kab/kota: London

  • Trump Sebut Dapat Kabar Baik dari Pertemuan dengan China

    Trump Sebut Dapat Kabar Baik dari Pertemuan dengan China

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku mendapat kabar baik terkait pertemuan para pejabatnya dengan China di London. Pertemuan tersebut diharapkan dapat meredakan ketegangan perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

    Delegasi AS berupaya mencapai kesepakatan atas besaran tarif, sekaligus memastikan China tetap mengizinkan ekspor mineral tanah jarang. Berbicara di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa dia ingin China mengizinkan lebih banyak produk Amerika masuk ke negara mereka, sebagai bagian dari kemungkinan kesepakatan perdagangan.

    “Kami melakukan yang terbaik dengan China. China tidak mudah (diajak berdiskusi, red),” kata Trump, yang tidak menjelaskan sejauh mana pembicaraan dengan China berlangsung, seperti dilansir dari washingtontimes, Selasa (10/6/2025).

    “Kami ingin China terbuka. Jika mereka tidak mau terbuka, mungkin kami tidak akan mendapatkan apa pun. Itu akan menjadi hal yang hebat bagi China, hal yang hebat bagi seluruh dunia,” jelas dia.

    Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer bertemu di Lancaster House, London, untuk bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng, yang memimpin delegasi dari Beijing, guna melakukan diskusi terkait kebijakan ekonomi kedua negara.

  • Trump Sebut Negosiasi Dagang AS-China di London Berjalan Baik, Perang Tarif Mendingin?

    Trump Sebut Negosiasi Dagang AS-China di London Berjalan Baik, Perang Tarif Mendingin?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan perkembangan positif perundingan dagang AS–China yang berlangsung di London, Inggris, seraya mengakui bahwa prosesnya jauh dari mudah.

    Melansir Reuters, Selasa (10/6/2025), dalam keterangannya di Gedung Putih, Senin (9/6) waktu setempat, Trump menyebut telah menerima “laporan yang bagus” terkait pembicaraan tersebut.

    Seorang pejabat senior Gedung Putih menambahkan, putaran diskusi akan dilanjutkan Selasa demi meredakan ketegangan soal pengiriman teknologi dan logam tanah jarang.

    Hari pertama negosiasi digelar selama lebih dari enam jam di Lancaster House, bangunan abad ke-19 dekat Istana Buckingham, dan berakhir sekitar pukul 20.00 waktu London. Pertemuan lanjutan dijadwalkan Selasa pukul 10.00.

    Delegasi AS dipimpin Menteri Keuangan Scott Bessent yang didampingi Menteri Perdagangan Howard Lutnick—mantan CEO Cantor Fitzgerald—serta Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Kehadiran Lutnick menegaskan krusialnya isu kontrol ekspor dalam agenda pembicaraan. Delegasi China diketuai Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Washington memberi sinyal siap mencabut sejumlah pembatasan ekspor—mulai perangkat lunak desain chip, komponen mesin jet, hingga material nuklir—sebagai imbalan agar Beijing melonggarkan kuota ekspor logam tanah jarang, bahan vital bagi industri energi, pertahanan, dan teknologi. China diketahui memasok hampir 70 persen produksi global komoditas tersebut.

    Meski demikian, Trump belum berkomitmen mencabut larangan ekspor apa pun. “China telah menipu Amerika Serikat selama bertahun-tahun,” ujarnya.

    Pernyataan itu dikukuhkan Kepala Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett, yang menilai chip AI tercanggih Nvidia H2O masih akan tetap dibatasi.

    Optimisme pasar langsung tercermin di bursa. Saham perusahaan China di Hong Kong beranjak ke zona bullish, sementara indeks S&P 500 di Wall Street kini hanya berjarak 2 persen dari rekor Februari.

    Putaran negosiasi London—yang pertama sejak pertemuan sebulan lalu—diharapkan memulihkan kepercayaan kedua pihak atas komitmen yang dicapai di Jenewa, termasuk rencana penurunan tarif selama 90 hari guna menata ulang keseimbangan perdagangan yang selama ini menuai friksi.

  • Perang Dagang Masih Panas, AS-China Cari Solusi sampai ke London

    Perang Dagang Masih Panas, AS-China Cari Solusi sampai ke London

    Jakarta, CNBC Indonesia- Para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China bertemu di London untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan meredakan sengketa perdagangan yang panas antara kedua negara adidaya tersebut pada Senin (9/6/2026). Konflik dagang keduanya telah meluas hingga kontrol ekspor atas barang dan komponen yang penting bagi rantai pasokan global.

    Kedua belah pihak mencoba kembali ke jalur yang benar dengan perjanjian awal yang dicapai bulan lalu di Jenewa.

    “Putaran pembicaraan perdagangan berikutnya antara AS dan China akan diadakan di Inggris pada hari Senin,” kata juru bicara pemerintah Inggris dikutip dari Reuters pada Senin (9/6/2025).

    “Kami adalah negara yang memperjuangkan perdagangan bebas dan selalu menegaskan bahwa perang dagang tidak menguntungkan siapa pun, jadi kami menyambut baik pembicaraan ini,” sambungnya.

    Adapun pertemuan akan dihadiri oleh delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan kontingen China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Pertemuan kedua terjadi empat hari setelah Trump dan pemimpin China Xi Jinping berbicara melalui telepon, interaksi langsung pertama mereka sejak pelantikan Trump pada 20 Januari dan setelah pemulihan hubungan awal dalam pembicaraan yang diadakan di Swiss.

    Keikutsertaan Lutnick dalam pembicaraan di London, yang lembaganya mengawasi kontrol ekspor untuk AS, merupakan salah satu indikasi betapa pentingnya isu ini bagi kedua belah pihak. Lutnick tidak menghadiri pembicaraan di Jenewa, di mana kedua negara mencapai kesepakatan 90 hari untuk mencabut sebagian tarif tiga digit yang telah mereka tetapkan satu sama lain sejak pelantikan Trump.

    (hsy/hsy)

  • Pasar Fokus pada Pertemuan Dagang AS-China, Ini Rekomendasi Saham Besok

    Pasar Fokus pada Pertemuan Dagang AS-China, Ini Rekomendasi Saham Besok

    JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan lalu sebelum libur long weekend mengalami koreksi sebesar 0,87 persen ke level 7.113 dengan outflow asing di pasar regular sebesar Rp3,9 triliun.

    Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menjelaskan bahwa pelemahan IHSG secara umum masih dipengaruhi oleh meningkatnya eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China dengan aksi saling tuduh antar keduanya.

    Imam menyampaikan bahwa Amerika Serikat menuduh China tidak menepati janji untuk melonggarkan kontrol ekspor atas tanah jarang komoditas penting untuk industri elektronik canggih.

    Namun sebaliknya, Beijing mengecam berbagai pembatasan yang diberlakukan AS, termasuk terhadap komponen mesin jet, akses ke perangkat lunak desain chip, pembatasan terhadap chip Huawei Technologies Co., serta pembatasan visa pelajar.

    “Atas dasar ketegangan tersebut, AS dan China akan mengadakan pertemuan kembali di London pada Senin, 9 Juni 2025, setelah sebelumnya sempat bertemu pada 12 Mei 2025 di Jenewa, Swiss, untuk mencabut sebagian tarif tinggi dari masing-masing negara,” jelas Imam dalam keterangannya, Senin, 9 Juni.

    Ia menambahkan pasar pada pekan ini yang hanya akan berlangsung selama 4 hari perdagangan karena masih ada libur cuti bersama Idul Adha di awal pekan benar-benar akan fokus pada pertemuan AS dan China yang kemungkinan akan menghasilkan kesepakatan yang positif bagi pasar.

    Secara teknikal, Imam menyampaikan bahwa pergerakan IHSG pada Kamis pekan lalu juga membentuk hammer yang menggambarkan pasar sudah mentoleransi peningkatan eskalasi AS dan China dan bersiap untuk pertemuan AS China pada Senin, 9 Juni 2025 yang cenderung memberikan sentimen positif bagi pasar.

    “Maka dari itu IHSG kami proyeksi IHSG akan cenderung menguat dengan resistance di 7.325 dan support 6.994,” tuturnya.

    Untuk merespons momentum meredanya perang dagang AS-China pada pekan ini, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memberikan rekomendasi sejumlah saham dengan memanfaatkan Booster Modal untuk strategi breakout yang cocok bagi swing trader yang ingin ambil peluang di saham-saham yang sedang konsolidasi kuat dan Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) yang memberikan akses transparan dan likuiditas yang lebih tinggi bagi investor.

    1. BBNI: Buy on Breakout

    Entry: 4.450

    Target: 4.630

    Stop Loss:

    Salah satu saham yang diuntungkan ketika ada deeskalasi perang dagang adalah saham-saham blue chip seperti BBNI, namun mengapa BBNI? Secara teknikal BBNI bergerak dalam trend sideways, namun berpotensi membentuk pola cup and handle yang memperkuat narasi pembalikan arah trend BBNI dalam jangka menengah. Terlebih dari keempat big banks, BBNI merupakan top inflow pada hari kamis pekan lalu.

    2. RAJA : Buy on Breakout

    Entry: 2.710

    Target: 2.880

    Stop Loss:

    Ketika ketegangan dua ekonomi terbesar AS dan China mereda maka salah satu yang diuntungkan adalah komoditas seperti emas hitam atau minyak. Meredanya ketegangan perang dagang kedua negara ini berpotensi akan meningkatkan permintaan yang akhirnya akan mengerek harga minyak. Saham yang diuntungkan dengan adanya sentimen ini adalah RAJA, selain memang memiliki pergerakan teknikal yang menarik dengan membentuk bullish continuation pattern atau bullish flag.

    3. SSIA: Buy

    Entry: 1.035

    Target: 1.105

    Stop Loss:

    Ketika ketidakpastian mereda terutama karena perang dagang, investor akan lebih agresif berinvestasi di negara-negara EM seperti Indonesia, dan salah satu emiten yang diuntungkan adalah emiten yang bergerak di pengelola kawasan industri seperti SSIA.

  • Perang Dagang Masih Panas, AS-China Cari Solusi sampai ke London

    Utusan Trump & Xi Jinping Bakal Bertemu di London, Ini yang Dibahas!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pejabat tinggi perdagangan Presiden AS Donald Trump bertemu dengan mitra mereka dari Tiongkok di London pada hari Senin (9/6/2025) untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara dua ekonomi terbesar di dunia.

    Melansir CNBC Internasional, para pejabat yang bertemu antara lain Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer mewakili AS.

    Kementerian luar negeri Tiongkok mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri He Lifeng, kepala negosiator perdagangan Beijing, akan berada di Inggris antara tanggal 8-13 Juni, dan bahwa pertemuan mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS akan berlangsung.

    Pembicaraan tersebut terjadi setelah Trump minggu lalu mengatakan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon yang panjang dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping karena keduanya ingin menghindari perang dagang besar-besaran.

    Upaya diplomatik oleh kedua belah pihak telah meningkat setelah berminggu-minggu ketegangan perdagangan dan ketidakpastian meningkat setelah Trump mengumumkan tarif impor yang luas terhadap Tiongkok dan mitra dagang lainnya pada bulan April.

    Beijing membalas tarif, dan terjadi peningkatan tarif bea masuk sebelum kedua pihak sepakat di Jenewa pada bulan Mei untuk memangkas bea masuk sementara selama 90 hari dan memfasilitasi perundingan. Saat itu, tarif AS atas impor Tiongkok dipotong dari 145% menjadi 30%, sementara pungutan Tiongkok atas impor AS diturunkan dari 125% menjadi 10%.

    Tiongkok dan AS sejak itu berulang kali saling menuduh melanggar perjanjian Jenewa, dengan Washington mengatakan Beijing lambat menyetujui ekspor mineral penting tambahan ke AS, sementara Tiongkok mengkritik AS yang memberlakukan pembatasan baru pada visa pelajar Tiongkok dan pembatasan ekspor tambahan pada chip.

    Sekretaris Pers AS Karoline Leavitt pada hari Minggu mengatakan bahwa perundingan London akan fokus pada kemajuan perjanjian Jenewa, dengan mencatat kepentingan strategis kedua belah pihak di pasar masing-masing.

    (mij/mij)

  • Menanti Pertemuan Amerika-China, Harga Platinum Sentuh Level Tertinggi

    Menanti Pertemuan Amerika-China, Harga Platinum Sentuh Level Tertinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Pertemuan antara delegasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pihak China membawa harapan bagi investor. Banyak yang berharap pertemuan ini bisa meredakan perang dagang yang terjadi di antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.

    Harga beberapa logam pun mencatatkan kenaikan, salah satunya platinum yang naik 3% menjadi US$ 1.210,80 level tertinggi sejak Mei 2021. Harga spot perak naik 1% menjadi US$ 36,3 per ons, sementara paladium naik 2,3% menjadi US$ 1.070,97.

    “(Kenaikan harga platinum, red) ini didukung oleh kombinasi ekspektasi pasokan yang ketat, sentimen industri yang membaik, dan tindak lanjut teknis dari kenaikan harga logam mulia yang lebih luas,” kata pedagang logam mulia di Heraeus Metals Jerman, Alexander Zumpfe, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).

    Data penggajian nonpertanian AS yang lebih kuat dari perkiraan, menyebabkan investor mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Perhatian pasar kini beralih ke data CPI AS, yang akan dirilis pada hari Rabu untuk petunjuk lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter Fed.

    Sekadar informasi, pejabat tinggi AS dan China akan bertemu di London untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan meredakan sengketa perdagangan. Kedua negara adidaya tersebut memang telah berperan penting bagi rantai pasokan global.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Departemen Perdagangan, Jamieson Greer, akan mewakili Washington dalam pembicaraan tersebut. Namun, tidak jelas siapa yang akan mewakili China dalam pertemuan tersebut.

    Trump juga mengatakan, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah setuju untuk memulai kembali ekspor mineral tanah jarang dan magnet ke AS. Ketika ditanya langsung oleh seorang reporter di Air Force One apakah Xi setuju kembali melakukan ekspor, Trump menjawab, “Ya, dia setuju. Kami sudah sangat maju dalam kesepakatan dengan China,”.

  • Mulai Ditinggal, Harga Emas Global Kembali Turun

    Mulai Ditinggal, Harga Emas Global Kembali Turun

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas global mengalami penurunan seiring dengan optimisme meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Investor pun nampaknya mulai mengurangi permintaan aset safe haven.

    Melansir Reuters, Senin (9/6/2025), harga emas spot turun 0,4% menjadi US$ 3.298,12 per ons, sementara harga emas berjangka AS turun 0,9% menjadi US$ 3.317,40.

    Tiga utusan utama Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan pejabat Tiongkok di London hari ini. Mereka akan membahas sengketa perdagangan antara dua ekonomi terbesar tersebut.

    “Pedagang jangka pendek tidak ingin mengambil posisi beli yang agresif saat ini, menjelang hasil pembicaraan AS-China,” kata analis pasar senior Asia Pasifik di Oanda, Kelvin Wong.

    Wong melihat meski tarif tidak akan hilang, tetapi pembicaraan dapat menurunkan kekhawatiran pasar. Dia pun menambahkan bahwa biaya berbisnis di AS akan tetap tinggi dan defisit anggaran AS yang melebar dapat menciptakan lingkaran setan yang memperburuk tekanan inflasi.

  • Terendah dalam 22 Bulan, China Kembali Deflasi

    Terendah dalam 22 Bulan, China Kembali Deflasi

    Beijing, Beritasatu.com – Deflasi China bulan Mei mencapai level terburuknya dalam hampir dua tahun. Harga konsumen terus menurun, karena ekonomi bergulat dengan ketegangan perdagangan dan penurunan penjualan perumahan yang berkepanjangan.

    Ketidakpastian dari perang tarif dengan Amerika Serikat dan konsumsi dalam negeri yang lemah, telah mengguncang sentimen dan memicu ekspektasi akan lebih banyak stimulus kebijakan untuk memerangi tekanan deflasi.

    Indeks harga produsen turun 3,3% pada bulan Mei, lebih buruk dari bulan April yang turun 2,7%. Data Biro Statistik Nasional menunjukkan kontraksi ini pun menjadi yang terdalam dalam 22 bulan.

    “Tiongkok terus menghadapi tekanan deflasi yang terus-menerus,” kata kepala ekonom Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, seperti dilansir dari Reuters, Senin (9/6/2025).

    “Perang harga di sektor otomotif menjadi sinyal lain dari persaingan ketat yang mendorong harga turun. Saya juga khawatir tentang harga properti yang melanjutkan tren penurunannya dalam beberapa bulan terakhir, setelah periode stabilisasi,” katanya.

    Aktivitas pabrik yang menurun juga terjadi dampak dari tarif AS. Pusat manufaktur terbesar di dunia ini masih menanti hasil pembicaraan perdagangan AS-China yang akan berlangsung di London hari ini.

  • Harga Minyak Mentah Tertahan Menunggu Pertemuan Amerika dan China

    Harga Minyak Mentah Tertahan Menunggu Pertemuan Amerika dan China

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah tidak mengalami perubahan drastis, seiring dengan investor yang menunggu pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan diadakan di London.

    Melansir Reuters, Senin (9/6/2025), Harga minyak mentah Brent berjangka masih bertahan pada US$ 66,47 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS meningkat naik 1 sen menjadi US$ 64,59.

    Prospek perdamaian perang dagang antara AS dan China telah menopang harga minyak. Tiga utusan Donald Trump akan bertemu dengan pejabat dari China di London, hari ini, Senin (9/6/2025). Ini merupakan pertemuan pertama konsultasi ekonomi perdagangan AS dan China.

    Laporan pekerjaan AS menunjukkan pengangguran Mei tetap stabil, meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve. Sementara data dari China memberikan harapan akan permintaan minyak mentah terbesar mengalami kenaikan.

    Pada sisi lainnya, data ekonomi dan prospek kesepakatan perdagangan mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak, mengalahkan kekhawatiran tentang peningkatan pasokan OPEC+, setelah kelompok tersebut mengumumkan kenaikan produksi besar untuk Juli.

    HSBC memperkirakan OPEC+ akan meningkatkan kenaikan pasokan pada Agustus dan September, yang kemungkinan akan meningkatkan risiko penurunan harga. HSCBC memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mencapai US$ 65 per barel mulai kuartal keempat tahun 2025. Peneliti Capital Economics percaya bahwa laju peningkatan produksi OPEC+ ini akan bertahan lama.

  • Daya Beli Tak Kunjung Pulih, China Deflasi Empat Bulan Beruntun

    Daya Beli Tak Kunjung Pulih, China Deflasi Empat Bulan Beruntun

    Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan deflasi di China berlanjut untuk bulan keempat berturut-turut, mencerminkan rapuhnya konsumsi domestik di tengah eskalasi perang harga yang kian agresif. Peningkatan belanja selama dua kali masa libur nasional Mei pun tak cukup untuk mengimbangi lemahnya permintaan.

    Data Biro Statistik Nasional China yang dikutip Bloomberg, Senin (9/6/2025), mencatat indeks harga konsumen (CPI) turun 0,1% secara tahunan (year on year/YoY) pada Mei, sejalan dengan penurunan di bulan sebelumnya dan sedikit lebih baik dari proyeksi penurunan 0,2% oleh konsensus ekonom Bloomberg.

    Deflasi harga produsen pun memperpanjang rekor negatifnya hingga bulan ke-32. Indeks harga produsen (PPI) terkontraksi 3,3% dibandingkan tahun sebelumnya — penurunan terdalam sejak hampir dua tahun terakhir.

    Kepala ahli statistik NBS Dong Lijuan menjelaskan bahwa penurunan tajam PPI dipengaruhi oleh basis harga tinggi pada tahun lalu serta turunnya harga minyak dan bahan kimia global. Di dalam negeri, kelebihan stok batu bara dan bahan baku turut memperdalam tekanan harga.

    Situasi ini semakin pelik karena kombinasi depresiasi harga properti dan kompetisi harga antarpelaku usaha yang makin tajam telah menggerus kepercayaan konsumen dan dunia usaha.

    Salah satu contoh terbaru, produsen mobil BYD Co. memangkas harga hingga 34% untuk hampir selusin model kendaraan listrik dan hibrida plug-in — menghidupkan kekhawatiran akan gelombang diskon baru yang dapat merusak margin produsen otomotif.

    Meski momentum belanja sempat membaik selama liburan awal dan akhir Mei, utamanya pada sektor jasa dan pariwisata, hal itu hanya memberi jeda sementara terhadap tekanan struktural yang lebih dalam.

    Risiko eksternal pun ikut membayangi, terutama dari ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. Walau komunikasi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pekan lalu membuka ruang dialog, ketidakpastian tetap tinggi. Delegasi dagang kedua negara dijadwalkan bertemu di London pada Senin waktu setempat.

    Namun, dampak jangka pendek dari tarif AS terhadap lapangan kerja dan pendapatan berpotensi menghambat pemulihan daya beli masyarakat, memaksa pelaku usaha untuk terus menurunkan harga.

    Ekonom Morgan Stanley yang dipimpin Robin Xing memperingatkan bahwa tren deflasi justru akan memburuk dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi China bakal melambat tajam pada paruh kedua 2025, seiring melambatnya ekspor dan belanja konsumen.

    Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi konsumen China hanya akan rata-rata nol persen tahun ini — level terendah dari hampir 200 negara yang mereka pantau, sekaligus menjadi angka inflasi terlemah China sejak krisis keuangan global 2009.

    Survei manajer pembelian juga menunjukkan pelemahan harga output, baik di sektor manufaktur maupun jasa. Pada Mei, tingkat diskon di sektor jasa tercatat yang paling dalam dalam delapan bulan terakhir, menurut laporan Caixin dan S&P Global.

    Survei Bloomberg terbaru terhadap 67 ekonom mengindikasikan tekanan deflasi akan semakin dalam. Inflasi konsumen diproyeksikan hanya tumbuh 0,3% pada 2025 — prediksi terendah sejak survei dilakukan pada 2023. Sementara itu, PPI diperkirakan anjlok 2%, memburuk dari estimasi sebelumnya sebesar 1,8%.