kab/kota: Lumajang

  • Warga Lereng Semeru Enggan Tempati Huntap, Keluhkan Lokasi Terlalu Jauh dari Mata Pencaharian

    Warga Lereng Semeru Enggan Tempati Huntap, Keluhkan Lokasi Terlalu Jauh dari Mata Pencaharian

    Lumajang (beritajatim.com) – Sejumlah warga terdampak erupsi Gunung Semeru kembali memilih pulang ke rumah lama meski berada di kawasan rawan bencana. Mereka menilai hunian tetap (huntap) yang disediakan pemerintah tidak mampu menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.

    Masyarakat beralasan lokasi huntap terlalu jauh dari sumber penghidupan yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Kondisi tersebut membuat sebagian warga enggan berpindah meskipun risiko tinggal di wilayah berbahaya sangat tinggi.

    Ahmadi (47), warga Dusun Sumbersari, Supiturang, termasuk yang mempertahankan keputusan tinggal di rumah asalnya. Ia mengaku huntap yang berada di Kecamatan Candipuro tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya sebagai pekerja serabutan.

    “Lokasinya terlalu jauh dari tempat kami mencari nafkah,” ujar Ahmadi. Ia menambahkan bahwa sebagian besar warga Supiturang bekerja di sektor pertanian dan sangat bergantung pada akses dekat dengan ladang.

    Ahmadi menjelaskan bahwa jarak sekitar 12 kilometer menuju huntap membuat dirinya takut kehilangan sumber pendapatan. Ia biasa mengambil pekerjaan buruh tani dan kuli bangunan yang lokasinya tersebar di sekitar lereng Semeru.

    “Kalau pindah ke sana, kami khawatir tidak bisa bekerja seperti biasa,” katanya. Menurutnya, pendapatan keluarga bisa terancam bila harus tinggal jauh dari area kerja sehari-hari.

    Meski rumahnya telah hancur akibat diterjang Awan Panas Guguran, Ahmadi tetap merasa lebih aman secara ekonomi bila tetap tinggal di sekitar Supiturang. Baginya, mempertahankan pekerjaan lebih penting demi keberlangsungan keluarga.

    “Ini memang risikonya besar, tapi kami tidak punya pilihan lain,” ucapnya. Ia mengaku selalu diliputi kekhawatiran, namun kebutuhan hidup membuatnya bertahan.

    Saat ini, ia dan keluarganya kembali mengungsi di posko terdekat sambil menunggu kondisi membaik. Mereka bersama warga lain berusaha menyelamatkan barang-barang yang masih bisa digunakan dari reruntuhan rumah.

    Sebagian warga berharap pemerintah dapat meninjau ulang lokasi huntap atau menawarkan pilihan relokasi yang lebih dekat dengan ladang dan area kerja. Menurut mereka, relokasi seharusnya mempertimbangkan aspek kesejahteraan, bukan hanya keamanan fisik semata.

    Hingga kini, aktivitas Gunung Semeru masih menunjukkan peningkatan sehingga warga di sekitar zona merah diimbau tetap waspada. Aparat terus melakukan pemantauan untuk memastikan proses evakuasi berjalan aman dan tertib. [ada/beq]

  • Kondisi 3 Korban Luka Bakar Erupsi Semeru di RSUD Haryoto Lumajang

    Kondisi 3 Korban Luka Bakar Erupsi Semeru di RSUD Haryoto Lumajang

    Jakarta

    Tiga warga dilaporkan mengalami luka bakar akibat awan panas guguran (APG) dan material vulkanik erupsi Gunung Semeru. Ketiganya saat ini menjalani perawatan intensif di RSUD Haryoto Lumajang.

    Dilansir detikJatim, Jumat (21/11/2025), kondisi korban disampaikan oleh dr. Riana Sesanti, Sp.KFR, yang bertugas sebagai Wakil Direktur Layanan RSUD Haryoto.

    Menurut penjelasannya, dua dari tiga korban merupakan pasangan suami istri asal Kediri, yaitu Normawati (42) dan Hariyono (49). Keduanya mengalami luka bakar grade 2 dengan luas sekitar 11 persen di area wajah dan tangan.

    Selain itu, keduanya juga mengalami trauma inhalasi atau cedera pada saluran pernapasan akibat menghirup udara panas dan debu vulkanik.

    “Dua orang kami terima tadi malam. Keduanya langsung kami tangani di IGD dan masuk kamar operasi untuk perawatan luka bakarnya. Mereka mengalami luka bakar 11 persen di area wajah dan tangan, dan ada trauma inhalasi,” ujar dr. Riana, Kamis (20/11).

    Baca selengkapnya di sini.

    (rfs/rfs)

  • 187 Pendaki Terjebak di Ranukumbolo, 66 Orang Berhasil Dievakuasi Lebih Dulu

    187 Pendaki Terjebak di Ranukumbolo, 66 Orang Berhasil Dievakuasi Lebih Dulu

    Lumajang (beritajatim.com) – Upaya evakuasi pendaki yang terjebak di Ranukumbolo saat erupsi Gunung Semeru mulai menunjukkan perkembangan signifikan. Dari total 187 pendaki dan petugas yang tertahan sejak Rabu (19/11/2025) sore, sebanyak 66 orang telah berhasil mencapai Ranu Pani dengan selamat pada Kamis (20/11/2025) siang.

    Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha, menyampaikan bahwa jumlah korban terjebak meningkat dari data awal 178 orang menjadi 187 orang setelah pendataan ulang. Jumlah itu mencakup 137 pendaki, serta petugas, pemandu, porter, dan tim dari Kementerian Pariwisata yang berada di jalur pendakian.

    “Totalnya ada 187 orang yang sempat tertahan di Ranukumbolo sejak kemarin. Cuaca hujan deras dan medan yang gelap membuat perjalanan turun sangat berisiko, sehingga seluruh rombongan diminta bertahan,” jelas Rudijanta saat dikonfirmasi melalui pesan whatsapp.

    Evakuasi baru bisa dilakukan pada Kamis pagi setelah kondisi cuaca membaik dan jarak pandang meningkat. Rombongan pertama bergerak turun dari Ranukumbolo sekitar pukul 07.30 WIB. Petugas gabungan TNBTS, relawan pendakian, dan tim SAR memandu pendaki melalui jalur aman menuju Ranu Pani.

    Rombongan berikutnya mulai bergerak menyusul, dan pada pukul 09.30 WIB seluruh kloter telah meninggalkan area Ranukumbolo. Hingga pukul 13.30 WIB, tercatat 66 pendaki sudah tiba di Ranu Pani. Mereka langsung mendapatkan pemeriksaan kondisi kesehatan serta pendataan identitas oleh tim medis dan petugas pos pendakian.

    “Ya, sementara 66 orang pendaki sudah sampai di Ranu Pani dan rombongan terakhir sudah ada di pos 3 dan 2,” terang Rudijanta.

    Petugas menyebut sebagian pendaki mengalami kelelahan akibat bermalam dalam kondisi cuaca ekstrem, namun secara umum berada dalam kondisi stabil. Tidak ada laporan cedera serius.

    Sementara itu, kelompok lain masih berada di jalur evakuasi antara pos 3 dan pos 2. Petugas terus memantau pergerakan mereka melalui titik-titik komunikasi di sepanjang jalur. Upaya percepatan evakuasi dilakukan dengan memperkuat personel di titik rawan dan memastikan setiap kelompok tetap dalam formasi aman.

    Rudijanta menegaskan bahwa Ranukumbolo berada di zona aman dari paparan langsung aktivitas erupsi. Arah lontaran material dan awan panas Semeru mengarah ke sektor selatan–tenggara, sedangkan Ranukumbolo berada di utara, sehingga tidak terdampak langsung.

    Sebagai langkah antisipasi, pendakian Gunung Semeru menuju Ranukumbolo ditutup total hingga kondisi aktivitas vulkanik dinyatakan aman. Petugas terus melakukan koordinasi dengan PVMBG untuk memantau perkembangan aktivitas gunung.

    “Keselamatan pendaki menjadi prioritas utama. Karena aktivitas vulkanik masih tinggi, pendakian kami tutup sampai ada perubahan status,” tegasnya.

    Hingga berita ini diturunkan, petugas masih fokus menuntaskan evakuasi sisa pendaki yang belum tiba di Ranu Pani. (ada/ian)

  • Korban Luka akibat Erupsi Gunung Semeru Bertambah Jadi 3 Orang
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        20 November 2025

    Korban Luka akibat Erupsi Gunung Semeru Bertambah Jadi 3 Orang Surabaya 20 November 2025

    Korban Luka akibat Erupsi Gunung Semeru Bertambah Jadi 3 Orang
    Tim Redaksi
    LUMAJANG, KOMPAS.com
    – Korban luka akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bertambah satu orang.
    Sebelumnya, korban erupsi
    Gunung Semeru
    diketahui adalah pasangan suami istri asal Kabupaten Kediri.
    Keduanya mengalami luka bakar di bagian lengan dan wajah usai menerobos Jembatan Gladak Perak saat awan panas melintas di bawahnya.
    Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triono mengatakan, korban luka akibat erupsi bertambah satu orang sehingga totalnya menjadi tiga orang.
    Identitas korban diketahui bernama Husen, warga Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.
    Korban mengalami luka bakar saat hendak mengambil pakaian untuk putranya di Dusun Sumbersari, Kecamatan Pronojiwo.
    Lokasi tersebut, merupakan area terparah yang terdampak erupsi Gunung Semeru.
    “Korban luka total tiga orang, ketiganya mengalami luka bakar ada yang 20 persen, ada yang 18 persen,” kata Agus.
    Menurut Agus, ketiga korban saat ini tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haryoto Lumajang.
    “Informasi terakhir yang kami peroleh dari rumah sakit, ketiga korban saat ini sedang dirawat di ruang ICU,” kata dia.
    Data terbaru BPBD Lumajang, erupsi Gunung Semeru menyebabkan 21 rumah dan satu gedung sekolah rusak. Sedangkan, jumlah pengungsi di sembilan lokasi tercatat sebanyak 1.116 jiwa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tangis Tukiyem: Rumah Hancur dan Panen Gagal, Bertahan dari Terjangan Semeru

    Tangis Tukiyem: Rumah Hancur dan Panen Gagal, Bertahan dari Terjangan Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Letusan Gunung Semeru pada Rabu (19/11/2025) siang kemarin menyisakan kepedihan mendalam bagi warga lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut. Termasuk Tukiyem, penyintas yang tinggal di Dusun Sumbersari Umbulan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.

    Dengan suara bergetar, ibu empat anak itu menceritakan ulang detik-detik ketika awan panas guguran (APG) meluncur deras ke permukiman dan memaksanya berlari menyelamatkan diri tanpa sempat menyentuh barang berharga sedikit pun.

    Saat letusan terjadi, Tukiyem sedang berada di dalam rumahnya. Ia hendak memasak untuk keluarganya yang sedang beristirahat setelah beraktivitas di ladang. Cuaca saat itu mendung, namun tak ada yang mengira bahwa beberapa menit kemudian suasana berubah mencekam.

    “Awalnya saya di rumah mau masak. Tiba-tiba orang-orang teriak suruh keluar, katanya gunung meletus. Bersamaan dengan itu, suara alarm tanda bahaya juga tak kunjung berhenti,” tuturnya.

    Tak lama setelah teriakan itu terdengar suara dentuman besar dari arah puncak Semeru. Material vulkanik bergemuruh menuruni lereng. “Begitu dengar suara ledakan, saya langsung panik dan nangis. Jam dua siang itu saya nggak mikir apa-apa, langsung lari. Nggak bawa baju, nggak bawa uang, hanya bawa diri,” katanya.

    Ia menggambarkan kepanikan warga yang berhamburan ke jalan. Anak-anak menangis mencari orang tua, sementara orang dewasa saling berteriak mencoba mengarahkan evakuasi. Dalam situasi itu, Tukiyem hanya memikirkan keluarganya: suami, empat anak, serta beberapa cucu yang tinggal bersamanya. “Alhamdulillah semua keluar. Nggak ada yang tertinggal,” ucapnya penuh syukur.

    Namun keselamatan itu harus dibayar mahal. Rumah yang ia tinggali bertahun-tahun kini hanya tersisa puing yang berlapis material vulkanik.

    “Dua hari saya mengungsi, baru dengar kabar rumah saya habis. Barang-barang sudah nggak bisa diambil. Baju nggak ada, peralatan mandi nggak ada. Rumah rata, nggak ada yang bisa diselamatkan,” ujarnya.

    Tidak hanya kehilangan tempat tinggal, sumber penghidupan Tukiyem juga ikut musnah. Ladang cabai dan padi yang beberapa hari lagi siap panen kini tertutup batu dan pasir panas.

    “Saya sebelum meletus itu nanam cabai sama padi. Tinggal nunggu panen, tapi ya sudah, sekarang semua gagal. Banyak batu besar di ladang, tanamannya mati semua,” katanya.

    Kerugian semakin membengkak setelah lima ekor kambing yang selama ini menjadi tabungan keluarga juga ditemukan mati. “Kambing lima ekor mati semua. Mau gimana? Itu tabungan saya. Rumah saja habis, panen hilang, kambing mati. Mau kerja apa? Nggak ada apa-apa lagi,” ungkapnya sambil menahan tangis.

    Tukiyem mengaku bahwa erupsi kali ini bukan yang pertama ia alami. “Ini sudah empat kali saya terdampak. Tapi ya tetap saja, setiap kejadian pasti panik. Nggak pernah ada waktu untuk siap,” tuturnya. Menurutnya, alarm peringatan yang berbunyi saat itu membuat warga semakin cemas. “Alarm bunyi terus. Orang-orang langsung lari semua.”

    Kini, Tukiyem bersama ratusan warga lain bertahan di pengungsian. Kebutuhan dasar mulai menipis, terutama pakaian dan bahan-bahan harian. “Saya butuh baju, alat mandi, minyak, beras. Semua sudah habis. Mau pulang juga nggak bisa, karena di rumah sudah nggak ada apa-apa,” jelasnya.

    Meski demikian, ia tetap menyisakan sedikit harapan. Yang terpenting, kata dia, keluarganya selamat. “Alhamdulillah anak empat, cucu, suami semua selamat. Harta habis nggak apa-apa, yang penting keluarga lengkap,” kata Tukiyem menutup ceritanya—sebuah kisah tentang kehilangan, kepanikan, dan ketangguhan warga lereng Semeru menghadapi bencana yang berulang. (ada/kun)

  • Air Water Canon Polres Lumajang Diterjunkan untuk Pembersihan Material Vulkanik Erupsi Gunung Semeru

    Air Water Canon Polres Lumajang Diterjunkan untuk Pembersihan Material Vulkanik Erupsi Gunung Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Kepolisian Resort (Polres) Lumajang menerjunkan mobil air water canon (AWC) untuk membersihkan sisa material vulkanik erupsi awan panas Gunung Semeru, Kamis (20/11/2025).

    Salah satu titik yang mendapat penyemprotan dari unit AWC terletak di kawasan jembatan Besuk Kobokan di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

    Sisa material lumpur dan abu vulkanik awan panas ini sempat menumpuk di badan jembatan hingga menyebabkan jalanan menjadi licin.

    Kapolres Lumajang AKBP Alex Sandy Siregar mengatakan, material vulkanik yang menutup jalan dapat membahayakan pengguna jalan.

    Hal ini membuat proses percepatan pembersihan material harus cepat dilakukan dengan pengerahan satu armada water canon.

    “Tentu kami berupaya membantu mempercepat proses normalisasi akses. Dengan semprotan bertekanan tinggi, sehingga lumpur dapat lebih cepat dibersihkan dan mobilitas warga dapat kembali normal,” terang Alex saat dikonfirmasi, Kamis (20/11/2025).

    Menurutnya, selain membantu proses pembersihan jembatan, pihaknya juga memastikan aliran air di sisi jembatan tidak tersumbat agar tidak menimbulkan genangan.

    Alex mengaku, saat ini badan jembatan sudah bersih dari material dan dapat dilewati dengan normal oleh pengendara.

    Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk selalu waspada saat melintasi jalur jembatan Besuk Kobokan.

    “Kondisi jembatan telah kembali dapat dilalui dengan lebih aman, tapi kami tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang masih fluktuatif,” ungkap Alex. (has/ian)

  • Imbas Erupsi Awan Panas Gunung Semeru, Ribuan Warga Lumajang Masih Bertahan di Pengungsian

    Imbas Erupsi Awan Panas Gunung Semeru, Ribuan Warga Lumajang Masih Bertahan di Pengungsian

    Lumajang (beritajatim.com) – Total ada sebanyak 1.100 warga dari dua kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang diketahui masih bertahan di tempat pengungsian pada, Kamis (20/11/2025).

    Hal ini disampaikan langsung oleh Sekertaris Daerah (Sekda) Lumajang Agus Triyono saat memantau kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru.

    Menurutnya, saat ini sedikitnya sudah ada 11 titik pengungsian yang disiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang bagi warga terdampak.

    Sebanyak 7 titik pengungsian diketahui berada di Kecamatan Pronojiwo, dan 4 sisanya terletak di Kecamatan Candipuro.

    “Sampai tadi malam (Rabu), data kita itu kurang lebih ada 1.100 warga yang mengungsi di 11 titik pengungsian,” terang Agus, Kamis (20/11/2025).

    Agus mengaku, jumlah warga yang saat ini mengungsi tergolong fluktuatif atau tidak tetap. Kondisi ini terjadi karena mayoritas warga baru berada di pengungsian saat malam hari.

    Sedangkan, saat siang hari mereka akan kembali ke rumahnya masing-masing untuk memeriksa kondisi kediamannya.

    “Ini saya cek ke lokasi-lokasi tersebut (pengungsian), ternyata warga banyak yang izin pamit untuk pulang melihat rumahnya barangkali ada barang-barang yang bisa diambil. Jadi, setelah melihat rumahnya yang terdampak, mereka akan kembali lagi ke pengungsian,” tambah Agus.

    Sebagai penanganan, proses pendataan akan kembali dilakukan untuk memastikan jumlah penduduk terdampak yang ada di tempat pengungsian. Jumlah warga mengungsi akan dihitung kembali di setiap titik pengungsian yang ada saat ini.

    “Tentu nantinya akan kita data kembali di masing-masing tempat pengungsian saat mereka ini sudah kembali,” ungkap Agus. (has/ian)

  • BPBD Malang Distribusikan Logistik Bantu Penanganan Erupsi Semeru

    BPBD Malang Distribusikan Logistik Bantu Penanganan Erupsi Semeru

    Malang (beritajatim.com) – BPBD Kabupaten Malang mendistribusikan sejumlah bantuan berupa logistik bagi penyintas erupsi Semeru, Kamis (20/11/2025).

    Berdasarkan laporan dari TRC PB BPBD di lapangan, saat ini pengungsi tersebar di 7 titik pengungsian dengan data pengungsian.

    Titik lokasi pengungsian di SDN 02 Sumberurip, Lumajang terdapat 53 pengungsi laki laki. Sementara pengungsi perempuan sejumlah 59 orang.Total pengungsi sejumlah 112 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat lansia 7 orang, balita 11 orang dan ibu hamil 1 orang.

    Kemudian titik lokasi pengungsian di SDN 04 Supiturang, Pronojiwo, Lumajang terdapat 44 pengungsi laki-laki dan engungsi perempuan sejumlah 45 orang.Total pengungsi sejumlah 89 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat lansia 3 orang, balita 7 orang dan warga yang sedang sakit 1 orang.

    “Ada juga titik lokasi pengungsian Pom Mini Supiturang. Pengungsi Laki-laki sejumlah 45 orang. Pengungsi Perempuan sejumlah 45 orang. Total pengungsi sejumlah 90 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat lansia 4 orang, balita 7 orang dan warga yang sedang sakit 1 orang,” ungkap Habis Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan.

    Titik lokasi pengungsian juga berada di Balai Desa Oro-oro Ombo dengan jumlah pengungsi 80 orang laki laki dan perempuan sejumlah 100 orang. Total pengungsi sejumlah 180 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat lansia 8 orang, balita 30 orang dan warga yang sedang sakit 1 orang.

    Titik lokasi pengungsian berikutnya juga berada di Masjid Nurul Jadid Supiturang. Pengungsi Laki-laki sejumlah 53 orang. Pengungsi Perempuan sejumlah 69 orang. Total pengungsi di tempat itu sejumlah 122 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat lansia 7 orang dan ibu hamil 1 orang.

    Kemudian lokasi pengungsian juga berada di Bumdes Sumberurip dengan jumlah pengungsi laki laki sebanyak 11 orang. Pengungsi perempuan sejumlah 15 orang. Total pengungsi sejumlah 26 orang. Serta warga juga mengungsi di Masjid Oro-oro Ombo. Dengan jumlah pengungsi laki-laki sejumlah 22 orang. Pengungsi Perempuan sejumlah 15 orang. Total pengungsi sejumlah 37 orang

    “Pada siang hari sebagian besar pengungsi sudah kembali ke kediaman masing-masing,” kata Sadono.

    Adapun kebutuhan mendesak yang di perlukan masyarakat terdampak erupsi Semeru terdiri dari masker,
    air mineral dan penyediaan dapur umum.

    Sementara BPBD Kabupaten Malang juga mendistribusikan bantuan logistik dampak erupsi gunung semeru berupa 480 kaleng makanan siap saji. Kemudian lauk pauk 480 kaleng. Family kids sebanyak 100 paket. Selimut oren sebanyak 500 lembar. Air mineral BNPB 42 Box. Lalu sandang wanita 50 paket, sandang pria 50 paket, sandang lansia 50 paket, dan makanan bayi 100 pcs. (yog/ian)

  • Gunung Semeru Alami 32 Gempa Guguran, Warga Diminta Menjauh 20 Km dari Besuk Kobokan

    Gunung Semeru Alami 32 Gempa Guguran, Warga Diminta Menjauh 20 Km dari Besuk Kobokan

    Jakarta: Gunung Semeru kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Dalam enam jam pengamatan pada Kamis, 20 November 2025 yakni pada pukul 00.00–06.00 WIB, gunung api tertinggi di Jawa ini mencatat 32 gempa guguran, menandakan aktivitas vulkanik yang masih tinggi.

    “Aktivitas Gunung Semeru untuk pengamatan kegempaan tercatat 32 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-16 mm dan lama gempa 69-108 detik,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang dikutip dari Antara, Kamis, 20 November 2025.
    Tak hanya guguran, semeru juga alami 25 erupsi
    Selain gempa guguran, Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang juga mencatat 25 gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 71-141 detik.

    Yadi menambahkan bahwa aktivitas lain yang terdeteksi meliputi satu gempa embusan (amplitudo 3 mm, 67 detik), satu gempa tektonik jauh (amplitudo 30 mm, S-P 21 detik, durasi 77 detik).
     

    Dalam pengamatan visual, kondisi gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut dengan cuaca cenderung mendung dan angin lemah ke arah utara, tenggara, serta selatan.
    Status Level IV (Awas) masih berlaku
    Gunung Semeru telah berada pada status Awas atau Level IV sejak Rabu, 19 November 2025 pukul 17.00 WIB. Peningkatan aktivitas ini membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting bagi masyarakat.

    Masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi). 

    “Di luar jarak tersebut, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar,” katanya. 

    PVMBG juga mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

    Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

    Jakarta: Gunung Semeru kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Dalam enam jam pengamatan pada Kamis, 20 November 2025 yakni pada pukul 00.00–06.00 WIB, gunung api tertinggi di Jawa ini mencatat 32 gempa guguran, menandakan aktivitas vulkanik yang masih tinggi.
     
    “Aktivitas Gunung Semeru untuk pengamatan kegempaan tercatat 32 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-16 mm dan lama gempa 69-108 detik,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang dikutip dari Antara, Kamis, 20 November 2025.
    Tak hanya guguran, semeru juga alami 25 erupsi
    Selain gempa guguran, Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang juga mencatat 25 gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 71-141 detik.
     
    Yadi menambahkan bahwa aktivitas lain yang terdeteksi meliputi satu gempa embusan (amplitudo 3 mm, 67 detik), satu gempa tektonik jauh (amplitudo 30 mm, S-P 21 detik, durasi 77 detik).
     

    Dalam pengamatan visual, kondisi gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut dengan cuaca cenderung mendung dan angin lemah ke arah utara, tenggara, serta selatan.
    Status Level IV (Awas) masih berlaku
    Gunung Semeru telah berada pada status Awas atau Level IV sejak Rabu, 19 November 2025 pukul 17.00 WIB. Peningkatan aktivitas ini membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting bagi masyarakat.

    Masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi). 
     
    “Di luar jarak tersebut, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar,” katanya. 
     
    PVMBG juga mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
     
    Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (ANN)

  • AirNav Pastikan Arus Penerbangan tak Terganggu Aktivitas Semeru

    AirNav Pastikan Arus Penerbangan tak Terganggu Aktivitas Semeru

    JAKARTA – Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia memastikan arus penerbangan di bandar udara tidak terganggu dengan peningkatan ativitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

    “Sampai informasi ini kami terbitkan, situasinya belum pada kondisi yang memaksa untuk dilakukannya penutupan ruang udara karena ancaman awan abu vulkanik,” kata EVP of Corporate Secretary AirNav Indonesia Hermana Soegijantoro dalam keterangan tertulis dilansir ANTARA, Kams, 20 November.

    Ia menjelaskan, untuk saat ini aktivitas rute penerbangan khususnya di bandara-bandara sekitar Malang, Banyuwangi, Surabaya dan Yogyakarta, semuanya masih berjalan normal seperti biasanya.

    “Tidak ada bandara yang ditutup dan sejauh ini tidak ada penerbangan yang dibatalkan,” ucapnya.

    Hermana menegaskan, AirNav Indonesia terus melakukan pemantauan secara intensif terhadap rute penerbangan maupun bandara-bandara yang berpotensi terdampak, serta secara konsisten menginformasikan perkembangan terkini melalui penerbitan ASHTAM.

    “Update terakhir adalah ASHTAM nomor VAWR6038 yang kami rilis melalui International NOTAM Office AirNav Indonesia pada 20 November 2025, pukul 02:00 UTC (09.00 WIB),” paparnya.

    Berdasarkan laporan ASHTAM, disebutkan status Gunung Semeru ditetapkan dengan status ”Red Code”, atau yang berarti aktivitas letusan cukup signifikan dan berpotensi mengganggu jalur penerbangan.

    Abu vulkanik terpantau berada pada dua ketinggian berbeda. Pada level rendah, sebaran abu berada pada permukaan hingga sekitar FL150 (±4.500 meter), bergerak ke tenggara dengan kecepatan angin sekitar 5 knot.

    Kemudian, sebaran abu pada level tinggi, berada pada permukaan hingga sekitar FL450 (±13.500 meter), bergerak ke barat daya dengan kecepatan sekitar 15 knot.

    “ASHTAM kami rilis kepada seluruh stakeholders yang berkepentingan, baik di dalam maupun luar negeri. Masa berlakunya 24 jam, hingga ada pemberitahuan lebih lanjut,” jelasnya.

    Dia menerangkan, data ASHTAM yang berisi informasi teknis menjadi acuan penting bagi seluruh pemangku kepentingan penerbangan dalam pengambilan keputusan terkait mitigasi, penyesuaian rute penerbangan, serta pengaturan lalu lintas udara.

    “Dokumen ini diterbitkan sebagai peringatan keselamatan penerbangan karena Semeru terpantau masih mengeluarkan abu vulkanik,” ungkapnya.

    Ia menerangkan, informasi yang dikumpulkan NOTAM Office AirNav Indonesia dari pelbagai sumber antara lain citra satelit Himawari-8, kamera pemantau (webcam), serta data dari Pusat Vulkanologi (PVMBG).

    Pada pengamatan terakhir sebelum ASHTAM dirilis, abu pada ketinggian tinggi sudah sulit terlihat karena tertutup awan cuaca, namun model pergerakan menunjukkan abu tersebut akan melemah dalam beberapa jam ke depan.

    “Hari ini, kami juga menghimpun data dari hasil paper test yang dilakukan PT Angkasa Pura Indonesia maupun Kantor Otoritas bandara (Otban) pada bandara-bandara terdekat, seperti Bandara Abdurrahman Saleh (Malang), Bandara YIA dan Adi Sucipto (Yogjakarta) dan Bandara AdiSumarmo (Solo). Alhamdulillah, semua hasilnya negatif,” kata dia.

    Sebagaimana diketahui, status kewaspadaan Gunung Semeru ditetapkan pada Level IV (Awas) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

    Menyikapi itu, AirNav Indonesia secara berkala terus memperbarui informasi ini secara real-time kepada pilot dan maskapai untuk memastikan keselamatan penerbangan tetap terjaga.

    Pemutakhiran jalur penerbangan dilakukan apabila diperlukan, sesuai perkembangan terbaru dari pusat informasi vulkanik dan satelit cuaca.