kab/kota: Lumajang

  • 7 Anggota Polres Lumajang Diperiksa Polda Jatim Terkait Kematian Tersangka Pencurian Hewan

    7 Anggota Polres Lumajang Diperiksa Polda Jatim Terkait Kematian Tersangka Pencurian Hewan

    Lumajang (beritajatim.com) – Sebanyak tujuh anggota Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Lumajang menjalani proses pemeriksaan di Subbid Pengamanan Internal (Paminal) Propam Polda Jawa Timur.

    Langkah ini diambil sebagai bagian dari penyelidikan terkait dugaan pelanggaran prosedur yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam penanganan kasus meninggalnya Rudi Hartono, tersangka pencurian hewan.

    Peristiwa ini berawal pada Sabtu, 11 Oktober 2025, ketika Rudi Hartono (44) diamankan oleh Satreskrim Polres Lumajang karena tersangka diduga terlibat dalam kasus pencurian hewan di kawasan ladang tebu Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung. Namun, pada keesokan harinya, tepatnya Minggu (12/10/2025), Rudi ditemukan meninggal dunia di ruang tahanan.

    Kematian Rudi memicu protes keras dari pihak keluarga, yang menduga adanya tindak penganiayaan yang dilakukan oleh aparat kepolisian selama proses penangkapan. Kekesalan keluarga berujung pada penyerangan Mapolres Lumajang pada malam hari, yang menambah ketegangan situasi.

    Kapolres Lumajang, AKBP Alex Sandy Siregar, menjelaskan bahwa tujuh anggota Satreskrim yang terlibat dalam proses penangkapan Rudi telah diserahkan kepada Polda Jawa Timur untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. “Jadi ada 7 orang, satu tim itu, dengan peran masing-masing saat melakukan proses upaya paksa,” terang AKBP Alex, Selasa (14/10/2025).

    Pihak Polres Lumajang memastikan bahwa semua tahapan pemeriksaan ini sepenuhnya berada di bawah pengawasan Polda Jawa Timur. “Tahap pemeriksaan ini dipastikan sepenuhnya telah dipasrahkan kepada pihak Polda Jatim agar selanjutnya dilakukan pendalaman,” kata Kapolres.

    Meski demikian, Kapolres Alex menegaskan bahwa proses penangkapan terhadap Rudi Hartono dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

    “Tetap kami lakukan tahap pemeriksaan yang saat ini diserahkan kepada Polda Jatim untuk diambil keterangan. Ini untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil sudah sesuai prosedur dan peraturan Kapolri tentang penggunaan kekuatan,” ungkapnya lebih lanjut. [has/suf]

  • Hasil Autopsi Pastikan Memar di Tubuh Tersangka Pencurian Hewan di Lumajang Bukan Penyebab Kematian

    Hasil Autopsi Pastikan Memar di Tubuh Tersangka Pencurian Hewan di Lumajang Bukan Penyebab Kematian

    Lumajang (beritajatim.com) – Tim Forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Lumajang memastikan bahwa sejumlah luka memar yang ditemukan di tubuh Rudi Hartono (44), tersangka kasus pencurian hewan yang meninggal dunia sehari setelah diamankan polisi, bukan menjadi penyebab kematian.

    Proses autopsi dilakukan di RSUD dr Haryoto Lumajang oleh tim forensik RS Bhayangkara pada Senin (13/10/2025). Dari hasil pemeriksaan, diketahui kematian Rudi disebabkan oleh cairan asam lambung yang naik hingga ke saluran pernafasan.

    “Memang adanya beberapa luka memang kami temukan begitu (lebam), namun luka-luka tersebut tidak memicu kematian,” kata Spesialis Forensik RS Bhayangkara Lumajang, dr Deka Bagus Binarsa, Selasa (14/10/2025).

    Deka menjelaskan, hasil autopsi menunjukkan peningkatan asam lambung di organ pencernaan dan lambung korban. “Dari hasil autopsi yang kita temukan, pada saluran pencernaan terdapat asam lambung yang cukup banyak. Ini juga terkonfirmasi di area lambung terdapat cairan warna kekuningan,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menyebutkan, asam lambung tersebut merambat naik hingga ke saluran pernafasan dan menjadi faktor utama penyebab kematian. “Temuan ini terkonfirmasi dari pemeriksaan kimia di kertas lakmus yang menunjukkan perubahan warna merah, artinya ada asam lambung yang masuk ke saluran nafas, dan itu yang menyebabkan kematian,” ujarnya.

    Menurut Deka, lonjakan asam lambung bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti penyakit lambung, stres, maupun pola makan yang tidak teratur. “Asam lambung ini bisa disebabkan oleh penyakit pada lambung, makanan, stres, dan beberapa faktor lain,” ungkapnya.

    Sebelumnya, kematian Rudi memicu kemarahan warga Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung, yang menduga korban meninggal akibat penganiayaan saat penangkapan. Amarah warga sempat berujung pada penyerangan Markas Polres Lumajang pada Minggu (12/10/2025) malam. Namun hasil autopsi memastikan, luka memar yang ditemukan bukanlah penyebab kematian, melainkan akibat lain yang tidak fatal. [has/beq]

  • Polres Lumajang Terima Karangan Bunga Dukungan Usai Aksi Penyerangan Mapolres

    Polres Lumajang Terima Karangan Bunga Dukungan Usai Aksi Penyerangan Mapolres

    Lumajang (beritajatim.com) – Kepolisian Resor (Polres) Lumajang menerima kiriman karangan bunga berisi dukungan moral pasca-aksi penyerangan yang dilakukan keluarga tersangka kasus pencurian hewan, Minggu (12/10/2025) malam.

    Karangan bunga tersebut tiba di Mapolres Lumajang pada Senin (13/10/2025) malam sekitar pukul 21.20 WIB. Dalam tulisan di papan bunga itu, pengirim menyampaikan dukungan agar Polres Lumajang terus menjaga keamanan wilayahnya. Menariknya, nama pengirim tercantum sebagai “korban maling sapi”.

    Diketahui sebelumnya, tersangka pencurian hewan bernama Rudi Hartono (44) meninggal dunia sehari setelah ditangkap polisi. Ia dinyatakan meninggal saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang.

    Kematian Rudi sempat memicu kemarahan keluarga yang membawa puluhan massa dari Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung, untuk menyerang Mapolres Lumajang. Keluarga menduga kematian Rudi akibat penganiayaan polisi saat penangkapan. Namun, dugaan tersebut terbantahkan setelah hasil autopsi menyebut penyebab kematian karena lonjakan asam lambung yang menjalar ke saluran pernapasan.

    Anggota Polres Lumajang, Aiptu Usman Hadi, mengatakan pihaknya belum mengetahui siapa pengirim karangan bunga tersebut. Kurir pengantar juga tidak mengetahui identitas pemesan.

    “Kalau pengirim karangan bunganya dari siapa tidak tahu, katanya (kurir) ini dibuat di Kecamatan Yosowilangun atas pesanan dari toko bunga lain di Surabaya. Nah, yang di Surabaya yang pesan siapa tidak tahu,” jelas Usman, Selasa (14/10/2025).

    Kasi Humas Polres Lumajang, Ipda Untoro, mengapresiasi dukungan masyarakat yang ditunjukkan melalui pengiriman karangan bunga itu.

    “Walaupun pengirimnya belum diketahui, Polres Lumajang mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kepercayaan masyarakat,” ujar Untoro. [has/beq]

  • Duduk Perkara Warga Serbu Mapolres Lumajang

    Duduk Perkara Warga Serbu Mapolres Lumajang

    Liputan6.com, Lumajang – Sebanyak 18 orang diamankan dalam kejadian penyerbuan Mapolres Lumajang pada Minggu malam (13/10/2025).

    Polisi langsung bertindak setelah massa merusak pagar dan masuk ke Mapolres Lumajang. Massa yang melakukan tindakan anarkis langsung diamankan.

    “Untuk hari ini ada perusakan ringan, diamankan 18 orang,” ujar Kasi Humas Polres Lumajang Ipda Untoro, Senin (13/10/2025).

    Untoro, menambahkan pihaknya akan menyelidiki lebih lanjut dengan meminta keterangan dari 18 orang tersebut. Untoro menyebut situasi saat ini di Polres Lumajang telah kondusif.

    “Dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Alhamdulillah situasi terkendali aman,” tambah Untoro

    Untuk dugaan penganiayaan yang disebut keluarga yang membuat pelaku meninggal, Untoro mengatakan jenazah pelaku telah dibawa ke RSUD dr Haryoto untuk dilakukan autopsi.

    “Untuk dugaan tersebut pihak keluarga yang menyatakan seperti itu. Oleh Polri Jenazah dibawa ke RS umum untuk dilakukan autopsi. Nanti hasilnya menunggu dari RS umum,” paparnya.

     

  • Kematian Terduga Pencuri Hewan di Lumajang Picu Amarah Warga dan Serangan ke Mapolres

    Kematian Terduga Pencuri Hewan di Lumajang Picu Amarah Warga dan Serangan ke Mapolres

    Lumajang (beritajatim.com) – Kematian Rudi Hartono, warga Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, setelah diamankan polisi karena kasus pencurian hewan, memicu kemarahan warga dan menimbulkan aksi penyerangan terhadap Markas Polres Lumajang pada Minggu (12/10/2025) malam.

    Puluhan warga mendatangi Mapolres Lumajang karena menaruh curiga atas kematian Rudi yang disebut meninggal dunia usai diamankan polisi, Sabtu (11/10/2025). Mereka menuding adanya tindakan kekerasan yang dilakukan aparat terhadap Rudi sebelum meninggal dunia.

    “Ini dapat kabar dari teman kalau Rudi kritis di RS Bhayangkara, sampai sini kok sudah meninggal dunia tanpa ada laporan dari polisi ke pihak keluarga,” ujar adik korban, Samsul, saat ditemui di RS Bhayangkara Lumajang, Minggu (12/10/2025).

    Menurut Samsul, kondisi jasad sang kakak cukup mengenaskan. Selain terdapat tiga luka tembak di bagian kaki yang diterima saat penangkapan, tubuh Rudi juga dipenuhi luka yang diduga akibat pengeroyokan.

    “Padahal ini riil pembunuhan dari polisi, bukan dimassa, tapi keterangan polisi ini dimassa warga,” tegasnya. Ia menambahkan, pihak keluarga berencana meminta proses autopsi untuk memastikan penyebab kematian Rudi. “Jadi kami mau ada autopsi, karena tidak terima, harus ke Polda ini,” imbuh Samsul.

    Menanggapi tudingan tersebut, Kasi Humas Polres Lumajang Ipda Untoro menyatakan bahwa dugaan penganiayaan oleh anggota polisi masih belum dapat dibuktikan. Ia menegaskan, pihak kepolisian menunggu hasil autopsi dari rumah sakit sebagai dasar kesimpulan resmi.

    “Informasi dari warga memang menyebut dugaan penganiayaan oleh anggota Resmob, tapi untuk memastikannya masih harus menunggu hasil autopsi dari rumah sakit agar ada kesimpulannya,” jelas Untoro, Senin (13/10/2025).

    Pihak kepolisian berharap masyarakat tetap tenang dan menunggu hasil penyelidikan resmi, sementara proses autopsi terhadap jenazah Rudi masih berlangsung. [has/beq]

  • Polres Lumajang Tiba-Tiba Didatangi Massa, Diduga Dipicu Tewasnya Pelaku Pencurian Hewan

    Polres Lumajang Tiba-Tiba Didatangi Massa, Diduga Dipicu Tewasnya Pelaku Pencurian Hewan

    Liputan6.com, Jakarta Markas Kepolisian Resor Lumajang Jawa Timur, pada Minggu malam (12/10/2025) didatangi puluhan warga. Mereka diketahui merupakan pihak keluarga yang tidak terima dengan kematian saudaranya yang menjadi tersangka pencurian hewan dan sebelumnya ditangkap polisi.

    Sebelum mendatangi Polres Lumajang, massa sempat menyambangi Rumah Sakit Bhayangkara dan RSUD dr Haryoto Lumajang.

    Di depan Mapolres Lumajang, massa berteriak. Mereka mempertanyakan kematian saudaranya tersebut. Tidak puas hanya berorasi, massa memaksa masuk ke Mapolres Lumajang.

    Pintu gerbang Polres Lumajang dipukul dan digoyang. Hingga membuat pintu gerbang jebol. Massa berhasil masuk ke halaman Polres Lumajang. Polisi yang ada di lokasi tak kuasa  menahan gelombang massa yang masuk ke  Mapolres Lumajang.

    Kasi Humas Polres Lumajang, Ipda Untoro mengatakan massa datang dari Desa Ranu Wurung, Kecamatan Randuagung, Lumajang. Mereka tidak terima atas meninggalnya keluarga mereka yang berinisial  RH yang merupakan pelaku pencurian hewan.

    ” Kejadian ini dipicu adanya tersangka pencuri hewan yang meninggal di rumah sakit Bhayangkara Lumajang,” ujar Untoro Senin (13/10/2025).

  • Polisi Amankan 18 Orang Usai Penyerangan Mapolres Lumajang

    Polisi Amankan 18 Orang Usai Penyerangan Mapolres Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Sebanyak 18 orang diamankan polisi usai terlibat dalam aksi penyerangan Markas Kepolisian Resort (Polres) Lumajang, Minggu (12/10/2025) malam.

    Sebelumnya, puluhan warga asal Desa Ranuwurung, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang melakukan aksi anarkis karena tidak terima salah satu kerabatnya yang menjadi tersangka pencurian hewan meninggal dunia saat diamankan polisi.

    Massa mendatangi Mapolres Lumajang menggunakan sejumlah kendaraan bak terbuka. Tanpa basa-basi, mereka langsung merusak pagar dan melakukan pelemparan batu, papan pembatas parkir, hingga helm yang ada di area parkir ke arah petugas kepolisian.

    Kasi Humas Polres Lumajang, Ipda Untoro, menjelaskan bahwa amukan massa dipicu oleh meninggalnya tersangka kasus pencurian hewan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Lumajang pada Minggu sore. Peristiwa itu memicu kemarahan pihak keluarga yang tidak terima dengan kematian tersebut dan melayangkan protes ke Mapolres Lumajang.

    “Kejadian ini (penyerangan Mapolres Lumajang, Red) berawal dari adanya tersangka yang meninggal dunia di Rumah Sakit Bhayangkara,” terang Untoro, Senin (13/10/2025).

    Akibat aksi tersebut, sejumlah fasilitas di Mapolres Lumajang mengalami kerusakan ringan. Kerusakan terjadi pada portal gerbang, kaca di lantai dua gedung, serta helm dan kendaraan yang terparkir di halaman markas.

    Menurut Untoro, sebanyak 18 orang pelaku kerusuhan telah diamankan beserta dua unit mobil pikap yang digunakan untuk mengangkut massa aksi.

    “Jadi, saat ini ada 18 orang yang kita amankan dan sedang dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Meski terdapat kerusakan ringan, tapi situasinya sudah aman terkendali,” ungkap Untoro. [has/beq]

  • Ini Zona Merah Megathrust Selatan Jawa, Warga Waspadai Tsunami Raksasa

    Ini Zona Merah Megathrust Selatan Jawa, Warga Waspadai Tsunami Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bukti ilmiah tentang keberadaan tsunami raksasa yang pernah melanda wilayah selatan Jawa ribuan tahun lalu. Temuan ini merupakan hasil riset paleotsunami yang dilakukan oleh tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG), menjadi peringatan penting akan potensi ancaman megatsunami yang masih membayangi kawasan padat penduduk tersebut.

    Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya Putra, mengatakan, paleotsunami adalah kajian ilmiah untuk mengenali kejadian tsunami purba yang tidak tercatat dalam sejarah manusia.

    “Riset ini sangat penting, karena selatan Jawa terus berkembang dengan pembangunan infrastruktur strategis, sementara ancaman tsunami raksasa yang berulang justru belum sepenuhnya dipahami dan diantisipasi,” ungkap Purna dalam risetnya, dikutip Minggu (12/10/2025).

    Dia menjelaskan, salah satu temuan krusial BRIN adalah lapisan sedimen tsunami purba berumur sekitar 1.800 tahun yang ditemukan di berbagai titik di sepanjang selatan Jawa, seperti di Lebak, Pangandaran, dan Kulon Progo.

    “Dikarenakan penyebarannya yang meluas di banyak lokasi di selatan Jawa, jejak ini diperkirakan merupakan hasil dari tsunami raksasa yang disebabkan gempa megathrust berkekuatan magnitudo 9,0 atau lebih. Ini bukan satu-satunya. Jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu,” bebernya.

    Riset paleotsunami, lanjut Purna, dilakukan melalui pengamatan lapangan, salah satunya di lingkungan rawa dan laguna. Di mana, sedimen laut yang terbawa oleh gelombang tsunami lebih mudah dikenali dan terawetkan di lingkungan tersebut.

    Untuk membuktikan bahwa lapisan tersebut merupakan endapan tsunami, dilakukan analisis lanjutan seperti uji mikrofauna, kandungan unsur kimia, hingga pentarikhan umur radiokarbon.

    “Tantangannya adalah tak semua endapan tsunami purba bisa bertahan utuh dan terawetkan dengan baik, dan membedakan dengan sedimen akibat proses-proses lain seperti banjir atau badai pun memerlukan kehati-hatian,” tambahnya.

    Temuan Fakta Pernah Terjadi Tsunami Raksasa di Lokasi Ini 

    Dari hasil penelitian dan studi paleotsunami, Purna mengatakan tim riset menemukan di antaranya di Lebak (Banten), terdapat lapisan pasir kaya mikrofauna laut dan bongkahan kayu di kedalaman kurang dari 1 meter yang bukan berasal dari rawa. Selain itu ada juga temuan Mineral gloponid mengisi cangkang-cangkang dari foraminifera atau biota laut. Temuan branching coral atau coral bercabang dalam posisi berdiri yang tertimbun pasir. Diperkirakan berasal dari tsunami sekitar 400 tahun dan 3.000 tahun lalu.

    Sementara itu, lanjut Purna, di Pangandaran (Jawa Barat) terdapat endapan tsunami berlapis, termasuk lapisan pasir bergelombang yang mengindikasikan adanya dampak perubahan lingkungan yang berubah akibat uplift yang mengindikasikan telah terjadi gempa bumi dan tsunami yang besar. Sedangkan di daerah Adipala, Cilacap (Jawa Tengah) pihaknya menemukan radiolaria, mikrofauna laut dalam yang jarang ditemukan, di dalam lapisan tsunami. Umurnya diperkirakan sekitar 1.800 tahun.

    Di Kulonprogo (DIY), tim peneliti paleotsunami menemukan lapisan berisi cangkang foraminifera, termasuk ‘baby foram’, sebagai bukti kuat transportasi material laut. Tim menemukan ada tiga lapis paleo tsunami yang belum dilakukan dating. Umurnya diperkirakan lebih 1.800 tahun.

    “Di Kulonprogo ini kita menemukan ada tiga lapis paleo tsunami yang sebenarnya hasil dating-nya atau umurnya kita belum tahu karena masih dianalisis. Kita berharap yang lapisan yang tengah dan paling atas itu itu lebih mudah dari 1.800 sehingga kita bisa merekonstruksi lebih detail perulangan dari tsunami raksasanya,” ucap Purna.

    Sementara di Ujung Genteng (Jawa Barat) terdapat temuan lapisan pasir setebal 7 meter pada lingkungan rawa yang mengindikasikan tsunami berusia sekitar 4.300 dan 5.500 tahun. Di Lumajang (Jawa Timur) juga terdapat lapisan pasir kontras di antara lapisan lempung yang umurnya sekitar 300-400 tahun. Diduga bukan bagian dari tsunami raksasa seperti di wilayah barat, tapi tsunami lokal.

    “Bukti geologi keberadaan tsunami raksasa sudah ada. Tapi kita masih harus melakukan analisis lebih detil untuk memahami frekuensi dan dampaknya secara menyeluruh,” ujar Purna.

    Temuan tersebut menunjukkan bahwa tsunami raksasa di wilayah selatan Jawa bersifat berulang, dengan siklus sekitar 600-800 tahun. “Ini artinya, bukan soal apakah tsunami besar akan terjadi, tapi kapan,” tegas Purna.

    Foto: Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)
    Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)

    Antisipasi Gempa Megathrust Dahsyat dan Tsunami Raksasa

    Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan lebih dari 30 juta orang akan terekspos di wilayah pesisir selatan Jawa pada 2030, ancaman ini perlu menjadi perhatian serius.

    BRIN juga menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur di selatan Jawa – seperti bandara, pelabuhan, dan kawasan industri – belum sepenuhnya mengintegrasikan risiko tsunami. “Jika tidak dirancang dengan mempertimbangkan sejarah bencana, dampaknya akan sangat besar, baik dari sisi korban jiwa maupun kerugian ekonomi,” ujarnya.

    Dengan semakin banyak dibangunnya infrastruktur strategis di selatan Jawa, kawasan sekitarnyapun ikut berkembang, ditandai dengan semakin banyaknya fasilitas seperti hotel, restoran, hingga destinasi wisata baru akan ikut bermunculan.

    “Peningkatan aktivitas ini, meski memberikan dampak positif dari sisi ekonomi, juga secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana tsunami,” sebut Purna.

    Data paleotsunami yang dihasilkan BRIN dapat menjadi fondasi dalam penetapan kebijakan tata ruang dan mitigasi bencana. Informasi tentang sebaran wilayah terdampak, periode ulang, serta estimasi jarak genangan sangat berguna untuk menetapkan zona rawan, menentukan lokasi tempat evakuasi, dan merancang jalur evakuasi yang efisien.

    “Pemerintah daerah sebaiknya mulai memanfaatkan data ini untuk menyusun rencana pembangunan yang berwawasan risiko, serta melakukan sosialisasi rutin ke masyarakat,” tegasnya.

    BRIN mendorong agar edukasi kebencanaan berbasis riset ditingkatkan di sekolah-sekolah, media massa, hingga komunitas lokal.

    Sebagai peneliti, Purna mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pemangku kepentingan di daerah masing-masing. “Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirine atau pemberitahuan. Segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama, dan kesiapsiagaan adalah kunci keselamatan,” pesannya.

    Dengan hasil riset ini, BRIN mengajak semua pihak, baik pemerintah, akademisi, media, dan masyarakat untuk bersama-sama membangun budaya sadar risiko. “Tsunami mungkin tak bisa dicegah, tapi korban jiwa dan kerugian bisa kita minimalisir dengan pengetahuan dan kesiapan,” pungkas Purna.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Job Fair Lumajang 2025 Buka 1.534 Lowongan Kerja, dari Lulusan SD hingga Sarjana

    Job Fair Lumajang 2025 Buka 1.534 Lowongan Kerja, dari Lulusan SD hingga Sarjana

    Lumajang (beritajatim.com) – Penyerapan tenaga kerja melalui bursa kerja atau job fair akhirnya akan diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (11/10/2025).

    Dalam gelaran job fair ini, tersedia 1.534 lowongan kerja yang disediakan oleh 15 perusahaan. Penyediaan lowongan tersebut terbuka untuk berbagai jenjang pendidikan, mulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) hingga sarjana.

    Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan, pelaksanaan job fair menjadi langkah penting untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja dari kalangan usia produktif. “Untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja bagi warga Lumajang yang ada di usia produktif, kita fasilitasi job fair di Selokambang besok, Sabtu,” terang Indah, Jumat (10/10/2025).

    Pelaksanaan job fair ini akan digelar di kawasan wisata Pemandian Alam Selokambang, Desa Petahunan, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang.

    Menurut Bupati Indah, warga Lumajang yang belum menempuh pendidikan tinggi tidak perlu risau, karena lowongan kerja tersedia untuk semua jenjang. “Akan ada banyak sekali lowongan pekerjaan, mulai dari lulusan SD hingga sarjana, semuanya ada,” tambahnya.

    Informasi ketersediaan lowongan kerja ini menjadi kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan warga Lumajang. Indah mengimbau masyarakat yang belum memiliki pekerjaan untuk datang dan mengikuti job fair, agar bisa segera bekerja dan mandiri secara ekonomi. “Ayo, bagi semua warga Lumajang yang masih belum punya pekerjaan, datang dan ambil kesempatan emas di job fair Lumajang,” ajaknya.

    Berkas yang Harus Disiapkan Peserta Job Fair

    Surat lamaran kerja
    Pas foto
    Fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
    Ijazah terakhir dan transkrip nilai
    Daftar riwayat hidup (CV)
    Surat pengalaman kerja (jika ada)

    Daftar 15 Perusahaan yang Bergabung dalam Job Fair Kabupaten Lumajang 2025

    Gajah Mada Hotel dan Resto
    PT Prima Sejahtera Indonesia
    BPR Dharma Indra
    PT Indomarco Prismatama (Indomaret)
    Micro Madani Institute (MMI)
    PT Tri Tunggal Laksana
    PT Bina Artha Ventura
    CV Lab Persada
    PT Pakuwon Riski Sentosa
    Gajah Mada Plaza dan Toserba
    PT Anugerah Rimba Raya
    BTPN Syariah
    PT Tekad Karya Putera
    PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart)
    PT Java Olah Sumber Sukses

    Informasi lengkap mengenai jumlah lowongan dan persyaratan dapat dilihat melalui website resmi Disnaker Lumajang di disnaker.lumajangkab.go.id . [has/kun]

  • Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Jatim Terjadi 10-14 Oktober, Begini Penjelasan dan Jadwal

    Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Jatim Terjadi 10-14 Oktober, Begini Penjelasan dan Jadwal

    Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena kulminasi atau yang populer disebut ‘hari tanpa bayangan’ diprediksi akan melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur mulai tanggal 10 hingga 14 Oktober 2025.

    Peristiwa unik ini terjadi karena posisi Matahari berada tepat di atas kepala pengamat, atau di titik zenit.

    Secara ilmiah, kulminasi utama terjadi tepat ketika nilai deklinasi Matahari sama dengan nilai lintang pengamat.

    Deklinasi adalah sudut antara garis khatulistiwa dengan benda langit, sementara lintang pengamat menunjukkan posisi geografis pengamat di Bumi. Kesamaan nilai sudut ini adalah syarat utama terjadinya fenomena ‘hari tanpa bayangan’.

    Ketika syarat tersebut terpenuhi, Matahari akan berada tepat di atas pengamat. Akibatnya, bayangan dari benda tegak, seperti tiang atau tugu, akan terlihat ‘menghilang’. Ini terjadi karena bayangan tersebut jatuh tepat di bawah benda dan bertumpuk dengannya. Inilah alasan mengapa hari kulminasi utama juga dikenal sebagai ‘hari tanpa bayangan’.

    Sementara, dampak yang mungkin dirasakan saat terjadi kulminasi adalah cuaca terasa lebih terik dari biasanya.

    Menurut Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Bhilda Maulida, fenomena kulminasi akan memiliki pengaruh langsung pada suhu udara. Hal ini berpotensi membuat cuaca yang dirasakan menjadi semakin terik.

    “Saat kulminasi, apabila kondisi cuaca cerah dan tutupan awan sedikit, panas matahari akan langsung masuk ke permukaan bumi tanpa hambatan,” ujar Bhilda, Jumat (10/10/2025).

    ​Namun, Bhilda menambahkan, dampak sebaliknya juga bisa terjadi. Pemanasan matahari tidak akan maksimal atau terasa menyengat apabila terdapat banyak tutupan awan atau kondisi cuaca lain yang menghalangi sinar matahari, seperti hujan.

    ​Mengingat potensi cuaca terik saat kulminasi dengan kondisi cerah, BMKG menyampaikan sejumlah imbauan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dengan menghindari paparan sinar matahari secara langsung.

    ​”Karena intensitas radiasi matahari dan sinar UV sangat tinggi, maka akan memiliki dampak buruk bagi kulit” imbau Bhilda.

    ​Selain itu, Bhilda juga mengimbau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum harian yang cukup. Minum air yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi, terutama saat cuaca benar-benar terasa terik.

    ​Imbauan serupa juga berlaku bagi masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena hari tanpa bayangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengamati momen langka ini.

    ​”Jika ingin mengamati fenomena tanpa bayangan di luar ruangan pada detik-detik kulminasi, sebaiknya gunakan tabir surya atau pakaian, payung, dan topi yang dapat melindungi kulit dari panas matahari,” tutup Bhilda. (rma/ted)

    *Berikut jadwal hari tanpa bayangan yang terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Timur mulai tanggal 10 – 14 Oktober 2025:*

    • 10 Oktober 2025

    – Tuban 11.18 WIB

    • 11 Oktober 2025

    – Sumenep 11.11 WIB
    – Pamekasan 11.12 WIB
    – Sampang 11.13 WIB
    – Bangkalan 11.15 WIB
    – Gresik 11.16 WIB
    – Lamongan 11.17 WIB
    – Bojonegoro 11.19 WIB

    • 12 Oktober 2025

    – Pasuruan 11.14 WIB
    – Bangil 11.15.22 WIB
    – Sidoarjo 11.15 WIB
    – Surabaya 11.15 WIB
    – Mojosari 11.16 WIB
    – Mojokerto 11.16 WIB
    – Jombang 11.17 WIB
    – Nganjuk 11.18 WIB
    – Caruban 11.19 WIB
    – Madiun 11.20 WIB
    – Ngawi 11.20 WIB
    – Magetan 11.21 WIB

    • 13 Oktober 2025

    – Situbondo 11.10 WIB
    – Bondowoso 11.10 WIB
    – Kraksaan 11.12 WIB
    – Probolinggo 11.13 WIB
    – Malang 11.15 WIB
    – Batu 11.16 WIB
    – Ngasem 11.18 WIB
    – Kediri 11.18 WIB
    – Ponorogo 11.20 WIB

    • 14 Oktober 2025

    – Banyuwangi 11.08 WIB
    – Jember 11.11 WIB
    – Lumajang 11.13 WIB
    – Kepanjen 11.15 WIB
    – Kanigoro 11.17 WIB
    – Blitar 11.17 WIB
    – Tulungagung 11.18 WIB
    – Trenggalek 11.19 WIB
    – Pacitan 11.21 WIB.