kali ini merupakan yang pertama sepanjang tahun 2025. Namun, peristiwa serupa pernah terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Madiun pada tahun-tahun sebelumnya, terutama saat suhu udara tinggi menjelang datangnya musim hujan. [rbr/beq]

  • Hujan Deras Picu Tanah Retak di Madiun, 10 KK Terdampak

    Hujan Deras Picu Tanah Retak di Madiun, 10 KK Terdampak

    Madiun (beritajatim.com) — Hujan deras selama beberapa jam pada Selasa (29/10/2025) menyebabkan tanah di Dusun Morosowo, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, mengalami retakan cukup parah. Delapan rumah warga terdampak, dan sekitar 10 kepala keluarga (KK) kini hidup dalam kekhawatiran.

    Sumiati (40), warga setempat, menuturkan bahwa hujan lebat membuat tanah di sekitar rumahnya bergeser.

    “Retaknya mulai sekitar jam setengah sebelas siang, pas hujan deras. Ada delapan rumah yang terdampak,” ungkap Sumiati saat ditemui Jumat (31/10/2025).

    Ia bersama keluarganya sempat mengungsi ke musholla di dataran yang lebih tinggi karena takut retakan makin melebar.

    Hal yang sama dialami Warsini (38), warga lainnya. “Awalnya hujan deras dua jam, terus ada suara ‘tek’. Ternyata tanah di sekitar rumah sudah retak,” ujarnya.

    Warsini mengaku sempat mengungsi bersama lima keluarga lainnya. Kini mereka kembali ke rumah, namun tetap siaga jika hujan kembali turun.

    Sampai saat ini, warga mengaku belum menerima bantuan dari pemerintah. Mereka berharap ada perhatian dari pihak terkait agar kondisi tanah segera ditangani dan tidak membahayakan warga sekitar. [rbr/aje]

  • KAI Daop Madiun inisiasi program wisata bertajuk Rail Tour Jawa Timur

    KAI Daop Madiun inisiasi program wisata bertajuk Rail Tour Jawa Timur

    Madiun (ANTARA) – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun menginisiasi program wisata bertajuk Rail Tour Jawa Timur yang merupakan sinergisitas pemerintah daerah dan BUMN guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata daerah.

    VP Daop 7 Madiun Suharjono di Madiun, Jawa Timur, Kamis, mengatakan program Rail Tour Jawa Timur tersebut merupakan langkah strategis kolaborasi antara KAI dengan 12 pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata (Dispar) serta Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di wilayah Jawa Timur yang masuk wilayah kerjanya untuk promosi pariwisata. Di antaranya Kabupaten Magetan, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, Kediri, Tulungagung, dan Blitar.

    “PT KAI hadir sebagai penyedia akses transportasi massal yang aman, efisien, dan terintegrasi, sekaligus sebagai mitra yang memungkinkan penyampaian informasi wisata daerah kepada audiens nasional,” ujar dia dalam peluncuran Program Rail Tour Jawa Timur melalui kampanye Keliling Dunia Tanpa Paspor Bersama Kereta Api tersebut.

    Ia mengatakan inisiatif program tersebut bertujuan untuk menciptakan paket wisata unggulan berbasis moda kereta api yang akan berfungsi sebagai gerbang utama pergerakan wisatawan menuju destinasi-destinasi di Jawa Timur, utamanya di wilayah Daop 7 Madiun.

    “Melalui program ini, Kami ingin kereta api bukan hanya menjadi moda transportasi, tetapi juga bagian integral dari pengalaman berwisata itu sendiri,” katanya.

    Seluruh inisiatif tersebut nantinya akan ditempatkan di bawah payung kampanye publik yang menarik wisatawan dengan judul “Keliling Dunia Tanpa Paspor dengan Kereta Api”.

    Suharjono mengatakan program tersebut berfokus pada empat pilar kolaborasi utama untuk memastikan integrasi layanan dan informasi. Pertama yakni, promosi konten digital yang terintegrasi dan sinkronisasi penyebaran konten wisata dan paket melalui media Kominfo, Dispar, dan KAI untuk memperkuat promosi digital.

    Kedua, penyelenggaraan ajang atau kegiatan dan kunjungan tematik, di antaranya berupa wisata edukasi, wisata budaya, ataupun festival kuliner untuk menarik minat masyarakat.

    Ketiga, branding ruang stasiun dengan ikon kota berupa pemasangan instalasi visual tematik kota di area publik stasiun dengan pedoman KAI untuk memberikan kesan kota sejak kedatangan.

    Serta, keempat berupa penyediaan transportasi lanjutan dan keberadaan pemandu wisata. Pilar ini membutuhkan komitmen dukungan shuttle/bus dari pemda dari stasiun menuju destinasi wisata serta penyediaan pemandu wisata di daerah untuk penguatan citra pelayanan wisata.

    “Program Rail Tour Jawa Timur melalui kampanye Keliling Dunia Tanpa Paspor Bersama Kereta Api tersebut diharapkan menjadi model kolaborasi wisata lintas wilayah berbasis transportasi publik yang dapat dicontoh secara nasional,” kata Surharjono.

    Melalui kolaborasi tersebut juga akan membuka ruang sinergisitas untuk meningkatkan dampak ekonomi wisata daerah serta memperluas layanan publik transportasi secara bersama.

    “Kami menyambut kesediaan pemerintah daerah untuk menyelaraskan langkah dalam mewujudkan visi program ini,” katanya.

    Pewarta: Louis Rika Stevani
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tanggapi BBM tercampur air, Pertamina cek kualitas BBM di SPBU Madiun

    Tanggapi BBM tercampur air, Pertamina cek kualitas BBM di SPBU Madiun

    ANTARA – Pertamina dan Hiswana Migas bersama Dinas Perdagangan Kota Madiun, Jawa Timur melakukan pengecekan kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU setempat menindaklanjuti adanya keluhan masyarakat akan kualitas bahan bakar jenis Pertalite yang diduga menyebabkan motor bermasalah. (Rindhu Dwi Kartiko/Rizky Bagus Dhermawan/Roy Rosa Bachtiar)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • TNI–Polri dan Perguruan Silat di Geger Madiun Sepakat Wujudkan Kampung Aman-Rukun

    TNI–Polri dan Perguruan Silat di Geger Madiun Sepakat Wujudkan Kampung Aman-Rukun

    Madiun (beritajatim.com) – Suasana akrab menyelimuti Pendopo Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, pada Senin malam (28/10/2025). TNI, Polri, Forkopimcam, kepala desa, serta pimpinan perguruan pencak silat berkumpul dalam forum cangkrukan untuk membahas keamanan wilayah dan memperkuat sinergi sebagai kampung pesilat.

    Pertemuan ini tidak hanya sekadar membicarakan keamanan, tetapi juga menjadi momentum mempertegas komitmen bersama dalam menjaga kerukunan dan menciptakan Madiun yang Bersahaja — bersatu, harmonis, dan sejahtera. Sebagai wilayah dengan tingkat dinamika yang tinggi, Kecamatan Geger menjadi barometer kondusivitas di Kabupaten Madiun.

    Camat Geger Dony Setiawan menyampaikan pentingnya komunikasi yang solid antara masyarakat dan aparat di berbagai tingkatan. “Geger ini wilayah yang padat dan warganya dinamis. Kita bentuk kanal komunikasi dari tingkat RT sampai kecamatan agar setiap persoalan cepat terpantau dan tertangani,” ungkapnya.

    Ia menekankan bahwa Kecamatan Geger memiliki jumlah desa yang banyak, dengan masyarakat yang cukup kritis, sehingga dibutuhkan koordinasi yang baik.

    Kapolsek Geger AKP Hafiz Prasetia Akbar juga menambahkan, bahwa hingga saat ini situasi di wilayahnya tetap aman. Menurutnya, potensi gejolak biasanya datang dari luar wilayah karena posisi Kecamatan Geger yang berada di jalur lintas selatan.

    “Kami terus memperkuat deteksi dini bersama Babinsa dan memaksimalkan layanan darurat 110 agar masyarakat cepat mendapatkan bantuan,” jelasnya.

    Kegiatan ini sekaligus mendukung program Kapolres Madiun, yakni Pesilat Pemersatu Bangsa. Program ini mendorong kembalinya marwah pencak silat sebagai warisan budaya yang juga menjadi simbol persaudaraan.

    “Pencak silat adalah identitas bangsa. Dunia mengenalnya melalui film The Raid sebagai bukti bahwa silat bisa menjadi kebanggaan, bukan alat permusuhan,” ujar AKP Hafiz.

    Melalui semangat tersebut, aparat dan tokoh perguruan sepakat untuk memperkuat pembinaan di tingkat bawah, serta menanamkan nilai sportivitas dan persaudaraan antar perguruan. Forum ini bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, sehingga nilai “berbeda-beda tapi tetap satu” kembali digelorakan.

    Forum yang berlangsung hingga malam itu menghasilkan sejumlah kesepakatan. Di antaranya, pembentukan grup komunikasi Kampung Pesilat–Forkopimcam sebagai wadah percepatan informasi dan pencegahan dini potensi konflik. Selain itu, peserta juga sepakat untuk aktif menyosialisasikan layanan darurat 110 sebagai kanal bantuan resmi yang responsif bagi masyarakat.

    Acara ditutup dengan penuh keakraban, ditandai dengan santap malam pecel khas Madiun. “Geger ini rumah kita bersama. Mari jaga martabat Kampung Pesilat dengan kedewasaan dan persaudaraan,” tutup Camat Dony. [rbr/suf]

  • Fenomena ‘Cleret Tahun’ Muncul di Atas Waduk Widas Madiun, Warga Dikejutkan Angin Berputar di Tengah Air

    Fenomena ‘Cleret Tahun’ Muncul di Atas Waduk Widas Madiun, Warga Dikejutkan Angin Berputar di Tengah Air

    Madiun (beritajatim.com) — Warga di sekitar Waduk Widas (Waduk Bening), Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, digemparkan dengan kemunculan fenomena alam langka berupa angin berputar di atas permukaan air, Kamis (30/10) sore.

    Fenomena ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah “Cleret Tahun”, sebutan Jawa untuk pusaran angin atau puting beliung kecil yang muncul secara tiba-tiba.

    Menurut keterangan Diky Saputra, petugas keamanan Perum Jasa Tirta I yang bertugas di area Waduk Bening, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu, cuaca cerah tiba-tiba muncul awan hitam yang menggumpal di langit sebagian wilayah waduk.

    “Tadi sekitar pukul tiga kurang, ada awan menggumpal warna hitam. Tiba-tiba muncul sedikit angin mutar yang langsung turun ke tengah waduk,” ujar Diky saat ditemui di lokasi.

    Pusaran angin tersebut terlihat cukup jelas dari daratan dan berlangsung sekitar 15 menit sebelum akhirnya menghilang sendiri.

    “Sempat berputar di tengah waduk, kurang lebih 15 menitan, lalu hilang sendiri,” tambahnya.

    Beruntung, fenomena “Cleret Tahun” kali ini tidak menimbulkan korban jiwa maupun dampak kerusakan yang berarti. Saat kejadian, area waduk dalam kondisi relatif sepi.

    “Untuk para pengunjung kebetulan kalau sore hari sudah keluar semua. Cuma ada beberapa pemancing yang sempat panik dan lari untuk berlindung,” jelas Diky.

    Diky menuturkan, selama bertugas di Waduk Widas, baru kali ini ia menyaksikan fenomena seperti itu. “Baru kali ini saja di tahun ini ada Cleret Tahun di atas waduk,” katanya. (rbr/ted)

  • BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025

    BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengeluarkan peringatan kepada masyarakat Jawa Timur agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diprakirakan terjadi pada periode 30 Oktober hingga 5 November 2025.

    Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, menyatakan bahwa selama periode tersebut, sejumlah wilayah di Jawa Timur berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Bencana yang diwaspadai meliputi hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.

    “Peningkatan cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan ini diprakirakan akan berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat,” kata Taufiq Hermawan, Kamis (30/10/2025).

    Menurut Taufiq, fenomena ini bisa terjadi didorong oleh beberapa faktor, terutama karena adanya aktivitas atmosfer dan kondisi laut yang mendukung pembentukan awan hujan skala luas.

    “Saat ini, sebagian wilayah Jawa Timur berada pada masa pancaroba, sementara sebagian lainnya telah memasuki awal musim hujan,” urainya.

    Menurut prakiraan BMKG, gangguan atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang melintasi Jawa Timur saat ini, turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif.

    “Selain itu, suhu muka laut yang masih hangat di sekitar Selat Madura (24-31 derajat Celsius dengan anomali mencapai +2 derajat) juga meningkatkan penguapan, sehingga memperbesar peluang terbentuknya hujan lebat,” rincinya.

    Wilayah yang diimbau untuk waspada antara lain mencakup Surabaya, Sidoarjo, Malang, Lumajang, Pasuruan, Jember, Probolinggo. Kemudian, Blitar, Kediri, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Jombang, Madiun, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.

    Secara khusus, BMKG juga mengingatkan wilayah dengan topografi curam atau bergunung agar lebih waspada terhadap dampak bencana lanjutan, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, jalan licin, hingga jarak pandang terbatas.

    “Oleh karena itu, masyarakat dan instansi terkait untuk senantiasa waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, serta potensi hujan disertai petir dan angin kencang,” tegas Taufiq.

    Untuk memantau kondisi terkini, BMKG Juanda menyediakan citra radar cuaca WOFI dan peringatan dini melalui situs stamet-juanda.bmkg.go.id, media sosial @infobmkgjuanda, serta layanan telepon dan WhatsApp 24 jam. (rma/ted)