kab/kota: Lamongan

  • Sahabat Kenang Sosok Pengusaha LH yang Ditemukan Tewas Bersama Perawat NA di Kos Surabaya – Halaman all

    Sahabat Kenang Sosok Pengusaha LH yang Ditemukan Tewas Bersama Perawat NA di Kos Surabaya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pria berinisial LH (31), ditemukan tewas bersama istri sirinya, seorang perawat berinisial NA (31) di sebuah kamar kos lantai dua di kawasan Jalan Sidosermo Gang XII, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis (10/4/2025) siang. 

    Berdasarkan keterangan teman dekat korban LH, Hamdan Muafi (29), sahabatnya itu merupakan sosok yang memiliki pribadi humoris dan tekun dalam bekerja. 

    Muafi mengaku mengenal LH sejak tahun 2016, sebagai teman satu angkatan selama berkuliah di Fakultas Filsafat sebuah kampus Islam Negeri di Kota Surabaya. 

    Selama berkuliah di sana, dirinya dan LH selalu tinggal bersama dengan beberapa teman lain di sebuah kontrakan atau kosan.

    Setelah lulus pada tahun 2020, LH juga masih tinggal bersama teman-teman tongkrongannya, termasuk Muafi, sampai November 2024.

    Kemudian, LH tak lagi tinggal bersama teman-teman tongkrongannya di kontrakan.

    LH memutuskan tinggal bersama NA di kosan yang sekarang menjadi lokasi kejadian perkara. 

    Pasalnya, LH sudah menikahi NA secara siri setelah menjalani hubungan asmara selama sekitar dua tahun. 

    “Nikah siri di Lamongan. Sudah 1,5-2 tahun (pacaran). Saya juga tahu kalau profesi si ceweknya juga perawat.” 

    “Sering dibuat story dan segala macam. Suka diajak jalan-jalan,” ujarnya Muafi, dilansir Surya.co.id, Sabtu (12/4/2025). 

    Menurut Muafi, LH adalah sosok yang periang dan jenaka. Jika tidak ada keberadaan LH di tongkrongan warung kopi (warkop), suasana seakan hambar. 

    “Teman saya ini orangnya humoris. Kalau sama saya enggak ada batasan bercanda. Humoris banget.” 

    “Dan satu tahunan ini, satu tongkrongan terus kalau ngopi. Kami memang selalu punya tempat tongkrongan khusus warkop,” ucapnya.

    Selain humoris, LH juga dikenal gemar berdikusi, membincangkan banyak hal yang berkaitan dengan fenomena sosial yang sedang santer di tengah masyarakat. 

    Muafi tak menyangkal dirinya sering terlibat perdebatan serius nan mengasyikkan ketika berdiskusi bersama LH.

    Ia menyebut, rekannya itu terbilang pintar dalam mempertahankan argumentasi selama diskusi. 

    Apalagi, tema diskusi tersebut berkaitan dengan ilmu hukum.

    Menurut Muafi, sahabatnya itu cenderung memiliki kegemaran pada keilmuan bidang hukum. 

    Itulah mengapa LH kembali mendaftarkan diri menempuh kuliah S1 bidang hukum di sebuah kampus swasta di Kota Surabaya. 

    Padahal, beberapa tahun yang lalu LH sudah memperoleh gelar S.Sos dari sebuah kampus Islam Negeri di Surabaya.

    “Dia ambil kuliah jurusan hukum, S1. Dia ini orangnya pintar dan kalau sama saya dia suka debat terus soal hukum, kayak pengacara,” ungkapnya. 

    Bukan hanya itu, LH juga dikenal tekun dalam bekerja. Muafi mengatakan, selama ini, kawannya itu bekerja sebagai wiraswasta, pekerja kreatif bidang desain. 

    Uang yang didapatkan dari pekerjaannya itu digunakan untuk membiayai kuliahnya di bidang hukum.

    Sisanya ditabung untuk modal menyelenggarakan pernikahan dengan NA yang telah dijadwalkan pada tahun ini.

    Sementara itu, penyebab kematian LH dan NA masih misterius.

    Kapolsek Wonocolo Polrestabes Surabaya Kompol Haryoko Widhi mengaku masih menunggu hasil autopsi. 

    “Nanti kami akan menunggu hasil autopsi, saat ini kami masih mengadakan penyelidikan penyebab meninggalnya tersebut,” ucapnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul UPDATE Sosok Pengusaha LH Sebelum Tewas Bareng Perawat NA di Kamar Kos Surabaya, Dikenal Humoris.

    (Tribunnews.com/Deni)(Surya.co.id/Luhur Pambudi)

  • Tabrakan KA Jenggala vs Truk Bermuatan Kayu Tewaskan Asisten Masinis, Polres Gresik Periksa 6 Orang – Halaman all

    Tabrakan KA Jenggala vs Truk Bermuatan Kayu Tewaskan Asisten Masinis, Polres Gresik Periksa 6 Orang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Satreskrim Polres Gresik memeriksa 6 orang sebagai saksi dalam kasus kecelakaan Kereta Api (KA) Commuter Line Jenggala No.470 dengan truk trailer muat kayu gelondongan yang menewaskan sang asisten masinis, Abdillah Ramdan.

    Tabrakan maut antara KA Jenggala dan truk bernomor polisi w 8708 US itu terjadi di perlintasan tanpa penjagaan, depan Kelurahan Tenggulingan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Jatim), pada Selasa (8/4/2025) malam sekitar pukul pukul 18.35 WIB.

    Tepatnya di JPL 11, KM 7+600/700 petak jalan lintas antara Stasiun Indro-Kandangan, Gresik.

    “Hingga saat ini kami sudah memeriksa sebanyak enam orang saksi,” kata Kasatreskrim Polres Gresik, AKP Abid Uais Al-Qarni, Jumat (11/4/2025) sore, dilansir Surya.co.id.

    Abid mengungkapkan bahwa sejak kasus tersebut dilimpahkan ke Satreskrim Polres Gresik, pihaknya telah melakukan pemeriksaan dan penyelidikan sejak Kamis (10/4/2025) malam.

    “Mereka diperiksa secara terpisah di hari yang berbeda. Kemarin malam, kita periksa Kasi Perkeretaapian Dishub Provinsi, sopir truk dan Camat Kebomas,” kata Abid.

    Pihak kepolisian telah memanggil 3 saksi lainnya untuk dimintai keterangan pada hari Jumat kemarin, termasuk meminta keterangan dari Kepala Dinas Perhubungan Gresik, Khusaini.

    “Pada hari ini ada pemilik perusahaan kayu, Kasi Kendaraan Angkut dan Kepala Dishub Pemkab Gresik yang kami periksa,” sebut Abid.

    Abid menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa saksi lainnya yang akan diperiksa, termasuk saksi-saksi di lokasi kejadian.

    “Masih ada tambahan lagi, nanti kita update lagi perkembangan terbaru,” tandasnya.

    Kronologi

    Kecelakaan maut ini berawal pada pukul 18.30 WIB saat truk yang dikemudikan Majuri asal Lamongan itu berniat menyeberang dari gudang menuju Kota Surabaya, Jatim.

    Kasat Lantas Polres Gresik AKP Rizki Julianda menjelaskan bahwa truk trailer muat kayu gelondongan tersebut keluar dari gudang perusahaan melintas hendak keluar.

    Nahas, sopir truk saat itu menyeberang perlintasan diduga tanpa memperhatikan keberadaan kereta api yang sedang melintas.

    Bagian depan truk sebenarnya hampir sampai jalan raya, tetapi dari arah Stasiun Indro melaju KA Jenggala. Tabrakan pun tidak terhindarkan.

    Akibatnya, ruang masinis ringsek tak berbentuk setelah menabrak badan truk sebelah kanan yang memuat kayu gelondongan.

    “Sopir kurang hati-hati saat menyeberang perlintasan kereta api, kondisi sopir selamat, kondisi masinis terluka, sementara asisten masinis dibawa ke rumah sakit mengalami luka berat di sana dan meninggal dunia,” ungkap Rizki di lokasi kejadian, Selasa, dilansir Surya.co.id.

    Setelah kejadian, masinis dan asisten masinis langsung dilarikan ke rumah sakit.

    Masinis KA Jenggala yang bertugas saat itu yakni Purwo Pranoto dalam kondisi terjepit kayu dan dievakuasi di RS Semen Gresik, ia dicurigai mengalami cedera tulang belakang.

    Sementara itu, asisten masinisnya, Abdillah Ramdan, dalam kondisi tidak sadarkan diri saat dievakuasi.

    Saat diperiksa di RS Semen Gresik, Abdillah Ramdan dinyatakan meninggal dunia karena perdarahan organ dalam.

    “Kurang lebih 2 jam proses evakuasi, arus lalu lintas lancar sempat dihentikan, sudah lancar kembali. Penumpang tidak ada terluka mereka melanjutkan perjalanan, ada kereta penolong,” kata Rizki.

    KAI Tuntut Ganti Rugi

    PT KAI Daop 8 Surabaya akan memproses hukum pengusaha maupun pengemudi truk atas kelalaiannya yang mengakibatkan kecelakaan KA Commuter Line Jenggala ini.

    “Kami kehilangan salah satu Awak Sarana Perkeretaapian (ASP) terbaik. Almarhum Abdillah Ramdan bukan hanya seorang Asisten Masinis yang berdedikasi, tetapi juga sosok yang mewakili semangat pengabdian dalam melayani masyarakat,” ujar Manager Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif, dilansir Surya.co.id.

    “Kepergiannya saat menjalankan tugas menjadi duka yang mendalam bagi seluruh keluarga besar KAI,” lanjutnya.

    Adapun, untuk seluruh penumpang KA Jenggala yang berjumlah 130 orang dinyatakan selamat, tidak terdapat korban jiwa.

    Seluruh penumpang sudah dievakuasi menggunakan kereta pengganti menuju Stasiun Surabaya Pasar Turi dan Stasiun Sidoarjo.

    Luqman juga mengatakan bahwa KAI Daop 8 Surabaya akan melanjutkan kasus ini ke proses hukum dan menuntut ganti rugi kepada pemilik maupun pengemudi truk.

    Pasalnya, kecelakaan ini sangat merugikan dari berbagai aspek, termasuk gangguan operasional, kerusakan sarana dan prasarana, serta yang paling utama adalah risiko terhadap keselamatan petugas dan penumpang.

    “Terhadap kejadian tersebut, di mana terdapat dugaan kelalaian dari pengemudi truk yang tidak mendahulukan perjalanan kereta api sehingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas di perlintasan sebidang, dapat dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan perundang-undangan,” terang Luqman.

    “Pasal-pasal yang mengatur kelalaian berkendara di Indonesia antara lain tercantum dalam Pasal 310 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Dalam Pasal 310 ayat (4) disebutkan, apabila kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelalaian mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dapat dikenai pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah),”

    “KAI Daop 8 Surabaya juga menyesalkan masih adanya kecelakaan lalu lintas di perlintasan sebidang yang disebabkan karena kelalaian pengguna jalan. Ini menjadi pengingat bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama,” imbuhnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kasus Truk Tabrak KA Commuter Line Jenggala, Polisi Periksa 6 Saksi termasuk Kadishub Gresik

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Surya.co.id/Willy Abraham)

  • Mahasiswa S2 dan Perawat yang Tewas di Kos Surabaya Sudah Nikah Siri, Bakal Gelar Resepsi Besar – Halaman all

    Mahasiswa S2 dan Perawat yang Tewas di Kos Surabaya Sudah Nikah Siri, Bakal Gelar Resepsi Besar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasangan yang ditemukan tewas di sebuah kamar kos lantai dua kawasan Jalan Sidosermo Surabaya, Jawa Timur (Jatim) pada Kamis (10/4/2025) siang, ternyata sudah menikah siri.

    Kedua korban tersebut adalah pria berinisial LH (29), pengusaha di bidang kreatif desain asal Pamekasan, Jatim, sekaligus mahasiswa magister hukum di kampus swasta Surabaya.

    Sedangkan identitas sang wanita yakni NA (31), warga Tunggunjagir, Mantup, Lamongan, Jatim, yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta di Surabaya.

    Teman dekat korban LH, Hamdan Muafi (29), mengungkapkan bahwa kedua korban sudah menikah secara siri di kediaman si wanita Kabupaten Lamongan, pada November 2024 silam.

    Semenjak itu, LH dan NA memutuskan untuk tinggal bersama di kosan yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) penemuan jasad kedua korban tersebut.

    “(Nikah siri) Sejak November 2024. Iya (sejak saat itu mereka tinggal bersama). Sebelum itu, dia tinggal sama kita, teman-teman kita. Ada yang namanya Faisol, ada Muslim. Lalu saat dia nikah siri, akhirnya pindah tempat tinggal dia pindah dengan istrinya,” kata Hamdan di balai pertemuan kawasan Wonocolo, Surabaya, Jumat (11/4/2025) siang, dilansir Surya.co.id.

    Menurut Hamdan, sebelum menikah secara siri, LH dan NA sudah menjalin hubungan asmara selama kurun waktu 2 tahun.

    Bahkan, Hamdan mengetahui profesi NA sebagai perawat melalui cerita LH, termasuk melihat konten media sosial pribadi milik LH yang mengekspos kemesraan hubungan mereka secara berkala.

    “Sudah 1,5-2 tahun. Saya juga tahu kalau profesi si ceweknya juga perawat. Sering dibuat story dan segala macam. Suka diajak jalan-jalan,” ungkap Hamdan.

    Hamdan juga mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang pernah didengarnya dari LH, kedua korban telah merencanakan menggelar resepsi pernikahan dalam waktu dekat pada tahun 2025.

    Hanya saja, Hamdan tidak mengetahui secara pasti tanggal dan waktu pelaksanaan pernikahan mereka.

    Tetapi, LH disebut sudah berusaha mempersiapkan pelaksanaan pernikahan tersebut, sejak beberapa waktu lalu, termasuk menabung untuk keperluan pesta dan hal ikhwalnya.

    “Selanjutnya, curhat teman saya ini, sehari sebelum kejadian, bahwa teman saya ini akan melangsungkan pernikahan secara besar-besaran. Artinya dia mau menikah, dan sudah mendapatkan tanggal yang bagus, tahun ini. Tapi saya enggak tahu detailnya. Dan dia sudah menabung agar dapat menikah tahun ini,”  beber Hamdan.

    Diketahui bahwa beberapa jam sebelum ditemukan tewas bersama NA, LH sempat nongkrong dengan teman-temannya di sebuah warkop kawasan Kelurahan Margorejo, Wonocolo, Surabaya, pada Rabu (9/4/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.  

    Disinggung mengenai adanya firasat yang menandai kepergian sang teman LH, Hamdan menampiknya.

    Hamdan merasa tidak memperoleh adanya firasat atau keanehan apapun yang menandai kepergian sang teman.

    Bahkan, Hamdan baru mengerti bahwa jasad pria yang ramai diberitakan melalui berbagai platform media mainstream pada Kamis lalu adalah temannya sendiri, setelah dimintai tolong oleh keluarga besar LH di Pamekasan, untuk memastikan kabar tersebut.

    “Itu dia. Sama sekali gak ada. Karena saya terakhir kali komunikasi dengan dia, saya berpisah dari tongkrongan ngopi jam 16.00 Rabu, dan besoknya dia sudah gak ada. Saya ketemu terakhir di warkop kawasan Margorejo. Bahkan saat momen mudik lebaran. Dia selalu tanya ke saya; kapan balik ke Surabaya. Saya kan mudik di Madura. Dia tanya saya kapan balik ke Surabaya, biar bisa ngopi,” papar Hamdan.

    Hamdan diutus oleh kerabat LH di Pamekasan untuk memeriksa jenazah yang dievakuasi ke kamar mayat RS Bhayangkara Surabaya.

    Setelah melihat langsung ciri-ciri jenazah, ternyata memang benar bahwa jasad tersebut merupakan LH.

    “Baru setelah itu, ada keterangan dari pihak keluarga minta saya untuk dicarikan informasi lebih lanjut; apakah ini berita ini benar korban adalah keluarga mereka. Akhirnya, saya cek, melalui beberapa media. Ciri-cirinya benar, dan memang saya tahu juga si cewek. Setelah saya selidiki, ternyata 90 persen mirip, setelah itu, saya ke RS Bhayangkara untuk memastikan,” terangnya.

    Hingga jenazah diserahkan oleh pihak kepolisian kepada pihak keluarga para korban berada di Kompartemen Kamar Mayat RS Bhayangkara Surabaya, pada Jumat, pukul 00.00 WIB.

    Hamdan mengaku bahwa dirinya belum mengetahui penyebab tewasnya LH dan NA di kamar kosan tersebut.

    “Saya terakhir mendampingi sampai di RS Bhayangkara, belum ada informasi apapun. Masih penyelidikan. Lebih lengkap tanya pihak kepolisian,” tandasnya.

    Awal Mula Penemuan Jasad

    Penemuan jasad NA dan LH ini terungkap setelah kerabat korban, Nur Aprilianti mendatangi kosan tersebut. 

    Nur Aprilianti menjelaskan bahwa awalnya dia ditelepon kakak kandung korban yang tinggal di Kabupaten Lamongan.

    Sang kakak mengungkapkan, NA tak menjawab saat ditelepon berulang kali. 

    Padahal hari itu, NA dijadwalkan mendampingi proses operasi di RS tempatnya bekerja. 

    Tetapi, NA tak kunjung tiba di RS, bahkan sama sekali tidak memberikan informasi apapun berupa surat tertulis ataupun pesan singkat melalui percakapan WhatsApp (WA).

    Akhirnya, pihak RS menghubungi kerabat korban NA yang tinggal di Kabupaten Lamongan, untuk melaporkan kabar tersebut. 

    Akhirnya keluarga di Lamongan meminta Nur Aprilianti yang tinggal di Surabaya, untuk mendatangi kosan korban. 

    “Mungkin pihak RS menghubungi kakaknya di Lamongan. Lalu kakaknya menghubungi saya untuk memeriksa korban,” ujar Nur Aprilianti sambil sesenggukan saat ditemui di TKP, dilansir Surya.co.id.

    Setibanya di lokasi, Nur Aprilianti mendapati kondisi pintu kamar yang berada di lantai dua bangunan paling ujung Gang XII tersebut, dalam keadaan terkunci rapat. 

    Berkali-kali ia mengetuk, tetapi tak kunjung memperoleh jawaban atau respon apapun. Nur Aprilianti lantas menduha kosan tersebut dikunci dari dalam. 

    Nur Aprilianti pun berinisiatif menghubungi pihak pengelola kosan, untuk meminta kunci cadangan seraya melaporkan kejadian yang dialami kerabatnya. 

    Apesnya, pengelola kosan saat itu sedang bepergian ke luar kota.

    Tak ingin ambil pusing, Nur Aprilianti pun menghubungi tukang penyedia pembuatan kunci cadangan untuk membuat duplikat kunci kosan agar dapat membuka kamar tersebut. 

    Setelah pintu tukang jasa pembuat kunci cadangan berhasil mencongkel kunci dan membuka pintu kosan tersebut.

    Bak disambar petir di siang bolong, Nur Aprilianti malah mendapati adanya tubuh NA tergeletak menghalangi celah haluan pintu kosan terbuka. 

    Nur Aprilianti pun mencoba membangunkan NA dengan menggoncang-goncangkan tubuhnya. 

    Terlebih, NA tergeletak berdekatan dengan tubuh pacarnya HM (28) yang juga dalam keadaan tak bergerak.

    Mendapati ada yang tak beres dengan kondisi kedua korban, Nur Aprilianti langsung turun ke lantai dasar untuk menelepon beberapa temannya yang tinggal di Surabaya untuk meminta disambungkan kepada tim medis guna melakukan pemeriksaan terhadap kondisi para korban. 

    “Lalu saya buka pintu, posisi korban menghalangi pintu terbuka. Jadi saya gak bisa buka pintu sampai ngeblak (terbuka lebar) gitu. Lalu saya goyang-goyangin, saya bangunin gak bisa akhirnya saya turun untuk hubungi teman saya untuk telpon ambulan. Karena saya panik banget gak tahu mau ngapain,” ungkap Nur Aprilianti.

    Menurut Nur Aprilianti, dia terakhir kali berkomunikasi dengan korban melalui WhatsApp (WA), pada Jumat (4/4/2025).

    Kala itu, dia berada di rumah keluarga besarnya di Kabupaten Lamongan. 

    “Gak ada (firasat). Karena kami terakhir ketemu tanggal 5 (April 2025), karena saya saat itu di Lamongan. Dia otw (on the way atau menuju) ke Lamongan. Lalu malamnya balik ke Surabaya lagi,” sebutnya.

    Sementara itu, berdasarkan penuturan Nur Aprilianti, NA terakhir kali berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain melalui chatting dan telepon WA pada Rabu sekitar pukul 21.30 WIB.

    “Kalau keluarga Lamongan, ditelepon tadi. Pihak keluarga di Lamongan masih chat-an dan telpon jam 9 malam, dengan korban,” ucapnya.

    Ada Alat Suntikan

    Selain itu, ditemukan alat bekas suntikan beserta beberapa tabung ampul bekas wadah cairan obat di dekat jasad  NA dan HL. Temuan itu diketahui Nur Aprilianti dari polisi.

    Alat suntik dan beberapa ampul obat tersebut tergeletak di dekat jasad kedua korban yang berbeda posisinya. 

    Alat suntik tersebut diketahui tidak sedang dalam keadaan menancap pada bagian tubuh kedua korban. 

    Jasad LH dalam posisi terlentang. Sedangkan, jasad NA tergeletak dalam keadaan tertelungkup di dekat bagian tubuh sisi bawah pasangannya itu.

    Saat disinggung isi, jenis dan takaran ampul obat tersebut, Nur Aprilianti mengaku, tidak mengetahuinya. 

    “Diinfoin cuma ada suntikan di sampingnya. Ada jarumnya. Katanya ada,  beberapa ampul. 1 atau 2 ampul. Tapi gak tahu obatnya apa. Itu tabung cairan obat,” kata Nur Aprilianti.

    Untuk apa suntik dan cairan obat tersebut, Nur Aprilianti pun mengaku tidak tahu.  

    Meski begitu, setahu Nur Aprilianti, NA tidak sedang menderita sakit kronis yang kerap kambuh secara berkala.

    Hanya saja, ia mengetahui kebiasaan NA yang sering melakukan metode perawatan medis secara mandiri tatkala kondisi kesehatannya sedang drop.

    Menurut Nur Aprilianti, NA bakal menyuntikkan cairan obat tertentu, atau melakukan infus cairan obat kepada tubuhnya sendiri.

    Sejauh ini, Nur Aprilianti menilai kebiasaan yang dilakukan sepupunya itu masih terbilang wajar, mengingat latar belakang pendidikan dan profesi NA sebagai perawat. 

    “Dia perawat, jadwal kerjanya padat. Jadi misalnya sakit gitu. Jadi dia infus sendiri, suntik sendiri gitu, kayak gitu aja sih. Mungkin karena sudah lama enggak satu kos jadi jarang nengokin ke sini, sama-sama sibuk juga,” pungkasnya.

    Sementara itu, Kapolsek Wonocolo Polrestabes Surabaya, Kompol Haryoko Widhi belum mengungkapkan secara detail mengenai sejumlah temuan barang bukti di TKP penemuan jasad pasangan ini.

    Termasuk, mengenai temuan adanya alat suntik serta dua botol ampul yang teronggok di dekat jasad kedua korban.

    Haryoko masih menunggu hasil akhir dari proses olah TKP dan autopsi kedua jasad korban di Kamar Mayat RS Bhayangkara Surabaya. 

    “Untuk itu kami masih menunggu hasil. Kami belum bisa menyampaikan,” ujar Haryoko, di sela mendampingi Tim Inafis Polrestabes Surabaya melakukan olah TKP. 

    Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Perawat dan Pengusaha yang Ditemukan Tewas di Kosan Surabaya, Teman Dekat Ungkap Sudah Menikah Siri

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Surya.co.id/Luhur Pambudi)

  • Berikut Sederet Fakta Pasangan Kekasih Tewas di Kamar Kos Surabaya

    Berikut Sederet Fakta Pasangan Kekasih Tewas di Kamar Kos Surabaya

    Surabaya (beritajatim.com) – Penemuan tragis pasangan kekasih (pacar) yang meninggal dunia di kamar kos, Jalan Sidosermo Indah, Surabaya, hari Kamis (10/4/25) masih menjadi misteri. Dan masih diselidiki pihak kepolisian.

    Pasangan kekasih itu ditemukan meninggal dunia bersama, di dalam kamar kos yang terkunci sekitar pukul 11.30 WIB. Keduanya adalah NA, 29 tahun seorang perawat asal Lamongan dan H laki – laki 27 tahun, mahasiswa S2 asal Pulau Madura.

    *Berikut fakta-fakta kematian pasangan kekasih di Kos Surabaya:*

    Ditemukan Meninggal Dalam Kamar Kos Terkunci dari Dalam

    Seorang saksi mata, April, sekaligus kerabat dari korban NA mengungkapkan bahwa, dia mendapati kerabatnya NA itu meninggal dunia di kamar kosnya yang terkunci dari dalam, bersama H.

    “Yang cowok [meninggal] tertelentang, kalau yang cewek [NA kerabatnya] tertelungkup. Masih pakai pakaian semua,” kata April di lokasi kejadian, hari Kamis (10/4).

    April juga menjelaskan alasan dirinya menjenguk NA hari ini, karena tidak dapat dihubungi. Sementara, NA juga memiliki jadwal untuk tugas operasi pasien, di rs. tempat NA bekerja menjadi perawat.

    “Hari ini saya disuruh ke sini sama kakaknya (NA) karena harusnya ada jadwal operasi. Ada jadwal operasi tapi tetapi datang. Dihubungi sama pihak RS,” ucap dia.

    Pasangan Kekasih (Pacar) adalah Perawat dan Mahasiswa

    Kerabat korban NA, April, menyampaikan bahwa NA dan H sudah menjalin hubungan asmara satu tahun. Profesi NA, adalah seorang perawat dan H sebagai penguasa dan mahasiswa S2, di kampus Surabaya.

    “Hubungan keduanya ini sudah setahunan sekitar 2024. Pekerjaan cowoknya, lagi ambil S2 Hukum dan pengusaha juga, tetapi saya kurang tahu dia usaha apa,” jelas April.

    Ada Jarum Suntik dan Ampul di Dekat Jenazah Korban

    Di lokasi kamar kos tempat pasangan kekasih Na dan H ditemukan jarum suntik dan ampul. April, kerabat NA mengaku melihat peralatan medis tersebut saat pertama kali menemukan kedua korban, namun ia tidak mengetahui pasti ampul obat apa yang ia lihat.

    “Yang saya tahu cuma ada suntik di sampingnya, tergeletak gitu. Ada beberapa ampul (kemasan cairan obat) satu atau dua ampul, tapi saya gak tahu itu obatnya apa,” ungkap April kerabat korban perempuan NA, hari Kamis (10/4).

    Korban Dikabarkan akan Menikah Tahun ini

    Selain hubungan keduanya (korban) dikenal adem ayem tanpa masalah, korban juga disebut tengah merencanakan pernikahan.

    “Mereka adem ayem aja [tidak ada masalah]. Ada rencana ke jenjang pernikahan, setelah cowoknya lulus S2 mau nikah. Ini masih omongan aja. Perkiraan [rencana nikah] mungkin tahun ini,” kata April.

    April menjelaskan, hubungan asmara antara NA dan H ini telah berjalan selama satu tahun, sejak 2024 lalu. Namun, ia terkejut saat dua pasangan serasi ini justru ditemukan meninggal bersamaan di kamar kos.

    “Yang cewek [NA] asal Lamongan. Kalau cowok [H] Madura. NA jadi perawat di RSIA Kendangsari Surabaya dan H ambil [kuliah] S2 Hukum,” ungkap April.

    Polisi Melakukan Autopsi Kepada Dua Jenazah Korban

    Kepolisian setempat, Polsek Wonocolo bersama Tim Inafis Polrestabes Surabaya sudah melakukan olah TKP di kamar kos korban, serta telah mengevakuasi korban guna proses autopsi di RS Bhayangkara Polda Jatim, untuk mengungkap misteri kematian korban NA dan H.

    “Tadi pukul 11.30 WIB. Kami menerima laporan dari masyarakat di Kelurahan Sidosermo bahwa ada orang meninggal dunia dalam rumah (kos),” terang Kapolsek Wonocolo, AKP Haryoko Widhi, Kamis (10/4).

    Saat ini petugas kepolisian dan Inafis Polrestabes Surabaya masih melangsungkan proses olah TKP dan melakukan penyelidikan, di lokasi kamar kos tersebut. Haryoko bilang, update lebih lanjut akan disampaikan polisi serta menunggu hasil autopsi rs.

    “Kamar kondisinya terkunci dari dalam. Dan saat ini jenazah sudah kami kirim ke RS. Bhayangkara untuk proses autopsi, ini kami masih penyelidikan lebih lanjut,” ucap Haryoko. [ram/ian]

  • Tragedi Kecelakaan di Gresik, Bupati Tuban Fasilitasi Pemulangan Jenazah Satu Keluarga

    Tragedi Kecelakaan di Gresik, Bupati Tuban Fasilitasi Pemulangan Jenazah Satu Keluarga

    Tuban (beritajatim.com) – Suasana duka menyelimuti warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, setelah satu keluarga yang hendak berangkat umroh menjadi korban dalam kecelakaan tragis di Jalan Raya Gresik-Lamongan pada Kamis pagi (10/4/2025).

    Kejadian nahas ini menelan tujuh korban jiwa sekaligus, seluruhnya merupakan warga Tuban yang sedang dalam perjalanan menuju tanah suci.

    Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, atau yang akrab disapa Mas Lindra, menyampaikan belasungkawa mendalam atas kejadian tersebut.

    “Pemerintah Kabupaten Tuban bergerak cepat memfasilitasi pemulangan jenazah korban ke rumah duka melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Tuban,” tutur Mas Lindra dalam pernyataan resminya.

    DLHP Tuban bersama Dinas Kesehatan P2KB Kabupaten Tuban langsung menindaklanjuti arahan Bupati dengan mengerahkan empat unit ambulans yang mendapat pengawalan ketat dari Satlantas dan personel DLHP. Selain itu, dua ambulans tambahan juga didatangkan dari RSUD Ibnu Sina Gresik guna mempercepat proses evakuasi.

    Kepala DLHP Tuban, Bambang Irawan, menjelaskan bahwa seluruh prosedur dijalankan dengan sigap dan berkoordinasi lintas instansi.

    “Sebanyak empat unit ambulans dari Dinas Kesehatan P2KB Kabupaten Tuban diterjunkan dengan pengawalan dari DLHP Tuban serta Satlantas dan dibantu dua ambulans tambahan dari RSUD Ibnu Sina Gresik,” ujar Bambang.

    Iring-iringan jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 18.00 WIB dan seluruh korban dimakamkan pada malam harinya, disambut suasana haru dari masyarakat yang telah bersiap sejak sore hari.

    Proses penyambutan hingga pemakaman jenazah turut dibantu oleh jajaran Forkopimka Merakurak, Camat setempat, dan Pemerintah Desa Tuwiri Wetan bersama warga secara gotong royong.

    Kepala Desa Tuwiri Wetan, Wiji Santoso, juga mengonfirmasi kronologi kejadian berdasarkan laporan kepolisian.

    “Betul, 7 korban merupakan warga kami yaitu Akhmad Basuki (49) sebagai sopir, Besar (66), Muhammad Al Fatih (3), Hafiz Gandawiharja (17), Muhammad Aqib (26), Wiwik Sunarti (43) dan Lislikah (54),” tutup Kades Tuwiri Wetan.

    Berdasarkan laporan sementara, kendaraan yang ditumpangi para korban adalah mobil Panther berwarna biru dengan nomor polisi DK 1157 FCL, yang bertabrakan dengan bus Hino bernomor polisi S 7707 UA sekitar pukul 05.45 WIB. Tragedi ini menjadi pukulan berat bagi masyarakat Tuban, terlebih keluarga korban yang seharusnya tengah bersiap menunaikan ibadah umroh. [ayu/suf]

  • Remaja Lamongan Iseng Main Borgol, Eh Ternyata Tak Bisa Dilepas

    Remaja Lamongan Iseng Main Borgol, Eh Ternyata Tak Bisa Dilepas

    Lamongan (beritajatim.com) – Seorang remaja di Kabupaten Lamongan terpaksa mendatangi Kantor Pemadam Kebakaran (Damkar) saat larut malam, gara-gara sebuah borgol.

    Remaja itu adalah Trias Arga, warga Kecamatan Tikung. Tangan remaja berusia 17 tahun itu terlilit borgol, akibat iseng bermain dengan alat yang biasa digunakan untuk mengamankan pelaku tindak kejahatan itu.

    Awalnya Arga bermain dengan memborgol kedua tangannya. Borgol di tangan sebelah kiri berhasil dilepas, namun borgol yang sebelah kanan ternyata tidak bisa.

    Setalah upayanya tak kunjung berhasil, Arga akhirnya menyerah dan pergi datang ke markas Damkar di Jalan Mastrip Lamongan, untuk meminta bantuan petugas.

    “Benar, pada Kamis malam (10/4/2025) ada remaja yang datang ke Mako Satpol PP dan Damkar Lamongan untuk meminta tolong melepas borgol,” kata Kabid Damkar Lamongan Siswanto, Jumat (11/4/2025).

    Suswanto menyampaikan, proses pelepasan dilakukan dengan hati-hati, untuk memastikan tidak terjadi luka pada tangan korban. Sebab upaya pelepasan borgol dilakukan menggunakan gerinda.

    “Evakuasi berjalan aman dan lancar. Sekitar 15 menit, ” ujarnya.

    Kejadian yang dialami Arga menjadi kasus kedua yang ditangani Damkar Lamongan. Sebelumnya, hal serupa juga dialami oelh seorang ibu muda. (fak/but)

     

  • Sejoli Tewas di Kamar Kos Surabaya Rencana Nikah Tahun Ini

    Sejoli Tewas di Kamar Kos Surabaya Rencana Nikah Tahun Ini

    Surabaya (beritajatim.com) – Pasangan kekasih perawat dan mahasiswa S2 tewas dalam kamar kos, yang terkunci dari dalam, di Jalan Sidosermo Indah, Surabaya, pada Kamis (10/4). Polisi masih menyelidiki penyebab kematian kedua korban, NA dan H.

    Kerabat korban NA, bernama April (23) menyebut, kedua sejoli menjalin hubungan serius dan berencana menikah tahun ini.

    “Mereka adem ayem aja [tidak ada masalah]. Ada rencana ke jenjang pernikahan, setelah cowoknya lulus S2 mau nikah. Ini masih omongan aja. Perkiraan [rencana nikah] mungkin tahun ini,” kata April.

    April menjelaskan, hubungan asmara antara NA dan H ini telah berjalan selama satu tahun, sejak 2024 lalu. Itu sebabnya, ia terkejut saat dua pasangan serasi ini justru ditemukan meninggal bersamaan di kamar kos.

    “Yang cewek, (NA) asal Lamongan. Kalau cowok (H) Madura. NA jadi perawat di RSIA Kendangsari dan H ambil (kuliah) S2 Hukum dan pengusaha,” ucap April.

    Diberitakan sebelumnya, korban meninggal dunia NA dan H ini ditemukan pertama kali oleh kerabat korban, April (23) di kamar kos NA dengan kondisi pintu kos terkunci dari dalam, pukul 11.30 WIB.

    Selain itu, di lokasi kamar kos NA, April mengaku melihat ada jarum suntik dan ampul yang tergeletak di samping tubuh korban NA dan juga H.

    Kepolisian hingga saat ini berupaya mengungkap misteri kematian pasangan kekasih tersebut, dan masih dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Autopsi korban dilakukan di rumah sakit (RS) Bhayangkara Polda Jatim.

    “Kamar kondisinya terkunci dari dalam. Dan saat ini jenazah sudah kami kirim ke RS Bhayangkara untuk proses autopsi, ini kami masih penyelidikan lebih lanjut,” ucap Kapolsek Wonocolo, AKP Haryoko Widhi di lokasi kejadian. [ram/but]

     

  • Kakak Beradik Pengedar Sabu di Lamongan Diciduk, Polisi Sita Barang Bukti 2,04 Gram

    Kakak Beradik Pengedar Sabu di Lamongan Diciduk, Polisi Sita Barang Bukti 2,04 Gram

    Lamongan (beritajatim.com) – Kekompakan kakak beradik di Lamongan ini justru membawa mereka ke balik jeruji besi. FAK (32), warga Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang, dan adik tirinya FF (21), warga Kecamatan Ngimbang, Lamongan, kompak mengedarkan narkotika jenis sabu sebelum akhirnya ditangkap polisi.

    Keduanya ditangkap Satreskoba Polres Lamongan setelah polisi menggerebek kamar kos FAK yang berada di Jalan Makmur, Dusun Tanjung Kulon, Desa Munungrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, pada Selasa (8/4/2025) sekitar pukul 21.30 WIB.

    “Tersangka berhasil kami gerebek di dalam kamar kosnya beserta barang bukti, berupa sabu dan handphone,” kata Kasi Humas Polres Lamongan, Ipda M. Hamzaid, Kamis (10/4/2025).

    Dari penggerebekan tersebut, polisi menyita barang bukti sabu seberat 2,04 gram. Setelah diinterogasi, FAK mengakui keterlibatan adiknya, FF, dalam bisnis haram tersebut. Polisi pun segera mengamankan FF di lokasi berbeda.

    “Modus operandi tersangka FAK dan FF adalah membeli narkotika jenis sabu untuk kemudian diedarkan kembali,” ujar Hamzaid.

    Kini, kedua pelaku yang merupakan saudara beda ayah namun satu ibu itu tengah menjalani proses penyidikan lebih lanjut di Mapolres Lamongan. Mereka dijerat dengan Pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat (1) Juncto Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. [fak/beq]

  • 9
                    
                        Ini Nasib Sopir Truk Pemicu Tabrakan dengan KA Jenggala
                        Surabaya

    9 Ini Nasib Sopir Truk Pemicu Tabrakan dengan KA Jenggala Surabaya

    Ini Nasib Sopir Truk Pemicu Tabrakan dengan KA Jenggala
    Editor
    GRESIK, KOMPAS.com
    – Begini nasib sopir truk pemicu tabrakan dengan KA Commuter Line Jenggala No. 470 di gresik hingga mengakibatkan asisten masinis, Abdillah Ramdan meninggal dunia pada Selasa (8/4/2025).
    Sopir truk nomor polisi W 8700 US itu adalah Majuri, warga Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan.
    Tabrakan bermula saat truk bermuatan kayu gelondongan yang dikemudikan Majuri menyeberang di pelintasan kereta, Jalan Darmo Sugondo, Kelurahan Tenggulunan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
    Lalu, commuterline Jenggala tengah melintas di Jalan Pelintasan Langsung (JPL) 11 itu, sekitar pukul 18.35 WIB.
    Saat itu, Masinis Purwo Pranoto sudah membunyikan klakson untuk memperingatkan pengemudi truk.
    Namun, truk belum sepenuhnya keluar dari rel dan hendak masuk ke Jalan Kapten Darmo Sugondo, sehingga kondisi ini menghalangi jalur (kereta).
    Karena truk tidak kunjung bergerak dari posisinya, sehingga tabrakan dengan KA Jenggolo tak bisa dihindarkan.
    Kereta menabrak bagian belakang trailer. Masinis, Purwo Pranoto, dan asisten masinis, Abdillah Ramdan, mengalami luka berat. Abdillah meninggal dunia saat perawatan di RS Semen Gresik.
    Terkait hal ini, Polres Gresik langsung turun tangan mengusut kecelakaan tersebut.
    Sopir truk, Majuri akan diperiksa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
    “Proses hukum (kecelakaan commuterline dengan truk) akan segera kami gelar,” kata Kasatlantas Polres Gresik, AKP Rizki Julianda, ketika dikonfirmasi, Rabu (9/4/2025).
    Di bagian lain, PT KAI Daop 8 Surabaya akan memproses hukum pengusaha maupun pengemudi truk atas kelalaiannya yang mengakibatkan terjadinya kejadian temperan tersebut.
    PT KAI sangat menyayangkan terjadinya temperan antara Commuter Line Jenggala dan truk di JPL 11 antara Stasiun Indro-Stasiun Kandangan Surabaya.
    Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
    Nasib Majuri Sopir Truk Pemicu Tabrakan KA Jenggala di Gresik yang Tewaskan Asisten Masinis Abdillah
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kecelakaan Mobil Rombongan Umrah di Gresik, Cucu Tewas di Pangkuan Kakeknya
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        10 April 2025

    Kecelakaan Mobil Rombongan Umrah di Gresik, Cucu Tewas di Pangkuan Kakeknya Surabaya 10 April 2025

    Kecelakaan Mobil Rombongan Umrah di Gresik, Cucu Tewas di Pangkuan Kakeknya
    Editor
    GRESIK, KOMPAS.com
    – Kecelakaan maut yang terjadi di jalan raya Duduksampeyan, Gresik merenggut nyawa tujuh orang, Kamis (10/4/2025).
    Dari ketujuh korban itu ada cucu dan kakeknya yang tewas saat duduk di kursi depan.
    Dari tujuh orang tewas, enam diantaranya mengantar umroh, satu penumpang atas nama Muhammad Aqib (27) yang hendak berangkat umrah juga meninggal dunia.
    Dalam video amatir, MAF (3), warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban duduk di pangkuan kakeknya, Besar, 65 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban.
    Mereka berdua duduk di kursi depan sebelah kiri.
    Diketahui mobil Panther tersebut memuat 7 penumpang, termasuk pengemudinya. Sementara bus terdapat sekitar 15 penumpang.
    Seluruh penumpang mobil dinyatakan meninggal dunia. Rencana pergi ke tanah suci berakhir duka.
    Salah satu saksi mata Tiyaya menceritakan betapa ngerinya kecelakaan maut tersebut.
    Mobil Panther DK 1157 FCL oleng menghantam bus Rajawali Indah S-7707-UA yang dikendarai Suwarno, asal Tuban.
    Bus berangkat dari arah berlawanan. Ada tujuh orang di dalam mobil, diantaranya, anak kecil.
    Kecelakaan maut membuat mobil ringsek bagian depan. Bagian sebelah kanan atau kursi pengemudi. Ringsek parah tidak berbentuk.
    “Semuanya meninggal di dalam mobil itu tadi, tumpuk jadi satu, sudah dibawa ke kamar jenazah RSUD Ibnu Sina Gresik,” ujarnya.
    Kanit Gakkum Satlantas Polres Gresik Ipda Andri Aswoko saat ditemui di lokasi kejadian mengungkapkan, kronologi ngerinya kecelakaan maut tersebut. Semuanya bermula dari ban mobil yang selip.
    “Kronologi kejadian bermula saat mobil Panther DK-1157-FCL yang memuat rombongan umrah dari Tuban melaju dari arah barat menuju timur (Lamongan ke Gresik) kemudian ban sebelah kiri selip,” ujar dia.
    Mobil Panther dikemudikan Akhmad Basuki, 49 tahun, asal Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban tersebut dalam perjalanan ke Surabaya mengantarkan salah satu penumpangnya untuk berangkat menjalankan ibadah umrah.
    Meereka mengejar keberangkatan pesawat menuju tanah suci.
    Naas, setibanya di Jalan Raya Duduksampeyan, kejadian tak terduga merenggutnya nyawa rombongan yang berisi tujuh orang tersebut.
    “Saat di TKP Jalan Raya Duduksampeyan, pengemudi mobil Panther hendak mendahului truk dari sisi kiri. Hingga ban mobil sebelah kiri keluar ke bahu jalan,” tambah Aswoko.
    Nahas, saat hendak naik lagi ke badan jalan ban mobil tersebut selip. Mobil berwarna biru tua itu akhirnya oleng kekanan hingga melewati marka jalan.
    “Saat bersamaan dari arah berlawanan (timur ke barat) melaju bus dengan nomor polisi S-7704-UA yang dikemudikan Suwarno, 46 tahun, asal Tuban. Sehingga terjadi kecelakaan,” ujar dia.
    Akibat benturan keras yang terjadi, mobil Panther dan bus sama-sama mengalami ringsek parah.
    Tujuh penumpang mobil meninggal dunia, sementara sopir dan kenek bus mengalami patah tulang.
    “Empat orang meninggal dunia di TKP, tiga korban sempat kritis dinyatakan meninggal dunia juga. Jadi seluruh penumpang mobil Panther sebanyak tujuh orang meninggal dunia,” ungkapnya.
    Berikut ini daftar korban meninggal dunia penumpang mobil Panther :
    1. Muhammad Aqib, 27 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban. (Yang berangkat umrah)
    2. Besar, 65 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
    3. Lislikah, 53 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
    4. Wiwik Sunarti, 43 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
    5. Akhmad Basuki, 49 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban (pengemudi)
    6. M. Al Fatih, 3 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
    7. Hafiz Gandawiharja, 17 tahun, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
    Daftar Korban Luka :
    1. Khoirul Anam, 22 tahun, asal Bojonegoro, kenek bus
    2. Suwarno, 46 tahun, asal Tuban, sopir bus (patah tulang).
     
    Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
    Laka Mobil Rombongan Umroh di Jalan Raya Duduksampeyan Gresik, Cucu Tewas di Pangkuan Sang Kakek
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.