kab/kota: Lenteng Agung

  • Lokasi Baru Pedagang Pasar Barito Usai Direlokasi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Agustus 2025

    Lokasi Baru Pedagang Pasar Barito Usai Direlokasi Megapolitan 3 Agustus 2025

    Lokasi Baru Pedagang Pasar Barito Usai Direlokasi
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Pemerintah Kota Jakarta Selatan menetapkan kawasan
    Lenteng Agung
    Timur, Jagakarsa, sebagai lokasi baru bagi para pedagang
    Pasar Barito
    yang terdampak proyek pembangunan
    Taman Bendera Pusaka
    .
    Langkah ini menjadi bagian dari upaya penataan kawasan Blok M dan pengembangan ruang terbuka hijau terpadu di Jakarta Selatan.
    Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Ali Murthadho, menjelaskan bahwa lokasi relokasi seluas 7.600 meter persegi tersebut akan menjadi
    lokasi baru pedagang Barito
    .
    “Harapannya lokasi ini nantinya menjadi tempat ikoniknya Jakarta Selatan. Sebab, di lokasi ini akan terpusatnya seluruh pedagang hewan yang memanjakan mata para pembeli,” ujar Ali saat peninjauan lahan pada Kamis (17/7/2025).
    Lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu akan menampung pedagang dari beberapa kelompok, antara lain JS 25, 26, 29, dan 96.
    Selain lapak dagang, kawasan relokasi juga akan dilengkapi kantor suku dinas terkait untuk mendukung fungsi administrasi dan pelayanan umum.
    Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan juga menjajaki alternatif lokasi lain untuk relokasi pedagang, termasuk ke beberapa pasar yang dikelola Perumda Pasar Jaya, seperti:
    Ketua Pedagang Barito, Lardi, menyatakan bahwa sebagian besar pedagang mendukung relokasi, khususnya ke kawasan Lenteng Agung.
    “Kami mengikuti dan setuju untuk dipindahkan ke lokasi baru selama fasilitas dan kenyamanan tetap diperhatikan,” ujarnya.
    Wali Kota Jakarta Selatan Muhammad Anwar menegaskan bahwa proses relokasi dilakukan dengan pendekatan dialogis dan humanis.
    “Kami akan bantu semuanya, seperti kendaraan angkut dan lainnya,” kata Anwar dalam keterangannya, Sabtu (2/8/2025).
    Pemkot juga melibatkan unsur kelurahan, kecamatan, Satpol PP, dan Dinas PPKUKM DKI untuk memastikan proses pemindahan berjalan tertib.
    Camat Kebayoran Baru, Achmad Basyaruddin, menyampaikan bahwa sebagian pedagang sudah mulai pindah secara mandiri ke lokasi yang mereka pilih.
    Tenggat waktu relokasi ditetapkan hingga Minggu, 3 Agustus 2025, dan setelah itu, lokasi akan sepenuhnya menjadi kewenangan Dinas PPKUKM Provinsi DKI.
    Relokasi ini merupakan bagian dari rencana pengembangan Taman Bendera Pusaka.
    Taman ini merupakan proyek prioritas Gubernur Jakarta Pramono Anung, yang akan menggabungkan tiga taman besar, yakni Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser.
    Ketiga taman itu akan dihubungkan melalui jembatan dan terowongan serta dilengkapi jogging track 24 jam.
    Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta, Fajar Sauri, menyebut pembangunan tidak menggunakan APBD, melainkan dana kontribusi dari pengembang lewat Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dengan total anggaran sebesar Rp 50 miliar.
    Groundbreaking dijadwalkan pada 8 Agustus 2025, dengan target penyelesaian akhir tahun.
    Pasar Barito terakhir direnovasi dan kembali beroperasi pada 13 Oktober 2023, dengan 137 kios aktif yang terdiri atas 85 kios hewan, 18 kios buah, dan 34 kios kuliner.
    Penutupan pasar ini menandai berakhirnya satu era pusat niaga rakyat di Kebayoran Baru yang selama puluhan tahun menjadi rujukan warga Jakarta Selatan, khususnya untuk membeli hewan peliharaan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hari Ini Jadi Hari Terakhir Pasar Barito: Antara Kenangan dan Sejarah Panjangnya
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Agustus 2025

    Hari Ini Jadi Hari Terakhir Pasar Barito: Antara Kenangan dan Sejarah Panjangnya Megapolitan 3 Agustus 2025

    Hari Ini Jadi Hari Terakhir Pasar Barito: Antara Kenangan dan Sejarah Panjangnya
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Hari ini, Minggu (3/8/2025), menjadi penanda akhir dari riwayat panjang
    Pasar Barito
    , Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
    Pemerintah Kota Jakarta Selatan memberikan tenggat waktu hingga hari ini kepada para pedagang untuk mengosongkan lapak mereka.
    Hal ini seiring dengan dimulainya proyek pembangunan Taman Bendera Pusaka, kawasan terbuka hijau terpadu yang mencakup Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser.
    Bagi para pedagang, Pasar Barito bukan sekadar tempat berdagang, melainkan juga rumah kedua, tempat berpuluh tahun mereka mencari nafkah dan membangun relasi sosial.
    Ibrahim, seorang pedagang ikan hias, adalah saksi hidup
    sejarah Pasar Barito
    . Ia telah berjualan di sana sejak 1980-an, meneruskan usaha yang dimulai ayahnya pada 1969.
    Ia adalah satu dari ratusan pedagang yang menggantungkan hidup di kios mungil berukuran 2,5 x 4 meter itu, tempat ia menjual ikan hias bersama adik semata wayangnya, Ai’.
    Waktu itu, pada tahun 1969, ayah Ibrahim memulai usaha dari nol dengan kios seadanya.
    Kemudian pada 1970, Pak Ali Sadikin resmikan Pasar Barito jadi pusat ikan dan bunga hingga menjadi lokasi yang ramai pengunjung.
    Dari satu kios sederhana, usaha keluarga Ibrahim tumbuh menjadi toko “Dua Bersaudara”, yang melayani pelanggan dari berbagai daerah, bahkan mancanegara seperti Korea dan Jepang.
    Pasar Barito bukan hanya ruang ekonomi. Ia adalah ruang sosial, tempat warga berburu hewan peliharaan, bercengkrama, bahkan sekadar bersantai di bangku-bangku di bawah rindang pepohonan.
    “Banyak orang datang ke sini cuma lihat-lihat hewan, walau enggak beli. Gratis. Tempatnya bersih, nyaman,” tutur Dewi (45), pedagang hewan yang sudah 15 tahun berjualan di sana.
    “Sekarang mau dipindah. Takut pelanggan enggak tahu tempat baru. Ya enggak datang lagi,” imbuhnya.
    Hal serupa dikhawatirkan Bambang, pedagang pakan hewan. Ia takut relokasi ke tempat yang belum dikenal akan menghilangkan kepercayaan pelanggan yang selama ini setia.
    “Orang udah tahu kami di Barito. Kalau dipindah, mereka bingung. Akhirnya cari tempat lain,” keluhnya.
    Bagi warga dan pedagang, Barito adalah simbol keakraban, tempat rekreasi, dan denyut ekonomi lokal yang hidup.
    Pemerintah Kota Jakarta Selatan memastikan proses relokasi dilakukan secara manusiawi.
    Wali Kota Muhammad Anwar menyatakan, pihaknya siap membantu pengangkutan barang dan memberikan keleluasaan bagi pedagang memilih lokasi usaha sementara di bawah naungan Perumda Pasar Jaya.
    Kawasan Jalan Raya Lenteng Agung Timur, Jagakarsa telah ditetapkan sebagai lokasi baru bagi para pedagang Pasar Barito.
    Lahan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu akan menampung pedagang dari beberapa kelompok, antara lain JS 25, 26, 29, dan 96.
    Selain lapak dagang, kawasan relokasi juga akan dilengkapi kantor suku dinas terkait untuk mendukung fungsi administrasi dan pelayanan umum.
    Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan juga menjajaki alternatif lokasi lain untuk relokasi pedagang, termasuk ke beberapa pasar yang dikelola Perumda Pasar Jaya, seperti Pasar Mampang, Pondok Indah, Pondok Labu, Tebet Barat, Tebet Timur, Bata Putih, dan Kebayoran Lama.
    Namun, tidak semua pedagang melihat solusi ini sebagai jawaban. Ibrahim, misalnya, menolak tawaran kios di bekas Pasar Inpres Radio Dalam karena ukurannya yang hanya 2 x 2 meter tak cukup menampung puluhan akuariumnya.
    “Enggak cukup, Mas. Kami butuh ruang untuk puluhan akuarium. Bukan cuma meja dan etalase. Ini bukan jualan kaos,” ujarnya.
    Pemerintah mengalokasikan lahan relokasi di Lenteng Agung seluas 7.600 meter persegi, tetapi pembangunan diperkirakan memakan waktu hingga enam bulan.
    Selama itu, pedagang harus mencari cara bertahan hidup di lokasi sementara. Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike, menyatakan pemerintah sudah memberi solusi.
    “Data pedagang sedang dikumpulkan, dan mereka diberi kebebasan memilih pasar sementara,” ujarnya.
    Hari ini, Minggu, (3/8/2025) Barito bukan lagi pasar yang sibuk. Ia adalah tempat kenangan terakhir ditata dalam kardus, akuarium dikuras, dan senyum pelanggan berganti peluk perpisahan.
    Di antara ruang terbuka hijau dan rencana koneksi taman dengan jembatan dan
    joging track
    , ada cerita warga yang kini hanya akan menjadi kenangan.
    Relokasi Pasar Barito
    ini bukan sekadar pindah tempat, namun ini seperti melepas rumah sendiri bagi sebagian orang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pedagang Pasar Barito Mulai Kosongkan Kios meski Belum Dapat Tempat Baru
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Agustus 2025

    Pedagang Pasar Barito Mulai Kosongkan Kios meski Belum Dapat Tempat Baru Megapolitan 1 Agustus 2025

    Pedagang Pasar Barito Mulai Kosongkan Kios meski Belum Dapat Tempat Baru
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Sejumlah pedagang di Pasar Hewan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mulai membereskan dagangan mereka, Jumat (1/8/2025) menjelang relokasi pasar pada Minggu (3/8/2025).
    Mereka perlahan mengemas sangkar, peralatan hewan, dan barang dagangan lain untuk dibawa pulang atau dititipkan sementara.
    Meski belum semua kios kosong, geliat pembongkaran dan persiapan untuk pindah sudah tampak di berbagai sudut pasar.
    Berdasarkan pantauan
    Kompas.com
    , beberapa lapak terlihat sudah menutup sebagian etalase, sedangkan pedagang lainnya mulai memindahkan stok ke mobil box untuk dibawa pulang.
    Riko (27), pedagang alat perawatan hewan, mengatakan bahwa ia sudah mulai membereskan dagangan sejak awal pekan.
    Meski belum tahu akan pindah ke mana, ia merasa tak punya pilihan selain mengosongkan kios sesuai tenggat waktu relokasi.
    “Siap enggak siap ya harus siap. Soalnya kami harus kosongin tanggal 3 (Agustus 2025). Kalau enggak, nanti gimana juga,” ujar Riko saat ditemui di kios milik keluarganya.
    Ia menyebut, sebagian barang dagangannya dibawa pulang ke rumahnya terlebih dahulu karena tempat relokasi di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, belum sepenuhnya siap dan jaraknya cukup jauh.
    Beberapa pedagang lain mulai mengurangi jumlah barang jualan sejak pekan lalu.
    Deni (32), pedagang burung yang sudah 16 tahun berjualan di Barito, mengaku telah menutup sebagian rak dagangan sejak akhir Juli.
    “Kami pelan-pelan angkut ke rumah. Tapi masih bingung, karena belum semua dapat tempat baru. Kalau relokasi belum siap, kita mau ke mana?” kata Deni.
    Meski belum resmi tutup, sebagian pedagang memilih tidak menambah stok dagangan baru demi memudahkan proses pindahan.
    Hari Sabtu dan Minggu biasanya menjadi masa paling ramai di Pasar Hewan Barito.
    Namun, dengan tenggat relokasi jatuh pada hari Minggu, para pedagang terpaksa meninggalkan momen potensial untuk mencari pemasukan tambahan.
    “Sabtu-Minggu itu waktunya cari duit. Tapi sekarang malah disuruh kosongin sebelum Minggu. Berat banget, Mbak,” kata Hadi (33), pedagang burung lainnya.
    Ia mengatakan sebagian rekannya masih bertahan berjualan hingga Sabtu (2/8/2025), tetapi bersiap untuk langsung mengangkut barang dagangan pada malam harinya.
    Sejumlah pedagang mengaku belum mendapat kepastian penuh soal kesiapan lokasi relokasi di Lenteng Agung. Sebagian bahkan belum menerima pembagian kios baru.
    “Sampai sekarang belum tahu kios saya nanti di mana. Katanya sih ada, tapi belum jelas. Jadi kosong pun masih bingung mau pindah ke mana,” ujar Deni.
    Para pedagang berharap pemerintah memberi kelonggaran waktu hingga mereka benar-benar bisa pindah ke lokasi baru yang layak. Beberapa di antaranya mengusulkan agar relokasi ditunda hingga setelah Lebaran 2026.
    Adapun relokasi seluruh pedagang Pasar Hewan Barito dilakukan sebagai bagian dari proyek pembangunan Taman ASEAN yang menggabungkan Taman Leuser, Taman Ayodhya, dan Taman Langsat.
    Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Ali Murthadho, menyebut lokasi pengganti di Lenteng Agung akan menjadi sentra baru pedagang hewan dan ruang publik ikonik.
    Namun di lapangan, para pedagang menilai langkah ini terlalu terburu-buru.
    “Kami enggak menolak relokasi. Tapi jangan kami disuruh pergi tanpa kepastian. Bantu kami pindah, bukan usir kami pergi,” kata Riko.
    Dengan waktu yang terus berjalan menuju tanggal 3, satu per satu kios mulai dikosongkan, menyisakan lorong-lorong sunyi yang dulu dipenuhi nyanyian burung dan suara tawar-menawar pembeli.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cerita Pedagang Generasi Ketiga di Pasar Barito yang Berat Hati Direlokasi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Agustus 2025

    Cerita Pedagang Generasi Ketiga di Pasar Barito yang Berat Hati Direlokasi Megapolitan 1 Agustus 2025

    Cerita Pedagang Generasi Ketiga di Pasar Barito yang Berat Hati Direlokasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –

    Riko
    (27) hanya bisa pasrah. Pedagang alat perawatan hewan ini telah mewarisi usaha keluarganya di Pasar Hewan
    Barito
    , Jakarta Selatan, selama puluhan tahun.
    Riko merasa sedih harus angkat kaki dari tempat yang telah menjadi sumber penghidupan keluarganya selama puluhan tahun.
    “Sedih pasti, bingung juga mau ke mana. Dagangan akhirnya mau dibawa pulang ke rumah dulu,” kata Riko kepada
    Kompas.com
    saat ditemui di
    Pasar Barito
    , Jumat (1/8/2025).
    Relokasi
    seluruh pedagang Pasar Barito dijadwalkan pada Sabtu (3/8/2025), menyusul proyek pembangunan
    Taman ASEAN
    yang akan menggantikan lahan pasar yang ada sekarang.
    Namun, Riko menilai tempat
    relokasi
    belum siap dan lokasinya terlalu jauh dari domisili para pedagang.
    Riko bukan pedagang baru. Ia merupakan generasi ketiga dari keluarga yang sudah berjualan di Pasar Barito selama lebih dari 20 tahun. Ia kini meneruskan usaha yang dulu dikelola oleh sang ibu dan kakaknya.
    “Ini tempat punya ibu saya, masih dalam keluarga. Kami enggak sewa, cuma bayar retribusi ke pemerintah,” kata Riko.
    Ia mengatakan, usaha yang dijalankannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, melainkan untuk menafkahi seluruh keluarga.
    Saat ini, ia tinggal bersama keluarga besar dan menggantungkan hidup dari berjualan. Meski berat hati, Riko mengaku tidak punya banyak pilihan.
    Ia dan keluarganya telah menandatangani kesepakatan relokasi dan harus mengosongkan lapak per 3 Agustus.
    “Siap enggak siap ya harus siap. Kalau enggak, kan nanti gimana juga. Sekarang sudah mulai beres-beres, minggu ini,” ujarnya.
    Ia pun belum tahu pasti akan pindah ke mana. Tempat relokasi di Lenteng Agung dianggap terlalu jauh dan belum siap sepenuhnya.
    “Kalau benar dipindahkan, ya ikut saja. Tapi kami sih inginnya waktu dipundurin, kalau bisa sampai Lebaran,” katanya.
    Riko tak menolak relokasi, tetapi berharap ada bantuan nyata dari pemerintah. Ia mengaku khawatir jika tiba-tiba tidak bisa lagi berjualan setelah tanggal 3.
    “Kalau bisa ada sedikit bantuan lah. Karena jujur, takut juga nanti kalau tanggal 3 kenapa-kenapa,” ujarnya.
    Pelanggan setianya pun menyayangkan rencana pemindahan ini. Beberapa dari mereka, menurut Riko, mulai mengeluh karena lokasi relokasi lebih sulit dijangkau.
    “Kalau pakai ojek
    online
    juga keluar ongkos tambahan. Ada yang bilang nanti jadi jarang ke sana,” kata dia.
    Diketahui, Proyek Taman ASEAN yang menggantikan Pasar Barito merupakan bagian dari rencana Pemerintah Provinsi Jakarta untuk memperluas ruang terbuka hijau di Jakarta.
    Taman ini akan menggabungkan tiga taman eksisting, Taman Leuser, Taman Ayodhya, dan Taman Langsat, dan ditargetkan rampung pada Desember 2025.
    Pemerintah menyebut taman ini akan menjadi ruang publik baru yang ikonik. Namun, bagi Riko dan puluhan pedagang lainnya, yang ikonik justru sudah ada, yaitu Barito itu sendiri.
    Tempat yang bukan hanya jadi pusat jual beli hewan dan perlengkapan, tetapi juga ruang sosial, warisan, dan tumpuan hidup banyak keluarga.
    “Harapannya ke depan rezekinya lebih baik. Tapi pemerintah juga semoga lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan,” tutup Riko.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Relokasi Pasar Barito Dinilai Mendadak, Pedagang Bingung dan Minta Ditunda
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Agustus 2025

    Relokasi Pasar Barito Dinilai Mendadak, Pedagang Bingung dan Minta Ditunda Megapolitan 1 Agustus 2025

    Relokasi Pasar Barito Dinilai Mendadak, Pedagang Bingung dan Minta Ditunda
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menjelang relokasi besar-besaran Pasar Hewan Barito pada Minggu (3/8/2025), para pedagang mengaku bingung dan cemas.
    Mereka mengeluhkan pemberitahuan yang mendadak, kesiapan fasilitas relokasi yang belum optimal, serta belum adanya kejelasan teknis dari pemerintah.
    Salah satu pedagang, Deni (32), yang telah 16 tahun berjualan burung di
    Pasar Barito
    , menyampaikan kegelisahannya.
    “Semuanya serba mendadak. Tanggal 3 harus kosong, padahal tanggal 1 saja masih banyak yang jualan di sini. Kami kelimpungan. Kalau mau ngontrak, uang dari mana? Kalau pulang kampung, makan apa?” kata Deni saat ditemui
    Kompas.com,
    Jumat (1/8/2025).
    Deni menyebutkan, para pedagang hanya diberi waktu sekitar satu bulan untuk bersiap, tanpa pemberitahuan resmi secara tertulis dari Pemerintah Provinsi
    Jakarta
    .
    “Cuma ada perwakilan dari wali kota datang, bilang ini perintah Gubernur. Tapi dari pihak Gubernur sendiri enggak ada yang datang,” ujarnya.
    Deni berharap pemerintah memberikan perpanjangan waktu untuk relokasi agar para pedagang bisa menyesuaikan diri.
    “Kami cuma minta waktunya diperpanjang. Idealnya sampai habis Lebaran 2026, biar pelanggan juga bisa menyesuaikan,” lanjutnya.
    Menurut mereka, saat ini ada sekitar 135 kios aktif di Pasar Barito. Namun, lokasi relokasi yang disiapkan di kawasan Lenteng Agung hanya menyediakan 66 unit untuk
    pedagang burung
    —jumlah yang jauh dari memadai.

    Pedagang burung
    saja ada 85. Jadi masih kurang 19 kios. Itu yang bikin gaduh dari kemarin,” kata dia.
    Keluhan serupa juga disampaikan Hadi (33), pedagang burung lainnya. Ia kecewa karena lokasi baru belum siap, sementara pedagang sudah diminta angkat kaki dari Barito.
    “Sekarang waktunya cari uang, malah disuruh tutup. Sabtu-Minggu itu masa paling rame buat kami,” ujarnya.
    Hadi berharap pemerintah benar-benar menyiapkan lokasi relokasi secara matang sebelum meminta pedagang pindah.
    Sementara itu, Riko (27), generasi ketiga dari keluarga pedagang alat perawatan hewan di Barito, juga menyampaikan keprihatinan. Ia tak menolak relokasi, namun meminta pemerintah memberi dukungan atau kelonggaran waktu.
    “Kalau bisa ya diundur. Minimal ya lima atau enam bulan lah. Kami ini cuma minta dikasih napas sedikit. Jangan tiba-tiba,” katanya.
    Sebelumnya, Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Ali Murthadho menyampaikan, relokasi dilakukan untuk pembangunan
    Taman ASEAN
    , proyek penggabungan tiga taman eksisting, yaitu Taman Leuser, Taman Ayodhya, dan Taman Langsat.
    Taman ini ditargetkan rampung pada Desember 2025 dan akan diresmikan oleh Gubernur Jakarta, Pramono Anung.
    “Harapannya lokasi relokasi ini nantinya menjadi tempat ikoniknya Jakarta Selatan,” ujar Ali dalam peninjauan lahan, dikutip dari laman resmi selatan.
    jakarta
    .go.id, Jumat.
    Namun hingga saat ini, para pedagang menyebut belum ada kepastian kapan lokasi pengganti benar-benar siap digunakan. Banyak dari mereka memilih bertahan sambil menunggu perkembangan terakhir.
    “Kita tunggu saja. Sebagian sudah mulai nyicil bawa barang ke rumah. Tapi kebanyakan masih bertahan. Kalau tanggal 4 masih ada yang jualan, ya nanti kita musyawarah lagi,” kata Deni.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • H-2 Relokasi, Pasar Barito Masih Ramai Pedagang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Agustus 2025

    H-2 Relokasi, Pasar Barito Masih Ramai Pedagang Megapolitan 1 Agustus 2025

    H-2 Relokasi, Pasar Barito Masih Ramai Pedagang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Kondisi
    Pasar Barito
    ,
    Jakarta
    Selatan, pada Jumat (1/8/2025) masih ramai diisi oleh para pedagang hewan.
    Padahal, tenggat waktu pengosongan Pasar Barito yang ditetapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta hanya tinggal dua hari lagi atau pada Minggu (3/8/2025).
    Meski begitu, sejumlah pedagang tampak mulai membereskan kandang dan peralatan jualan secara bertahap.
    Namun, sebagian lainnya masih menunggu dalam ketidakpastian, menyusul minimnya informasi teknis soal relokasi.
    Deni (32), pedagang burung yang telah berjualan selama 16 tahun di Pasar Barito, mengaku informasi relokasi baru diterima sebulan lalu tanpa pemberitahuan resmi dari pihak Pemprov Jakarta.
    “Kami dikasih tahunya mendadak hanya satu bulan, jadi semuanya kaget. Tanggal 3 (Agustus 2025) harus kosong, tapi tanggal 1 (Agustus 2025) saja masih banyak yang jualan. Kami semua kelimpungan,” ujar Deni saat ditemui
    Kompas.com
    , Jumat (1/8/2025).
    Menurut dia, mayoritas dari 135 pedagang di Pasar Barito mengalami hal serupa. Mereka menyebut relokasi ke kawasan Lenteng Agung belum siap, bahkan kios yang disediakan pun tak mencukupi.
    “Pedagang burung ada 85, tapi yang disediakan hanya 66 kios. Masih kurang 19 kios. Itu yang bikin gaduh dari kemarin,” kata dia.
    Deni menyebut informasi relokasi hanya disampaikan secara lisan oleh pejabat wilayah.
    “Yang datang cuma dari pihak wali kota, katanya perintah gubernur. Tapi surat resmi enggak ada,” ujarnya.
    Para pedagang mengaku tak menolak relokasi, tetapi mendesak agar ada kepastian dan kelonggaran waktu agar proses pemindahan tidak mengorbankan mata pencaharian.
    Ia menambahkan, Pasar Barito bukan sekadar tempat berdagang, melainkan sumber penghidupan ribuan orang.
    “Ada 135 kios, belum termasuk keluarga. Bisa sampai 1.000 orang yang bergantung dari sini,” ujarnya.
    Pedagang juga menyayangkan proyek taman baru yang dianggap menghapus keberadaan ikon lama.
    “Pemerintah mau bikin ikon baru dengan mengorbankan yang lama. Belum tentu ikon baru akan berhasil,” lanjut Deni.
    Hal serupa diungkapkan Hadi (33), pedagang burung lainnya. Ia menyayangkan waktu pengosongan yang jatuh pada akhir pekan, saat penjualan sedang tinggi.
    “Sabtu dan Minggu itu rame-ramenya buat cari uang, tapi malah disuruh tutup hari Minggu ini,” ujarnya.
    Menurut Hadi, sebagian pedagang sudah mulai membersihkan kios mereka, tetapi masih bingung 
    ke mana harus memindahkan barang dagangan.
    “Harapannya tempat baru segera disiapkan dan sesuai kebutuhan. Kita ini sebentar lagi 17 Agustus, tapi rasanya belum merdeka,” katanya.
    Sementara Riko (27), pedagang alat perawatan hewan, menyebut dirinya generasi ketiga yang melanjutkan usaha keluarga di Barito sejak 30 tahun lalu.
    Kini, ia mulai memindahkan barang dagangan ke rumah karena lokasi relokasi dinilai belum layak.
    “Tempat relokasi belum selesai dan jaraknya jauh dari rumah. Jadi barang-barang mulai saya bawa pulang Minggu ini,” ujar Riko.
    Meski sudah menandatangani surat kesediaan pindah, Riko berharap pemerintah memberi kelonggaran waktu hingga usai Lebaran 2026.
    “Supaya bisa persiapan. Pelanggan juga menyesuaikan. Banyak yang sayang kalau Barito harus tutup,” tambahnya.
    Sebelumnya Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan, M. Anwar menyampaikan bahwa para pedagang harus mengosongkan Pasar Barito pada 3 Agustus 2025.
    Ia memastikan pemerintah akan membantu akomodasi pemindahan, seperti kendaraan angkut dan fasilitas lainnya.
    “Untuk akomodasi dan lainnya kami akan bantu semuanya,” kata Anwar, dikutip dari laman resmi
    selatan.jakarta.go.id
    .
    Menurut dia, lokasi sementara berada di bawah naungan Perumda Pasar Jaya. Pedagang juga diberi kebebasan memilih tempat relokasi sesuai kebutuhan, termasuk di wilayah Jakarta Selatan, Timur, atau Utara.
    “Ini kan lokasi pembangunan butuh tiga sampai enam bulan, jadi mereka sementara bebas pilih di mana saja pasar tempat mereka berjualan. Kami ingin ekonomi mereka terus berjalan walaupun sudah tidak di Pasar Barito,” jelas Anwar.
    Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike, menambahkan bahwa solusi terbaik sedang dirumuskan.
    “Insya Allah hari ini sudah ada solusi terbaik. Data pedagang yang akan pindah juga sedang dikumpulkan,” katanya.
    Meski demikian, hingga Jumat siang para pedagang masih belum melihat langsung kesiapan lokasi baru. Rasa ragu pun masih menyelimuti.
    “Yang disuruh pindah itu kami, tapi kami enggak lihat langsung bagaimana kesiapan tempat barunya. Katanya dari media dibangun, tapi kami enggak tahu jadi apa enggak,” kata Riko.
    Suasana Pasar Barito sendiri masih terlihat hidup. Burung-burung tetap berkicau, pembeli tetap datang, dan pedagang tetap melayani.
    Sebagian dari mereka memilih bertahan hingga hari terakhir, sembari berharap ada ruang dialog sebelum kios-kios benar-benar dikosongkan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Lokbin Barito diminta gabung dengan kantor Gulkarmat-Satpol PP

    Lokbin Barito diminta gabung dengan kantor Gulkarmat-Satpol PP

    Jakarta (ANTARA) – Anggota DPRD DKI Yuke Yurike meminta lokasi binaan (Lokbin) Barito di Lenteng Agung, Jakarta Selatan untuk digabung dengan kantor Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) dan Satpol PP Kecamatan Jagakarsa.

    “Itu untuk memudahkan koordinasi,” katanya saat peninjauan relokasi pedagang Pasar Barito ke Lenteng Agung, Jakarta, Senin.

    Ia menjelaskan, hal itu perlu karena peruntukannya tidak hanya untuk pedagang saja, tetapi juga untuk kantor Gulkarmat dan Kantor Satpol PP Jagakarsa,.​​​​​​​

    Ia mengatakan saat ini pihaknya bersama Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Selatan (Dinas PPKUKM DKI) tengah berkoordinasi terkait rencana tersebut.

    Diharapkan, dengan adanya relokasi ini mampu mendukung para pedagang dan sektor lainnya untuk bisa tetap menggerakkan roda perekonomian.

    “Mungkin ada-ada hal yang memang perlu penjelasan lebih tuntas lagi untuk meyakinkan pedagang, dari Pemprov DKI juga saling berkoordinasi dan memastikan bahwa lokasi ini pas,” ucapnya.

    Sebelumnya, Pemerintah Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) berjanji kepada pedagang dari lokasi sementara (loksem) Barito untuk mendapatkan tempat relokasi sementara yang layak seperti di bawah naungan Perumda Pasar Jaya.

    Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) menyatakan relokasi pedagang Barito, Kebayoran Baru, ke Lenteng Agung, imbas pembangunan taman ASEAN mulai awal Agustus 2025.

    Pihaknya membidik Jalan Raya Lenteng Agung Timur, RT 07/07, Lenteng Agung, Jagakarsa, sebagai lokasi baru bagi pedagang hewan yang direlokasi dari loksem kawasan Barito.

    Pemkot Jaksel menyediakan lahan seluas 7.600 meter persegi (m2) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menampung pedagang dari JS 25, 26, 29 dan 96, termasuk beberapa kantor suku dinas terkait.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ini janji Pemkot Jaksel pada pedagang Pasar Barito

    Ini janji Pemkot Jaksel pada pedagang Pasar Barito

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) berjanji kepada pedagang Pasar Barito untuk mendapatkan tempat relokasi sementara yang layak seperti di bawah naungan Perumda Pasar Jaya.

    “Untuk akomodasi relokasi dan lainnya kami akan bantu semuanya, seperti kendaraan angkut dan lainnya,” kata Wali Kota Jakarta Selatan Muhammad Anwar usai peninjauan lokasi relokasi di Lenteng Agung, Jakarta, Senin.

    Anwar mengatakan, relokasi pedagang Pasar Barito akan dilakukan pada awal Agustus 2025.

    Nantinya, para pedagang akan mendapatkan tempat sementara yang sudah ditentukan bersama oleh anggota DPRD DKI, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Selatan (Dinas PPKUKM DKI) dan unsur terkait.

    “Tanggal 3 Agustus 2025 ini mereka sudah harus mengosongkan Pasar Barito,” ujarnya.

    Dikatakan, pedagang buah, kuliner, hewan dan pakan hewan akan direlokasi sementara ke kios yang berada di beberapa naungan Perumda Pasar Jaya agar tetap bisa menjalankan dagangannya.

    Hal itu karena pembangunan relokasi di Lenteng Agung memakan waktu lama yakni sekitar tiga sampai enam bulan.

    “Ini lokasi pembangunan butuh tiga sampai enam bulan. Jadi, mereka sementara bebas pilih dimana saja pasar tempat mereka berjualan. Kami ingin ekonomi mereka terus berjalan walaupun sudah tidak di Pasar Barito,” katanya.

    Sementara, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike yang turut hadir meninjau lokasi menambahkan, terkait permasalahan aduan pedagang Pasar Barito terkait lokasi relokasi sementara, saat ini sudah menemui solusi.

    “InsyaAllah hari ini sudah ada solusi terbaiknya. Kita juga sudah sampaikan, bahwa dalam waktu dekat mereka akan kumpulkan data-data pedagang yang akan pindah ke pasar mana, sampai menunggu pembangunan ini selesai,” kata Yuke.

    Dalam penanganan permasalahan ini, lanjut Yuke, dirinya melihat pemerintah sudah memberikan solusi terbaiknya bagi teman-teman pedagang yakni mulai dari melakukan sosialisasi hingga mencarikan tempat kembali.

    “Selanjutnya saya minta koordinasi ini terus berjalan baik hingga pembangunan lokasi pasar yang baru selesai,” ucapnya.

    Sebelumnya, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) menyatakan relokasi Pasar Hewan Barito, Kebayoran Baru, ke Lenteng Agung, imbas pembangunan taman ASEAN mulai awal Agustus 2025.

    Pihaknya membidik Jalan Raya Lenteng Agung Timur, RT 07/07, Lenteng Agung, Jagakarsa, sebagai lokasi baru bagi pedagang hewan yang direlokasi dari kawasan Barito.

    Pemkot Jaksel menyediakan lahan seluas 7.600 meter persegi (m2) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menampung pedagang dari JS 25, 26, 29 dan 96, termasuk beberapa kantor suku dinas terkait.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Warga Panik Selamatkan Barang-Kendaraan dari Kebakaran di Lenteng Agung

    Warga Panik Selamatkan Barang-Kendaraan dari Kebakaran di Lenteng Agung

    Jakarta

    Kebakaran lapak barang rongsok dan rumah kontrakan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, membuat warga panik hingga mengeluarkan barang-barang dan kendaraan dari dalam rumah ke jalanan. Karena itu membuat akses jalan untuk pemadam kebakaran (damkar) terhambat.

    Warga disebut Mama Dika mengungkap situasi saat kebakaran di kawasan padat penduduk itu benar-benar kacau. Menurutnya, saat damkar tiba di lokasi, petugas tidak bisa langsung menuju titik api.

    “Damkar itu tadi datang ke sini banyak kendalanya. Jalan buat akses itu jadi sempit gara-gara motor mobil warga yang nyelamatin diri pada menuhin jalan,” kata Mama Dika saat ditemui di lokasi, Minggu (27/7/2025).

    Saat warga panik, Mama Dika menyadari banyak orang dari luar yang datang karena penasaran ingin melihat kebakaran. Hal itu juga membuat akses jalan semakin padat.

    Untuk diketahui, kebakaran ini berada di Jalan Kancil I yang akses jalannya masuk ke gang dengan lebar sekitar 2,5 meter. Ukuran itu hanya pas untuk dua mobil mini bus jika berpapasan.

    “Belum lagi warga pada banyak yang kepo, datang ke sini buat lihat. Jadi penuh aja di sini. Kita yang lain yang di sini udah panik aja. Barang-barang kita nggak ada yang diambil, apinya udah gede banget pas saya buka pintu,” ucapnya.

    Sementara itu, warga bernama Ratna (35), pemilik lapak rongsok, hanya pasrah dengan keadaan. Dia tak menyangka lapak rongsok yang sudah berdiri 3 tahun itu rata karena kebakaran.

    Ratna menyebut dirinya hendak pulang ke rumahnya di Cikarang saat kejadian. Begitu tiba di rumah, dia mendapat kabar dari ponakannya bahwa lapak terbakar.

    (fas/fas)

  • Kerugian akibat kebakaran lapak barang bekas di Jaksel Rp100 juta

    Kerugian akibat kebakaran lapak barang bekas di Jaksel Rp100 juta

    Kondisi lapak barang bekas di Jalan Guru Muhyin, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, yang terbakar pada Minggu (27/7/2025). ANTARA/HO-Gulkarmat Jaksel

    Kerugian akibat kebakaran lapak barang bekas di Jaksel Rp100 juta
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Minggu, 27 Juli 2025 – 18:35 WIB

    Elshinta.com – Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan menaksir kerugian akibat kebakaran lapak barang bekas di Jalan Guru Muhyin, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, mencapai Rp100 juta.

    “Objek terbakar adalah lapak barang bekas dengan luas 400 meter persegi,” kata Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan, Syamsul Huda di Jakarta, Ahad.

    Suku Dinas (Sudin) Gulkarmat mengerahkan enam unit mobil pemadam dan 25 personel setelah mendapatkan informasi kebakaran pukul 09.38 WIB dan mulai melakukan pemadaman pukul 09.52 WIB hingga selesai pukul 12.02 WIB.

    “Untuk dugaan sementara kebakaran disebabkan fenomena listrik,” kata dia.

    Ia mengatakan, ada satu kepala keluarga dengan 10 jiwa yang tinggal di lokasi tersebut dan seorang wanita berinisial ER (48) tahun menjadi korban meninggal dunia dalam kejadian itu.

    “Korban ini merupakan istri pekerja yang ditemukan di dalam kamar mandi usai api berhasil dipadamkan,” kata dia.

    Syamsul menjelaskan, keponakan tempat lapak barang bekas berinisial D sedang menyortir barang bekas dan mendengar suara dari belakang bangunan. Saksi ini mengira itu suara air toren yang melimpah karena penuh.

    Setelah itu, saksi melihat api membesar dan mendengar suara minta tolong dari kamar belakang yang merupakan kamar istri pekerja lapak.

    Dia berupaya menyelamatkan korban tapi karena api sudah membesar saksi ini mengurungkan niatnya.

    “Petugas yang memadamkan api langsung mencari korban dan menemukan jasadnya di kamar mandi,” kata dia.

    Sumber : Antara