kab/kota: Lumajang

  • Pantas Tak Datang ke Pemakaman, Pembunuh Uswatun Ternyata Suami Sirinya? Ayah Tak Pernah Bertemu

    Pantas Tak Datang ke Pemakaman, Pembunuh Uswatun Ternyata Suami Sirinya? Ayah Tak Pernah Bertemu

    TRIBUNJATIM.COM – Terungkap fakta terbaru soal pembunuh Uswatun Hasanah, korban mutilasi di Ngawi.

    Terbaru, pembunuh Uswatun ternyata memiliki hubungan spesial dengan korban.

    Pembunuh Uswatun diketahui berasal dari Tulungagung, Jawa Timur.

    Sementara ayah Uswatun sempat menyebut bahwa Uswatun menikah siri dengan pria Tulungagung selama tiga tahun.

    Lantas, benarkah Uswatun dibunuh suami sirinya?

    Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Arbaridi Jumhur saat dihubungi TribunJatim.com pada Minggu (26/1/2025) mengungkap bahwa pembunuh Uswatun ditangkap sekitar pukul 00.00 WIB.

    Kini pelaku sedang dibawa penyidik untuk menemukan sejumlah lokasi tempat eksekusi korban. 

    Termasuk, barang bukti lain yang masih belum ditemukan dalam penyelidikan kasus tersebut. 

    “Sudah kami tangkap. Kami belum bisa sampaikan banyak. Pelaku masih keler ke beberapa lokasi. Iya (pacar korban atau punya hubungan spesial dengan korban),” ujar Jumhur. 

    Terduga pelaku pembunuhan Uswatun adalah pria asal Tulungagung, Jawa Timur.

    Dalam foto yang beredar di media sosial, terduga pelaku tampak lesu saat ditangkap penyidik.

    Diduga pelaku punya rekam jejak buruk terkait profesinya.

    Terduga pembunuh Uswatun Khasanah disebut bekerja sebagai tukang jual beli mobil bodong, kreditdan gadai mobil.

    Sebelumnya, ayah Uswatun bercerita, anaknya sudah tiga kali menikah.

    Suami pertama Uswatun Khasanah merupakan pria asal Srengat, Kabupaten Blitar. Mereka menikah secara resmi.

    Dari pernikahannya, Uswatun memiliki satu orang anak laki-laki.

    Rumah tangga keduanya tak berlangsung lama.

    Setelah bercerai, Uswatun Khasanah kembali menikah.

    Ia dinikahi secara siri oleh pria asal Lumajang.

    Uswatun Khasanah dikarunia anak perempuan.

    Sama dengan sebelumnya, Uswatun bercerai.

    Ia sempat memilih untuk hidup sendiri.

    Lalu Uswatun dipersunting pria asal Tulungagung secara siri.

    Kata sang ayah, rumah tangga keduanya sudah berjalan sekitar 3 tahun.

    Namun selama menjalin rumah tangga, Nur Khalim justru tak pernah bertemu dengan menantunya.

    “Lebaran tahun lalu juga tidak datang ke rumah,” katanya.

    Ia tak pernah mencaritahu. Uswatun juga tidak bercerita tentang sudami ketiganya.

    “Selama ini anak saya terlihat baik-baik saja,” katanya.

    Sampai ke pemakaman Uswatun, Nur Khalim tidak melihat penampakan menantunya.

    “Suaminya tidak terlihat datang ke Blitar,” katanya.

    Semasa hidup, Uswatun Khasanah tak memiliki musuh.

    “Setahu saya anak saya tidak pernah punya musuh,” katanya.

    Di sisi lain, Kasat Reskrim Polres Ngawi, AKP Joshua Peter Kresnawan mengungkap Uswatun tewas diduga karena kekurangan napas atau afiksia.

    “Ini disebabkan terhambatnya jalan pernapasan,” katanya.

    Indikasinya Uswatun tewas karena dicekik.

    “Kemungkinan akibat cekikan atau potongan pada leher,” katanya.

    Ia mengatakan Uswatun Khasanah mengalami kekerasan sebelum jasadnya ditemukan dalam koper merah.

    “Ada indikasi kekerasan sebelum korban meninggal,” katanya.

    Sosok Pembunuh Uswatun Diulas Ahli

    Berhasil ditangkap, sosok pelaku diulas oleh Ahli Viktimologi Heru Susetya.

    Kata Heru, ada dua dugaan motif pelaku tega memutilasi korban.

    “Mungkin awalnya tidak berniat mutilasi, tapi kemudian ingin menghilangkan jejak lalu dimutilasi. Atau karena sudah ada perencanaan sejak awal, sudah kenal cukup lama, ada semacam emosi, ingin menghilangkan korban dengan cara cukup sulit tapi dianggap ini efektif karena tidak mudah mengidentifikasinya,” ungkap Heru Susetya, melansir dari TribunBogor.

    Lebih lanjut, Heru menyebut ada alasan tersendiri pelaku nekat memutilasi korban.

    Salah satunya adalah agar jejaknya lama terendus kepolisian.

    “Ini pelakunya punya keinginan untuk menghilangkan jejak atau membuat cukup lama bisa diidentifikasi walaupun akhirnya bisa dilacak pihak kepolisian. Bisa spontan atau direncanakan,” pungkas Heru.

    Selain itu, Heru juga menyinggung perangai terduga pelaku yang merupakan psikopat.

    Sebab seseorang yang berani melakukan tindak mutilasi ada indikasi berdarah dingin layaknya Psikopat.

    “Bisa dikatakan dia (pelaku) mungkin berdarah mungkin, agak psikopat. Karena kalau sekadar membunuh orang dibunuh saja enggak usah dimutilasi. Kalau sampai dimutilasi, tentunya ada kehendak yang lain, itu termasuk berdarah dingin,” imbuh Heru.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Polisi Amankan Kamar Hotel Lokasi Mutilasi Uswatun Khasanah di Kediri, Nomor 301?

    Polisi Amankan Kamar Hotel Lokasi Mutilasi Uswatun Khasanah di Kediri, Nomor 301?

    Kediri (beritajatim.com) – Uswatun Khasanah, korban pembunuhan mutilasi oleh suami siri, diduga dieksekusi di kamar 301 Hotel Adisurya di Jalan Mayor Bismo, Kelurahan Semampir, Kota Kediri. Lokasi tersebut kini diamankan oleh pihak kepolisian.

    Satpam Hotel Adisurya Kediri, Irfan, mengaku mengetahui sejumlah anggota polisi dengan beberapa mobil datang pada Sabtu malam (25/1/2025).

    “Polisi dari semalam datang ke hotel ini, sepertinya terkait kasus itu (mayat dalam koper),” jelas dia, pada Minggu (26/1/2025).

    Kehadiran polisi, imbuh Irfan, untuk melakukan olah TKP. Polisi memeriksa kamar 301 dan memasang garis polisi di tempat tersebut.

    “Sampai siang ini polisi masih memeriksa di dalam,” jelasnya.

    Menurut Irfan, korban sempat diketahui berada di kamar hotel pada Minggu (19/1/2025). Namun, dia tidak mengetahui detail kapan korban check out dari hotel.

    “Sehari di sini, tanggal 19 Januari itu,” katanya.

    Sebelumnya, Lilin, salah satu pedagang yang berjualan di sekitar hotel, mengaku sempat melihat korban. Ia mengatakan korban pernah datang ke warungnya untuk membeli makanan.

    “Kayak di foto tadi. Beli soto di sini pagi dan siang saja. Kalau tempat tinggalnya tidak tahu, tidak bicara. Diam saja orangnya,” ungkap Lilin.

    Menurut kesaksiannya, korban datang seorang diri dan tidak banyak berbicara. Lilin juga tidak ingat waktu pasti korban membeli makanan di warungnya.

    Pelaku Ditangkap di Madiun

    Sementara itu, pelaku akhirnya berhasil diringkus Tim Polda Jatim di daerah Madiun pada Sabtu malam, 25 Januari 2025. Berdasarkan pengembangan kasus, polisi juga menemukan kepala korban yang sebelumnya hilang. Potongan kepala korban ditemukan di Jurug Bang, di tepi jalan Desa Slawe, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.

    Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Firman membenarkan penangkapan pelaku. Kata dia, pelaku berinisial A yang diringkus pada pukul 00.00 WIB.

    “Panggilan atau inisial pelaku A. Pengakuan sementara, katanya suami siri,” jelas Firman.

    Penyidik Unit Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur masih melakukan pemeriksaan terhadap pelaku A untuk menguak motif pelaku menghabisi istrinya.

    “Pelaku mutilasi kami tangkap tadi malam sekitar pukul 00.00 WIB. Tapi untuk info lebih lengkapnya nanti kita rilis,” tutupnya.

    Profil Korban

    Korban mutilasi wanita dalam koper tersebut bernama Uswatun Khasanah, seorang sales berusia 29 tahun asal Kelurahan Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Jasad korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan tanpa kepala dan kaki pada Kamis (23/1/2025) lalu.

    Menurut ayah korban, Nur Khalim, anaknya sudah tiga kali menikah. Pernikahan pertama dengan warga Srengat, Blitar, berakhir dengan perceraian setelah memiliki seorang anak. Pernikahan kedua secara siri dengan pria asal Lumajang, tetapi kembali kandas meskipun memiliki satu anak.

    Pernikahan ketiga dilakukan secara siri tiga tahun lalu dengan seorang pria asal Tulungagung, Jawa Timur. [nm/aje]

  • Terungkap! Pelaku Mutilasi Wanita Koper Merah di Ngawi Ternyata Suami Siri

    Terungkap! Pelaku Mutilasi Wanita Koper Merah di Ngawi Ternyata Suami Siri

    Surabaya (beritajatim.com) – Tim Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur menangkap pelaku mutilasi wanita koper merah yang dibuang di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Minggu 26 Januari 2025. Pelaku diduga adalah A, suami siri korban.

    Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol, Farman membenarkan informasi penangkapan tersebut. Kata dia, pelaku berinisial A ini ditangkap sekitar pukul 00.00 WIB.

    “Panggilan atau inisial pelakunya A. Pengakuan sementara, katanya dia suami siri korban,” jelas Farman.

    Saat ini penyidik dari Unit Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Timur masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap pelaku A. Dengan tujuan menguak alasan (motif) pelaku menghabisi korban.

    “Pelaku mutilasi kami tangkap tadi malam sekitar pukul 00.00 WIB. Tapi untuk informasi lengkapnya nanti kita rilis,” pungkas Dirreskrimum Polda Jatim itu.

    Diketahui, Korban mutilasi wanita dalam koper itu bernama Uswatun Khasanah, sales kosmetik berusia 29 tahun, warga Kelurahan Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Jasad korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan tanpa kepala dan kaki, pada Kamis (23/1/2025) lalu.

    Ayah korban, Nur Khalim mengungkap bahwa anaknya tersebut sudah tiga kali menikah. Pernikahan pertama dengan warga Srengat, Blitar, berakhir dengan perceraian setelah memiliki seorang anak.

    Kemudian pernikahan kedua secara siri dengan pria asal Lumajang juga kandas, menghasilkan seorang anak. Pernikahan ketiganya dilakukan secara siri tiga tahun lalu dengan pria asal Tulungagung. [ram/aje]

  • Uswatun Khasanah Korban Mutilasi di Ngawi Menikah 3 Kali, Suami Terakhir Tak Muncul Setahun Terakhir – Halaman all

    Uswatun Khasanah Korban Mutilasi di Ngawi Menikah 3 Kali, Suami Terakhir Tak Muncul Setahun Terakhir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, NGAWI – Uswatun Khasanah, korban mutilasi yang jenazahnya ditemukan dalam koper di Ngawi ternyata telah tiga kali menikah.

    Dua pernikahan pertama berujung cerai sementara keberadaan suami ke-3 tidak diketahui.

    Dari tiga kali menikah dan memiliki dua anak, usia 10 tahun dan 7 tahun.

    Keberadaan suami ketiga Uswatun Khasanah kini dicari menyusul temuan mayat.

    Nur Khalim, ayah Uswatun Khasanah mengungkapkan,  dengan suami ketiganya, korban menikah secara siri. 

    Suami juga tidak pulang ke rumah selama setahun terakhir. 

    Bahkan, pada Jumat (24/1/2025), suami terakhir Uswatun Khasanah tidak tampak saat jenazah istrinya dimakamkan di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Pernikahan ketiga korban dengan pria asal Tulungagung juga dilakukan secara siri dan  belum dikarunia anak.

    Menurut Nur Khalim, pernikahan ketiga korban dengan pria Tulungagung ini belum lama baru jalan sekitar tiga tahun.

    Awal nikah, korban dan suami ketiga kalinya ini juga hidup rukun di Blitar.

    Tapi, setahun terakhir, Nur Khalim tidak pernah ketemu dengan suami dari pernikahan ketiga kali korban.

    “Setahunan ini, saya tidak pernah ketemu suami anak saya.

    Lebaran tahun lalu juga tidak datang ke rumah,” kata Nur Khalim.

    Nur Khalim juga tidak pernah bertanya kepada korban soal suaminya.

    Korban sendiri juga tidak pernah cerita kepadanya.

    Ia mengira suami korban kerja di luar kota dan jarang pulang.

    “Anak saya tidak pernah cerita soal suaminya. Selama ini anak saya juga terlihat baik-baik saja,” ujarnya.

    Nur Khalim juga tidak tahu apakah korban dan suami dari pernikahan ketiga ini masih bersama atau sudah pisah.

    “Ini tadi, suaminya juga tidak terlihat datang ke Blitar,” katanya.  

    Diungkapkan Nur Khalim, selama ini korban tinggal bersama ibunya. 

    Nur Khalim mengaku tidak ingat secara pasti kapan kali pertama korban menikah.

    Tapi memastikan pernikahan pertama korban dengan pria asal Srengat, Kabupaten Blitar dilakukan secara resmi.

    Korban bercerai dengan suami pertama dan dikaruniai satu anak laki-laki lalu korban menikah lagi dengan pria asal Lumajang, tapi secara siri.

    Korban dikarunia satu anak perempuan dari hasil pernikahan kedua lalu kembali pisah dengan suami kedua.

    Setelah lama menjanda, korban menikah lagi yang ketiga kalinya dengan pria asal Tulungagung.

    Diakuinya, korban yang merupakan anak sulungnya itu sangat perhatian dengan keluarga.

    Meski tidak tinggal serumah, korban sering menjenguk Nur Khalim untuk memberikan uang buat makan.

    “Setahu saya, anak saya tidak punya musuh. Dia anak baik. Kalau pulang kerja ya ngasih makanan ke anaknya, ke saya, dan ke neneknya. Dia tinggal bersama neneknya, ibu saya,” ujarnya.

    Nur Khalim jelas merasa sedih dan kehilangan dengan musibah yang menimpa anaknya.

    Tapi, Nur Khalim terlihat berusaha tegar.

    Nur Khalim menunggu jenazah anaknya datang di rumah ibu kandung korban yang juga mantan istri Nur Khalim di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Nur Khalim juga terlihat mengadzani jenazah anaknya saat hendak diberangkatkan dari rumah duka ke tempat pemakaman.

    Nur Khalim sudah cerai dengan istrinya dan dikarunia dua anak, yaitu korban dan adiknya.

    “Anak saya ini dua bersaudara. Adiknya di Jakarta. Tadi sudah dikabari, tapi belum tahu bisa pulang apa tidak,” katanya.

    Ia juga berharap pelaku dihukum seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan kejamnya.

    “Saya minta bantuan agar pelaku kejahatan (terhadap anak saya) itu bisa ditangkap. Biar diadili dan dihukum sesuai perbuatanya,” tegasnya.

    Camat Garum, Arinal Huda mengatakna, korban tinggal bersama neneknya.

    “Namun, untuk pemakaman dan sebagainya dilakukan di rumah ibu kandung di Desa Sidodadi. Alhamdulillah, penjemputan jenazah dari Ngawi ke Blitar sekitar 3 jam berjalan lancar tidak ada kendala,” katanya. 

    Arinal mendapat informasi korban kerja di luar kota. Tiap seminggu sekali korban pulang ke Blitar. 

    “Info yang kami terima, korban bekerja di luar kota, di Tulungagung. Hampir setiap minggu pulang ke Blitar, itu info dari keluarga. Untuk pekerjaannya, kami belum tahu pasti,” ujarnya. 

    Dengan musibah ini, Arinal berharap kepada masyarakat untuk waspada dan berhati-hati terhadap warga yang tidak dikenal. 

    “Saya juga meminta masyarakat saling rukun antara sesama warga, jangan sampai ada permasalahan sosial yang menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya. (Suryamalang/Frida Anjani) 

     

  • Kasus Mayat dalam Koper di Ngawi Jatim, Keluarga: Anak Saya Tidak Punya Musuh, Dia Anak Baik – Halaman all

    Kasus Mayat dalam Koper di Ngawi Jatim, Keluarga: Anak Saya Tidak Punya Musuh, Dia Anak Baik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BLITAR – Keluarga menegaskan bahwa Uswatun Khasanah alias UK (30), kasus mayat dalam koper di di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tidak memiliki musuh.

    Ayah korban, Nur Khalim berharap agar pelaku segera ditangkap dan dihukum seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan kejamnya.

    “Saya minta bantuan agar pelaku kejahatan (terhadap anak saya) itu bisa ditangkap. Biar diadili dan dihukum sesuai perbuatanya,” kata Nur Khalim ditemui usai pemakaman UK di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jumat (24/1/2025) malam.

    Nur Khalim mengatakan, selama ini korban yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara merupakan anak baik yang perhatian dengan keluarga.

    Meski tidak tinggal serumah, korban sering menjenguk Nur Khalim untuk memberikan uang buat makan.

    “Setahu saya, anak saya tidak punya musuh. Dia anak baik. Kalau pulang kerja ya ngasih makanan ke anaknya, ke saya, dan ke neneknya. Dia tinggal bersama neneknya, ibu saya,” ujarnya.

    Nur Khalim tampak jelas merasa sedih dan kehilangan dengan musibah yang menimpa anaknya.

    Namun Nur Khalim terlihat berusaha tegar.

    Sejak sore, Nur Khalim menunggu jenazah anaknya datang ke rumah ibu kandung korban yang juga mantan istri Nur Khalim, di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Nur Khalim juga terlihat mengadzani jenazah anaknya saat hendak diberangkatkan dari rumah duka ke tempat pemakaman.

    Sebagai informasi, Nur Khalim sudah cerai dengan istrinya dan dikarunia dua anak, yaitu korban dan adiknya.

    “Anak saya ini dua bersaudara. Adiknya di Jakarta. Tadi sudah dikabari, tapi belum tahu bisa pulang apa tidak,” katanya.

    Korban Tiga Kali Menikah 

    Nur Khalim menuturkan, korban sempat tiga kali menikah dan dikarunia dua anak, satu usia 10 tahun dan satu lagi usia 7 tahun.

    Dia mengaku tidak ingat secara pasti kapan kali pertama korban menikah.

    Tapi, pernikahan pertama korban dengan pria asal Srengat, Kabupaten Blitar, dilakukan secara resmi.

    Korban bercerai dengan suami pertama dan dikaruniai satu anak laki-laki.

    Lalu, korban menikah lagi dengan pria asal Lumajang, tapi secara siri.

    Korban dikarunia satu anak perempuan dari hasil pernikahan kedua.

    Korban kembali pisah dengan suami kedua.

    Setelah lama menjanda, korban menikah lagi yang ketiga kalinya dengan pria asal Tulungagung.

    Pernikahan ketiga korban dengan pria asal Tulungagung juga dilakukan secara siri.

    Korban belum dikarunia anak di pernikahan ketiga ini.

    Menurut Nur Khalim, pernikahan ketiga korban dengan pria Tulungagung ini belum lama, baru jalan sekitar tiga tahun.

    Awal nikah, korban dan suami ketiganya juga hidup rukun di Blitar.

    Tapi, setahun terakhir ini, Nur Khalim tidak pernah bertemu dengan suami dari pernikahan ketiga kali korban.

    “Setahunan ini, saya tidak pernah ketemu suami anak saya. Lebaran tahun lalu juga tidak datang ke rumah,” kata Nur Khalim.

    Nur Khalim juga tidak pernah bertanya kepada korban soal suaminya. Korban juga tidak pernah bercerita kepadanya.

    Ia mengira suami korban kerja di luar kota dan jarang pulang.

    “Anak saya tidak pernah cerita soal suaminya. Selama ini anak saya juga terlihat baik-baik saja,” ujarnya.

    Sampai sekarang, Nur Khalim juga tidak tahu apakah korban dan suami dari pernikahan ketiga ini masih bersama atau sudah pisah.

    “Ini tadi, suaminya juga tidak terlihat datang ke Blitar,” katanya.

    Seperti diketahui, korban mutilasi yang jasadnya ditemukan dalam koper di Desa Dadapan, Kabupaten Ngawi, pada Kamis (23/1/2025), ternyata warga Kabupaten Blitar 

    Korban adalah UK (29), perempuan asal Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Hingga kini, polisi masih memburu pelaku pembunuhan dan mutilasi yang jasadnya dimasukkan koper.

    Penulis: Samsul Hadi

  • Kasus Mayat dalam Koper di Ngawi Jatim, Keluarga: Anak Saya Tidak Punya Musuh, Dia Anak Baik – Halaman all

    Sosok Uswatun Khasanah Ditemukan Tewas dalam Koper di Ngawi, Sudah 3 Kali Nikah hingga Dikenal Baik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut sosok Uswatun Khasanah yang ditemukan tewas dalam koper di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

    Sebelumnya, nama Uswatun Khasanah menjadi bahan perbincangan setelah mayatnya dalam kondisi dimutilasi menggegerkan warga Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi.

    Polisi yang menerima laporan kemudian melakukan pendalaman hingga identitas mayat tersebut diketahui adalah Uswatun Khasanah.

    Korban dipastikan menjadi korban pembunuhan.

    Dirangkum dari TribunJatim.com, Uswatun Khasanah merupakan wanita kelahiran 1995.

    Ia tutup usia di umurnya yang masih 30 tahun.

    Uswatun Khasanah berasal dari Kabupaten Blitar yang bekerja sebagai sales kosmetik di wilayah Tulungagung.

    Berdasarkan keterangan ayah korban, sang anak sudah menikah sebanyak tiga kali.

    Uswatun Khasanah pertama kali membangun rumah tangga dengan pria asal Srengat, Kabupaten Blitar.

    Pernikahan keduanya dilakukan secara resmi sehingga dicatat oleh negara sekitar tahun 2015.

    Uswatun Khasanah lalu cerai. Dari pernikahan ini, ia melahirkan seorang anak laki-laki, kini berusia 10 tahun. 

    Tidak lama kemudian, korban menikah untuk kedua kalinya.

    Ia menikah secara siri dengan pria asal Lumajang sekitar tahun 2018.

    Keduanya kemudian dikaruniai anak perempuan yang kini berusia 7 tahun.

    Mahligai rumah tangga Uswatun Khasanah kembali kandas di tengah jalan.

    Sementara pernikahan ketiga korban juga dilakukan secara agama.

    Suami terakhir Uswatun Khasanah berasal dari Tulungagung.

    Keduanya menikah pada tahun 2022 silam.

    Ayah korban, Nur Khalim menyebut kehidupan rumah tangga sang anak berjalan rukun.

    Namun sejak 2024, ia tidak pernah bertemu dengan suami dari Uswatun Khasanah.

    “Setahunan ini, saya tidak pernah ketemu suami anak saya. Lebaran tahun lalu juga tidak datang ke rumah,” kata Nur Khalim, dikutip dari TribunJatim.com.

    Nur Khalim, ayah kandung Uswatun Khasanah alias UK (30), korban mutilasi yang jasadnya ditemukan dalam koper di Kabupaten Ngawi, saat ditemui usai pemakaman anaknya di tempat pemakaman umum Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jumat (24/1/2025). (Kolase Tribunnews.com)

    Nur Khalim bersaksi anaknya sosok yang dikenal baik dan bertanggung jawab.

    Meski bekerja di Tulungagung, Uswatun Khasanah rutin pulang ke Blitar.

    “Dia anak baik. Kalau pulang kerja ya ngasih makanan ke anaknya, ke saya, dan ke neneknya. Dia tinggal bersama neneknya, ibu saya,” ujarnya.

    Terkait kematian korban, Nur Khalim menegaskan Uswatun Khasanah tidak memiliki musuh.

    Ia kemudian meminta polisi mengusut tuntas kasus ini.

    “Saya minta bantuan agar pelaku kejahatan (terhadap anak saya) itu bisa ditangkap. Biar diadili dan dihukum sesuai perbuatannya,” tegasnya.

    Kasat Reskrim Polres Ngawi, AKP Joshua Peter Krisnawan membeberkan, pihaknya masih bekerja mengungkap kasus ini.

    Petugas kini fokus mencari potongan tubuh korban dan pelaku pembunuhan disertai mutilasi.

    Diketahui, jasad Uswatun Khasanah ditemukan tanpa kepala di selokan Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Kamis (23/1/2025) kemarin.

    “Saat ini Satreskrim Polres Ngawi bersama tim Ditresk

    rim Um Polda Jatim dan Satreskrim di jajaran polres lingkup Polda Jatim sedang berusaha keras mengungkap pelaku dari peristiwa ini,” ujar Joshua, dikutip dari Kompas.com.

    “Kami berharap pelaku cepat tertangkap dan kasus ini terungkap dengan sempurna,” tambahnya.

    (Tribunnews.com/Endra)(TribunJatim.com/Samsul Hadi)(Kompas.com/Muhlis Al Alawi)

  • 10
                    
                        Remaja di Malang Sekap, Rampok, dan Perkosa Kekasihnya Sendiri
                        Surabaya

    10 Remaja di Malang Sekap, Rampok, dan Perkosa Kekasihnya Sendiri Surabaya

    Remaja di Malang Sekap, Rampok, dan Perkosa Kekasihnya Sendiri
    Tim Redaksi
    MALANG, KOMPAS.com
    – Seorang remaja di Kabupaten
    Malang
    , Jawa Timur, berinisial MRRI (17)  menyekap, merampok, serta memerkosa kekasihnya sendiri berinisial G (14).
    Dalam melancarkan aksinya, MRRI ditemani rekannya berinisial BFF (18), warga Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
    Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polres Malang Aiptu Erlehana mengungkapkan, peristiwa keji itu terjadi di Kecamatan Kepanjen, Sabtu (18/1/2025).
    “Korban terlebih dahulu diajak menonton kesenian bantengan. Sepulangnya sekitar pukul 23.00 WIB, korban diajak ke tempat sepi, di area ladang tebu di kawasan Kecamatan Kepanjen,” ungkap Erlehana saat ditemui, Jumat (24/1/2025).
    Erlehana menyebutkan, MRRI sejak awal sudah memiliki niat jahat terhadap sang kekasih.
    Sesampainya di tempat sepi, MRRI mengancam korban dengan mengacungkan sebilah pisau ke leher korban. Sedangkan BFF berperan memegangi tubuh korban sembari membungkam mulut menggunakan tangan.
    “Sambil mengalungkan pisau, pelaku berpura-pura marah, menuduh kekasihnya berselingkuh. Tapi sebenarnya ia ingin mengambil sepeda motor korban,” tutur Erlehana.
    “Pisau itu sempat melukai leher korban. Beruntung lukanya tidak terlalu parah,” lanjut dia.
    Setelah itu, kedua pelaku membawa korban menggunakan motornya ke Lumajang. Rencananya, sang kekasih akan dibunuh di sana dan jasadnya akan dibuang ke sungai.
    Namun, di tengah perjalanan, kedua pelaku mengurungkan niat dengan alasan kasihan.
    “Sesampainya di Lumajang, korban malah dibawa ke salah rumah kosong dan disekap,” terang ujar Erlehana.
    Korban disekap di rumah kosong itu selama tiga hari, sedangkan kedua pelaku pergi bersembunyi ke rumah salah satu saudaranya di Lumajang.
    “Sebelum pergi dari lokasi penyekapan itu, BFF sempat menyetubuhi korban,” ujar Erlehana.
    Selama tiga hari itu pula, keluarga korban kebingungan mencari korban dan mengadu ke kepolisian.
    Korban akhirnya ditemukan berdasarkan hasil pelacakan kepolisian ke ponsel BFF yang dibawa korban.
    “Selanjutnya kami juga melacak ponsel tersangka (MRRI) dan ditemukan di rumah saudaranya di Lumajang,” imbuhnya.
    Akibat perbuatannya, kedua pelaku dikenakan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan, sekaligus Pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan, dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.
    Khusus kepada BFF, polisi juga mengenakan pasal pemerkosaan terhadap anak di bawah umur.
    Sementara itu, orang tua korban berinisial S sangat marah kepada pelaku.
    “Anak saya disekap dan berusaha dibegal motornya oleh pelaku,” ujar dia.
    Di samping itu, ia berharap peristiwa yang menimpa sang putri tidak terjadi pada anak lain. Oleh sebab itu, ia mendorong agar setiap orangtua mendidik anak dengan baik.
    S menyebut anaknya masih mengalami depresi dan trauma akibat persitiwa yang dialami.
    “Tapi Polres membantu melakukan pendampingan. Alhamdulillah saat ini mulai membaik,” pungkas S.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pilu Ayah Korban Mutilasi dalam Koper Ngawi Ceritakan Sosok sang Anak, Harap Pelaku segera Ditangkap

    Pilu Ayah Korban Mutilasi dalam Koper Ngawi Ceritakan Sosok sang Anak, Harap Pelaku segera Ditangkap

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

    TRIBUNJATIM.COM, BLITAR – Nur Khalim, ayah kandung Uswatun Khasanah alias UK (30), korban mutilasi yang jasadnya ditemukan dalam koper di Kabupaten Ngawi, berharap pelaku kejahatan terhadap anaknya segera ditangkap.

    Ia juga berharap pelaku dihukum seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan kejamnya.

    “Saya minta bantuan agar pelaku kejahatan (terhadap anak saya) itu bisa ditangkap. Biar diadili dan dihukum sesuai perbuatanya,” kata Nur Khalim ditemui usai pemakaman UK di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jumat (24/1/2025) malam.

    Nur Khalim mengatakan, selama ini korban yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara merupakan anak baik yang perhatian dengan keluarga.

    Meski tidak tinggal serumah, korban sering menjenguk Nur Khalim untuk memberikan uang buat makan.

    “Setahu saya, anak saya tidak punya musuh. Dia anak baik. Kalau pulang kerja ya ngasih makanan ke anaknya, ke saya, dan ke neneknya. Dia tinggal bersama neneknya, ibu saya,” ujarnya.

    Nur Khalim tampak jelas merasa sedih dan kehilangan dengan musibah yang menimpa anaknya.

    Namun Nur Khalim terlihat berusaha tegar.

    Sejak sore, Nur Khalim menunggu jenazah anaknya datang ke rumah ibu kandung korban yang juga mantan istri Nur Khalim, di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Nur Khalim juga terlihat mengadzani jenazah anaknya saat hendak diberangkatkan dari rumah duka ke tempat pemakaman.

    Sebagai informasi, Nur Khalim sudah cerai dengan istrinya dan dikarunia dua anak, yaitu korban dan adiknya.

    “Anak saya ini dua bersaudara. Adiknya di Jakarta. Tadi sudah dikabari, tapi belum tahu bisa pulang apa tidak,” katanya.

    Korban Tiga Kali Menikah 

    Nur Khalim menuturkan, korban sempat tiga kali menikah dan dikarunia dua anak, satu usia 10 tahun dan satu lagi usia 7 tahun.

    Dia mengaku tidak ingat secara pasti kapan kali pertama korban menikah.

    Tapi, pernikahan pertama korban dengan pria asal Srengat, Kabupaten Blitar, dilakukan secara resmi.

    Korban bercerai dengan suami pertama dan dikaruniai satu anak laki-laki.

    Lalu, korban menikah lagi dengan pria asal Lumajang, tapi secara siri.

    Korban dikarunia satu anak perempuan dari hasil pernikahan kedua.

    Korban kembali pisah dengan suami kedua.

    Setelah lama menjanda, korban menikah lagi yang ketiga kalinya dengan pria asal Tulungagung.

    Pernikahan ketiga korban dengan pria asal Tulungagung juga dilakukan secara siri.

    Korban belum dikarunia anak di pernikahan ketiga ini.

    Menurut Nur Khalim, pernikahan ketiga korban dengan pria Tulungagung ini belum lama, baru jalan sekitar tiga tahun.

    Awal nikah, korban dan suami ketiganya juga hidup rukun di Blitar.

    Tapi, setahun terakhir ini, Nur Khalim tidak pernah bertemu dengan suami dari pernikahan ketiga kali korban.

    “Setahunan ini, saya tidak pernah ketemu suami anak saya. Lebaran tahun lalu juga tidak datang ke rumah,” kata Nur Khalim.

    Nur Khalim juga tidak pernah bertanya kepada korban soal suaminya. Korban juga tidak pernah bercerita kepadanya.

    Ia mengira suami korban kerja di luar kota dan jarang pulang.

    “Anak saya tidak pernah cerita soal suaminya. Selama ini anak saya juga terlihat baik-baik saja,” ujarnya.

    Sampai sekarang, Nur Khalim juga tidak tahu apakah korban dan suami dari pernikahan ketiga ini masih bersama atau sudah pisah.

    “Ini tadi, suaminya juga tidak terlihat datang ke Blitar,” katanya.

    Seperti diketahui, korban mutilasi yang jasadnya ditemukan dalam koper di Desa Dadapan, Kabupaten Ngawi, pada Kamis (23/1/2025), ternyata warga Kabupaten Blitar 

    Korban adalah UK (29), perempuan asal Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

    Hingga kini, polisi masih memburu pelaku pembunuhan dan mutilasi yang jasadnya dimasukkan koper.

  • Dana Desa Pemkab Lumajang Meningkat Rp 4 M, Berikut Perinciannya

    Dana Desa Pemkab Lumajang Meningkat Rp 4 M, Berikut Perinciannya

    Lumajang (beritajatim.com) – Pemerintah Indonesia mencatatkan peningkatan dana desa pada tahun 2025 sebesar Rp 4 miliar, dengan total anggaran mencapai Rp219.002.212.000 yang dialokasikan untuk 198 desa. Anggaran ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2024, yang berjumlah Rp215.332.228.000. Kenaikan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan di tingkat desa.

    Menurut Kepala Bidang Pembinaan Pemerintah Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Lumajang, Aksanul Inam, mekanisme penyaluran dana desa tahun ini terbagi menjadi dua tahap. Pembagian anggaran antara tahap pertama dan kedua disesuaikan dengan status desa, yakni desa mandiri akan menerima 60 persen pada tahap pertama dan 40 persen pada tahap kedua. Sementara itu, desa dengan status non-mandiri, berkembang, dan maju akan menerima 40 persen pada tahap pertama dan 60 persen pada tahap kedua.

    “Desa mandiri akan menerima 60% alokasi pada tahap pertama dan 40% pada tahap kedua, sedangkan desa non-mandiri, berkembang, dan maju akan menerima 40% pada tahap pertama dan 60% pada tahap kedua,” jelas Aksanul.

    Agar dapat menerima penyaluran dana desa tahap pertama, desa diwajibkan untuk menyelesaikan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), mengirimkan Peraturan Kepala Desa (Perkades) tentang Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, serta melaporkan realisasi BLT tahun sebelumnya melalui aplikasi yang disediakan oleh Kementerian Keuangan.

    “Untuk mendapatkan penyaluran pertama, setiap desa harus memastikan bahwa APBDes telah selesai disusun serta mengirimkan perkades terkait KPM untuk BLT Dana Desa dengan ketentuan maksimal 15% dari anggaran dana desa, dan ketiga, desa harus melaporkan hasil realisasi BLT tahun sebelumnya melalui aplikasi yang disediakan oleh Kementerian Keuangan,” lanjut Aksanul

    Pengawasan yang ketat juga diterapkan untuk memastikan dana desa digunakan secara tepat guna. Aksanul Inam menjelaskan bahwa pemerintah akan melakukan monitoring dan pengecekan lapangan untuk memastikan dana desa digunakan sesuai dengan tujuh prioritas pembangunan, antara lain BLT, penanganan stunting, ketahanan pangan, dan adaptasi perubahan iklim.

    “Kami memastikan dana desa digunakan untuk tujuh prioritas, seperti BLT, stunting, ketahanan pangan, dan program adaptasi perubahan iklim,” imbuhnya.

    Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas penggunaan dana desa, pemerintah daerah akan melakukan pendataan dan monitoring berkala. Setelah penyaluran tahap pertama, pemeriksaan progres pekerjaan desa akan dilakukan dalam waktu dua bulan untuk memastikan bahwa pembangunan sudah mencapai minimal 60% sebagai syarat pengajuan tahap kedua.

    “Setelah penyaluran tahap pertama, dalam waktu dua bulan, kami akan melakukan pengecekan untuk memastikan progres pekerjaan desa sudah mencapai minimal 60 persen, sebagai syarat untuk pengajuan tahap kedua,” paparnya.

    Aksanul berharap dengan adanya peningkatan alokasi dana desa, pembangunan desa yang berkelanjutan dapat tercapai dengan lebih cepat, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa dan mengurangi kesenjangan pembangunan di seluruh Indonesia.

    Dengan mekanisme yang jelas dan pengawasan yang ketat, diharapkan dana desa dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk mendorong pemerataan pembangunan desa yang lebih baik dan berkelanjutan.

    “Kami berharap dana desa dapat menjadi katalisator dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa dan mengurangi kesenjangan pembangunan,” pungkas Aksanul. [dav/but]

    Adapun pembagian jumlah Anggaran Dana Desa Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut:

    – Kecamatan Tempursari

    1. Desa Tegalrejo Rp981.839.000
    2. Desa Bulurejo Rp918.095.000
    3. Desa Purorejo Rp1.107.706.000
    4. Desa Tempurejo Rp955.529.000
    5. Desa Tempursari Rp1.254.682.000
    6. Desa Pundungsari Rp975.185.000
    7. Desa Kaliuling Rp1.082.576.000

    – Kecamatan Pronojiwo

    8. Desa Sidomulyo Rp1.312.666.000
    9. Desa Pronojiwo Rp1.160.857.000
    10. Desa Tamanayu Rp1.323.358.000
    11. Desa Sumberurip Rp1.006.250.000
    12. Desa Oro-oro Ombo Rp1.279.594.000
    13. Desa Supiturang Rp1.045.208.000

    – Kecamatan Candipuro

    14. Desa Jugosari Rp959.147.000
    15. Desa Jarit Rp1.543.335.000
    16. Desa Candipuro Rp1.195.984.000
    17. Desa Sumberejo Rp1.167.187.000
    18. Desa Sumberwuluh Rp1.542.655.000
    19. Desa Sumbermujur Rp1.446.414.000
    20. Desa Penanggal Rp1.466.758.000
    21. Desa Tambahrejo Rp951.551.000
    22. Desa Kloposawit Rp968.030.000
    23. Desa Tumpeng Rp1.152.430.000

    – Kecamatan Pasirian

    24. Desa Gondoruso Rp1.317.037.000
    25. Desa Kalibendo Rp1.544.764.000
    26. Desa Bades Rp1.729.833.000
    27. Desa Bago Rp1.252.951.000
    28. Desa Selok Awar – Awar Rp1.197.817.000
    29. Desa Condro Rp1.204.112.000
    30. Desa Madurejo Rp965.306.000
    31. Desa Pasirian Rp1.792.692.000
    32. Desa Sememu Rp1.183.393.000
    33. Desa Nguter Rp1.300.891.000
    34. Desa Selokanyar Rp1.284.634.000

    – Kecamatan Tempeh

    35. Desa Pandanwangi Rp1.418.242.000
    36. Desa Sumberjati Rp961.454.000
    37. Desa Tempeh Kidul Rp1.182.673.000
    38. Desa Lempeni Rp1.157.620.000
    39. Desa Tempeh Tengah Rp1.314.487.000
    40. Desa Kaliwungu Rp1.211.590.000
    41. Desa Tempeh Lor Rp1.488.339.000
    42. Desa Besuk Rp1.051.318.000
    43. Desa Jatisari Rp995.378.000
    44. Desa Pulo Rp1.586.023.000
    45. Desa Gesang Rp1.287.262.000
    46. Desa Jokarto Rp1.200.610.000
    47. Desa Pandanarum Rp1.133.968.000

    – Kecamatan Kunir

    48. Desa Jatimulyo Rp984.725.000
    49. Desa Jatirejo Rp949.541.000
    50. Desa Jatigono Rp1.495.849.000
    51. Desa Sukorejo Rp1.010.072.000
    52. Desa Sukosari Rp1.165.378.000
    53. Desa Kunir Kidul Rp1.296.391.000
    54. Desa Kunir Lor Rp1.177.510.000
    55. Desa Kedungmoro Rp1.015.406.000
    56. Desa Karanglo Rp1.143.037.000
    57. Desa Kabuaran Rp908.486.000
    58. Desa Dorogowok Rp974.384.000

    – Kecamatan Yosowilangun

    59. Desa Darungan Rp1.059.620.000
    60. Desa Kraton Rp803.613.000
    61. Desa Wotgalih Rp1.249.189.000
    62. Desa Tunjungrejo Rp786.732.000
    63. Desa Yosowilangun Kidul Rp1.296.805.000
    64. Desa Yosowilangun Lor Rp1.328.644.000
    65. Desa Krai Rp1.209.589.000
    66. Desa Karanganyar Rp822.303.000
    67. Desa Karangrejo Rp864.237.000
    68. Desa Munder Rp1.107.346.000
    69. Desa Kebonsari Rp878.258.000
    70. Desa Kalipepe Rp1.094.905.000

    – Kecamatan Rowokangkung

    71. Desa Nogosari Rp1.227.212.000
    72. Desa Kedungrejo Rp1.237.526.000
    73. Desa Sidorejo Rp1.051.147.000
    74. Desa Rowokangkung Rp1.493.788.000
    75. Desa Sumbersari Rp943.307.000
    76. Desa Dawuhan Wetan Rp1.332.502.000
    77. Desa Sumberanyar Rp1.031.000.000

    – Kecamatan Tekung

    78. Desa Wonogriyo Rp984.869.000
    79. Desa Wonosari Rp951.074.000
    80. Desa Mangunsari Rp846.798.000
    81. Desa Tekung Rp1.031.432.000
    82. Desa Wonokerto Rp908.204.000
    83. Desa Tukum Rp1.301.101.000
    84. Desa Karangbendo Rp1.228.729.000
    85. Desa Klampokarum Rp734.135.000

    – Kecamatan Lumajang

    86. Desa Banjarwaru Rp816.381.000
    87. Desa Labruk Lor Rp934.262.000
    88. Desa Denok Rp1.057.970.000
    89. Desa Blukon Rp837.141.000
    90. Desa Boreng Rp1.224.211.000

    – Kecamatan Pasrujambe

    91. Desa Pasrujambe Rp1.735.308.000
    92. Desa Jambekumbu Rp1.150.105.000
    93. Desa Sukorejo Rp1.019.366.000
    94. Desa Jambearum Rp949.691.000
    95. Desa Kertosari Rp901.607.000
    96. Desa Pagowan Rp1.189.640.000
    97. Desa Karanganom Rp1.387.060.000

    – Kecamatan Senduro

    98. Desa Purworejo Rp1.024.088.000
    99. Desa Sarikemuning Rp889.676.000
    100. Desa Pandansari Rp1.037.389.000
    101. Desa Senduro Rp1.097.608.000
    102. Desa Burno Rp1.050.367.000
    103. Desa Kandangtepus Rp1.280.524.000
    104. Desa Kandangan Rp932.729.000
    105. Desa Bedayu Rp773.808.000
    106. Desa Bedayutalang Rp772.011.000
    107. Desa Wonocepokoayu Rp824.139.000
    108. Desa Argosari Rp943.436.000
    109. Desa Ranupani Rp806.976.000

    – Kecamatan Gucialit

    110. Desa Wonokerto Rp932.216.000
    111. Desa Pakel Rp839.115.000
    112. Desa Kenongo Rp822.504.000
    113. Desa Gucialit Rp1.274.015.000
    114. Desa Dadapan Rp1.001.471.000
    115. Desa Kertowono Rp1.004.825.000
    116. Desa Tunjung Rp887.439.000
    117. Desa Jeruk Rp831.651.000
    118. Desa Sombo Rp697.304.000

    – Kecamatan Padang

    119. Desa Barat Rp1.197.235.000
    120. Desa Babakan Rp849.258.000
    121. Desa Mojo Rp968.222.000
    122. Desa Bodang Rp1.377.361.000
    123. Desa Kedawung Rp977.735.000
    124. Desa Padang Rp790.209.000
    125. Desa Kalisemut Rp931.103.000
    126. Desa Merakan Rp951.236.000
    127. Desa Tanggung Rp825.927.000

    – Kecamatan Sukodono

    128. Desa Klanting Rp980.165.000
    129. Desa Kebonagung Rp911.522.000
    130. Desa Karangsari Rp1.425.886.000
    131. Desa Dawuhan Lor Rp1.279.519.000
    132. Desa Kutorenon Rp1.123.123.000
    133. Desa Selokbesuki Rp973.949.000
    134. Desa Sumberejo Rp1.496.566.000
    135. Desa Uranggantung Rp1.018.355.000
    136. Desa Selokgondang Rp1.097.701.000
    137. Desa Bondoyudo Rp984.923.000

    – Kecamatan Kedungjajang

    138. Desa Pandansari Rp810.072.000
    139. Desa Krasak Rp975.764.000
    140. Desa Kedungjajang Rp907.664.000
    141. Desa Wonorejo Rp1.163.572.000
    142. Desa Umbul Rp1.039.631.000
    143. Desa Curahpetung Rp950.645.000
    144. Desa Grobogan Rp1.057.942.000
    145. Desa Bence Rp851.025.000
    146. Desa Jatisari Rp864.153.000
    147. Desa Tempursari Rp1.222.579.000
    148. Desa Bandaran Rp810.348.000
    149. Desa Sawaran Kulon Rp1.073.360.000

    – Kecamatan Jatiroto

    150. Desa Banyuputih Kidul Rp1.066.199.000
    151. Desa Rojopolo Rp1.432.051.000
    152. Desa Kaliboto Kidul Rp1.603.729.000
    153. Desa Kaliboto Lor Rp1.966.743.000
    154. Desa Sukosari Rp1.174.693.000
    155. Desa Jatiroto Rp1.934.229.000

    – Kecamatan Randuagung

    156. Desa Banyuputih Lor Rp1.226.149.000
    157. Desa Kalidilem Rp1.383.694.000
    158. Desa Tunjung Rp1.146.937.000
    159. Desa Gedangmas Rp1.173.598.000
    160. Desa Kalipenggung Rp1.431.096.000
    161. Desa Ranulogong Rp1.105.969.000
    162. Desa Randuagung Rp1.604.905.000
    163. Desa Ledoktempuro Rp1.000.022.000
    164. Desa Pajarakan Rp938.444.000
    165. Desa Buwek Rp799.149.000
    166. Desa Ranuwurung Rp1.048.741.000
    167. Desa Salak Rp1.054.961.000

    – Kecamatan Klakah

    168. Desa Kebonan Rp897.716.000
    169. Desa Kudus Rp923.879.000
    170. Desa Duren Rp921.248.000
    171. Desa Sumberwringin Rp994.775.000
    172. Desa Papringan Rp866.589.000
    173. Desa Ranupakis Rp1.120.885.000
    174. Desa Tegalrandu Rp1.091.914.000
    175. Desa Klakah Rp1.437.346.000
    176. Desa Mlawang Rp1.165.381.000
    177. Desa Sruni Rp851.589.000
    178. Desa Tegalciut Rp1.003.928.000
    179. Desa Sawaran Lor Rp1.114.726.000

    – Kecamatan Ranuyoso

    180. Desa Jenggrong Rp1.148.056.000
    181. Desa Meninjo Rp828.528.000
    182. Desa Tegalbangsri Rp817.518.000
    183. Desa Sumberpetung Rp1.109.459.000
    184. Desa Alun-Alun Rp974.327.000
    185. Desa Ranubedali Rp1.208.659.000
    186. Desa Ranuyoso Rp1.164.319.000
    187. Desa Wonoayu Rp968.294.000
    188. Desa Penawungan Rp991.118.000
    189. Desa Wates Kulon Rp1.028.498.000
    190. Desa Wates Wetan Rp1.048.949.000

    – Kecamatan Sumbersuko

    191. Desa Sumbersuko Rp988.439.000
    192. Desa Kebonsari Rp1.414.693.000
    193. Desa Grati Rp962.849.000
    194. Desa Labruk Kidul Rp1.163.530.000
    195. Desa Mojosari Rp1.083.653.000
    196. Desa Sentul Rp1.001.558.000
    197. Desa Purwosono Rp1.259.921.000
    198. Desa Petahunan Rp1.061.502.000

  • Pemkab Probolinggo uji coba pemindahan pos tiket masuk kawasan Bromo

    Pemkab Probolinggo uji coba pemindahan pos tiket masuk kawasan Bromo

    untuk memperluas jangkauan kawasan wisata Bromo di wilayah Kabupaten Probolinggo dan meningkatkan kenyamanan pengunjung

    Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melakukan uji coba pemindahan pos tiket masuk kawasan wisata Gunung Bromo dari yang sebelumnya pos tiket terletak di atas, kini dipindahkan ke bawah, tepatnya di lingkungan Pendopo Agung Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura.

    “Langkah itu diambil dengan tujuan untuk memperluas jangkauan kawasan wisata Bromo yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo dan meningkatkan kenyamanan pengunjung,” kata Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Probolinggo Heri Mulyadi di Probolinggo, Jumat.

    Menurut dia, pemindahan pos tiket masuk itu merupakan bagian dari upaya strategis untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Probolinggo karena bukan hanya untuk wisata Gunung Bromo, namun untuk menjangkau beberapa objek wisata lain yang ada di kabupaten setempat.

    “Salah satu tujuan dari pemindahan pos tiket masuk itu adalah untuk memperluas kawasan wisata Bromo yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo,” tuturnya.

    Kabupaten Probolinggo memiliki berbagai destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi oleh wisatawan di antaranya Puncak Seruni Point, Terminal Jembatan Kaca, Pusung Agung serta sejumlah kafe dan tempat wisata lainnya.

    “Selain berkunjung ke lautan pasir atau Gunung Bromo yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), wisatawan juga bisa menikmati objek wisata lain yang tidak kalah menarik seperti Puncak Seruni Point dan Terminal Jembatan Kaca,” katanya.

    Heri menjelaskan pemindahan pos tiket masuk itu juga bertujuan untuk meningkatkan cakupan asuransi jiwa bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Bromo.

    “Kami ingin memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang datang ke Probolinggo, sehingga dengan pemindahan itu, kami berharap bisa memperluas cakupan asuransi jiwa yang mencakup seluruh kawasan wisata Bromo,” ujarnya.

    Disporapar Kabupaten Probolinggo juga membuka pos cek tiket di jalan menuju Seruni Point dan langkah itu diharapkan dapat menarik retribusi dari wisatawan yang datang dari wilayah Malang atau Lumajang dan memasuki kawasan wisata di Kabupaten Probolinggo.

    “Pemasangan pos cek tiket ini bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor pariwisata serta memberikan pengawasan yang lebih baik terhadap arus wisatawan yang masuk ke kawasan Bromo,” katanya.

    Ia berharap pemindahan pos tiket itu dapat lebih meningkatkan kenyamanan wisatawan sekaligus memperkuat sektor pariwisata yang telah menjadi andalan Kabupaten Probolinggo.

    Pewarta: Zumrotun Solichah
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025