kab/kota: Madinah

  • Arab Saudi Ratifikasi Pakta Pertahanan dengan Adidaya Nuklir Pakistan

    Arab Saudi Ratifikasi Pakta Pertahanan dengan Adidaya Nuklir Pakistan

    Riyadh

    Pakta pertahanan antara Arab Saudi dan Pakistan menggariskan, bahwa setiap serangan terhadap salah satu negara mewajibkan dukungan militer demi menjamin keutuhan teritorial. Langkah ini diambil menyusul serangan Israel ke Qatar awal bulan ini.

    Kerajaan Saudi sejak lama memiliki ikatan ekonomi, religius, dan keamanan yang erat dengan Pakistan—termasuk, seperti yang ramai dilaporkan, memberikan dukungan finansial bagi program senjata nuklir Islamabad.

    Selama bertahun-tahun, analis maupun sejumlah diplomat Pakistan menyebut kemungkinan Arab Saudi berlindung di bawah “payung nuklir” Islamabad, terlebih saat ketegangan meningkat terkait program atom Iran.

    Pesan kepada Israel?

    Momentum penandatanganan pakta juga dipahami sebagai isyarat langsung kepada Israel, yang lama dicurigai sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah, dan kini tengah menjalankan operasi militer luas sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Operasi yang dilancarkan Israel menjalar ke Iran, Lebanon, wilayah lain Palestina, Qatar, Suriah, hingga Yaman.

    Pemerintah di Tel Aviv sejauh ini belum menanggapi perjanjian tersebut. Amerika Serikat—selama ini penjamin keamanan tradisional negara-negara Teluk—juga belum memberikan komentar.

    Putra Mahkota Saudi yang berkuasa, Mohammed bin Salman, menandatangani pakta pertahanan dengan Pakistan pada Rabu (17/) bersama Perdana Menteri Shehbaz Sharif.

    Perjanjian itu tidak menyebut senjata nuklir secara spesifik, tetapi menegaskan: “Setiap agresi terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai agresi terhadap keduanya,” menurut pernyataan bersama Kementerian Luar Negeri Pakistan dan Kantor Berita Saudi.

    “Perjanjian ini bertujuan mengembangkan aspek kerja sama pertahanan kedua negara dan memperkuat daya tangkal bersama terhadap setiap agresi,” demikian isi pernyataan itu.

    Sejarah panjang ikatan militer

    Komitmen Pakistan bagi pertahanan Arab Saudi sudah tertanam sejak puluhan tahun, terutama untuk melindungi kedua kota suci Mekkah dan Madinah. Pasukan Pakistan pertama kali dikirim ke Saudi pada akhir 1960-an, saat muncul kekhawatiran atas perang Mesir di Yaman.

    Pertalian itu makin erat setelah Revolusi Islam Iran 1979, yang meluapkan ketakutan dinasti al-Saud terhadap rejim Syiah di Teheran.

    Pakistan sendiri mengembangkan senjata nuklir untuk menandingi India. Kedua negara bertetangga itu telah berulang kali bentrok, termasuk saling serang setelah serangan pembunuhan terhadap turis di Kashmir India pada April lalu. Menurut Bulletin of Atomic Scientists, India diperkirakan memiliki 172 hulu ledak nuklir, sementara Pakistan punya 170.

    Pada Kamis(18/9), Kementerian Luar Negeri India menyebutkan, pihaknya terus memantau pertalian baru Saudi-Pakistan. New Delhi menyatakan akan “mempelajari implikasi perkembangan ini bagi keamanan nasional serta stabilitas regional dan global.” Saudi sendiri juga memiliki hubungan dekat dengan India.

    Dukungan pada program Pakistan

    Dalam bukunya Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, pensiunan Brigadir Jenderal Feroz Hassan Khan menulis betapa Saudi sejak awal telah memberikan “dukungan finansial besar” untuk program nuklir Pakistan.

    Sebuah kabel diplomatik AS tahun 2007 yang dipublikasikan WikiLeaks menyebut diplomat Pakistan di Riyadh sempat mengusulkan kemungkinan keterlibatan kerajaan Saudi dalam program pengembangan senjata nuklir.

    “Menurut para pejabat ini, mereka memahami bahwa Arab Saudi ingin melindungi diri maupun kawasan. Karena beberapa negara lain—khususnya Mesir—tak mampu mengembangkan sistem senjata nuklir akibat kendala finansial, maka logis jika Saudi mengambil peran sebagai ‘pelindung fisik’, sama seperti perannya kian besar sebagai mediator perdamaian di berbagai konflik kawasan,” demikian isi kabel diplomatik tersebut.

    Baik Pakistan maupun Saudi tidak menjawab pertanyaan Associated Press yang diajukan Kamis (18/9), soal apakah pakta ini mencakup arsenal nuklir Islamabad.

    Benang merah menuju Teheran

    Arab Saudi sebelumnya sempat meminta bantuan AS untuk mengembangkan program nuklir sipil, sebagian melalui rencana normalisasi diplomatik dengan Israel sebelum serangan Hamas 2023. Program itu bisa membuka peluang Saudi memperkaya uranium di dalam negeri—hal yang membuat gusar pakar nonproliferasi, karena pengayaan uranium juga bisa mengarah ke pengembangan senjata nuklir.

    Putra Mahkota MBS pernah berkata, kerajaan akan berusaha mengembangkan senjata nuklir jika Iran dibiarkan memiliki bom atom. Saat ini Saudi diyakini sudah memiliki program rudal balistik domestik, yang berpotensi menjadi sistem pengantar hulu ledak nuklir.

    Meski begitu, Saudi masih menjadi anggota Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT) dan belum diketahui mengambil langkah untuk mengembangkan bom sendiri.

    Sebelum pakta pertahanan diteken, Iran sempat mengirim Ali Larijani untuk berkunjung ke Riyadh. Dia adalah tokoh senior sekaligus sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi. Boleh jadi langkah itu membuka kesempatan bagi kerajaan untuk menjelaskan kepada Teheran, yang sejak 2023 menjalin komunikasi melalui mediasi China.

    Editor: Agus Setiawan

    Lihat juga Video: India Minta IAEA Awasi Ketat Senjata Nuklir Pakistan

    (nvc/nvc)

  • Arkeolog Temukan Prasasti yang Dibuat Sahabat Nabi Muhammad

    Arkeolog Temukan Prasasti yang Dibuat Sahabat Nabi Muhammad

    Jakarta

    Sebuah prasasti Paleo-Arab pada sebuah batu besar dekat sebuah masjid terbengkalai di Arab Saudi kemungkinan besar diukir oleh Ḥanẓalah bin Abī ʿĀmir, seorang sahabat Nabi Muhammad, menurut sebuah studi baru.

    Meskipun banyak prasasti dari masa-masa awal Islam telah diketahui, keasliannya masih belum terkonfirmasi, kecuali satu prasasti di wilayah al-Bahah, Arab Saudi, yang dapat dikaitkan dengan sahabat Muhammad, yang kemudian menjadi gubernur Makkah.

    Prasasti ini, yang dianalisis para peneliti dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Near Eastern Studies edisi April 2024, hanyalah prasasti kedua yang dikonfirmasi yang atribusinya terkait dengan Muhammad.

    Berbeda dengan teks sebelumnya, prasasti ini dipahat pada awal abad ketujuh sebelum Islam mendominasi Arabia, menjadikannya saksi penting bagi Hijaz pra-Islam (wilayah tempat Makkah berada) dan latar belakang agama para pembaca Al-Qur’an. Namun, tidak semua orang sepenuhnya yakin tentang identitas penulisnya. Yang jelas, temuan ini menjelaskan hari-hari awal Islam, kata para peneliti.

    “Bertentangan dengan kepercayaan umum bahwa Islam lahir berdasarkan sejarah yang utuh, kita tidak tahu banyak tentang kebangkitan Islam dari sumber-sumber kontemporer,” ujar Ahmad Al-Jallad, profesor studi Arab di Ohio State University dan rekan penulis studi tersebut, dikutip dari Live Science.

    “Periode waktu itu diselimuti misteri. Prasasti-prasasti ini memberikan dasar yang dapat diverifikasi untuk penulisan sejarah berbasis bukti pada periode ini,” sebutnya.

    Yusef Bilin, seorang kaligrafer Turki yang mengunjungi sebuah masjid kuno di kota Taif yang diyakini dibangun oleh Ali bin Abi Thalib, Khalifah Islam keempat, menemukan dua prasasti pada sebuah batu besar yang menonjol sekitar 100 meter darinya. Pada 2021, ia menyampaikan hal tersebut kepada para penulis studi.

    Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam aksara Paleo-Arab, yang menggambarkan fase akhir pra-Islam dalam alfabet Arab. Para penulis prasasti di bagian atas dan bawah mengidentifikasi diri mereka sebagai Hanzalah, putra Abd-Amr-w dan Abd al-Uzzē, putra Sufyan.

    Tulisan tersebut diterjemahkan menjadi “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah Ḥanẓalah (putra) ʿAbd-ʿAmr-w, aku mendesak (engkau) agar bertakwa kepada Allah” dan “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah ʿAbd al-ʿUzzē putra Sufyān, aku mendesak (engkau) agar bertakwa kepada Allah.”

    Para penulis mempelajari biografi Muslim tradisional Muhammad dan catatan silsilah orang-orang Arab dan menemukan bahwa kombinasi nama-nama ini sangat langka. Seseorang bernama Hanzalah, yang ayahnya adalah Abd-Amr, memenuhi kriteria tersebut. Orang ini berasal dari suku Aws, yang bermukim di Yatsrib (sekarang dikenal sebagai Madinah), dan secara menonjol digambarkan sebagai sahabat Muhammad dalam literatur Islam awal.

    Penggunaan bahasa Paleo-Arab dengan mudah menunjukkan bahwa prasasti-prasasti ini dibuat pada akhir abad keenam atau awal abad ketujuh dan sangat sesuai dengan garis waktu Hanzalah, sahabat Nabi, yang gugur dalam Perang Uhud pada 625 M. Nama orang kedua, ʿAbd al-ʿUzzē, merujuk kepada dewi pagan Arab, al-Uzza, yang semakin memperkuat gagasan bahwa prasasti-prasasti ini dibuat oleh orang-orang yang bukan pengikut Muhammad, atau setidaknya belum.

    Pengamatan ini mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa Ḥanẓalah kemungkinan besar sama dengan yang dikaitkan dengan Muhammad dan bahwa ia mengukir kata-kata ini saat bepergian melalui Taif, mungkin dengan seseorang bernama ʿAbd al-ʿUzzē, sebelum ia memeluk Islam.

    “Pada dasarnya tidak masuk akal jika prasasti ini dibuat setelah Muhammad memulai dakwahnya, karena penduduk Taif sangat memusuhi beliau, dan kecil kemungkinan salah satu pengikutnya pergi ke sana dan meninggalkan prasasti ini,” ujar rekan penulis studi Hythem Sidky, direktur eksekutif International Quranic Studies Association di Washington, DC, Amerika Serikat.

    Al-Jallad menambahkan bahwa patina prasasti dan pola pelapukan menunjukkan prasasti itu sudah ada di sana sejak lama, sehingga menutup kemungkinan adanya pemalsuan modern.

    “Artikel ini merupakan karya ilmiah yang sangat mengesankan,” ujar James Montgomery , seorang profesor Studi Arab dan Timur Tengah di Cambridge University yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

    “Penelitian ini sangat cermat, teliti, dan cermat dalam penggunaan bukti, dengan setiap klaim didukung dengan tepat melalui referensi terhadap semua bukti yang relevan dan tersedia,” sebutnya.

    Meskipun Montgomery yakin identifikasi tersebut kemungkinan besar akurat, ia tetap agnostik terhadap klaim bahwa Ḥanẓalah yang disebutkan dalam prasasti tersebut sama dengan yang ada dalam tradisi Islam.

    “Saya ingin menunda penilaian sampai kita memiliki dua prasasti lagi yang juga memenuhi kriteria penanggalan ketat yang digunakan para penulis,” ujarnya.

    (rns/rns)

  • Pimpinan MPR serukan penguatan peradaban akhlak untuk Indonesia maju

    Pimpinan MPR serukan penguatan peradaban akhlak untuk Indonesia maju

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas/EBY) menyerukan agar menjadikan Maulid Nabi sebagai momen untuk mengajak bangsa Indonesia kembali membangun peradaban yang berlandaskan akhlak, persatuan, dan kemajuan.

    Ibas mengajak seluruh elemen bangsa untuk meneladani Rasulullah SAW dalam menciptakan masyarakat yang berkeadaban dan berkepribadian luhur.

    “Maulid Nabi sebagai inspirasi peradaban akhlak, persatuan, dan kemajuan adalah ajakan untuk kembali ke jati diri bangsa: berakhlak, bersatu, dan maju bersama,” kata Ibas dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Hal ini disampaikan Ibas dalam agenda perayaan Maulid Nabi sebagai Inspirasi Peradaban Akhlak, Persatuan & Kemajuan yang digelar di Jakarta, bersama para ulama, pengasuh pondok pesantren, santri, dan tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

    Ibas mengajak seluruh masyarakat untuk merenungkan kondisi dunia saat ini yang penuh luka dan konflik.

    “Dunia hari ini sedang luka. Dari Gaza sampai Sudan, dari Ukraina sampai Myanmar, dari Prancis sampai Nepal. Peperangan, konflik, kekerasan, dan kebencian menyebar, sementara kasih sayang dan akhlak ditinggalkan. Naudzubillah min dzalik,” ujarnya

    Ia mengingatkan juga mengingatkan bahwa demokrasi tanpa akhlak hanya melahirkan keributan, bukan kebaikan. Menurutnya, keteladanan Rasulullah harus menjadi fondasi utama dalam membangun masyarakat.

    “Rasulullah membangun Madinah bukan dengan kekuasaan, tapi dengan keteladanan,” tuturnya.

    Ibas juga menegaskan pentingnya revolusi akhlak di seluruh aspek kehidupan mulai dari ruang kelas sampai ruang kekuasaan, dari pasar umum sampai gedung parlemen.

    Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk saling mendukung dan bersatu. “Kita akan bisa lebih maju jika bersatu. Ulama, umara, santri, rakyat, semua saling topang, saling doa, dan saling jaga,” ujarnya.

    Sebagai wakil rakyat, Ibas juga menyampaikan sejumlah program yang terus ia kawal, seperti : Beasiswa Santri (PIP), digitalisasi pesantren, dan penguatan kurikulum diniyah dan vokasi.

    Ia juga mendorong pendirian Kementerian Haji dan Umroh, serta memperjuangkan program makan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah dan santri. Selain itu, Ibas menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan tunjangan dan sertifikasi bagi guru ngaji, guru madrasah, dan guru pesantren, termasuk program P3K dan pengangkatan guru honorer.

    “Karena kami percaya, guru adalah pahlawan peradaban,” tuturnya

    Menutup sambutannya, Ibas menyerukan pentingnya sinergi menuju Indonesia Emas 2045.

    “Kalau kita kompak dan serius bangun bersama, maka tiga fondasi Indonesia Emas 2045 harus kita kawal, yakni demokrasi yang berakhlak, aspirasi yang menyatukan bukan memecah serta nilai kebangsaan yang ditanam sejak dini,” kata Ibas.

    Sementara itu, Pimpinan Pesantren Modern Darussalam Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal, menanggapi sambutan Ibas dengan menegaskan bahwa yang paling penting dalam membangun peradaban adalah keteladanan, kepercayaan, kebersamaan, dan barokah.

    “Semua yang disampaikan Mas Ibas tidak ada yang salah. Tinggal kita pastikan kolaborasi bersama dengan kompak untuk akhlak yang lebih baik,” ujarnya.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Sumenep untuk Pererat Silaturahmi

    Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Sumenep untuk Pererat Silaturahmi

    Sumenep (beritajatim.com) – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Sumenep, Madura, pada Senin (15/9/2025) menjadi momentum penting untuk mempererat silaturahmi antar umat Muslim.

    Bupati Sumenep, Ach. Fauzi Wongsojudo, dalam acara yang digelar di Pendopo Agung tersebut mengungkapkan bahwa Maulid Nabi bukan hanya sekadar acara ritual, melainkan juga sarana untuk mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.

    “Kalau di Sumenep, setiap bulan Maulid, nyaris sudah menjadi tradisi dan kebiasaan, masyarakat kita mengadakan acara Maulid. Nah bagi Pemkab, acara Maulid ini merupakan salah satu cara untuk bersilaturahmi dengan masyarakat secara luas,” kata Bupati Fauzi dalam sambutannya.

    Tema yang diangkat pada peringatan Maulid Nabi kali ini adalah ‘Momentum Mempererat Silaturahmi, Cinta Kedamaian Dalam Persatuan Keberagaman’.

    Acara ini diisi dengan pembacaan Surat Yasin, selawatan Nabi, serta Qiyam. Selain itu, para jamaah juga mendapatkan tausiyah dari KH. Sir Robbany Ilzam Mubarok, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah Al-Mubarok, yang memberikan pencerahan mengenai nilai-nilai keislaman yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

    Bupati Fauzi juga menekankan bahwa peringatan Maulid Nabi merupakan momen penting untuk mempererat tali persaudaraan dengan semua elemen masyarakat. “Sesuai dengan tema peringatan Maulid kali ini, kami mempererat silaturahmi tidak hanya dengan ASN, tapi juga dengan para pengemudi ojek online, tukang parkir, petugas kebersihan, serta beberapa pekerja rentan lain. Kami ingin mengajak mereka untuk bersama-sama merayakan Maulid di Pendopo. Ini salah satu bentuk perhatian Pemkab,” ujarnya.

    Harapan besar disampaikan oleh Bupati Fauzi agar Sumenep tetap kondusif dan terus menjadi daerah yang mengutamakan kedamaian dan kebersamaan antar umat beragama. “Mari kita bersama-sama menjunjung tinggi nilai kejujuran, kasih sayang, dan kepedulian sosial di lingkungan masing-masing seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah,” ajaknya.

    Peringatan Maulid Nabi ini juga menjadi ajang untuk mengingatkan umat Islam tentang pentingnya membangun kehidupan bermasyarakat yang damai, toleran, dan penuh kasih sayang. Bupati mengajak seluruh warga Sumenep untuk terus memperkuat iman dan taqwa, serta memanjatkan doa bersama agar senantiasa dijauhkan dari musibah dan dimudahkan segala urusan.

    “Semoga kita senantiasa dijauhkan dari musibah, dilapangkan rezeki, dan dimudahkan urusan. Mari bersama-sama memperkuat iman dan taqwa agar menjadi insan yang dicintai Allah SWT dan Rasulullah SAW,” tutup Bupati Fauzi. [tem/suf]

     

  • Jemaah Panik Rudal Nyasar Meledak di Area Masjid Nabawi, Ini Kata KBRI Riyadh

    Jemaah Panik Rudal Nyasar Meledak di Area Masjid Nabawi, Ini Kata KBRI Riyadh

    GELORA.CO – Suara ledakan yang disebut terjadi di sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Kamis (11/9/2025) dini hari, masih menyisakan tanda tanya. Hingga Sabtu (13/9/2025), pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh mengaku belum menerima informasi resmi dari otoritas Arab Saudi.

    Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Riyadh, Mahendra, menegaskan tidak ada satu pun media lokal Saudi yang memberitakan peristiwa tersebut. Ia memastikan hingga saat ini belum ada informasi valid terkait isu ledakan di kota suci itu.

    “Tidak ada satu pun media di sini membahas hal itu. Namun biar saya cek lebih lanjut ya,” kata Mahendra saat dikonfirmasi Inilah.com, Sabtu (13/9/2025).

    “Belum ada pemberitaan yang valid dari media Saudi. Informasinya demikian,” tambahnya melalui pesan WhatsApp.

    Ledakan dan Spekulasi di Media Sosial

    Kabar suara ledakan di Madinah semula beredar luas di media sosial. 

    Sebagian warganet menduga cahaya tersebut berasal dari rudal yang dicegat sistem pertahanan udara Arab Saudi. Namun otoritas Al Haramain meminta publik menahan diri dan tidak berspekulasi.

    “Kami mengetahui adanya insiden di dekat Masjid Nabawi sekitar pukul 05.43 kemarin pagi, di mana terdengar suara ledakan dan beberapa visual terekam. Kami meminta semua pihak menahan diri dari spekulasi dan menunggu informasi resmi dari sumber berwenang,” tulis akun Inside the Haramain di X.

    Video amatir yang beredar luas di media sosial memperlihatkan cahaya melesat di langit dengan suara dentuman keras sekitar pukul 05.43 waktu setempat. Peristiwa itu bertepatan dengan salat subuh di Masjid Nabawi.

    Beberapa saksi mata menyebut sempat melihat objek mirip rudal melintas di atas kota suci. Seorang jamaah di Masjid Al Shohada mengatakan, “Setelah salat subuh terdengar suara ledakan besar. Keluar masjid saya melihat serpihan jatuh di dekat area ibadah.”

    Seorang lainnya yang berada di atap Masjid Nabawi juga mengaku mendengar dentuman keras. 

    “Alhamdulillah, semua aman. Kami selamat,” ujarnya dikutip dari Siasat Daily.

    Dugaan Keterkaitan dengan Konflik Yaman–Israel

    Meski belum ada keterangan resmi, sejumlah netizen mengaitkan insiden ini dengan ketegangan terbaru di kawasan. Sehari sebelumnya, militer Israel mengaku mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman usai melakukan serangan udara di Sanaa dan Jawf.

    “Mungkin sebuah misil diluncurkan dari Yaman ke Israel, dan Arab Saudi mencegatnya,” tulis seorang warganet.

    Namun hingga kini, pemerintah Arab Saudi masih bungkam, dan KBRI Riyadh menegaskan belum ada konfirmasi resmi yang bisa dijadikan rujukan.

  • Viral, Ledakan Keras dan Penampakan Benda Mirip Rudal Dekat Masjid Nabawi Madinah

    Viral, Ledakan Keras dan Penampakan Benda Mirip Rudal Dekat Masjid Nabawi Madinah

    GELORA.CO  – Warga Kota Madinah, Arab Saudi, dikejutkan dengan suara ledakan keras disertai penampakan bola api di udara seperti rudal, Jumat (12/9/2025) pagi. 

    Beberapa saksi yang berada di sekitar Masjid Nabawi mendengar dengan jelas suara ledakan keras. Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 05.43 waktu setempat. 

    Suara ledakan keras diikuti dengan penampakan aktivitas di udara. Meski demikian tidak ada laporan kerusakan maupun korban luka di sekitar masjid suci kedua bagi umat Islam tersebut.

    Beberapa video yang beredar di media sosial menunjukkan benda yang tampak seperti proyektil melintas di udara kota suci tersebut.

    Hingga Sabtu (13/9/2025) belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Arab Saudi atau otoritas sipil.

    Pihak berwenang setempat mengimbau masyarakat untuk menghindari spekulasi dan menunggu informasi terverifikasi dari sumber resmi. 

    Petugas keamanan juga terlihat meningkatkan patroli di sekitar Masjid Nabawi setelah kejadian tersebut. Namun salat Jumat dan mobilitas pengunjung tetap berjalan normal tanpa ada pembatasan

  • Detik-Detik Ledakan di Tangsel Diduga dari Septic Tank: Getaran Sampai 500 Meter, Bantal Terpental

    Detik-Detik Ledakan di Tangsel Diduga dari Septic Tank: Getaran Sampai 500 Meter, Bantal Terpental

    Liputan6.com, Jakarta Suara ledakan besar disertai getaran hebat terjadi di Jalan Talas, Pondok Cabe Hilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat (12/09/2025). Informasi dihimpun, diduga sumber ledakan berasal dari septic tank.

    Ledakan ini mengubah suasa tenang pagi hari di ‘gang senggol’. Semua terkejut, selain suara keras, getaran yang timbul karena ledakan juga dirasakan warga hingga radius 500 meter.

    “Duarr!! Kaget banget, langsung pada keluar, lihat situasi, rumah Pak Agus sudah hancur, enggak bisa ditempatin gitulah, getarannya berasa sampai ke 500 meter,” kata Ketua RT setempat, Masturoh.

    Bukan hanya rumah Agus, dua rumah yang bersebelahan juga ikut hancur. Yakni rumah Madinah dan Taslimah. Bahkan deretan 10 rumah di sana juga mengalami kerusakan.

    “Gimana enggak ikutan rusak, tba-tiba asbes nyangkut di genteng rumah orang yang jaraknya 80 meter, bantal siapa juga nyangkut mental,” katanya.

    Tanpa pikir panjang, warga setempat pun langsung bergotong royong, membawa para korban ke rumah sakit Hermina Ciputat dan UIN. Terlebih keluarga Agus yang menderita luka bakar berat di sekujur tubuh.

    “Pak Agus dan keluarganya paling parah, sisanya juga dibawa ke rumah sakit terdekat. Total ada 7 orang yang dibawa ke rumah sakit,” beber Masuroh.

    Dia pun menduga, ledakan tersebut berasal dari pembuangan septic tank yang tertanam di pekaran rumah Agus. Sebab, pasca-ledakan, terdapat lubang yang besar di posisi tersebut.

    “Tapi kami masih menunggu keterangan Polisi,” ujarnya.

  • Urutan dan Nama-nama Bulan Hijirah: Panduan Lengkap Kalender Islam

    Urutan dan Nama-nama Bulan Hijirah: Panduan Lengkap Kalender Islam

    Jakarta: Kalender Hijriah atau kalender Islam digunakan oleh umat Muslim di seluruh dunia untuk menentukan waktu ibadah, puasa, dan hari-hari penting keagamaan. Kalender ini berbasis peredaran bulan mengelilingi bumi, berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis matahari.

    Dilansir dari laman Muhammadiyah, setelah wafatnya Rasulullah Saw pada abad ke-7 M para Sahabat Nabi menjadikan sistem kalender Hijriyah ini sebagai pedoman yang mereka patuhi dengan sungguh-sungguh.
    Penamaan Hijriah
    Penanaman Hijriyah atau Hijriah ini mempunyai makna mendalam. Nama tersebut diambil dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. 

    Hijrah ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menandai perpindahan Nabi Saw dan para sahabatnya ke Madinah untuk membentuk sebuah negara Islam yang baru. Keputusan untuk menggunakan hijrah sebagai titik awal era dalam perhitungan tahun Hijriyah adalah hasil dari pertimbangan dan kesepakatan para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad.
    Muharram Sebagai Bulan Pertama
    Awalnya ada yang yang mengusulkan Ramadan sebagai bulan pertama kalender Hijriah. Namun akhirnya para sahabat dengan bulat setuju untuk memulai tahun dengan bulan Muharram.

    Nama dan Urutan Bulan Kalender Hijriah
    Kalender Hijriah terdiri dari 12 bulan, yang urutannya sebagai berikut:

    Muharram
    Bulan pertama dalam penanggalan Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan haram (bulan mulia) dalam Islam, yang memiliki makna tersendiri karena merupakan permulaan tahun dan waktu untuk meningkatkan spiritualitas.

    Bulan ini disebut juga “Syahrullah” (bulan milik Allah) dan banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi di dalamnya, seperti diselamatkannya Nabi Musa dari Firaun dan Nabi Nuh dari banjir bandang.
    Safar
    Bulan kedua dalam kalender Hijriah, yang namanya berasal dari kata Arab “shifr” atau “safar” yang berarti “kosong” atau “sepi”, merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab Jahiliyah yang meninggalkan rumah saat bepergian.

    Bulan ini adalah waktu penting bagi umat Islam untuk memperkuat iman, berdoa memohon perlindungan, dan melakukan amalan sholeh sebagai bentuk tawakal kepada Allah SWT.
    Rabi’ul Awal
    Bulan ketiga dalam kalender Hijriyah dan dikenal sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang diperingati sebagai Maulid Nabi. Bulan ini memiliki nilai istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak amalan ibadah seperti berpuasa, bershalawat, bersedekah, dan memperingati Maulid Nabi.

    Rabi’ul Akhir
    Bulan keempat dalam kalender Hijriah, dinamai “musim semi terakhir” karena berkaitan dengan musim semi di Jazirah Arab dan merupakan bagian dari periode dua bulan yang subur itu, yaitu Rabiul Awal dan Rabiul Akhir.

    Bulan ini penting karena banyak terjadi peristiwa bersejarah dalam Islam, seperti turunnya Surat Al-Hasyr, kemenangan umat Muslim dalam beberapa peperangan, dan wafatnya beberapa sahabat serta ulama besar.
     

     

    Jumadil Awal
    Bulan kelima dalam kalender Hijriah, yang namanya berasal dari kata “jumada” (kering atau beku) dan “awal” (pertama), merujuk pada musim kemarau atau dingin yang terjadi saat nama tersebut diberikan di Arab pra-Islam.

    Bulan ini adalah bulan yang penting dalam sejarah Islam, ditandai dengan peristiwa pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah, Perjanjian Hudaibiyah, dan pengutusan Khalid ibn al-Walid ke Najran.
    Jumadil Akhir
    Bulan keenam dalam kalender Hijriah, yang mengikuti bulan Jumadil Awal. Nama “Jumadil” berasal dari bahasa Arab yang berarti “beku” atau “kering,” dan “akhir” berarti “terakhir”. Nama ini diberikan karena pada saat penamaan, Jazirah Arab mengalami musim dingin dan kondisi air cenderung membeku.

    Bulan ini juga menjadi saksi peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq dan terjadinya Perang Mu’tah.
    Rajab
    Bulan ketujuh dalam kalender Hijriah, salah satu dari empat bulan haram (bulan yang dimuliakan) dalam Islam, dan menjadi momentum penting untuk memperbanyak ibadah seperti puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an.

    Bulan ini juga menandai peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab, serta berfungsi sebagai persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
    Sya’ban
    Bulan kedelapan dalam kalender Hijriah, yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini penuh keberkahan dan memiliki keistimewaan tersendiri dalam Islam karena merupakan waktu penting bagi umat Muslim untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan.

    Di bulan Sya’ban, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa sunnah, dan bulan ini juga dikenal sebagai waktu diangkatnya catatan amal manusia kepada Allah SWT.
    Ramadan
    Bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, yang sangat penting bagi umat Muslim. Di bulan ini, Allah SWT mewajibkan puasa, melipatgandakan pahala setiap ibadah, membukakan pintu surga, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan.

    Selain itu, Ramadan adalah bulan turunnya Al-Qur’an pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW, serta bulan di mana malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan terjadi.
    Syawal
    Bulan kesepuluh dalam kalender Hijriah, bertepatan setelah bulan Ramadhan, dan diawali dengan perayaan Idul Fitri. Secara bahasa, “Syawal” berarti “peningkatan” atau “ketinggian”, melambangkan semangat umat Islam untuk meningkatkan iman dan ibadah setelah Ramadhan.

    Bulan ini juga dikenal dengan amalan sunnah seperti puasa Syawal enam hari, memperbanyak sedekah, dan menjaga silaturahmi.
    Dzulqa’dah
    Bulan kesebelas dalam kalender Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan haram (mulia) dalam Islam, bersama Muharram, Rajab, dan Dzulhijjah. Bulan ini memiliki keistimewaan karena pada masa pra-Islam, bangsa Arab menghentikan peperangan dan bersiap untuk menunaikan haji, sehingga sering disebut sebagai bulan “duduk” atau “berhenti”.

    Dzulhijjah
    Bulan kedua belas dan terakhir dalam kalender Islam (Hijriah) yang sangat istimewa karena termasuk bulan haram dan merupakan waktu pelaksanaan ibadah haji dan perayaan Idul Adha.

    Bulan ini memiliki keutamaan 10 hari pertamanya, di mana segala amal saleh sangat dicintai Allah, serta menjadi waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan seperti puasa, tahlil, tasbih, dan tahmid.
    Perbedaan Kalender Hijriah dan Masehi

    Hijriah: Berbasis lunar, 12 bulan, total 354–355 hari per tahun.

    Masehi: Berbasis solar, 12 bulan, total 365–366 hari per tahun.

    Karena kalender Hijriah lebih pendek sekitar 10–12 hari dibanding kalender Masehi, tanggal-tanggal penting Islam, seperti Ramadan atau Idul Fitri, bergeser setiap tahun jika dilihat dari kalender Masehi.

    Mengetahui urutan bulan Hijriah penting bagi umat Muslim untuk menandai hari-hari ibadah dan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Kalender ini tidak hanya menjadi pedoman ibadah, tetapi juga pengingat sejarah perjalanan umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Kalender Hijriah atau kalender Islam digunakan oleh umat Muslim di seluruh dunia untuk menentukan waktu ibadah, puasa, dan hari-hari penting keagamaan. Kalender ini berbasis peredaran bulan mengelilingi bumi, berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis matahari.
     
    Dilansir dari laman Muhammadiyah, setelah wafatnya Rasulullah Saw pada abad ke-7 M para Sahabat Nabi menjadikan sistem kalender Hijriyah ini sebagai pedoman yang mereka patuhi dengan sungguh-sungguh.
    Penamaan Hijriah
    Penanaman Hijriyah atau Hijriah ini mempunyai makna mendalam. Nama tersebut diambil dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. 
     
    Hijrah ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menandai perpindahan Nabi Saw dan para sahabatnya ke Madinah untuk membentuk sebuah negara Islam yang baru. Keputusan untuk menggunakan hijrah sebagai titik awal era dalam perhitungan tahun Hijriyah adalah hasil dari pertimbangan dan kesepakatan para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad.
    Muharram Sebagai Bulan Pertama
    Awalnya ada yang yang mengusulkan Ramadan sebagai bulan pertama kalender Hijriah. Namun akhirnya para sahabat dengan bulat setuju untuk memulai tahun dengan bulan Muharram.

    Nama dan Urutan Bulan Kalender Hijriah
    Kalender Hijriah terdiri dari 12 bulan, yang urutannya sebagai berikut:

    Muharram

    Bulan pertama dalam penanggalan Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan haram (bulan mulia) dalam Islam, yang memiliki makna tersendiri karena merupakan permulaan tahun dan waktu untuk meningkatkan spiritualitas.

    Bulan ini disebut juga “Syahrullah” (bulan milik Allah) dan banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi di dalamnya, seperti diselamatkannya Nabi Musa dari Firaun dan Nabi Nuh dari banjir bandang.

    Safar

    Bulan kedua dalam kalender Hijriah, yang namanya berasal dari kata Arab “shifr” atau “safar” yang berarti “kosong” atau “sepi”, merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab Jahiliyah yang meninggalkan rumah saat bepergian.
     
    Bulan ini adalah waktu penting bagi umat Islam untuk memperkuat iman, berdoa memohon perlindungan, dan melakukan amalan sholeh sebagai bentuk tawakal kepada Allah SWT.

    Rabi’ul Awal

    Bulan ketiga dalam kalender Hijriyah dan dikenal sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang diperingati sebagai Maulid Nabi. Bulan ini memiliki nilai istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak amalan ibadah seperti berpuasa, bershalawat, bersedekah, dan memperingati Maulid Nabi.

    Rabi’ul Akhir

    Bulan keempat dalam kalender Hijriah, dinamai “musim semi terakhir” karena berkaitan dengan musim semi di Jazirah Arab dan merupakan bagian dari periode dua bulan yang subur itu, yaitu Rabiul Awal dan Rabiul Akhir.
     
    Bulan ini penting karena banyak terjadi peristiwa bersejarah dalam Islam, seperti turunnya Surat Al-Hasyr, kemenangan umat Muslim dalam beberapa peperangan, dan wafatnya beberapa sahabat serta ulama besar.
     

     

    Jumadil Awal

    Bulan kelima dalam kalender Hijriah, yang namanya berasal dari kata “jumada” (kering atau beku) dan “awal” (pertama), merujuk pada musim kemarau atau dingin yang terjadi saat nama tersebut diberikan di Arab pra-Islam.
     
    Bulan ini adalah bulan yang penting dalam sejarah Islam, ditandai dengan peristiwa pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah, Perjanjian Hudaibiyah, dan pengutusan Khalid ibn al-Walid ke Najran.

    Jumadil Akhir

    Bulan keenam dalam kalender Hijriah, yang mengikuti bulan Jumadil Awal. Nama “Jumadil” berasal dari bahasa Arab yang berarti “beku” atau “kering,” dan “akhir” berarti “terakhir”. Nama ini diberikan karena pada saat penamaan, Jazirah Arab mengalami musim dingin dan kondisi air cenderung membeku.
     
    Bulan ini juga menjadi saksi peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq dan terjadinya Perang Mu’tah.

    Rajab

    Bulan ketujuh dalam kalender Hijriah, salah satu dari empat bulan haram (bulan yang dimuliakan) dalam Islam, dan menjadi momentum penting untuk memperbanyak ibadah seperti puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an.
     
    Bulan ini juga menandai peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab, serta berfungsi sebagai persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

    Sya’ban

    Bulan kedelapan dalam kalender Hijriah, yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini penuh keberkahan dan memiliki keistimewaan tersendiri dalam Islam karena merupakan waktu penting bagi umat Muslim untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan.
     
    Di bulan Sya’ban, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa sunnah, dan bulan ini juga dikenal sebagai waktu diangkatnya catatan amal manusia kepada Allah SWT.

    Ramadan

    Bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, yang sangat penting bagi umat Muslim. Di bulan ini, Allah SWT mewajibkan puasa, melipatgandakan pahala setiap ibadah, membukakan pintu surga, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan.
     
    Selain itu, Ramadan adalah bulan turunnya Al-Qur’an pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW, serta bulan di mana malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan terjadi.

    Syawal

    Bulan kesepuluh dalam kalender Hijriah, bertepatan setelah bulan Ramadhan, dan diawali dengan perayaan Idul Fitri. Secara bahasa, “Syawal” berarti “peningkatan” atau “ketinggian”, melambangkan semangat umat Islam untuk meningkatkan iman dan ibadah setelah Ramadhan.
     
    Bulan ini juga dikenal dengan amalan sunnah seperti puasa Syawal enam hari, memperbanyak sedekah, dan menjaga silaturahmi.

    Dzulqa’dah

    Bulan kesebelas dalam kalender Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan haram (mulia) dalam Islam, bersama Muharram, Rajab, dan Dzulhijjah. Bulan ini memiliki keistimewaan karena pada masa pra-Islam, bangsa Arab menghentikan peperangan dan bersiap untuk menunaikan haji, sehingga sering disebut sebagai bulan “duduk” atau “berhenti”.

    Dzulhijjah

    Bulan kedua belas dan terakhir dalam kalender Islam (Hijriah) yang sangat istimewa karena termasuk bulan haram dan merupakan waktu pelaksanaan ibadah haji dan perayaan Idul Adha.
     
    Bulan ini memiliki keutamaan 10 hari pertamanya, di mana segala amal saleh sangat dicintai Allah, serta menjadi waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan seperti puasa, tahlil, tasbih, dan tahmid.
    Perbedaan Kalender Hijriah dan Masehi

    Hijriah: Berbasis lunar, 12 bulan, total 354–355 hari per tahun.
     
    Masehi: Berbasis solar, 12 bulan, total 365–366 hari per tahun.
     
    Karena kalender Hijriah lebih pendek sekitar 10–12 hari dibanding kalender Masehi, tanggal-tanggal penting Islam, seperti Ramadan atau Idul Fitri, bergeser setiap tahun jika dilihat dari kalender Masehi.
     
    Mengetahui urutan bulan Hijriah penting bagi umat Muslim untuk menandai hari-hari ibadah dan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Kalender ini tidak hanya menjadi pedoman ibadah, tetapi juga pengingat sejarah perjalanan umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW.
     
    (Sheva Asyraful Fali)
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (RUL)

  • Menkum Sorot Pemanfaatan Kuota Haji yang Belum Optimal
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 Agustus 2025

    Menkum Sorot Pemanfaatan Kuota Haji yang Belum Optimal Nasional 27 Agustus 2025

    Menkum Sorot Pemanfaatan Kuota Haji yang Belum Optimal
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Hukum (Menkum) Supratman Andi Agtas menyebut masih adanya persoalan terkait pemanfaatan kuota haji dan kuota haji tambahan di Indonesia.
    Hal tersebut menjadi salah satu permasalahan yang diharapkan selesai lewat Undang-Undang Haji dan Umrah, yang baru disahkan oleh DPR.
    “Masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, antara lain: pemerintah Indonesia belum optimal dalam memanfaatkan kuota haji dan kuota haji tambahan dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi,” ujar Supratman saat membacakan pandangan pemerintah dalam rapat paripurna DPR, Selasa (27/8/2025).
    Selain masalah kuota, pembinaan masalah haji juga menjadi salah satu hal yang belum optimal dilakukan oleh pemerintah.
    Juga belum adanya perlindungan dan pengawasan terhadap pelaksanaan ibadah haji bagi warga negara Indonesia yang mendapatkan undangan pisah haji non-kuota dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
    “Belum adanya mekanisme pembahasan perubahan biaya penyelenggaraan ibadah haji dalam hal terjadi kenaikan biaya penyelenggaraan ibadah haji,” ujar Supratman.
    “Belum ada pengaturan mengenai sistem informasi haji melalui sistem informasi kementerian, serta keberangkatan perjalanan ibadah haji dan umrah secara mandiri,” sambungnya.
    Adanya sejumlah masalah tersebut, perlu dilakukan revisi terhadap UU Haji dan Umrah demi menghadirkan penyelenggaraan ibadah haji yang lebih aman, nyaman, tertib, dan lancar.
    “Agar penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dapat dilaksanakan dengan aman, nyaman, tertib, lancar, dan sesuai dengan ketentuan syariat untuk sebesar-besarnya kemanfaatan bagi jemaah haji dan umrah,” ujar Supratman.
    Diketahui, DPR dan pemerintah telah melakukan pengambilan keputusan tingkat II dan mengesahkan revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah menjadi undang-undang.
    Salah satu poin penting dalam revisi UU Haji dan Umrah adalah peningkatan status Badan Penyelenggara (BP) Haji menjadi Kementerian Haji dan Umrah.
    “Panja Komisi VIII DPR RI dan panja pemerintah Republik Indonesia bersepakat, satu, kelembagaan penyelenggara berbentuk Kementerian Haji dan Umrah,” ujar Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang membacakan laporan panja revisi UU Haji dan Umrah.
    “Kedua, Kementerian Haji dan Umrah Republik Indonesia akan menjadi satu atap atau one stop service. Semua yang terkait dengan penyelenggaraan haji akan dikendalikan dan dikoordinasikan oleh Kementerian Haji dan Umrah,” sambungnya.
    Undang-undang baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan akomodasi, transportasi, dan pelayanan haji pada tahun-tahun berikutnya.
    “Perubahan ini merupakan upaya untuk meningkatkan pelayanan jemaah, mulai dari akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga pelayanan kesehatan di Makkah, Madinah, serta saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina,” ujar Marwan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Garuda Indonesia Gelar Promo Penerbangan Umrah, Harga Tiket Mulai Segini – Page 3

    Garuda Indonesia Gelar Promo Penerbangan Umrah, Harga Tiket Mulai Segini – Page 3

    Selama Garuda Indonesia Umrah Festival 2025 berlangsung, Garuda Indonesia menawarkan harga tiket penerbangan umrah untuk group booking dengan harga mulai dari Rp13,9 jutaan pp untuk rute Jakarta-Jeddah pp dan mulai Rp15 jutaan untuk rute Jakarta-Madinah-Jeddah-Jakarta. Harga spesial juga tersedia dari Surabaya dan Makassar mulai dari Rp 14,9 jutaan.

    Selain itu, nasabah Bank Mandiri di Jakarta, Surabaya, dan Makassar akan mendapatkan manfaat tambahan lainnya, antara lain cashback hingga Rp1,25 juta untuk pengguna kartu Mandiri Debit. Sedangkan pengguna Mandiri Kartu Kredit berkesempatan mendapat cashback hingga Rp5 juta, penawaran cicilan 0% hingga 12 bulan, hingga undian berhadiah voucher travel Garuda Indonesia Rp2,5 juta.

    Senior Vice President Bank Mandiri Agus Hendra Purnama mengungkapkan, kerjasama Bank Mandiri dengan Garuda Indonesia pada event GUTF ini mencerminkan sinergi strategis antara sektor perbankan dan penerbangan untuk memperkuat brand awareness, memudahkan jasa perjalanan religius sekaligus memperkaya pengalaman Nasabah, menjawab permintaan tinggi pasar umrah, serta mendorong transaksi non tunai.