kab/kota: London

  • AS-China Lanjutkan Negosiasi Gencatan Tarif, Trump Jadi Penentu Akhir

    AS-China Lanjutkan Negosiasi Gencatan Tarif, Trump Jadi Penentu Akhir

    Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dan China akan melanjutkan pembicaraan untuk memperpanjang gencatan tarif menjelang tenggat dua pekan lagi, sementara Presiden Donald Trump akan mengambil keputusan akhir terkait kelanjutannya.

    Dalam pernyataannya di Stockholm, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang memimpin delegasi AS bersama Perwakilan Dagang Jamieson Greer, mengungkapkan dirinya akan melaporkan perkembangan negosiasi kepada Trump pada Rabu (30/7/2025) waktu setempat.

    “Masih ada beberapa detail teknis yang perlu diselesaikan,” ujarnya kepada wartawan dikutip dari Bloomberg, usai pertemuan dua Hari dengan delegasi China yang dipimpin Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Pernyataan itu muncul setelah media melaporkan bahwa delegasi China mengindikasikan kesepakatan perpanjangan gencatan tarif selama 90 hari. Menanggapi kabar tersebut, Bessent mengatakan China sedikit terburu-buru. 

    Saat ditanya apakah dia akan merekomendasikan perpanjangan, Bessent menjawab bahwa dirinya hanya akan menyampaikan fakta kepada Trump, dan keputusan ada di tangan Presiden.

    Putaran perundingan di Stockholm merupakan yang ketiga dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Negosiasi dilakukan menjelang tenggat 12 Agustus, yang merupakan akhir masa suspensi tarif selama 90 hari. Perpanjangan selama 90 hari menjadi salah satu opsi yang dibahas, menurut Bessent.

    Di sisi lain, negosiator China Li Chenggang mengatakan kepada media bahwa kedua pihak sepakat untuk mempertahankan gencatan tarif, namun tidak merinci durasi perpanjangan tersebut. Dia menyebut pembicaraan di Stockholm berlangsung terbuka, mendalam, dan bertujuan memperkuat komunikasi jangka panjang.

    “Meski belum ada kesepakatan substantif, suasana pembicaraan terbilang konstruktif dan optimistis terhadap potensi kesepakatan di masa mendatang,” ujar Kelvin Lam, Ekonom Senior China di Pantheon Macroeconomics, London.

    Perundingan ini berlangsung setelah AS mencapai kesepakatan tarif sementara dengan Jepang dan Uni Eropa. Menurut Bessent, delegasi China kini lebih terbuka untuk berdiskusi secara menyeluruh.

    Ekspor Magnet dan Sektor Strategis

    Salah satu isu utama adalah bagaimana kedua negara menjaga stabilitas hubungan dagang, di tengah pengenaan hambatan seperti tarif dan kontrol ekspor, khususnya pada sektor-sektor strategis seperti teknologi baterai, pertahanan, dan semikonduktor.

    Greer menyebut bahwa AS ingin memastikan pasokan material penting seperti magnet tetap lancar, sehingga kedua belah pihak bisa fokus pada prioritas lainnya. 

    “Kami tidak ingin bicara soal magnet lagi,” ujarnya.

    Dia juga menyebut dimulainya kembali ekspor logam tanah jarang dari China merupakan konsesi terbesar dari Beijing sejauh ini. Saat ditanya soal penyelidikan tarif AS berdasarkan pasal 232, Greer mengatakan bahwa China memang meminta pembaruan status, namun AS menegaskan bahwa tarif tersebut bersifat global tanpa pengecualian untuk negara tertentu.

    China juga menanyakan status penyelidikan AS terhadap sektor seperti tembaga, semikonduktor, dan farmasi. Menurut Greer, AS telah menjelaskan bahwa tarif yang dihasilkan akan berlaku secara global.

    Analis dari Eurasia Group menyebut bahwa Beijing sangat berkepentingan untuk menurunkan tarif 20% yang diberlakukan AS terhadap bahan kimia asal China yang dituding digunakan dalam produksi narkotika ilegal fentanyl.

    Ketegangan dagang antara kedua negara juga meluas ke ranah geopolitik. Presiden Taiwan Lai Ching-te dikabarkan membatalkan kunjungan luar negeri yang dijadwalkan pekan depan setelah AS tidak menyetujui singgahnya di wilayah Amerika Serikat.

    China juga mulai memanfaatkan dominasinya atas ekspor logam tanah jarang untuk menekan AS agar melonggarkan pembatasan terhadap chip canggih yang dibutuhkan Beijing untuk pengembangan kecerdasan buatan.

    Namun, langkah AS yang dianggap melunak tersebut memicu kekhawatiran di kalangan politisi garis keras di Washington yang menilai bahwa pemerintahan Trump terlalu banyak memberi konsesi demi kesepakatan dan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.

    Trump Bantah Kejar Pertemuan dengan Xi

    Sementara itu, Presiden Trump membantah klaim bahwa dirinya mengejar pertemuan dengan Xi. 

    “Saya tidak sedang mencari apa pun! Saya mungkin pergi ke China, tetapi hanya jika diundang oleh Presiden Xi, dan undangan itu memang sudah ada. Selain itu, saya tidak tertarik!” katanya dalam unggahan di media sosial.

    Negosiasi dagang antara Washington dan Beijing berlangsung di tengah upaya negara-negara besar lainnya untuk mencapai kesepakatan tarif dengan Trump sebelum 1 Agustus, batas waktu yang ditetapkan Trump untuk mulai memberlakukan pajak impor timbal balik kepada mitra dagang utama AS.

    Pada Minggu sebelumnya, Trump mengumumkan kesepakatan awal dengan Uni Eropa untuk mengenakan tarif 15% atas barang-barang dari blok tersebut yang masuk ke AS.

    Adapun, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan masih banyak detail dalam kesepakatan AS-UE yang perlu dinegosiasikan. 

    “Masih banyak tawar-menawar yang harus dilakukan,” ujarnya.

  • Drama Tarif AS-China: Babak Akhir Negosiasi, Adu Strategi 2 Raksasa

    Drama Tarif AS-China: Babak Akhir Negosiasi, Adu Strategi 2 Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dan China kembali duduk di meja perundingan di Stockholm, Swedia, untuk meredakan ketegangan dagang yang telah lama membayangi hubungan kedua raksasa ekonomi dunia.

    Melansir Reuters, negosiasi kedua negara tersebut memasuki hari kedua pada Selasa (29/7/2025) waktu setempat, dengan harapan mencegah eskalasi tarif yang bisa mengguncang rantai pasokan global.

    Meski belum ada sinyal akan tercapai terobosan besar, perundingan ini diyakini dapat menghasilkan perpanjangan gencatan senjata tarif selama 90 hari. Ini sekaligus membuka peluang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di akhir tahun, walau Trump membantah telah mengupayakan hal tersebut.

    “Ini tidak benar, saya tidak MENCARI apapun! Saya mungkin pergi ke China, tetapi itu hanya atas undangan Presiden Xi, yang telah diperpanjang. Jika tidak, tidak ada minat!” tulis Trump dalam unggahannya di Truth Social.

    Delegasi kedua negara bertemu selama lebih dari lima jam pada Senin di kantor Perdana Menteri Swedia, Rosenbad, di pusat kota Stockholm. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, terlihat hadir dalam sesi perundingan pada hari kedua.

    Belum ada pernyataan resmi yang dirilis usai hari pertama negosiasi. Namun, China dihadapkan pada tenggat waktu 12 Agustus untuk mencapai kesepakatan tarif permanen dengan Washington. Jika gagal, tarif impor AS terhadap produk China bisa kembali melonjak ke level tiga digit, setara dengan embargo bilateral yang berpotensi melumpuhkan perdagangan global.

    Menurut Financial Times, AS telah menghentikan sementara pembatasan ekspor teknologi ke China demi menjaga momentum perundingan. Langkah ini juga dinilai sebagai strategi untuk mendukung kemungkinan pertemuan antara Trump dan Xi.

    Tantangan Ekstra dari Capitol Hill

    Di tengah perundingan yang sensitif, muncul tekanan politik domestik dari Washington. Sejumlah senator lintas partai dilaporkan tengah menyiapkan rancangan undang-undang yang menargetkan China atas isu hak asasi manusia, perlakuan terhadap kelompok minoritas, dan kebijakan terhadap Taiwan.

    Kondisi ini berpotensi memperumit dinamika negosiasi, terutama mengingat Beijing sangat menentang dukungan AS terhadap Taipei.

    Sumber Reuters menyebutkan Presiden Taiwan Lai Ching-te bahkan menunda kunjungan ke AS yang sebelumnya direncanakan pada Agustus, demi menghindari ketegangan tambahan di tengah proses negosiasi.

    Tekanan dari Perdagangan dan Teknologi

    Perundingan di Stockholm melanjutkan pembicaraan serupa yang sebelumnya digelar di Jenewa dan London. Fokus utama mencakup penurunan tarif balasan, pencabutan penghentian ekspor mineral tanah jarang oleh China, serta ekspor chip AI dan barang strategis lainnya oleh AS.

    Washington menuding Beijing menggunakan model ekonomi berbasis ekspor untuk membanjiri pasar global dengan barang murah, merusak persaingan industri dalam negeri AS. Sebaliknya, China menilai kebijakan kontrol ekspor teknologi AS sebagai bentuk penghambatan terhadap pertumbuhan ekonomi mereka.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelumnya menyatakan, AS membuka peluang perpanjangan tenggat negosiasi. Ia menekankan pentingnya transformasi ekonomi China agar lebih bergantung pada konsumsi domestik daripada ekspor.

    “Kami berharap China mulai menyeimbangkan kembali pertumbuhan ekonominya, karena ini tidak hanya penting bagi mereka, tetapi juga bagi stabilitas ekonomi global,” kata Bessent dalam pernyataan singkatnya.

    Selain itu, isu mineral tanah jarang menjadi salah satu titik krusial dalam negosiasi. China menguasai sebagian besar pasokan global bahan penting ini, digunakan dalam berbagai industri, mulai dari perangkat keras militer hingga motor mobil listrik. Posisi dominan ini menjadikan mineral tanah jarang sebagai alat tawar Beijing yang efektif terhadap AS.

    Para analis memperkirakan pembicaraan AS-China akan berlangsung lebih rumit dibanding negosiasi dagang dengan negara Asia lainnya. Kompleksitas kepentingan geopolitik dan ekonomi membuat proses ini diperkirakan berlangsung berbulan-bulan, tanpa jaminan hasil dalam waktu dekat.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 9
                    
                        Usaha Sewa Sepatu Adidas: Ada yang Rp 4,5 Juta, Disewakan Rp 140.000 Per Hari
                        Surabaya

    9 Usaha Sewa Sepatu Adidas: Ada yang Rp 4,5 Juta, Disewakan Rp 140.000 Per Hari Surabaya

    Usaha Sewa Sepatu Adidas: Ada yang Rp 4,5 Juta, Disewakan Rp 140.000 Per Hari
    Tim Redaksi
    MOJOSARI, KOMPAS.com
    – Siapa sangka,
    persewaan sepatu
    yang akhir-akhir ini viral di media sosial bermula dari patah hati.
    Ia adalah
    Surya Adi Wibisono
    , pemuda asal
    Mojosari
    , Mojokerto, Jawa Timur, yang mampu membuktikan usaha uniknya bahwa dari kegagalan dan luka, bisa lahir ide yang tidak biasa.
    “Iya memang putus cinta, sebelum itu saya tidak mau kenal Adidas. Lalu saya jualan sepatu, tetapi lama-kelamaan rugi. Akhirnya kepikiran untuk disewakan saja,” ujarnya malu-malu dengan tawa ringan kepada
    Kompas.com.
    Kecintaannya pada sepak bola, terutama klub Persebaya Surabaya, menjadi pintu masuk Surya ke dunia sneaker.
    Apalagi, sejak tim kebanggaannya promosi ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia, yang saat itu bernama Liga 1.
    Ia pun rutin menonton langsung di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, yang memunculkan ketertarikannya terhadap sepatu mulai tumbuh.
    Setelah menjomblo, ia mengenal salah satu merek yang biasa digunakan suporter, yaitu Adidas.
    Ia lalu membeli
    sepatu Adidas
    untuk koleksi pribadi yang diambil langsung dari Surabaya.
    Kemudian, ia tertarik untuk jualan sepatu, tetapi tidak berjalan mulus karena uangnya tidak berputar.
    Di tengah kekecewaan itu, ia mencoba opsi lain dengan menyewakannya.
    “Awalnya nyoba aja biar uangnya muter. Mulai dari lima sepatu yang tadinya untuk dijual, sekarang sudah ada 24 sepatu,” tutur pria berusia 22 tahun.
    Model yang disewakan pun tidak sembarangan.
    Ada Adidas seri Liverpool, Shanghai, Warszawa, London 96, hingga Manchester 89 Patrick.
    Salah satu yang paling bernilai adalah Adidas Warszawa yang dibeli seharga Rp 4,5 juta dan kini disewakan Rp 140.000 per hari.
    Tarif sewa sepatu bervariasi dan paling laris ukuran 40-42, mulai dari Rp 120.000 hingga Rp 250.000 per hari, tergantung seri dan kelangkaannya.
    Dimulai dari teman-teman dekat, kini peminatnya makin banyak, datang dari Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya.
    Apalagi, syarat sewanya sederhana, cukup menyerahkan KTP dan STNK sebagai jaminan.
    “Yang sewa biasanya untuk liburan, foto-foto di studio, atau nonton bola. Mereka datang ke rumah, ya sambil ngobrol-ngobrol juga,” ujar pria yang juga berjualan kue di Pasar Sawahan, Mojosari.
    Kini, selama tujuh bulan menjalankan usaha persewaan sepatu Adidas ini, Surya Adi Wibisono mendapatkan banyak pelajaran berharga.
    Salah satunya ketika ia sempat keliru memberikan KTP ke peminjam.
    Pengalaman itu membuatnya lebih hati-hati dalam menyusun sistem persewaan.
    “Yang sewa ada yang sehari sampai empat hari. Terakhir kemarin ada yang tiga hari untuk ke Jakarta nonton bola. Kalau tiga hari, biasanya ada potongan harga, dihitung sekitar seratus ribuan per hari,” katanya. 
    Sementara itu, untuk perawatan koleksi sepatu-sepatunya ini, sebagian besar ditangani sendiri, dan sesekali, ia juga menitipkan cucian sepatu ke teman.
    “Awalnya lihat-lihat aja, terus coba beli alat perawatan sendiri lewat marketplace,” pungkas Surya Wibisono.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pesawat Alien Serang Bumi Tahun Ini, Ilmuwan Ungkap Jadwalnya

    Pesawat Alien Serang Bumi Tahun Ini, Ilmuwan Ungkap Jadwalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Objek misterius intergalaksi diduga sebagai pesawat alien yang hendak menyerang Bumi. Bahkan, jadwalnya sudah diperkirakan pada November 2025 mendatang, menurut studi baru dari sekelompok kecil ilmuwan yang memicu kontroversi.

    “Konsekuensinya, jika hipotesis ini terbukti benar, berpotensi mengerikan bagi umat manusia,” tulis para peneliti dalam makalah yang kontroversial tersebut, yang diterbitkan pada 16 Juli 2025 di server pracetak arXiv, dilaporkan oleh South West News Service.

    Dijuluki 3I/ATLAS, objek misterius ini ditemukan pada 1 Juli 2025. Objek itu melesat menuju Matahari dengan kecepatan lebih dari 130.000 mph, menurut laporan Live Science.

    Kurang dari 24 jam kemudian, objek tersebut dipastikan sebagai objek antarbintang. Pengamatan awal menunjukkan bahwa objek tersebut kemungkinan adalah sebuah komet dengan diameter hingga 15 mil. Kira-kira lebih besar dari Manhattan.

    Namun, dalam makalah terbaru, ketiga peneliti tersebut menduga bahwa objek tersebut mungkin merupakan teknologi mata-mata luar angkasa yang disamarkan, diukutip dari New York Post, Senin (28/7/2025).

    Salah satu peneliti, Avi Loeb, yang juga merupakan astrofisikawan Harvard terkemuka, sebelumnya membuat gebrakan setelah menyebarkan teori bahwa objek antarbintang 2017 ʻOumuamua bisa jadi merupakan wahana pengintaian buatan yang dikirim oleh peradaban alien, berdasarkan bentuk dan percepatannya yang aneh.

    Dalam studi ini, yang ia kerjakan bersama Adam Hibberd dan Adam Crowl dari Initiative for Interstellar Studies di London, Loeb berhipotesis bahwa lintasan 3I/ATLAS menunjukkan asal usul alien yang serupa. Ketiganya merasa kecepatan objek tersebut yang jauh lebih cepat daripada ʻOumuamua dan objek lainnya.

    “Fakta bahwa objek tersebut memasuki tata surya kita dari sudut yang berbeda dari pendahulunya menawarkan berbagai manfaat bagi kecerdasan ekstraterestrial,” tulis Loeb dalam sebuah postingan blog.

    Salah satu manfaatnya adalah 3I/ATLAS akan mendekati Jupiter, Mars, dan Venus, yang dapat memungkinkan alien untuk diam-diam menanam gadget mata-mata di sana, tulis Loeb.

    Ketika UFO yang disebut menyamar itu mencapai titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion) pada akhir November, ia akan tersembunyi dari pandangan Bumi.

    “Ini mungkin disengaja untuk menghindari pengamatan detail dari teleskop berbasis Bumi saat objek tersebut paling terang atau ketika gadget dikirim ke Bumi dari titik pandang tersembunyi itu,” tegas Loeb.

    Jika anomali ini merupakan “artefak teknologi”, hal ini dapat mendukung hipotesis hutan gelap, yang berpendapat bahwa kita belum menemukan tanda-tanda entitas luar angkasa karena mereka tetap menyamar untuk melindungi diri dari predator atau mangsa.

    Loeb memperingatkan bahwa hal ini dapat menunjukkan bahwa sebuah serangan mungkin terjadi dan mungkin memerlukan tindakan defensif.

    Masalahnya, 3I/ATLAS melaju terlalu cepat sehingga tidak mungkin dicegat oleh wahana antariksa berbasis Bumi sebelum meninggalkan tata surya.

    “Oleh karena itu, tidak praktis bagi penduduk Bumi untuk mendarat di 3I/ATLAS pada jarak terdekat dengan menaiki roket kimia, karena roket terbaik kita hanya mencapai sepertiga kecepatan tersebut,” tulis Loeb.

    Namun, ilmuwan lain telah membantah apa yang disebut sebagai asal usul alien dari objek tersebut, yang mereka yakini sebagai sebuah komet.

    “Semua bukti menunjukkan bahwa ini adalah komet biasa yang terlontar dari tata surya lain, sama seperti miliaran komet yang tak terhitung jumlahnya telah terlontar dari tata surya kita sendiri,” kata Samantha Lawler, astronom di Universitas Regina di Kanada yang mempelajari dinamika tata surya, dilaporkan Live Science.

    Faktanya, Loeb pun mengakui di blognya bahwa teori wahana mata-mata aliennya agak mengada-ada. Ia mengatakan sejauh ini hasil yang paling mungkin adalah bahwa 3I/ATLAS adalah objek antarbintang yang sepenuhnya alami, kemungkinan sebuah komet.

    Para peneliti juga memperingatkan publik untuk tidak terlalu mempercayai makalah ini, yang belum melalui proses peer-review.

    “Makalah ini bergantung pada hipotesis yang luar biasa tetapi, seperti yang akan kami tunjukkan, dapat diuji, yang belum tentu dianut oleh para penulis, namun tentu layak untuk dianalisis dan dilaporkan,” tulis mereka.

    “Hipotesis ini merupakan latihan yang menarik, dan menyenangkan untuk diteliti, terlepas dari kemungkinan validitasnya,” ia menambahkan.

    Namun, para kritikus menyebut proyek mereka sebagai ejekan terhadap karya ilmuwan lain.

    “Para astronom di seluruh dunia sangat gembira dengan kedatangan 3I/ATLAS, dan mereka berkolaborasi menggunakan teleskop canggih untuk mempelajari pengunjung ini,” ujar Chris Lintott, astronom di Universitas Oxford yang membantu simulasi asal usul galaksi 3I/ATLAS, kepada Live Science.

    “Anggapan bahwa itu buatan adalah omong kosong belaka, dan merupakan penghinaan terhadap upaya menarik yang sedang dilakukan untuk memahami objek ini,” ia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    RI Dihantui COVID-19 ‘Stratus’, Ini Bedanya dengan Varian Lain

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum lama ini mengungkapkan COVID-19 varian XFG atau Stratus sudah terdeteksi di Indonesia. Bahkan, disebutkan Stratus saat ini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Temuan ini diungkapkan berdasarkan pemantauan rutin yang dilakukan Kemenkes terkait penyakit pernapasan di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan.

    “Pada bulan Juni varian dominan di Indonesia adalah XFG dengan 75 persen pada Mei dan 100 Mei pada Juni. Lalu ada XEN sebesar 25 persen pada Mei,” ujar pihak Kemenkes belum lama ini.

    Sebenarnya apa yang berbeda dari Stratus dibanding varian yang sudah ada sebelumnya?

    Menurut dokter umum di Harvey Street dan Hannah Clinic London, Dr Kaywaan Khan varian Stratus memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih rentan menginfeksi.

    Meski begitu, ia mengingatkan dampak infeksi dari varian Stratus tidak lebih fatal bila dibandingkan dengan varian Omicron yang juga sempat bikin heboh sebelumnya. Vaksin yang sudah disetujui juga tetap disarankan untuk mencegah keparahan gejala.

    “Berbeda dengan varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike yang membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi,” ujar Khan dikutip dari Cosmopolitan, Senin (28/7/2025).

    “Meski demikian, penting diingat Stratus tampaknya tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron sebelumnya dalam hal tingkat keparahan penyakit, rawat inap, atau kematian,” sambungnya.

    Gejala Varian Stratus

    Secara umum COVID-19 Stratus menimbulkan gejala yang mirip dengan varian-varian sebelumnya. Misalnya, hilangnya indera penciuman dan pengecap.

    Namun, varian ini juga memiliki gejala khas, yaitu suara serak atau parau. Dr Khan menuturkan pemeriksaan COVID-19 perlu dilakukan bila mengalami gejala-gejala tersebut.

    “Salah satu gejala yang paling terlihat dari varian Stratus adalah suara serak, termasuk suara yang kasar atau parau,” ujar Dr Khan.

    Senada, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan gejala Stratus dapat berupa suara parau atau bahasa Inggrisnya hoarseness, scratchy, raspy voice.

    Sejumlah pasien di Inggris bahkan mengaitkan keluhan tersebut dengan nyeri tak tertahankan seperti terkena benda tajam di bagian leher. Meski begitu, tidak semua gejala tersebut selalu berkaitan dengan infeksi COVID-19 varian Stratus.

    Untuk benar-benar memastikannya, tetap diperlukan tes atau pemeriksaan COVID-19 melalui rapid test maupun PCR.

    “Stratus atau XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta kemungkinan melemahnya proteksi,” sorot dia.

    “Walau sejauh ini vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat,” pungkasnya.

    Selain itu, gejala lain dari infeksi COVID-19 varian Stratus menurut Menurut National Health Service (NHS) Inggris meliputi:

    Suhu tubuh tinggiMenggigilKehilangan atau perubahan indera penciuman dan pengecapSesak napasKelelahanBadan pegal-pegalSakit kepalaSakit tenggorokanHidung tersumbat atau berairHilang nafsu makanDiareMual dan muntah

    Pencegahan Infeksi COVID-19 Stratus

    Berkaitan dengan dengan dominasi varian Stratus di Indonesia, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Pastikan juga untuk menerapkan etika batuk atau bersin untuk menghindari risiko penularan pada orang lain.

    Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Jika sedang sakit dan mengalami gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terlebih bila ada riwayat kontak dengan faktor risiko.

    Penggunaan masker juga sangat disarankan apabila mengalami masalah kesehatan seperti batuk, pilek, atau demam.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Tanda Kiamat Makin Dekat, Manusia Cuma Punya Waktu 10 Tahun

    Tanda Kiamat Makin Dekat, Manusia Cuma Punya Waktu 10 Tahun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dunia menghadapi ancaman serius dari krisis iklim yang makin tak terkendali. Para ilmuwan memperingatkan bahwa dalam satu dekade ke depan, manusia bisa kehilangan kendali atas laju pemanasan global.

    Sekitar tahun 2030, suhu Bumi diprediksi menembus ambang batas 1,5 derajat Celcius, yang disebut sebagai titik kritis tanpa jalan kembali. Jika hal ini terjadi, dampaknya akan langsung dirasakan oleh seluruh umat manusia. Mulai dari peningkatan laju kepunahan spesies, gagal panen, hingga ‘tipping point’ pada perubahan sistem iklim yakni kematian koral dan mencairnya es di kutub.

    Sejumlah negara kaya telah merencanakan untuk melakukan gerakan karbon netral. Namun gerakan tersebut baru terlaksana hingga 2050, yang diminta Sekjen PBB Antonio Gueterres untuk dipercepat 10 tahun.

    Pihak PBB juga mendorong seluruh manusia untuk melakukan pengurangan emisi secara global.

    Semnetara itu Ketua IPCC (Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim), Lee Hoesung mengakui pihaknya telah mengetahui cara menghindari fenomena tersebut. Namun mereka terkendala dengan kemauan politik antarnegara.

    “Kami tahu caranya, punya teknologi, peralatan, dan anggaran – semua yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan iklim yang sudah kita kenali sejak lama. Satu-satunya yang kurang adalah kemauan politik yang kuat,” kata Lee Hoesung, dikutip dari AFP, Selasa (8/7/2025).

    Suhu Bumi diprediksi bakal terus memanas hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Pada 2100, IPCC memprediksi laju pemanasan global mncapai 1,8 derajat celcius dan setengah populasi manusia akan hidup di tengah kepanasan dan kelembaban ekstrem.

    Panas dan kelembaban ekstrem akan melanda sejumlah negara. Mulai dari Asia Tenggara, sebagian Brasil hingga negara-negara di Afrika Barat.

    Sekarang, pemanasan global juga telah dirasakan di Bumi. Suhunya telah melampaui 1,2 derajat Celcius lebih panas dari masa pra-industri.

    Dampaknya cuaca ekstrem telah sering terjadi di Bumi. “Tahun paling hangat yang kita alami saat ini akan menjadi tahun terdingin di satu generasi,” kata ilmuwan dari Imperial College London, Friederike Otto.

    Es 20 kali Jawa lumer

    Es di wilayah Antartika terus mencair. Catatan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada 27 Juni 2023 lalu, luas laut es-nya hampir 2,6 juta kilometer persegi atau di bawah rata-rata sepanjang tahun ini.

    Luas tersebut 20 kali dari luas Pulau Jawa. Pulau tersebut memiliki luas sekitar 128.297 km persegi. Saat ini, Antartika masuk ke musim dingin, seharusnya pertumbuhan es laut lebih cepat. Namun ternyata tidak terjadi seperti periode serupa pada tahun-tahun sebelumnya.

    “Pada fase pertumbuhan musim dingin, es laut Antartika mencapai rekor terendah sepanjang tahun ini,” tulis NOAA dalam akun Twitternya, dikutip Live Science.

    “Luas es laut mendekati setengah juta mil persegi di bawah batas terendah sebelumnya, diamati pada tahun 2022”.

    Penyusutan es laut telah terjadi hampir di seluruh pinggiran benua. Kecuali yang berada di Laut Amundsen dan Antartika Barat.

    Hingga sekarang, es laut Antartika tersisa 11,7 juta km persegi. Diperkirakan area tersebut akan bertumbuh pada akhir September, saat luas es laut mencapai titik puncaknya yakni sekitar 18,4 juta km persegi.

    Sementara titik terendah es laut terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret, yakni saat musim semi dan musim panas. Total luas minimum saat itu adalah 2,5 juta km persegi.

    Para peneliti telah melakukan pengukuran tingkat laut es Antartika. Secara konsisten terus di bawah rata-rata pada periode 1981-2010, dan rekor terendah harian sejak April 2023.

    “Perilaku luas biasa es laut Antartika saat ini menimbulkan pertanyaan apakah bisa jadi awal tren jangka panjang terkait perubahan iklim atau lautan, namun menjawabnya akan butuh lebih banyak waktu, daya dan penelitian,” kata NOAA.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Mewabah di RI, Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar

    Jakarta

    Varian baru COVID-19 ‘Stratus’ atau XFG belakangan disorot setelah terdeteksi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui hasil surveilans penyakit pernapasan yang mencakup influenza, COVID-19, dan penyakit pernapasan lainnya.

    Surveilans ini dilakukan secara rutin melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi sentinel, yakni 39 puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 balai karantina kesehatan di pintu masuk negara.

    Laporan tersebut mengatakan varian baru COVID XFG atau ‘Stratus’ kini menjadi varian paling dominan di Indonesia.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kelompok Ini Paling Rentan Terpapar Varian Baru COVID Stratus

    Dikutip dari Health Site, kelompok yang paling berisiko terinfeksi varian baru COVID-19, termasuk Stratus adalah mereka yang termasuk dalam kategori rentan, seperti anak-anak, lansia, serta individu dengan penyakit penyerta (komorbid) atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Para ahli menjelaskan menurunnya kekebalan tubuh menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penyebaran varian ini semakin meluas. Efektivitas vaksin booster juga disebut menurun seiring waktu, sementara infeksi alami yang dulu memberikan kekebalan kini mulai jarang terjadi.

    Kondisi ini membuat semakin banyak orang kembali rentan terhadap infeksi COVID-19, termasuk terhadap varian baru seperti Stratus. Para ahli memperingatkan ancaman ini bisa menjadi pemicu gelombang baru infeksi, terutama di kalangan masyarakat yang belum mendapatkan vaksin booster atau memiliki daya tahan tubuh rendah.

    dr Kaywaan Khan, dokter umum di Harley Street dan pendiri Hannah London Clinic juga memperingatkan orang-orang dari semua kelompok usia dan jenis kelamin mungkin rentan jika varian tersebut terus menyebar tanpa terkendali.

    “Tidak seperti varian lain, Stratus memiliki mutasi tertentu pada protein spike, yang dapat membantunya menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya,” kata dr Khan, dikutip dari Financial Express.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/up)

    Varian Stratus Intai RI

    13 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Fakta-fakta Varian Baru COVID ‘Stratus’ Masuk RI, Gejala dan Ciri Khasnya

    Jakarta

    Varian baru COVID XFG atau stratus sudah terdeteksi di Indonesia menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). Stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.

    Laporan ini diberikan berdasarkan hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, seperti influenza dan COVID-19 di 39 puskesmas, 25 rumah sakit, serta 14 Bala Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Hingga minggu ke 30, jumlah total kasus COVID sepanjang 2025 terdapat 291 kasus dari sebanyak 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif 2,26 persen. Sedangkan, jumlah kasus yang ada di lokasi sentinel sampai minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari sebanyak 2.613 spesimen.

    Positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol; kesehatan dasar, dan melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Sementara, vaksinasi dianjurkan bagi kelompok rentan.

    Gejala Varian COVID Stratus

    Menurut dokter umum di Harley Street, sekaligus pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkan virus ini menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi.

    Stratus dikatakan tidak tampak lebih berat atau parah jika dibandingkan dengan varian sebelumnya. Tapi, ada gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    dr Khan menyarankan, jika seseorang mendapat hasil positif, maka sebaiknya tetap di rumah dan menjalani isolasi. Sebab, varian stratus sangat mudah menular.

    Selain itu, beberapa gejala lainnya mirip varian COVID-19 sebelumnya. Dikutip dari laman National Health Service UK (NHS), gejalanya meliputi:

    Sesak napasKehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa,Kelelahan, demam atau menggigilHidung tersumbat atau berairNyeri ototBatuk terus-menerusSakit tenggorokanSakit kepalaDiareHilangnya nafsu makan, dan mual

    Varian Stratus Lebih Berbahaya?

    Stratus ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh WHO, sebab proporsinya terus meningkat secara global. Varian ini diperkirakan memiliki pertumbuhan yang relatif tertinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar, seperti Nimbus atau NB.1.8.1 terkini. Kendati demikian, stratus dikatakan tidak lebih parah dibandingkan varian lainnya yang beredar.

    “Data saat ini tidak menunjukkan varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian daripada varian lain yang beredar,” kata WHO, (7/7/2025).

    Terdapat bukti yang menunjukkan adanya peningkatan proporsi dari varian stratus. Tapi, WHO belum mengamati tanda-tanda yang menunjukkan peningkatan keparahannya.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya, kata WHO.

    Sementara itu, menurut konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA), Dr Alex Allen mengatakan pula bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian stratus menyebabkan penyakit yang lebih parah dari varian sebelumnya.

    “Merupakan hal yang normal bagi virus untuk bermutasi dan berubah seiring waktu,” kata Dr Alex Allen, seraya menambahkan pihaknya terus memantau semua jenis COVID di Inggris, dikutip dari The Independent.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    5 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Masih Berstatus WNA, Kimberly Ryder Ngaku Belum Minat Jadi WNI

    Masih Berstatus WNA, Kimberly Ryder Ngaku Belum Minat Jadi WNI

    Jakarta, Beritasatu.com – Artis Kimberly Ryder yang tengah berseteru dengan mantan suaminya, Edward Akbar ternyata masih berstatus Warga Negara Asing (WNA) meski dirinya sudah berkarir dan tinggal di Indonesia sejak lama.

    “Aku memang masih berstatus WNA (Inggris) dan salah satu alasan aku belum jadi WNI adalah karena karena anakku salah satunya karena lahir di luar negeri, jadi dua warga negara,” ungkap Kimberly Ryder Hal seperti dikutip dari Channel Youtube, Minggu (27/7/2025).

    Diakuinya, hingga kini memang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) menjadi pertimbangannya meski diakuinya ada persyaratan kompleks yang harus dihadapinya bila menjadi WNI. “Sekarang lagi dipertimbangkan (jadi WNI). Aku enggak tahu, masih mikir saja belum bisa menjelaskan,” tambahnya.

    Diakui Kimberly, permasalahan kewarganegaraan ini memang jadi kendala besar dalam proses perceraiannya, karena hingga kini dirinya masih berseteru terkait urusan harta gono gini saat bercerai dengan suaminya, Edward Akbar.

    Salah satu perdebatannya, adalah masalah rumah yang dibelinya di Bali dengan menggunakan nama Edward yang tidak bisa diambilnya lantaran dirinya berkewarganegaraan asing.

    “Itu memang jadi masalah (pembagian harta gono gini), seperti rumah yang aku beli di Bali buat anak-anak, itu enggak bisa dikasih ke aku karena memang saat membelinya pakai nama Edward dan Sebagian besar rumah itu saya yang beli dan harapannya dikembalikan untuk anak-anak meski diserahkan ke aku,” tutupnya.

    Sekadar informasi, Kimberly lahir di Jakarta, 6 Agustus 1993. Dirinya lahir dari pasangan Nigel Ryder yang berkewarganegaraan Inggris dan Irvina Zainal yang merupakan Finalis Puteri Indonesia 1992 asal Sumatera Barat.

    Sebelum akhirnya dikenal sebagai artis, Kimberly sempat menyelesaikan sekolahnya di University of Arts London Inggris. Dia memulai karir pertamanya di dunia hiburan Tanah Air sejak tahun 2008 dengan bermain dalam film Chika, setelah itu, Kimberly pun lantas main dalam beberapa sinetron dan film serial televisi seperti Cahaya dan Kawin Masal.

    Tahun 2018 lalu, Kimberly resmi dipersunting suaminya yang bernama Edward Akbar. Dari pernikahannya itu, keduanya dikaruniai dua orang anak. Huru-hara yang terjadi dalam rumah tangga membuat mereka akhirnya bercerai di mana Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat menjatuhkan putusan cerai keduanya pada 29 November 2024 lalu.

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Dominan di RI, Masuk Daftar ‘Pantauan’ WHO

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Dominan di RI, Masuk Daftar ‘Pantauan’ WHO

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan varian baru COVID-19 bernama XFG atau ‘Stratus’ kini menjadi varian yang paling dominan di Indonesia. Pada Mei 2025, varian ini terdeteksi pada 75 persen spesimen, dan meningkat tajam hingga mencakup 100 persen kasus pada Juni.

    Selain XFG, Kemenkes juga mendeteksi varian XEN yang terdeteksi sebesar 25 persen pada Mei.

    “Total kasus COVID-19 dari M1-M30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus dari total 12.853 spesimen diperiksa (positivity rate 2,26 persen). Jumlah kasus COVID-19 pada sentinel site hingga M25 berjumlah 82 kasus dari 2.613 spesimen diperiksa,” tutur Kemenkes,” demikian laporan Kemenkes RI, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Stratus Masuk Daftar Variant Under Monitoring (VUM)

    XFG atau Stratus adalah varian SARS-CoV-2 yang merupakan hasil rekombinasi dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Juni 2025, mengungkapkan XFG masuk ke dalam daftar Variant Under Monitoring (VUM) lantaran proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Meski begitu, berdasarkan bukti yang tersedia, risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh XFG dievaluasi rendah pada tingkat global. Vaksin COVID-19 yang saat ini telah disetujui diperkirakan masih efektif melindungi dari gejala dan penyakit berat akibat varian ini.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya,” kata WHO.

    Istilah VUM digunakan untuk memberi sinyal kepada otoritas kesehatan masyarakat suatu varian SARS-CoV-2 berpotensi memerlukan perhatian dan pemantauan lebih lanjut.

    Tujuan utama penetapan status VUM untuk menilai apakah varian tersebut, beserta varian yang terkait dengannya, menimbulkan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat global dibandingkan varian lain yang sedang beredar.

    Sementara itu, hanya terdapat satu varian COVID-19 yang saat ini masuk dalam kategori Variant of Interest (VOI), yaitu JN.1. Varian ini diketahui telah menyebar di 144 negara.

    VOI adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan varian SARS-CoV-2 yang memiliki perubahan genetik yang berpotensi memengaruhi perilaku virus atau dampaknya terhadap kesehatan manusia.

    Gejala Varian Baru COVID Stratus

    Varian COVID-19 Stratus memiliki gejala khas. dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, salah satu gejala khas varian Stratus adalah suara serak atau parau.

    dr Khan menambahkan, secara umum gejala Stratus cenderung ringan hingga sedang. Meski begitu, jika seseorang dinyatakan positif, ia sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi karena varian ini sangat menular.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya, dikutip Times of India.

    Selain itu, beberapa gejala lainnya mirip dengan varian COVID sebelumnya. Menurut National Health Service UK (NHS), gejala-gejala tersebut meliputi

    sesak napaskehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa,kelelahan, demam atau menggigilhidung tersumbat atau berairnyeri ototbatuk terus-menerussakit tenggorokansakit kepaladiarehilangnya nafsu makan, dan mual

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

    Varian Stratus Intai RI

    11 Konten

    COVID-19 di Indonesia kini didominasi varian XFG, atau dijuluki ‘varian stratus’. Varian ini mendominasi 75 persen kasus di bulan Mei 2025, dan 100 persen kasus di Juni.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya