kab/kota: London

  • Nekat, Sejoli Bawa 51 Kg Ganja Masuk Bandara Inggris usai Liburan dari Thailand

    Nekat, Sejoli Bawa 51 Kg Ganja Masuk Bandara Inggris usai Liburan dari Thailand

    JAKARTA – Sejoli ini memang nekat. Demi cuan, keduanya membawa empat koper berisi 51 kilogran (kg) ganja masuk ke Inggris.

    Bukan untung didapat, ulah ngotot pasangan bernama Daniel McDonald, 36, dan Sian Warren, 34, berujung penahanan di Bandara Heathrow, London pada 27 Mei.

    Hal itu terungkap dalam sidang atas kasus tersebut di Pengadilan Magistrat Uxbridge dikutip via Metro UK, Rabu 11 Juni.

    Dalam sidang tersebut, kedua terdakwa didakwa penyelundupan obat-obatan golongan B jenis ganja senilai 1 juta poundsterling atau senilai Rp21,9 miliar dari Thailand ke Inggris.

    Ayah terdakwa Sian, Tony, mengatakan putrinya bersama sang suami hanya menikmati liburan yang telah lama di nanti di negara ASEAN tersebut.

    Kepada The Sun, Tony mengaku pasangan asal Salford di Greater Manchester itu tidak membawa narkoba saat kembali ke Inggris. Koper keduanya, kata dia, hanya berisi pakaian.

    Kasus sejoli ini menjadi yang paling terbaru dari serangkaian kasus besar penyelundupkan narkoba yang melibatkan warga Inggris.

    Sebelumnya, Charlotte May Lee, 21 tahun, tertangkap di Sri Lanka setelah mencoba menyelundupkan 46 kg ganja sintetis senilai 1,2 juta pundsterling dalam dua koper dari Thailand.

    Lee yang merupakan mantan pekerja awak kabin, asal Coulsdon, London selatan, kini ditahan di Sri Lanka.

  • Trump Klaim Kesepakatan Dagang AS-China Telah Tercapai, Tunggu Restu Xi Jinping

    Trump Klaim Kesepakatan Dagang AS-China Telah Tercapai, Tunggu Restu Xi Jinping

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeklaim telah menyelesaikan kesepakatan perdagangan dengan China.

    Kesepakatan tersebut mencakup komitmen China untuk memasok mineral kritis secara langsung serta memberikan akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa China di universitas-universitas AS.

    “Kesepakatan kami dengan China telah selesai, tinggal menunggu persetujuan akhir dari Presiden Xi (Xi Jinping) dan Saya,” tulis Trump di media sosial, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/6/2025).

    Pernyataan Trump muncul sehari setelah AS dan China mencapai kesepakatan di London untuk menerapkan butir-butir gencatan tarif yang telah disepakati sebelumnya.

    Namun, pernyataan tersebut mencantumkan beberapa syarat yang belum pernah disampaikan dalam negosiasi sebelumnya, termasuk pasokan segera mineral penting dari pihak China.

    Trump juga mengklaim bahwa tarif AS terhadap China akan mencapai “total” 55%, meski angka pastinya masih belum jelas.

    Menurut seorang pejabat Gedung Putih, angka tersebut mencakup tarif dasar 10%, tambahan 20% terkait perdagangan fentanil, serta sekitar 25% dari tarif warisan masa jabatan pertama Trump dan ketentuan negara paling disukai.

    Pasar merespons dengan ketidakpastian. Indeks berjangka AS sempat menghapus kerugian sebelum kembali melemah.

    Trump melanjutkan, China akan memasok magnet dan segala mineral langka yang diperlukan AS secara langsung.

    “Sebagai imbalannya, kita akan memberikan apa yang telah disepakati, termasuk mengizinkan mahasiswa China berkuliah di universitas kita (yang selalu saya dukung!). Kita mengantongi tarif total 55%, sementara China hanya 10%. Hubungan kita sangat baik!” ungkap Trump.

    Kementerian Perdagangan China belum memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut.

    Pejabat dari kedua negara menyelesaikan perundingan maraton pada Selasa, menyepakati dimulainya kembali perdagangan barang-barang sensitif seperti mineral penting, serta penerapan kesepakatan bulan lalu di Jenewa yang bertujuan menurunkan tarif dari kedua belah pihak.

    Kesepakatan tersebut juga mencakup penangguhan tarif tinggi selama 90 hari yang sebelumnya diberlakukan kedua negara—sebuah langkah yang nyaris menyerupai embargo dagang. Namun, belum jelas apakah tenggat itu, yang berakhir pada Agustus, masih berlaku hingga kini.

  • Industri Otomotif dan Robot Terancam Gegara China Batasi Ekspor Tanah Jarang

    Industri Otomotif dan Robot Terancam Gegara China Batasi Ekspor Tanah Jarang

    Jakarta

    Pembatasan ekspor tanah jarang oleh China menghantam industri otomotif dan robotika dalam beberapa pekan terakhir. Analis bahkan memprediksi industri pertahanan negara Barat juga terdampak oleh keputusan China itu.

    Pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China sendiri sudah melakukan negosiasi di London, Inggris sejak hari Selasa. Negosiasi itu meredam ketegangan mengangkut mineral tanah jarang maupun untuk sektor teknologi.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (11/6/2025), AS mengisyaratkan akan melonggarkan pembatasan ekspor chip jika China melonggarkan pembatasan ekspor tanah jarang. Kedua negara saling tuding telah melanggar kesepakatan perdagangan yang sebelumnya dicapai di Jenewa bulan lalu.

    Kementerian Perdagangan China pada awal April membatasi ekspor beberapa elemen tanah jarang dan magnet yang banyak digunakan di sektor otomotif dan pertahanan. Pembatasan itu merupakan respons terhadap kenaikan tarif Presiden AS Donald Trump pada produk ekspor dari China.

    “Jadi, harapan kami adalah … segera setelah jabat tangan, kontrol ekspor dari AS akan dilonggarkan, dan logam tanah jarang akan dilepaskan dalam jumlah besar, dan kemudian kita dapat kembali menegosiasikan masalah-masalah yang lebih kecil,” ujar Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Kevin Hassett.

    China merupakan bagian penting dalam rantai pasok mineral gelobal, dengan produksi sekitar 60% dari pasokan tanah jarang dunia. William Bain, kepala kebijakan perdagangan di Kamar Dagang Inggris menyebut ada kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-China.

    “Kami telah melihat beberapa pelonggaran selama akhir pekan dengan lisensi yang diberikan di sektor robotika dan kendaraan listrik, ambil contoh misalnya mineral penting seperti samarium, dalam magnet, itu sangat penting untuk konstruksi jet tempur F-35 di AS,” kata Bain.

    “Mereka tidak dapat membuatnya tanpa itu. Dan tidak memiliki akses ke sana (tanah jarang) sangat memengaruhi konstruksi AS di sektor tersebut dan mungkin juga keamanan nasionalnya,” tutupnya.

    (ily/rrd)

  • Sejarah Times New Roman, Font Klasik yang Terlahir dari Sebuah Kritik

    Sejarah Times New Roman, Font Klasik yang Terlahir dari Sebuah Kritik

    Jakarta

    Detikers pasti sudah tidak asing lagi dengan font Times New Roman yang sering ditemui di Microsoft Office atau software lain, seperti Adobe Family hingga di Capcut pun juga ada. Tapi kalian penasaran tidak sih, kira-kira bagaimana ya sejarah dari font ini?

    Mungkin kalian akan sedikit terkejut bila mengetahui bagaimana awal mula sejarah Times New Roman terukir. Berangkat dari sebuah kritikan, hingga akhirnya huruf klasik ini menjadi begitu populer seperti sekarang.

    Mari berwisata ke masa lalu, tepatnya tahun 1930-an, di mana pertama kalinya Times New Roman muncul ke publik. Debutnya di surat kabar London bernama The Times, yang mana merupakan tempat font ini dirancang.

    Seorang penasihat tipografi dari Monotype Corporation, Stanley Morison, menilai kalau font yang digunakan oleh The Times terlalu jadul. Menurutnya, surat kabar ini tidak mengikuti tren tipografi modern.

    Tidak marah ataupun sakit hati, The Times justru menerima kritikan tersebut dan meminta Morison untuk membuat font baru yang lebih baik dari yang mereka gunakan saat itu. Di 1931 proyek dimulai, dan Morison menggandeng seorang juru gambar bernama Victor Lardent.

    Keduanya mulai membuat konsep dengan fokus pada dua hal, yakni terkait efisiensi dan keterbacaan. Efisiensi di sini maksudnya bagaimana memaksimalkan jumlah huruf yang dapat dimuat dalam satu baris dalam satu halaman.

    Dalam hal ini, Morison sangat tegas. Ia ingin setiap percetakan yang menggunakan hurufnya menjadi ekonomis. Namun di sisi lain dirinya tidak ingin mengesampingkan fungsi dari hurufnya, sehingga tetap nyaman saat dilihat dan dibaca.

    Morison pun mencari inspirasi dari desain huruf klasik. Dirinya menyukai tampilan Plantin modern, yang didasarkan pada huruf Gros Cicero lama buatan Robert Granjon.

    Untuk mencapai efisiensi seperti yang diinginkannya, Morison mengatur tinggi dari huruf-huruf tersebut. Jarak antara bagian atas dan bawah huruf kecil yang tidak memiliki lebihan garis ke atas atau ke bawah disesuaikan. Maksudnya di sini huruf tanpa lebihan garis itu seperti a, c, m, n, x, dan lainnya.

    Dirinya turut mengurangi tracking atau jarak antara satu huruf ke huruf lainnya. Jadi Morison berusaha membuat jenis huruf yang lebih padat.

    Mungkin setiap orang akan berpikir, huruf yang berdekatan akan membuatnya sulit untuk dibaca. Nah untuk mempertahankan tujuan keduanya yaitu keterbacaan, Morison mengubah bentuknya.

    Bagian yang lebih tebal dari setiap huruf (misalnya garis vertikal di bagian atas huruf ‘n’) diperlebar. Dengan begitu huruf-huruf serupa akan menampung lebih banyak tinta dan tampak lebih gelap ketika dicetak, yang mana kontrasnya lebih jelas di atas kertas. Lalu setiap goresan yang ada di ujung huruf dibuat lebih tipis. Hal tersebut menjaga bentuk huruf agar tampak lebih baik, tampilan lebih bulat, dan mudah dibaca.

    Pada 3 Oktober 1932, The Times meluncurkan jenis huruf barunya ini. Itu pertama kalinya sebuah surat kabar mendesain jenis hurufnya sendiri dan mereka memiliki hak eksklusif selama setahun, dihimpun detikINET dari nypl, Rabu (11/6/2025).

    The Times menggunakan Times New Roman asli selama 40 tahun. Surat kabar ini kemudian berganti jenis huruf sebanyak lima kali antara 1972 dan 2007.

    (hps/fyk)

  • Komdigi Bertemu DSIT Inggris, Bahas Penguatan Kolaborasi AI

    Komdigi Bertemu DSIT Inggris, Bahas Penguatan Kolaborasi AI

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus memperkuat kerja sama internasional dalam pengembangan ekosistem kecerdasan buatan (AI) yang inovatif dan bertanggung jawab. 

    Dalam ajang London Tech Week 2025, Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria menggelar pertemuan bilateral dengan Direktur Jenderal Teknologi Digital dan Telekomunikasi dari Departemen Ilmu Pengetahuan, Inovasi, dan Teknologi (DSIT) Inggris, Emran Mian Pertemuan yang berlangsung pada pada Selasa, 10 Juni 2025. 

    “Pertemuan ini sangat berharga untuk bertukar pandangan dan belajar dari pengalaman Inggris dalam mengembangkan ekosistem digital yang maju, khususnya di bidang AI,” kata Nezar Patria dalam keterangan resmi pada Rabu (11/6/2025). 

    Nezar mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memperkuat kerja sama yang saling menguntungkan, terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang AI di masa depan. Diskusi antara delegasi Komdigi dan DSIT Inggris mencakup tiga fokus utama. 

    Pertama, pembangunan infrastruktur AI yang kokoh. Inggris disebut telah menginvestasikan lebih dari £1 miliar atau sebanyak Rp21,9 triliun dalam empat tahun terakhir untuk memperkuat riset komputasi AI dan pengembangan pusat data berskala besar. 

    Sementara itu, Indonesia menekankan pentingnya pembangunan pusat data nasional, pengembangan chip AI, serta peningkatan daya komputasi melalui kemitraan lintas sektor. Kedua, terkait pengembangan talenta digital, Indonesia menghadapi kebutuhan akan sekitar 9 juta talenta digital hingga tahun 2030. 

    Inggris pun membagikan pengalaman mereka dalam menyusun program pendidikan dari jenjang sekolah, dukungan dana untuk pendidikan lanjutan seperti magister dan PhD, hingga pelatihan bagi pekerja agar mampu beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh teknologi AI.

    Ketiga, aspek tata kelola AI yang aman dan etis menjadi perhatian bersama. Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Menteri tentang Etika AI dan tengah menyiapkan regulasi komprehensif di bidang ini. Inggris sendiri mengembangkan pendekatan regulasi berbasis sektor dan memperkuatnya dengan keberadaan AI Security Institute, yang berperan dalam mengkaji risiko AI canggih dan merilis laporan keamanan AI secara global — salah satunya dengan melibatkan Indonesia sebagai bagian dari panel internasional.

    Adopsi AI yang cepat di Indonesia turut dibahas dalam pertemuan ini. Survei menunjukkan bahwa 80% masyarakat Indonesia melihat AI sebagai hal yang bermanfaat, namun laju adopsi tersebut juga menimbulkan tantangan seperti potensi disrupsi tenaga kerja, khususnya di sektor media dan penyiaran, serta risiko penyalahgunaan AI untuk menyebarkan misinformasi dan konten berbahaya.

    Inggris menjelaskan pendekatan regulasi mereka yang berbeda dari pendekatan Uni Eropa. Alih-alih membuat regulasi menyeluruh, Inggris memilih pendekatan sektoral dengan fokus pada perlindungan data dan penerapan Online Safety Act, yang memungkinkan regulator menindak platform digital yang tidak bertanggung jawab atas konten ilegal.

    “Kami menyadari pesatnya adopsi AI di Indonesia. Oleh karena itu, kolaborasi dengan Inggris menjadi sangat penting untuk belajar bagaimana menyeimbangkan inovasi dengan mitigasi risiko, terutama terkait disrupsi sosial dan penyebaran konten negatif,” tambah Nezar.

    Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak juga menyepakati pentingnya memperluas kolaborasi di masa depan, termasuk melalui inisiatif bersama yang mempertemukan talenta dan inovator dari kedua negara. Indonesia juga menegaskan pendekatan terbuka terhadap penggunaan model AI global, sepanjang tetap sesuai dengan regulasi dan nilai-nilai nasional.

  • Strawberry Moon Curi Perhatian di Langit Eropa

    Strawberry Moon Curi Perhatian di Langit Eropa

    FotoINET

    Rafida Fauzia – detikInet

    Rabu, 11 Jun 2025 12:01 WIB

    Eropa – Strawberry Moon muncul memukau di langit Eropa pada 10 Juni. Purnama ini tampak indah di London, Athena, dan Malta, memikat warga hingga wisatawan.

  • Laju IHSG Hari Ini Diprediksi Masih Terseok-seok

    Laju IHSG Hari Ini Diprediksi Masih Terseok-seok

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan mengalami koreksi pada perdagangan hari ini. Investor tampaknya masih menanti data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan memberikan dampak terhadap tingkat suku bunga bank sentral Amerika Federal Reserve.

    IHSG dibuka melemah 16,15 poin atau 0,22 persen ke posisi 7.214,59. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,88 poin atau 0,60 persen ke posisi 807,92.

    Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai pelemahan IHSG masih dalam batas wajar karena masih berada di atas support 7.139. Selain itu, Nafan mengatakan pada hari ini investor tengah menanti beberapa data ekonomi global dan hasil pertemuan antara Amerika Serikat (AS) dan China .

    “Hari ini IHSG masih agak malu-malu. Karena Kita melihat market juga menanti dinamika perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Seperti kita ketahui, pertemuan ini bisa menghasilkan kesepakatan yang komprehensif sehingga bisa meredam gejolak perang dagang,” ucap Nafan kepada Beritasatu.com, Rabu (11/6/2025).  

    Sebagai informasi, pejabat dua negara adidaya perdagangan tersebut mengadakan pertemuan di London, Inggris pada 9-10 Juni 2025 waktu setempat. Pertemuan ini adalah yang kedua kalinya setelah pertemuan pertama dilaksanakan di Jenewa, Swiss, pada Mei lalu.

    Selain menanti hasil perundingan antara AS dan China, menurut Nafan, investor juga tengah menanti data Consumer Price Index (CPI) AS yang akan dirilis pada pekan ini.

    “CPI AS diprediksi akan tetap tinggi di atas range yang ditetapkan The Fed pada 2%. Dengan demikian, dikhawatirkan bahwa The Fed akan cenderung berpikir ulang untuk menerapkan pelonggaran kebijakan moneter,” tambah Nafan.

    Dilansir dari Investing.com, data CPI bulan Mei ini akan menjadi bukti dampak dari kebijakan agresif mengenai tarif yang diinisiasi Presiden Donald Trump, karena perusahaan telah menetapkan bea impor yang lebih tinggi. Konsensus pasar memperkirakan angka CPI AS bulan Mei akan berada pada level 2,5%, naik dari bulan sebelumnya 2,3%. 

  • Diblokir RI, Aplikasi Scan Mata Dapat Duit Malah Masuk Negara Maju

    Diblokir RI, Aplikasi Scan Mata Dapat Duit Malah Masuk Negara Maju

    Jakarta, CNBC Indonesia – Proyek scan bola mata Worldcoin akan diluncurkan di Inggris minggu ini. Peluncuran tersebut saat sejumlah negara lain, termasuk Indonesia, memilih memblokir layanan yang didirikan CEO OpenAI Sam Altman.

    Tech Crunch melaporkan World akan tersedia di London mulai Kamis. Kemudian akan diperluas ke sejumlah kota besar seperti Manchester, Birmingham, Cardiff, Belfast, dan Glasgow dalam beberapa bulan ke depan.

    Inggris sebelumnya juga melakukan penyelidikan soal Worldcoin pada 2023. Saat itu regulator setempat memberikan pertanyaan lanjutan kepada pihak penyelenggara.

    Proyek World akan memindai iris mata seseorang dan menjadikannya sebagai profil orang tersebut. Dari pemindaian akan dibuat kode unik untuk memastikan orang tersebut adalah manusia bukan AI.

    Kepala arsitek Tools for Humanity sebagai kontributor utama World, Adrian Ludwig mengklaim layanannya mendapatkan permintaan signifikan baik dari perusahaan maupun pemerintah. Penyebabnya karena ancaman penipuan dengan AI yang semakin meningkat di berbagai sektor.

    Namun sejak diluncurkan 2021, banyak pihak yang khawatir soal keamanan World yakni terkait dampaknya pada privasi pengguna layanan.

    Perusahaan mencoba menjawab kekhawatiran tersebut. Menurut mereka, data biometrik yang dikumpulkan telah dienkripsi dan data asli dipastikan langsung dihapus.

    Sistem verifikasi World juga bergantung pada jaringan smartphone milik pengguna. Jadi sistemnya terdesentralisasi, tidak menggunakan layanan cloud.

    Di Indonesia sendiri, World dibekukan setelah ditemukan masalah perbedaan pada pendaftaran sistem elektronik. Selain itu Jerman menolak keberadaannya karena menyatakan tidak mematuhi aturan pelindungan data di Uni Eropa atau GDPR.

    Negara tetangga Indonesia juga melakukan penyelidikan soal Worldcoin. Bahkan ada kemungkinan pembeli atau menjual akun melanggar aturan terkait pembayaran.

    (dem/dem)

  • Negosiasi AS-China Sepakati Rencana Redakan Tensi Perang Dagang

    Negosiasi AS-China Sepakati Rencana Redakan Tensi Perang Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA – AS dan China meredakan ketegangan perdagangan setelah menyetujui kesepakatan awal tentang cara menerapkan konsensus yang dicapai kedua belah pihak di Jenewa, kata negosiator kedua belah pihak. 

    Meskipun rincian lengkap kesepakatan mereka belum tersedia, negosiator AS mengatakan mereka benar-benar berharap bahwa masalah seputar pengiriman mineral tanah jarang dan magnet akan terselesaikan dengan penerapan kerangka kerja.

    “Kami telah mencapai kerangka kerja untuk melaksanakan konsensus Jenewa,” kata Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick kepada wartawan di London dikutip dari Bloomberg, Rabu (11/6/2025).

    Delegasi AS dan China sekarang akan membawa usulan tersebut kembali ke pemimpin masing-masing, kata kepala negosiator perdagangan China Li Chenggang, setelah dua hari diskusi yang berlangsung hampir 20 jam di sebuah rumah besar bergaya Georgia di dekat Istana Buckingham.

    “Setelah presiden menyetujuinya, kami akan berusaha untuk menerapkannya,” imbuh Lutnick.

    Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan tidak ada pertemuan lain yang dijadwalkan, tetapi menambahkan bahwa pihak Amerika dan China sering berunding dan dapat melakukannya kapan pun mereka membutuhkannya.

    Pembicaraan di London dilakukan atas desakan pemerintahan Trump untuk memperkuat janji yang dibuat pemerintah China untuk mempermudah pengiriman tanah jarang selama pembicaraan dagang bulan lalu di Jenewa, yang menghasilkan gencatan senjata tarif.

    Perselisihan mengenai ekspor mineral penting memicu kembali konflik ekonomi terbuka antara AS dan China dan meningkatkan prospek bahwa kesepakatan baru mereka dapat gagal, yang akan menimbulkan ancaman baru bagi ekonomi dunia.

    Lutnick menambahkan, pihaknya berharap bahwa topik mineral dan magnet tanah jarang yang berkaitan dengan Amerika Serikat akan diselesaikan dalam implementasi kerangka kerja ini.

    “Juga, ada sejumlah tindakan yang dilakukan Amerika Serikat ketika tanah jarang tersebut tidak datang. Anda seharusnya mengharapkan hal itu akan terjadi, seperti yang dikatakan Presiden Trump, dengan cara yang seimbang. Ketika mereka menyetujui lisensi, maka Anda seharusnya mengharapkan bahwa implementasi ekspor kami juga akan menurun,” ujar Lutnick

    Sementara itu, Greer menambahkan, dalam delapan tahun pengalamannya bernegosiasi dengan China, dirinya tidak pernah mengadakan pertemuan di mana mereka tidak ingin membicarakan kontrol ekspor.

  • Negosiasi AS-China Alot, Delegasi Berunding Hingga Malam

    Negosiasi AS-China Alot, Delegasi Berunding Hingga Malam

    Bisnis.com, JAKARTA – Pembicaraan antara AS dan China berpotensi berlanjut hingga memasuki hari ketiga di London seiring belum disepakatinya sejumlah poin krusial seperti ekspor teknologi dan industri utama. Kondisi ini membuat  dengan pasar keuangan gelisah.

    Melansir Bloomberg pada Rabu (11/6/2025), Amerika Serikat yang menurunkan Menteri Keuangan Scott Bessent bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng hingga Selasa malam waktu setempat. Keduanya memimpin langsung detail rincian teknis kesepakatan.

    Anggota delegasi AS dan China kembali ke Lancaster House, sebuah rumah besar bergaya Georgia di dekat Istana Buckingham yang menjadi lokasi pertemuan, tepat setelah pukul 8 malam waktu setempat dan melanjutkan pembicaraan, yang dimulai sekitar pukul 10:40 pagi. Kedua belah pihak beristirahat sekitar pukul 5:30 sore.

    “Kami akan mencoba menyelesaikan semuanya, jadi itulah tujuannya. Saya pikir kami sedang menangani semua jenis masalah perdagangan dan saya pikir pembicaraan berjalan dengan sangat, sangat baik,” kata Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick kepada wartawan.

    Sementara itu, ketika ditanya apakah negosiasi akan berakhir pada hari Selasa, Lutnick tidak menutup kemungkinan bahwa pembicaraan dapat berlanjut hingga Rabu waktu setempat, atau hari ketiga negosiasi

    “Jika memang diperlukan, kami akan berada di sini besok, tetapi saya berharap negosiasi ini berakhir malam ini,” ujar Lutnick.

    Pasar obligasi dan mata uang memantau pembicaraan tersebut dengan saksama untuk mendapatkan petunjuk tentang potensi dampak ekonomi. Saham AS naik ke level tertinggi sesi setelah pernyataan Lutnick.

    Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Senin bahwa Negosiasi dengan China tidak mudah, seraya menambahkan bahwa dia hanya mendapatkan laporan yang bagus dari sesi hampir tujuh jam hari itu. Bessent mengatakan setelah hari pertama mereka mengadakan pertemuan yang bagus.

    Masalah utama minggu ini adalah menetapkan kembali ketentuan perjanjian yang dicapai di Jenewa bulan lalu, di mana AS memahami bahwa China akan mengizinkan lebih banyak pengiriman tanah jarang untuk mencapai pelanggan Amerika. Pemerintahan Trump menuduh Beijing bergerak terlalu lambat, yang mengancam kekurangan di sektor manufaktur dalam negeri.

    Sebagai balasannya, pemerintahan Trump siap mencabut serangkaian tindakan baru-baru ini yang menargetkan perangkat lunak desain chip, suku cadang mesin jet, bahan kimia, dan material nuklir, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Banyak dari tindakan tersebut diambil dalam beberapa minggu terakhir saat ketegangan meningkat antara AS dan China.

    Kemenangan bagi China

    Dexter Roberts, peneliti senior nonresiden di Global China Hub milik Atlantic Council mengatakan, keputusan AS untuk mencabut sebagian kendali teknologi akan sangat dipandang sebagai kemenangan bagi China. Dia menambahkan kemungkinan mencabut kendali apa pun tampaknya hampir tidak terpikirkan hingga baru-baru ini.

    Sebulan yang lalu, Beijing dan Washington sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 90 hari hingga pertengahan Agustus dalam tarif yang melumpuhkan mereka untuk memberi waktu guna menyelesaikan banyak perselisihan perdagangan mereka — mulai dari tarif hingga kontrol ekspor.

    Pada saat yang sama, tim perdagangan Trump tengah berjuang untuk mengamankan kesepakatan bilateral dengan India, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara lain yang berlomba-lomba untuk melakukannya sebelum 9 Juli, ketika tarif timbal balik presiden AS naik dari dasar 10% saat ini ke tingkat yang jauh lebih tinggi yang disesuaikan untuk setiap mitra dagang.

    Sementara itu, Presiden China Xi Jinping pada Selasa mengadakan percakapan telepon pertamanya dengan Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Lee Jae-myung dan menyerukan kerja sama untuk menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas. 

    “Kita harus memperkuat kerja sama bilateral dan koordinasi multilateral, bersama-sama menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas, serta memastikan stabilitas dan kelancaran rantai industri dan rantai pasokan global dan regional,” kata Xi, menurut laporan CCTV.