kab/kota: Lumajang

  • Gunung Semeru Erupsi Dua Kali Pagi Ini, Abu Vulkanik Melambung Sejauh 1 Kilometer

    Gunung Semeru Erupsi Dua Kali Pagi Ini, Abu Vulkanik Melambung Sejauh 1 Kilometer

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali memuntahkan isi perut. Gunung Semeru dilaporkan mengalami erupsi, Rabu (14/5/2025). Pos Pantau Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang melaporkan, erupsi terjadi sebanyak dua kali sejak pukul 06.00 sampai 08.00 WIB. Adapun abu vulkanik pada erupsi kali ini melambung sejauh 1 kilometer.

    Erupsi pertama dilaporkan terjadi pada pukul 06.06 WIB dengan ketinggian kolom abu mencapai 500 meter di atas puncak. Akibat erupsi itu, terbentuk kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah selatan.

    Selanjutnya, erupsi kedua terjadi pada pukul 07.40 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak. Erupsi itu ikut membentuk kolom aabu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya yang terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter selama 121 detik.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Rabu, 14 Mei 2025 pukul 07.40 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak,” papar Petugas PPGA Semeru, Gufron Alwi dalam keterangan tertulisnya.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Yudhi Cahyono menjelaskan, aktivitas vulkanik Gunung Semeru berupa erupsi masih tergolong fluktuatif.

    Akibatnya, aktivitas masyarakat masih harus dibatasi di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga sejauh delapan kilometer dari pusat erupsi.

    Selain itu, masyarakat juga direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan.

    “Inikan aktivitas vulkanis masih fluktuatif, jadi ada batas yang harus dijaga agar tidak terlanda dampak erupsi yang berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak,” terangnya.

    Meski status aktivitas Gunung Semeru masih berada di level II (waspada), masyarakat masih direkomendasikan untuk membatasi jarak aktivitas dengan menjauhi daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu di Gunung Semeru saat cuaca buruk.

    Pembatasan jarak bertujuan untuk mengantisipasi dan mewaspadai potensi munculnya awan panas dan guguran lava. Selain itu dikhawatirkan juga bisa berdampak terlanda banjir lahar Gunung Semeru yang muncul saat cuaca buruk.

    “Intinya tetap harus waspada terhadap potensi bencana dari Gunung Semeru seperti awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru,” ungkap Yudhi Cahyono. [has/aje]

     

  • Gunung Semeru Berkali-kali Erupsi, Luncurkan Abu Vulkanis Setinggi 700 Meter Hari Ini

    Gunung Semeru Berkali-kali Erupsi, Luncurkan Abu Vulkanis Setinggi 700 Meter Hari Ini

    Lumajang (beritajatim.com) – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masih sering dilaporkan mengalami erupsi. Terbaru, erupsi yang membentuk kolom abu setinggi 700 meter kembali dimuntahkan dari kawah Jonggring Saloko, Selasa (13/5/2025).

    Pos Pantau Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang melaporkan, erupsi terjadi pada pukul 17.44 WIB. Erupsi itu membentuk kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Selasa, 13 Mei 2025 pukul 17.44 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 700 meter di atas puncak,” papar Petugas PPGA Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulisnya.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Yudhi Cahyono menjelaskan, aktivitas vulkanik Gunung Semeru berupa erupsi masih tergolong fluktuatif.

    Akibatnya, aktivitas masyarakat masih harus dibatasi di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga sejauh delapan kilometer dari pusat erupsi.

    Selain itu, masyarakat juga direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan.

    “Inikan aktivitas vulkanis masih fluktuatif, jadi ada batas yang harus dijaga agar tidak terlanda dampak erupsi yang berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak,” terangnya, Selasa (13/5/2025).

    Meski status aktivitas Gunung Semeru masih berada di level II (waspada), masyarakat masih direkomendasikan untuk membatasi jarak aktivitas dengan menjauhi daerah aliran sungai (DAS) yang berhulu di Gunung Semeru saat cuaca buruk.

    Pembatasan jarak bertujuan untuk mengantisipasi dan mewaspadai potensi munculnya awan panas dan guguran lava. Selain itu dikhawatirkan juga bisa berdampak terlanda banjir lahar Gunung Semeru yang muncul saat cuaca buruk.

    “Intinya tetap harus waspada terhadap potensi bencana dari Gunung Semeru seperti awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru,” ungkap Yudhi Cahyono. (has/ian)

  • Banjir Lahar Gunung Semeru Isolasi Warga Dusun Sumberlangsep Lumajang

    Banjir Lahar Gunung Semeru Isolasi Warga Dusun Sumberlangsep Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Banjir lahar dingin Gunung Semeru kembali menerjang aliran Sungai Regoyo di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (13/5/2025) sore. Fenomena ini terjadi akibat tingginya curah hujan yang mengguyur kawasan sekitar gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa tersebut.

    Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas banjir lahar ini melalui seismograf dengan amplitudo maksimal mencapai 36 milimeter pada pukul 14.00 WIB. Akibatnya, akses menuju Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, kembali terputus dan membuat warga yang tinggal di wilayah itu terisolir.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Yudhi Cahyono, menyebutkan sebanyak 130 kepala keluarga (KK) terdampak langsung oleh kondisi ini. Ia mengungkapkan bahwa banjir lahar yang menerjang kali ini memiliki intensitas cukup besar.

    “Ini memang banjirnya cukup besar, biasanya memang kawasan Dusun Sumberlangsep hampir selalu terisolir kalau banjir laharnya datang,” terangnya ketika dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025) sore.

    Saat ini, BPBD Lumajang bersama tim gabungan tengah melakukan asesmen di dua titik lokasi terdampak. Selain Dusun Sumberlangsep, asesmen juga dilakukan di blok Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, yang diduga mengalami kerusakan tanggul akibat terjangan banjir.

    “Untuk dampak masih dilakukan asesmen di dua titik, di Dusun Sumberlangsep karena sering terisolir. Sedangkan satu titik lagi ini ada di kampung renteng Desa Sumberwuluh karena ada tanggul yang rusak. Ini kita pastikan dulu apa ada dampaknya,” tambahnya.

    BPBD mengimbau seluruh warga yang beraktivitas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang dilalui lahar Gunung Semeru untuk waspada dan sementara waktu menghentikan seluruh aktivitas, terutama saat hujan masih berlangsung.

    “Harus terus waspada, jadi warga yang beraktivitas di sekitar laharan baik penambang atau yang tinggal di sekitar daerah aliran untuk mencari tempat aman terlebih dahulu,” ungkapnya.

    Meningkatnya potensi bencana akibat banjir lahar dingin menjadi pengingat penting bagi warga dan otoritas setempat untuk terus memperkuat mitigasi bencana. Terlebih, wilayah Lumajang merupakan salah satu kawasan yang paling rentan terhadap dampak aktivitas vulkanik Gunung Semeru. [has/suf]

  • Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat 90 Hari Akibat Tanggul Penahan Lahar Semeru Rusak

    Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat 90 Hari Akibat Tanggul Penahan Lahar Semeru Rusak

    Lumajang (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, resmi menetapkan status tanggap darurat bencana menyusul rusaknya tanggul penahan banjir lahar Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Penetapan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 100.3.3.2/195/KEP/427.12/2025.

    Masa tanggap darurat bencana ditetapkan berlaku selama 90 hari, terhitung sejak 11 Mei hingga 8 Agustus 2025. Langkah ini diambil untuk mempercepat penanganan darurat, khususnya pada infrastruktur penahan lahar di wilayah aliran Sungai Rejali yang saat ini mengalami kerusakan parah.

    “Telah ditetapkan status tanggap darurat bencana selama 90 hari sejak tanggal 11 Mei sampai dengan 8 Agustus 2025,” kata Bupati Lumajang Indah Amperawati dalam keterangan tertulis yang diterima pada Selasa (13/5/2025).

    Tanggul yang dimaksud mengalami kerusakan hingga sepanjang 500 meter. Kerusakan ini memicu kekhawatiran serius di kalangan warga, terutama mereka yang tinggal di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh.

    Sekretaris Desa Sumberwuluh, Samsul Arifin, mengungkapkan bahwa tanggul tersebut merupakan penahan utama banjir lahar dari Gunung Semeru. Jika tanggul sampai jebol, maka ancaman bencana terhadap warga akan sangat besar.

    “Ini kalau tanggul sampai jebol ada 246 jiwa warga di Dusun Kebondeli Selatan yang bisa terdampak terjangan banjir lahar. Jadi ini harus segera dilakukan antisipasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

    Dusun Kebondeli Selatan dihuni oleh 82 kepala keluarga atau sekitar 246 jiwa. Warga di wilayah ini berada dalam posisi rawan karena secara geografis dekat dengan jalur aliran lahar Gunung Semeru.

    Kondisi ini menuntut adanya langkah cepat dan terkoordinasi antara pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat setempat untuk melakukan antisipasi sebelum potensi bencana benar-benar terjadi.

    Penetapan masa tanggap darurat bencana memberikan kewenangan kepada Pemkab Lumajang untuk memobilisasi sumber daya, logistik, serta personel guna mempercepat perbaikan tanggul dan evakuasi jika situasi memburuk.

    Warga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna memastikan keselamatan bersama. [has/suf]

  • Jalur Piket Nol Longsor, Arus Lalu Lintas Lumajang-Malang Sempat Buka Tutup

    Jalur Piket Nol Longsor, Arus Lalu Lintas Lumajang-Malang Sempat Buka Tutup

    Lumajang (beritajatim.com) – Akses jalan utama Lumajang–Malang melalui Jalur Piket Nol kembali terganggu akibat longsor yang terjadi di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Selasa (13/5/2025) dini hari. Longsor terjadi di kilometer 55 pada tebing setinggi 50 meter dan sempat menutup badan jalan, sehingga petugas menerapkan sistem buka tutup lalu lintas.

    Erik, warga setempat, menjelaskan bahwa longsor dipicu hujan dengan intensitas sedang yang mengguyur kawasan sejak malam. Longsor dilaporkan terjadi pukul 00.30 WIB saat arus kendaraan sedang sepi. “Ini kalau longsornya itu jam 00.30 malam tadi, kalau waktu itu sepi nggak ada yang lewat. Memang sering longsornya kalau hujan lama, kondisi tanah di tebing ini kurang stabil kan kalau kena hujan,” ujarnya.

    Kapolsek Candipuro AKP Lugito menyampaikan bahwa dua alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor berupa tanah dan lumpur. Proses evakuasi selesai sekitar pukul 09.30 WIB dan arus lalu lintas kembali normal. “Memang tadi sempat buka tutup untuk mengurai kemacetan, sudah dikerahkan dua unit alat berat untuk membersihkan material longsor dan tadi jalur sudah dibuka lagi,” terangnya.

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, mengingatkan bahwa Jalur Piket Nol merupakan kawasan rawan longsor, terutama saat hujan dengan durasi lama. “Kami imbau agar pengguna jalan baik dari arah Lumajang atau sebaliknya, Malang ini harus waspada saat melintas,” katanya. [has/beq]

  • Gunung Semeru Erupsi, Abu Vulkanik Membumbung 1Km ke Langit Lumajang

    Gunung Semeru Erupsi, Abu Vulkanik Membumbung 1Km ke Langit Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Malam itu, langit di atas Kabupaten Lumajang kembali diselimuti debu vulkanik.

    Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, meletus pada Senin malam, 12 Mei 2025 pukul 21.52 WIB, memuntahkan kolom abu setinggi 1.000 meter dari puncaknya.

    Erupsi ini bukan hanya sekadar fenomena alam—bagi warga di lereng gunung, dentuman itu adalah alarm waspada.

    Di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Gufron Alwi mencatat aktivitas tersebut dengan cermat. Ia menyampaikan bahwa letusan terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi 116 detik.

    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada pukul 21.52 WIB, dengan tinggi kolom letusan teramati mencapai 1.000 meter. Kolom abu berwarna putih hingga kelabu condong ke arah barat daya,” ujar Gufron dalam keterangan tertulis.

    Meski tidak menimbulkan korban maupun kerusakan, otoritas tetap mengingatkan warga untuk siaga. Kepala Bidang Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, menegaskan bahwa aktivitas masyarakat masih dibatasi hingga 13 kilometer di sepanjang Besuk Kobokan, terutama pada sektor tenggara.

    “Pembatasan ini bukan tanpa alasan. Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 500 meter dari sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berisiko terlanda awan panas dan aliran lahar,” jelasnya.

    Hingga kini, status Gunung Semeru masih berada di level II atau waspada, yang berarti potensi bahaya tetap ada, terutama saat cuaca buruk. Awan panas guguran, guguran lava pijar, hingga banjir lahar menjadi ancaman nyata di kawasan hulu sungai yang berhulu di puncak Semeru.

    “Kita harus tetap waspada terhadap potensi guguran material dan lahar, terutama saat hujan deras mengguyur kawasan puncak,” tutur Yudhi lagi.

    Dengan kondisi ini, pihak berwenang terus mengimbau masyarakat untuk mematuhi rekomendasi dan tidak beraktivitas di zona bahaya. Gunung Semeru, meski menawan, kembali menunjukkan bahwa ia adalah kekuatan alam yang tak bisa diprediksi sepenuhnya. (ted)

  • Bupati Fawait Ingin Semua Peserta Tes PPPK Pemkab Jember Diterima

    Bupati Fawait Ingin Semua Peserta Tes PPPK Pemkab Jember Diterima

    Jember (beritajatim.com) – Bupati Muhammad Fawait berkomitmen untuk memperjuangkan semua peserta tes penerimaan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) tahap kedua untuk penempatan di Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur.

    “Karena ini jadi kewenangan pusat, kami akan terus menyampaikan aspirasi. Saya ingin yang ikut seleksi diterima semua. Tapi kan kewenangan sekali lagi ada di pemerintah pusat,” kata Fawait, usai meninjau pelaksanaan tes seleksi PPPK di gedung Balai Serba Guna, Senin (12/5/2025).

    “Namun komitmen saya sebagai bupati, akan terus menyuarakan dan memperjuangkan,” tambah Fawait yang meninjau kegiatan seleksi itu bersama Muhammad Khozin, anggota DPR RI Komisi II dari Daerah Pemilihan Jember dan Lumajang.

    Fawait senang karena Khozin juga berkomitmen untuk menyuarakan dan memperjuangkan nasib tenaga honorer yang menjadi peserta seleksi PPPK di Jember.

    Rekrutmen PPPK tahap kedua Pemkab Jember diselenggarakan pada 12-16 Mei 2025, yang diikuti 2.662 orang peserta. Mereka bersaing memperebutkan 148 formasi. Sementara itu untuk tahap pertama diikuti 6.643 orang peserta, dan 1.851 orang di antaranya dinyatakan lolos seleksi.

    Sementara itu Muhammad Khozin hadir untuk melakukan pemantauan dan evaluasi, karena Jember menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan tes PPPK empat pemerintah kabupaten, yakni Pemkab Jember sendiri, Pemkab Lumajang. Pemkab Bondowoso, dan Pemkab Situbondo.

    “Memang antara minat dan ketersediaan formasi agak jomplang. Ketersediaan formasi tahap kedua hanya 148. Possibility lolosnya satu berbanding 30-40,” kata Khozin.

    Di tengah efisiensi anggaran, Khozin menilai, perlu banyak kreativitas antara pemerintah pusat dan daerah untuk mengakomodasi tenaga honorer yang berstatus PPPK penuh waktu dan paruh waktu. [wir]

  • Waspada, Cuaca Ekstrem Landa Jawa Timur Termasuk Kabupaten Mojokerto Mulai 10-17 Mei 2025

    Waspada, Cuaca Ekstrem Landa Jawa Timur Termasuk Kabupaten Mojokerto Mulai 10-17 Mei 2025

    Mojokerto (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Juanda mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Jawa Timur selama periode 10 hingga 17 Mei 2025. Dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, cuaca ekstrem dipredikasi melanda 13 Kabupaten/Kota.

    Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim, dari rilis BMKG Juanda, sebanyak 13 Kabupaten/Kota tersebut terdiri dari 12 kabupaten dan satu kota. “Salah satunya yakni Kabupaten Mojokerto,” ungkapnya, Senin (12/5/2025).

    Meski sebagian besar wilayah sudah memasuki musim kemarau, namun sejumlah daerah masih berpotensi mengalami hujan lebat disertai petir, angin kencang, hingga puting beliung. BMKG Juanda memprediksi jika kondisi tersebut disebabkan oleh dinamika atmosfer yang cukup kompleks.

    “BMKG mencatat adanya pola konvergensi di wilayah Jawa Timur yang diperkuat oleh gangguan gelombang Equatorial Rossby, gelombang Kelvin, dan gelombang Low yang akan melintas dalam sepekan ke depan. Fenomena ini memicu peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan intens,” katanya.

    [irp posts=”1310274″ ]

    Atmosfer di wilayah Jawa Timur saat ini masih cukup labil dan lembap dari lapisan bawah hingga atas, yang sangat mendukung pembentukan awan Cumulonimbus secara signifikan. BMKG Juanda menghimbau masyarakat dan instansi terkait agar senantiasa waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

    “Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, dan pohon tumbang. Masyarakat juga diminta untuk tidak memaksakan perjalanan ketika cuaca ekstrem berlangsung dan selalu mengutamakan keselamatan, menghindari bepergian ke gunung dan menghindari berteduh di bawah pohon,” ujarnya.

    Cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Jawa Timur tersebut diperkirakan akan terjadi selama periode 10 hingga 17 Mei 2025. Masyarakat dapat memantau kondisi cuaca terkini melalui citra radar cuaca WOFI di https://stamet-juanda.bmkg.go.id/radar/ serta informasi peringatan dini 3 harian dan 2–3 jam ke depan. [tin]

    Wilayah yang Berpotensi Terkena Cuaca Ekstrem :

    1. Kabupaten Banyuwangi
    2. Kabupaten Nganjuk
    3. Kabupaten Jombang
    4. Kabupaten Mojokerto
    5. Kabupaten Pasuruan
    6. Kota Batu
    7. Kabupaten Malang
    8. Kabupaten Bondowoso
    9. Kabupaten Jember
    10. Kabupaten Blitar
    11. Kabupaten Kediri
    12. Kabupaten Ponorogo
    13. Kabupaten Lumajang

    [aje]

  • Syarikah Haji Belum Keluar, Jadwal Pemberangkatan 113 CJH Asal Lumajang Ditunda

    Syarikah Haji Belum Keluar, Jadwal Pemberangkatan 113 CJH Asal Lumajang Ditunda

    Lumajang (beritajatim.com) – Gelombang pemberangkatan calon jemaah haji (CJH) asal Kabupaten Lumajang, Jawa Timur terus berjalan.

    Sebelumnya, sebanyak 27 jemaah telah diberangkatkan secara dadakan ke asrama haji di Surabaya, Kamis (8/5/2025). Terbaru, sebanyak 721 jemaah kembali diberangkatkan dari pendopo Arya Wiraradja, Minggu (11/5/2025).

    Sayangnya, masih ada sebanyak 113 CJH asal Kabupaten Lumajang yang jadwal keberangkatannya masih ditunda. Padahal, jadwal pemberangkatan mereka sebelumnya sudah dijadwal hari ini.

    Informasinya, penundaaan terjadi lantaran syarikah haji milik 113 CJH itu belum keluar sampai jadwal pemberangkatan.

    Sebagai informasi, syarikah haji adalah badan usaha yang dibentuk Pemerintah Arab Saudi untuk memberikan layanan.

    Lembaga itu nantinya akan mengeluarkan surat untuk masing-masing CJH, lengkap dengan nama dan alamat para jemaah. Surat yang dikeluarkan itu menjadi salah satu syarat dokumen wajib bagi calon jemaah selain paspor dan visa.

    Selain itu, syarikah haji juga meliputi akomodasi penting yang akan melayani para jemaah selama mengikuti rangkaian prosesi ibadah haji di tanah suci.

    Adapun layanan yang diberikan meliputi akomodasi, transportasi, konsumsi, maktab bagi jemaah, hingga pergerakan selama menjalankan ibadah haji.

    Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lumajang Ahmad Faisol Syaifulloh menjelaskan, semula jumlah CJH yang belum berangkat tersisa sebanyak 834 orang.

    Jumlah itu diakui di luar 27 CJH lain yang sebelumnya telah diberangkatkan lebih cepat pada, Kamis (8/5/2025). Kemudian proses pemberangkatan kembali dilakukan kepada 721 jemaah yang sudah memenuhi persyaratan.

    Sehingga, saat ini tersisa sebanyak 113 CJH yang pemberangkatannya masih ditunda lantaran syarikah haji mereka belum keluar.

    “Jadi, untuk hari ini yang berangkat itu kloter 36 dan 37, jumlahnya ada 721 jemaah. Sebelumnya sudah diberangkatkan juga 27 jemaah yang hari Kamis. Nah ini sisanya masih belum (113, Red),” terang Ahmad Faisol Syaifulloh, Minggu (11/5/2025).

    Awalnya, sebanyak 113 jemaah yang pemberangkatannya ditunda itu akan diberangkatkan melalui kelompok terbang (kloter) 38. Hanya saja, karena pemberangkatan ditunda, mereka nantinya akan berganti menjadi kloter 83 dan dijadwalkan berangkat pada 25 Mei 2025.

    “Ini karena syarikahnya belum keluar, yang awalnya kloter 38 jadinya berubah jadi kloter 83. Untuk pemberangkatannya kemungkinan sekitar tanggal 20 an,” ungkap Faisol. [has/aje]

  • Pemilu Ibarat Medan Tempur yang Tidak Rata

    Pemilu Ibarat Medan Tempur yang Tidak Rata

    Jember (beritajatim.com) – Tujuan awal pemilihan umum sebagai sebagai fase regenerasi kepemimpinan secara nasional masih belum ideal. Pemilu justru menjadi kompetisi politik yang tak sehat.

    Hal ini dikemukakan Muhammad Khozin, legislator DPR RI dari Daerah Pemilihan Jember dan Lumajang, Jawa Timur, usai sosialisasi dan pendidikan pemilu berkelanjutan tahun 2025 yang digelar Komisi Pemilihan Umum, di Hotel Aston, Jember, Minggu (11/5/2025).

    “Pada praktiknya, pemilu menjadi medan tempur yang tidak rata, menjadi kompetisi yang tidak rata dan tidak sehat,” kata Khozin.

    Ada banyak persoalan yang dihadapi dalam penyelanggaraan pemilu. “Di daerah pemilihan kami di Jember banyak temuan. Isu utama yang yang paling mencuat itu terkait netralitas penyelenggara, baik itu Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) atau KPU.(Komisi Pemilihan Umum),” kata Khozin.

    Khozin mengatakan, senyampang penyelenggara tidak bisa berlaku netral dan profesional, maka pemilu yang jujur dan adil akan susah ditegakkan. “Jadi harus jelas: ada peserta, pengawas, penyelenggara. Ini harus memiliki ruang lingkup kerja dan limitasi yang jelas,” katanya.

    Khozin tidak ingin pemilu dengan biaya tinggi tidak diikuti dengan penyelenggaraan yang jurdil. “Kita tidak mau high cost low impact ya. Cost-nya besar tapi impact pelaksanaan pemilu yang jurdil itu tidak terlaksana. Jadinya meaningless, tidak bermakna atau minim makna yang bisa didapatkan,” katanya.

    Saat ini pemerintah dan DPR RI tengah melakukan kajian dan diskusi untuk merevisi undang-undang kepemiluan agar tak muncul lagi persoalan yang sama terus-menerus. “Tentunya menjadi komitmen kita bersama legislatif dan eksekutif yang ingin mengurai ini semua untuk dicarikan formulasi yang terbaik,” kata Khozin.

    Khozin menyebut banyak opsi model dan sistem penyelenggaraan pemilu. Namun ia belum berani menyimpulkan, karena saat ini pemerimtah dan DPR RI tengah meminta pendapat dari praktisi dan pemerhati pemilu.

    “Sistem adalah bagian dari solusi. Jadi sekarang belum berbicara sistemnya dulu. Kita berbicara fenomena empiris di lapangan. Kita urai dulu problem dan gejalanya,” kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini.

    Ada dua klaster isu masalah, yakni populis dan politis. “Isu politis terkait dengan isu seperti parliamnet thresholds, presidential threshold, sistem pemilu, pembagian daerah pemilihan. Sementara isu populis terkait money politics, partisipasi publik, dan netralitas penyelenggara,” kata Khozin.

    Terkait isu poltik uang, Khozin sepakat, jika masyarakat tak bisa dikambinghitamkan. “Ini menjadi PR dan tanggung jawab kita bersama, eksekutif, legislatif, partai politik, maupun masyarakat. Jadi, kita tidak bisa kemudian egois. Ego sektoral itu harus kita buang jauh-jauh,” katanya.

    “Masyarakat tidak mungkin menjadi permisif terkait money politics, jika kesempatan itu tidak disediakan. Namun sebaliknya, partai politik tidak mungkin menyiapkan kesempatan itu jika tidak dihadapkan pada tidak adanya pilihan lain,” kata Khozin.

    Sistem merit di partai politik dalam menentukan caleg, menurut Khozinm seringkali berbenturan dengan opini masyarakat.

    “Di satu sisi partai dihadapkan pada tuntutan bahwa kaderisasi harus berjalan, dan kader utama itu harus menjadi skala prioritas. Tapi di sisi yang lain, ada efek sosial, elektoral, termasuk finansial yang juga berpengaruh,” kata Khozin.

    “Faktor sosial dan finansial itu tidak selalu beririsan dengan pola kaderisasi. Akhirnya banyak kader yang kutu loncat, yang ketika terpilih tidak memperhatikan besar dan tidaknya partai, tidak memperhatikan konstituen partai,” kata Khozin. [wir]